You are on page 1of 33

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
bimbingan-Nya sehinggamakalah “Multisocioculture In Medicine” dapat
diselesaikan dengan baik. Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.Tanpa mereka yang terlibat membantu penyelesaian tugas ini baik
secara langsung maupun tidak langsung, maka makalah ini tidak dapat kami
selesaikan walaupun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
serta masih banyak kekurangan dalam proses penyusunannya.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas tutorial blok dua yang
pertama. Kami menyusun makalah tutorial ini dengan harapan makalah dapat
bermanfaat bagi kami di kemudian hari serta dapat menjadi berguna juga bagi
orang-orang lain yang membaca makalah kami ini.
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
perhatian dan dukungannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat membantu mengembangakan topik ini dan bermanfaat
di kemudian hari. Terimakasih.

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................ 1


Daftar isi .................................................................................................................. 2

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah .................................................................................... 3
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 3
1.3 Analisis masalah................................................................................................ 4
1.4 Tujuan pembelajaran ......................................................................................... 4

BAB II Isi
2.1 Terminologi ....................................................................................................... 5
2.2 Social Culture ................................................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Social Culture .............................................................................. 5
2.2.2 Hubungan Social Culture dengan Kesehatan ................................................. 6
2.2.3 Pengaruh Social Culture Terhadap Makanan ................................................ 6
2.2.4 Pengaruh Social Culture Terhadap Kebiasaan Makanan ............................... 6
2.3 Tabu Makanan .................................................................................................. 7
2.3.1 Pengertian Tabu ............................................................................................. 7
2.3.2 Jenis Tabu Makanan....................................................................................... 7
2.3.3 Klasifikasi Tabu Makanan ............................................................................. 7
2.3.4 Alasan Suatu Makanan Dianggap Tabu ......................................................... 8
2.3.5 Contoh Tabu Makanan ................................................................................... 8
2.3.6 Pengaruh Tabu Makanan Terhadap Kesehatan .............................................. 9
2.3.7 Penjelasan Ilmiah Makanan Yang Dianggap Tabu ....................................... 9
2.3.8 Kandungan Gizi Makanan yang Sering Dianggap Tabu dan Dampaknya
Bagi Kesehatan...................................................................................................... 13
2.4 Peran Promosi Kesehatan Masyarakatan Dalam Kesehatan .......................... 21
2.4.1 Peran Promosi Kesehatan Masyarakatan Dalam Kesehatan ........................ 21
2.4.2 Langkah-Langkah Promosi Kesehatan Di Masyarakat ................................ 27

BAB III Kesimpulan ............................................................................................ 32

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 33

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


ETH seorang mahasiswa Kedokteran bersama kawan-kawannya sedang
mengikuti PBL di suatu daerah dan menginap di rumah Bapak D, yang
merupakan tokoh masyarakat daerah tersebut. Dalam perbincangan dengan Bapak
D, ETH menyatakan bahwa sumber daya alam daerah ini potensial sebagai
sumber gizi, tetapi mengapa waktu diadakan pemeriksaan kesehatan, ternyata
prevalensi status gizi kurang persentasenya paling dominan.
Menurut penuturan Bapak D, penduduk daerah ini masih memegang teguh
adat istiadat, yaitu pantang/tabu untuk mengkonsumsi pangan hewani dan nabati
tertentu. Misalnya Ibu hamil tabu memakan daging ayam, ikan, buah papaya,
buah nanas, dan daunkelor. Ibu menyusui tabu memakan telur, ikan. Anak-anak
tabu makan telur, ikan, dan kacang-kacangan.
ETH dan kawan-kawannya kaget mendengar penuturan Bapak D, karena
kontradiktif dengan pengetahuan yang mereka miliki, kandungan gizi pangan
hewani dan nabati yang dianggap tabu tersebut sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Di daerah lain daun kelor, selain dikonsumsi sebagai sayuran ,juga
digunakan sebagai obat tradisional. Dengan perantaran D sebaga tokoh
masyarakat, ETH berusaha melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat, khususnyakesehatan Ibu hamil, Ibu menyusui, dan anak-
anak.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa waktu diadakan pemeriksaan kesehatan prevalensi BALITA
persentasenya paling tinggi?
b. Mengapa BUMIL dan BUTEKI yang datang pada pemeriksaan kesehatan
prevalensi status gizi kurang persentasenya paling dominan?

3
c. Bagaimana ETH dan kawan-kawan mengatasi masalah kesehatan di
daerah tersebut?

1.3 Analisis Masalah


a. Karena anak-anak tabu makan telur, ikan, kacang-kacangan.
b. Karena ibu hamil tabu makan ikan, danging ayam, buah pepaya, buah
nanas, dan daun kelor, sementara ibu menyusui tabu makan ikan dan telur.
c. ETH dapat berusaha mengatasi masalah kesehatan daerah tersebut dengan
melakukan promosi kesehatan.

1.4 Tujuan Pembelajaran


Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan :
1. Istilah sulit dan singakatan.
2. Hubungan Multisocioculture dengan Kesehatan.
3. Pengertian, jenis, klasifikasi serta alasan makanan dianggap tabu, juga
memberikan contohnya.
4. Pengaruh tabu makanan terhadap kesehatan serta memberikan penjelasan
secara ilmiah.
5. Kandungan nutrisi makanan yang dianggap tabu dan dampaknya bagi
kesehatan masyarakat.
6. Peran,cara, dan tahapan promosi kesehatan.

4
BAB II
ISI
2.1 Terminologi
1. Prevalensi : jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu
waktu tertentu di suatu wilayah.
2. Kontradiksi : pertentangan antara dua hal yg sangat berlawanan atau
bertentangan.
3. BUTEKI : Ibu Meneteki.
4. BUMIL : Ibu Hamil.
5. Tabu : pantangan ; larangan.
Obat tradisional : bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. (Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Kepala Badan POM No.
HK.00.05.4.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka).

2.2 Social Culture


2.2.1 Pengertian Social Culture
Istilah social culture menunjuk kepada dua segi kehidupan bersama manusia,
yaitu kemasyarakatan dan segi kebudayaan :

 Kemasyarakatan

Dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama


dengan sesamanya. akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam
tertib sosial budaya serta didalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini
merupakan produk sosial budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan
pertumbuhan kebudayaan.

Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan mengembangkan


norma sosial yang meliputi kehidupan normatif, status, kelompok asosiasi, dan
institusi. Organisasi sosial mencakup aspek fungsi yang berwujud dalam aktivitas
bersama anggota masyarakat dan aspek struktur. Aspek struktur terdiri dari
struktur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan seluruh kerangka
lembaga sosial.

 Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang
perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya. kebudayaan tercipta
oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah,
dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat budaya membentuk pola budaya
sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai
misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing arti kata dari social dan culture, maka
pengertian social culture dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat

5
(bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara yag dilandasi dengan falsafah negara kesatuan Republik Indoesia.
n dalam priode kanak-kanak setelah disapih m

2.2.2 Hubungan Social Culture dengan Kesehatan


Dari 4 milyar manusia di dunia, ratusan juta orang menderita gizi buruk dan
kekurangan gizi. Angka yang tepat tidak ada ; tidak ada sensus mengenai
kelaparan, dan perbedaan antara gizi cukup dan gizi kurang merupakan jalur yang
lebar, bukan suatu garis yang jelas. Apapun tolok ukur kita; kelaparan (dan sering
mati kelaparan) merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan
di sebagian terbesar Negara-negara di dunia. Kekurangan gizi menurunkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, menyebabkan banyak penyakit kronis, dan
menyebabkan orang tidak mungkin melakukan kerja keras. Lagi pula, banyak
spesialis percaya bahwa kekurangan protei enyebabkan kerusakan otak yang
permanen.
Banyak dari masalah kekurangan gizi berasal dari ketidakmampuan Negara-
negara non industry untuk menghasilkan cukup makanan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk mereka yang berkembang. Hanya peningkatan-peningkatan
yang besar dalam produksi makanan di dunia, melalui metode-metode pertanian
yang lebih baik saja yang dapat mengurangi gizi buruk dan kekurangan gizi, yang
berasal dari kekurangan kalori dan protein yang menyolok.
Namun banyak dari masalah juga tergantung pada kepercayan-kepercayan keliru,
yang terdapat dimana-mana, mengenai hubungan antara makanan dan kesehatan,
dan tergantung pada kepercayaan-kepercaan, pantangan-pantangan, dan upacara-
upacara, yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang
tersedia bagi mereka kekurangan gizi di sebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan
makanan buruk, tentunya tidak terbatas pada dunia ketiga, hal itu di temukan juga
dalam jumlah yang berlimpah dinegara kita sendiri.

2.2.3 Pengaruh Social Culture Terhadap Makanan


Semula berfikir, nampaknya aneh untuk menanyakan, “Apakah Makanan Itu
?” Makanan adalah yang tumbuh diladang-ladang, yang berasal dari laut, yang
dijual di pasar dan yang muncul di meja kita pada waktu makan. Pertanyaan itu
bagai manapun juga, adalah dasar dari pengertian tentang masalah gizi. Sebagai
suatu gejala budaya, makan bukanlah semata-mata suatu produk organic dengan
kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organism yang hidup, termasuk
manusia, untuk mempartahankan hidup. Lebih tepat, bagi para anggota setiap
masyarakat, makanan dibentuk secara budaya; bagi sesuatu yang akan dimakan, ia
memerlukan pengesahan budaya dan keaslian.

2.2.4 Pengaruh Social Culture Terhadap Kebiasaan Makanan


Apa yang sering belum dipelajari oleh masyarakat rumpun dan pedesaan
adalah hubungan antara makanan dan kesehatan, dan antara makanan yang baik
dengan kehamilan, juga kebutuhan – kebutuhan akan makanan khusus bagi anak
setelah penyapihan. Walaupun gizi buruk di dunia ini banyak disebabkan oleh
kekurangan pangan yang mutlak, masalahnya bertambah parah akibat berbagai

6
kepercayaan budaya dan pantangan pantangan yang sering membatasi
pemanfaatan makanan yang tersedia. Maka dalam perencanaan kesehatan,
masalahnya tidak terbatas pada pencarian cara – cara untuk menyediakan lebih
banyak makanan, melainkan harus pula dicarikan cara – cara untuk memastikan
bahwa makanan yang tersedia digunakan secara efektif.

2.3 Tabu Makanan

2.3.1 Pengertian Tabu


Diambil dari beberapa sumber :
 Tabu adalah tindakan untuk menghindari apa yang diyakini berbahaya
secara supranatural, sedangkan tabu makanan adalah tindakan untuk menghindari
makanan tertentu berdasarkan penjelasan sebab akibat yang bersifat supranatural (
Sanjur, 1982).
 Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis
makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang
melanggarnya (Sediaoetama, 1999). Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan
magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik, yang akan
menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.
 Garine (1970) yang dikutip oleh Fieldhouse (1995) menyatakan bahwa
tabu adalah kebijaksanaan pembatasan/larangan untuk menghindari makanan
tertentu.

2.3.2 Jenis Tabu Makanan


Pantangan atau tabu yang berdasarkan larangan oleh agama atau kepercayaan
bersifat absolut, tidak dapat ditawar lagi bagi penganut agama atau kepercayaan
tersebut, sedang pantangan atau tabu lainnya masih dapat diubah atau bahkan
dihilangkan, jika diperlukan.

Pantangan atau tabu yang tidak berdasarkan agama atau kepercayaan dapat
kita hadapi menurut katagori :
(1) Tabu yang jelas merugikan kondisi gizi dan kesehatan. Sebaiknya
diusahakan
untuk mengurangi, bahkan kalau dapat menghapuskannya,
(2) Tabu yang memang menguntungkan keadaan gizi dan kesehatan,
diusahakan memperkuatnya dan melestarikannya,
(3) Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kondisi gizi dan kesehatan,
dibiarkan, sambil dipelajari terus pengaruhnya untuk jangka panjang
(Sediaoetama, 1999).

2.3.3 Klasifikasi Tabu Makanan


Garine membagi klasifikasi tabu menjadi:
(1) Dipandang dari sudut waktu, tabu sementara dan tabu permanen.
(2) Menurut kelompok orang: tabu untuk masyarakat tertentu, secara umum
untuk seluruh masyarakat, orang lelaki atau perempuan, tingkat sosial tertentu.

7
Penghindaran sementara diantaranya pada wanita hamil, melahirkan, menyusui,
sedang menstruasi, pada bayi, anak selama penyapihan, anak-anak, remaja, dan
saat sakit.

2.3.4 Alasan Suatu Makanan Dianggap Tabu


Beberapa alasan tabu diantaranya adalah:
Khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang
bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penykit, kebersihan kesehatan, larangan
agama, pembatasan makanan hewani. Hewan yang disucikan, adat/budaya.

2.3.5 Contoh Tabu Makanan

1) Tabu makanan banyak yang berhubungan dengan sumber hewani, seperti


daging dan ikan. Menurut Reddy (1990), tabu makanan berkaitan dengan konsep
”panas-dingin” yang dapat memengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh
manusia, tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu
panas atau terlau dingin, maka akan menimbulkan penyakit. beberapa contoh
diantaranya ada tabu makan daging pada ibu hamil karena dikhawatirkan
menyebabkan pendarahan saat melahirkan dan tabu makan pepaya pada anak-
anak karena dianggap terlalu dingin sehingga dapat menimbulkan penyakit.

2) Dari Beberapa Daerah :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwik & Yushila (2006), mendapatkan


adanya tabu makan telur pada anak-anak di daerah Pekalongan, karena
dikhawatirkan nantinya akan tumbuh bisul.
b. Di daerah Magelang, adanya tabu makan ikan bagi anak-anak, karena
dikhawatirkan nantinya akan terkena penyakit cacing pada anak.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah & Ichsan (2006), mendapatkan
adanya tabu makan brutu yaitu daging ayam bagian ekor untuk gadis remaja di
daerah Lampung, supaya tidak genit sehingga sulit jodoh. Hal tersebut mungkin
diasosiasikan dengan tindak-tanduk ayam yang senang menggoyang-goyangkan
buntutnya sehingga terkesan genit, dan dikhawatirkan seorang gadis yang
memakannya akan berperilaku demikian.
d. Tabu makanan yang lain yaitu tidak boleh makan sayap ayam bagian
telampik, yaitu daging yang kecil di ujung sayap, pada remaja laki-laki di daerah
Semarang karena dikhawatirkan nanti kalau sudah saatnya melamar gadis akan
ditolak. Konsep ini mungkin karena adanya kemiripan pelafalan istilah dalam
bahasa Jawa antara telampik yang berarti ekor ayam dengan ditampik, yang
berarti ditolak.
e. Selanjutnya untuk gadis remaja di daerah Solo ada tabu tidak boleh makan
jantung pisang, supaya tidak mandul.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (1993), mendapatkan adanya tabu
makan telur dan daging pada ibu hamil di Jawa Tengah karena dikhawatirkan
akan menyebabkan perdarahan yang banyak pada saat melahirkan.

8
g. Selanjutnya di daerah Betawi ada tabu makan ikan asin, ikan laut, udang
dan kepiting bagi ibu menyusui, karena dikhawatirkan nantinya air susu akan
menjadi asin.
h. Tabu makan ikan hiu pada ibu menyusui di daerah Sulawesi Selatan,
merupakan temuan menarik pada penelitian yang dilakukan oleh Aswita& Dewi
(2006). Dalam uraiannya dikatakan bahwa hal itu berkaitan dengan legenda yang
terjadi di daerah Sulawesi Selatan, khususnya pada suku Bugis. Dahulu saat
sedang mencari ikan di laut terjadi badai yang dahsyat, dan mereka selamat karena
ditolong oleh ikan hiu sehingga terjadi perjanjian tidak boleh lagi makan ikan hiu
untuk anak cucunya. Pada ibu menyusui, makan ikan hiu dipercaya akan
menyebabkan anak menderita penyakit kulit.
i. Selain itu untuk ibu menyusui di pulau Lombok, khususnya suku Sasak,
terdapat tabu makan ikan belut karena akan menyebabkan penyakit gatal pada
anak yang disusuinya.
j. Pada masyarakat Papua, khususnya suku Jae, Ikan Kakap dan Ikan
Sembilan tabu dimakan karena bentuknya aneh, sehingga dikhawatirkan akan
menyebabkan kelainan pada tubuh, bahkan berakibat kematian (Apomfirez, 2002)

2.3.6 Pengaruh Tabu Makanan Terhadap Kesehatan


Tabu makanan di Indonesia masih menjadi masalah karena masih banyak
makanan yang seharusnya dikonsumsi tapi masih ditabukan. Akibat tabu makanan
tersebut ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak tidak berani memakan
terebut sehingga dapat mengurangi inti makanan (Suhardjo, 1889) dan pada
akhirnya akan menurunkan status gizi mereka.
Status gizi adalah suatu keadan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
anatar asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat
dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990)
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zatbgizi
di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi akan digunakan secara
efisien akan tercipta status gizi yang optimal yang memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembanagn otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001)
Faktor lingkunagn yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang adalah
lingkungan fisik, biologi, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadai, 2009)
Faktor yang mempengaruhi dalam skenario adalah faktor lingkungan budaya:
Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terhadap pantangan,
takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi
rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak
yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga.

2.3.7 Penjelasan Ilmiah Makanan Yang Dianggap Tabu


A. Pepaya
Bila dikonsumsi oleh ibu hamil ditakutkan akan mengalami keguguran Pepaya
memang baik untuk dikonsumsi demi menjaga kesehatan tubuh kita, tapi wanita yang

9
sedang hamil, dilarang mengonsumsi buah pepaya—terutama pepaya yang masih muda
atau mentah atau mengkal—dan juga kulit; daun; biji (segar/kering); dan getahnya,
karena bagian-bagian buah tersebut, memiliki efek untuk menggugurkan kandungan.
Jika tidak memungkinkan—dikarenakan berbagai alasan, wanita yang sedang hamil
tetap “diperbolehkan” untuk mengonsumsi buah pepaya, itupun yang telah benar-
benar masak dan dengan kuantitas yang sedang. Dalam hal ini, dosis memainkan peran
yang amat penting, karena wanita-wanita yang mengonsumsi pepaya dalam jumlah yang
banyak dan dalam rentang waktu yang sangat lama, bisa menjadi mandul untuk
selamanya.

Sejumlah peneliti di University of Sussex di Inggris menyebutkan, “Jika


wanita yang sedang hamil mengonsumsi satu pepaya per hari, mungkin dia akan
mengalami keguguran dalam waktu seminggu. Buah ini, hanya perlu dimakan dua
atau tiga hari untuk merasakan fungsinya sebagai pengendali kelahiran. Aborsi
dijamin akan terjadi, hanya dengan memakan buah pepaya yang belum masak.”

Oleh sebab itulah, di berbagai negara seperti di Papua Nugini dan Peru, buah
pepaya sering digunakan sebagai alat kontrasepsi (pengendali kelahiran). Dari
hasil seminar tentang pepaya yang diselenggarakan oleh Direktorat Budidaya
Tanaman Buah—Direktorat Jendral Holtikultura di Taman Buah Mekarsari,
terungkap sejumlah informasi penting tentang manfaat mengonsumsi buah
pepaya, di antaranya:

1.Pepaya mampu mempengaruhi hormon pertumbuhan manusia, yang mampu


membantu peningkatan kesehatan otot dan mengurangi penimbunan lemak di
dalam tubuh,

2. Pepaya mampu membantu mempercepat proses pencernaan protein,

3.Pepaya mampu membantu pengaturan asam amino dan membantu proses


detoksifikasi racun dari dalam tubuh. Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh
akan kan meningkat,

4. Pepaya membantu meningkatkan kualitas sperma. Pepaya terbukti secara


signifikan dalam membantu proses kesuburan pria. Dengan mengonsumsi vitamin
C yang dikandung oleh pepaya sebanyak 500 miligram per hari, maka para pria
dapat meningkatkan jumlah sperma, menstimulasinya menjadi lebih subur, dan—
yang paling penting—mempercepat pergerakan sperma, yang pada akhirnya
mempercepat terjadinya kehamilan,

5.Pepaya merupakan salah satu buah yang amat baik dijadikan sebagai
sumber antioksidan, yang bisa diandalkan untuk mengenyahkan radikal bebas—
pemicu penyakit kanker, karena pepaya mengandung vitamin C dan karoten
dalam jumlah yang lumayan banyak,

10
6. Pepaya memiliki sifat antiseptik dan dapat membantu mencegah
perkembangan bakteri yang dapat merugikan usus. Selain itu, pepaya membantu
menormalkan pH usus, sehingga keadaan flora usus menjadi normal,

7. Pepaya yang telah masak dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit


disentri dan reumatik,

8.Zat papain yang dikandung oleh pepaya dapat memecah makanan yang
mengandung protein, sehingga terbentuklah senyawa asam amino yang bersifat
autointoxicanting, sehingga otomatis menghilangkan terbentuknya berbagai
substansi yang tidak diinginkan tubuh, yang terjadi akibat proses pencernaan yang
tidak sempurna. Dengan demikian, kita akan terbebas dari penyakit epilepsi,
hipertensi, kencing manis, radang sendi, dan sembelit.

B. Belut

Bila dikonsumsi oleh ibu hamil ditakutkan akan menyebabkan gatal-gatal.


Belut kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran
fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor
harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga
terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium
fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.

Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada
metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi,
untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor
bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung,
terutama untuk pembentukan tulang janinnya.

Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah
satu penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi
apabila konsumsi protein juga diperhatikan.

C. Nanas

Jika dimakan oleh ibu hamil akan menyebabkan keguguran. Dalam kadar
tinggi (pada varietas nanas tertentu), mungkin bromelain dapat membahayakan
janin yang masih muda (trimester pertama). Jika hanya memakan dalam jumlah
sedikit dan usia kehamilan sudah aman (di atas 4 bulan), makan nanas tidak akan
memengaruhi janin, terutama untuk nanas yang sudah tua atau nanas olahan.
Banyak ibu hamil menjadikan nanas sebagai santapan buah segar dan
kehamilannya tetap aman. Sementara, kebanyakan keguguran tidak ada
hubungannya dengan nanas. Keguguran bisa disebabkan oleh infeksi (misalnya
toksoplasma), kecelakaan (jatuh, terguncang), masalah pertumbuhan (kurang gizi,
kelainan bawaan), dan kesengajaan (aborsi).

11
D. Ikan Laut

Jika dimakan oleh ibu menyusui akan menyebabkan ASI menjadi asin.
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang lahir dari seorang ibu
yang suka makan ikan dan makanan laut lainnya selama hamil cenderung menjadi
lebih cerdas dan memiliki keterampilan tumbuh kembang yang lebih baik
dibandingkan anak dari ibu yang kurang suka makan makanan laut. Penelitian ini
menjadi kontroversial di negeri Paman Sam karena pemerintah Amerika Serikat
dan beberapa ilmuan lain telah mengeluarkan rekomendasi untuk wanita hamil
agar membatasi asupan makanan laut untuk menghindari merkuri, suatu toksin
yang dapat membahayakan sistem saraf janin yang sedang berkembang.
Dr. Joseph Hibbeln dari U.S National Institute of Health yang memimpin
penelitian tersebut menyatakan bahwa makanan laut adalah sumber penting asam
lemat omega 3 yang penting untuk perkembangan otak janin.
Dalam jurnal kedokteran The Lancet, ia menuliskan bahwa pembatasan asupan
ikan dan makanan laut sebanyak 12 ons per minggu pada wanita hamil seperti
(yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika Serikat) tidak melindungi janin
dari masalah perkembangan.

Sebaliknya, menurut mereka wanita hamil yang menghindari makanan laut


bahkan dapat membahayakan janin yang dikandungnya karena akan mengalami
kekurangan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam perkembangan otak janin.
Dr. Hibbeln mengatakan,"Hasil yang kami temukan ini cukup mengejutkan,
karena kami sebelumnya tidak mengarapkan hasil yang sangat jelas seperti ini
mengenai bahaya kekurangan konsumsi makanan laut."

Penelitian tersebut dilakukan terhadap lebih dari 8.000 anak yang dipilih oleh
The University of Bristol untuk melihat bagaimana perkembangan anak bila
ibunya makan lebih dari 12 ons makanan laut selama hamil. Anak-anak tersebut
menunjukkan kemajuan yang lebih baik dalam uji perkembangan yang dilakukan
untuk menilai keterampilan motorik, komunikasi, dan sosial selama masa balita,
berperilaku lebih baik di usia 7 tahun, dan memperoleh nilai IQ verbal lebih tinggi
di usia 8 tahun. Perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan anak yang ibunya
selama hamil tidak makan makanan laut sama sekali, 48% dari anak-anak ini
mempunyai nilai IQ verbal yang relatif rendah di usia 8 tahun dibandingkan anak
dari kelompok pertama. Dr. Gary Myers dan Philip Davidson dari University of
Rochester Medical Center di New York menulis komentar dalam The
Lancet,"Hasil penelitian tersebut menekankan pentingnya memasukkan ikan
dalam diet ibu hamil dan mendukung opini umum bahwa ikan adalah makanan
untuk otak."

E. Telur

Bila dikonsumsi oleh anak-anak diatukatkan akan menyebabkan bisul.


Furunkel (boll = bisul) adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan
jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong ,kuduk, aksila, badan

12
dan tungkai. Fuwnkel dapat terbentuk pada Iebih dan satu tempat. Jika lebih
dansatu disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai
faktorantara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang,daya tahan tubuh kurang
daninfeksi oleh staphylococcus Aureus. Infeksi dimulal dan peradangan pada
folikel rambut pada kulit (folikulitis) yang menyebar ke jaringan sekitarnya.
Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan jaringan
sekitarnya yang berdekatan. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa
furunkel yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal
dari jaringan subkutan yang padat.Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada
daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.

2.3.8 Kandungan Gizi Makanan yang Sering Dianggap Tabu dan


Dampaknya Bagi Kesehatan

 Pepaya
a) Vitamin
Pepaya merupakan sumber vitamin C, vitamin E dan beta-karoten, tiga
antioksidan yang sangat kuat. Vitamin-vitamin ini membantu mencegah oksidasi
kolesterol. Kolesterol yang teroksidasi dapat menempel dan menumpuk di dinding
pembuluh darah, membentuk plak berbahaya (aterosklerosis) yang akhirnya dapat
menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Kandungan Gizi Pepaya (304


gr)
%
nutrisi jumlah
AKG
118.56 6.
kalori
kkal 59
3.
protein 1.85 g
70
29.82 9.
karbohidrat
g 94
serat 21
5.47 g
makanan .88
0.
lemak total 0.43 g
66
863.36 17
vitamin A
IU .27
thiamin – 0.08 5.
B1 mg 33
riboflavin – 0.10 5.
B2 mg 88
1.03 5.
niacin – B3
mg 15
vitamin B6 0.06 3.

13
mg 00
vitamin 0.00 0.
B12 mcg 00
187.87 31
vitamin C
mg 3.12
3.40
vitamin E
mg
115.52 28
asam folat
mcg .88
7.90 9.
vitamin K
mcg 88
asam 0.66 6.
pantotenat mg 60
72.96 7.
kalsium
mg 30
33.44
klorid
mg
0.05 2.
tembaga
mg 50
0.30 1.
besi
mg 67
30.40 7.
magnesium
mg 60
0.03 1.
mangan
mg 50
15.20 1.
fosfor
mg 52
781.28 22
potasium
mg .32
1.82 2.
selenium
mcg 60
9.12 0.
sodium
mg 38
0.21 1.
zinc
mg 40

b) Serat
Pepaya merupakan sumber serat yang sangat baik. Selain menurunkan kadar
kolesterol tinggi, serat pepaya juga mampu mengikat zat-zat beracun di usus besar
dan menjauhkannya dari sel-sel usus yang sehat.

c) Asam Folat
Asam folat yang ditemukan dalam pepaya dibutuhkan untuk mengubah zat
yang disebut asam amino homosistein menjadi jinak. Jika tidak diubah,

14
homosistein dapat menempel di dinding pembuluh darah dan menjadi faktor risiko
yang signifikan untuk serangan jantung atau stroke.

Selain itu, kombinasi asam folat, vitamin C, beta-karoten, dan vitamin E


dapat menurunkan risiko kanker usus. Nutrisi ini memberikan perlindungan
sinergis terhadap sel kolon dari kerusakan radikal bebas pada DNA-nya.

d). Enzim

Pepaya mengandung papain yang membantu mencerna protein. Enzim ini,


yang digunakan untuk mengobati luka cedera dan alergi, terutama terkonsentrasi
di buah yang mentah. Papain yang diekstrak banyak digunakan untuk membuat
suplemen enzim pencernaan. Para ahli Ayurveda menganggap papain sebagai obat
untuk gangguan perut seperti diare, sakit maag, dan sembelit.

Enzim-enzim di pepaya berkhasiat untuk menyembuhkan jerawat. Jerawat


dapat disembuhkan dengan menggunakan pepaya mentah sebagai masker di
wajah. Hal ini juga bisa membuat kulit wajah lebih mulus.

Enzim-enzim yang terkandung dalam pepaya juga dapat membantu


mengurangi inflamasi (peradangan) dan mempercepat penyembuhan dari luka
bakar. Orang dengan penyakit yang diperburuk oleh peradangan, seperti asma,
osteoartritis, asam urat dan rematik dapat merasa lebih baik dengan
mengkonsumsi pepaya.

 Ikan
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang lahir dari seorang ibu
yang suka makan ikan dan makanan laut lainnya selama hamil cenderung menjadi
lebih cerdas dan memiliki keterampilan tumbuh kembang yang lebih baik
dibandingkan anak dari ibu yang kurang suka makan makanan laut. Penelitian ini
menjadi kontroversial di negeri Paman Sam karena pemerintah Amerika Serikat
dan beberapa ilmuan lain telah mengeluarkan rekomendasi untuk wanita hamil
agar membatasi asupan makanan laut untuk menghindari merkuri, suatu toksin
yang dapat membahayakan sistem saraf janin yang sedang berkembang.
Dr. Joseph Hibbeln dari U.S National Institute of Health yang memimpin
penelitian tersebut menyatakan bahwa makanan laut adalah sumber penting asam
lemat omega 3 yang penting untuk perkembangan otak janin.
Dalam jurnal kedokteran The Lancet, ia menuliskan bahwa pembatasan asupan
ikan dan makanan laut sebanyak 12 ons per minggu pada wanita hamil seperti
(yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika Serikat) tidak melindungi janin
dari masalah perkembangan.
Sebaliknya, menurut mereka wanita hamil yang menghindari makanan laut
bahkan dapat membahayakan janin yang dikandungnya karena akan mengalami
kekurangan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam perkembangan otak janin.
Dr. Hibbeln mengatakan,"Hasil yang kami temukan ini cukup mengejutkan,
karena kami sebelumnya tidak mengarapkan hasil yang sangat jelas seperti ini

15
mengenai bahaya kekurangan konsumsi makanan laut." Penelitian tersebut
dilakukan terhadap lebih dari 8.000 anak yang dipilih oleh The University of
Bristol untuk melihat bagaimana perkembangan anak bila ibunya makan lebih dari
12 ons makanan laut selama hamil. Anak-anak tersebut menunjukkan kemajuan
yang lebih baik dalam uji perkembangan yang dilakukan untuk menilai
keterampilan motorik, komunikasi, dan sosial selama masa balita, berperilaku
lebih baik di usia 7 tahun, dan memperoleh nilai IQ verbal lebih tinggi di usia 8
tahun.
Perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan anak yang ibunya selama hamil
tidak makan makanan laut sama sekali, 48% dari anak-anak ini mempunyai nilai
IQ verbal yang relatif rendah di usia 8 tahun dibandingkan anak dari kelompok
pertama.
Dr. Gary Myers dan Philip Davidson dari University of Rochester Medical Center
di New York menulis komentar dalam The Lancet,"Hasil penelitian tersebut
menekankan pentingnya memasukkan ikan dalam diet ibu hamil dan mendukung
opini umum bahwa ikan adalah makanan untuk otak."

 Ikan Belut
Sebagai Sumber Energi dan Protein Dilihat dari komposisi gizinya, belut
mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging.
Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit)
dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah yang menyebabkan belut sangat
baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging
sapi (18,8 g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti
jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga
sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga
usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup
baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin
merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-
anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam
glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam
aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan
gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa
monosodium glutamat (MSG). Kandungan arginin (asam amino nonesensial)
pada belut dapat memengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia yang
populer dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang akan
membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di
tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara. Belut kaya akan zat besi (20
mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8
mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk

16
mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan
lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa
oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk
mengoksidasi karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas
tubuh. Itulah yang menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah,
letih, dan tidak bertenaga. Zat besi juga berguna untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa
kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu,
konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan
kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk
kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada
metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi,
untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor
bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung,
terutama untuk pembentukan tulang janinnya. Jika asupan fosfor kurang, janin
akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit tulang
keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga
diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat
baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga
sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor
dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses
metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi
normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.

 Nanas
Nanas adalah jenis buah-buahan yang banyak dikonsumsi sebagai bahan
olahan minuman atau pun makanan. Kandungan dan manfaat buah nanas adalah
sebagai berikut.

 Enzim bromelain, berguna mencerna protein di dalam makanan dan


menyiapkannya agar mudah untuk diserap oleh tubuh. Selain itu juga
mempercepat penyembuhan luka dan peradangan organ tubuh.
 Beta karoten yang sangat berguna mengurangi risiko kanker.
 Aspartic acid, berfungsi sebagai asam amino di dalam tubuh untuk
membantu proses metabolisme. Asam ini juga membantu membuang asam
amonia di dalam tubuh.
 Serat alami, berguna untuk membantu proses pencernaan, menurunkan
kolesterol dalam darah dan mengurangi risiko diabetes dan penyakit jantung.
Serat dari 150 gram nanas setara dengan separuh buah jeruk.
 Vitamin (terutama vitamin C) untuk vitalitas tubuh, kebugaran, dan
penyembuhan berbagai macam penyakit.

17
 Asam chlorogen, semacam antioksidan yang dapat memblokir formasi
nitrosamine, zat yang dapat menyebabkan kanker.
 Asam amino esensial dan non-esensial, untuk membantu memperkuat
sistem imun dalam tubuh, mengatasi kelelahan, dan meningkatkan stamina dan
energi.
 Valine dan leucine yang terdapat di dalam nanas dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan otot.
 Kandungan cystine pada nanas berguna untuk pembentukan kulit dan
rambut, membentuk formasi kulit, dan mempercepat penyembuhan luka.

Namun, dalam kadar tinggi (pada varietas nanas tertentu), mungkin bromelain
dapat membahayakan janin yang masih muda (trimester pertama). Jika hanya
memakan dalam jumlah sedikit dan usia kehamilan sudah aman (di atas 4 bulan),
makan nanas tidak akan memengaruhi janin, terutama untuk nanas yang sudah tua
atau nanas olahan. Banyak ibu hamil menjadikan nanas sebagai santapan buah
segar dan kehamilannya tetap aman. Sementara, kebanyakan keguguran tidak ada
hubungannya dengan nanas. Keguguran bisa disebabkan oleh infeksi (misalnya
toksoplasma), kecelakaan (jatuh, terguncang), masalah pertumbuhan (kurang gizi,
kelainan bawaan), dan kesengajaan (aborsi).

 Daging Ayam

Komposisi gizi ayam

Dianalisa dari nilai gizinya, setiap 100 gram daging ayam mengandung 74
persen air, 22 persen protein, 13 miligram zat kalzium, 190 miligram zat fosfor
dan 1,5 miligram zat besi. Daging ayam mengandung vitamin A yang kaya, lebih-
lebih ayam kecil. Selain itu, daging ayam juga mengandung vitamin C dan E.
Daging ayam selain rendah kadar lemaknya, lemaknya juga termasuk asam lemak
tidak jenuh, ini merupakan makanan protein yang paling ideal bagi anak kecil,
orang setengah baya dan orang lanjut usia, penderita penyakit pembuluh darah
jantung dan orang yang lemah pasca sakit.

Sebenarnya, lemak merupakan salah satu dari tiga unsur gizi yang tidak
terkurangkan untuk tubuh manusia, kalau tidak mengkonsumsinya sama sekali
dapat berakibat kekurangan kalori yang diperlukan untuk kegiatan tubuh, dan
kekurangan zantara untuk menyerap vitamin A, D, E dan K. Masyarakat
dianjurkan tidak mengkonsumsi lemak berlebihan dalam asam lemak jenuh, yang
mudah memicu lemak darah tinggi dan mengakibatkan penyakit pembuluh darah
jantung. Maka, mengkonsumsi asam lemak tidak jenuh bermanfaat bagi
kesehatan. Nilai dari daging ayam justru karena tidak mengandung asam lemak
tidak jenuh.

18
 Daun Kelor

Daun kelor adalah bagian paling bergizi dari tanaman kelor sendiri,
merupakan sumber penting vitamin B6, vitamin C, provitamin A sebagai beta-
karoten, magnesium dan protein antara nutrisi lain yang telah diteliti di lab. oleh
USDA. Jika dibandingkan dengan makanan umum, daun kelor sangat tinggi
dalam kandungan nutrisi nya :

Perbandingan kandungan kelor dan makanan lainnya

Nutrisi Jenis Kandungan Kandungan


makanan Makanan Umum Nutrisi Makanan Daun kelor
Umum
Vitamin A wortel 1,8 mg 6,8 mg
Kalsium susu 120 mg 440 mg
Kalium pisang 88 mg 259 mg
Protein yoghurt 3,1 mg 6,7 mg
Vitamin C jeruk 30 mg 220 mg

Secara tradisional daun kelor dimasak dan digunakan seperti bayam. Selain
digunakan segar sebagai pengganti bayam, daun biasanya dikeringkan dan
ditumbuk menjadi bubuk digunakan dalam sup dan saus. Sebagai catatan Penting
untuk diingat bahwa seperti kebanyakan tanaman kelor pemanasan di atas 60
derajat celcius dapat menghancurkan beberapa nilai gizi.

Khasiat Daun Kelor

1. Anti inflamasi

Kelor memiliki fungsi pengobatan karena mengandung kalsium dan pospor.


Kandungan mineral dan vitamin sangat tinggi dibanding sayuran lainnya. Tidak
heran, media asing banyak yang menyebut kelor sebagai “miracle tree” maupun
“Tree for Life”. Dari penelitian daun kelor mamppu menghambat aktifasi NFkB
dan menurunkan ekspresi protein tumor.

2. Menurunkan kolesterol jahat

Kelebihan kolesterol dapat memacu berbagai penyakit. Tingginya kadar


kolesterol dipicu pola makan yang kurang sehat dan ditambah faktor psikologis

19
seperti stress. Hormon adrenalin dan kostisol dapat memicu produksi kolesterol
dalam tubuh. Penelitian tentang daun kelor membuktikan, bahwa efek dari ekstrak
kelor dapat sebanding dengan obat atenolol dalam menurunkan kadar lemak
dalam tikus. Penelitian ini masih banyak dilakukan juga terkait peran i2 sitosterol,
senyawa bio aktif yang terkandung dalam daun kelor.

3. Mengatasi Nyeri, Letih, Linu

Daun kelor mengandung pterigospermin yang merangsang kulit sehingga


dapat berfungsi sebagai param yang manghangatkan. Jika daun kelor dilumat dan
dibalur akan mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik. Manfaat daun kelor
ini juga telah dibuktikan dengan mengatasi gizi buruk di afrika. 10 Tahun yang
lalu jika kita mendengar ethiopia pasti identik dengan kelaparan. Tapi hari ini
berkat daun kelor bersama dengan program PBB dan LSM mampu menuntaskan
masalah kelaparan dengan media daun kelor dan pohon kelor.

 Telur

Dilihat dari nilai gizinya, telur puyuh tidak kalah dari telur ayam ataupun
telur bebek. Kandungan zat gizi telur puyuh dibandingkan dengan telur ayam dan
telur bebek per 100 gramnya dapat dilihat pada tabel.

Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur bebek

Telur Telur Telur


Zat gizi
puyuh ayam bebek
Energi (kkal) 158 143 185
Protein (g) 13,05 12,58 12,81
Total lemak (g) 11,09 9,94 13,77
Karbohidrat (g) 0,41 0,77 1,45
Kalsium/Ca (mg) 64 53 64
Bes/Fe (mg) 3,65 1,83 3,85
Magnesium/Mg
13 12 17
(mg)
Fosfor/P (mg) 226 191 220
Kalium/K (mg) 132 134 222
Natrium/Na (mg) 141 140 146
Seng/Zn (mg) 1,47 1,11 1,41
Tembaga/Cu (mg) 0,062 0,102 0,062
Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038
Selenium/Se (mkg) 32,0 31,7 36,4

20
Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156
Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404
Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200
Asam Panthothenat
1,438 1,438 1,862
(mg)
Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250
Kolin (mg) 263,4 251,1 263,4
Vitamin B12 (mkg) 1,58 1,29 5,40
Vitamin A (IU) 543 487 674
Vitamin E (mg) 1,08 0,97 1,34
Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4
Kolesterol (mg) 844 423 884
Lutein+zeaksantin
369 331 459
(mkg)

Sumber: USDA (2007)

 Kacang-kacangan
Kandungan nutrisi
a) Protein tinggi
b) Mineral kalsium dan fosfor
c) Asam lemak tak jenuh
d) Sumber protein nabat iterbaik
e) Rendah lemak
f) Vitamin B1,B2
Manfaat bagi kesehatan:
a) Menjaga kolesterol (asam lemak tidak jenuh)
b) Mempercepat proses pertumbuhan dan mencegah penyakit
beri-beri (vitamin B1)
c) Membantu penyerapan protein hingga lebih efisien untuk
digunakan (vitamin B2)
d) Memperkuat tulang (fosfor + kalsium)
e) Meningkatkan kesuburan dan mencegahpenuaandini
f) Sumber energi (kalori)

2.4 Promosi Kesehatan

2.4.1 Peran Promosi Kesehatan Masyarakatan Dalam Kesehatan


Menjelang dimulainya dasawarsa kedua di milenium kedua, perjalanan
bangsa Indonesia mewujudkan kesejahteraan hidupnya menghadapi berbagai
cobaan dan rintangan yang semakin berat, termasuk problematika dalam
kesehatan masyarakat. Program-program kesehatan masyarakat harus menghadapi

21
masalah dan tantangan yang semakin besar dan kompleks. Upaya untuk
menurunkan penyakit menular (infectious diseases) misalnya diare, pneumonia,
demam berdarah belum sepenuhnya berhasil, merebak pula penyakit dan
gangguan kesehatan akibat gaya hidup yangtidak sehat (unhealthy life style),
misalnya merokok, penyalahgunaan zat (substance abuse), rendahnya aktivitas
fisik, pola makan tidak sehat,
perilaku seks yang tidak aman, cedera akibat kecelakaan lalu lintas,
dankekerasan. Belakangan, beban tersebut diperberat karena munculnyapenyakit
baru (new diseases), misalnya avian influenza (flu burung).
Menurut Winslow (1974) kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk
mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat alam:
a) perbaikan sanitasi lingkungan
b) pemberantasan penyakit menular,
c) pendidikan untuk kebersihan perorangan,
d) pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan, serta e) pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang
terpenuhi kehidupan yang layak dalam memelihara
kesehatannya. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat mempunyai perangkat
berupaparadigma, teori, metode, dan teknologi yang khas, yang telah
terbuktikeberhasilannya dalam berkontribusi terhadap upaya meningkatkan
derajatkesehatan penduduk. Di sisi lain, mengingat sasaran kesehatan masyarakat
adalah manusia dengan berbagai ciri kepribadian serta keanekaragaman latar
belakang budaya yang unik, maka penerapan ilmu kesehatan masyarakat
memerlukan kreativitas seni, berupa apresiasi terhadap keragaman individual,
kelompok dan masyarakat. Mengingat bahwalapangan aktivitas kesehatan
masyarakat adalah promosi dan pencegahan, maka segenap metode, teknik, upaya,
dan seni tersebut harus diarahkan
untuk mencegah dan mengendalikan berbagai penyakit menular, sekaligus
mempromosikan (meningkatkan) perilaku yang selaras dengan kaidah kesehatan.
Dalam menyelenggarakan misi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
kesehatan masyarakat ditopang oleh berbagai pilar, di antaranya adalah
pendidikan atau promosi kesehatan. Hendrik L Blum dalam pandangan klasiknya
menyatakan bahwa derajat kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, serta genetik. Oleh sebab
itu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga diarahkan kepada 4
faktor tersebut. Untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui intervensi faktor
lingkungan adalah dengan memperbaiki lingkungan fisik (penyediaan air bersih,
perbaikan pembuangan tinja, air limbah, pembuangan sampah, dan sebagainya),
dan lingkungan non fisik (sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui intervensi pelayanan kesehatan
adalah dengan perbaikan atau peningkatan pelayanan kesehatan sehingga
terjangkau oleh masyarakat, baik terjangkau secara ekonomi maupun secara sosial
budaya. Sedangkan peningkatan kesehatan masyarakat melalui intervensi perilaku
adalah dengan pendidikan atau promosi kesehatan. Dengan intervensi promosi

22
kesehatan diharapkan perilaku masyarakat kondusif bagi kesehatan mereka. Lebih
dari itu, pendidikan atau promosi kesehatan sebenarnya tidak hanya pada faktor
lingkungan saja, tetapi juga berperan pada factor lingkungan, pelayanan
kesehatan, bahkan juga berperan pada factor herediter. Dari pengalaman empiris
terbukti, bahwa meskipun masyarakat telah memperoleh fasilitas sarana air bersih
dan jamban keluarga serta fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi penggunaan oleh
masyarakat tidak maksimal, bahkan tidak digunakan sama sekali. Hal ini
disebabkan karena belum berperannya faktor perilaku yang juga memerlukan
dukungan promosi kesehatan. Untuk jelasnya peran promosi atau pendidikan
kesehatan terhadap kesehatan masyarakat dalam konteks teori Blum tersebut,
dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

a). Kesehatan
Perilaku sebagai sasaran intervensi
mempunyai 3 domain, yakni:
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktek atau tindakan (practice).
Pengetahuan dan sikap merupakan perilaku yang masih tertutup (covert behavior),
sedangkan praktek atau tindakan merupakan perilaku yang sudah terbuka (overt
behavior). Oleh sebab itu, perubahan perilakusebagai hasil pendidikan atau
promosi kesehatan terjadi secara bertingkat. Pemberian informasi melalui
penyuluhan kesehatan sebagai bagian daripromosi kesehatan akan meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan.Pengetahuan kesehatan akan meningkatkan sikap
terhadap kesehatan,dan selanjutnya akan berakibat terhadap perubahan praktek
hidup sehat(overt behavior).
b). Metode Promosi Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh
terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehtan tersebut
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari
sasaran.
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses
tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu
proses pendidikan kesehayan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi

23
suatu proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga metode, faktor
materi aytau pesanya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat
bantu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu
hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara
harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu
harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan
sasaran. Demikian juga lat bentu pendidikan disesuaikan. Untuksasaran
kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran media massa dan
sasaran individual. Untuk sasaran masssa pun harus berbeda dengan sasaran
individual dan sebagainya. Dibawah ini diuraikan beberapa metode promosi atau
pendidikan individual, kelompok dan massa (publik).

1. Metode Individual (Perorangan)


Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru
saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/mendengarkan
penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi
akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekatai secara
perorangan. Perorangan disini tidak berarti hanya harus hanya kepada ibu-ibu
yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepda suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai maslah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui
dengan tepat serta membantunya maka perlu mengginakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
 Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap maslah
yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dnegan penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
 Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apalagi
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
 Metoda kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar

24
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan itu
lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain
ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal
uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa
yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.
Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
 Pelaksanaan:
1) Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
2) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu
dan gelisah.
3) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
4) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
5) Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
6) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang
suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga
duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap
anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan
pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-
pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan
dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua
orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari
salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)

25
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban
atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah
semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)
yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut,
Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
e. Role Ploy (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai
pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana
interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli,
dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk
mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat
yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah
pendekatan massa. Oleh karena sasarn promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan
disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Pendekan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness
atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan
untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat
berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada

26
umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa.

 Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara


lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri
Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik
TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard
Ayo ke Posyandu

2.4.2 Langkah-Langkah Promosi Kesehatan Di Masyarakat


Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat mencakup:
1. Pengenalan Kondisi Wilayah
Pengenalan kondisi wilayah dilakukan oleh fasilitator dan petugas Puskesmas
dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil Kelurahan dan hasil analisis situasi
perkembangan desa/kelurahan. Data dasar
yang perlu dikaji berkaitan dengan pengenalan kondisi wilayah sebagai
berikut:
2. Data Geografi Dan Demografi
Peta wilayah dan batas-batas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah RW,
jumlah RT, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, tingkat pendidikan, mata
pencaharian/jenis pekerjaan.
3. Data Kesehatan
Jumlah kejadian sakit akibat berbagai penyakit (Diare, Malaria, ISPA,
Kecacingan, Pneumonia, TB, penyakit Jantung, Hipertensi, dan penyakit lain
yang umum dijumpai di Puskesmas).Jumlah kematian (kematian ibu, kematian
bayi, dan kematian balita). Jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu nyusui,
bayi baru lahir dan balita. Cakupan upaya kesehatan (cakupan pemeriksaan
kehamilan, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, cakupan Posyandu,
imunisasi dasar lengkap, sarana air bersih dan
jamban). Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang tersedia (Poskesdes,
Puskesmas Pembantu, klinik).

27
Jumlah dan jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang ada seperti Posyandu, kelompok pemakai air, kelompok arisan jamban,
tabulin, dasolin. Jumlah kader kesehatan/kader PKK, ormas/LSM yang ada.
4. Survei Mawas Diri
Sebagai langkah pertama dalam upaya membina peranserta masyarakat, perlu
diselenggarakan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai sederhana oleh para
pemuka masyarakat dan perangkat desa/
kelurahan, yang dibimbing oleh fasilitator dan petugas Puskesmas. Selain
untuk mendata ulang masalah kesehatan, mendiagnosis penyebabnya dari segi
perilaku dan menggali latar belakang perilaku masyarakat, survai ini juga
bermanfaat untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian para pemuka
masyarakat terhadap kesehatan masyarakat desa/kelurahan, khususnya dari segi
PHBS.
Dalam survai ini akan diidentifikasi dan dirumuskan bersama hal-hal sebagai
berikut: Masalah-masalah kesehatan yang masih diderita/dihadapi dan mungkin
(potensial) dihadapi masyarakat serta urutan prioritas penanganannya. Hal-hal
yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari sisi teknis
kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat. Dari sisi perilaku, setiap perilaku
digali faktor-faktor yang menjadi latar belakang timbulnya perilaku tersebut.
Tabel berikut dapat digunakan sebagai panduan untuk menggali latar belakang
setiap perilaku.
5. Sarana Musyawarah Desa/Kelurahan
Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan sebagai tindaklanjut Survai
Mawas Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator dan petugas Puskesmas
untuk mengawalnya. Musyawarah Desa/ Kelurahan bertujuan: Menyosialisasikan
tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih diderita/dihadapi
masyarakat. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalahmasalah
kesehatan yang hendak ditangani. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM
yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan kembali. Memantapkan data/informasi
potensi desa atau potensikelurahan serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan
alternatif sumber bantuan/dukungan tersebut. Menggalang semangat dan
partisipasi warga desa atau kelurahan untuk mendukung pengembangan kesehatan
masyarakat desa/kelurahan.Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan
dibentuknya Forum Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di antara lain :
para pemuka masyarakat desa/kelurahan berkumpul secara rutin untuk membahas
kembangan dan pengembangan kesehatanmasyarakat desa/kelurahan.Dari segi
PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan untuk menjadikan masyarakat
desa/kelurahan menyadari adanya sejumlah perilaku yang menyebabkan
terjadinya berbagaimasalah kesehatan yang saat ini dan yang mungkin (potensial)
mereka hadapi.
6. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau kelurahan,Forum
Desa mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensifguna menyusun rencana
pengembangan kesehatan masyarakat
desa/kelurahan untuk dimasukkan ke dalam Rencana
PembangunanDesa/Kelurahan. Rencana Pengembangan Kesehatan Masyarakat

28
Desa/Kelurahan harus mencakup: Rekrutmen/pengaktifan kembali kader
kesehatan dan pelatihan pembinaan PHBS di Rumah Tangga untuk para kader
kesehatan
oleh petugas Puskesmas dan fasilitator, berikut biaya yang diperlukan dan
jadwal pelaksanaannya.
Kegiatan-kegiatan pembinaan PHBS di Rumah Tangga yang akan
dilaksanakan oleh kader kesehatan dengan pendekatan Dasawisma, berikut jadwal
pelaksanaannya. Sarana-sarana yang perlu diadakan atau direhabilitasi untuk
mendukung terwujudnya PHBS di Rumah Tangga, Hal-hal yang dapat
dilaksanakan tanpa biaya atau dengan swadaya masyarakat dan atau bantuan dari
donatur (misalnya swasta),
dicantumkan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan
dukungan pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa atau
Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbang
selanjutnya.
7. Pelaksanaan Kegiatan
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan,
petugas Puskesmas dan fasilitator mengajak Forum Desa merekrut atau
memanggil kembali kader-kader kesehatan yang ada. Selain itu, juga untuk
mengupayakan sedikit dana (dana desa/kelurahan atau swadaya masyarakat) guna
keperluan pelatihan kader kesehatan. Selanjutnya, pelatihan kader kesehatan oleh
fasilitator dan petugas Puskesmas dapat dilaksanakan. Segera setelah itu,
kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti penyuluhan
dan advokasi dapat dilaksanakan.Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang
memerlukan dana dilakukan jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari
swadaya masyarakat, dari donatur (misalnya pengusaha), atau dari pemerintah,
termasuk dari desa /kelurahan. Promosi kesehatan dilaksanakan dengan
pemberdayaan keluarga melalui Dasawisma, yang didukung oleh bina suasana
dan advokasi.

 Pemberdayaan
Pemberdayaan individu dilaksanakan dalam berbagai kesempatan, khususnya
pada saat individu-individu anggota rumah tangga berkunjung dan memanfaatkan
upaya-upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu,
Poskesdes, dan lain-lain, melalui pemberian informasi dan konsultasi. Dalam
kesempatan ini, para kader (dan juga petugas kesehatan) yang bekerja di UKBM
harus berupaya yakinkan individu tersebut akan pentingnya mempraktikkan
PHBS berkaitan dengan masalah kesehatan yang sedang dan atau potensial
dihadapinya. Pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui kunjungan ke rumah
tangga dan konsultasi keluargaoleh para kader kesehatan. Juga melalui bimbingan
atau pendampingan ketika keluarga tersebut membutuhkan (misalnya tatkala
membangun jamban, membuat taman obat keluarga dan lain-lain). Dalam hal ini,
fasilitator dan petugas Puskesmas mengorganisasikan para kader kesehatan
dengan membagi tugas dan tanggung jawab melalui pendekatan Dasawisma.
Seorang atau dua orang kader diberi tugas dan tanggung jawab untuk membina
PHBS 5–10 rumah tangga.

29
 Bina Suasana
Bina suasana diawali dengan advokasi oleh fasilitator dan petugas Puskesmas
untuk menggalang kemitraan. Advokasi dilakukan terhadap para pemuka atau
tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pemuka agama dan pemuka adat serta para
pengurus organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dan kelurahan seperti
pengurus Rukun Warga/Rukun Tetangga, pengurus PKK, pengurus pengajian,
pengurus arisan, pengurus koperasi, pengurus organisasi pemuda (seperti Karang
Taruna) dan lain-lain. Keberhasilan advokasi dan penggalangan kemitraan akan
memotivasi para pemuka atau tokoh-tokoh masyarakat tersebut untuk berperan
aktif dalam bina suasana, dalam rangka menciptakan opini publik, suasana yang
kondusif dan panutan di tingkat desa dan kelurahan bagi dipraktikkannya PHBS
oleh rumah tangga. Para pengurus organisasi kemasyarakatan juga termotivasi
untuk mendorong anggotaanggotanya agar mempraktikkan PHBS. Bina suasana
juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan
atau billboard di jalan-jalan desa/kelurahan, penempelan poster di tempat-tempat
strategis, pembuatan dan pemeliharaan taman obat/taman gizi percontohan di
beberapa lokasi, serta pemanfaatan media tradisional.

 Advokasi
Sebagaimana disebutkan di atas, advokasi dilakukan oleh fasilitator dan
petugas Puskesmas terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus organisasi
kemasyarakatan tingkat desa dan kelurahan, agar mereka berperan serta dalam
kegiatan bina suasana Di samping itu, advokasi juga dilakukan terhadap para
penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu upaya
pengembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan. Kegiatan-kegiatan
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di desa dan kelurahan tersebut di atas
harus didukung oleh kegiatankegiatan (1) bina suasana PHBS di Rumah Tangga
dalam lingkup yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional)
dengan memanfaatkan media massa berjangkauan luas seperti surat kabar,
majalah, radio, televisi dan internet; serta (2) advokasi secara berjenjang dari
tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota dan dari tingkat kabupaten/kota ke
tingkat kecamatan.

 Evaluasi Dan Pembinaan Kelestarian


Evaluasi dan pembinaan kelestarian merupakan tugas dari Kepala Desa/Lurah
dan perangkat desa/kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya
pemerintah daerah dan pemerintah. Kehadiran fasilitator di desa dan kelurahan
sudah sangat minimal, karena perannya sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh
kaderkader kesehatan, dengan supervisi dari Puskesmas. Perencanaan partisipatif
dalam rangka pembinaan kesehatan masyarakat desa/kelurahan, sudah berjalan
baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses perencanaan pembangunan desa atau
kelurahan dan mekanisme Musrenbang. Kemitraan dan dukungan sumber daya
serta sarana dari pihak di luar pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan
melembaga.Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala serta kursus-
kursus penyegar bagi para kader kesehatan, juga dikembangkancara-cara lain
untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader

30
tersebut.Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Lomba Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun
secara berjenjang sejak dari tingkat desa/kelurahansampai ke tingkat nasional.
Dalam rangka pembinaan kelestarian juga diselenggarakanpencatatan dan
pelaporan perkembangan kesehatan masyarakat desa/kelurahan, termasuk PHBS
di Rumah Tangga, yang berjalan secara berjenjang dan terintegrasi dengan Sistem
Informasi Pembangunan Desa yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam
Negeri.

31
BAB III
KESIMPULAN

Makanan tabu adalah makanan-makanan yang dipantangkan oleh suatu


komunitas tertentu dalam jangka waktu tertentu karena berbagai alasan, baik logis
maupun yang bersifat mistis. Namun, tidak semua makanan yang ditabukan
tersebut tidak bermanfaat bagi kesehatan. Tidak sedikit makanan yang ditabukan
ternyata memiliki berbagai macam khsiat untuk kesehatan. Oleh karena itu
masyarakat atau komunitas yang masih menganut tabu makanan yang merugikan
kesehatan harus diubah pandangannya agar tingkat kesehatan masyarakat tersebut
bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Foster G. M, Andersen B. G. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas


Indonesia
http://artikelgizikesehatan.blogspot.com/2011/12/tabu-pada-makanan.html
http://peluangusahabudidaya.wordpress.com/2011/10/18/perbandingan-nilai-gizi-
telur-puyuh-telur-ayam-dan-telur-bebek/
http://www.balta-anda.com/ensiklopedia-balita/226-mengenal-nilai-gizi-ikan-.pdf
http://majalahkesehatan.com/pepaya-enak-dan-
bermanfaat/http://indonesiaindonesia.com/f/14092-konsumsi-ikan-masa-hamil-
meningkatkan-
kecerdasan/http://nasional.kompas.com/read/2008/11/07/10453394/si.licin.belut.k
uatkan.tulang
http://nutrisiuntukbangsa.org/mitos-ibu-hamil-jangan-makan-nanas-nanti-
janinnya-gugur-lho/
http://indonesian.cri.cn/1/2005/07/19/1@32439.htm
http://daunkelor.com/
http://peluangusahabudidaya.wordpress.com/?s=telur+ayam&searchbutton=go!

hhttp://nasional.kompas.com/read/2008/11/07/10453394/si.licin.belut.kuatkan.tula
ng

ttp://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/08/05/dahsyatnya-khasiat-pepaya/
http://nutrisiuntukbangsa.org/mitos-ibu-hamil-jangan-makan-nanas-nanti-
janinnya-gugur-lho/
http://indonesiaindonesia.com/f/14092-konsumsi-ikan-masa-hamil-meningkatkan-
kecerdasan/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3711/3/fkm%20linda.pdf.txt

http://eprints.undip.ac.id/15216/Afiyah_Sri_Harnany

www.artikelgizikesehatan.blogspot.com/2011/12/tabu-pada-makanan.html?m=1

Notoatmodjo, Soekidjo,. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta,


Rineka Cipta. 2012, Notoatmodjo,soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi. Renekacita. Depok. 2010
http://www.scribd.com/doc/85816231/ISI-DP
63http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/pedoman-dan-
buku?download=9:panduan
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/1923646-tabu-pada-
makanan/#ixzz28hwC5zLB
http://artikelgizikesehatan.blogspot.com/2011/12/tabu-pada-makanan.html
http://eprints.undip.ac.id/15216/1/Afiyah_Sri_Harnany.pdf

33

You might also like