You are on page 1of 3

CERPEN 1

Judul Cerpen : Kristal Sang Bidadari


Pengarang : Intania Kharisma Larasati
Kategori : Cerpen Anak

Sabrina anak yang rajin membantu orangtuanya. Pada hari minggu sabrina pergi ke sungai

Nglerep untuk mencuci pakaian. Setelah semua pakaian yang dibawanya telah bersih semua

Sabrina segera pulang ke rumahnya.

Saat di tepi sungai tiba tiba ia terpeleset, sehingga semua pakaian yang dibawanya jatuh ke

tanah. Saat berdiri ia menemukan sebuah kristal di bawah kakinya. Tiba tiba “Tolong

keluarkan aku dari sini, siapapun di sana tolonglah aku” terdengar suara dari kristal itu.

Sabrina sangat kaget karena bagaimana bisa kristal itu mengeluarkan suara, saat Sabrina

kebingungan tanah tiba tiba bergetar karena ada buaya yang sudah mengepung Sabrina.

Saat itu pula kristal yang dipegangnya bersinar dan mengeluarkan seorang bidadari. Buaya

yang telah mengepung Sabrina pun takluk terhadap bidadari dan kembali masuk ke arah

sungai.

“Terima kasih Sabrina kau telah mengeluarkanku dari kristal itu. Sebagai imbalannya aku akan

mengabulkan 3 permintaan yang kau inginkan dan aku sekaligus akan memberikan kristal itu

kepadamu.” Ucap bidadari.

“Oh aku senang dapat membantumu, tapi bukannya aku yang menyelamatkanmu tapi kau

yang menyelamatkanku. aku ingin meminta agar kau dapat kembali dengan selamat, aku

ingin hidup bahagia dengan keluargaku, dan aku ingin cita citaku dimasa depan bisa digapai.”

Ucap Sabrina.

“Baiklah kalau begitu aku akan mengabulkannya tapi baru kali ini aku melihat orang sebaik

dirimu, dan sampai jumpa.” Kata bidadari.

Sabrina pun segera mencuci kembali pakaian yang dibawanya dan segera pulang ke

rumahnya.
CERPEN 2

Judul Cerpen : Vila Tua Tak Terpakai


Pengarang : Wahyunin Natiqah
Kategori : Cerpen Anak

“Sherin, ayo bersiap-siap sayang!” seru bunda sembari merapikan koper yang akan di bawa.

Memang, hari ini aku, bunda, ayah dan tari, adikku akan piknik ke sebuah vila tua di desa

ketansari. Aku memang khawatir akan vila tua itu. Banyak yang bilang vila itu angker. Tapi

karena ayah memaksa, dan bunda ingin sekali kesana, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

“Tari, sherin, ayo masuk mobil, jangan lupa barang-barang, nak!” seru ayah mengingatkan

kami untuk cepat. “Huh, capek sekali mengkemas barang-barang ini.” celoteh ku sambil

meletakkan ransel di bawah kaki. Ayah hanya membalas ku dengan senyuman nya.

Perjalanan kami tempuh selama tiga jam. “Lelah sekali rasanya.” ucapku dengan lesu

sesampainya di sana. Ketika aku membuka pintu mobil dan melihat ke arah vila tua itu, aku

kaget. “apa ini yang dibilang vila angker ya, bun?” pertanyaan ku tertuju pada bunda dengan

wajah kaget. Bunda menjawab “iya sherin. Tapi ini bukan vila angker sayang.” ucap bunda

meyakinkan ku bahwa ini memang bukan vila angker yang dipikir orang-orang. “Sudah,

jangan buang waktu! Ayo masuk!” seru ayah pada kami.

Saat aku memasuki vila itu, entahlah aku merasa sedikit aneh. Aku bertanya-tanya sendiri,

mengapa vila ini dinamakan vila tua kalau tempat nya saja bagus seperti ini. Sesampainya di

kamar pilihan ayah, aku langsung meletakkan ransel-ransel di samping ranjang tempat tidur.
“sherin, tiara, ayo tidur.” ucap bunda sambil mematikan lampu. Aku tidak bisa tidur. Jam

menunjukkan pukul 10.15. Rasa penasaranku semakin memuncak dengan vila tua ini. Aku pun

ke luar kamar dengan pelan-pelan.

Aku melihat ada yang jalan mengikuti ku saat aku menuju ke lantai bawah. Bulu kuduk ku

merinding. Tiba-tiba kepalaku kunang-kunang. Pantang menyerah aku tetap turun ke bawah.

Aneh saja ketika aku sampai di bawah, tidak ada siapapun. Hanya ada petugas malam yang

sedang berjaga-jaga. Ku hampiri dia. Lalu aku bertanya “pak, apa disini vila angker ya?”

tanyaku dengan nada penasaran. Lalu ia berbalik badan, kemudian menjawab, “tidak, nak.

Hanya saja vila ini lama tak terpakai.” ujar bapak penjaga itu. “Lalu, kalau saja tidak terpakai

sudah lama, mengapa vila ini dinamakan vila tua dan disebut-sebut sebagai vila angker?”

tanyaku dengan bingung. Bapak itu menjawab “karena sudah lama dibangun, nak. Bapak juga

tidak tahu mengapa mereka menyebut ini vila angker.” ujar bapak itu begitu heran. Karena

aku sudah lelah, aku kembali ke kamar. Ternyata itu hanya khayalan orang-orang saja yang

mengatakan bahwa vila itu angker. Buktinya saja tidak ada apa-apa dengan vila itu. Keesokan

paginya kami pulang ke rumah karena ayah dan bunda harus kembali bekerja.

You might also like