You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah

suatu keadaan kesejahtraan fisik, mental dan sosial yang komplek dan

bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Selain definisi luas diatas,

kesehatan secara tradisional dinilai dari memperhatikan morbiditas

(kesakitan) selama priode tertentu (Wong, 2009), derajat kesehatan anak

merupakan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus

bangsa, memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam

meneruskan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008)

Seorang anak akan mengalami gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata, infeksi pada telinga,

gangguan fisik pada kuku, gangguan dalam pengeluaran urine yang

involunter pada waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur

lebih dari empat tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun penyakit

organik serta enkopresis fungsional juga bisa terjadi pada anak yang

berumur lebih dari empat tahun yang disebabkan karena kondisi psikologis

pada anak karena kegagalan dalam melakukan buang air besar. Masalah

sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan


kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri, kebutuhan dicintai, kebutuhan

harga diri, dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto 2009).

Menurut World Health Organization sekitar 100.000 anak Indonesia

meninggal akibat diare, sedangkan angka kejadian karies atau gigi

berlubang pada anak mencapai 60%-90%. Sekitar 760.000 jiwa meninggal

tiap tahunnya karena diare, yang paling banyak terjadi dibawah 8 tahun dan

untuk kejadian skabies masih mencapai sekitar 130.000 jiwa secara global

(WHO, 2013)

Data dari riskesdas proporsi penduduk umur ≥ 10 tahun menyikat

gigi setiap hari dan berperilaku menyikat gigi denga benar menurut

karakteristiknya. Menurut tempat tinggal, responden di perkotaan lebih

banyak berperilaku menyikat gigi benar dibandingkan perdesaan yaitu

laki-laki (2,0%) lebih rendah dibandingkan perempuan (2,5). Ditemukan

sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi

maupun mandi sore (76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah

makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya

(2,3%). Berdasarkan analisis kecenderungan secara rata-rata nasional,

terdapat peningkatan proporsi penduduk berperilaku cuci tangan secara

benar (47,0%) dibandingkan tahun 2007 (23,2%),namun pada angka

kematian akibat diare masih tergolong tinggi pada usian ≤ 10 tahun yaitu

(40 %) (Riskesdas, 2013).


Orang tua memiliki peranan penting dalam optimalisasi

perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberi rangsang

atau stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik

motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi harus

diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang,

metode bermain, dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan

berjalan optimal, kurangnya stimulasi dari orang tua dapat menyebabkan

keterlambatan perkembangan anak (Schmidt, 2007)

Orang tua berperan dalam dalam pengembangan kualitas pribadi

anak, melalui cara-caranya mengasuh dan mendidik anak. Cara-cara orang

tua mengasuh anak meliputi sejauh mana orang tua menjadikan dirinya

sebagai pantauan anak, hubungan kognitif dan afektif antara orang tua dan

anak, cara mengajar anak serta cara mendisiplinkan anak termasuk

didalammya peran orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak

untuk melatih melakukan personal hygiene secara mandiri (Kudwiratri,

2008).

Baumrind dalam Judy Et All, (2012) menyatakan bahwa pola asuh

orang tua dibedakan menjadi 4 bagian diantaranya pola asuh otoriter yaitu

orang tua cenderung menetapkan standar mutlak yang harus dituruti, pola

asuh demokratis yaitu orang tua lebih bersikap rasional dan mendasari

tindakanya dengan pemikiran, pola asuh permisif yaitu orang tua memberi

pengawasan yang lebih longgar dan memberikan kesempatan anaknya

untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya, dan pola
asuh tidak terlibat yaitu orang tua tidak memberi pengarahan, pengaturan

dan pembatasan terhadap sikap yang dilakukan anak secara penuh.

Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua bersikap demokratis,

yaitu bersedia mendengarkan pembicaraan anak, menghargai pendapat

anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkannya.

Perkembangan kemandirian anak usia dini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, begitu juga dengan anak yang tidak mandiri. Sedangkan

menurut Solahudin dalam Malau (2012) menyatakan terdapat dua faktor

faktor yang berpengaruh pada tingkat kemandirian anak anak usia sekolah

yaitu faktor internal yaitu emosi dan intelektual anak, Faktor eksternal

yaitu lingkungan, status ekonomi keluarga, stimulasi, pola asuh, cinta dan

kasih sayang, kualitas informasi anak dengan orang tua dan status

pekerjaan ibu. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang

diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan

terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi

lingkungan (Suseno, 2010).

Dampak yang terjadi diakibatkan kurangnya kebersihan diri adalah

gangguan fisik seperti gangguan integritas kulit, gangguan membrane

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, diare, kecacingan, sakit gigi

dan gangguan fisik pada kuku (Tarwoto, 2011) Personal hygiene menjadi

penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu

masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada

akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit (Saryono, 2010),


Perawat, terutama perawat komunitas memiliki peranan yang

cukup besar dalam upaya peningkatan kesehatan sekolah diantaranya

adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah dan sebagai

penyuluh dalam bidang kesehatan. Dalam hal ini, perawat bertanggung

jawab dalam promosi praktik kesehatan yang baik dan mengembangkan

pendidikan kesehatan yang efektif yang bertujuan untuk meningkatkan

penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri yang

kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan

(Potter dan Perry, 2005).

Hasil studi pendahuluan didapatkan dari hasil wawancara kepada

10 orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar di SDN Griba 18

Antapani 7 diantaranya menyatakan bahwa anaknya jarang melakukan

aktivitas personal hygiene seperti mencuci tangan makan, gosok gigi,tidak

dapat mandi sendiri, anak tidak pernah memotong kuku sendiri. Salah satu

akibat dari kebiasaan personal hygiene yang kurang baik akan

menyebabkan anak tersebut mengalami diare, gigi bolong, cacingan, hal

itu disebabkan oleh orang tua yang tidak bisa mengawasi anaknya untuk

melakukan personal hygiene dikarenakan kebanyakan dari orang tua siswa

kebanyakan adalah seorang pekerja. Menurut data dari puskesmas di SDN

Griba 264 antapani di ditemui kasus diare dan cacingan.


Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian personal hygiene anak di SDN Griba 264 Antapani

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian personal hygiene anak

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian personal hygiene anak di SDN Griba 264 Antapani

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua dengan

kemandirian hygiene anak di SDN Griba 264 Antapani

b. Untuk mengetahui bagiamana kemandirian personal hygiene anak

di SDN Griba 264 Antapani

c. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan

kemandirian personal hygiene anak di SDN Griba 264 Antapani


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi buat orangtua siswa/siswi serta menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai kemandirian personal hygiene

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan

pengembangan ilmu dan juga dapat dijadikan data dasar dan acuan

untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kemandirian

personal hygene

3. Bagi institusi

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan bagi

pihak puskesmas dan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber rujukan

untuk lebih memperhatikan lagi maslah kemandirian personal hygiene

dikalangan anak terutama anak sekolah dasar.

E. Ruang Lingkup Peneliti

Penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua

dengan kemandirian personal hygiene anak di SDN Griya Antapani

You might also like