You are on page 1of 24

WALK THROUGH SURVEY

PT. GALENIUM PHARMACY


3 FEBRUARI 2018

Disusun oleh:
Kelompok III

Dr. Narendra Yoshua


Dr. Ni Made Fika Dyah Indraswari B
Dr. Nindyawati Husin
Dr. Nuraliyah
Dr. Pertho Rinaldi Marpaung
Dr. Richella Khansa Lauditta
Dr. Rose Tio Bunga
Dr. Siti Nauli Amalia Pulungan
Dr. Sri Gusfita
Dr. Tiara Anggiana Ayu

PELATIHAN HIPERKES DAN KK BAGI DOKTER PERUSAHAAN


JAKARTA, 29 JANURI – 5 FEBRUARI 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat berkaitan dengan kinerja karyawan
dan kinerja perusahaan. Dengan melaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dapat menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga nantinya dapat terbebas atau mengurangi angka kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat berkaitan erat dengan sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia, selain dapat meningkatkan jaminan sosial dan
kesejahteraan para pekerja, juga dapat meingkatkan produktivitas dalam bekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang harus dipenuhi dalam sistem
pekerjaan dan sudah menjadi kebutuhan untuk setiap pekerja maupun setiap kegiatan
pekerjaannya.
Sistem manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, serta perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang
dapat mengakibatkan kecelakaan seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
PT Galenium Pharmasia Laboratories merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang farmasi yang juga tidak lepas dari faktor dan potensi bahaya dari setiap proses
produksinya yang menggunakan bahan dan peralatan berteknologi tinggi. Dengan kondisi
ini sudah selayaknya PT Galenium Pharmasia Laboratories menerapkan Sistem
Manajeman K3 (SMK3) dalam menjalankan kegiatan di perusahaan sebagai salah satu

2
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Tujuan kunjungan ke PT Galenium Pharmasia Laboratories, antara lain:


1. Mendapakan informasi dan data perusahaan
2. Mengenal sistem manajemen K3 di dalam perusahaan
3. Menganalisa sistem K3 dengan implementasi dari perusahaan
4. Mendapatkan informasi yang akurat mengenai sistem K3 perusahaan

3
B. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
9. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
10. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan
SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di
tempat kerja.
12. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 tahun 2006 tentang pedoman dan pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas

4
C. Profil Perusahaan
a. Sejarah perusahaan
PT Galenium Pharmasia Laboratories merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang farmasi yang berdiri sejak tahun 2004. PT Galenium Pharmasia
Laboratories telah menjadi perusahaan berskala nasional dengan fasilitas manufaktur di
lahan seluas 20.000 m2. PT Galenium Pharmasia Laboratories juga telah menciptakan
jaringan distribusi yang menjangkau pasar ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa
dan Amerika Serikat. PT Galenium Pharmasia Laboratories telah mencapai beberapa
penghargaan dalam sistem mutu. Sertifikat sistem mutu yang diterima perusahaan diakui
baik secara lokal maupun internasional, yaitu CPOB, CPKB, ISO 9001: 2000 dan
OHSASS. Pada tahun 2005, PT Galenium Pharmasia Laboratories menerima strata A
cGMP, yaitu penerapan sistem manufaktur yang sesuai dengan standar negara ASEAN.
b. Visi dan misi perusahaan
Visi :
Menjadi perusahaan perawatan kesehatan berkelas dunia yang memiliki daya saing tinggi
dalam melayani dan menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas bagi para
pelanggannya.
Misi :
Meningkatkan pertumbuhan yang berkesinambungan untuk memberikan hasil usaha
terbaik kepada para pemangku kepentingan dengan menerapkan :
1.Tata Kelola Perusahaan yang Baik
2.Memberdayakan Sumber Daya Manusia yang berkompetensi tinggi
3. Peduli pada kemanusiaan dan lingkungan.
4

5
c. Jumlah pegawai perusahaan
Jumlah pekerja sebanyak 340 orang pekerja.
d. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak di bidang farmasi. Produk yang dihasilkan antara lain obat-
obatan, produk kosmetik, dan produk perawatan kulit.
e. Jam kerja
Jam kerja kantor mulai dari 08.00 – 16.30
Jam kerja pegawai mulai dari 08.00 – 16.30,
Selain itu juga terdapat jam kerja pegawai yang terbagi dalam 3
shift, yaitu:
Shift 1: 08.00 – 16.00
Shift 2: 16.00 – 24.00
Shift 3: 24.00 – 08.00
f. Asuransi
Setiap tenaga kerja dalam perusahaan sudah memiliki BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
g. Sertifikasi Perusahaan
PT Galenium Pharmasia Laboratories telah diakreditasi oleh ISO 9001 dan OHSASS
pada tahun 2007.
h. Kelembagaan P2K3
Perusahaan sudah memiliki struktur organisasi P2K3 tetap yang bertanggung jawab
dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Jumlah ahli K3 yang dimiliki perusahaan
sebanyak satu orang yang merupakan ahli K3 umum.

D. Alur Produksi
Bahan dasar (awal) → Proses mixing → Proses filling → Pengemasan → Proses loading

E. Landasan Teori
1. Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja menurut PP no.50/ 2012 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

6
Sedangkan beberapa ahli sepert Suma’mur, Simanjuntak, Mathis dan Jackson
mengemukakan beberapa pengertian tentang keselamatan kerja, yaitu :
• Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
• Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
• Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.
2. Tujuan Keselamatan Kerja
Pentingnya keselamatan kerja tidak hanya untuk para pekerja tetapi juga untuk
sebuah perusahaan. Jika perusahaan dapat menurunkan angka kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja, atau penyakit yang berhubungan dengan kerja maka perusahaan akan
semakin efektif. Keselamatan kerja merupakan hak para pekerja karena diatur dalam UU
No. 1 Tahun 1970 yang secara garis besar adalah untuk melindungi para pekerja dan
orang lain di tempat kerja, menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara
aman dan efisien, dan untuk menjamin proses produksi berjalan lancar. Secara lebih
terperinci di sebutkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 Bab III Pasal 3 yaitu untuk :
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan
• Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
• Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
• Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
• Memberi pertolongan pada kecelakaan
• Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
• Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
• Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan
• Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
• Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
• Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
• Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
• Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
• Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, taman atau barang

7
• Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
• Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
• Mencegah terkena aliran listrik berbahaya
• Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

3. Faktor Penyebab Kecelakaan


Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain : penyebab langsung
kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar
kecelakaan kerja. Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah
kondisi tidak aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya
(unsafe action).

• Kondisi tidak aman (unsafe condition), antara lain :


- Tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang
berputar, tajam ataupun panas
- Terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi)
- Alat kerja/ mesin/ kendaraan yang kurang layak pakai
- Bising yang ditimbulkan oleh alat kerja/ mesin/ kendaraan
- Suasana kerja yang tidak nyaman karena udara panas
- Tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dll.
• Termasuk dalam tindakan tidak aman (unsafe action,) antara lain :
- Kecerobohan
- Meninggalkan prosedur kerja
- Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
- Bekerja tanpa perintah
- Mengabaikan instruksi kerja
- Tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja
- Tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD
- Tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan
resiko/bahaya tinggi.

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor
pekerjaan dan faktor pribadi.
• Termasuk dalam faktor pekerjaan, antara lain:
- Pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja
- Pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya

8
- Pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya,
beban kerja yang tidak sesuai, dll.
• Termasuk dalam faktor pribadi, antara lain: Mental/kepribadian tenaga kerja tidak
sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.
• Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen
dan pengendalian, kurangnya sarana danprasarana, kurangnya sumber daya,
kurangnya komitmen, dll.

Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar penyebab
kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar 88%.
Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan mesin/ aset/ barang dan 2%
faktor lain-lain. Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino effect kecelakaan kerja
H.W. Heinrich.
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja menurut teori efek domino H.W Heinrich

4. Faktor Penyebab Kecelakaan


Ruang Lingkup Keselamatan Kerja antara lain:
• Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
• Aspek perlindungan hiperkes meliputi :
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b) peralatan dan bahan yang dipergunakan
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi maupun social
d) Proses produksi
e) Karakteristik dan sifat pekerja
f) Teknologi dan metodologi kerja
• Penerapan hiperkes dilaksanakan dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa
9
• Semua pihak yang terlibat dalam proses industry / perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hiperkes

5. Alat Pelindung Diri

Upaya pengendalian bahaya harus didukung dengan kebijakan perusahaan maupun


program-program K3 lainnya, seperti diadakannya pelatihan, pengawasan, sehingga
pekerja dapat meningkatkan pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan
terciptanya suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman. Penggunaan alat pelindung diri
(APD) merupakan upaya pengendalian yang banyak digunakan di industri-industri,
namun tidak sedikit industri-industri yang belum menggunakan alat pelindung diri
sebagai salah satu pengendalian bahaya di tempat kerja.

a. Definisi Alat Pelindung Diri


Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha
tersebut, namun sebagai usaha akhir.

b. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri


Undang-undang No.1 tahun 1970.
Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
untuk memberikan APD.
Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD.
Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma - cuma.

Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban


pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk
menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan


nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat

10
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan
ditempat kerja.

Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja


yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yg berupa
pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau
pelindung muka dan pelindung pernafasan.

6. K3 dalam Keselamatan Kerja

Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
a. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan
mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari
yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat
mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua
kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
• Karyawan
• Orang lain yg berada ditempat kerja
• Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
• Kerugian harta benda (Property Loss)
• Kerugian masyarakat
• Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
• Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
• Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang
mungkin ada/terjadi.
• Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara
lain adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies)
d\. What if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical
Incident Analysis h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. Dll Dalam
memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran risiko.

b. Penilaian Risiko

11
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di
tempat kerja yaitu untuk:
• mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
• menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
• melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
• mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan
yang telah diambil;

c. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
i. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
ii. Substitusi
• Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
• Proses menyapu diganti dengan vakum
• Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
• Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
iii. Rekayasa Teknik
• Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
• Pemasangan general dan local ventilation
• Pemasangan alat sensor otomatis
iv. Pengendalian Administratif
• Pemisahan lokasi
• Pergantian shift kerja
• Pembentukan sistem kerja
• Pelatihan karyawan
v. Alat Pelindung Diri

13

12
BAB II
PELAKSANAAN

A. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT Galenium Pharmasia Laboratories ini dilakukan
pada hari Kamis tanggal 01 Februari 2018 pukul 14.00-16.00.

B. Lokasi Pengamatan
Jl. Raya Bogor KM 51.5 No.507, Cimandala, Sukaraja, Bogor, Jawa Barat
16710
Telp : 0251 – 8662506 / 0251 – 8652161
Fax : 0251 - 8652160

C. Dokumen Pengamatan

14

13
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Bahan dan Proses Kerja Terkait K3


1. Perusahaan enggan menyebutkan bahan-bahan yang digunakan untuk produksi, karena
merupakan rahasia perusahaan
2. Pada kunjungan kali ini tidak ditunjukkan proses kerja yang ada di perusahaan sehingga
sulit untuk diidentifikasi proses kerja terkait K3
3. Berdasarkan wawancara dengan salah satu tim dari HSE menyebutkan proses kerja secara
garis besar sebagai berikut :

Penyimpanan bahan awal

Penimbangan

Proses Mixing

Proses Filling

Loading ke gudang

Kemas Sekunder/area
pengemasan

14
4. Berdasarkan wawancara dengan pihak HSE, paling sering terjadi kecelakaan kerja pada
bagian kemas sekunder, dimana pekerja menggunakan cutter untuk bekerja.
5. Berdasarkan wawancara, pada bagian produksi pekerja sudah menggunakan APD yang
sesuai dan kecelakaan kerja yang sering terjadi pada pekerja adalah tersayat cutter pada
bagian kemas sekunder.

B. Landasan Kerja
Landasan kerja PT. Galenium Pharmasia Laboratories mengacu pada UU
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang mana wajib diterapkan oleh
seluruh anggota di tempat kerja dalam melakukan tugas masing-masing. Adapun 7
kualitas nilai budaya perusahaan sebagai berikut:
1. Mengutamakan kepuasan pelanggan
2. Fokus pada target perusahaan
3. Berintegritas
4. Berinovasi
5. Gigih dan ulet
6. Terpercaya
7. Bekerjasama

C. SOP Kerja
Perusahaan sudah memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam
setiap kegiatan pekerjaan bagi para pekerjanya maupun SOP untuk alat-alat yang
terdapat di perusahaan. SOP tersedia dalam bentuk fisik.

15
D. Instalasi Listrik

1. Perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan listrik dilakukan oleh petugas yang


memiliki sertifikasi.
2. Pemeliharaan listrik dilakukan rutin dalam 1 bulan sekali, dan didapatkan juga
pemeliharaan tahunan yang dilakukan oleh petugas yang tersertifikasi
3. Kondisi panel box umumnya baik dan kabel tertata rapih dengan tray, namun masih
terdapat kabel yang tidak terselubung pelindung dengan baik
4. Sudah terdapat peringatan/rambu-rambu di sekitar instalasi listrik, namun tidak pada
semua bagian.
5. Penyalur petir tersedia di setiap gedung.
6. Penyalur petir dilalukan pengecekan setiap 3 bulan
7. Dalam pelaksanaan pengoprasian listrik, dikatakan pegawai menggunakan APD yang
sesuai

E. Prasarana Kerja Lainnya


1. Gedung (administratif, produksi, penyimpanan, dan lainnya)
2. Penangkal petir
3. Jalur pejalan kaki
4. Jalur evakuasi
5. Tempat parkir mobil dan motor
6. Kantin
7. Toilet
8. Halaman

F. Konstruksi Tempat Kerja


Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan maupun setiap
kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya dilaporkan kepada Pihak maintenance
kemudian pelaporan dilanjutkan ke Dinas Tenaga Kerja
1. Akses keluar masuk ruangan pada umumnya baik
2. Pada area IPAL belum terpasang handrail
3. Penerangan di area gudang menurut pengamat kurang. Hal ini juga
dikeluhkan oleh pekerja. Ini disebabkan karena lampu belum dinyalakan atau
bohlam yang tidak dipasang walaupun ada luminaire. Begitupula pada area
Engineering di bagian boiler.
4. Ventilasi di tempat kerja di rasa kurang oleh pengamat. Para pekerja juga
mengeluhkan hal yang sama. Terutama di bagian gudang yang dirasa pengap

16
5. Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja baik, tidak tampak bahan-bahan
yang berantakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak
merintangi atau menimbulkan kecelakaan
6. Terdapat kebisingan dan getaran di tempat kerja utamanya di area
engineering di bagian boiler. Namun hal ini sudah di cegah dengan
penggunaan alat peredam bising dan getaran.
7. Sign yang menyatakan orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki
tempat kerja sudah terpasang di beberapa tempat dengan baik.
8. Perancah (scaffolding) sudah baik, terdapat lantai papan yang kuat dan rapat
dan untuk tingginya sekitar 2 meter dan telah diberi pagar pengaman.
9. Jalan-jalan terbuat dari bahan dan konstruksi yang kuat, tidak rusak dan aman
untuk tujuan pemakaiannya.
10. Tangga, kaki tangga dan anak tangga terpasang kuat dan terpelihara dan juga
telah diberi pengaman
11. Terdapat alat-alat angkat antara lain forklift yang masih layak digunakan

G. Sarana Penanggulangan Bencana


Penyelenggaraan perencanaan penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya yang bertujuan agar organisasi dapat melakukan tindakan efektif dalam situasi
darurat, dan meminimalisirkan dampak lingkungan yang ditimbulkan saat dan setelah
keadaan darurat itu terjadi. Dibutuhkan penilaian sistematik terhadap risiko dari
semua potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi, dan menyusun kesiagaan dan
tanggap darurat. Yang harus diperhatikan pada rencana keadaan darurat antara lain:
orang yang bertanggung jawab, tindakan untuk keadaan darurat, data dan informasi
tentang bahan-bahan berbahaya, dan rencana pelatihan keadaan darurat. Berdasarkan
pengamatan pada PT. Galenum, ditemukan:
1. Perusahaan ini belum memiliki ahli K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja)
spesialis penanggulangan kebakaran, hanya ahli K3 umum yang berjumlah 1
orang
2. Belum adanya petugas peran kebakaran dan regu penanggunganan kebakaran
sebagaimana tertuang pada Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999.
Perusahaan ini hanya mengandalkan bantuan dari instansi pemadam
kebakaran pemerintah.
3. Perusahaan tidak memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran.
4. Lokasi antar-gedung cukup rapat sehingga meningkatkan risiko terjadinya
penyebaran api saat kebakaran terjadi.
5. Pada bangunan gudang hanya ditemukan alat peringatan bahaya kebakaran
saja namun tidak ada detector api dan water sprincle.

17
6. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang dimiliki perusahaan bergolongan D
dengan jenis dry chemical dengan jumlah memadai dimana jarak antar APAR
kurang dari 15 meter. Namun APAR diletakan tidak sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dimana puncak rendah dan tidak adanya tanda APAR. Selain
itu untuk penempatan APAR kurang tepat dikarenakan sulit untuk dilihat dari
kejauhan. Tetapi untuk pemeliharaan APAR cukup baik dikarenakan APAR
tidak berkarat, tidak ada sumbatan pada ujung selang, dilakukan pemeriksaan
rutin, terdapat cara penggunaan APAR dan APAR terkunci dengan baik.
7. Tersedianya hydrant dengan jumlah memadai dimana jarak antar hydrant
kurang dari 30 meter
8. Tidak ditemukan APD (Alat Pelindung Diri) untuk petugas yang seharusnya
digunakan saat pemadaman api seperti masker.

H. Rambu Peringatan
1. Pemasangan rambu peringatan “area wajib APD” tidak terlihat karena
tertutup oleh lemari di gudang penyimpanan produk
2. Tidak terdapat rambu area wajib APD di ruang engineering.

I. Alat Pelindung Diri


1. APD tidak dipergunakan sebagaimana mestinya di gudang penyimpanan
produk
2. Di bagian IPAL APD yang digunakan kurang lengkap. Pekerja tidak
menggunakan sarung tangan. Sementara itu terdapat faktor kimia dan biologi
pada area kerjanya

J. Tanggap Darurat dan Jalur Evakuasi


1. Terdapat petunjuk arah untuk lokasi evakuasi dan terdapat 3 assembly point
bila terjadi kebakaran.
2. Kurangnya rambu-rambu peringatan tentang kesehatan keselamatan kerja
3. Pada bangunan gudang ditemukan alat peringatan bahaya saja namun tidak
ada detector api dan water sprincle.
4. Tidak terdapat alarm kabakaran secara otomatis
5. Tidak ditemukannya alat pendeteksi asap

18
K. Kejadian Kecelakaan Kerja
1. Kejadian kecelakaan yang sering terjadi adalah luka gores pada tangan
pekerja yang diakibatkan tersayat cutter dan terkena beling tajam saat
berjalannya proses produksi.
2. Pada tahun 2017 tercatat angka kecelakaan kerja di perusahaan sebanyak 16
kasus.
3. Terdapat rambu-rambu/tanda peringatan pada tempat-tempat beresiko tinggi
4. Terdapat Standard Operating Procedure (SOP) pada perusahaan
5. Pada bagian Gudang kecelakaan kerja yang sering terjadi adalah tersandung
palet kayu, namun tidak ada data rinci akan angka dan waktu kejadian.

L. Personil Keselamatan Kerja


1. Terdapat P2K3 dalam perusahaan ini
2. Terdapat satu ahli K3 umum pada perusahaan ini.
3. Terdapat 34 orang petugas P3K dan 15 kotak P3K pada perusahaan ini.
4. Adanya safety talk yang diadakan seminggu sekali yang dilakukan oleh HSE
dan seminar setiap tahun dengan pembicara seorang dokter.
5. Tidak terdapat dokter perusahaan, namun perusahaan bekerja sama dengan
rumah sakit FMC Bogor.
6. Total karyawan pada perusahaan ini sebanyak 340 orang
7. Pada bagian gudang terdapat 12 orang tenaga kerja yang bekerja non-shift
8. Pada bagian engineering terdapat 25 orang tenaga kerja dengan system 3 shift
masing-masing 8 jam
9. Terdapat panitia untuk mengawasi cara kerja maupun kelengkapan APD dari
pekerja pada perusahaan ini.
10. Dilakukan pemeriksaan berkala pada pekerja sebanyak satu tahun sekali dan
pada pekerja dapur satu tahun dua kali.

20

19
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Rumusan masalah Peraturan perundangan yang berlaku Saran


Terdapat kabel yang tidak Permenaker No. Per-01/MEN/1982 Dilakukan penataan dan
terselubung pelindung dengan Kepmenaker No. Kep- 75/MEN/2002 pengamanan kabel – kabel listrik
baik dengan tray dan pelindung kabel
Tidak terdapat peringatan di PerMen No 12/MEN/2015 Diberikan peringatan/rambu-rambu
sekitar instalasi listrik di sekitar instalasi listrik
Penerangan di area gudang dan Peraturan Kementerian Perburuhan No.7 - Memperbanyak ventilasi
area engineering di bagian boiler tahun 1964 dan jendela
kurang - Memperbaiki dekorasi
interior pabrik agar terlihat
lebih cerah (misal: cat
dinding warna putih atau
terang)
- Memasang bohlam dan
menyalakannya
- Mengganti bohlam dengan
bohlam LED
- Pemeriksaan luksmeter
(intensitas cahaya)
Ventilasi terutama di bagian Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan - Memperbaiki ventilasi
gudang kurang Transmigrasi No. 13 tahun 2011 agar sirkulasi udara baik
- Memasang exhaust udara
agar kelembaban terjaga
- Menambah alat pendingin
seperti kipas angin atau
AC pada area gudang
Belum adanya petugas peran Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999 Disediakannya tenaga yang
kebakaran memadai yang telah mengikuti
pelatihan khusus

Peletakan APAR yang tidak Permenaketrans no. 4/men/1980 Menyesuaikan peletakan APAR

20
sesuai dimana posisi terlalu
rendah, tidak ada tanda

Perusahaan tidak memiliki buku Kepmenaker no -186/Men/1999 Disediakan buku rencana


rencana penanggulangan penanggulangan keadaan darurat
keadaan darurat kebakaran kebakaran
APD tidak dipergunakan Undang-undang No.1 tahun 1970. - Melakukan sosialisasi tentang
sebagaimana mestinya di pemakaian APD yang baik dan
gudang penyimpanan produk benar
- Memasang gambar contoh
penggunaan APD yang benar
di daerah kerja
- Melakukan pengawasan dan
pengecekan secara berkala

Pemasangan rambu peringatan PPRI No. 50 Tahun 2012 - Pemindahan rambu “area wajib
“area wajib APD” tidak terlihat APD ke tempat yang dapat
karena tertutup oleh lemari di dilihat pekerja
gudang penyimpanan produk
Di bagian IPAL APD yang Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 - Penyediaan APD, seperti
digunakan kurang lengkap. Pasal 2 ayat (2) sarung tangan
Pekerja tidak menggunakan
sarung tangan. Sementara itu
terdapat faktor kimia dan biologi
pada area kerjanya
Tidak terdapat rambu area wajib PPRI No. 50 Tahun 2012 - Penambahan rambu “area
APD di ruang engineering. wajib APD”
Tidak adanya handrail pada area Undang-undang No.1 tahun 1970. - Penambahan handrail pada
IPAL area IPAL

21
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. Galenium Pharmacy dari penilaian


keselamatan kerja sudah masih membutuhkan banyak perbaikan namun. Antara lain:

1. Belum terpenuhinya standar keselamatan kerja pada bidang


kebakaran dan listrik, seperti tidak adanya kabel pelindung pada
kabel listrik dan peringatan untuk area instalasi listrik, pada bidang
kebakaran masih belum adanya petugas peran kebakaran dan
penempatan APAR yang belum sesuai peraturan.

2. Pada instalasi gudang masih ditemukan kekurangan berupa


kurangnya penerangan dan ventilasi pada area kerja.

3. Masih minimnya rambu keselamatan seperti kurangnya rambu “area


wajib APD” serta penggunaan APD yang tepat sesuai tempat
4. Tidak terdapatnya dokter perusahaan jika terjadi kejadian
keselamatan kerja
5. Masalah kecelakaan kerja yang terjadi masih tertangani dan tidak
pernah ada kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa pekerja.

B. Saran
1. Melengkapi standar keselamatan pada bidang kebakaran dan listrik
terutama untuk ruangan-ruangan yang butuh
2. Ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama ruangan.
3. Ditambahnya rambu untuk mengingatkan mengenai keselamatan
kerja
4. Sosialisasi dan briefing mengenai pentingnya keselamatan kerja bagi
tenaga kerja
5. Menambahkan ventilasi pada ruangan tertutup dan panas

23
BAB VI

PENUTUP

Keselamatan kerja para tenaga kerja merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan. Upaya keselamatan kerja dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
ada. Pelaksanaan upaya keselamatan kerja tersebut membutuhkan partisipasi setiap individu
tenaga kerja dengan pengawasan yang serius. Identifikasi potensi bahaya harus dilakukan
secara berkala diiringi dengan maksimalisasi fasilitas pencegahan dan penanggulangannya.

24

You might also like