You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Sulit untuk
memperoleh angka insidensi dari penyakit ini. Tapi pengalamam klinik menyokong dugaan
bahwa banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan, yang menderita hemoroid. Bahkan yang
lebih banyak lagi menderita hemoroid dalam bentuk tanpa gejala atau keluhan. Dikatakan bahwa
baik pria maupun wanita mempunyai peluan yang sama untuk terkena hemoroid. Semua orang
diatas 30 tahun mempunyai kemungkinan 30-50% untuk mendapat varises ditungkai, pleksus
hemoroidalis maupun ditempat-tempat lain (Dudley).

Insiden hemoroid meningkat dengan bertambahnya umur. Mungkin sekurang-


kurangnya 50% orang yang berusia lebih dari 50 tahun., berarti penyakit ini hanya diderita oleh
orang tua saja. Hemoroid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-kadang dapat dijumpai
pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa tetapi dapat
mengakibatkan perasaan tidak nyaman. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau
penyakit, maka diperlukan tindakan.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam
penanganan secara cepat dan akurat jika dihadapkan dengan yang manifestasi
penyakit kejiwaan seperti Stress berat dengan reaksi panic Akut dan
penatalaksanaannya. Sehingga diharapkan dapat menolong kondisi penderita
sehingga dapat kembali hidup normal seperti sedia kala.
2. Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas akhir Skill Lab pada Modul Gawat Darurat Bedah

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 1


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hemoroid adalah pelebaran vena-vena didalam pleksus hemoroidalis. Patologi


keadaan ini dapat bermacam-macam yaitu thrombosis, rupture, radang, dan nekrosis
(Manjoer).

Umumnya istilah hemoroid dianggap sinonim piles dan istilah itu dapat saling
mengantikan. Namun secara etimologis kedua istilah tersebut memiliki pengertian istilah
yang berbeda. Istilah hemoroid berasal dari bahasa Yunani Haimorrhoides yang berarti
perdarahan (haema =darah, Rhodes=aliran), sesuai dengan gejala yang paling menonjol
pada kebanyakan kasus. Tetapi istilah ini tidak dapat secara tepat untuk semua kasus,
karena terdapat juga hemoroid yang tidak pernah memberikan gejala pendarahan. Istilah
Piles berasal dari kata latin Pile, yang berarti bola, sesuai dengan kenyataan bahwa
semua kasus hemoroid menimbulkan gejala pembengkakan atau terdapatnya benjolan
dalam berbagai ukuran, meskipun kadang-kadang benjolan tersebut tidak tampak dari
luar (Anonim)

B. ANATOMI RECTUM dan ANUS


Rectum bermula dari rectosigmoid junction yang biasanya terletak setinggi
vertebra sacral III. Dari tempat ini rectum terus ke bawah, mengikuti lengkungan
sacrococigeal, melewati pelvic-floor yang dibentuk oleh otot levator ani, dan kemudian
berlanjut sebagai canalis anal. Garis batas atau pertemuan antara rectum dengan kanalis
anal dinamakan linea dentate. Linea dentate selain selain garis yang menunjukkan akhir
dari rectum, juga merupakan suatu garis tempat terjadinya perubahan dari tipe sel yang
melapasi saluran pencernaan. Rectum diatas line dentate dilapisi oleh membrane mukosa
sedangkan dikanalis anal dilapisi oleh kulit yang mengalami modifikasi. Rectum terdiri
atas 4 lapisan : serosa (peritoneum), muskuler, submukosa, dan mukosa. Penyangga yang
penting dari rectum adalah mesosigmoid, mesorectum, ligamentum laterale rectum, dan
otot levator ani (Sobiston).

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 2


Anus adalah lubang yang merupakan lubang tempat keluar dari kanalis anal. Anus
berbentuk oral dengan diameter panjangnya mengarah antero posterior dan terletak pada
garis dari perineum, pada suatu tempat yang dinamai anal triangle, yang terletak antara
perineal body di depan dan os cocygeus di belakang.
Vaskularisasi dari rectum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh melalui arteri
hemoroidalis superior, media dan inferior. Arteri hemoroidalis superior merupakan
kelanjutan akhir arteri mesenterika inferior. Arteri hemoroidalis media merupakan cabang
ke anterior dari arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis inferior dicabangkan oleh arteri
pudenda interna yang merupakan cabang dari arteri siliaca interna, ketikaarteri tersebut
melewati bagian atas spina ischiadica.
Sedangkan vena-vena dari kanalis anal dan rectum mengikuti perjalanan yang
sesuai dengan perjalanan arteri. Vena-vena berasal dari 2 pleksus yaitu pleksus
hemoroidalis superior (interna) yang terletak disubmukosa diatas anorectal junction, dan
pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak dibawah anorectal junction dan
diluar lapisan otot.
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik
berasal dari pleksus mesenterika inferior dan dari system parasacral yang terbentuk dari

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 3


ganglion simpatik lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Persarafan parasimpatik
berasal dari saraf sacral kedua, ketiga, dan keempat.

C. FISIOLOGI RECTUM dan ANUS


Fungsi utama dari rectum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan massa feses
yang terbentuk ditempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan cara yang
terkontrol. Rectum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan,
selain hanya dapat menyerap sedikit cairan. Selain itu, sel-sel Goblet mukosa yang
mengeluarkan mucin yang berfungsi sebagai pelican keluarnya massa feses.
Pada hamper setiap waktu rectum tidak berisi fese. Hal ini sebagian diakibatkan
adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction
kira-kira 30 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga memberi
tambahan penghalang masuknya feses ke rectum, secara normal hasrat untuk defekasi
akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek kontraksi dari rectum dan relaksasi dari otot
sfingter. Feses tidak keluar secara terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat
adanya kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan eksterna.

D. KLASIFIKASI
Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hemorois interna dan hemoroid
eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea
dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa dengan epitel kolumnar. Hemoroid
interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam
7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3), yang oleh Miles disebut “Three
Primary Haemorrhoidal Areas”. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak
primer tesebut. Secara klinis hemoroid interna dibagi atas 4 derajat :
1. Hemoroid interna derajat I. Ini merupakan stadium awal. Hemoroid hanya berupa
benjolan kecil di dalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika
defekasi.
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak
hanya menonjol kedalam kanalis anal, tetapi juga turun kelubang anus. Benjolan ini
muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali
kedalam kananlis anal bila proses defekasi telah selesai.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 4


3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara
spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah didorong dengan tangan kedalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan
bagian yang tetutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik
kedalam kondisi anal.

Tabel 1 : Pembagian Derajat Hemoroid Interna

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

I + - -

II (+) + Spontan

III (+) + Manual

IV (+) Tetap Tidak dapat

Gambar 2. Hemoroid Interna dan Hemoroid Eksterna

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 5


Sedangkan hemoroid eksterna pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus. Hemoroid eksterna diklasikfikasikan sebagai akut dan kronik.

1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid
thrombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag itu berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

E. ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik. Kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis. Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan
resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka
akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 6


c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena
sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur
ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer.
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan
bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
 Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya
grapitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya
seorang ahli bedah.
 Gangguan devekasi miksi.
 Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
 Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid
yaitu :
1. Adanya tomur intra abdomen
2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal
3. Mengedan sewaktu partus.

F. HEMOROID EKSTERNA TROMBOSIS AKUT


Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol
itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini
dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid
interna Kadang terdapat lebih dari satu thrombus.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 7


G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari hemoroid dapat berupa :
 Hemoroid interna
1. Perdarahan waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khas adanya darah
segar tidak bercampur dengan feses, atau hanya berupa garis pada feses, pada
kertas toilet, , atau air dalam toilet. Darah dapat menetes keluar dari anus
beberapa saat sesudah defekasi.
2. Prolapsus suatu massa pada defekasi merupakan gejala utama yang kedua.
Massa ini mula-mula dapat kembali kembali secara spontan sesudah defekasi,
tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual dan akhirnya tidak dapat
dimasukkan lagi.
3. Pengeluaran lendir dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid
yang prolapsus.
4. Iritasi dari kulit perianal yang menimbulkan rasa gatal atau disebut dengan
pruritus ani sebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh dischange hampir
selalu menyertai hemoroid interna. Gejala-gejala itu dapat berupa sesak nafas
bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.

 Hemoroid eksterna
1. Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis
yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari
beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya.
2. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa
benjolan.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 8


3. Ruptur, dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap,
sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah yang
membeku.
4. Pada awal timbulnya trombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri
berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya
udem akut.
5. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan
dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. DIAGNOSIS
Diagnosa dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil :
a. Anamnesa
1. Identitas pasien
 Nama : Tn. Khan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Umur : 45 th
 Alamat : Jl. Bundo Kanduang No.45 Padang
2. Keluhan utama : Rasa sangat nyeri di anus
3. Riwayat penyakit sekarang : Benjolan kebiruan di anus
4. Riwayat penyakit dahulu : (-)
5. Riwayat keluarga : (-)

b. Pemeriksaan fisik
Vital sign :
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Suhu : 370C
 Nadi : 80x/mnt
 Nafas : 24x/mnt

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 9


c. Pemeriksaan penunjang
1. Inspeksi
Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal
yang dapat dideteksi dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat
benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang
tetutup kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama,
terutama sekali pada posisi anterior kanan. Hemoroid derajat III dan IV besar
akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lobang anus
yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang
berwarna keunguan atau merah.
2. Palpasi
Hemoroid interna pada stadium-stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang
lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya
setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan
ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba. Hemoroid interna
tersebut dapat diraba sebagai lipatan longitudinal yang lunak ketika jari tangan
mereka sekitar rectum bagian bawah.
Sebenarnya ada tiga pokok keluarnya vena kemudian berkelok-kelok dan sering
semua tampak bersatu, sehingga ada istilah hemoroid sirkuler, yaitu kanan depan (
jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3), yang oleh Miles disebut
“Three Primary Haemorrhoidal Areas”.
3. Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.
4. Protosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 10


hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

A. KOMPLIKASI
Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis dan
strangulasi. Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami
prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan thrombosis dapat
menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan nekrosis dan kulit yang
menutupinya (Dardjat).

B. DIAGNOSA BANDING

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi
pada:

1. Karsinoma kolorektum

2. Penyakit divertikel

3. Polip

4. Kolitis ulserosa

C. PENATALAKSANAAN

 Hemoroid Interna

Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilang pleksus


hemoroidalis tetapi untuk menghilangkan keluhan. Pada prinsipnya hemoroid terdiri dari
2 macam, yaitu :

1. Non Operatif

a. Diet tinggi serat melancarkan buang air besar.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 11


Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat
ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.

Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya


dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan
cairan hangat juga dapat meringankan nyeri.

b. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya


5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan


merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat
untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.

c. Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani


dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di
atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator
khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemik terjadi
dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas dalam beberapa hari.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 12


Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan perut akan terjadi pada
pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4
minggu.

Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup
jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi.
Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7
– 10 hari.

Gambar 3. Ligasi dengan gelang karet

d. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )

Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid


tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan
hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.

e. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 13


Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan.

f. Generator galvanis

Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

g. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar

Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu


menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan
sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi.
Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi
dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul
kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.

2. Operatif, yaitu Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu :

1. Pengangkatan pleksus dan mukosa

2. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa

Tekhnik pengangkatan dapat dilakukan menurut 4 metode :

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 14


a. Metoda Langen-beck (eksisi + jahitan primer radier)

Semua sayatan ditenpat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang
dari rectum. Keuntungannya berapa banyak varisespun dapat diangkat. Bila,
sayatan ini kemudian dijahit tidak menimbulkan stenosis. Umumnya dengan
metoda ini mukosa turut diangkat bersama varises. Kelihatannya lebih kasar,
tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk mengerjakan metoda ini kira-kira
15 menit. Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat.

b. Metoda White head (eksisi + jahitan primer longitudinal)

Sayatan dilakukan sirkuler yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan


membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu, sedikit jauh dari varises yang menonjol. Keuntungannya
setelah varises diangkat mukosa dikembalikan ketempatnya sehingga hasil operasi
kelihatan rapi dan mengembalikan kontinuitas mukosa. Tetapi dengan metoda ini
bahaya striktur lebih besar, sehingga sebelum menjadi sempit sekali harus selalu
dilakukan dilatasi dengan “ bougie”. Cara lain adalah hemoroid dilepaskan tetapi
mukosa tidak dibuang (eksisi dan ligasi). Dengan demikian bahaya striktur dapat
dihindari.

c. Metoda Morgan- Miligan

Dengan metoda ini semua “Primary Piles” diangkat sehingga tidak timbul residif.

d. Tekhnik Ferguson

Berkembang di daerah Amerika Serikat oleh Dr. Fergusonpada tahun 1952. Ini
merupakan modifikasi dari teknik Morgan-Milligan, dengan jalan insisi tertutup
total dan sebagian dengan jahitan running absortable.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 15


Penarikan kembali digunakan untuk membuka jaringan hemoroidal, yang mana
lebih dari menghilangkan dengan pembedahan. Jaringan yang tersisa adalah
jahitan atau efek koangulasi dari pembedahan. Caranya benjolan hemoroid
ditampakkan melalui anoskopi kemudian dilakukan eksisidan ligasi pada posisi
anatomic hemoroid tersebut. Metoda ini sering digunakan di Amerika Serikat.

e. Bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dapat pendinginan pada suhu yang rendah sekali.
Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang
nekrotik sukar ditentukan luasnya.

Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani
harus benar-benar lumpuh. Pada orang-orang tua, penderita tuberculosis dan
penyakit saluran pernafasan lainnya,dapat dilakukan anastesi lumbal, dimana
orangnya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik.

Hemoroid derajat I dan II dapat diobati dengan terapi non operatif, tetapi bila
sudah mencapai derajat III dan IV hemoroid tidak akan sembuh dengan terapi non
operatif. Hal ini dikarenakan hemoroid yang telah mati tetap bisa keluar akibat
adanya thrombus. Akibatnya hemoroid tidak mengalami perubahan apapun.

Bila seseorang datang dengan hemoroid derajat III dan IV tidak boleh segera
dilakukan operasi. Harus diusahakan agar menjadi derajat III terlebih dahulu
dengan cara : setiap 2 hari sekali penderita duduk berendam dalam larutan PK
1/10.000 selama 15 menit. Kemudian dikompres dengan larutan garam hipertonik
sehingga edema akan hilang dan senua kotoran terserap keluar.

Biasanya setelah 2 minggu benjolan yang keluar itu mengeriput/kempes hingga


dapat dimasukkan/ didorong kembali (ini derajat III). Bila telah berada pada
derajat III, baru dilakukan hemoroidektomi.

Perlu diperhatikan bahwa pada hemoroidektomi selalu terjadi infeksi dan edema
pada luka bekas sayatan, yang akhirnya menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena
dalam traktus gastrointestinal banyak kumannya. Tidak dibuthkan imunisasi

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 16


tetanus, karena meskipun banyak kuman, traktus gastrointestinal bukan port
d’entre kuman tetanus.

 Hemoroid Eksterna

1. Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat,


salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada
waktu berjalan, dan sedasi.

2. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya


pembengkakan.

3. Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan
cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara
hemoroidektomi dengan anestesi lokal.

4. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk


mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali trombus
dibawahnya.

5. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu
singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.

6. Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini
terapi konservatif merupakan pilihan.

7. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang mengalami trombus


tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang
tidak dapat direposisi.

D. PENCEGAHAN

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 17


3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter

E. PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatis akan menjadi asimptomatis. Dengan
melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namum bisa
muncul kembali (rekuren), dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non
operatif seperti ligasi cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren
sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren
ini biasanya ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian
yang menunjukkan keberhasilan terapi PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh
sering mengejan dan dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 18


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hemoroid eksterna adala pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid disebelah distal
garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus, menyerang anus sehingga
menimbulkan rasa sakit, perih, dan gatal. Jika terdorong keluar oleh feses, Hemoroid ini
dapat mengakibatkan penggumpalan (trombosis), yang menjadikan Hemoroid berwarna
biru-ungu.

B. SARAN

Menerapkan pola hidup yang sehat sangatlah dianjurkan, dan hindari hal-hal yang dapat
memicu terjadinya hemoroid.

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 19


DAFTAR PUSTAKA

 Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last


update Desember 2009.

 Dudley, Hug A.F, Hamilton Bailey, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Ed. 11, alih Bahasa,
Samik Wahab, Soedjono Aswin, Yogyakarta, Gajah Mada University press, 2001

 Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI,
Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.

 Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675

Kelompok B1. 5 “Hemoroid Trombosis Akut” 20

You might also like