Professional Documents
Culture Documents
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
dosen pengampu: Dr. H. Mulyana Abdullah, M.Pd.I.
disusun oleh:
Andya Rifana 1503840
Rahima Novitasari 15
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga bisa menyelesaikan penelitian kami yang berjudul “Dakwah di Era
Globalisasi: Keberadaan Dakwah Di Sosial Media (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi
2015 UPI)”
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak yang harus dikoreksi. Hal tersebut mungkin disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman penulis yang masih dalam
tahap belajar. Oleh karena itu, kami sangat menerima saran dan kritik dari pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam yang telah membimbing penulis dalam proses penulisan makalah.
Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi kami sebagai
penulis, pembaca, dan orang-orang yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.5 Keadaan Dakwah pada Masa Rasulullah SAW dan Masa Kini ....................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bercermin pada kisah sejarah dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah saw
yang sebenarnya juga merupakan gerakan menuju transformasi sosial menuju pada
tatanan transformasi global. Dakwah dijabarkan sebagai gerakan pembebasan dari
berbagai bentuk eksploitasi penindasan dan ketidakadilan dalam semua aspek
kehidupan. Dari sanalah kemudian terbentuk masyarakat yang memiliki kecanggihan
transformasi dan kapasitas politik modern di masanya. Untuk itu, dalam rangka
melahirkan masyarakat humanis dimana masyarakat berperan sebagai subyek dan
bukan objek, dibutuhkan munculnya da’i partisipatif yang mampu memfasilitasi
masyarakat untuk memahami berbagai masalah, menyatakan pendapat, merencanakan
prospek ke depan, dan mengevaluasi transformasi global yang kita kehendaki dan
akhirnya masyarakat yang menikmati hasilnya. Karakteristik dakwah tersebut ditandai
hubungan yang terbuka dan saling menghargai antara dai dan masyarakat. Isu
sentralnya adalah masyarakat dan pengalaman mereka, bukan da’i dan persepsinya.
Materi dakwah yang disodorkan dari luar kepada masyarakat untuk diinternalisasikan
Dari situlah masyarakat didorong untuk memiliki kesadaran kritis memandang
kehidupan seta memperbaiki keadaan.
Masa sekarang ini adalah masa yang sangat istimewa di mana semua orang bisa
mendapatkan dan mengerjakan sesuatu dengan sangat mudah. Mungkin di zaman
sebelum penemuan media elektronik ada, orang tersebut memerlukan berbagai kitab
maupun referensi berupa buku. Sedangkan di era digital ini orang tinggal mencari
sesuatu yang diinginkan di salah satu situs internet. Semua informasi yang diperlukan
akan muncul denga berbagai model.
Era ini adalah puncak dimana semuanya yang serba instan dan banyak
dinikmati oleh masyarakat. Searang da`i (mubaligh) pun bisa berdakwah atau
1
menyampaikan dakwahnya melalui media-media yang ada seperti berdakwah dengan
media televisi, radio, dan juga media tulisan. Realitas yang ada banyak sekali da`i yang
sudah memanfaatkannya terutama dalam pertelevisian. Terkadang terfikirkan ternyata
tidak hanya artis saja yang ingin masuk televisi, bahkan para da`i pun juga banyak,
hingga menjamur dimana-mana. Bagus ketika bertujuan untuk menegakkan ajaran, dan
syariatnya tetapi apakah itu saja kenyataannya. Diera ini mereka medapatkan perilaku
yang nyaman, rasa tentram karena fasilitas yang ada.
Semula, dakwah yang lebih banyak bersentuhan dengan ranah ibadah, selalu
dilandasi dengan niat dan motivasi untuk beribadah pula, yakni dilaksanakan dengan
penuh suka cita, hati yang ikhlas dan hanya mengharap ridla Allah Swt semata. Namun,
dalam perkembangannya pola berdakwah melalui media sebagai wujud kemajuan
teknologi menjadi tantangan bagi tersendiri bagi seseorang da’i. Pengaruh media,
memungkinkan seorang da’i memperoleh popularitas dimata pemirsanya seperti
layaknya seorang selebriti (publik figur) dan tidak menutup kemungkinan pula setiap
kegiatan dakwahnya, sering dinilai dengan materi.
2
Dengan demikian menjadi umat Islam pada hakekatnya berkewajiban untuk
berdakwah. Menjadi muslim bisa diidentikkan sebagai da’i, atau juru dakwah menurut
proporsi dan kapasitas masing-masing. Dalam ruang lingkup kewajiban berdakwah
yang luas itu, sebuah hadist mengatakan: “Ibda’ binafsika tsumma biman
ta’ula”,mulailah kewajiban kewajiban agama itu dari dirimu sendiri, baru kemudian
kepada orang-orang diseputarmu.
Di samping itu al-Quran juga menegaskan untuk memelihara diri dan keluarga
dari api neraka Q.S. at-Tahrim: 6. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, kewajiban
berdakwah kemudian diperankan oleh para pengemban risalah Nabi Muhammad saw.,
yakni para ulama, da’i, atau mubaligh. Karena tugas menyampaikan risalah agama itu
harus dilakukan secara tertib dan kontinu, sehingga memerlukan keahlian dan
pemahaman keagamaan yang lebih baik, disamping ketentuan-ketentuan lain, sehingga
tidak setiap orang Islam mampu berdakwah. Persoalannya, zaman terus berubah,
sehingga pola dan metode berdakwah yang dilaksanakan para juru dakwah juga ikut
berubah. Tidak terkecuali pola dan model dakwah yang dikembangkan para da’i diera
teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana peran media sosial sebagai media dakwah saat ini?
b. Bagaimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dakwah yang ada di
media sosial?
c. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap dakwah yang ada di media sosial?
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah
4
1.5 Sistematika Makalah
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
KAJIAN TEORI
دعوة –يَدْعوyang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan, dan
permintaan. Dalam pengertian lain menyebutkan dakwah merupakan bahasa Arab,
berasal dari kata da’wah, yang bersumber pada kata: دَ َعا- ( دعوة – يَدْعوda’a, yad’u,
da’watan) yang bermakna seruan, penggilan, undangan atau doa. Jadi, dapat
disimpulkan dakwah secara bahasa berarti seruan atau panggilan.
Menurut Pengertian dakwah secara istilah yang diartikan oleh berbagai ahli sebagai
berikut:
1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut
suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi
terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi mungkar.
6
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru
kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang
diwajibkan kepada setiap muslim.
Dai secara etimologi berasal dari bahasa Arab, artinya orang yang melakukan
dakwah. Secara terminologis dai yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil
baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, dai dapat diartikan sebagai orang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain yakni pelaku dakwah.
Secara etimologi kata mad‟u berasal dari bahasa Arab artinya objek atau
sasaran. Secara terminologi mad‟u adalah orang atau kelompok yang lazim dibuat
jamaah yang sedang menuntut ajaran dari seorang dai. Jadi, mad‟u dapat diartikan
sebagai objek atau sasaran yang menerima pesan dakwah dari seorang dai, atau yang
lebih dikenal dengan jama’ah.
3. Materi Dakwah
Materi adalah pesan yang disampaikan oleh seorang dai. Materi dakwah tidak
lain adalah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang
meliputi aqidah, akhlak dan syariah dengan berbagai ilmu yang diperoleh darinya.
Biasanya ajaran-ajaran Islam yang dijadikan materi dakwah juga bisa bersumber dari
ijtihad para ulama.
7
4. Metode Dakwah
Metode adalah cara yang digunakan oleh seorang dai dalam menyampaikan
pesan dakwahnya kepada mad‟u. Dalam Al Quran disebutkan ada tiga metode yang
harus dijalankan oleh seorang dai, yaitu berdakwah dengan Hikmah, berdakwah
dengan Al-Mau’idzah al-hasanah (pelajaran yang baik), berdakwah dengan melakukan
bantahan yang baik. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. An-Nahl (16:125) Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Berdasarkan ayat di atas
metode dakwah dapat dibagi menjadi:
c. Berdakwah dengan bantahan dengan cara yang baik, maksudnya jika terdapat
kesalahan pada mad’u baik itu berupa ucapan maupun tingkah laku sebaiknya
dibantah atau diberitahu dengan cara yang baik, yaitu dengan perkataan yang
lemah lembut tidak menyakiti hati mad’u. Bila dilihat dari bentuk
penyampaiannya metode dakwah dibagi menjadi 3 pula, yakni: Satu, dakwah
bil lisan yaitu dakwah dengan perkataan contohnya debat, orasi, ceramah, dll.
Dua, dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan bisa dengan artikel
keagamaan buku, novel, dll. Tiga, dakwah bil hal ialah dakwah yang
dilakukan dengan perbuatan atu tindakan langsung.
8
5. Media Dakwah
6. Logistik Dakwah
1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan
masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai rahmat bagi seluruh
alam.
9
berpikirnya berubah, cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi
kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud kuantitas adalah nilai-nilai agama
sedangkan kualitas adalah kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak
orang dalam segala situasi dan kondisi.
2. Mengislamkan orang Islam artinya meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan
kaum muslim sehingga mereka menjadi orang-orang yang mengamalkan Islam
secara keseluruhan (Kaffah)
10
wasilah dalam dakwah dibagi menjadi lima yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual,
dan akhlak.
Lisan adalah media yang paling sederhana. Dengan menggunakan lisan dan suara,
media ini bisa berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan
sebagainya.
Tulisan adalah media dakwah dengan bentuk tulisan seperti buku, majalah, surat kabar,
surat-meyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.
Lukisan adalah media dengan bentuk lukisan seperti gambar, karikatur dan sebagainya.
Audio visual adalah media dakwah dalam bentuk rangsang indra pendengaran seperti
televisi, film slide, OHP, internet dan lainnya.
Akhlak yaitu media dengan langkah melalui perbuatan-perbuatan yang nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh
mad’u.
Cara ini bisa disampaikan dengan perbuatan, pengamalan dan perjalanan hidup
seorang da’i sehingga ia menjadi panutan yang baik bagi mad’u nya sehingga mereka
tertarik untuk belajar Islam. Metode ini bisa di kelompokan ke dalam metode dakwah
secara klasik yaitu dengan menyebarkan dakwah secara langsung yang dimana metode
tersebut merupakan salah satu metode utama yang digunakan oleh Rasulullah SAW,
para sahabat dan generasi terbaik dari Salafush Shalih. Cara berdakwah menggunakan
metode langsung tersebut diantaranya:
11
dasar dilakukan oleh seseorang da’i maupun yang baru saja berusaha meniti
jalan untuk berdakwah. Contohnya: khutbah, pengajaran, seminar, pertemuan,
diskusi amar ma’rufdan nahi mungkar, nasehat baik, dakwah dengan individu
dan lainnya.
Berdakwah langsung dengan mengunakan kata-kata pun tidak harus
dilakukan seorang da’i dengan menggunakan mimbar ke mimbar atau
panggung ke panggung dan masjid ke masjid. Berkembangnya teknologi yang
sangat pesat terjadi di zaman ini pun bisa digunakan sebagai media atau sarana
penunjang bagus bagi seorang da’i dalam dakwahnya. Cara ini pun sangat
ampuh bisa diterapkan oleh seorang da’i dalam berdakwah di era globalisasi
ini, apalagi banyaknya perkembangan teknologi yang maju dikalangan manusia
pada zaman ini bisa memudahkan bagi seorang da’i dalam menyebarkan
dakwahnya. Cara berdakwah dengan menggunakan metode klasik ( kata-kata)
di zaman modern ini diantaranya ialah dengan menggunakan berbagai alat
teknologi komunikasi seperti media audio (radio), televisi, gadget, dan medsos.
Dengan media massa seperti koran, majalah, dan buku-buku
Namun cara di atas harus menggunakan langkah secara benar. Sebab
cara tersebut disampaikan kepada seluruh umat manusia diberbagai penjuru
dunia, baik di barat maupun timur. Dengan cara demikianlah dakwah tersebut
akan diterima di berbagai daerah dan tempat yang jauh.
Kalimat seorang da’i itu dalam menyampaikan dakwahnya harus jelas,
terang, dan tidak mengandung ungkapan-ungkapan yang dapat mengaburkan
antara yang hak dan bathil, yang benar maupun yang salah. Ia juga harus
menggunakan pesan-pesan agama yang terdapat didalam A-Qur’an dan As-
Sunnah dan perkatan para ulama muslimin.
b. Penyampaian menggunakan perbuatan
Yang dimaksud dengan penyampaian dakwah menggunakan perbuatan
yaitu dengan dengan setiap tindakan yang beriimplikasi menghilangkan
kemunkaran serta tegak dan terlihatnya kebenaran hal ini bedasarkan sabda
Rasulullah SAW yaitu:
12
ُ سَمِ عْتُ َر: ع ْنهُ قَا َل
س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُ ْو ُل َ ع َْن أ َ ِبي
َ ُس ِعيْد ا ْل ُخد ِْري َر ِض َي هللا
ِ ف اْ ِإل ْي َم
]ان[رواه مسلم ْ َ ستَطِ ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَ ِلكَ أ
ُ َضع ْ َ فَ ِإ ْن لَ ْم ي،ِسانِه ْ َ فَ ِإ ْن لَ ْم ي،َِم ْن َرأَى مِ ْن ُك ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَيِ ْرهُ بِيَ ِده
َ ستَطِ ْع فَبِ ِل
13
pertama yang mengerjakan perbuatan tersebut terlebih dahulu, sebaliknya
apabila dia menyuruh sesuatu akan tetapi dia tidak mengerjakannya itu bisa
menjadi suatu penghambat bagi jalan dakwah yang ia tempuh dan perbuatan
yang demikian itu pun merupakan sesuatu yang dibenci oleh Allah dengan
ancaman yang sangat keras diberikan oleh Allah bagi seorang da’i yang hanya
menyeru kebaikan namun dia tidak mengamalkan apa yang ia sampaikan.
Maka apabila seorang da’i menyuruh orang lain, maka dia haruslah
yang pertama meninggalkan hal tersebut. Sebaliknya bilamana ia menyuruh
sesuatu, akan tetapi ia tidak mengerjakannya atau menyuruh utnuk
meninggalkannya, maka hal yang seperti akan menjadi penghalang dakwah di
jalan Allah SAW.
2.5 Keadaan Dakwah pada Masa Rasulullah SAW dan Masa Kini
Beberapa perbandingan dakwah yang diterapkan pada masa Rasulullah dan
masa kini yang dilihat dari segi transportasi, tempat, metode dakwah, maupun dalam
bidang ekonomi, dan politik yaitu:
1. Tranportasi
Dari segi transportasi tidak ada satupun teknologi canggih yang membantu
beliau dalam menyiarkan dakwah. Unta merupakan salah satu alat transportasi yang
biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari, dan juga membantu dalam penyebaran
dakwah. Namun, dalam berdakwah sahabat tidak selalu menggunakan unta, karena ada
pula yang berjalan kaki. Alhasil, semua dapat dicapai, karena dengan gigihnya
Rasulullah dan sahabat menyuarakan kebenaran Islam, sehingga perlahan-lahan
masyarakat Arab berbondong-bondong masuk Islam. Namun, pada masa sekarang ini
hampir setiap pagi kita bangun tidur mendengar berita penemuan-penemuan baru di
berbagai bidang kehidupan, contohnya mobil. Dengan adanya alat transportasi ini
maka akan mempermudah kita melakukan berbagai kegiatan khususnya dakwah.
Namun, sangat disayangkan kecanggihan teknologi di masa modern ini membawa
umat Islam terlena ke arah yang negatif, dalam arti lebih menghambakan
14
materi. Akhirnya dakwah yang mereka jalankan tidak berjalan secara efektif dan
efisien.
3. Metode Dakwah
15
mengkomunikasikannya. Adapun metode dan media-media pendukung yang dapat kita
cermati atara lain:
4. Ekonomi
16
Jepang), sebaliknya negara-negara miskin dan terkebelakang justru berada di dunia
Islam. Begitu juga yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, termasuk
mesin-mesin adalah negara Barat. Sedangkan, negara-negara Islam hanya menjadi
konsumennya, bahkan tanpa sadar telah menjadi ”kelinci percobaan”, sebagaimana
yang terjadi di Irak dan Afghanistan. Dalam sosial budaya kondisinya tidak kalah
menyedihkan.
5. Politik
Sehingga dengan melihat hal tersebut ada yang merasa risau melihat kondisi
keterpurukan umat Islam. Namun, ada hal lain yang lebih membuat mereka risau dan
sedih, yakni melihat kondisi mayoritas kaum muslimin yang dicekoki oleh pemikiran-
pemikiran Barat yang cenderung menjerumuskan mereka ke hal yang negatif. Pada hal
di masa Rasulullah menyebarkan Islam begitu banyak halangan dan rintangan yang
dilalui, tapi dengan semangat yang bergelora mampu mendobrak peradaban Jahiliyah
yang begitu bobrok, tapi tidak mengurangi sedikit semangat beliau untuk
berdakwah. Alhasil, beliau berhasil membawa Islam sampai pada masa sekarang ini.
17
Kini kita telah ditinggalkan Nabi Muhammad dan masih merasakan manis nikmatnya
iman dan Islam itu. Perkembangan zaman dengan teknologi canggih menyelimuti
bumi, tapi malah kita yang menjadi lengah, seolah-olah tidak memperdulikan lagi
landasan-landasan pokok yang ditinggalkan Rasulullah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Apa sebenarnya yang membuat ini terjadi? Mungkinkah telah hilangnya nilai-nlai yang
harus diteladani dari diri Rasulullah, yaitu akhlak. Kesemuanya ini tidak akan tercapai
apabila kita tidak kembali ke landasan pokok itu (Al-Qur’an dan Sunnah).
Pada era globalisasi sekarang ini, tentu banyak yang perlu dibenahi bagaimna
harusnya seorang da’i atau lembaga dakwah melakukan aktivitas dakwah, termasuk
penggunaaan dimensi untuk kepentingan dakwa, komunikasi, publik speaking, publik
relation, jurnalistik, tadisi dan kepenulisan dan juga bisa mnguasai bermacam teknologi
sperti televisi, radio dan internet.
Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media
yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televisi,
radio, pers dan sebagainya.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut adalah kuesioner yang kami ajukan kepada 58 responden Mahasiswa
Akuntansi UPI 2015 yang beragama Islam.
19
Saya ikut merespon ketika ada artikel maupun video kajian Islam yang
menurut saya hoax yang tersebar di media sosial dengan cara….
Ikut menyebarluaskan
10
Mengoreksi berita tersebut yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadits
Diam saja
Jawaban ∑ %
Ya 57 98.3%
Tidak 1 1.7%
Total 58 100%
20
Pernyataan 2 : Saya membuka media sosial untuk keperluan dakwah
Jawaban ∑ %
Ya 22 37.9%
Tidak 36 62,1%
Total 58 100%
Pernyataan 3 : Saya lebih senang melihat kajian Islam di media sosial baik
artikel maupun video daripada mengikuti kajian langsung
Jawaban ∑ %
Ya 35 60.3%
Tidak 23 39.7%
Total 58 100%
21
Pernyataan 4 : Penyampaian kajian di media sosial kurang dipahami dan
dipercaya kebenarannya
Jawaban ∑ %
Ya 30 51.7%
Tidak 28 48.3%
Total 58 100%
Pernyataan 5 : Bila ada artikel atau video pemateri kajian di media sosial yang
kurang memahami Islam, saya tidak membaca atau menontonnya
Jawaban ∑ %
Ya 45 77.6%
Tidak 13 22.4%
Total 58 100%
22
menonton bila ada artikel atau video pemateri kajian di media sosial yang
kurang memahami Islam.
Pernyataan 6 : Apabila ada penjelasan kajian yang kurang dipahami di media
sosial, saya selalu mencari kejelasannya melalui Al-Qur’an dan Hadits maupun
kepada ahli agama
Jawaban ∑ %
Ya 32 55.2%
Tidak 26 44.8%
Total 58 100%
Jawaban ∑ %
Ya 49 84.5%
Tidak 9 15.5%
Total 58 100%
23
kajian di media sosial, dan sebanyak 9 responden (15.5%) menyatakan
keyakinan terhadap ajaran Islam tidak bertambah setelah mengikuti kajian di
media sosial
Jawaban ∑ %
Ya 35 60.3%
Tidak 23 39.7%
Total 58 100%
Pernyataan 9 : Saya hanya mengikuti kajian islam di media sosial dari sumber
yang saya percayai
Jawaban ∑ %
Ya 52 89.7%
Tidak 6 10.3%
Total 58 100%
24
Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 52 responden (89.7%) hanya
mengikuti kajian islam di media sosial dari sumber yang terpercaya dan
sebanyak 6 responden (10.3%) tidak hanya mengikuti kajian islam di media
sosial dari sumber yang terpercaya.
Pernyataan 10 : Saya ikut merespon ketika ada artikel maupun video kajian
Islam yang menurut saya hoax yang tersebar di media sosial dengan cara….
Jawaban ∑ %
Total 58 100%
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Hampir semua Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 memiliki media sosial. Tetapi,
sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 yang memiliki media sosial
tidak menggunakan media sosial tersebut untuk keperluan dakwah. Hal tersebut
dapat disimpulkan karena data dari kuesioner yang relevan, hanya 22 responden
(37.9%) yang membuka media sosial untuk keperluan dakwah dari toal
responden sebanyak 58.
b. Sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 menyatakan bahwa kajian
Islam yang ada di media sosial lebih menarik untuk dilihat dibandingkan
mengikuti kajian langsung.
c. Sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 menyatakan hanya mengikuti
kajian Islam di media sosial yang bersumber dari sumber yang dipercaya.
Karena banyak penyampaian kajian di media sosial yang kurang dipahami dan
dipercaya kebenarannya. Karena hal tersebut, sebagian responden lebih
memilih untuk mencari kebenarannya langsung melalui Al Quran dan Hadits
maupun bertanya langsung kepada ahli agama. Tetapi, apbila ternyata
ditemukan kajian yang bersifat hoax atau bohong, sebanyak 56,9% responden
memilih untuk diam saja, 39,7% akan mengoreksi berita tersebut yang
bersumber dari Al Quran dan Hadits, serta sisanya ikut menyebarluaskan berita
tersebut.
d. Dengan adanya kajian Islam di media sosial memilik pengaruh yang positif bagi
yang mengikutinya. Dari data yang didapat, sebagian besar Mahasiswa
Akuntansi UPI 2015 menyatakan bahwa keyakinan terhadap ajaran Islam
bertambah setelah mengikuti kajian di media sosial.
26
4.2 Saran
Saran dari untuk pembaca makalah ini maupun Mahasiswa Akuntansi UPI 2015
yang kami teliti, carilah sumber yang terpercaya dalam mengikuti kajian Islam yang
ada di media sosial, seperti dakwah yang disebarkan oleh tokoh atau ahli agama yang
memang sudah diakui oleh masyarakat, atau yang berasal dari kelembagaan Islam yang
sudah terdaftar serta dari website-website yang memiliki responden aktif. Kami
menyarankan untuk tidak meninggalkan kajian secara langsung yang biasanya
diadakan di masjid-masjid karena lebih terpercaya kebenarannya dibanding dengan
banyaknya kajian yang tersebar di media sosial tetapi tidak pasti kebenarannya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Rizki. 2016. Media Dakwah-Berdakwah Di Era Modern dengan Media Klasik dan
Kontemporer. Daring. Tersedia:
https://rizkicoretankreatifustadzmuda.blogspot.co.id/2016/12/makalah-media-
dakwah-berdakwah-di-era.html (10/03/2018)
iv