You are on page 1of 14

HUBUNGAN KEBUTUHAN MASLOW DENGAN KEPUASAN

PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN


ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
SANTO YUSUP BANDUNG

ABSTRAK
Kebutuhan Maslow merupakan kebutuhan dasar yang pemenuhannya secara berjenjang terdiri
dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, harga diri dan aktualisasi diri. Kepuasan
merupakan perasaan senang, lega, gembira, kenyang karena sudah terpenuhi hasrat hatinya.
Latar belakang pada penelitian ini adalah peneliti mewawancarai 13 perawat dan 13 perawat
mengatakan lembar asuhan keperawatan yang disediakan rumah sakit terlalu banyak yang
harus dilengkapi, tidak ada pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan, tidak diberi
penghargaan apabila mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lengkap, 5 perawat
mengatakan takut ditegur kepala bagian apabila tidak melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan lengkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan
kebutuhan Maslow dengan kepuasan perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santo Yusup Bandung. Metode yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross
sectional. Sampel sebanyak 109 perawat dan teknik yang digunakan adalah non probability
sampling dengan menggunakan sampling jenuh. Instrumen penelitian berupa kuesioner
sebanyak 35 pernyataan. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan kebutuhan Maslow
dengan kepuasan perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan,
dengan nilai p = 0,105 (> 0,05). Disarankan kepada Rumah Sakit Santo Yusup Bandung
untuk mengadakan program pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan secara berkala.

Kata kunci: kebutuhan Maslow, kepuasan

PENDAHULUAN secara paripurna yang menyediakan


Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
hak setiap orang. Upaya pemerintah untuk gawat darurat (Undang-Undang Republik
mendukung hal tersebut adalah dengan Indonesia Nomor 44 Tahun 2009).
menyediakan instansi kesehatan yaitu Pelayanan rawat inap merupakan
rumah sakit (Undang-Undang Republik salah satu unit di rumah sakit yang
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang memberikan pelayanan secara
Rumah Sakit). WHO (World Health komprehensif untuk membantu
Organization) mengartikan rumah sakit menyelesaikan masalah yang dialami oleh
adalah bagian integral dari suatu organisasi pasien (Nursalam, 2011), sedangkan
sosial dan kesehatan dengan fungsi menurut Muninjaya (2011), rawat inap
menyediakan pelayanan paripurna adalah pelayanan kesehatan perorangan
(komprehensif), penyembuhan penyakit yang meliputi observasi, pengobatan,
(kuratif) dan pencegahan penyakit keperawatan dan rehabilitasi medik.
(preventif) kepada masyarakat. Rumah Pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
sakit adalah institusi kesehatan yang merupakan bentuk pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan perorangan diberikan kepada klien oleh suatu tim

13
multi disiplin, salah satunya adalah Kualitas dan kuantitas dokumentasi
perawat (Persatuan Perawat Nasional dilihat berdasarkan kelengkapan dan
Indonesia, 2005). keakuratan data kesehatan klien serta dapat
Perawat adalah seseorang yang digunakan sebagai alat komunikasi antar
mempunyai kemampuan, tanggung jawab perawat, sebagai pedoman dalam
dan kewenangan melaksanakan asuhan memberikan asuhan keperawatan kepada
keperawatan (Sumijatun, 2010). Peran klien untuk meningkatkan pelayanan
perawat dalam memberikan asuhan kesehatan. Selain itu, dokumentasi
keperawatan salah satunya adalah keperawatan digunakan sebagai acuan
memperhatikan kebutuhan dasar manusia pertimbangan dalam pembiayaan bagi
menggunakan proses keperawatan untuk klien, referensi pembelajaran bagi peserta
menentukan diagnosa keperawatan agar didik dan sebagai bahan atau objek
bisa direncanakan dan dilaksanakan penelitian (Nursalam, 2011). Dokumentasi
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat juga memiliki peran sebagai tempat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat informasi mengenai tindakan-tindakan
dievaluasi tingkat perkembanganannya yang telah diberikan perawat kepada klien
(Hidayat, 2009). Setiap perawat yang (Asmadi, 2008).
melakukan proses keperawatan harus Pelaksanaan pendokumentasian
mendokumentasikannya pada format yang asuhan keperawatan belum optimal,
disediakan rumah sakit (Hidayat, 2011). penyebabnya adalah tidak cukupnya waktu
Pencatatan atau pendokumentasian untuk melakukan pendokumentasian,
merupakan suatu tindakan legal. Kamus faktor staf keperawatan yang malas
Besar Bahasa Indonesia (2007) mencatat dan tingginya aktivitas perawat
mengartikan legal adalah sesuatu yang (Dawn dalam Deswani, 2009). Hasil riset
dianggap sah oleh hukum atau undang- Uduk (2008) menunjukkan bahwa mutu
undang. Pendokumentasian keperawatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
berkaitan dengan hukum karena perawat di ruang rawat inap RSUD
mengandung informasi tertulis tentang Atambua belum mencapai standar asuhan
status dan perkembangan kondisi klien keperawatan Depkes RI, rata-rata
serta semua kegiatan asuhan keperawatan pencapaian baru 48,22%. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh perawat, mulai dari Waruna (2003) menyatakan bahwa masih
pengkajian hingga evaluasi yang nantinya ditemukan 31,8% perawat tidak
dapat digunakan sebagai barang bukti di mendokumentasikan asuhan keperawatan
pengadilan (Dinarti, 2009). Perawat dengan baik dan benar. Penelitian yang
berkewajiban mendokumentasikan asuhan dilakukan oleh Berthiana (2012) juga
keperawatan sesuai standar menurut menunjukan bahwa ketepatan pengisian
Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 dokumentasi keperawatan belum optimal.
Pasal 37. Standar dokumentasi Hal ini dikarenakan hanya 30% kategori
keperawatan dibuat untuk mengukur baik, 53,3% kategori cukup baik dan
kualitas dan kuantitas dokumentasi yang 16,7% kurang baik. Akibatnya dapat
dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan dampak yang merugikan.
memberikan tindakan keperawatan Mutu pendokumentasian menurun dan
(Nursalam, 2011). mengundang permasalahan hukum
terutama tenaga perawat apabila

14
melakukan kelalaian atau kesalahan yang dimensi penilaian KPI, jika perawat
memberikan kerugian bagi pasien (Dinarti, mampu mendokumentasikan asuhan
2009). keperawatan dengan lengkap sesuai target
Kelengkapan pendokumentasian yang ditentukan di setiap ruangan maka
asuhan keperawatan sangat dipengaruhi nilai KPI perawat meningkat sehingga
oleh adanya motivasi dari perawat. mempengaruhi pemberian insentif yang
Motivasi terbentuk karena adanya diberikan setiap 6 bulan. Pemberian
kebutuhan (Saydan dalam Sayuti, 2007). insentif dapat memacu perawat dalam
Maslow mengembangkan teori hierarki melakukan pendokumentasian asuhan
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan penelitian Rahman (2013), bahwa
sosialisasi, kebutuhan harga diri dan pemberian insentif memiliki pengaruh
kebutuhan aktualisasi diri. Maslow positif dan signifikan terhadap kepuasan
menyatakan bahwa kelima kebutuhan kerja karyawan.
tersebut berlaku secara hierarkis, artinya Alur pergantian format asuhan
pemenuhan berawal dari tingkatan yang keperawatan dimulai dari Tim Akreditasi
paling bawah, yaitu kebutuhan fisiologis yang memberikan masukan ke Tim Format
hingga kebutuhan yang paling tinggi, yaitu mengenai format yang harus dibuat
kebutuhan aktualisasi diri (Sule dan kemudian Tim Format membuat dan
Saefullah, 2010). memperbanyak format tersebut, setelah itu
Kepuasan kerja karyawan disosialisasikan ke setiap ruang rawat inap
bergantung pada terpenuhi atau tidaknya dan diuji coba, apabila ada kekurangan
kebutuhan karyawan. Karyawan merasa dari format tersebut setiap perawat berhak
puas apabila ia mendapatkan apa yang memberikan masukan yang nantinya
dibutuhkannya, semakin besar kebutuhan dianalisa oleh TIM Format dan mencetak
karyawan terpenuhi semakin puas pula format yang baku.
karyawan tersebut. Begitu pula sebaliknya, Hasil wawancara dengan Kepala
apabila kebutuhan karyawan tidak Bagian Ruang Lukas, Fatima, Maria,
terpenuhi karyawan itu merasa tidak puas Yasinta dan Cosmas pada tanggal 24 dan
(Mangkunegara, 2005). Pernyataan ini 26 Januari 2015, mengatakan fungsi
didukung oleh penelitian Hamsyah (2004), supervisi sudah dijalankan dengan cara
menyatakan bahwa suasana kerja perawat saat briefing kepala bagian selalu
mempengaruhi kepuasan kerja perawat. mengingatkan perawat untuk melengkapi
Faktor suasana kerja yang mempengaruhi asuhan keperawatan, tidak ada pelatihan
kepuasan kerja yaitu faktor standar khusus untuk pendokumentasian asuhan
pelaksanaan pekerjaan, faktor penghargaan keperawatan tetapi hanya dilakukan
dan faktor keterbukaan. sosialisasi jika ada perubahan format
Model pemberian asuhan asuhan keperawatan. Pelaksanaan
keperawatan yang digunakan di Ruang pendokumentasian asuhan keperawatan
Rawat Inap Rumah Sakit Santo Yusup belum dilakukan dalam waktu 1x24 jam,
adalah Metode TIM di mana semua pendokumentasian belum lengkap yaitu
perawat berhak mendokumentasikan PQRST pada keluhan utama belum
asuhan keperawatan. Pendokumentasian dijabarkan dan evaluasi SOAP belum
asuhan keperawatan merupakan salah satu dilakukan, respon pasien setelah dilakukan

15
tindakan keperawatan tidak untuk melakukan pendokumentasian, tidak
didokumentasikan dan rentang waktu ada pelatihan pendokumentasian asuhan
antara satu tindakan dengan tindakan lain keperawatan, tidak diberi pengahargaan
terlalu panjang. apabila mendokumentasikan asuhan
Hasil observasi peneliti terhadap keperawatan dengan lengkap, 5 perawat
rekam medis pasien pulang Ruang Lukas, mengatakan takut ditegur kepala bagian
Fatima, Maria, Yasinta dan Cosmas apabila tidak melakukan
peneliti mendapatkan 3 rekam medis pendokumentasian asuhan keperawatan
bagian pengkajian, diagnosa dan intervensi dengan lengkap.
tidak terisi, 1 rekam medis tidak terisi pola Hasil dari data di atas membuat
kebiasaan, 2 rekam medis bagian PQRST peneliti tertarik untuk mengetahui
tidak dijabarkan, 1 rekam medis tanggal mengenai hubungan kebutuhan Maslow
dan jam pengkajian tidak ditulis, 1 rekam dengan kepuasan perawat dalam
medis bagian riwayat kesehatan masa lalu melaksanakan pendokumentasian asuhan
tidak terisi dan 12 rekam medis terisi keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah
dengan lengkap. Hasil Audit Komite Sakit Santo Yusup Bandung.
Keperawatan 6 Oktober 2014 diperoleh
data yaitu pendokumentasian tindakan di TUJUAN
Ruang Lukas masih 36,3% dan Mengidentifikasi hubungan
pendokumentasian pengkajian di Ruang kebutuhan Maslow dengan kepuasan
Cosmas masih 52,5%. Hasil observasi 20 perawat dalam melaksanakan
rekam medis yang seharusnya pendokumentasian asuhan keperawatan di
dikembalikan 1 hari setelah pasien pulang Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santo
masih ditemukan 3 rekam medis Ruang Yusup Bandung.
Maria, 5 rekam medis Ruang Cosmas, 5
rekam medis Ruang Fatima dan 5 rekam METODE
medis Ruang Lukas yang dikembalikan Penelitian ini menggunakan
lebih dari 1 hari setelah pasien pulang. penelitian kuantitatif dengan desain
Hasil wawancara dengan 13 deskriptif korelasional melalui pendekatan
perawat di Ruang Lukas, Fatima, Maria, cross sectional. Teknik sampling yang
Yasinta dan Cosmas diperoleh data bahwa digunakan adalah Non Probability
13 perawat mengatakan saat breafing Sampling yaitu sampling jenuh dengan
kepala bagian selalu mengingatkan sampel sebanyak 116 perawat. Instrumen
perawat untuk melengkapi asuhan yang digunakan berupa kuesioner untuk
keperawatan, pelaksanaan mengumpulkan data kebutuhan Maslow
pendokumentasian asuhan keperawatan dan kepuasan perawat. Analisa data yaitu
belum dilakukan secara optimal di mana analisa univariat dan bivariat.
kesibukan di ruangan menjadi salah satu
kendala membuat perawat tidak HASIL PENELITIAN
mendokumentasikan asuhan keperawatan Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
dalam waktu 1x24 jam, lembar asuhan sebagai berikut:
keperawatan yang disediakan rumah sakit
Distribusi frekuensi responden
terlalu banyak yang harus dilengkapi
sehingga membutuhkan waktu yang lama berdasarkan usia pada perawat di Ruang

16
Rawat Inap Rumah Sakit Santo Yusup Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Bandung, Juni 2015 (n=109) lama kerja pada perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Santo Yusup Bandung,
Usia Frekuensi % Juni 2015 (n=109)
21-30 tahun 61 56
31-40 tahun 41 37,6
Lama kerja Frekuensi %
41-50 tahun 5 4,6
< 6 tahun 47 43,1
51-60 tahun 2 1,8
6-10 tahun 27 24,8
Total 109 100 >10 tahun 35 32,1
Total 109 100
Tabel 4.1 menunjukan hasil bahwa
sebagian perawat (56%), yaitu 61 perawat Tabel 4.4 menunjukan hasil bahwa sebagian
berusia 21-30 tahun. perawat (43,1%), yaitu 47 perawat
memiliki lama kerja < 6 tahun.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin pada perawat di Ruang Hasil Univariat
Rawat Inap Rumah Sakit Santo Yusup
Bandung, Juni 2015 (n=109) Kebutuhan Maslow
Distribusi frekuensi kebutuhan Maslow
Jenis Frekuensi % Kelamin pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Santo Yusup Bandung, Juni 2015
Laki-laki 10 9,2 (n=109)
Perempuan 99 90,8
Total 109 100 Kabutuhan Frekuensi %
Tabel 4.2 menunjukan hasil bahwa hampir Maslow
seluruh perawat (90,8%), yaitu 99 perawat Tidak terpenuhi 48 44
berjenis kelamin perempuan. Terpenuhi 61 56
Total 109 100
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan pada perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Santo Yusup Bandung, Tabel 4.5 menunjukan hasil bahwa sebagian
Juni 2015 (n=109) perawat (56%), yaitu 61 perawat
mengatakan kebutuhan Maslow dalam
Pendidikan Frekuensi % melaksanakan pendokumentasian asuhan
SPK/SPR/SPKC 7 6,4 keperawatan terpenuhi.
DIII 101 92,7
Sarjana (S1/S2) 1 0,9
Total 109 100 Kepuasan
Distribusi frekuensi kepuasan pada
Tabel 4.3 menunjukan hasil bahwa hampir perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
seluruh perawat (92,7%), yaitu 101 perawat Santo Yusup Bandung, Juni 2015 (n=109)
lulusan DIII.

17
Kepuasan Frekuensi % PEMBAHASAN
Tidak puas 44 40,4
Analisa Univarit
Puas 65 59,6
Total 109 100 Kebutuhan Maslow
Tabel 4.6 menunjukan hasil bahwa Kebutuhan adalah segala sesuatu
sebagian perawat (59,6%), yaitu 65 yang diperlukan manusia untuk mencapai
perawat merasa puas dalam melaksanakan kesejahteraan. Kebutuhan dasar manusia
pendokumentasian asuhan keperawatan. merupakan hal-hal yang dibutuhkan
manusia dalam mempertahankan
Hasil Bivariat
keseimbangan fisiologis maupun
Hubungan Kebutuhan Maslow dengan
psikologis yang bertujuan untuk
Kepuasan Perawat dalam Melaksanakan
mempertahankan kehidupan dan kesehatan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
(Potter dan Perry, 2005). Kebutuhan
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santo
menurut Abraham Maslow merupakan
Yusup Bandung, Juni 2015 (n=109) bentuk kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya secara berjenjang dimulai
Kepuasan Perawat
dari kebutuhan fisiologis, rasa aman,
Kebutuhan
sosialisasi, harga diri dan aktualisasi diri
Maslow Tidak puas Puas Total Nilai p
n (%) n (%) N (%)
(Notoatmodjo, 2010).
Tidak Kebutuhan fisiologis akan
24 50 24 50 48 100 0,105
terpenuhi terpenuhi dalam sebuah perusahaan
Terpenuhi 20 32,8 41 67,2 61 100
manakala tenaga kerja atau individu
Total 44 40,4 65 59,6 109 100
mendapatkan upah minimum yang mereka
kehendaki, lingkungan pekerjaan yang
Tabel 4.7 menunjukan hasil bahwa
nyaman, dan lokasi yang bersih dari polusi.
terdapat sebagian perawat (50%), yaitu 24
Kebutuhan keamanan bukan hanya sekedar
perawat yang kebutuhan Maslownya tidak
untuk merasa aman dari berbagai gangguan
terpenuhi merasa puas dalam
fisik maupun mental, tetapi juga perasaan
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
aman akan ketidakpastian di masa yang
Terdapat sebagian besar perawat (67,2%),
akan datang yaitu rencana pasca pensiun
yaitu 41 perawat yang kebutuhan
dari pekerjaan, tunjangan di hari tua.
Maslownya terpenuhi merasa puas dalam
Kebutuhan untuk berafiliasi atau
melaksanakan pendokumentasian asuhan
bersosialisasi dengan orang lain dapat
keperawatan. Hasil uji statistik Chi Square
diwujudkan melalui keikutsertaan
diperoleh nilai p = 0,105 (p > 0,05), maka
seseorang dalam suatu organisasi atau
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
perkumpulan-perkumpulan tertentu.
artinya tidak terdapat hubungan kebutuhan
Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan
Maslow dengan kepuasan perawat dalam
untuk dianggap berharga oleh diri sendiri
melaksanakan pendokumentasian asuhan
dan orang lain (Sule dan Saefullah, 2010).
keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah
Kebutuhan aktualisasi diri muncul setelah
Sakit Santo Yusup Bandung.
semua kebutuhan dasar terpenuhi,
kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu
mampu mewujudkannya secara maksimal

18
seluruh bakat-kemampuan, potensinya. Oktaful Ghofur (2006) yang berjudul
Aktualisasi diri adalah keinginan untuk “Konsep Aktualisasi Diri Abraham H.
memperoleh kepuasan dengan dirinya Maslow dan Korelasinya dalam
sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari Membentuk Kepribadian”, mengatakan
semua potensi dirinya, untuk menjadi apa bahwa orang yang mengaktualisasikan diri
saja yang dia dapat melakukannya, untuk berorientasi pada masalah-masalah yang
menjadi kreatif dan bebas mencapai melampui kebutuhan mereka. Mereka
puncak prestasi potensinya. Manusia yang hidup untuk bekerja dan bukan bekerja
dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini untuk hidup. Segala perilaku, pikiran,
menjadi manusia yang utuh, memperoleh gagasan terpusat pada persoalan yang
kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan
orang lain bahkan tidak menyadari ada persoalan yang bersifat egois.
kebutuhan semacam itu (Notoatmodjo, Sebagian perawat (56%), yaitu 61
2010). perawat juga menyatakan kebutuhan
Hasil penelitian menunjukan Maslownya dalam melaksanakan
bahwa dari 109 perawat yang menjadi pendokumentasian asuhan keperawatan
responden penelitian, berdasarkan analisis terpenuhi dalam hal kebutuhan sosialisasi
kuesioner sebagian perawat (56%), yaitu di mana perawat merasa dilibatkan dalam
61 perawat menyatakan kebutuhan kegiatan sosialisasi pendokumentasian
Maslownya dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan diikutsertakan
pendokumentasian asuhan keperawatan memberikan pendapat dalam proses
terpenuhi dalam hal kebutuhan aktualisasi perbaikan format asuhan keperawatan.
diri di mana perawat mampu Setiap karyawan merasa senang jika
menyelesaikan semua tugas diikutsertakan dalam berbagai kegiatan
pendokumentasian dan pelayanan perusahaan dan organisasi. Keikutsertaan
keperawatan langsung kepada pasien mereka mencapai tujuan-tujuan organisasi
secara bersamaan sesuai Standar Prosedur bukan hanya dalam bentuk fisik atau
Operasional (SPO) serta perawat tetap kegiatan saja, tetapi juga dalam bentuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan pendapat, ide atau saran-saran.
dalam kondisi apapun. Pengikutsertaan seseorang dalam proses
Selaras dengan pernyataan Potter pengambilan keputusan terutama yang
dan Perry (2005) bahwa manusia yang menyangkut pekerjaannya mempunyai
teraktualisasi dirinya memiliki kepribadian dampak psikologis. Artinya apabila
multidimensi yang matang. Mereka sering seseorang dilibatkan dalam menentukan
mampu menyelesaikan tugas yang banyak hal-hal yang menyangkut dirinya, ia
dan mereka mencapai pemenuhan merasa bahwa keputusan yang diambil
kepuasan dengan baik. Mereka tidak adalah keputusan sendiri sehingga ia
bergantung secara penuh pada opini orang mempunyai rasa tanggung jawab yang
lain mengenai penampilan, kualitas kerja lebih besar dalam melaksanakan keputusan
dan penyelesaian masalah, walaupun yang diambil (Siagian, 2010).
mereka mengalami kegagalan dan Sebagian perawat (44%), yaitu 48
keraguan, mereka secara umum perawat menyatakan kebutuhan Maslow
menghadapi secara realisitis. Hal ini dalam melaksanakan pendokumentasian
dipertegas oleh jurnal yang ditulis oleh asuhan keperawatan tidak terpenuhi. Hal

19
ini dikarenakan masih ada perawat yang Anjaryani (2009), mengatakan
belum menyadari bahwa responsiveness (ketanggapan) merupakan
pendokumentasian asuhan keperawatan keinginan dari petugas dalam menolong
merupakan tanggung jawab mereka dan semua pelanggan serta berkeinginan
menyatakan pendokumnetasian asuhan melaksanakan pemberian pelayanan
keperawatan yang lengkap tidak dengan tanggap. Reliability (kehandalan)
mempengaruhi insentif yang diterima. Hal adalah kemampuan memberikan pelayanan
ini dinyatakan juga dalam penelitian dengan segera dan memuaskan. Dimensi
Nuraeni, dkk (2014) bahwa sebagian besar emphaty (empati) merefleksikan
(70%), yaitu 21 perawat menyatakan kemampuan seseorang untuk mengetahui
bahwa reward yang dirasakan kurang perasaan pelanggan sebagaimana jika
mendukung terhadap pelaksanaan seseorang itu mengalaminya. Dimensi
pendokumentasian asuhan keperawatan. assurance (jaminan) mencakup
Berdasarkan format Key Performance pengetahuan, kesopanan dan kemampuan
Indicators (KPI) yang dibuat oleh bagian untuk memberikan kepercayaan kepada
SDM atas permintaan Kepala Bagian pelanggan. Dimensi tangible (bukti
sistem pemberian insentif di Rumah Sakit langsung) meliputi fasilitas fisik,
Santo Yusup Bandung tidak hanya perlengkapan karyawan dan sarana
dipengaruhi oleh pendokumentasian komunikasi, kebersihan (kesehatan),
asuhan keperawatan yang lengkap tetapi ruangan teratur dan rapi, berpakaian rapi
juga dipengaruhi oleh kepuasan keluarga dan harmonis serta penampilan karyawan
dan pasien dilihat melalui komplain yang (Rangkuti, 2006).
ditujukan kepada perawat, kepuasan rekan Pelayanan keperawatan merupakan
dinas terhadap yang bersangkutan, kunci pokok keberhasilan dalam pelayanan
kesediaan dinas, kerjasama dalam tim, rumah sakit karena tenaga perawat secara
penampilan, aktif dan mendukung kegiatan langsung berhadapan dan memberikan
rumah sakit serta bagian. pelayanan kepada pasien. Ketika perawat
memperoleh kepuasan dalam bekerja maka
Kepuasan perawat berusaha semaksimal mungkin
Kolter, 1994 dalam Tjiptono (2007) dengan segala kemampuan yang
mengungkapkan kepuasan sebagai tingkat dimilikinya untuk menyelesaikan tugas-
perasaan seseorang setelah tugasnya (Azis, 2001). Apabila perawat
membandingkan kinerja yang dirasakan banyak yang mengalami ketidakpuasan
dengan harapannya sehingga dapat kerja maka berdampak kepada buruknya
dinyatakan bahwa setiap harapan dan pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu,
kinerja yang dirasakan merupakan dalam Permana (2005) menyatakan bahwa
komponen pokok kepuasan konsumen atau manajemen harus memberikan dukungan
pelanggan. Faktor kepuasan diukur melalui serta memperhatikan kepuasan perawat
5 dimensi yaitu responsiveness agar bisa meningkatkan kinerjanya dalam
(ketanggapan), reliability (kehandalan), melayani pasien.
empathy (empati), assurance (jaminan) Hasil penelitian menunjukan bahwa
dan tangible (bukti langsung) (Rangkuti, dari 109 perawat yang menjadi responden
2006). penelitian, berdasarkan analisis kuesioner
sebagian perawat (59,6%), yaitu

20
65 perawat menyatakan merasa puas Maslownya terpenuhi merasa tidak puas
dalam melaksanakan pendokumentasian dalam melaksanakan pendokumentasian
asuhan keperawatan terutama dimensi asuhan keperawatan. Hasil uji statistik Chi
assurance (jaminan) di mana perawat puas Square diperoleh nilai p = 0,105 (p >
dengan adanya Standar Prosedur 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
Operasional sehingga membantu mereka diterima artinya tidak terdapat hubungan
dalam mendokumentasikan asuhan kebutuhan Maslow dengan kepuasan
keperawatan yang dilihat dari rata-rata perawat dalam melaksanakan
kelengkapan pendokumentasian asuhan pendokumentasian asuhan keperawatan di
keperawatan yaitu >80%. Dimensi ini Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santo
dapat dilihat melalui keamanan bahwa Yusup Bandung. Didukung oleh penelitian
seseorang terbebas dari bahaya risiko dan yang dilakukan Limonu (2014) bahwa
keragu-raguan. Keamanan tidak hanya tidak ada hubungan yang bermakna antara
mencegah rasa sakit tetapi juga membuat reward, psikologi dan sosial dengan
individu merasa aman dalam aktivitasnya pelaksanaan pendokumentasian proses
yang dapat mengurangi stres (Rangkuti, asuhan keperawatan yang dilihat
2006). berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh
Sebagian perawat (40,4%), yaitu 44 nilai p = 0,519 (p > 0,05). Penelitian
perawat menyatakan tidak puas dalam Almira (2008) juga mengatakan tidak
melaksanakan pendokumentasian asuhan terdapat hubungan antara iklim kerja
keperawatan. Hal ini dikarenakan masih (dimensi reward) dengan kepuasan kerja di
ada Tim format yang sulit dihubungi jika mana berdasarkan hasil uji Chi Square
perawat mengalami kesulitan mengenai diperoleh nilai p = 0,619 (p > 0,05).
kejelasan format asuhan keperawatan, Hasil penelitian menyatakan bahwa
perawat juga mengatakan tidak puas sebagian perawat (56%), yaitu 61 perawat
dengan sosialisasi format asuhan berusia 21-30 tahun di mana pada usia
keperawatan yang baru karena tidak muda ini seseorang mempunyai fisik yang
disampaikan dengan jelas. Penyebab kuat, dinamis, kreatif dan cepat. Setiawan
ketidakjelasan sosialisasi tersebut adalah (2007) dalam penelitiannnya menyatakan
Tim Format hanya mensosialisasikan bahwa terdapat 12 perawat (66,7%)
format asuhan keperawatan yang baru di berusia 21-30 tahun merasa puas terhadap
sebagian ruangan sisanya disosialisasikan pekerjaannya. Berdasarkan hasil uji Chi
oleh Kepala Bagian masing-masing dan Square diperoleh nilai p = 0,017 (p < 0,05)
sosialisasi hanya dilakukan saat dinas pagi sehingga Ha diterima yaitu ada hubungan
sehingga tidak semua mendapatkan antara umur perawat pelaksana dengan
informasi yang jelas. kepuasan kerja. Sesuai dengan pendapat
Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan
Analisa Bivariat
seseorang puas dalam bekerja adalah usia
Hasil penelitian menunjukkan saat bekerja.
bahwa dari 109 perawat yang menjadi Hasil penelitian menunjukan bahwa
responden terdapat sebagian kecil perawat hampir seluruh perawat (90,8%), yaitu 99
(32,8%), yaitu 20 perawat yang kebutuhan perawat berjenis kelamin perempuan. Hal
ini didukung oleh

21
penelitian Gatot dan Adisasmito (2005) di diperoleh nilai p = 0,105 dibandingkan
mana distribusi frekuensi karakteristik dengan nilai koefisien α 0,05.
perawat berdasarkan jenis kelamin
diperoleh hasil sebagian besar responden SARAN
adalah perempuan yaitu 73,6% dan laki- Bagi Rumah Sakit Santo Yusup
laki sebanyak 26,4%. Rasio perempuan Bandung diadakan program pelatihan
lebih banyak dari laki-laki. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
mengelola sumber daya manusia secara berkala, Tim Format sebaiknya
khususnya karyawan wanita, perlu mensosialisasikan format asuhan
diperhatikan aspek psikologis maupun keperawatan secara berkala jika ada
biologisnya. Karyawan wanita cenderung pembaharuan format, mensosialisasikan isi
lebih mudah puas dalam pekerjaan KPI kepada perawat, dan mengevaluasi
dibandingkan dengan karyawan laki-laki. kembali tugas dan peran perawat
Selain itu, pria mempunyai beban khususnya dalam pendokumentasian
tanggungan lebih besar dibandingkan asuhan keperawatan.
dengan wanita, sehingga pria menuntut
kondisi kerja yang lebih baik seperti gaji DAFTAR PUSTAKA
yang memadai dan tunjangan karyawan Anjaryani, Diah. (2009). Hubungan
(Rizal, 2005). Pelayanan Keperawatan di Rumah
Berdasarkan hasil analisa data di Sakit dengan Kepuasan Pasien.
atas disimpulkan bahwa kepuasan Dalam http://skripsistikes.com
seseorang dalam bekerja tidak hanya Diunduh 20 Mei 2015.
dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan Almira, Amalia (2008). Hubungan Antara
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Iklim Kerja dengan Kepuasan
Mangkunegara (2009) mengatakan Kerja pada Karyawan Divisi
kepuasan kerja dipengaruhi oleh beberapa Editor PT Televisi Transformasi
faktor yaitu pengawasan yang dilakukan Indonesia (TRANS TV). Dalam
oleh atasan, kepribadian, usia, jenis http://elibrary.unisba.ac.id/files2/08
kelamin, status perkawinan, tingkat .6594.pdf Diunduh 5 Juli 2015.
pendidikan dan masa kerja. Arianto, I. 2009. Hubungan Antara Efikasi
Diri dan Dukungan Sosial dengan
SIMPULAN Kecemasan terhadap Pemutusan
Hasil penelitian ini menunjukan Hubungan Kerja (PHK). Skripsi
bahwa sebagian perawat mengatakan Fakultas Psikologi UMS Surakarta:
kebutuhan Maslow dalam melaksanakan tidak diterbitkan.
pendokumentasian asuhan keperawatan Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur
terpenuhi dan merasa puas dalam Penelitian Suatu Pendekatan
melaksanakan pendokumentasian asuhan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta:
keperawatan. Tidak terdapat hubungan Rineka Cipta.
kebutuhan Maslow dengan kepuasan . 2013. Prosedur
perawat dalam melaksanakan Penelitian Suatu Pendekatan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santo Asmadi. 2008. Konsep Dasar
Yusup Bandung, dengan uji Chi Square Keperawatan. Jakarta: EGC.

22
Berthiana. (2012). Hubungan Motivasi . 2011.
Kerja Perawat dengan Ketepatan Manajemen Dasar, Pengertian
Pengisian Dokumentasi Asuhan dan Masalah. Jakarta: PT. Bumi
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Aksara.
RSUD Buntok. Dalam Hamsyah, Arir. 2004. Analisis Pengaruh
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php Kerj
/JMK/article/view/950/1002 Suasana a terhadap Tingkat
Diunduh 17 Januari 2015. Kepuasan Kerja Perawat di
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bangsal Rawat Inap RSU Ungaran.
Bandung: Refika Aditama. Tesis Program Studi Ilmu
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kesehatan Masyarakat Konsentrasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Administrasi Rumah Sakit
Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. Universitas Diponegoro Semarang.
Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Pengantar
Metodologi Penelitian Konsep Dasar Keperawatan.
Keperawatan: Panduan Jakarta: Salemba Medika.
Melaksanakan dan Menerapkan Hidayat, Dede Rahmat. 2009. Ilmu
Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Perilaku Manusia Pengantar
Info Media. Psikologi untuk Tenaga
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Kesehatan Medis. Jakarta: TIM.
Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Irawan. 2006. Manajemen Pemasaran
Medika. Modern. Yogyakarta: Liberty.
Dinarti. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Khairani, Laila. (2010). Faktor-Faktor
Jakarta: Trans Info Media. yang Mempengaruhi Kepuasan
Ferani, Nurul Ariska. (2013). Apa Itu Key Pasien Rawat Jalan RSUD
Performance Indicator (KPI). Pasamaan Barat. Dalam
Dalam keuanganlsm.com/apa-itu- http//pascaa.hunand.ac.id/wpconten
performance-indicator-kpi/ t/uploads/2011/09/JURNAL-
Diunduh 20 Mei 2015. LILA.pdf(tesis) Diunduh 22 Mei
Gatot dan Adisasmito. (2005). Hubungan 2015.
Karakteristik Perawat, Kotler, P. 2005. Manajamen Pemasaran.
Isi Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Pekerjaan dan Lingkungan Gramedia.
Pekerjaan terhadap . 2005. Marketing
Kepuasan Management: Analysis, Planning,
Kerja Perawat di Instalasi Rawat Implementation and Control. New
Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Jersey: Prentice Hall.
Dalam Limonu, Febriani. 2014. Hubungan
https://staff.blog.ui.ac.id/wikua/file Reward, Psikologi dan Sosial
s/2009/10/hubungan-karekteristik- denga
perawat-isi-pekerjaan.pdf Dinduh 6 n Pelaksanaan
Juli 2015. Pendokumentasian Asuhan
Hasibuan, Malayu S. P. 2005. Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah
Sumber Daya Manusia. Jakarta: RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
Bumi Aksara. Gorontalo. Dalam

23
http://eprints.ung.ac.id Diunduh 6 dalam Manajemen Rumah Sakit.
Juli 2015. Yogyakarta: Andi Offset.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005.
Sumber Daya
Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
2009.
Manajemen Sumber Daya
Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja
Ros Dakarya.

Muninjaya. 2011. Manajemen Mutu


Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
EGC.
Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu
Terpadu (Total Quality
Management). Bogor: Ghalia
Indonesia.
Nuraeni, dkk. (2014). Determinan Faktor
yang Berhubungan dengan
Pendokumentasian

Asuhan
Keperawatan di Rumah
Sakit
Umum Daerah (RSUD) Pasar
Rebo Jakarta Timur Tahun 2014.
Dalam
mhttp://poltekesjakarta1.ac.id/read-
el-ls Diunduh 22 Mei 2015.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
. 2011. Proses dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Permana, H. S. 2005. Kepemimpinan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
(2005). Standar Praktik
Keperawatan Indonesia Tahun
2005. Dalam http://www.inna-
ppni.or.id Diunduh 29 Juli 2015.
Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan: Dasar-
Dasar Pengertian dan Penerapan.
Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Rahman, Peny Yulia. 2013. Pengaruh
Insentif terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Di PT. Sinkona
Indonesia Lestari (SIL) Ciater-
Subang. Sripsi Program Studi
Manajemen Perkantoran Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia.
Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring
Customer Satisfaction. Jakarta:
Gramedia.
Robbins, S dan Coulter, M. 2007.
Manajemen . Jakarta: PT Indeks.
Rojikin, Muhammad. (2014). Menyusun
“Key Performance Indicators”
Organisasi. Dalam
Ensiklo.com/2014/menyusun-key-
performance-indicators-
organisasi/ Diunduh 20 Mei 2015.
Sayuti. 2007. Motivasi dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek
Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawan, Teguh. 2007. Hubungan antara
Karakteristik Individu dengan
Kepuasan Perawat Pelaksana di
RS Banyumanik. Skripsi
Universitas Negeri Malang.

2
4
Siagian, Sondang P. 2010. Teori Winardi, J. 2006. Motivasi Dan
Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Permotivasian dalam Manajemen.
Rineka Cipta. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sopyan, Asep. (2010). Teori Aktualisasi
Diri Abraham Maslow. Dalam
http://asepsopyan.com/2010/05/26/t
eori-aktualisasi-diri-abraham-
maslow/ Diunduh 20 April 2015.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuatitatif, Kualitatif dan R & D.
Jakarta: Alfabeta.
Sule, Ernie Tisnawati dan Kurniawan
Saefullah. 2010. Pengantar
Manajeman. Jakarta: Kencana.
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar menuju
Keperawatan Profesional. Jakarta:
Trans Info Media.
Suryani, Nunuk. (2010). Hubungan antara
Sikap dan Perilaku dengan
Kepuasan Pasien Rawat Inap RSU
Anwar Medika Sidoarjo. Dalam
http//pasca.uns.ac.id/ Diunduh 22
Mei 2015.
Tjiptono, Fandy. 2007 Strategi
Pemasaran. Yogyakarta: Andi
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra.
2005. Service, Quality, and
Satisfaction. Yogyakarta: Andi.
Uduk, Emerentiana. 2008. Quality
Assurance/Menjaga Mutu
Pelayanan Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap
RSUD Atambua Kabupaten Belu.
Tesis. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Waruna, SM. 2003. Analisis Beberapa
Faktor yang Berhubungan dengan
Kelengkapan Pencatatan Rekam
Medis Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan. Tesis. Program Magister
Administrasi pada Rumah Sakit
USU Medan: tidak diterbitkan.

25

You might also like