You are on page 1of 7

III.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis filariasis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia, jenis kelamin, lokasi
anatomis cacing dewasa filaria, respon imun, riwayat pajanan sebelumnya, dan infeksi
sekunder.15,16 Berdasarkan pemeriksaan fisik dan parasitologi, manifestasi klinis filariasis
dibagi dalam 4 stadium yaitu:4,8

1.Asimptomatik atau subklinis filariasis


a. Individu asimptomatik dengan mikrofilaremia
Pada daerah endemik dapat ditemukan penduduk dengan mikrofilaria positif tetapi tidak
menunjukkan gejala klinis. Angka kejadian stadium ini meningkat sesuai umur dan biasanya
mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun, dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan
wanita.1,3,4,8,7 Banyak bukti menunjukan bahwa walaupun secara klinis asimptomatik tetapi
semua individu yang terinfeksi W. bancrofti dan B.malayi mempunyai gejala subklinis.1,3,8. Hal
tersebut terlihat pada 40% individu mikrofilaremia ini menderita hematuri dan / proteinuria yg
menunjukkan kerusakan ginjal minimal.3,7.8, Kelainan ginjal ini berhubungan dengan adanya
mikrofilaria dibandingkan dengan adanya cacing dewasa, karena hilangnya mikrofilaria dalam
darah akan mengembalikan fungsi ginjal menjadi normal.3,8. Dengan lymphoscintigraphy
tampak pelebaran dan terbelitnya limfatik disertai tidak normalnya aliran limfe. Dengan USG juga
terlihat adanya limfangiektasia.3

*Dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no 13

Keadaan ini dapat bertahan selama bertahun-tahun yang kemudian secara perlahan berlanjut ke
stadium akut atau kronik.8

b. Individu asimptomatik dan amikrofilaremia dengan antigen filarial (+)


Pada daerah endemik terdapat populasi yang terpajan dengan larva infektif (L3) yang tidak
menunjukkan adanya gejala klinis atau adanya infeksi, tetapi mempunyai antibodi-antifilaria
dalam tubuhnya. 3,5,7,8

2. Stadium akut
Manifestasi klinis akut dari filariasis ditandai dengan serangan demam berulang yang disertai
pembesaran kelenjar (adenitis) dan saluran limfe (lymphangitis) disebut adenolimfangitis
(ADL).1,8,16 Etiologi serangan akut masih diperdebatkan, apakah akibat adanya infeksi
sekunder, respon imun terhadap antigen filarial, dan dilepaskannya zat-zat dari cacing yang mati
atau hidup.15
Terdapat dua mekanisme berbeda dalam terjadinya serangan akut pada daerah endemik:
a) Dermatolimfangioadenitis akut (DLAA), proses di awali di kulit yang kemudian menyebar ke
saluran limfe dan kelenjar limfe. DLAA ditandai dengan adanya plak kutan atau subkutan yang
disertai dengan limfangitis dengan gambaran retikular dan adenitis regional.3,7,15,17 Terdapat
pula gejala konstitusional sistemik maupun lokal yang berat berupa demam, menggigil dan
edema pada tungkai yang terkena.15,17 Terdapat riwayat trauma, gigitan serangga, luka
mekanik sebagai porte d’ entrée. DLAA adalah ADL sekunder yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur.3 DLA secara klinis menyerupai selulitis atau erisipelas.17

b) Limfangitis filarial akut (LFA), merupakan reaksi imunologik dengan matinya cacing dewasa
akibat sistim imun penderita atau terapi.3,8,15 Kelainan ini ditandai dengan adanya Nodus atau
cord yang disertai limfadenitis atau limfangitis retrograde pada ekstremitas bawah atau atas,
yang menyebar secara sentrifugal.3,8,15,17 Keadaan ini dapat terjadi secara berulang pada
lokasi yang sama.3,8

Filariasis bancrofti sering hanya mengenai sistem limfatik genitalia pria sehingga mengakibatkan
terjadinya funikulitis, epididimitis atau orkitis, sedangkan pada filariasis brugia, kelenjar limfe
yang terkena biasanya daerah inguinal atau aksila yang nantinya berkembang menjadi abses
yang pecah meninggalkan jaringan parut.8,12,16 Keluhan biasanya timbul setelah bekerja berat.
Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena.8,16 Pada masa resolusi
fase akut, kulit pada ekstremitas yang terlibat akan mengalami eksfoliatif yang luas. Keadaan
akut dapat berulang 6-10 episode per tahun dengan lama setiap episode 3-7 hari.9 Serangan
berulang adenolimfangitis (ADL) merupakan faktor penting dalam perkembangan penyakit. Pani
dkk membuktikan bahwa terdapat hubungan langsung antara jumlah serangan akut dan
beratnya limfedema.3,8.17 Makin lama gejala akut semakin ringan, yang akhirnya menuju pada
stadium kronik. DLAA lebih sering ditemukan dibandingkan LFA.15,17

3. Stadium kronik
Manisfestasi kronis filariasis jarang terlihat sebelum usia lebih dari 15 tahun dan hanya sebagian
kecil dari populasi yang terinfeksi mengalami stadium ini.15 Hidrokel, limfedema, elephantiasis
tungkai bawah, lengan atau skrotum, kiluria adalah manifestasi utama dari filariasis
kronik.1,4,5,7,8

Hidrokel merupakan pembesaran testis akibat terkumpulnya cairan limfe dalam tunika vaginalis
testis.8,16,17 Kelainan ini disebabkan oleh W. bancrofti dan merupakan manifestasi kronis yang
paling sering ditemukan pada infeksi filariasis.8 Pada daerah endemik, 40-60% laki-laki dewasa
memiliki hidrokel 7,8 Cairan yang terkumpul biasanya bening. Uji transluminasi dapat membantu
menegakkan diagnosis.8

Limfedema pada ekstremitas atas jarang terjadi dibandingkan dengan limfedema pada
ekstremitas bawah. Pada filariasis bancrofti seluruh tungkai dapat terkena, berbeda dengan
filariasis brugia yang hanya mengenai kaki dibawah lutut dan kadang-kadang lengan dibawah
siku.1,8,16,18 Gerusa dkk (2000) menetapkan 7 stadium limfedema.19 Stadium 1
menggambarkan limfedema yang ringan atau sedang sedangkan stadium 7 menggambarkan
keadaan yang paling berat. Pembagian ini berkaitan dengan beratnya limfedema, resiko
terkenanya serangan akut dan dalam penatalaksanaan.15 Limfedema pada filariasis biasanya
terjadi setelah serangan akut berulang kali. Kelainan pada kulit dapat terlihat sebagai kulit yang
menebal, hiperkeratosis, hipotrikosis atau hipertrikosis, pigmentasi, ulkus kronik, nodus dermal
dan subepidermal.8
Tabel 1. Gambaran stadium Limfedema*
*dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no 19

Limfedema pada genitalia melibatkan pembengkakan pada skrotum dan / penebalan kulit
skrotum atau kulit penis yang akan memberikan gambaran peau d’ orange yang nantinya
berkembang menjadi lesi verukosa.1,8

Kiluria terjadi akibat bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing dewasa yang
menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.1,8,12,16 Kelainan ini disebabkan
oleh W. bancrofti.16 Pasien dengan kiluria mengeluhkan adanya urine yang berwarna putih
seperti susu (milky urine).1,7,8,16 Diagnosis kiluria ditetapkan dengan ditemukannya limfosit
pada urine.8

Limforea sering terjadi pada dinding skrotum dimana cairan limfe meleleh keluar dari saluran
limfe yang pecah.1,8,19

Pada daerah endemik, payudara dapat terkena, baik unilateral ataupun bilateral. Hal ini harus
dapat dibedakan dengan mastitis kronik dan limfedema pasca mastektom.1

4.Occult filariasis
Occult filariasis merupakan infeksi filariasis yang tidak memperlihatkan gejala klasik filariasis
serta tidak ditemukannya mikrofilaria dalam darah, tetapi ditemukan dalam organ dalam.1,4,8
Occult filariasis terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tubuh penderita terhadap antigen
mikrofilaria.4,12 Contoh yang paling jelas adalah Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE). TPE
sering ditemukan di Southeast Asia, India, dan beberapa daerah di Cina dan Afrika 1,3 TPE
adalah suatu sindrom yang terdiri dari gangguan fungsi paru, hipereosinofilia (>3000mm3),
peningkatan antibodi antifilaria, peningkatan IgE antifilaria dan respon terhadap terapi DEC.
Manifestasi klinis TPE berupa gejala yang menyerupai asma bronkhial ( batuk, sesak nafas, dan
wheezing),penurunan berat badan, demam, limfadenopati lokal, hepatosplenomegali.1,3,4,7-
9,12 Pada foto torak tampak peningkatan corakan bronkovaskular terutama didasar paru, dan
pemeriksaan fungsi paru tampak defek obstruktif.Jika pasien dengan TPE tidak diobati, maka
penyakit akan berkembang menjadi penyakit paru restriktif kronik dengan fibrosis
interstisial.4,7,8

Pada daerah endemis, perjalanan penyakit filariasis berbeda antara penduduk asli dengan
penduduk yang berasal dari daerah non-endemis dimana gejala dan tanda lebih cepat terjadi
berupa limfadenitis, hepatomegali dan splenomegali,1,7,8 Llimfedema dapat terjadi dalam waktu
6 bulan dan dapat berlanjut menjadi elefantiasis dalam kurun waktu 1 tahun.20 Hal ini
diakibatkan karena pendatang tidak mempunyai toleransi imunologik terhadap antigen filaria
yang biasanya terlihat pada pajanan lama.1 Resiko terjadinya manifestasi akut dan kronik pada
seseorangan yang berkunjung ke daerah endemis sangat kecil, hal tersebut menunjukkan
diperlukannya kontak/pajanan berulang dengan nyamuk yang terinfeksi.1 Riwayat sensitisasi
prenatal dan toleransi imunologik terhadap antigen filarial mempengaruhi respon patologi infeksi
dan tendensi terjadinya manifestasi subklinis pada masa kanak-kanak.1,3

IV. DIAGNOSIS BANDING

Pembesaran ekstremitas
Limfangitis bakterial akut, limfadenitis kronik,LImfogranuloma inguinale dan limfadenitis
tuberkulosis dapat menyebabkan limfedema ekstremitas bawah.5 Trauma pada saluran limfe
akibat operasi juga dapat menyebabkan limfedema. Pasien dengan limfedema tanpa adanya
riwayat serangat akut berulang dikenal sebagai cold lymphedema merupakan kelainan bawaan.8
Tumor dan pembentukkan jaringan fibrotik juga dapat menyebabkan tekanan pada saluran limfe
dan menurunkan aliran limfe sehingga terjadi limfedema secara perlahan. Mastektomi dengan
limfedenektomi merupakan salah satu hal penyebab terjadinya limfedema pada ekstremitas
atas.19

Lipedema
Pembesaran kronik akibat jaringan lemak yang berlebihan, biasanya pada tungkai atas dan
pinggul. Kelainan simetris, telapak kaki normal. Kelainan ini terjadi pada saat pubertas atau 1-2
tahun sesudahnya.19

Hernia inguinalis
Kelainan ini dapat menyerupai hidrokel. Pada hernia batas atas masuk kedalam perut,testis
teraba, isi dapat keluar masuk dan pada auskultasi bising usus (+). Pada saat pasien berdiri
terlihat dasar hidrokel menyempit berbeda dengan hernia yang dasarnya melebar.16,19

Knobs
Knobs/lump dengan pertumbuhan cepat dengan atau tanpa perdarahan dapat disebabkan oleh
kanker kulit. Misetoma dan kromoblastosis juga dapat memberikan gambaran benjolan/nodus.
Misetoma merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh jamur yang ditemukan pada tanah
dan tumbuhan. Jamur masuk melalui luka kemudian terbentuk abses, sinus dan fistel yang
multiple. Didalam sinus terdapat butir-butir (granules) yang merupakan kumpulan dari jamur
tersebut. Kromoblastosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur berpigmen yang
ditemukan pada kayu, tumbuhan dan tanah. Perlu dibedakan kromoblastomikosis dengan
limfedema stadium 6 yang memberikan gambaran mossy foot.19

Kiluria
Keadaan ini dapat juga disebabkan oleh trauma, kehamilan, tumor atau diabetes mellitus. Pada
diabetes mellitus, kiluria terjadi akibat pus. Untuk membedakan ke dua keadaan ini, pasien
diminta menampung urin dalam wadah transparan dan membiarkan urin selama 30-40 menit.
Jika terjadi pemisahan antara sedimen dan urin, maka pasien tidak menderita kiluria.15,19

V. PENATALA KSANAAN

A. Diagnosis
Diagnosis yang efisien dan efektif sangatlah penting dan menjadi faktor penentu dalam
penatalaksanaan penyakit. Terdapat beberapa cara :

1. Pemeriksaan klinis : tidak sensitif dan tidak spesifik untuk menentukan adanya infeksi aktif.4

2. Pemeriksaan parasitologi dengan menemukan mikrofilaria dalam sediaan darah, cairan


hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan darah tebal dengan pewarnaan Giemsa, tehnik
Knott, membrane filtrasi dan tes provokasi DEC.12,21,22 Sensitivitas bergantung pada volume
darah yang diperiksa, waktu pengambilan dan keahlian teknisi yang memeriksanya.
Pemeriksaan ini tidak nyaman, karena pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari
antara pukul 22.00-02.00 mengingat periodisitas mikrofilaria umumnya nokturna.12,21 Spesimen
yang diperlukan ± 50µl darah dan untuk menegakan diagnosis diperlukan ≥ 20 mikrofilaria/ml
(Mf/ml).21

3. Deteksi antibodi: Peranan antibodi antifilaria subklas IgG4 pada infeksi aktif filarial membantu
dikembangkannya serodiagnostik berdasarkan antibodi kelas ini. Pemeriksaan ini digunakan
untuk pendatang yang tinggal didaerah endemik atau pengunjung yang pulang dari daerah
endemik.3,21 Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan infeksi parasit sebelumnya dan kini,
selain itu titer antibodi tidak menunjukkan korelasi dengan jumlah cacing dalam tubuh
penderita.4,12

4. Deteksi antigen yang beredar dalam sirkulasi.3,21,23 Pemeriksaan ini memberikan hasil yang
sensitif dan spesies spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan makroskopis. Terdapat dua cara
yaitu dengan ELISA (enzyme-linked immunosorbent) dan ICT card test
(immunochromatographic).3,4,21,22 Hasil tes positif menunjukkan adanya infeksi aktif dalam
tubuh penderita, selain itu, tes ini dapat digunakan juga untuk monitoring hasil pengobatan.3
Kekurangan pemeriksaan ini adalah tidak sensitif untuk konfirmasi pasien yang diduga secara
klinis menderita filariasis. Tehnik ini juga hanya dapat digunakan untuk infeksi filariasis bancrofti.
Diperlukan keahlian dan laboratorium khusus untuk tes ELISA sehingga sulit untuk di aplikasikan
di lapangan.4 ICT adalah tehnik imunokromatografik yang menggunakan antibodi monoklonal
dan poliklonal. Keuntungan dari ICT adalah invasif minimal (100 µl), mudah digunakan, tidak
memerlukan teknisi khusus, hasil dapat langsung dibaca dan murah. Sensitivitas ICT
dibandingkan dengan pemeriksaan sediaan hapus darah tebal adalah 100% dengan spesifisitas
96.3%. 3
5. Deteksi parasit dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Tehnik ini digunakan untuk
mendeteksi DNA W. bancrofti dan B. malayi.1,3,21 PCR mempunyai sensitivitas yang tinggi
yang dapat mendeteksi infeksi paten pada semua individu yang terinfeksi, termasuk individu
dengan infeksi tersembunyi (amikrofilaremia atau individu dengan antigen +).21 Kekurangannya
adalah diperlukan penanganan yang sangat hati-hati untuk mencegah kontaminasi spesimen
dan hasil positif palsu. Diperlukan juga tenaga dan laboratorium khusus selain biaya yang
mahal.4

6. Radiodiagnostik 1,3,4,21
· Menggunakan USG pada skrotum dan kelenjar inguinal pasien, dan akan tampak gambaran
cacing yang bergerak-gerak (filarial dancing worm). Pemeriksaan ini berguna terutama untuk
evaluasi hasil pengobatan.
· Limfosintigrafi menggunakan dextran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif yang
menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik sekalipun pada pasien dengan asimptomatik
milrofilaremia

B. Terapi

Obat anti-filaria yang digunakan


Diethylcarbamazine citrate (DEC)
Diethylcarbamazine citrate (DEC) telah digunakan sejak ± 40 tahun lamanya dan masih
merupakan terapi anti-filarial yang digunakan secara luas. 3,12,15,24 WHO merekomendasikan
pemberian DEC dengan dosis 6 mg/kgBB untuk 12 hari berturut-turut.3,7,15,20,24 Cara
pemberian tersebut tidak praktis digunakan untuk community-based control programme karena
mahal.3,15 Andrade dkk (1995) membandingkan pemberian dosis tunggal DEC 6 mg/kgBB dan
pemberian DEC dosis yang sama selama 12 hari, didapatkan kadar mikrofilaria yang sama pada
ke-2 grup setelah terapi 12 bulan, meskipun pada bulan 1, 3 dan 6 kadar mikrofilaremia tinggi
pada grup dosis tunggal.15
Dosis yang disarankan WHO digunakan untuk terapi selektif/perorangan, dimana orang tersebut
yang mencari pertolongan, sedangkan untuk terapi massal digunakan dosis tunggal 6mg/kgBB
yang diberikan setiap tahun selama 4-6 tahun berturut-turut.20Terapi massal adalah terapi yang
diberikan kepada seluruh penduduk di daerah endemis filariasis.11,20 Di Indonesia, dosis 6
mg/kg BB memberikan efek samping yang berat, sehingga pemberian DEC di lakukan
berdasarkan usia dan dikombinasi dengan albendazol.11

Ivermectin
Ivermectin terbukti sangat efektif dalam menurunkan mikrofilaremia pada filariasis bancrofti di
sejumlah negara.3 Obat ini membunuh 96% mikrofilaremia dan menurunkan produksi
mikrofilaremia sebesar 82%.25.Obat ini merupakan antibiotik semisintetik golongan makrolid
yang berfungsi sebagai agent mikrofilarisidal poten.12,15 Dosis tunggal 200-400µg/kg dapat
menurunkan mikrofilaria dalam darah tepi untuk waktu 6-24 bulan. Dengan dosis tunggal 200
atau 400µl/kg dapat langsung membunuh mikrofilaremia dan menurunkan produksi
mikrofilaremia.25 Obat belum digunakan di Indonesia.

Albendazol
Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selama bertahun-tahun dan baru baru ini
di coba digunakan sebagai anti-filaria.3 Dosis tunggal albendazol tidak mempunyai efek
terhadap mikrofilaremia.15 Albendazole hanya mempunya sedikit efek untuk mikrofilaremia dan
antigenaemia jika digunakan sendiri.3 ADosis tunggal 400 mg di kombinasi dengan DEC atau
ivermectin efektif menghancurkan mikrofilaria.26
Penatalaksanaan filariasis bergantung kepada keadaan klinis dan beratnya penyakit.8,16,26

Asimptomatik atau subklinis


Pengobatan awal dengan anti-filaria pada pasien asimptomatik sangat disarankan untuk
mencegah kerusakan limfatik lebih lanjut. Efektifitas terapi dapat di evaluasi dengan melakukan
tes mikrofilaria 6-12 bulan setelah terapi.1

Stadium akut
Selama serangan akut pemberian DEC tidak di anjurkan, karena diduga akan memperberat
keaadaan akibat matinya cacing dewasa.15 Terapi supportif harus dilakukan termasuk istirahat,
kompres, elevasi ekstremitas yang terkena dan pemberian analgetik dan antipiretik.15,17,19
Pada serangan akut ADLA pemberian antibiotik oral dapat dilakukan sewaktu menunggu hasil
kultur.15

Stadium kronik
Obat anti-filaria jarang digunakan untuk keadaan kronik tetapi diberikan jika pasien terbukti
menderita infeksi aktif, misalnya dengan ditemukannya mikrofilaria, antigen mikrofilaria atau
filarial dancing sign. Kerusakan limfatik akibat filariasis bersifat permanen dan obat anti-filaria
tidak menyembuhkan keadaan limfedema, tetapi limfedema dapat di tatalaksana dengan cara
menghentikan serangan akut dan mencegah keadaan menjadi berat/buruk.19 Terdapat 5
komponen dasar dalam penatalaksanaan limfedema yang dapat dilakukan oleh pasien yaitu
kebersihan, pencegahan dan perawatan luka/entry lesion, latihan, elevasi dan penggunaan
sepatu yang sesuai.15,19 Komponen tambahan dalam penatalaksanaan limfedema adalah
penggunaan emolien, verban, stocking, pijat, antibiotik pofilaksis dan tindakan bedah.15,19,27

Pemberian benzopyrenes, termasuk flavonoids dan coumarin dapat menjadi terapi tambahan.
Obat ini mengikat protein yang telah terakumulasi sehingga menginduksi fagositosis makrofag
menyebabkan terpecahnya protein yang kemudian keluar kedalam vena dan dibuang oleh
sistem vascular.15,27

Tabel 2. Penatalaksanaan limfedema sesuai stadium-petunjuk umum*


Tindakan bedah pada limfedema bersifat paliatif, indikasi tindakan bedah adalah jika tidak
terdapat perbaikan dengan terapi konservatif, limfedema sangat besar sehingga mengganggu
aktivitas dan pekerjaan dan menyebabkan tidak berhasilnya terapi konsevatif.27 Berbagai
prosedur operasi digunakan tetapi secara umum tidak memberikan hasil yang memuaskan.15
Yang termasuk dalam prosedur ini adalah lymphangioplasty, lympho-venous anastomosis dan
eksisi (de-bulking) dari jaringan subkutan yang fibrotik.15,27 Peranan tindakan pembedahan
limfedema ekstremitas akibat filariasis sangat terbatas.15

Penatalaksanaan hidrokel adalah dengan pemberian obat anti-filaria, perawatan dasar seperti
kebersihan, dan tindakan bedah.16 Indikasi operasi pada pasien dengan hidrokel adalah jika
mengganggu pekerjaan, mengganggu aktivitas seksual, mengganggu berkemih, dan memberi
efek sosial terhadap keluarga.Prosedur yang digunakan adalah dengan melakukan eksisi tunika
vaginalis sebanyak mungkin dan membalikkannya (Bergmann Wingklemann) untuk hidrokel
besar dan prosedur Lord untuk hidrokel kecil dimana dilakukan pengecilan tunika vaginalis
dengan merempel.16
*dikutip sesuai aslinya dari kepustakaan no 19

Penatalaksanaan kiluria adalah istirahat, diet tinggi protein rendah lemak, minum banyak (paling
sedikit 2 gelas/jam selama BAK masih seperti susu). Tindakan bedah masih kontroversi tetapi di
anjurkan untuk kasus yang berat.15,16,28 Prosedure yang digunakan adalah lympho-venous
disconnection, lymphangio-venous anastomosis, lymphnode-saphenous vein anastomosis.28

Tropical Pulmonary Eosinophil


DEC adalah obat pilihan untuk TPE. Gejala pernapasan membaik secara cepat setelah
pemberian DEC. Pemberian DEC 21-28 hari menyebabkan hilangnya microfilaria secara cepat
dibandingkan dengan dosis tunggal 6 mg/kgBB, sehingga pemberian terapi lebih lama lebih
disarankan.15

Pencegahan dan kontrol filariasis


Tahun 1997, the World Health Assembly (WHA) mengajak anggota WHO untuk mendukung
program The Global Elimination of Lymphatic Filariasis (GPELF) sebagai masalah kesehatan
masyarakat.Tahun 2000 WHO mulai menetapkan GPELF dan merekomendasikan semua
penduduk yang tinggal didaerah beresiko untuk di obati satu kali dalam satu tahun dengan dua
kombinasi obat dan diberikan dalam 4-6 tahun berturut-turut.Tiga obat anti-parasit yang di
sarankan adalah DEC, albendazol, ivermectin.20
Pencegahan melawan infeksi filariasis juga dapat dilakukan secara individu dengan cara
menghindari terkenanya gigitan nyamuk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memakai kelambu
dan menggunakan repellent, tetapi hal ini tidak bisa diterapkan disemua wilayah.1

VI. PENUTUP

Filariasis merupakan penyakit yang menyebabkan penderitaan baik fisik maupun psikologis.
Walaupun insiden penyakit ini jarang tetapi kita tetap perlu memikirkan filariasis sebagai salah
satu penyebab bila menemukan kasus limfedema. Ketelitian diagnostik diperlukan untuk
mencegah berkembangnya penyakit ini ke stadium yang lebih lanjut. Oleh karena itu diperlukan
kerjasama multi disiplin untuk melakukan pendekatan diagnostik dan penanganan penyakit

You might also like