You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cedera atau penyakit
pusat otak. Ini termasuk gangguan kemampuan membaca dan menulis dengan baik,
demikian juga bercakap-cakap, mendengar, berhitung, menyimpulkan dan
pemahaman terhadap sikap tubuh.

Kira-kira 1 sampai 1,5 juta orang dewasa di Amerika mengalami kecacatan kronik
afasia.

Penyebab utama afasia adalah stroke, cedera kepala, dan tumor otak. Sekitar 20%
pasien stroke mengalami afasia. Jumlah pasien afasia terus bertambah karena lebih
banyak pasien stroke yang dapat bertahan hidup.

B. Tujuan

Untuk mengetahui tujuan, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi serta asuhan


keperawatan secara teoritis dari penyakit afasia ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Afasia adalah gangguan fungsi bahasa/komunikasi yang didapat sebagai akibat dari
kerusakan otak atau cedera. Afasia ini melibatkan kerusakan kemampuan untuk
bicara, membaca dan menulis dengan baik, mendengar, menghitung, menyimpulkan
dan pemahaman terhadap sikap tubuh.

B. Etiologi
Penyebab utama afasia adalah stroke, cedera kepala dan tumor otak, karena hal ini
dapat mengakibatkan gangguan pada pusat otak.

Ada beberapa sindrom afasia yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1. Afasia fasih: pasien mempertahankan kefasihan verbal tetapi dapat mengalami
kesulitan dalam memahami bicara.
a. Afasia Wemick: pasien bicara dengan mudah tetapi isi bicara kurang jelas,
informasi dan arahnya; logat tertentu sering digunakan.
b. Afasia Anomik/Amnesik: bicara hampir normal, tettapi dirusak oleh
kesulitan menemukan kata-kata.
c. Afasia Konduksi: pemahaman bahasa baik tetapi mempunyai kesulitan
mengulang hal yang dibicarakan.
2. Afasia Non Fasih: bicara jarang dan dihasilkan secara lambat dan dengan upaya
dan artikulasi buruk; biasanya mempunyai pemeliharaan pemahaman auditorius
relatif.
3. Afasia Global: gangguan berat dari semua aspek komunikasi (bicara verbal,
tertulis, membaca, memahami).

C. Manifestasi Klinis
Penderita penyakit afasia dapat mengalami gangguan bicara, gangguan pendengaran,
tidak mampu membaca dan menulis dengan baik, sulit dalam menghitung,
menyimpulkan dan memahami sikap tubuh. Akhirnya digunakan gambaran afasia
yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Aculculla; dyscalculla, kesukaran dalam mengerjakan proses matematika
atau simbol angka-angka umum.
2. Agnosia, kegagalan untuk mengenali benda-benda yang sudah dikenal
sebelumnya dengan merasakannya melalui indera.
- Auditory Agnosia, ketidakmampuan mengenal bunyi-bunyi
bermakna
- Color Agnosia, ketidakmampuan untuk mengenal perbedaan
dalam warna
- Tactlle Agnosia, ketidakmampuan mengenal benda-benda yang
sebelumnya sudah dikenali melalui sentuhan atau perasaan
- Visual Object Agnosia, ketidakmampuan untuk mengenal benda-
benda dengan kemampuan penglihatan atau dapat tidak utuh
3. Agraphia, dysgraphia, gangguan kemampuan menulis kata-kata
4. Alexia; dyslexia, kesukaran membaca
5. Anomia; dysnomia, kesukaran menyeleksi kata-kata yang tepat, terutama
kata-kata benda
6. Aphasia, hilangnya kemampuan mengekspresikan diri sendiri atau
mengerti bahasa
- Receptive aphasia, ketidakmampuan untuk mengerti apa yang
dikatakan orang lain; sering dihubungkan dengan kerusakan daerah lobus
temporal
- Expressive aphasia, ketidakmampuan untuk mengekspresikan
diri; dihubungkan dengan daerah lobus frontal kiri
7. Apraxia, ketidakmampuan melakukan aktivitas motorik yang sudah
dipelajari sebelumnya pada dasar gerakan disadari
- Verbal apraxia, kesukaran dalam pembentukan dan
menghubungkan kata-kata yang dimengerti walaupun susunan otot-otot utuh
8. Disarthria, kesukaran pengucapan akibat kasus neurologik
9. Hemianopsia, kebutaan setengah lapang pandang pada satu atau kedua
mata
10. Paraphasia, karakteristik observasi yang sering pada pasien afasia;
menggunakan kata-kata yang salah, penggantian kata, kesalahan tata bahasa
11. Perseveration, pengulangan terus menerus dan automatis pada satu
aktivitas atau kata atau kalimat yang tidak sepanjang yang tepat

D. Patofisiologi
Pusat bicara prinsipnya disebut ‘Area Broca’, terletak di tengah konvulsi arteri
serebral bagian tengah, daerah ini bertanggung jawab untuk mengontrol kombinasi
gerakan-gerakan otot yang dibutuhkan untuk mengucapkan masing-masing kata. Sel-
sel yang menentukan otot-otot bicara berada di dalam area motorik pada korteks.

Pengucapan membutuhkan sebuah kombinasi atau rangkaian kombinasi kontraksi


otot. Tidak hanya seluruh otot yang berhubungan dengan suara melakukan kontraksi
tetapi juga tenggorok, lidah, palatum mole, bibir dan dinding dada harus berkontraksi.
Sel-sel konvulsi Broca langsung berhubungan dengan sel-sel area motorik, yang
membuat kontraksi otot-otot pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang sesuai.

Are Broca juga dekat daerah motorik kiri di mana gangguan pada area motorik sering
mempengaruhi area bicara. Inilah alasan yang terjadi pada pasien paralysis pada sisi
kanan (karena kerusakan atau cedera otak sebelah kiri), yaitu tidak mampu berbicara,
namun demikian paralysis pasa sisi kiri, gangguan bicara kurang biasa terjadi.
Beberapa pasien tidak terkena, tetapi hal ini selalu terjadi pada orang yang kidal, di
mana area bicara terletak pada hemisfer kanan.
Adanya cedera / penyakit pusat otak

Area broca terganggu

Gangguan pada area motorik

Control otot bicara terganggu

Paralysis

Afasia

Pendengaran berkurang Kesulitan menghitung


dan menyimpulkan

Pemahaman sikap tubuh berkurang

You might also like