You are on page 1of 31

Makalah

DAKWAH DI ERA GLOBALISASI


Keberadaan Dakwah di Sosial Media
(Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi UPI)

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
dosen pengampu: Dr. H. Mulyana Abdullah, M.Pd.I.

disusun oleh:
Andya Rifana 1503840

Garini Putri Paramesthi 1505437

Hana Ruwaidah 1506017

Rahima Novitasari 15

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga bisa menyelesaikan penelitian kami yang berjudul “Dakwah di Era
Globalisasi: Keberadaan Dakwah Di Sosial Media (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi
2015 UPI)”

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak yang harus dikoreksi. Hal tersebut mungkin disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman penulis yang masih dalam
tahap belajar. Oleh karena itu, kami sangat menerima saran dan kritik dari pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam yang telah membimbing penulis dalam proses penulisan makalah.

Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat, terutama bagi kami sebagai
penulis, pembaca, dan orang-orang yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Bandung, 10 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................................. 6

2.1 Pengertian Dakwah .............................................................................................. 6

2.2 Unsur-Unsur Dakwah .......................................................................................... 7

2.3. Fungsi dan Tujuan Dakwah ................................................................................ 9

2.4 Pengertian Media Dakwah ................................................................................ 10

2.5 Keadaan Dakwah pada Masa Rasulullah SAW dan Masa Kini ....................... 14

2.6 Berdakwah di Era Globalisasi ........................................................................... 18

2.7 Media Tradisional (klasik) dan Media Modern ................................................. 18

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................... 19


BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 26

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 26

4.2 Saran .................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bercermin pada kisah sejarah dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah saw
yang sebenarnya juga merupakan gerakan menuju transformasi sosial menuju pada
tatanan transformasi global. Dakwah dijabarkan sebagai gerakan pembebasan dari
berbagai bentuk eksploitasi penindasan dan ketidakadilan dalam semua aspek
kehidupan. Dari sanalah kemudian terbentuk masyarakat yang memiliki kecanggihan
transformasi dan kapasitas politik modern di masanya. Untuk itu, dalam rangka
melahirkan masyarakat humanis dimana masyarakat berperan sebagai subyek dan
bukan objek, dibutuhkan munculnya da’i partisipatif yang mampu memfasilitasi
masyarakat untuk memahami berbagai masalah, menyatakan pendapat, merencanakan
prospek ke depan, dan mengevaluasi transformasi global yang kita kehendaki dan
akhirnya masyarakat yang menikmati hasilnya. Karakteristik dakwah tersebut ditandai
hubungan yang terbuka dan saling menghargai antara dai dan masyarakat. Isu
sentralnya adalah masyarakat dan pengalaman mereka, bukan da’i dan persepsinya.
Materi dakwah yang disodorkan dari luar kepada masyarakat untuk diinternalisasikan
Dari situlah masyarakat didorong untuk memiliki kesadaran kritis memandang
kehidupan seta memperbaiki keadaan.

Masa sekarang ini adalah masa yang sangat istimewa di mana semua orang bisa
mendapatkan dan mengerjakan sesuatu dengan sangat mudah. Mungkin di zaman
sebelum penemuan media elektronik ada, orang tersebut memerlukan berbagai kitab
maupun referensi berupa buku. Sedangkan di era digital ini orang tinggal mencari
sesuatu yang diinginkan di salah satu situs internet. Semua informasi yang diperlukan
akan muncul denga berbagai model.

Era ini adalah puncak dimana semuanya yang serba instan dan banyak
dinikmati oleh masyarakat. Searang da`i (mubaligh) pun bisa berdakwah atau

1
menyampaikan dakwahnya melalui media-media yang ada seperti berdakwah dengan
media televisi, radio, dan juga media tulisan. Realitas yang ada banyak sekali da`i yang
sudah memanfaatkannya terutama dalam pertelevisian. Terkadang terfikirkan ternyata
tidak hanya artis saja yang ingin masuk televisi, bahkan para da`i pun juga banyak,
hingga menjamur dimana-mana. Bagus ketika bertujuan untuk menegakkan ajaran, dan
syariatnya tetapi apakah itu saja kenyataannya. Diera ini mereka medapatkan perilaku
yang nyaman, rasa tentram karena fasilitas yang ada.

Pada umumnya, dakwah yang dilaksanakan dalam sebuah majelis taklim di


sebuah surau, masjid atau musholla berlangsung dalam suasana sakral dan khidmat.
Kemajuan teknologi dan informasi, memungkinkan seorang da’i untuk berimprovisasi
dengan selingan humor dan hal-hal lain, agar materi ceramahnya tetap menarik untuk
disimak. Mengingat tantangan dakwah diera teknologi dan informasi, khususnya media
memang tidak bisa dilepaskan dari wahana hiburan. Dampaknya, orientasi dakwah
yang diperankan para da’i, juga semakin berkembang, bahkan cenderung menjadi bias.

Semula, dakwah yang lebih banyak bersentuhan dengan ranah ibadah, selalu
dilandasi dengan niat dan motivasi untuk beribadah pula, yakni dilaksanakan dengan
penuh suka cita, hati yang ikhlas dan hanya mengharap ridla Allah Swt semata. Namun,
dalam perkembangannya pola berdakwah melalui media sebagai wujud kemajuan
teknologi menjadi tantangan bagi tersendiri bagi seseorang da’i. Pengaruh media,
memungkinkan seorang da’i memperoleh popularitas dimata pemirsanya seperti
layaknya seorang selebriti (publik figur) dan tidak menutup kemungkinan pula setiap
kegiatan dakwahnya, sering dinilai dengan materi.

Dakwah bagi umat Islam, sesungguhnya menjadi kewajiban yang menyeluruh.


setidaknya, umat Islam yang dimaksud adalah yang termasuk dalam kategori
(mukallaf) individu yang sudah bisa dikenai beban tanggung jawab dan (mumayyiz)
individu yang telah mampu membedakan antara yang benar dan salah, serta antara baik
dan buruk. Kewajiban dakwah Islam ini ada yang bersifat individual secara pribadi dan
masing-masing ada yang berbentuk kolektif melalui kelompok, jamaah atau organisasi.

2
Dengan demikian menjadi umat Islam pada hakekatnya berkewajiban untuk
berdakwah. Menjadi muslim bisa diidentikkan sebagai da’i, atau juru dakwah menurut
proporsi dan kapasitas masing-masing. Dalam ruang lingkup kewajiban berdakwah
yang luas itu, sebuah hadist mengatakan: “Ibda’ binafsika tsumma biman
ta’ula”,mulailah kewajiban kewajiban agama itu dari dirimu sendiri, baru kemudian
kepada orang-orang diseputarmu.

Di samping itu al-Quran juga menegaskan untuk memelihara diri dan keluarga
dari api neraka Q.S. at-Tahrim: 6. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, kewajiban
berdakwah kemudian diperankan oleh para pengemban risalah Nabi Muhammad saw.,
yakni para ulama, da’i, atau mubaligh. Karena tugas menyampaikan risalah agama itu
harus dilakukan secara tertib dan kontinu, sehingga memerlukan keahlian dan
pemahaman keagamaan yang lebih baik, disamping ketentuan-ketentuan lain, sehingga
tidak setiap orang Islam mampu berdakwah. Persoalannya, zaman terus berubah,
sehingga pola dan metode berdakwah yang dilaksanakan para juru dakwah juga ikut
berubah. Tidak terkecuali pola dan model dakwah yang dikembangkan para da’i diera
teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini.

1.1 Identifikasi Masalah


Permasalahan penelitian yang kami ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
a. Semakin banyaknya para da’i atau ulama atau mubaligh yang menggunakan
media sosial sebagai media untuk berdakwah
b. Adanya berbagai tanggapan masyarakat mengenai kebenaran dakwah
dimedia sosial
c. Adanya akun-akun yang mengatas namakan islam dalam menyebarkan
dakwah yang keluar dari aturan Islam

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana peran media sosial sebagai media dakwah saat ini?
b. Bagaimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dakwah yang ada di
media sosial?
c. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap dakwah yang ada di media sosial?

1.3 Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah


Dalam penulisan makalah ini digunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini menggambarkan perilaku, pemikiran atau perasaaan suatu kelompok
dengan menggunakan data numerik. Langkah-langkah pemecahan masalah
meliput:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Kami mencari data dengan caramenyebarkan kuesioner.
c. Menganalisis data tersebut.
d. Menarik kesimpulan.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika makalah yang kami gunakan adalah sebagai berikut:

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah

4
1.5 Sistematika Makalah
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Dakwah


Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : ‫دَ َعا‬-

‫ دعوة –يَدْعو‬yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil seruan, permohonan, dan
permintaan. Dalam pengertian lain menyebutkan dakwah merupakan bahasa Arab,
berasal dari kata da’wah, yang bersumber pada kata: ‫دَ َعا‬- ‫( دعوة – يَدْعو‬da’a, yad’u,
da’watan) yang bermakna seruan, penggilan, undangan atau doa. Jadi, dapat
disimpulkan dakwah secara bahasa berarti seruan atau panggilan.

Menurut Pengertian dakwah secara istilah yang diartikan oleh berbagai ahli sebagai
berikut:

1. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan


definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu mendorong manusia
agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka
berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia


dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-
Nya.

4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut
suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi
terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi mungkar.

6
5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru
kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang
diwajibkan kepada setiap muslim.

Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dapat diasumsikan dakwah ialah


ajakan atau seruan kepada kebaikan dan larangan kepada kejahatan sesuai tuntunan
Islam oleh dai kepada masyarakat atau mad‟u.

2.2 Unsur-Unsur Dakwah


Unsur-unsur dakwah adalah hal-hal yang tedapat dalam setiap kegiatan dakwah,
yakni subjek dakwah (dai), objek dakwah (mad‟u), materi dakwah, metode dakwah,
media dakwah, dan logistik dakwah.

1. Subjek Dakwah / Dai

Dai secara etimologi berasal dari bahasa Arab, artinya orang yang melakukan
dakwah. Secara terminologis dai yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil
baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, dai dapat diartikan sebagai orang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain yakni pelaku dakwah.

2. Objek Dakwah / Mad’u

Secara etimologi kata mad‟u berasal dari bahasa Arab artinya objek atau
sasaran. Secara terminologi mad‟u adalah orang atau kelompok yang lazim dibuat
jamaah yang sedang menuntut ajaran dari seorang dai. Jadi, mad‟u dapat diartikan
sebagai objek atau sasaran yang menerima pesan dakwah dari seorang dai, atau yang
lebih dikenal dengan jama’ah.

3. Materi Dakwah

Materi adalah pesan yang disampaikan oleh seorang dai. Materi dakwah tidak
lain adalah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang
meliputi aqidah, akhlak dan syariah dengan berbagai ilmu yang diperoleh darinya.
Biasanya ajaran-ajaran Islam yang dijadikan materi dakwah juga bisa bersumber dari
ijtihad para ulama.

7
4. Metode Dakwah

Metode adalah cara yang digunakan oleh seorang dai dalam menyampaikan
pesan dakwahnya kepada mad‟u. Dalam Al Quran disebutkan ada tiga metode yang
harus dijalankan oleh seorang dai, yaitu berdakwah dengan Hikmah, berdakwah
dengan Al-Mau’idzah al-hasanah (pelajaran yang baik), berdakwah dengan melakukan
bantahan yang baik. Seperti yang dijelaskan dalam Q.S. An-Nahl (16:125) Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Berdasarkan ayat di atas
metode dakwah dapat dibagi menjadi:

a. Berdakwah dengan Hikmah, maksudnya berdakwah dengan cara yang benar.


Benar maksudnya benar dalam segi penyampaian, sumber yang digunakan,
maupun pengetahuan-pengetahuan lainnya.

b. Berdakwah dengan Al-Mau’idzah al-hasanah (memberikan nasehat dengan


bahasa yang baik), maksudnya berdakwah dengan cara memberikan nasehat-
nasehat yang baik dan memperingatkan kepada orang lain dengan bahasa yang
baik yang dapat menggugah hatinya sehingga pendengar mau menerima
nasehat tersebut.

c. Berdakwah dengan bantahan dengan cara yang baik, maksudnya jika terdapat
kesalahan pada mad’u baik itu berupa ucapan maupun tingkah laku sebaiknya
dibantah atau diberitahu dengan cara yang baik, yaitu dengan perkataan yang
lemah lembut tidak menyakiti hati mad’u. Bila dilihat dari bentuk
penyampaiannya metode dakwah dibagi menjadi 3 pula, yakni: Satu, dakwah
bil lisan yaitu dakwah dengan perkataan contohnya debat, orasi, ceramah, dll.
Dua, dakwah bil kitabah yaitu dakwah melalui tulisan bisa dengan artikel
keagamaan buku, novel, dll. Tiga, dakwah bil hal ialah dakwah yang
dilakukan dengan perbuatan atu tindakan langsung.

8
5. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi


dakwah. Media dakwah yang disampaikan pada zaman sekarang dapat melalui televisi,
radio, internet, surat kabar, majalah, film maupun lagu.

6. Logistik Dakwah

Logistik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan pengadaan, distribusi,


penggantian, (penyedia untuk mengganti) materil dan personi. Menurut Sofyani Thalus
logistik dakwah berarti pembekalan bersifat materi dari usaha gerakan dakwah Islam
seperti keuangan yang merupakan motor penggerak aktivitas dakwah. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa logistik dakwah ialah hal-hal yang mendukung
proses penyelenggaraan dakwah.

2.3. Fungsi dan Tujuan Dakwah


Penyebaran dakwah sendiri setidaknya memiliki 3 fungsi sebagai berikut:

1. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai individu dan
masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai rahmat bagi seluruh
alam.

2. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum


muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta pemeluknya dari
generasi ke generasi berikutnya tidak putus.

3. Dakwah berfungsi korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah


kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani ( M.Ali Aziz,
2004:59-60).

Sedangkan mengenai tujuan dakwah adalah sebagaimana diturunkannya islam


bagi umat manusia sendiri, yaitu untuk membuat manusia memilik kualitas akidah,
ibadah serta akhlak yang tinggi (M.Ali Aziz, 2004:61). Menurut Bisri Afandi(1984:3)
bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia,
baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, cara

9
berpikirnya berubah, cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi
kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud kuantitas adalah nilai-nilai agama
sedangkan kualitas adalah kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak
orang dalam segala situasi dan kondisi.

Dakwah merupakan elemen vital bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam.


Olah sebab itu, dakwah sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Ali Aziz memiliki tujuan
sebagai berikut:

1. Mengajak orang-orang bukan Islam untuk memeluk agama Islam (mengislamkan


non muslim)

2. Mengislamkan orang Islam artinya meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan
kaum muslim sehingga mereka menjadi orang-orang yang mengamalkan Islam
secara keseluruhan (Kaffah)

3. Menyebarkan kebaikan dan mencegah timbul dan tersebarnya bentuk-bentuk


kemaksiatan masyarakat yang tentram dengan penuh keridhaan Allah.

4. Membentuk individu dan masyarakat agar menjadikan Islam sebagai pegangan


dan pandangan hidup dalam segala segi kehidupan baik politik, ekonomi, sosial
dan budaya (M.Ali Aziz, 2004:68-69).

Dari keterangan di atas dapat ditegaskan bahwa fungsi dakwah adalah


menyebarkan Islam dan melestarikannya, dan juga melakukan koreksi terhadap
penyimpangan akhlak. Adapun mengenai tujuan dakwah ialah sebagaimana
diturunkannya Islam yaitu untuk membuat manusia memiliki akidah, ibadah dan
akhlak.

2.4 Pengertian Media Dakwah


Media dakwah atau wasilah adalah sesuatu yang dapat mengantarkan pada tujuan. Dan
yang dimaksud dengan wasilah atau sarana dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
membantu seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya. Menurut Hamzah Ya’kub

10
wasilah dalam dakwah dibagi menjadi lima yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual,
dan akhlak.

Lisan adalah media yang paling sederhana. Dengan menggunakan lisan dan suara,
media ini bisa berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan
sebagainya.

Tulisan adalah media dakwah dengan bentuk tulisan seperti buku, majalah, surat kabar,
surat-meyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.

Lukisan adalah media dengan bentuk lukisan seperti gambar, karikatur dan sebagainya.

Audio visual adalah media dakwah dalam bentuk rangsang indra pendengaran seperti
televisi, film slide, OHP, internet dan lainnya.

Akhlak yaitu media dengan langkah melalui perbuatan-perbuatan yang nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh
mad’u.

Cara penyampaian dakwah secara langsung

Cara ini bisa disampaikan dengan perbuatan, pengamalan dan perjalanan hidup
seorang da’i sehingga ia menjadi panutan yang baik bagi mad’u nya sehingga mereka
tertarik untuk belajar Islam. Metode ini bisa di kelompokan ke dalam metode dakwah
secara klasik yaitu dengan menyebarkan dakwah secara langsung yang dimana metode
tersebut merupakan salah satu metode utama yang digunakan oleh Rasulullah SAW,
para sahabat dan generasi terbaik dari Salafush Shalih. Cara berdakwah menggunakan
metode langsung tersebut diantaranya:

a. Penyampaian dengan kata- kata


Metode ini sering kita temui dan yang paling pokok sangat sering
digunakan oleh seseorang yang menjadi seorang da’i baik bagi seorang yang
telah menjadi da’i maupun seorang yang baru meniti jalan dakwah. Walaupun
berdakwah dengan metode ini adalah metode klasik namun hal ini yang paling

11
dasar dilakukan oleh seseorang da’i maupun yang baru saja berusaha meniti
jalan untuk berdakwah. Contohnya: khutbah, pengajaran, seminar, pertemuan,
diskusi amar ma’rufdan nahi mungkar, nasehat baik, dakwah dengan individu
dan lainnya.
Berdakwah langsung dengan mengunakan kata-kata pun tidak harus
dilakukan seorang da’i dengan menggunakan mimbar ke mimbar atau
panggung ke panggung dan masjid ke masjid. Berkembangnya teknologi yang
sangat pesat terjadi di zaman ini pun bisa digunakan sebagai media atau sarana
penunjang bagus bagi seorang da’i dalam dakwahnya. Cara ini pun sangat
ampuh bisa diterapkan oleh seorang da’i dalam berdakwah di era globalisasi
ini, apalagi banyaknya perkembangan teknologi yang maju dikalangan manusia
pada zaman ini bisa memudahkan bagi seorang da’i dalam menyebarkan
dakwahnya. Cara berdakwah dengan menggunakan metode klasik ( kata-kata)
di zaman modern ini diantaranya ialah dengan menggunakan berbagai alat
teknologi komunikasi seperti media audio (radio), televisi, gadget, dan medsos.
Dengan media massa seperti koran, majalah, dan buku-buku
Namun cara di atas harus menggunakan langkah secara benar. Sebab
cara tersebut disampaikan kepada seluruh umat manusia diberbagai penjuru
dunia, baik di barat maupun timur. Dengan cara demikianlah dakwah tersebut
akan diterima di berbagai daerah dan tempat yang jauh.
Kalimat seorang da’i itu dalam menyampaikan dakwahnya harus jelas,
terang, dan tidak mengandung ungkapan-ungkapan yang dapat mengaburkan
antara yang hak dan bathil, yang benar maupun yang salah. Ia juga harus
menggunakan pesan-pesan agama yang terdapat didalam A-Qur’an dan As-
Sunnah dan perkatan para ulama muslimin.
b. Penyampaian menggunakan perbuatan
Yang dimaksud dengan penyampaian dakwah menggunakan perbuatan
yaitu dengan dengan setiap tindakan yang beriimplikasi menghilangkan
kemunkaran serta tegak dan terlihatnya kebenaran hal ini bedasarkan sabda
Rasulullah SAW yaitu:

12
ُ ‫ سَمِ عْتُ َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬
‫س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُ ْو ُل‬ َ ‫ع َْن أ َ ِبي‬
َ ُ‫س ِعيْد ا ْل ُخد ِْري َر ِض َي هللا‬

ِ ‫ف اْ ِإل ْي َم‬
]‫ان[رواه مسلم‬ ْ َ ‫ستَطِ ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَ ِلكَ أ‬
ُ َ‫ضع‬ ْ َ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم ي‬،ِ‫سانِه‬ ْ َ‫ فَ ِإ ْن لَ ْم ي‬،ِ‫َم ْن َرأَى مِ ْن ُك ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَيِ ْرهُ بِيَ ِده‬
َ ‫ستَطِ ْع فَبِ ِل‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri R.A berkata: Saya mendengar Rasulullah


SAW bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya
iman. (H.R. Muslim).

Salah satu yang bisa dilakukan di era modern, penyampaian dakwah


dengan perbuatan juga dapat dilaksankan dengan beberapa perbuatan seperti
membangun masjid, membangun sekolah, lembaga pendidikan, sekolah Islam,
mendirikan perpustakaan dan mengisinya dengan buku-buku yang bermanfaat
serta memilih orang shaleh untuk diperkerjakan di lembaga-lembaga tersebut.

c. Mencontohkan perbuatan baik


Diantara metode yang paling penting dimilki oleh seorang da’i yaitu
dengan memberikan contoh-contoh baik, perbuatan yang terpuji, sifat yang
mulia, akhlak yang terpuji serta berpegang teguh kepada ajaran Islam baik
secara lahir maupun bathin. Hal tersebut bisa mendorong seorang mad’u untuk
meneladani da’i, sebab kesan dari sikap dan tingkah laku seseorang yang
muncul bisa lebih berpengaruh dibandingkan dengan kesan yang hanya lewat
perkataan semata. Hal-hal mendasar seorang da’i bisa menjadi panutan bagi
ornag lain terutama bagi mad’unya, hal ini merujuk kepada dua asas penting
yaitu: satu, baik dalam tingkah laku, asas ini memiliki beberapa sifat/sikap,
diantaranya adalah merendahkan diri, menepati janji, keinginan yang kuat,
berani, amanah, sabar, berterima kasih, tidak pemarah, lemah lembut, takwa,
pemalu, pemaaf, pemurah, jujur, adil, menjaga lidah dan kasih sayang. Namun
perlu diketahui seorang da’i harus memiliki kesesuaian dalam dirinya antara
ucapan dan perbuatannya, maksudnya apabila seorang da’i ingin menyuruh
orang lain untuk melakukan sesuatu, maka hendaknya haruslah dia yang

13
pertama yang mengerjakan perbuatan tersebut terlebih dahulu, sebaliknya
apabila dia menyuruh sesuatu akan tetapi dia tidak mengerjakannya itu bisa
menjadi suatu penghambat bagi jalan dakwah yang ia tempuh dan perbuatan
yang demikian itu pun merupakan sesuatu yang dibenci oleh Allah dengan
ancaman yang sangat keras diberikan oleh Allah bagi seorang da’i yang hanya
menyeru kebaikan namun dia tidak mengamalkan apa yang ia sampaikan.
Maka apabila seorang da’i menyuruh orang lain, maka dia haruslah
yang pertama meninggalkan hal tersebut. Sebaliknya bilamana ia menyuruh
sesuatu, akan tetapi ia tidak mengerjakannya atau menyuruh utnuk
meninggalkannya, maka hal yang seperti akan menjadi penghalang dakwah di
jalan Allah SAW.

2.5 Keadaan Dakwah pada Masa Rasulullah SAW dan Masa Kini
Beberapa perbandingan dakwah yang diterapkan pada masa Rasulullah dan
masa kini yang dilihat dari segi transportasi, tempat, metode dakwah, maupun dalam
bidang ekonomi, dan politik yaitu:

1. Tranportasi

Dari segi transportasi tidak ada satupun teknologi canggih yang membantu
beliau dalam menyiarkan dakwah. Unta merupakan salah satu alat transportasi yang
biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari, dan juga membantu dalam penyebaran
dakwah. Namun, dalam berdakwah sahabat tidak selalu menggunakan unta, karena ada
pula yang berjalan kaki. Alhasil, semua dapat dicapai, karena dengan gigihnya
Rasulullah dan sahabat menyuarakan kebenaran Islam, sehingga perlahan-lahan
masyarakat Arab berbondong-bondong masuk Islam. Namun, pada masa sekarang ini
hampir setiap pagi kita bangun tidur mendengar berita penemuan-penemuan baru di
berbagai bidang kehidupan, contohnya mobil. Dengan adanya alat transportasi ini
maka akan mempermudah kita melakukan berbagai kegiatan khususnya dakwah.
Namun, sangat disayangkan kecanggihan teknologi di masa modern ini membawa
umat Islam terlena ke arah yang negatif, dalam arti lebih menghambakan

14
materi. Akhirnya dakwah yang mereka jalankan tidak berjalan secara efektif dan
efisien.

2. Tempat (Bangunan dan Jarak)

Di masa Rasulullah, Madinah dijadikan sebagai model atau prototipe


masyarakat berperadaban Islam, dan Masjid Nabawi sebagai pusatnya. Lewat masjid
beliau membangun kultur masyarakat baru dan selalu mendorong pengikutnya untuk
maju, meningkatkan kehidupan mereka dan mengeluarkan kehidupan dari kegelapan
kepada cahaya, mengubah sifat yang keras dan bodoh menjadi berdisiplin dan beradab.
Rasulullah sering mengunjungi para sahabatnya dari rumah ke rumah untuk
menyampaikan risalah Beliau dalam bentuk halaqah-halaqah atau kelompok-kelompok
kecil. Jarak yang selalu ditempuh Rasulullah mana kala berdakwah letaknya lebih jauh
dibandingkan dengan kita yang berdakwah pada saat ini, begitu pula tempat yang kita
gunakan lebih memprioritaskan pada fasilitas-fasilitas modern sehingga sudah tidak
menggunakan masjid sebagai tempat pendidikan dalam berdakwah.

3. Metode Dakwah

Komunikasi merupakan sala satu metode dakwah yang Rasulullah terapkan


kepada para sahabatnya, tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-
target yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai
Ilahi dalam kehidupan. Maka dari sekian banyak definisi dakwah ada satu definisi yang
menyatakan, bahwa dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinu, bersifat
umum dan rasional, dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang efisien.
Definisi tersebut menyiratkan peran dakwah dalam berkomunikasi dengan orang
banyak melalui media-media tertentu yaitu dengan cara meyampaikan Islam kepada
masyarakat adalah salah satu media komunikasi dakwah yang digunakan Rasulullah
SAW dengan pesan berantai ’…Maka hendaklah yang hadir menyampaikan kepada
yang tidak hadir” (al-hadis) karena Rasulullah SAW dalam pesan-pesan strategi
dakwahnya selalu memberikan arahan-arahan yang komunikatif, bukan sekedar
menyampaikan pesan tanpa perhatian kepada sistem yang efektif dalam

15
mengkomunikasikannya. Adapun metode dan media-media pendukung yang dapat kita
cermati atara lain:

a. Dakwah dengan pendekatan psikososial, sebagaimana yang diriwayatkan bahwa


Rasulluah saw sangat memperhatikan tempo-tempo dalam memberikan nasehat,
karena khawatir terjadi kejenuhan, karenanya pula Rasullulah saw seringkali
memberikan ilustrasi untuk memahamkan hal-hal teoritis yang abstrak kepada para
pengikutya

b. Dakwah dengan pola-pola yang memberikan kemudahan bukan menyulitkan, pola


yang memberikan kemudahan dalam dakwah ini merupakan prinsip dasar dalam
berdakwah, berdakwah lemah lembut dan santun tidak beralih kepada tindakan
keras kecuali dalam keadaan darurat, sebagaimana yang dijelaskan dalam sirah
nabi dan ditegaskan oleh para ulama. Konkritnya saat ini, menyampaikan
kebenaran Islam harus berpusat pada bagaimana agar pesan-pesan itu dapat
diterima dengan baik dan dapat diaplikasikan dan diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah dapat berperan aktif dalam perubahan
sikap dan perilaku. Untuk mencapai tujuan tersebut, peran komunikasi dakwah
sejogyanya dilakukan seefektif mungkin.

4. Ekonomi

Sistem perdagangan yang diterapkan oleh Rasulullah sangat mulia, artinya


segala sesuatu yang beliau lakukan tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan,
akan tetapi beliau melatih kesabaran dan kejujurannya. Dengan kesabaran dan
kejujurannnya maka Siti Khadijah memilih Rasullullah sebagai tangan kanannya dan
pada`akhirnya dijadikan suami. Siti Khadijah mempercayakan seluruh harta
kekayaannya untuk Rasulullah dan harta tersebut dijadikan Rasulullah sebagai sarana
untuk berdakwah. Sekarang, kita sudah jauh dari nilai-nilai tersebut, dalam bidang
ekonomi misalnya sifat sabar dan jujur sudah tidak kita miliki karena orang-orang pada
dasarnya hanya mencari materi dan tidak melihat faedahnya. Kita sangat menyadari
kemajuan teknologi yang berasal dari dunia Barat (Uni-Eropa, Amerika Utara plus

16
Jepang), sebaliknya negara-negara miskin dan terkebelakang justru berada di dunia
Islam. Begitu juga yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, termasuk
mesin-mesin adalah negara Barat. Sedangkan, negara-negara Islam hanya menjadi
konsumennya, bahkan tanpa sadar telah menjadi ”kelinci percobaan”, sebagaimana
yang terjadi di Irak dan Afghanistan. Dalam sosial budaya kondisinya tidak kalah
menyedihkan.

5. Politik

Rasululllah telah menggambarkan kepada kita dengan politik dalam Islam


karena Islam sendiri tidak melarang hal ini, yaitu di mana waktu terjadinya perdebatan
antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin untuk meletakan Hajar Aswad untuk
menyeimbangkan Ka’bah. Akhirnya Rasulullah berhasil mendamaikan kedua kaum
tersebut, yaitu dengan cara mengambil sehelai kain untuk meletakan batu secara
bersamaan dari kedua belah pihak. Pada saat itu dakwah yang dibawa oleh Rasullah
masih bersifat sembunyi-sembunyi sehingga jangkauannya kurang meluas, oleh karena
itu dakwah yang disebarkan pada masa Rasulullah melalui sistem dagang membuat
Islam dapat berkembang sampai pada saat ini dan itulah politik yang digunakan
Rasulullah. Pada zaman sekarang politik sudah berkembang, baik di negara maju
maupun negara yang kurang maju, akan tetapi politik yang dijalankan sudah tidak
berlandaskan dengan unsur-unsur dakwah melainkan untuk kepentingan pribadi dan
memprioritaskan sistem persaingan.

Sehingga dengan melihat hal tersebut ada yang merasa risau melihat kondisi
keterpurukan umat Islam. Namun, ada hal lain yang lebih membuat mereka risau dan
sedih, yakni melihat kondisi mayoritas kaum muslimin yang dicekoki oleh pemikiran-
pemikiran Barat yang cenderung menjerumuskan mereka ke hal yang negatif. Pada hal
di masa Rasulullah menyebarkan Islam begitu banyak halangan dan rintangan yang
dilalui, tapi dengan semangat yang bergelora mampu mendobrak peradaban Jahiliyah
yang begitu bobrok, tapi tidak mengurangi sedikit semangat beliau untuk
berdakwah. Alhasil, beliau berhasil membawa Islam sampai pada masa sekarang ini.

17
Kini kita telah ditinggalkan Nabi Muhammad dan masih merasakan manis nikmatnya
iman dan Islam itu. Perkembangan zaman dengan teknologi canggih menyelimuti
bumi, tapi malah kita yang menjadi lengah, seolah-olah tidak memperdulikan lagi
landasan-landasan pokok yang ditinggalkan Rasulullah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Apa sebenarnya yang membuat ini terjadi? Mungkinkah telah hilangnya nilai-nlai yang
harus diteladani dari diri Rasulullah, yaitu akhlak. Kesemuanya ini tidak akan tercapai
apabila kita tidak kembali ke landasan pokok itu (Al-Qur’an dan Sunnah).

2.6 Berdakwah di Era Globalisasi


Di era Globalisasi Dalam rangka dakwah islamiyah, seroang da’i juga harus
mampu berdialog dengan kebudayaan modern dan secara aktif mengisinya dengan
nuansa-nuansa islami.

Pada era globalisasi sekarang ini, tentu banyak yang perlu dibenahi bagaimna
harusnya seorang da’i atau lembaga dakwah melakukan aktivitas dakwah, termasuk
penggunaaan dimensi untuk kepentingan dakwa, komunikasi, publik speaking, publik
relation, jurnalistik, tadisi dan kepenulisan dan juga bisa mnguasai bermacam teknologi
sperti televisi, radio dan internet.

2.7 Media Tradisional (klasik) dan Media Modern


Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara
tradisonal dipentaskan didepan umum terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki
sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, lenong dan sebagainya.

Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu media
yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini antara lain televisi,
radio, pers dan sebagainya.

18
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut adalah kuesioner yang kami ajukan kepada 58 responden Mahasiswa
Akuntansi UPI 2015 yang beragama Islam.

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya memiliki media sosial

2 Saya membuka media sosial untuk keperluan dakwah

Saya lebih senang melihat kajian islam di media sosial


3 baik artikel maupun video daripada mengikuti kajian
langsung

Penyampaian kajian di media sosial kurang dipahami dan


4
dipercaya kebenarannya

Bila ada artikel atau video pemateri kajian di media sosial


5 yang kurang memahami islam, saya tidak membaca atau
menontonnya

Apabila ada penjelasan kajian yang kurang dipahami di


6 media sosial, saya selalu mencari kejelasannya melalu Al-
Qur’an dan Hadits maupun kepada ahli agama

Setelah mengikuti kajian di media sosial, keyakinan saya


7
terhadap ajaran Islam bertambah

Saya tertarik menyebarkan ajaran Islam yang saya pahami


8
di media sosial

Saya hanya mengikuti kajian islam di media sosial dari


9
sumber yang saya percayai

19
Saya ikut merespon ketika ada artikel maupun video kajian Islam yang
menurut saya hoax yang tersebar di media sosial dengan cara….

Ikut menyebarluaskan
10
Mengoreksi berita tersebut yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadits

Diam saja

Melalui Google Form, kami berhasil menyebarkan kuesioner kepada 58 responden


sebagai sampel dari 82 populasi Muslim yang merupakan Mahasiswa Akuntansi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia. Terdiri dari 41 perempuan dan 17 laki-laki. Berikut
adalah data hasil penyebarannya.

 Pernyataan 1 : Saya memiliki media sosial

Jawaban ∑ %

Ya 57 98.3%

Tidak 1 1.7%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 57 responden (98.3%) memiliki


media sosial dan sebanyak 1 responden (1.7%) tidak memiliki media sosial.

20
 Pernyataan 2 : Saya membuka media sosial untuk keperluan dakwah

Jawaban ∑ %

Ya 22 37.9%

Tidak 36 62,1%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 22 responden (37.9%) membuka


media sosial untuk keperluan dakwah dan sebanyak 36 orang (62.1%) tidak
membuka media sosial untuk keperluan dakwah.

 Pernyataan 3 : Saya lebih senang melihat kajian Islam di media sosial baik
artikel maupun video daripada mengikuti kajian langsung

Jawaban ∑ %

Ya 35 60.3%

Tidak 23 39.7%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 35 responden (60.3%) lebih


senang melihat kajian Islam di media sosial baik artikel maupun video daripada
mengikuti kajian langsung dan 23 responden (39.7%) tidak senang melihat
kajian Islam di media sosial baik artikel maupun video daripada mengikuti
kajian langsung

21
 Pernyataan 4 : Penyampaian kajian di media sosial kurang dipahami dan
dipercaya kebenarannya

Jawaban ∑ %

Ya 30 51.7%

Tidak 28 48.3%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 30 responden (51.7%)


menyatakan penyampaian kajian di media sosial kurang dipahami dan
dipercaya kebenarannya dan sebanyak 28 responden (48.3%) menyatakan
penyampaian kajian di media sosial dapat dipahami dan dipercaya
kebenarannya

 Pernyataan 5 : Bila ada artikel atau video pemateri kajian di media sosial yang
kurang memahami Islam, saya tidak membaca atau menontonnya

Jawaban ∑ %

Ya 45 77.6%

Tidak 13 22.4%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 45 responden (77.6%)


menyatakan bahwa tidak akan membaca atau menonton bila ada artikel atau
video pemateri kajian di media sosial yang kurang memahami Islam, dan
sebanyak 13 responden (22.4%) menyatakan bahwa tetap akan membaca atau

22
menonton bila ada artikel atau video pemateri kajian di media sosial yang
kurang memahami Islam.
 Pernyataan 6 : Apabila ada penjelasan kajian yang kurang dipahami di media
sosial, saya selalu mencari kejelasannya melalui Al-Qur’an dan Hadits maupun
kepada ahli agama

Jawaban ∑ %

Ya 32 55.2%

Tidak 26 44.8%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 32 responden (55.2%)


menyatakan bahwa apabila ada penjelasan kajian yang kurang dipahami di
media sosial, selalu mencari kejelasannya melalui Al-Qur’an dan Hadits
maupun kepada ahli agama dan sebanyak 26 responden (44.8%) tidak mencari
kejelasannya melalui Al-Qur’an dan Hadits maupun kepada ahli agama

 Pernyataan 7 : Setelah mengikuti kajian di media sosial, keyakinan saya


terhadap ajaran Islam bertambah

Jawaban ∑ %

Ya 49 84.5%

Tidak 9 15.5%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 49 responden (84.5%)


menyatakan keyakinan terhadap ajaran Islam bertambah setelah mengikuti

23
kajian di media sosial, dan sebanyak 9 responden (15.5%) menyatakan
keyakinan terhadap ajaran Islam tidak bertambah setelah mengikuti kajian di
media sosial

 Pernyataan 8 : Saya tertarik menyebarkan ajaran Islam yang saya pahami di


media sosial

Jawaban ∑ %

Ya 35 60.3%

Tidak 23 39.7%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 35 responden (60.3%) tertarik


menyebarkan ajaran Islam yang saya pahami di media sosial dan sebanyak 23
responden (39.7%) tidak tertarik menyebarkan ajaran Islam yang saya pahami
di media sosial.

 Pernyataan 9 : Saya hanya mengikuti kajian islam di media sosial dari sumber
yang saya percayai

Jawaban ∑ %

Ya 52 89.7%

Tidak 6 10.3%

Total 58 100%

24
Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 52 responden (89.7%) hanya
mengikuti kajian islam di media sosial dari sumber yang terpercaya dan
sebanyak 6 responden (10.3%) tidak hanya mengikuti kajian islam di media
sosial dari sumber yang terpercaya.

 Pernyataan 10 : Saya ikut merespon ketika ada artikel maupun video kajian
Islam yang menurut saya hoax yang tersebar di media sosial dengan cara….

Jawaban ∑ %

Ikut menyebarluaskan 2 3.4%

Mengoreksi berita tersebut yang bersumber 23 39.7%


dari Al-Qur’an dan Hadits

Diam saja 33 56.9%

Total 58 100%

Dari pernyataan di atas didapat hasil sebanyak 2 responden (3.4%) ikut


menyebarluaskan kajian Islam yang hoax, sebanyak 23 responden (39.7%)
mengoreksi kajian tersebut dengan koreksi yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits dan sebanyak 33 responden (56.9%) tidak melakukan apa-apa dengan
hal tersebut.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

a. Hampir semua Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 memiliki media sosial. Tetapi,
sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 yang memiliki media sosial
tidak menggunakan media sosial tersebut untuk keperluan dakwah. Hal tersebut
dapat disimpulkan karena data dari kuesioner yang relevan, hanya 22 responden
(37.9%) yang membuka media sosial untuk keperluan dakwah dari toal
responden sebanyak 58.
b. Sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 menyatakan bahwa kajian
Islam yang ada di media sosial lebih menarik untuk dilihat dibandingkan
mengikuti kajian langsung.
c. Sebagian besar Mahasiswa Akuntansi UPI 2015 menyatakan hanya mengikuti
kajian Islam di media sosial yang bersumber dari sumber yang dipercaya.
Karena banyak penyampaian kajian di media sosial yang kurang dipahami dan
dipercaya kebenarannya. Karena hal tersebut, sebagian responden lebih
memilih untuk mencari kebenarannya langsung melalui Al Quran dan Hadits
maupun bertanya langsung kepada ahli agama. Tetapi, apbila ternyata
ditemukan kajian yang bersifat hoax atau bohong, sebanyak 56,9% responden
memilih untuk diam saja, 39,7% akan mengoreksi berita tersebut yang
bersumber dari Al Quran dan Hadits, serta sisanya ikut menyebarluaskan berita
tersebut.
d. Dengan adanya kajian Islam di media sosial memilik pengaruh yang positif bagi
yang mengikutinya. Dari data yang didapat, sebagian besar Mahasiswa
Akuntansi UPI 2015 menyatakan bahwa keyakinan terhadap ajaran Islam
bertambah setelah mengikuti kajian di media sosial.

26
4.2 Saran

Saran dari untuk pembaca makalah ini maupun Mahasiswa Akuntansi UPI 2015
yang kami teliti, carilah sumber yang terpercaya dalam mengikuti kajian Islam yang
ada di media sosial, seperti dakwah yang disebarkan oleh tokoh atau ahli agama yang
memang sudah diakui oleh masyarakat, atau yang berasal dari kelembagaan Islam yang
sudah terdaftar serta dari website-website yang memiliki responden aktif. Kami
menyarankan untuk tidak meninggalkan kajian secara langsung yang biasanya
diadakan di masjid-masjid karena lebih terpercaya kebenarannya dibanding dengan
banyaknya kajian yang tersebar di media sosial tetapi tidak pasti kebenarannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Rizki. 2016. Media Dakwah-Berdakwah Di Era Modern dengan Media Klasik dan
Kontemporer. Daring. Tersedia:
https://rizkicoretankreatifustadzmuda.blogspot.co.id/2016/12/makalah-media-
dakwah-berdakwah-di-era.html (10/03/2018)

Kutipan Islam. Fungsi dan Tujuan Dakwah. Daring. Tersedia: http://islam-


kutipan.blogspot.co.id/2015/12/fungsi-dan-tujuan-dakwah.html (10/03/2018)

iv

You might also like