You are on page 1of 5

« Membangun Pola Menabung Berkala

Saingan Tidak Harus Menjadi Lawan »

5 Tahap Perencanaan Keuangan(2)


Dalam email sebelumnya, saya telah membahas bahwa dalam proses perencanaan keuangan,
kita perlu melalui 5 tahap penting, yaitu:
1. Menentukan Tujuan Keuangan.
2. Menganalisa Kondisi Keuangan Sekarang.
3. Membuat Rencana Keuangan.
4. Melakukan Implementasi Dari Rencana Keuangan.
5. Monitor dan Evaluasi Berkala.

Minggu lalu saya telah membahas mengenai tahap pertama (menentukan tujuan keuangan).
Dalam kesempatan ini, saya akan membahas tahap kedua dari perencanaan keuangan, yaitu
Menganalisa Kondisi Keuangan Sekarang.

Menganalisa Kondisi Keuangan Sekarang

Pernahkah Anda melihat denah informasi di pusat perbelanjaan? Biasanya denah ini
menggambarkan struktur dari bangunan yang bersangkutan beserta daftar nama toko yang
beroperasi di pusat perbelanjaan tersebut.

Nah, tahukah Anda apa salah satu unsur dari denah tersebut yang paling penting buat Anda?
Setiap kali Anda melihat denah, Anda harus mencari tanda “ANDA SEDANG BERADA
DISINI“. Dengan adanya tanda tersebut, maka Anda dapat mengetahui posisi Anda dalam
denah tersebut. Tanpa ada tanda “ANDA SEDANG BERADA DISINI”, denah ini tidak akan
berguna buat Anda walaupun Anda menghafal mati isi denah tersebut.

Sama halnya dengan keuangan. Setelah merumuskan tujuan keuangan yang ingin Anda capai,
Anda harus mengetahui dimana posisi keuangan Anda pada saat ini. Setelah mengetahui
posisi keuangan sekarang, dan mengetahui tujuan yang hendak kita tuju, barulah kita bisa
membuat rencana untuk kehidupan finansial kita.

Bagaimana cara mengetahui posisi keuangan kita pada saat ini? Nah, untuk mengetahui
posisi keuangan untuk pribadi atau keluarga dengan bantuan 2 laporan, yaitu laporan
kekayaan bersih (neraca) dan laporan arus kas.

1. Laporan Kekayaan Bersih (Neraca)

“Lahan tetangga kelihatan lebih hijau”. Istilah ini pasti sudah sering terdengar dalam
pergaulan kita. Apa maksudnya? Misalkan saja begini. Anda melihat ke salah satu tetangga
Anda. Rumahnya sangat besar. Ada kolah renang di dalamnya. Mobil koleksinya saja ada 5,
semuanya merk terkenal. Wuah, dalam pikiran Anda, orang ini PASTI ORANG KAYA.
Padahal, disini Anda hanya melihat tetangga Anda dari sisi harta saja. Sebenarnya tetangga
ini belum tentu lebih kaya dari Anda.

“Bagimana mungkin orang yang memiliki harta sebanyak itu BUKAN ORANG KAYA?”
Eits, jangan salah! Di jaman yang serba canggih ini, segalanya bisa dibayar secara kredit.
Rumah bisa dibeli pakai kredit, mobil juga. Bahkan kebutuhan sehari-hari saja bisa hutang
dulu melalui kartu kredit. Kemudahan kredit ada dimana-mana.

Nah, untuk melihat apakah seseorang itu benar-benar kaya atau tidak, kita harus menghitung
jumlah hartanya dikurangi dengan jumlah hutangnya. Misalkan Mr. X memiliki mobil Kijang
yang nilainya sekitar Rp. 150.000.000,-. Mobil ini dibelinya secara kredit, dengan sisa
angsuran Rp. 8.000.000,- sebanyak 10 kali.

Jadi kekayaan Mr.X yang sebenarnya dari mobil Kijangnya adalah:


= Rp. 150.000.000,- - (10 x Rp. 8.000.000,-)
= Rp. 70.000.000,-

Nilai ini biasanya disebut dengan nama kekayaan bersih. Kekayaan bersih menggambarkan
nilai kekayaan yang sebenarnya dari seseorang. Cara menghitungnya cukup sederhana,
jumlahkan semua harta Anda lalu kurangi dengan jumlah seluruh hutang Anda.

Laporan Kekayaan Bersih merupakan potret dari kondisi keuangan Anda pada saat itu.
Dalam kondisi normal, nilai kekayaan bersih seseorang adalah:
= Usia x penghasilan tahunan / 10

Misalkan Mr.X berpenghasilan Rp. 60.000.000,- per tahun, sementara umurnya adalah 30
tahun, maka seharusnya nilai kekayaan bersih Mr.X adalah:
= 30 x Rp. 60.000.000,- / 10
= Rp. 180.000.000,-

Apabila setelah dihitung-hitung, ternyata nilai kekayaan bersih pada laporan Mr.X berada
dibawah Rp. 180.000.000,-, berarti Mr. X tidak dapat mengelola keuangan pribadinya dengan
baik. Disarankan Mr. X menghubungi perencana keuangan untuk mendapatkan konsultasi
mengenai cara-cara mengelola keuangan.

2. Laporan Arus Kas

Kalau kita hendak membicarakan arus kas, kita mesti membayangkan sebuah ember yang
bagian bawahnya penuh dengan lubang. Kemudian bayangkan apabila ada air yang
dituangkan dari atas ember. Apa yang terjadi? Untuk sementara ember akan menampung air
tersebut, namun hal ini tidak berlangsung lama. Dalam waktu singkat, air akan keluar melalui
lubang-lubang pada bagian bawah ember.

Nah, dalam perumpamaan ini, kita adalah ember yang bocor. Sementara air adalah uang.
Setiap bulan kita menerima gaji. Dalam perumpamaannya, setiap bulan ember diisikan
dengan air. Namun, karena embernya bocor, perlahan-lahan air keluar dari lubang-lubang
bagian bawahnya. Begitu juga dengan kita. Uang akan keluar dari kantong kita melalui pos-
pos pengeluaran, seperti untuk makanan, biaya perumahan, transportasi, pendidikan,
kesehatan, hiburan, dan lain-lain.
Sekarang pertanyaannya, berapa lama uang akan mengendap dalam kantong kita? Lubang
pengeluaran mana yang paling banyak menghabiskan uang kita? Seberapa banyak dari uang
kita yang sanggup kita tabung atau investasikan untuk keperluan di masa depan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti inilah, maka kita membuat laporan arus kas.

Secara umum laporan arus kas terdiri dari 2 bagian, yaitu Arus Kas Masuk (pendapatan), dan
Arus Kas Keluar (pengeluaran). Pada bagian Arus Kas Masuk, kita menuliskan pendapatan-
pendapatan kita seperti gaji, tunjangan, bonus, atau mungkin ada pendapatan dari pekerjaan
sampingan.

Sementara pada Arus Kas Keluar terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama adalah pengeluaran
untuk tabungan atau investasi. Bagian keduanya adalah pengeluaran untuk biaya tetap (biaya
yang setiap bulan harus kita bayar dalam nilai yang sama), misalnya KPR, KPM, iuran TV,
Premi Asuransi, dan lain-lain. Sementara bagian ketiga adalah pos-pos pengeluaran kita
seperti makanan, pakaian, transportasi, hiburan, kesehatan, pendidikan, pembayaran kartu
kredit dan lain-lain.

Ingat, prinsip dasar dari keuangan adalah “Pendapatan harus lebih besar daripada
pengeluaran”. Apakah hal ini benar-benar terjadi pada arus kas Anda?

Rasio Keuangan

Setelah membuat kedua jenis laporan diatas, kita dapat melakukan analisa terhadap kondisi
keuangan kita melalui rasio-rasio keuangan. Ada 8 buah rasio yang lazim digunakan dalam
menganalisa keuangan pribadi ataupun keluarga, yaitu:
- Rasio Likuiditas
- Rasio Aset Likuid terhadap Kekayaan Bersih
- Rasio Tabungan
- Rasio Perbandingan Nilai Bersih Aset Investasi terhadap Nilai Bersih Kekayaan
- Rasio Perbandingan Hutang Terhadap Asset
- Rasio Rasio Kemampuan Pelunasan Hutang
- Rasio Rasio Kemampuan Pelunasan Hutang Non Hipotek
- Rasio Solvabilitas

Rasio-rasio ini dapat mendeteksi penyakit-penyakit finansial seperti:


- Resiko kekurangan uang kas
- Terlalu banyak hutang
- Terlalu boros atau terlalu pelit
- Gejala kebangkrutan

Dalam kesempatan ini saya tidak sempat membahas kedelapan rasio yang ada, namun
sebagai contoh mari kita ambil salah satu rasio yang mudah dan menarik, yaitu rasio
tabungan. Rasio tabungan menunjukan seberapa banyak dari pendapatan Anda yang dapat
Anda tabung atau investasikan. Cara menghitungnya cukup sederhana, yaitu bagikan jumlah
uang yang berhasil Anda tabung dengan total pendapatan Anda.

Sebagai contoh, misalkan Mr.X mendapatkan gaji sebesar Rp. 6.000.000,-. Dalam bulan
tersebut, Mr.X menabung sebesar Rp. 300.000,-. Maka rasio tabungan Mr.X adalah:
= Rp. 300.000,- / Rp. 6.000.000,- * 100%
= 5%

Angka yang normal untuk rasio tabungan adalah 10%-30%. Rasio Mr.X berada dibawah
normal, artinya Mr.X tidak pandai menabung alias terlalu boros. Dengan menyadari bahwa
rasio tabungannnya terlalu rendah, diharapkan Mr.X dapat lebih berhati-hati dalam berbelanja
di bulan berikutnya sehingga lebih banyak uang yang bisa ditabung.

Yang menarik juga dari rasio tabungan adalah, ternyata ada orang-orang yang menabung
lebih besar dari 30% total pendapatannya. Dan yang lebih menariknya lagi, ternyata dalam
ilmu keuangan, orang-orang seperti ini ternyata tidak sehat secara finansial. Mengapa?
Karena terlalu hemat, hingga akhirnya malah menjadi terlalu pelit. Orang-orang seperti ini
tidak pernah menikmati uang yang telah secara susah payah dikumpulkan olehnya.

Jadi disini yang perlu Anda ingat adalah bahwa dalam mengelola keuangan, Anda harus bisa
menyisihkan sebagian pendapatan Anda untuk digunakan di masa depan. Minimal adalah
10%. Namun, disisi lain, Anda juga harus bisa menikmati uang yang telah berhasil Anda
dapatkan. Jangan semuanya disimpan buat masa depan. Jadi nilai maksimal yang sebaiknya
ditabung adalah 30% dari total pendapatan Anda.

Panduan Check-Up Finansial

Untuk membantu Anda menganalisa kondisi keuangan sekarang, saya telah menyediakan
panduan “Check-Up Finansial”. Panduan ini dengan lebih detil menjelaskan step-by-step cara
membuat laporan kekayaan bersih dan laporan arus kas.

Agar mempermudah Anda untuk melaksanakan tahap ini, saya bahkan sudah menyiapkan
Worksheet Excel yang siap untuk dipakai. Anda tinggal memasukan angka-angka ke dalam
laporan dalam worksheet, dan dalam waktu singkat worksheet akan menampilkan rasio-rasio
keuangan Anda. Setiap rasio akan diikuti dengan nilai normalnya, sehingga Anda dapat
dengan cepat menangkap apakah keuangan Anda dalam kondisi normal atau dalam kondisi
beresiko.

Bahkan, apabila Anda masih kurang mengerti atau masih ragu mengenai hasil analisa
worksheet ini, saya akan membantu Anda. Setiap pembeli panduan saya mendapatkan bonus
GRATIS satu kali konsultasi analisa keuangan. Kirimkan worksheet ini ke email saya. Saya
akan menganalisakan keuangan Anda.

Bagaimana cara mendapatkan panduan Check-Up Finansial ini? Kabar gembira untuk Anda,
dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan 17 Agustus, panduan ini bisa Anda dapatkan
secara GRATIS apabila Anda membeli ebook utama kami di:
www.KeuanganPribadi.com

Bukan itu saja, kami bahkan menyediakan 2 buah ebook lainnya yang berjudul “Tips dan
Trik Membuat Rencana Keuangan Pribadi Menggunakan Excel” dan “Panduan Investasi
ORI-002″ untuk membantu Anda dalam mengelola keuangan Anda.

Lihat juga:

1. 5 Tahap Perencanaan Keuangan 1


2. 5 Tahap Perencanaan Keuangan 2
3. 5 Tahap Perencanaan Keuangan 3
4. 5 Tahap Perencanaan Keuangan 4
5. 5 Tahap Perencanaan Keuangan 5

Tulisan ini dibuat pada tanggal 21 August 2007 dan berada dalam kategori Artikel. Anda dapat melanjutkan
melihat daftar isi kategori atau kembali ke halaman utama.

Visitors to this page also liked:


• » 5 Tahap Perencanaan Keuangan(1)
• » 5 Tahap Perencanaan Keuangan(3)
• » 5 Tahap Perencanaan Keuangan(4)
• » 5 Tahap Perencanaan Keuangan(5)

You might also like