You are on page 1of 4

How Tax Avoidance Mechanism Relates With Transfer Pricing?

Transfer pricing merupakan transaksi barang dan jasa antara beberapa divisi pada suatu
kelompok usaha dengan harga yang tidak wajar, bisa dengan menaikkan (mark up) atau
menurunkan harga (mark down), kebanyakan dilakukan oleh perusahaan global (Multi-
National Enterprise).

Dalam praktek transfer pricing dalam perusahaan multinasional ini merupakan cara yang
bertujuan untuk menekan beban pajak yang nantinya perusahaan dapat mengehemat pajak
secara global dengan merelokasikan penghasilan global yang low tax countries dan menggeser
beban dalam jumlah yang besar ke dalam big tax countries. Pengaruh transfer pricing juga
harus diperhatikan dari sisi Undang-undang Perpajakan agar dalam menentukan harga transfer
tidak menambah beban pajak yang seharusnya tidak terjadi atau seharusnya diminimalkan.

Tujuannya

Menurut Zain (2003:297-298), kebijakan transfer pricing multinasional bertujuan:


1) Memaksimalkan penghasilan global
2) Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi
pasar
3) Evaluasi kenerja anak/cabang perusahaan manca negera
4) Penghidaran pengendalian devisa
5) Mengontrol kredibilitas asosiasi
6) Meningkatkan bagian laba joint ventura
7) Reduksi resiko moniter
8) Mengamankan cash flow anak/cabang di luar negeriTipe dan Metode
Transfer Pricing

Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan


Multinasional dan divisionalisasi/departementasi dalam melakukan aktifitas keuangannya
adalah:

1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)


Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga
transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dalam 3 pemelihan bentuk yaitu : biaya
penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan
antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga pasar
inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang independen.
Namun keterbatasan informasi pasar yang terkadang menjadi kendala dalam
mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga
transfer yang diinginkan. Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif
kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap
divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas
harga transfer yang dinegosiasikan.

Bagi korporasi multinasional, perusahaan berskala global (multinational corporations), transfer


pricing dipercaya menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan
dalam memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas.

Sebagian besar transaksi yang terjadi antar anggota grup perusahaan multinasional tersebut
dapat dikategorikan dalam beberapa transaksi, seperti penjualan barang dan jasa, lisensi, paten,
penjamin utang dan seterusnya. Harga harga yang dibebankan pada transaksi tersebut, tidaklah
perlu sama dengan harga yang berlaku di pasaran bebas. Oleh karena perusahaan multinasional
memiliki posisi yang menentukan dalam hal prinsip apa yang akan digunakannya yang
tentunya menguntungkan bagi grupnya, maka dapat saja perusahaan multinasional tersebut
menggunakan harga yang menyimpang dari harga yang berlaku umum. Penyimpangan harga
dimaksud adalah penyimpangan dari harga yang disebut sebagai “arm’s length price” yang
lazimnya berlaku dan disetujui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi terhadap
barang yang sama dan dalam kondisi yang sama pula, apabila perusahaan tersebut tidak
mempunyai hubungan istimewa.

Perusahaan multinasional tersebut dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih rendah
dari arm’s length price untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau menggunakan harga
yang lebih tinggi dari arm’s length price untuk tujuan tertentu. Apabila terjadi transaksi yang
menyimpang dari arm’s length price, apakah harga lebih tinggi atau rendah, hal ini dianggap
sebagai usaha untuk menggeser laba perusahaan dari satu grup ke grup lainnya dan hal ini
berarti pula bahwa pajak yang terutang di kedua grup yang terlibat tersebut akan mengalami
perubahan.

Strategi transfer pricing dengan memanfaatkan perbedaaan tarif pajak antar negara yang
bertujuan untuk melakukan penghindaran pajak ( tax avoidance ) akan sangat merugikan
negara-negara yang termasuk high tax countries karena negara-negara tersebut akan kehilangan
potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh. Masalah transfer pricing akan makin
parah apabila dimaksudkan untuk melakukan penggelapan pajak ( tax evasion ), untuk itu maka
perusahaan multinasional yang melakukan penggelapan pajak dianggap melakukan tindakan
kriminal di bidang perpajakan. Dari sisi hukum, penggelapan pajak karena transfer pricing
telah menyimpang dari ketentuan perpajakan yang berlaku karena secara substansi negara
seharusnya dapat memajaki perusahaan multinasional tersebut dalam jumlah yang lebih besar.

SIMPULAN:

Berkenaan dengan arm’s length price Wajib Pajak dengan otoritas pajak harus melakukan
penyesuaian harga transfer, dalam menyesuaikannya dapat dilakukan transfer pricing negosiasi
yang diatur dalam peraturan perundangundangan perpajakan yang sering dikenal dengan
kesepakatan transfer pricing. Transfer pricing dilakukan berdasarkan harga pasar yang tidak
memiliki implikasi perpajakan, apabila tidak menggunakan harga pasar maka umumnya akan
terjadi pemindahan penghasilan. Dengan adanya pemindahan penghasilan tersebut maka pajak
yang dibayar secara keselurahan akan lebih rendah. Sehingga, total laba pajak secara
keseluruhan akan lebih besar dibanding kalau perusahaan tidak menggunakan transfer pricing.

CONTOH KASUS

Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan kasus yang menimpa Google di Inggris,
Starbucks Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain.2 Starbucks Inggris misalnya, pada tahun
2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak penjualan sebesar
£398 juta.3 Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008, dengan jumlah kerugiannya
mencapai £112 juta atau sekitar Rp1,7 triliun. Padahal dalam laporan kepada investornya di
Amerika Serikat, Starbucks mengatakan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di
Inggris, bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008- 2010) mencapai £1,2 miliar atau sekitar
Rp18 triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggris tidak pernah membayar pajak korporasi.
Bahkan selama 14 tahun beroperasi di Inggris, Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6
juta. Kemudian Google Inggris pada tahun 2011 juga berhasil mencatat pendapatan sebesar
£398 juta tetapi hanya membayar pajak sebesar £6 juta. Hal yang sama terjadi di Amazon
Inggris, di mana mereka berhasil melakukan penjualan di Inggris sebesar £3,35 miliar selama
tahun 2011 tetapi hanya membayar pajak sebesar £1,5 juta.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Perusahaan-perusahan multinasional tersebut menggunakan


praktik transfer pricing untuk meminimalkan pembayaran pajak mereka. Caranya tidak
gampang. Akan tetapi, dengan memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada, mereka dapat
memindahkan keuntungan di Inggris ke luar negeri dengan tarif pajak yang jauh lebih rendah.
Walaupun terlihat legal tetapi cara-cara seperti ini dianggap sebagai cara yang amora

You might also like