You are on page 1of 5

1.

Kecerdasan Spiritual (X1)

Berdasarkan jawaban dari para siswa Madrasah Tsanawiyah se- Kecamatan Bahorok
dengan pertayaan sebanyak 40 butir yang saya berikan kepada masing-masing siswa, dengan
indikator sebagai berikut : motivasi diri, kesadaraan diri, menghidupkan visi dan nilai,
mandiri dan bertanggung jawab. Maka dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa rata-rata
para siswa jarang menggunakan kecerdasan spiritual yang mereka miliki untuk meningkatkan
hasil belajar mereka.
Dari hasil jawaban para siswa untuk memotivasi diri mereka dalam belajar masih
terbilang minim baik itu dalam hal bekerja keras untuk mencapai keberhasilan didalam hidup
mereka, para siswa masih asyik dengan kesibukan mereka dalam bermain tanpa memikirkan
tugas yang diberikan guru dan dikerjakan semaksimal mungkin, hal ini disebabkan mereka
belum menemukan orang terdekat mereka untuk memotivasi diri mereka dalam belajar
sehingga mereka belum bisa memaknai hidup mereka dengan memanfaatkan masa muda
mereka untuk belajar optimal dalam mencapai kebahagian.
Para siswa juga kurang memahami tentang agama yang mereka miliki apalagi tentang
kejujuran dalam melaksanakan ibadah keadaan ini tidak berdampak terhadap motivasi
mereka untuk meningktkan hasil belajar mereka. Hal ini disebabkan para siswa kurang ikut
berperan dalam pelajaran akidah akhlak, pada saat proses pembelajaran dimulai mereka
asyik bermain dibelakang serta tidak menghiraukan penjelasan guru, sehingga mereka
menjadi siswa yang pemalas dan siswa yang tertinggal dengan temannya yang lain. Tetapi ini
berbeda dengan 34 siswa yang menyatakan bahwa mereka memahami pelajaran agama dan
yakin bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah dan juga atas keridhoan-Nya.
Sehingga mereka memiliki rasa optimis yang tinggi bahwa setiap doa yang mereka minta
hanya kepada-Nya akan terkabulkan dan mereka yakin bahwa Allah akan memberikan jalan
yang terbaik kepada mereka untuk memotivasi mereka dalam meningkatkan hasil belajar
mereka.
Para siswa belum sepenuhnya menggunakan kecerdasan spiritual untuk kesadaran
mereka dalam belajar, sebagian dari mereka kurang memiliki kesadaran bahwa mereka
memiliki kelemahan dan kelebihan namun hal ini tidak mereka gunakan untuk tetap berserah
diri kepada Allah. Tetapi ada siswa sebanyak 34 siswa yang memiliki intelektual sangat
tinggi, mereka memiliki kesadaran untuk meminta petunjuk kepada Allah dalam memilih hal
yang baik sehingga mereka melakukan shalat istikhoroh, kemudia dari sebagian siswa ada
juga yang tidak memanfaatkan waktu mereka sebagai seorang muslim yaitu untuk menjalan
shalat lima waktu serta mengatur jadwal belajar dan bermain seefektif mungkin. Mereka
asyik bermain, bersenang-senang dan melupakan semua tugas yang diberikan guru.
Kemudian mereka belum sadar akan rasa tanggung jawab yang harus mereka jalankan
semaksimal mungkin. Mereka menganggap remeh dalam setiap masalah, padahal mereka
tidak bisa menyelesaikan masalah mereka dengan baik tanpa bantuan Allah.
Sebagian para siswa yang menggunakan kecerdasan spiritual mereka dalam
menghidupkan visi dan nilai untuk meningkatkan hasil belajar mereka, dalam mencapai cita-
cita mereka, mereka melakukan shalat tahajjud dan berdoa kepada Allah agar diberi
kemudahan untuk mencapai semua yang mereka inginkan, dari 198 siswa menggunakan
semangat yang tinggi ketika memulai pelajaran, mereka berdoa terlebih dahulu sebelum
belajar agar pelajaran yang mereka dapatkan dari guru mereka menjadi berkah serta hasil
belajar mereka mencapai angka yang optimal dan memuaskan.
Dari segi tanggung jawab, para siswa memiliki kemandirian dan rasa tanggung jawab
yang berbeda-beda. Dari 198 siswa, mereka mengalami yang namanya naik turun dalam
bertanggung jawab. Misalnya, sebagai seorang muslim mereka tidak bertanggung jawab
dalam mengerjakan sholat meskipun mereka tahu semua yang terjadi adalah kehendak Allah,
tetapi mereka tetap meninggalkan sholat dan asyik bermain tanpa memikirkan waktu untuk
beribadah kepada Allah. Sehingga mereka belum memiliki kemandirian dan rasa tanggung
jawab pada diri mereka sendiri.

2. Kecerdasan Emosional (X2)


Dari data hasil penelitian kecerdasan emosional yang saya lakukan di Madrasah
Tsanawiyah se-Kecamatan Bahorok, yang saya peroleh dari 261 siswa dengan 40 pertayaan
yang berkaitan tentang mengenali diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali
emosi orang lain serta membina hubungan dengan orang lain. Berdasarkan data hasil
penelitiaan yang saya lakukan dapat diketahui bahwa rata-rata siswa Tsanawiyah
dikecamatan Bahorok adalah kadang-kadang menggunakan kecerdasan emosinalnya dalam
menigkatkan hasil belajar mereka.
Sebagian siswa menggunakan kecerdasan emosional yang mereka miliki dalam
menimbulkan rasa kesetiakawanan yang dapat mempengaruhi keberhasilannya. Dari 171
siswa menyatakan hanya biasa-biasa saja dalam memiliki rasa kesetiakawan untuk
mempengaruhi keberhasilannya. Karena mereka memahami intelektul yang mereka miliki
masih rendah. Dan sebagian siswa juga mempunyai kemampuan yang biasa-biasa saja dalam
mencari hal-hal yang baru yang dapat menunjang keberhasilan mereka. Tetapi sebanyak 59
siswa berbeda pendapat dengan 171 siswa tersebut. Bahwa para siswa sebanyak 59 mengakui
memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi sehingga berdampak positif bagi diri mereka
dalam meraih keberhasilan dan memperbanyak pengetahuan mereka. Dan sebanyak 31 siswa
sangat jauh berbeda dengan beberapa siswa yang lain, mereka tidak memiliki
rasakesetiakawanan dan ini berakibat negatif bagi mereka sehingga mereka merasakan akibat
nya yaitu mereka tertinggal dari teman yang lain. Kemudian mereka juga merasa cepat bosan
pada saat belajar. Dan mereka juga tidak memiliki sikap sopan santun sehingga mereka
terbiasa membalas kekerasan yang dilakukan teman mereka dan akhirnya mereka berantam
diruang kelas dan mengganggu proses belajar.
Dalam hal ini, para siswa harus pandai mengatur emosi yang mereka miliki kapan pun
dan dimana pun mereka berada, terutama pada saat belajar. Dengan demikian mereka akan
menjadi seorang yang pemaaf meskipun temannya membuat kesalahan kepadanya dan
mereka juga dapat mengontrol dirinya agar tidak bermusuhan terhadap sesama temannya.
Kemudian mereka harus pandai memanfaatkan semua potensi yang mereka miliki. Sehingga
pada saat mereka cemas atau gelisah mereka dapat mengatasi masalah yang mereka hadapi
dengan sebaik mungkin. Dan mereka juga dapat mengatasi kesedihan apabila tertimpa
musibah dan mereka berusaha untuk bersikap tenang dalam menghadapi semua masalah, jika
nilai semester mereka merosot maka mereka tidak lagi merasa jatuh dan berlarut dalam
kesedihan karena mereka telah mampu mengaatasi setiap masalah yang datang menimpa
mereka
Dalam hal ini dari 171 siswa, mereka jarang memotivasi dirinya untuk dapat
mengendalikan diri dari setiap masalah yang mereka hadapi. Mereka hanya menganggap
remeh setiap masalah yang dihadapi tanpa memikirkan solusi yang terbaik. Kemudian ada
juga siswa sebanyak 31 siswa tidak memikirkan masalah yang ada pada dirinya, mereka tidak
ambil pusing untuk masalah yang mereka hadapi. Padahal mereka tahu ini akan menjadi
masalah yang sangat besar apabila tidak mereka selesaikan dengan seefektif mungkin dan
secepat mungkin. Dan seharusnya mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal yang positif
dari setiap masalah yang mereka hadapi. Untuk meningkatkan motivasi itu perlu adanya
dorongan, yaitu dengan mencontoh kesuksesan orang lain yang pernah mereka lihat. Tetapi
mereka tidak mau melakukan hal itu. Mereka tidak meyakinkan pada diri mereka sendiri
bahwasa mereka juga bisa sukses seperti orang yang mereka lihat telah sukses. Seharusnya
latar belakang seseorang yang berhasil mereka jadikan contoh dan tumpuan untuk mereka.
Para siswa juga harus berfikir positif dan belajar realistis dari setiap keadaan yang mereka
jalani, seperti kenaikan spp dan menjadi yang terbaik didalam kelas.
Siswa juga harus mengenal emosi orang lain, agar mereka dapat mengembangkan
kecerdasan emosional emosinal yang mereka miliki kepada orang lain. Tetapi hal ini sangat
minim dilakukan oleh 171 siswa disebabkan kurang mengenal emosi orang lain. Seharusnya
hal ini dapat menjadi landasan bagi mereka untuk mengetahui emosi orang lain. Seharusnya
mereka memiliki kepedulian terhadap perasaani orang lain dan mereka juga ikut merasa iba
jika ada teman mereka yanh mendapatkan musibah maupun mendapat masalah yang di
hadapi orang lain. Dalam tingkat kepedulian mereka terhadap perasaan orang lain masih
kurang, mereka masih belum bisa ikut merasa iba terhadap temannya apabila mengalami
kesulitan dan mereka seharusnya memiliki inisiatif sendiri untuk membantu dan setidaknya
meraka harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh teman mereka.
Dalam hal ini juga dapat men jadi landasan dalam membina hubungan dengan orang
lain, dan hal ini dapat dicontohkan oleh 59 siswa yang memiliki inisiatif yang tinggi untuk
berhubungan baik dengan orang lain. Adapun inisiatif mereka yaitu membentuk hubungan
dengan orang lain dengan berusaha menjalin kedekatan sebaik mungkin. Misalnya dengan
cara kita berdiskusi, kerja kelompok dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini akan
menjadikan hunbungan yang mereka bina akan semakin erat. Dan mereka harus pandai dalam
mengontrol dan menjaga hubungan mereka agar tidak tergoyahkan atau hancur oleh orang-
orang yang iri dengan hubungan yang telah mereka jalin. Dan jadikan di setiap hubungan itu
mengarah ke hal positif yang dapat menunjang semangat belajar mereka bukan untuk
membuang waktu mereka hanya untuk berkumpul dan membahas hal-hal yang tidak
bermanfaat bagi mereka. Para siswa juga dapat memberikan kenyamanan satu dengan
lainnya.

3. Hasil Belajar Siswa (Y)

Berdasarkan hasil penelitian pada mata pelajaran Aqidah Ahlak yang mempengaruhi
perubahan tingkah laku serta pola fikir setiap siswa. Sebuah proses pembelajaran mulai dari
tidak mengerti tentang akidah akhlak menjadi tahu serta dapat dipahami oleh mereka dan
mereka terapkan serta laksanakan dalam kehidupan sehari – hari agar tingakh laku mereka
menjadi lebih baik. Dari hasil penelitian yang dapat saya peroleh di madrasah Tsanawiyah se-
Kecamatan Bahorok kepada 261 siswa Tsanawiyah yang ada dikecamatan Bahorok dengan
40 pertayaan yang berkaitan tentang pemahaman, pengetahuan, dan penerapan tentang
mata pelajaran aqidah ahlak. Maka berdasarkan penelitiaan yang saya lakukan dapat
diketahui bahwa rata-rata siswa Tsanawiyah dikecamatan Bahorok yaitu sebanyak 158
jarang menggunakan pemahaman serta menerapkan pengetahuan mereka tentang pelajaran
aqidah ahlak dalam kehidupan kehidupan sehari-hari serta pada saat proses pembelajaran.
Tetapi, ada juga sebanyak 47 siswa yang sudah paham dan menerapkan pelajaran Akidah
Akhlak dan sebanyak 58 siswa yang sama sekali tidak paham pelajaran Akidah Akhlak.
Bagi para siswa untuk memahami dan menerapkan pengetahuan pelajaran aqidah
ahlak dalam proses pembelajaran dan kehiduapannya sehari-hari adalah sikap yang harus
tertanam dalam dir mereka, agar etika mereka didalam masyaarakat dipandang baik. Karena
pelajaran Akidah Akhlak membahas tentang kepercayaan, etika, moral dan sopan santun
yang seaharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi para siswa Madrasah
Tsanawiyah se- kecamatan Bahorok ada yang hanya diwaktu- waktu tertentu saja
menerapkan pelajaran akidah ahklak, contohnya saja sebagai seorang musli para siswa masih
melihat waktu-waktu tertentu untuk melaksanakan kewajibannya, seperti mereka hanya shalat
idul fitri, idul adha, sementara shalayt lima waktu mereka abaikan. Tetapi ada juga dari
sebagian siswa yang memang menerapkan pelajaran Akidah Akhlak tersebut didalam
kehidupannya. Contohnya saja berdoa hanya kepada Allah. Hal itu dikarenakan mereka
paham dan mengetahui apa itu iman kepada allah, bagaimana akhlak yang baik, syarat –
syarat taubat yang diterima Allah, keistimewaan Al-qur’an, pengertian tawakkal, pengertian
Nadam, Bersih itu sebagian dari iman, memahami bukti – bukti kebenaran sesuatu yang
berdasarkan Al – Qur’an dan Hadits, dan Dasar – dasar aqidah islam. Karena siswa mampu
memahami semua pelajaran aqidah akhlak dengan baik sehingga para siswa menggunakan
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional yang iadalam meningkatkan hasil belajar
mereka. Hal ini dapat dijadikan bekal untuk menjadi pribadi yang memiliki aqidah yang baik.
Namun, ada juga sebagian siswa mengecewakan orang-orang terdekat mereka yaitu mereka
tidak menerapkan dan tidak memahami pelajaran Akidah Akhlak itu dalam kesehariannya
sehingga dalam proses pembelajaran mereka tmerasa bosan ketika belajar akidah akhlak dan
bosan tentang apa yang disampaikan gurunya.

You might also like