You are on page 1of 29

I.

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang merupakan


salah satu modal dasar dalam pembangunan. Sebagai modal
dasar, sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya.
Kita harus mengetahui cara -cara yang tepat dalam
mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan
maksimal dan mengembangkan modal dasar tersebut makin
besar manfaatnya, untuk pembangunan lebih di masa yang
akan datang. Sebagai salah satu contoh dalam
memanfaatkan sumberdaya alam adalah membudidayakan
ikan, salah satu contohnya adalah ikan nila.

Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya


terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global
budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total
nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada
tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau
meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen
Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai
ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi
masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan,

1
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif
cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap
penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang
kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan.
Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah
organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah
organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen
anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al. (2008)
dan De Schryver et al.(2008), tingginya penggunaan pakan
buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran
lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryver et
al. (2008) dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan
hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan,
sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air.
Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri
menjadi ammonia. Akumulasi ammonia dapat mencemari
media budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian
(Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009).

Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap


memerlukan penanganan yang baik dan terencana. Hal yang
pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi

2
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang
tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang
diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus
mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis (
berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan
baik tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait
dengan pendukung pemasaran dan biaya produksi), dan
faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat
sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses
budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat
usaha tersebut.

3
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
II. PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Nila


Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto
(2003), adalah sebagi berikut;
Filum : Chordata,
Sub Filum : Vertebrata,
Kelas : Osteichtyes,
Sub Kelas : Acanthopterigii,
Ordo : Percomophy,
Sub Ordo : Percoidea,
Famili : Cichilidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis niloticus.

4
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Gambar 1. Ikan Nila

Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi


sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya
besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi (linea lateralis)
terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut
tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang
memanjang di atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian
tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau
keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis
tegak berjumlah 7-12 buah.

2.2 Lokasi Dan Habitat


2.2.1 Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan

5
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan
lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya
dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan
non teknis :
1) Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap
kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis
tanah, limbah, dan kualitas air.

a. Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber
air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta
debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan
persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun
bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini biasa
berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur
atau waduk.
b. Jenis Tanah
Tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau
lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi,
rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.

6
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
c. Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan
dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air,
maka hindarilah pemilihan lokasi yang sumber airnya
tercemar, baik itu oleh limbah pabrik atau limbah rumah
tangga, karena bisa megakibatkan kematian pada
ikan.
d. Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi
persyaratan kualitas ar yang sesuai, baik secara
biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi
kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-
bahan yang beracun serta suhu, pH sesuai dengan
jenis ikan yang dibudidayakan.
2) Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak
berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya
usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di
antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran,
sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga
kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana

7
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
produk serta kesesuaian dengan lingkungan social
budidaya setempat.
a. Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat
pemasaran ini penting di perhatikan karena erat
kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk
pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga
jual ikan yang di produksi dan pada akhirnya berakibat
pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
b. Dekat dengan sarana transportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat
dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi
baik jalan maupun alat angkutnya, Hal ini pula
berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh
dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya
ikan ditambah dengan system pengepakan dan system
pengangkutan yang harus digunakan.
c. Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudahan dalam mendapatkan tenaga kerja pun
harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan
tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan
serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya

8
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
produksi yang dikeluwarkan dapat di tekan seminimal
mungkin.
d. Keamanan terjamin
Keamanan terjamin yang dimaksud di sini adalah
keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis
budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang
atau kemungkinan terjadi bencana alam.
e. Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal
mungkin, maka memilih lokasi usaha harus
mempertimbangkan dalam kemudahan memperoleh
sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-
obatan,peralatan dan lain-lain.

f. Lingkungan social budaya


Ligkungan social budaya pun mungkin untuk hal-hal
tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya
komoditas yang akan di budidayakan dengan
lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak
bertentangan dengan social budaya dan agama di
daerah yang dipilih.

9
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
2.2.2 Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan
Berikut adalah persyaratan lokasi untuk kegiatan
budidaya ikan nila :
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah
jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan
tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding
kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan
kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai
agak tinggi (500 m dpl).
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus
bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-
bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran
akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya
bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya
plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena
banyak mengandung Diatomae. Sedangkan

10
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
plankton/algabiru kurang baik untuk pertumbuhan
ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus
dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang
disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam
dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-
35 cm.
5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha.
Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila
tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus
deras.
6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila
berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air
(pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30oC.
8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

2.2.3 Habitat Ikan Nila


Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah
perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38oC,
atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah
yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi
di atas 300C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila

11
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan
hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh
ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih
dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35
ppt.

Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di


perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk
tujuan usaha pembesaran. Ikan nila dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada lingkungan perairan
denganalkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan
dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan
namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik
pada kisaran pH 5-10.

Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air


asin.Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt.
Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang
kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress
dan kematian ikan. Ikan nila adalah ikan air tawar yang dapat
dipelihara di air asin namun pertumbuhan optimal ikan dapat

12
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
terjadi pada kisaran salinitas tetap untuk menekan mortalitas
ikan, maka dilakukan adaptasi secara bertahap hingga dapat
beradapstasi dengan air pada lingkungan barunya. Adaptasi
ikan nila pada air asin dilakukan dengan penambahan air laut
setiap hari selama 5 ppt hingga mencapai 10 ppt. pada awal
pemeliharaan ditambak ikan nila hasil adaptasi dari air tawar
ke air asin mengalami pertumbuhan yang lambat hal ini
disebabkan pada minggu awal atau bulan pertama ikan nila
masih dalam penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.

Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan


ikan. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton hal ini
memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat endapan
lumpur yang terlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak
diinginkan. Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air
akan mengganggu penglihatan ikan dalam air sehingga
menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan.
Selain itu benih yang masih berukuran sangat kecil akan
terganggu pernafasannya karna lumpur akan ikut terpisah air
dan trsangkut dalam insang

2.3 Pemilihan Induk Ikan Nila

13
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan
mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor
utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas
benih yang dihasilkan. Jumlah induk ikan nila pada suatu
areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan
ukuran induk.

Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana


induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang
tidak boleh digangggu ikan lain. Jumlah ikan betina
umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah
memberi kesempatan pada jantan untuk dapat
menemukan betina yang matang gonad. Ikan nila yang
ukurannya masih kecil belum menampakkan perbedaan
alat kelamin.

Setelah mencapai bobot 50 - 60 g perbedaan kelamin


sudah mulai dapat terlihat. Perbedaan berdasarkan jenis
kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang
lebih besar dari pada ikan nila betina. Alat kelamin ikan
nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang

14
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma
yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila
jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangakan
ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah
dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus.
Perbedaan kelamin antara ikan nila jantan dan betina
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbedaan Kelain Jantan dan Betina

Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan


melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina,
bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan
berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor
ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu,
15
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan
melingkar (Khairuman dan Amri, 2007). Perbedaan
antara ikan nila jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel
1 (Mubinun, et al., 2007).
Tabel 1. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
No. Jantan Betina

1 Alat kelamin berupa Alat kelamin berupa


tonjolan (papilla) tonjolan dibelakang anus.
dibelakang lubang anus. Pada tonjolan tersebut
Pada tonjolam ini terdapat 2 lubang. Lubang
terdapat satu lubang yang pertama terletak di
untuk mengeluarkan dekat anus, berbentuk
sperma dan urine. seperti bulan sabit dan
berfungsi sebagai tempat
keluarnya telur. Lubang
yang kedua terletak di
belakangnya, berbentuk
bulat dan berfungsi
sebagai tempat keluarnya
urine
2 Warna badan lebih cerah Warna badan agak pucat
3 Warna sirip memerah Pada saat matang gonad
terutama pada saat bagian tepi sirip tidak
matang gonad dan berubah warna dan
menjadi lebih galak gerakannya lambat.
terhadap ikan jantan yang
lain.
4 Kematangan gonad ikan Kematangan gonad ikan
nila diketahui dengan diketahui dengan cara
cara melakukan meraba perut dan

16
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
pengurutan perut kearah pengamatan bagian anus,
anus dan akan yaitu ditunjukkan dengan
mengeluarkan cairans telur yang berwarna
kental berwarna bening kuning kehijauan, bagian
dan di sekitar perut perut melebar, lunak jika
sampai kepala bagian diraba, bagian anus
bawah berwarna merah. menonjol dan kemerahan.

Keberhasilan Usaha pembenihan ikan nila sangat


ditentukan oleh kualitas induk, secara umum ciri-ciri induk
yang baik adalah sebagai berikut :
1) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar
dengan kualitas yang tinggi.
2) Pertumbuhannya sangat cepat.
3) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang
diberikan.
4) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan
penyakit.
5) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan
perairan yang relatif buruk.
6) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180
gram lebih perekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.

Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah


atau bakalan induk yang belum siap memijah. Induk yang
17
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
berkualitas baik kondisi sehat, bentuk badan normal, sisik
besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan
dengan badan, badan tebal dan berwarna mengilap (tidak
kusam), gerakan lincah dan memiliki respon yang baik
terhadap pakan tambahan.

Tabel 2. Ciri Induk Jantan dan Betina


Ciri - Ciri Induk Jantan Induk Betina

Bentuk tubuh Lebih tinggi dan Lebih rendah dan


membulat memanjang
Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah lubang Satu lubang (untuk Dua lubang :
kelamin mengeluarkan 1. Untuk
sperma sekaligus air mengeluarkan
seni) telur
2. Untuk
mengeluarkan
air seni
Bentuk kelamin Tonjolan agak Tidak menonjol dan
meruncing berbentuk bulat
Warna sirip ekor Didominasi warna Hitam
merah

Sedangkan menurut SNI 01- 6138 - 1999 Kriteria kuantitatif


sifat reproduksi dapat dilihat pada Tabel 3.
SIFAT SATUAN JENIS KELAMIN
JANTAN BETINA
18
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Umur Bulan 6-14 6-14
Panjang total Cm 16 – 25 14-20
Bobot tubuh G 400 – 600 300 – 450
Fekunditas Butir/ekor - 1.000 - 2.000
Diameter Telur mm - 2,5 - 3,1

2.4 Teknik Pembenihan


2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air
yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun.
Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang
dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu
25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar
ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm.
selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agak tenang dan
kedalaman yang cukup Kolam pemijahan dapat dibuat
berdinding beton.
Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila
karena banyak dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang
menjadi pakan tambahan. Dasar kolam tanah juga
memudahkan nila jantan membuat cekungan untuk memijah.
Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3
ekor / m². Satu paket

19
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan
untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan
bila keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui
seleksi ketat.
Bila induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan
kolam yang dibutuhkan sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air
sekitar 75 cm dengan tinggi kolam sekitar 1 m. Debit air nila
cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak nyaman
memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti
penguapan yang terjadi.

2.4.2 Proses Pemijahan


Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada
suhu 20 – 30 0 C. Ikan nila bersifat mengerami telurnya di
dalam mulut sampai menetas kurang lebih 4 hari dan
mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang
bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva
dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah
mencapai berat 100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada
sarang yang dibuat oleh ikan jantan di dasar kolam, sehingga
diperlukan dasar kolam yang berlumpur. Pemijahan ikan nila

20
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa sistim
antara lain:
1) Pemijahan Secara Tradisional/Alami
Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan
nila membutuhkan sarang dalam proses pemijahan.
Sarang di buat di dasar kolam oleh induk jantan untuk
memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah,
sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak
boleh diganggu oleh pasangan lain. Kegiatan pemijahan
alami meliputi antara lain;
a. Persiapan Kolam
Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan
jumlah induk yang akan dipijahkan. Perbandingan
jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 - 500 gr
perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini
berdasarkan sifat ikan jantan yang membuat sarang
berbentuk kobakan didasar kolam dengan diameter
kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan
tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut
akan digunakan ikan jantan untuk memikat ikan betina
dalam pemijahan. Oleh karena itu jumlah ikan jantan
setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak

21
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan
jantan pada dasar kolam tersebut. Dinding kolam
diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor agar
mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm.
Dasar kolam dilakukan pengolahan, pembuatan
kemalir, pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana


dasar kolam berlumpur untuk pembuatan sarang dan
meningkatkan kesuburannya agar cukup tersedia
pakan alami untuk konsumsi induk dan larva hasil
pemijahan. Pemupukan dapat diberikan pupuk
kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau
kombinasi dari ketiga macam pupuk tersebut.
Pengapuran dilakukan untuk mengendalikan hama,
penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.

b. Kualitas air
Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm,
pH > 5, suhu 20 -30 0C
dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti
tersebut, pengairan kolam harus dilakukan dengan

22
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
pengaturan yang baik. Air pemasukan terus menerus
dialirkan dengan debit 2 - 5 liter/ menit untuk luasan
kolam 200 m2.

c. Pemberian pakan
Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur
pakan alami, pemberian pakan tambahan mutlak di
perlukan. Pemberian pakan tambahan dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena
selama masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa
sehingga pada proses pemijahan harus cukup
cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan
dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil
kacang atau pellet. Pellet dapat diberikan 3 - 6 % per
hari dari bobot induk. Selama proses pemijahan ± 7
hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 -
12.

2) Pemijahan Secara Intensif

23
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain
sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai
dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina dan
larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian
pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk
akan lebih produktif karena tidak sering terganggu yang
dapat menimbulkan stres dan kematian pada induk.
a. Persiapan kolam
Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang
bersekat-sekat antara kolam jantan, kolam betina dan
kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I) hanya
dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil
dari ikan jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya
dapat dilalui larva sedang induk betina tidak dapat
keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk
menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar
kolam dilakukan seperti pada persiapan kolam
pemijahan alami.

b. Proses pemijahan
Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan
diameter kolam I adalah 4 meter dan kolam II adalah

24
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
10 meter, serta luas kolam III adalah 44 meter persegi,
maka padat penebaran induk adalah antara 250 - 300
ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor
jantan bobot > 500 gr/ekor.
Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I.
Setelah proses pemijahan berlangsung dan telur telah
menetas, induk betina akan keluar dari kolam I ke
kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva
tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan
masuk ke kolam III, sedangkan induk betina tetap pada
kolam II karena ada sekat. Kolam III hanya dapat di
masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan
terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk
betina yang ada.

c. Pemeliharaan
Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian
pakan tambahan 3 - 6 %
perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan
sesuai yang dibutuhkan oleh induk dan larva.

25
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
2.5 Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar
pakan yang diberikan optimal maka jumlah harus tersedia
cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis
atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara
pemberiannya yang tepat :
1) Kandungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama
digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti
alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru
digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang
diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat
dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi
energi. Protein merupakan sumber energi utama,
kandungan protein pada pakan harus berkisar antara
28-30% (Hapher, 1975)
2) Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang dari
yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah
pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk

26
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila
berlebihan ikan tidak akan menghabiskannya,
sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut
Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah
2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
3) Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah
pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya
masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar
ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis
yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan
buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang
wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini
umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari
satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh
pembuatnya.
4) Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan
buatan, karena pakan buatan bias dibentuk sesuai
keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-
macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah

27
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah,
pellet.

5) Waktu dan frekuensi pemberian pakan


Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang
dipelihara secara intensif seperti di jaring apung dan
kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari.
Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif
pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di
pelihara secara tradisional umumnya hanya
mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila
diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan
waktunya pun tidak tentu.
6) Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di
antaranya dengan automatic deman feeder, ditebar,
dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan
itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang
dipelihara.

28
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
DAFTAR PUSTAKA

http://hallonirma.blogspot.com/2013/06/evaluasi-kelayakan-
lahan-untuk-budidaya.html

http://pusatnilacrb.blogspot.com/2011/04/penyakit-ikan-
nila.html

http://sobijpk.blogspot.com/2010/12/pemilihan-lokasi-
budidaya-ikan.html

Judantari, Sri. Khairuman dan Amri, Khairul. 2008. Nila


Nirwana Prospek Bisnis dan Teknik Budidaya Nila
Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khairuman dan Amri. K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara


Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

29
Teknik Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

You might also like