You are on page 1of 12

TUGAS MATA KULIAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PANGAN DAN HASIL


PERTANIAN

“Pengolahan Limbah Cair dengan


Metode Aerob-Anaerob Lagoon (Lagoon Fakultatif)”

Disusun oleh:
Kelompok 10 / THP C
Muhammad Yunus (151710101027)
Melinda Ranny Dwisari (151710101051)
Wahyuni Eka Putri (151710101060)
Rizka Rola Puspita (151710101111)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin
bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka
jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair
dibuang ke tanah, sungai, danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang
melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan
terjadi kerusakan lingkungan. Dimana, berbagai kasus pencemaran lingkungan
dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini
diakibatkan oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar,
restoran hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan
pengolahan limbah tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, teknologi pengolahan limbah merupakan
kunci untuk mengatasi masalah energi alternatif dan pemeliharaan kelestarian
lingkungan dimana proses pengolahan air limbah merupakan salah satu langkah
penting untuk memperoleh air bersih.
Metode proses pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Pemilihan metode pada pengolahan
limbah bisa salah satu dari metode tersebut atau kombinasi dari ketiganya. Salah
satu pengolahan yang sering digunakan, yaitu pengolahan limbah cair secara
biologis, dimana pada metode ini dapat dilakukan secara anaerobik, aerobik, atau
gabungan keduanya. Proses biologis aerobik biasanya digunakan untuk
pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan
proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
BOD yang sangat tinggi. Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu proses biologis dengan biakan tersuspensi
(suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan
proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam,
yaitu dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu
tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikroorganisme yang tumbuh
secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk
mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu
tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Proses pengolahan air limbah secara
biologis dengan lagoon terbagi menjadi 3, yaitu anaerob lagoon, aerob lagoon,
dan kombinasi aerob-anaerob lagoon. Salah satu kombinasi aerob-anaerob lagoon,
yaitu lagoon fakultatif. Lagoon fakultatif merupakan jenis lagoon stabilisasi yang
biasanya banyak digunakan dalam pengolahan limbah cair rumah tangga maupun
industri, dimana lagoon ini dapat menjernihkan limbah cair sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana
pengolahan limbah cair secara biologis dengan metode aerob-anaerob lagoon
(lagoon fakultatif) akan dibahas secara detail dalam makalah ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk mengetahui
pengolahan limbah cair secara biologis dengan menggunakan lagoon fakultatif.
BAB 2. ISI

2.1 Deskripsi
2.1.1 Lagoon
Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatif
dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses
alam, yaitu oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal
dari fotosintesis tumbuhan air. Menurut Rahayu (1993), lagoon adalah kolam dari
tanah yang luas, dangkal, atau tidak terlalu dalam. Lagoon memiliki dimensi
panjang 40 m, lebar 14 m, dan kedalaman 1 m. Volume dari lagoon adalah 560 m3.
Lagoon memiliki beberapa fungsi yaitu meningkatkan kadar oksigen dalam air,
menambah terjadinya pengendapan, dan sebagai pemecah warna.
Air limbah yang dimasukkan ke dalam lagoon didiamkan dengan waktu
yang cukup lama agar terjadi pemurnian secara biologis alami. Di dalam sistem
lagoon, paling tidak sebagian dari sistem biologis dipertahankan dalam kondisi
aerobik agar didapatkan hasil pengolahan sesuai yang diharapkan. Meskipun
suplai oksigen sebagian didapatkan dari proses difusi dengan udara luar, namun
sebagian besar didapatkan dari hasil fotosintesis (BPPT, 2008).

2.1.2 Lagoon Fakultatif


Lagoon fakultatif merupakan jenis lagoon stabilisasi yang biasanya banyak
digunakan dalam pengolahan limbah cair rumah tangga maupun industri yang
memiliki kedalaman 1,2-2,5 m (4-8 ft) serta memiliki lapisan aerob, anaerob, dan
mengandung lumpur. Di dalam sistem lagoon fakultatif, air limbah berada pada
kondisi aerobik dan anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat
pada lapisan atas atau permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan
bawah atau dasar kolam. Sistem ini sering digunakan untuk pengolahan air limbah
rumah tangga atau air limbah domestik.
Pada perencanaan lagoon fakultatif dianggap bahwa terjadi pengadukan
sempurna hanya pada cairannya saja. Padatan yang ada di dalam air limbah akan
mengendap di dasar lagoon sehingga dianggap tidak tersuspensi, seperti pada
proses lumpur aktif (Nusa, 2000). Lagoon ini memerlukan oksigen untuk oksidasi
biologis dari bahan-bahan organik, terutama didapat dari hasil fotosintesis
ganggang hijau. BOD yang dapat direduksi dalam lagoon fakultatif antara 30-40
mg/L. Penyisihan zat organik 77-96%, nitrogen 40-95% dan fosfat 40 % (Nusa,
2000).
Lagoon atau kolam fakultatif dapat dianggap sebagai reaktor dengan
pencampuran sempurna (completely mixed reactor) tanpa sirkulasi biomassa. Air
limbah dialirkan kedalam lagoon atau kolam dan dikeluarkan dekat dasar kolam
atau lagoon. Padatan yang ada di dalam air limbah akan mengendap di daerah
dekat bagian pemasukan (inlet) dan partikel biologis (biological solids), serta
koloid akan menggumpal membentuk awan atau selimut lumpur (sludge blanket)
tipis yang tinggal di atas dasar kolam. Bagian pengeluran (outlet zone) diletakkan
pada bagian yang kemungkinan terjadi aliran singkat (short circuiting) paling
kecil.
Lagoon fakultatif didesain untuk mendegradasi air limbah yang bebannya
tidak terlalu tinggi (100-400 kg BOD/Ha/hari pada suhu udara antara 20-25 oC),
hal ini dilakukan agar jumlah populasi alga dalam perairan tetap terjaga,
mengingat sumber oksigen terbesar lagoon (yang sangat diperlukan oleh bakteri
aerob untuk mendegradasi bahan anaerob) berasal dari fotosintesis algae. Karena
keberadaan alga inilah lagoon fakultatif terlihat berwarna hijau, walau terkadang
lagoon dapat terlihat berwarna sedikit merah jika beban anaerob yang masuk
terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh munculnya bakteri sulphide oxidizing
photosynthetic yang berwarna ungu. Warna air ini dapat menjadi anaerobik untuk
menilai apakah lagoon fakultatif berada dalam kondisi baik atau tidak. Jenis-jenis
alga yang dapat ditemukan di lagoon fakultatif antara lain: Chlamydomonas,
Pyrobotrys, Euglena, dan Chlorella. Kelimpahan alga dalam lagoon fakultatif
bergantung pada jumlah beban anaerob dan anaerobik, namun umumnya
kelimpahan alga berkisar antara 500-2.000 μg klorofil-a per liter.
2.2 Mekanisme Kerja Lagoon Fakultatif
Mekanisme kerja dalam pengolahan limbah dengan lagoon fakultatif, yaitu
bahan baku berupa limbah organik difermentasi pertama kali pada lagoon anaerob
dengan penambahan lumpur aktif yang akan membantu proses degradasi limbah.
Efluen kemudian dialirkan ke lagoon fakultatif, dimana pada lagoon ini mikroalga
mulai banyak berperan sebagai agen phycoremediasi. Pada lagoon fakultatif,
bahan anaerob diubah menjadi CO2, H2O, serta sel bakteri dan alga baru. Hal
tersebut dilakukan dalam suasana anaerob. Oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis alga dimanfaatkan oleh bakteri anaerob untuk mendegradasi limbah
anaerob lebih lanjut. Karena proses fotosintesis hanya dapat berlangsung pada air
yang masih menerima penetrasi cahaya matahari, maka pada kolom air bagian
dasar tercipta kondisi anaerobik. Pada lapisan anaerobik ini bahan anaerob
didegradasi oleh bakteri-bakteri anaerobik. Selain mendegradasi bahan anaerob,
pada lagoon fakultatif juga terjadi degradasi berbagai jenis mikroorganisme
penyebab penyakit. Dapat dilihat pada Gambar 1. mengilustrasikan sistem
biologis proses degradasi limbah pada lagoon fakultatif.

Gambar 1. Diagram umum sistem biologis yang terdapat pada Lagoon Fakultatif
Batas zona aerobik dan anaerobik tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya
pengadukan (mixing) oleh angin dan penetrasi sinar matahari. Jika angin tidak
terlalu kerasa dan sinar matahari lemah, maka lapisan anaerobik bergerak ke arah
permukaan air. Perubahan siang dan malam juga dapat menyebabkan fluktuasi
terhadap batas antara lapiasan aerobik dan lapisan anaerobik. Daerah dimana
oksigen terlarut terjadi fluktuasi disebut daerah fakultatif (facultative zone),
karena mikroorganisme yang terdapat pada zona tersebut harus mampu
menyesuaikan proses metabolismenya terhadap perubahan kondisi okasigen
terlarut. Interaksi yang sangat komplek juga terjadi pada daerah diantara zona
tersebut. Asam organik dan gas yang dihasilkan oleh proses penguraian senyawa
organik pada zona anaerobik akan diubah menjadi makanan bagi mikroorganisme
yang ada pada zona aerobik. Massa organisme yang yang terjadi akibat proses
metabolisme pada zona aerobik karena gaya gravitasi akan mengendap ke dasar
kolam dan akan mati, serta menjadi makanan bagi organisme yang terdapat pada
zona anaerobik.
Selanjutnya, setelah dari lagoon fakultatif akan dialirkan ke lagoon
maturasi untuk dijadikan substrat pertumbuhan mikroalga sehingga dihasilkan
biomassa. Biomassa mikroalga selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pakan
terutama untuk akuakultur, produk agrokimia seperti biofertilizer, dan sumber
energi seperti biodiesel, hidrokarbon, methan dan etanol (Budi, 2004).

2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan limbah cair dengan metode
lagoon fakultatif meliputi:
a) Floating Aerator
Floating aerator digunakan untuk membantu mekanisasi supply oksigen
larut dalam air. Aerator ini menggunakan propeler yang setengah terbenam dalam
air dengan putarannya memecah permukaan air agar lebih banyak bagian air yang
kontak dengan udara dan menyerap oksigen bebas dari udara.
b) Bak Maturasi
Bak maturasi digunakan untuk menjadikan substrat pertumbuhan
mikroalga sehingga dihasilkan biomassa. Biomassa mikroalga selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan pakan terutama untuk akuakultur, produk agrokimia
seperti biofertilizer, dan sumber energi seperti biodiesel, hidrokarbon, methan
dan etanol.

2.4 Perhitungan
Rumus yang digunakan untuk merencanakan lagoon fakultatif
menggunakan beberapa data operasional yang disajikan dalam panduan manual
perancangan (USEPA, 1974). Perancangan Loading Rate Area dan permodelan
Wehner-Wilhelm merupakan perhitungan dan ilustrasi dari ukuran lagoon
fakultatif yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Perancangan Loading Rate Area
Loading Rate Area adalah metode desain yang paling konservatif dan
dapat disesuaikan dengan standar spesifik. Luas permukaan yang diperlukan
untuk lagoon fakultatif ditentukan dengan membagi kandungan organik (BOD)
dengan loading rate BOD yang tercantum pada Tabel sesuai suhu udara dimana
lagoon akan dibuat. Berdasarkan suhu udara musim dingin, rata-rata Loading
Rate yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini (USEPA,
1974).
Tabel 1. Loading Rates BOD5 untuk Lagoon Fakultatif

Hal ini dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut:


Keterangan:
A = Luas area yang dibutuhkan, ha atau acre
BOD = Konsentrasi BOD pada influen, mg/L
Q = Laju alir influen, m3/d atau Mgal/d
LR = Loading Rate BOD (dari tabel), kg/(ha.d) atau (lb/(acre/d)
1000 = Faktor konversi, 1000 g = 1 kg
8,34 = Faktor konversi, lb/Mgal.mg/L = 8,34 lb
b) Persamaan Wehner-Wilhelm
Wehner dan Eilhelm (1958) merupakan persamaan tingkat penyisihan
substrat orde I untuk reaktor yang memiliki pola aliran yang tidak teratur, yaitu
pola plugflow dan pola complete-mix. Persamaan yang mereka usulkan yaitu:

Keterangan:
C = Konsentrasi substrat pada efluen, mg/L
Co = Konsentrasi substrat pada influen, mg/L

a =
k = konstanta reaksi orde I
t = Waktu detensi, h
D = Faktor dispersi, H/uL
H = Koefisien dispersi aksial, m2/h atau ft2/h
U = Kecepatan aliran, m/h atau ft/h
L = jarak yang ditempuh partikel, m atau ft
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat diambil kesimpulan bahwa,
lagoon fakultatif merupakan metode yang mengkombinasikan antara aerob lagoon
dan anaerob lagoon, dimana lagoon fakultatif dianggap sebagai reaktor dengan
pencampuran sempurna tanpa sirkulasi biomassa. Mekanisme kerja lagoon
fakultatif dalam pengolahan limbah, yaitu bahan baku berupa limbah organik
difermentasi pertama kali pada kolam anaerob dengan penambahan lumpur aktif
yang akan membantu proses degradasi limbah. Efluen kemudian dialirkan ke
kolam fakultatif dimana pada kolam ini mikroalga mulai banyak berperan sebagai
agen phycoremdiasi.
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. 2008. Buku Air Limbah Domestik DKI.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB9
KOLAMLAGOON.pdf,
Budi S., M.K.E., 2014, Kajian Proses Aerasi Kolam Fakultatif di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Propinsi D.I. Yogyakarta, Tesis, Program
Pasca Sarjana Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nusa, I. 2000, Buku Air Limbah Domestik DKI: “Daur Ulang Air Limbah untuk
Air Minum (Online), (http://www.kelair.bppt.go.id)
Rahayu, 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
US Environmental Protection Agency (U.S. EPA).1972. Water Quality Criteria
1972. EPA-R3-73-033- March 1973. Pp.170 -177.

You might also like