Professional Documents
Culture Documents
HOME VISITE
KELOMPOK 29.2
Oleh:
Kolaborasi
Program Studi Pendidikan Dokter dan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang
Kolaborasi
Fakultas2017
Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter &
Universitas Muhammadiyah Malang
Farmasi
2016
Universitas Muhammadiyah Malang
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
I. IDENTITAS...........................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................................18
1.2 Tujuan...............................................................................................................................21
1.3 Manfaat.............................................................................................................................22
I. INFORMASI PASIEN....................................................................................................29
X. RIWAYAT PENGOBATAN............................................................................................34
PEMBAHASAN.....................................................................................................................38
TINJAUAN OBAT.................................................................................................................45
1. OMEPRAZOLE..........................................................................................................45
3. COTRIMOKSAZOLE...............................................................................................47
4. Antasida.......................................................................................................................49
5. Vitamin B kompleks....................................................................................................50
6. PARACETAMOL........................................................................................................51
7. METHAMPYRON......................................................................................................53
8. CIMETIDINE..............................................................................................................54
1. Nama (Inisial) : Tn S
2. Umur : 55 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Tukang bangunan, Ketua RT
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 2 orang
8. Pendidikan terakhir : Tamat SD
9. Alamat lengkap : Jl. Sukun Gempol No. 01
RT 06 RW 09
Desa / Kelurahan Tanjungrejo
Kecamatan Sukun
Kota Malang
1
C. GENOGRAM (minimal 3 generasi)
Ny. E Ny. Sp
49 th, IRT 55 th, tukang Tn. S Ny. Sk
50 th, IRT
Tn. M
60 th, 45 th,
Tn. Sd
37 th, ahli
Ny. St
40 th, IRT
Tn. As
42 th, petani
bangunan Tukang lasTukang gizi
kebun
Ny. Se Tn. Kh Tn. I Tn. Ag Ny. Dn Ny. Tn Tn. Tg An. An. At An. L An.
33 th, sopir 32 th, tukang 30 th, IRT
23 th, 32 th,
27 th, IRT 28 th, serabutan mikrolet pijat Rc 9 th, 13 th, Au
karyawan satpam 14 th, pelajar SD 7 th,
pelajar
swalayan pelajar kelas 4 SMP kelas pelajar SD
SMP kelas 1 kelas 3
2
X : Meninggal
Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Tn. S L 55 Thn Tukang bangunan S Ny. E K √
2 Ny. E P 49 Thn Ibu Rumah Tangga I Tn. S K √
3 Tn. Kh L 28 Thn Serabutan AK Tn. S dan Ny. E K √
4 Tn. I L 23 Thn Karyawan swalayan “Sardo” AK Tn. S dan Ny. E TK √
Menantu Tn. S dan
5 Ny. Se P 27 Thn Ibu Rumah Tangga K √
Ny. E
6 An. De P 3 Thn - AK Tn. Kh dan Ny. Se TK √
7 An. Df L 1 Thn - AK Tn. Kh dan Ny. Se TK √
8 Ny. Sk P 50 Th Ibu Rumah Tangga AK Tn. K dan Ny. T K √
Tukang Kebun “Sekolah Tanah
9 Tn. Sd L 45 Th AK Tn. K dan Ny. T K √
Harapan”
10 Ny. St P 40 Th Ibu Rumah Tangga AK Tn. K dan Ny. T K √
11 Tn. M L 60 Thn Tukang Las S Ny. Sk K √
Ahli gizi di dapur besar RS Panti
12 Ny. Sp P 37 Thn I Tn. Sd K √
Waluyo
13 Tn. As L 42 Th Petani kelapa sawit S Ny. St K √
14 Ny. Dn P 32 Thn Tukang pijat AK Tn. M dan Ny. Sk K √
15 Tn. Ag L 33 Th Supir mikrolet S Ny. Dn K √
16 Ny. Tn P 30 Th Ibu Rumah Tangga AK Tn. M dan Ny. Sk K √
17 Tn. Tg L 32 Th Satpam S Ny. Tn K √
17 An. Rc L 14 Th Pelajar SMP Kelas 2 AK Tn. Sd dan Ny. Sp TK √
3
16 An. At P 9 Th Pelajar SD Kelas 4 AK Tn. Sd dan Ny. Sp TK √
17 An. L L 13 Th Pelajar SMP Kelas 1 AK Tn. As dan Ny. St TK √
18 An. Au P 7 Th Pelajar SD Kelas 3 AK Tn. As dan Ny. St TK √
AK Tn. Ag dan Ny.
19 An. Nk L 14 Th Pelajar SMP Kelas 2 TK √
Dn
AK Tn. Ag dan Ny.
20 An. Ni P 1 Th - TK √
Dn
AK Tn. Tg dan Ny.
21 An. Ib L 6 Th Pelajar SD kelas 1 TK √
Tn
4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)
5
berupa jalan-jalan disekitar rumah saja, seperti saat belanja. Tidak bisa berjalan
jauh. Terkadang berjemur dibawah sinar matahari di pagi hari sekitar pukul 7-8.
Pernah ke dokter dua kali (terakhir : hari sabtu, 21 Oktober 2017) dan belum
pernah kembali lagi ke dokter. Pernah periksa ke dokter puskesmas pada tanggal 21
Oktober 2017, didiagnosis infeksi saluran cerna dan diberikan omeprazole,
antasida, dan vitamin B. Pada tanggal 9 November 2017, periksa ke dokter praktek
pribadi dan diberi obat gastrucid, cimetidine, dan neurodex.
Pem. Fisik :
BB : 63 kg, TB 146 cm, TD 110/70, Nadi 80x/menit, RR 18x/menit
Pem Penunjang :
Belum pernah dilakukan pemeriksaan penunjang.
Rw Imunisasi :
Tidak ada, namun untuk anak-anaknya rutin dibawa ke posyandu untuk imunisasi.
Rw Persalinan :
Persalinan normal spontan per vaginam kedua anaknya. Tidak ada riwayat abortus.
BB lahir anak pertama : 3360 gr (ditolong dokter di Panti Nirmala)
BB lahir anak kedua : 4250 g (ditolong dokter di RS Kristen Gawindo)
Rw KB :
Memakai KB spiral, setelah lahir anak kedua. Sejak setengah tahun pemasangan pernah
mengalami haid tidak teratur (sekitar usia 43 – 45 tahun). Namun sekarang sudah tidak
lagi.
6
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
KETERANGAN
NO KOMPONEN URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
IRRASIONAL)
1 Promotif - -
Terkadang berjemur di bawah sinar matahari dan berolahraga dengan berjalan
2 Preventif Rasional
kaki sekitar rumah.
Mengkonsumsi obat antasida, omeprazole, gastrucid, neurodex, dan cimetidine
3 Kuratif Rasional
yang didapat dari dokter secara teratur.
4 Rehabilitatif Istirahat yang cukup. Rasional
7
STATUS SOSIAL
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
1 Aktifitas sehari-hari Ny. E:
Ibadah : Melakukan ibadah di rumah
Olahraga : Jalan-jalan disekitar rumah saja, seperti saat belanja. Sekitar pukul 7-8 berjemur
didepan pintu.
Rekreasi : terakhir ke makam sukarno blitar, setengah tahun yang lalu.
Sosial kemasyarakatan : Mengikuti perkumpulan ibu-ibu PKK untuk arisan, laporan RW, dana
sosial dan simpan pinjam, dan mengikuti pengajian antar RT
Urutan rutinitas : Tidak melakukan aktivitas berat. Setelah bangun tidur dan bersih diri dilanjutkan
dengan memasak, cuci piring dan membersihkan rumah, mencuci baju terkadang, tidur siang,
menonton TV, dan malam tidur mulai jam 9.
Tn. S:
Ibadah : kadang di masjid, kadang di rumah
Olahraga : Tidak pernah.
Rekreasi : ke balekambang > 2 tahun yang lalu
Sosial kemasyarakatan : ada arisan 1 bulan di RT dan di RW setiap bulan pengurus RT arisan juga
setiap minggu ke-4.
Urutan rutinitas : Setelah bangun tidur dan bersih diri dilanjutkan dengan bekerja sebagai tukang
bangunan dari pukul 07.00 – 17.00. Tidur larut malam sekitar pukul 23.00 – 00.00.
Tn. I:
Ibadah : kadang di masjid, kadang di rumah
Olahraga : seminggu sekali, renang, bersepeda, lari di rampal
Rekreasi : ke balekambang > 2 tahun yang lalu
Sosial kemasyarakatan : jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar oleh karena kerja. Namun
masih aktif di kegiatan-kegiatan 17 agustus.
Urutan rutinitas : Setelah bangun tidur dan bersih diri dilanjutkan dengan bekerja sebagai
8
karyawan swalayan dari pukul 07.30 – 16.00. Tidur malam hari sekitar pukul 22.00 – 23.00
2 Status Gizi Ny. E:
- Berdasarkan perhitungan IMT dengan BB: 63 kg dan TB: 146 cm didapatkan hasil 20,54
Normal.
- Pola makan : tidak teratur 3x sehari (sering lupa makan).
- Makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur (sop atau sayur bayam), tempe dan tahu goreng.
Jarang mengkonsumsi santan (satu bulan sekali). Jarang mengkonsumsi susu. Makanan
selingan jarang.
- Kebiasaan makan : makan di rumah
- Kesesuaian waktu makan : kadang telat makan
- Selera makan : dulu suka pedas, tapi sejak sakit mulai dikurangi makanan pedas
- Makanan yang dihindari selama ini : makan asam, pedas
- Alergi makanan : Tidak ada
- Minum : 4 gelas sehari.
Tn. S:
- Berdasarkan perhitungan IMT dengan BB: 50 kg dan TB: 160 cm didapatkan hasil 19,53
Normal.
- Pola makan : 2x sehari (siang malam), pagi kopi kalau kerja ada sarapan jajan/roti. Kadang
tengah malam jam 11 makan lagi.
- Makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur (sop atau sayur bayam), tempe dan tahu goreng.
Jarang mengkonsumsi santan (satu bulan sekali). Makanan selingan jarang. Sering beli sate
daging, ayam. Kadang minum susu, sering buah
- Kebiasaan makan : makan di rumah.
- Kesesuaian waktu makan : tepat waktu tetapi hanya 2x,
- Selera makan :manis, asin, pedas
- Makanan yang dihindari selama ini : minum bersoda
- Alergi makanan : Tidak ada
- Minum : > 8 gelas
Tn. I
9
- Berdasarkan perhitungan IMT dengan BB: 75 kg dan TB: 185 cm didapatkan hasil 21,91
Normal.
- Pola makan : 3x sehari. Pagi : roti, susu, teh panas, di kantor ngemil. Tidak pernah sarapan
kecuali dapat shift kerja siang hari. Di kantor dapat makan siang sekitar pukul 13.30.
Frekuensi makan 1 – 2 kali (makan siang dan malam). Makan malam tepat waktu.
- Makanan yang dikonsumsi : Nasi, sayur (sop atau sayur bayam), tempe dan tahu goreng.
Jarang mengkonsumsi santan (satu bulan sekali). Sering mengkonsumsi susu. Makanan
selingan jarang. Suka ngemil jajanan kering, biscuit.
- Kebiasaan makan : di rumah dan tempat kerja
- Kesesuaian waktu makan : tepat waktu, kecuali saat di tempat kerja (setengah 2 siang) dan
tidak kebiasaan sarapan.
- Selera makan : bakso, pedas
- Makanan yang dihindari selama ini : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- Minum : > 8 gelas, dan rutin minum susu
Ny. E: Sekarang ibu rumah tangga, dan mengasuh anak tetangga mulai 3 bulan umurnya
hingga sekarang umur 4 tahun (sejak jam 9 atau 10.30-17.00). Pernah mengasuh 1 anak
saudara mulai bayi sampai TK A ketika ibunya bekerja (sesuai shift). Dahulu pernah bekerja di
Pabrik Rokok Bentoel dari tahun 1981 – 2005, dibagian mesin produksi aktif (bagian
3 Pekerjaan
mengangkat – angkat dengan posisi kerja berdiri) APD (masker) hanya digunakan saat
mengambil debu, selebihnya tidak digunakan.
Tn. S: Tukang bangunan
Tn. I: Karyawan swalayan “Sardo”
Ny. E: Tidak menggunakan BPJS atau lainnya. Tetapi menggunakan Kartu periksa puskesmas
sejak 4 tahun yang lalu.
Tn. S: Tidak menggunakan BPJS atau lainnya.
4 Jaminan Kesehatan
Tn. I: Tidak menggunakan BPJS atau lainnya.
Disarankan oleh Ketua PKK RW untuk mengurus Surat Pengantar Miskin di RT/RW .
10
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
Rumah warisan dari orangtua Ny. E. Rumah terdiri dari 3 kamar, 1 mushola, 2 kamar mandi,1 dapur, 1
ruang tv, 1 ruang tamu Jenis dinding seluruhnya adalah tembok batu-bata. Jenis lantai seluruhnya
keramik. Cukup rapi. Sumber penerangan utama adalah listrik (PLN). Penerangan dalam rumah cukup
1 Fisik
baik, kelembaban terjaga, sinar matahari dapat masuk hingga ke dalam rumah, tidak bising karena jauh
dari kawasan pabrik. Ventilasi cukup baik karena berada didataran yang lebih tinggi dari rumah di
sekitarnya, dan semua kamar berhubungan langsung dengan dunia luar.
Tidak ada anggota keluarga maupun tetangga yang menderita penyakit infeksi baik TBC, maupun
2 Biologi
infeksi saluran pernafasan dan pencernaan, tidak ada hewan peliharaan.
Asap rokok di dalam rumah karena suami sering merokok di dalam rumah. Sumber air dari sumur (air
minum dari air sumur yang direbus). Tidak berbau, karena sampah telah dibuang ditempat sampah,
3 Kimia tidak berserakan. Septic tank ke sungai alirannya. Tidak terdapat industri/pabrik di sekitar daerah
rumah, dan tidak ada limbah pabrik yang dibuang di sungai sekitar rumah akan tetapi sungai tidak
tampak jernih. Selokan depan atau sekitar rumah ada.
Komunikasi antar anggota keluarga frekuensinya tidak terbilang sering karena suami dan anak kedua
yang serumah bekerja sampai sore. Komunikasi dengan anak pertama yang sudah pisah rumah dan
4 Sosial menikah, seminggu sekali bertemu.
Hubungan dengan tetangga baik.
Mengikuti perkumpulan ibu-ibu PKK untuk arisan, laporan RW, dana sosial dan simpan pinjam.
5 Budaya Sering diadakan arisan, pengajian antar RT.
Ny. E selalu bahagia dengan keluarganya, suaminya sangat pengertian, anak-anaknya juga sangat
perhatian. Komunikasi dengan anak pertama tertap terjalin dengan baik walaupun sudah tinggal
terpisah setelah menikah, namun setiap hari sepulang kerja masih mengunjungi orang tuanya dan
6 Psikologi
adiknya. Adanya cucu yang masih berusia 4 tahun juga sebagai penyemangat dan penghibur Ny.E. Ny.E
merasa resah dengan kondisi kedua kakinya yang gemetar.
11
Ny.E sudah berhenti dari pekerjaannya dan hanya mengandalkan Penghasilan yang didapat tidak
menentu, dalam 1 hari, Tn. S bekerja mulai dari pukul 07.00-17.00 dan memperoleh penghasilan ± Rp
60.000/hari. Tn. I sebagai anak kedua yang tinggal serumah bekerja mulai pukul 07.30 – 16.00 dan
7 Ekonomi memperoleh penghasilan ± Rp 1.000.000
Ny. E membayar pajak sebesar Rp 44.000/tahun, listrik PLN sebesar Rp 200.000, arisan PKK dengan
setoran Rp 15.000, dana sosial Rp 2.000, dan simpan pinjam sebesar Rp 1.000
12
Pengeluaran rata-
rata tiap bulan :
a. Bahan makanan:
1) Beras a. Secara umum keluarga membutuhkan Rp 20.000 untuk keperluan makan perhari sehingga rata-
b. Diluar bahan - Air : menggunakan sumur sanyo listrik bersama sehingga tidak ada pengeluaran
2) Air - Sosial : Membayar iuran PKK Ny. E Rp 15.000, Dana social Rp 2.000, Iuran lain-lain Rp 1.000,
3) Telekomunikasi arisan RT Ny. E 15.000, Arisan Tn. S 25.000 , iuran PKK Tn. S 15.000
5) Kesehatan
6) Sosial
7) Pakaian
Lain-lain
8 Ergonomi Sewaktu bekerja di pabrik bentoel dahulu dilakukan dengan posisi berdiri karena aktif bekerja dengan
mengangkat barang di mesin produksi. Selama bekerja sampai sekarang Ny. E juga berjualan kue
(menerima pesanan kue), namun semenjak mengalami keluhan seperti kaki gemetar dan badan lemas
13
Ny. E mulai jarang menerima pesanan kue.
Sekarang Ny. E lebih banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaan rumah seperti membersihkan
rumah, mencuci piring, memasak serta mengasuh anak tetangga yang berusia 4 tahun
14
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
Aspek personal,
Keluhan Utama : Perut sebah, mual, muntah
Ketakutan : Rasa sebah, mual, muntah di perut tidak kunjung hilang, takut
terjadi sesuatu yang buruk dalam tubuhnya.
Harapan : Rasa sebah, mual, muntah hilang dan sembuh.
Aspek 2:
Aspek klinis, Diagnosis pasien adalah gastritis (K.29.0-)
Aspek 3:
Aspek faktor internal, Usia Ny. E 49 tahun. Makan seringkali tidak teratur 3x
sehari (sering lupa makan). Konsumsi air yang kurang (4 gelas sehari). Asupan
nutrisi kurang bervariasi (nasi, tahu, tempe, sayur bening). Pernah mengkonsumsi
NSAID dan kortikosteroid. Tidak ada pengaruh genetik yang memicu terjadinya
keluhan. Namun Ny. E sering merasa takut dengan keluhan yang belum lekas
sembuh.
Aspek 4:
Aspek faktor eksternal, Ekonomi yang kurang, lingkungan rumah padat penduduk.
Aspek 5:
Aspek fungsi sosial, Tingkat 1 karena Ny. E mampu melakukan aktivitas tanpa
bantuan orang lain.
15
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
No Aspek Dx Uraian permasalahan/penyebab maslah Penatalaksanaan Komprehenship yang dapat dilakukan oleh
Holistik kesehatan berdasarkan tiap aspek penderita (Langkah Operasional)
1 Personal Keluhan utama: Rasa sebah, mual, Promotif:
muntah lebih dari 1 bulan serta gemetar - Menjelaskan kepada Ny. E untuk menghindari beraktivitas
di regio cruris ke bawah, pusing kepala, berat, seperti angkat-angkat benda berat, olahraga berat (voli,
lemas sejak 2 bulan yang lalu. renang, dan lain-lain), mencuci baju.
- Menganjurkan Ny. E untuk tidak mengkonsumsi obat – obatan
Ketakutan: Rasa sebah, mual, muntah di NSAID atau jamu dan menjelaskan efek sampingnya berkaitan
perut dan gemetar di kedua kaki yang dengan keluhan Ny. E.
tidak kunjung hilang, takut terjadi sesuatu - Memberikan pendekatan psikologis agar tidak stress
yang buruk dalam tubuhnya. memikirkan masalah kesehatannya dan meyakinkan diri Ny. E
bahwa bisa sembuh.
Harapan : Rasa sebah, mual, muntah dan - Menyarankan Ny. E untuk mengikuti penyuluhan kesehatan
tentang pola hidup sehat, gizi seimbang, dan gastritis.
gemetar hilang dan sembuh.
Preventif:
2 Klinis Gastritis (K.29.0-) - Berolahraga secara teratur seperti senam dan berjalan kaki
santai di sekitar rumah di pagi hari selama 30 menit.
- Meningkatkan frekuensi dan jumlah air yang diminum
3 Internal Usia 49 tahun, makan tidak teratur, asupan (minimal 8 gelas sehari)
nutrisi kurang bervariasi, konsumsi air - Makan dengan porsi kecil namun frekuensi sering secara tepat
minum kurang, resah dengan kondisi waktu (Pagi jam 06.00-07.00, Siang jam 12.00-13.00, Malam
kesehatan 18.00-19.00)
4 Eksternal - Ekonomi yang kurang - Meningkatkan variasi asupan nutrisi sesuai gizi seimbang
- Lingkungan padat penduduk seperti meningkatkan asupan kalsium (susu, ikan sarden, sayur
bayam, kangkung, jus jeruk tanpa gula/ sedikit gula),
16
5 Fungsi Sosial Tingkat 1 membatasi konsumsi gula, garam dan lemak (gula maksimal 4
sdm, garam maksimal 1 sdt, lemak/minyak maksimal 5 sdm),
meningkatkan variasi makanan pokok (nasi diseling dengan
singkong, jagung,ubi, talas), mengkonsumsi makanan tinggi
protein (tahu, tempe, ayam, daging),meningkatkan konsumsi
buah dan sayur, dan menjaga keteraturan pola makan agar
kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dan meningkatkan imunitas
tubuh (makan 3x sehari tepat waktu).
- Bergerak perlahan dari posisi berbaring ke posisi duduk saat
bangun tidur dan posisi duduk ke posisi berdiri.
- Tidur dengan posisi kepala terangkat ± 30 cm
- Membiasakan pola hidup bersih dan sehat (Cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum makan dan
sesudah makan, menjaga kebersihan rumah dan perabotan
rumah tangga, tidak menumpuk sampah, menjaga kebersihan
dan hieginitas makanan dan minuman yang dikonsumsi sejak
awal pengolahan makanan).
- Cek Kesehatan rutin setiap bulan di puskesmas atau
poskesdes.
- Memberitahu suami (Tn. S) untuk tidak merokok di dalam
atau sekitar rumah dan berhenti merokok.
Kuratif:
- Gastrucid tablet 3 x 1 500 mg ½ jam sebelum makan
- Neurodex tablet 2 x 1 500 mg sesudah makana
- Cimetidine tablet 3 x 1 200 mg sebelum makan
Rehabilitatif:
- Kontrol ke dokter secara rutin (1 bulan sekali)
- Tidur yang cukup (7-9 jam sehari)
- Tertib minum obat sesuai petunjuk dokter
- Meneruskan aktivitas fisik yaitu senam dan berjalan kaki
santai di sekitar rumah di pagi hari selama 30 menit setiap hari
17
PEMBAHASAN
Ny. E mengeluh rasa sebah didaerah perut sebelah kiri atas (regio
hipokondrium sinistra). Rasa sebah di perut, mual, muntah sudah dialami lebih
dari 1 bulan. Rasa sebah dirasakan agak berat (angka 4 dari skala 1-5) dan
frekuensinya sering. Perut terasa semakin tidak enak (sebah) jika lupa makan.
Mual dan muntah dirasakan terutama saat menggosok gigi. Rasa tidak enak
(sebah), mual, dan muntah terasa lebih baik (ringan) saat mengkonsumsi obat-
obatan yang didapatkan dari dokter. Keluhan lain yang dirasakan adalah gemetar
di regio cruris ke bawah yang sifatnya hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu. Rasa
gemetar dirasakan lebih berat saat berbaring maupun bangun dari tidur atau dari
duduk kemudian berdiri. Terdapat pusing kepala (nggliyeng) yang frekuensinya
sering sejak 2 bulan yang lalu dan dirasakan juga tubuh lemas (fatigue).
Diketahui Ny. E mengkonsumsi asam mefenamat, neuropyron-V dan
metilprednisolon untuk mengatasi sakit gigi 2 minggu yang lalu. NSAID dan
kortikosteroid memiliki efek samping pada GIT karena terjadi penghambatan
prostaglandin. Hal itu dapat menyebabkan Ny. E mengalami keluhan rasa sebah di
perut, mual serta muntah. Ny. E pernah periksa ke dokter puskesmas pada tanggal
21 Oktober 2017 dan didiagnosis infeksi saluran cerna sehingga diberikan
omeprazole, antasida, dan vitamin B. Pada tanggal 9 November 2017, Ny. E
kembali periksa ke dokter praktek pribadi dan diberi obat gastrucid, cimetidine,
dan neurodex untuk mengatasi gastritis dan rasa gemetarnya.
Kegiatan sehari – hari Ny. E sebagai Ibu Rumah Tangga dimulai dengan
membersihkan rumah, memasak dan cuci piring setiap harinya. Ny. E juga
mengasuh anak tetangga berusia 4 tahun yang dititipkan padanya sepulang
sekolah tanpa bantuan siapapun karena suami Ny. E dan anak keduanya bekerja
dari pagi hingga sore hari. Ny. E sebelumnya juga pernah mengasuh anak
saudaranya ketika beliau berhenti bekerja di Pabrik Rokok Bentoel. Ny. E juga
menerima pesanan kue sejak bekerja di Pabrik Rokok Bentoel hingga sekarang.
Namun, Ny. E mengurangi pesanan kue yang diterima semenjak beliau mulai
mengalami keluhan – keluhan tersebut yang dirasa mengganggu aktivitasnya.
Anak pertama Ny. E yang tidak tinggal satu rumah karena sudah berkeluarga
memiliki pekerjaan yang tidak menentu (seadanya). Hal – hal ini dapat menjadi
18
faktor pemicu stress pada Ny. E sehingga keluhan yang menyertai seperti gemetar
di kedua kaki merupakan gejala psikosomatis.
Upaya promotif yang dapat dilakukan adalah dengan menganjurkan Ny. E
untuk tidak beraktivitas berat dan memberikan pendekatan psikologis agar tidak
stress dalam memikirkan masalah kesehatannya serta meyakinkan bahwa Ny. E
dapat sembuh untuk mengatasi gejala psikosomatis yang dialaminya. Selain itu
dapat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat – obatan NSAID atau jamu
karena memiliki efek samping pada GIT serta menyarankan Ny. E untuk
mengikuti penyuluhan kesehatan tentang pola hidup sehat, gizi seimbang, dan
gastritis. Sebagai upaya preventif, Ny. E dianjurkan untuk meningkatkan variasi
asupan nutrisi sesuai gizi seimbang dan menjaga keteraturan pola makan agar
kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dan meningkatkan imunitas tubuh. Hal ini
dilakukan karena Ny. E sering lupa makan dan tidak mendapat asupan makanan
yang bervariasi. Ny. E juga hanya mengkonsumsi 4 gelas air minum dalam sehari
sehingga hal lain yang dapat dilakukan sebagai bentuk preventif adalah dengan
meningkatkan frekuensi dan jumlah air minum yang dikonsumsi (minimal 8 gelas
dalam sehari), makan dengan porsi kecil namun frekuensi sering secara tepat
waktu untuk tidak memberatkan lambung (Pagi jam 06.00-07.00, Siang jam
12.00-13.00, Malam 18.00-19.00). Ny. E dapat berolahraga secara teratur dengan
cara senam dan berjalan kaki setiap pagi di sekitar rumah selama 30 menit,
bergerak perlahan dari posisi berbaring ke posisi duduk saat bangun tidur dan
posisi duduk ke posisi berdiri serta tidur dengan posisi kepala terangkat ± 30 cm
untuk mengurangi rasa gemetarnya. Membiasakan pola hidup bersih dan sehat
(Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum makan dan sesudah
makan, menjaga kebersihan rumah dan perabotan rumah tangga, tidak menumpuk
sampah, menjaga kebersihan dan hieginitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi sejak awal pengolahan makanan) dapat dilakukan sebagai bentuk
pencegahan terhadap bakteri yang dapat masuk ke saluran pencernaan. Cek
Kesehatan rutin setiap bulan di puskesmas atau poskesdes untuk memantau dan
mengontrol kondisi Kesehatan Ny. E, serta memberitahu suami (Tn. S) untuk
tidak merokok di dalam atau sekitar rumah dan berhenti merokok.
Obat yang digunakan sebagai upaya kuratif terhadap penyakit gastritisnya
adalah gastrucid tablet 3 x 1 500 mg yang dikonsumsi ½ jam sebelum makan
19
untuk menetralkan asam lambung dan mengatasi rasa sebah di perut. Selain itu,
dapat pula diberikan neurodex 2 x 1 500 mg yang dikonsumsi sesudah makan
untuk melindungi fungsi saraf dalam mengatasi rasa gemetar yang dialami. Dan
Cimetidine tablet 3 x 1 200 mg sebelum makan. Upaya rehabilitatif yang dapat
dilakukan adalah dengan kontrol rutin ke dokter, istirahat yang cukup dan tertib
dalam mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter, serta meneruskan aktivitas
fisik yaitu senam dan berjalan kaki santai di sekitar rumah di pagi hari selama 30
menit setiap hari. Bila cuaca tidak memungkinkan untuk keluar jalan-jalan,
kegiatan dapat diganti dengan senam di dalam rumah.
20
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
( HOME PHARMACY CARE )
1.2 Tujuan
Tujuan umum : Tercapainya keberhasilan terapi obat
Tujuan Khusus :
21
1.3 Manfaat
Bagi pasien :
1. Terjaminnya keamanan , efektifitas dan keterjangkauan biaya
pengobatan
2. Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat
dan/ atau alat kesehatan.
3. Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan.
4. Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/ atau alat kesehatan
dalam situasi tertentu
Bagi mahasiswa farmasi :
1. Pengembangan kompetensi calon apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di rumah
2. Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan, masyarakat
umum dan pemerintah
3. Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan
22
l. Berpatisipasi dalam aktivitas penelitian ubtuk mengembangkan
pengetahuan pelayanan kefarmasian di rumah.
23
Mahasiswa perlu mengkonfirmasi kepada pasien bagaimana cara
menggunakan obat sediaan cair seperti supensi. Sediaan suspensi
harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan agar zat aktif
terdispersi secara merata dan dosis menjadi homogen.
Mahasiswa perlu megkonfirmasi kepada pasien bagaimana cara
menggunakan obat sediaan cair jika tertera aturan pakai 3x1
sendok makan. Pengertian sendok makan, sendok teh ataupun
sendok bubur dalam ilmu farmasi berbeda dengan sendok makan
pada umumnya.
Frekuensi penggunaan obat 1 kali atau 2 kali sehari atau 3 kali
sehari
Perlu dilakukan pengecekan apakah pasien paham dengan makna
penulisan frekuensi penggunaan obat pada label obat misalnya 3x1
tablet makna yang benar adalah pasien meminum obat 3 kali
sehari sebanyak 1 tablet diminum setiap 8 jam. Jangan sampai
pasien memahaminya sebagai 3 tablet diminum sekaligus pada satu
waktu.
Penggunaan antibiotic
Dalam hal penggunaan antibiotik peru ditanyakan apaka pasien
memiliki riwayat alergi atau tidak
untuk penggunaan amtibiotik, anti virus, antifungi, sebaiknya
diminum sesuai aturan penggunaan. Jika tertera 2x1 tablet
sebaiknya disarankan diminum 1 tablet setiap 12 jam.
Penggunaan obat tetes mata dan sediaan farmasi lain
( suppositoria,inhaler, turbuhaler)
Mahasiswa mengkonfirmasi kepada pasien bagaimana cara
penggunaan obat tetes mata jika pasien menggunakannya untuk
mengetahui apakah pasien benar dalam penggunaannya.
24
Penyimpanan dalam lemari es bukan berarti obat disimpan dalam
lemari freezer.
Obat tetes mata setelah dibuka maka tidak boleh digunakan setelah
30 hari sejak tanggal pertama kali segel dibuka
Srup kering antibiotic (Amoksisilin, cefadroksil) yang telah
direkonstitusi stabil 7hari pada suhu kamar dan 14 hari pada suhu
lemari es (2-8 derajat celcius).
3. Kesalahan dalam penyimpanan obat akan mempengaruh stabilitas
bahan aktif obat sehingga mempengaruhi efektifitas obat.
25
jawab mengkomunikasikan rencana pelayanan kefarmasian kepada pasien
dan tenaga kesehatan lainyang terlibat dalam perawatan pasien. Rencana
pelayanan kefarmasian ini diperbaharui oleh tim kesehatan dan harus
dikomunikasikan ke semua tenaga kesehatan yang terlibat. Rencana
pelayanan kefarmasian dan perubahannya harus didokumentasikaan dalam
catatan penggunaan obat pasien.
26
Mahasiswa juga menyediakan informasi tambahan dalam bentuk tulisan
untuk memperkuat informasi yang diberikan secara lisan. Dalam menentkan
informasi yang diberikan dalam pendidikan dan koseling pasien, mahasiswa
membutuhkan pendapat dari para professional kesehatan. Meliputi:
1. Gambaran pengobatan, mencakup dosis, cara pemberian, interval
dosis, dan lama pengobatan.
2. Tujuan pengobatan dan indicator tujuan pengobatan
3. Teknik penilaian dan monitoring efektivitas terapi
4. Pentingnya mengikuti rencana perawatan
5. Teknik aseptis
6. Perawatan peralatan pembulu darah (Bila ada)
7. Petunjuk cara pemberian obat
8. Pemeriksaan obat dan peralatan yang digunakan
9. Peralatan yang digunakan dan cara perawatannya
10. Manajemen inventarisasi dirumah dan prosedur penyelamatan
peralatn
11. Potensi munculnya efek samping obat, perlatan dan pembuangan
biomedis
12. Informasi cara menghubungi tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pengobatan pasien.
Melihat peran diatas maka diperlukan kompetensi khusus dan
komitmen bagi caon apoteker yang akan berperan dalam pelayanan
kefarmasian dirumah. Sebagai tim kesehatan, apoteker juga mempunyai
tanggung jawap dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Dengan
menjamin kualitas aktivitas drug regimen review (telaah regimen obat)
aoteker dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas pasien secara
bermakna.
Telaah regimen obat adalah suatu proses yang dilakukan apoteker.
Sasarannya adalah menjamin hasil optimal dari terapi obat. Termasuk
didalamnya konsiderasi indikasi,efektifitas, keamanan dari setiap obat dan
ketaatan pasien dalam terapi obat. Peraan apoteker adalah
mengidentifikasi, memecahkan dan mencegah terjadinya masalah terkait
obat/Drug Related Problem (DRP) untuk dapat berperan dalam tim,
diperlukan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan tim
kesehatan lain, pasien dan keluarganya.
27
HOME PHARMACY CARE
I. INFORMASI PASIEN
1. Nama Ny. Endah Lestari
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Alamat Lengkap Jln. Sukun Gempol No.1 RT.07 RW. 09
Tanjungrejo Kota Malang
4. No. Telepon -
5. Umur 49 tahun
6. Berat Badan/Tinggi 63 kg/146 cm
Badan
7. Agama Islam
8. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
28
Efek samping yang muncul : Tidak ada
Lainnya : Gastritis
29
Kebiasaan Tidur Tidak pasti sesuai kondisi
Pola Kebersihan Pasien Keadaan rumah rapi dan bersih akan
tetapi lingkungan sekitar yang kurang
bersih.
30
VIII. DATA SWAMEDIKASI
Tersedia Kotak Obat di Rumah : Ya Tidak
31
3x1tab
setelah
makan)
Antasida Tablet PO Menurut 21-10 sudah gastritis Tidak Ada Menurut Tidak Ada efek
Doen etiket : habis Literatur : samping
diberikan 1 jam
Generik 3x1 menerut
sebelum makan
(Alumunium tablet dan dikunyah literatur :
Hydroxida konstipasida
200 mg dan n diare
Magnesium
Hydroxida
200 mg)
Vitamin B Tablet PO 3x1 Neurotoksisit 21-10 sudah suplem tidak ada diberika 1-2 tab - -
complex tablet as habis en sehari
Cimetidine Tablet PO 3x1 Heartburn 10-11 Masih gastritis Tidak ada Tidak ada Efek
tablet digunakan samping
menurut
literatur:
diare
Antasid Tablet PO 3x1 Tukak 10-11 Masih gastritis Tidak ada Menurut Tidak ada efek
DOEN tablet lambung digunakan Literatur : samping
diberikan 1 jam
menerut
sebelum makan
dan dikunyah literatur :
32
konstipasi
dan diare
X. RIWAYAT PENGOBATAN
Saat ini sedang menggunakan obat tertentu : Ya Tidak
33
Prednisolone 4 si sehari 3 x
mg 1 tab
setelah
makan
34
Omeprazole Sebaiknya antasida diminum ketika Omeprazole tidak
Antasida
dan antasida diberikan bersamaan mengatasi asam lambung pasien
35
Gastritis Pompa proton Inhibitor dirasakan oleh mual muntahnya bisa ditambahkan terapi
(PPI) pasien antiemetic (metoklopramid)
Anemia, Hasil pemeriksaan tekanan darah hanya diberikan terapi - diberikan terapi untuk anemianya misalnya
pusing pasien tinggi (110/70 mmHg), parasetamol. dengan sangobion
sering pusing, gemetar dikaki dan
tangan
36
PEMBAHASAN
1. Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa
dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi
dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal
dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan
mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang
terjadi yaitu gastritis akut dan kronik (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo, 2007).
2. Klasifikasi Klasifikasi gastritis (Mansjoer, 2001):
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel
inflamasi akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan
perdarahan. Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis
erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala
yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik
(Wibowo, 2007).
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi
(Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar
disertai hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung menjadi
tipis dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi
(Price dan Wilson, 2005)
3. Etiologi
37
Gastritis akut Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti
merokok, jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau
intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma
langsung (Muttaqin, 2011).
Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS (Indomestasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi
(Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung (Sagal, 2006). Hal tersebut menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Hal tersebut terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer (Jackson, 2006).
Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti
whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan
(Wibowo, 2007).
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun
dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan
Secondary syphilis (Anderson, 2007). Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi
virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan
Phycomycosis juga termasuk penyebab dari gastritis (Feldman,2001). Gatritis dapat
terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi
enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga
menimbulkan respons peradangan mukosa (Mukherjee, 2009). Terjadinya iskemia,
akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung, berhubungan
dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga
integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa
lambung (Wehbi, 2008).
Penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan makanan,
minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.
Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan
38
sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung (Price dan Wilson, 2005; Wibowo, 2007).
Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang diproduksi
di dinding lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung dari faktor yang
dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung, pepsin, asam empedu,
enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori, OAINS, alkohol dan radikal bebas
(Greenberg, 2002).
Gastritis kronik Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui,
tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).
Gastritis infeksi Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori
merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi Helicobacter pylori diketahui
sebagai penyebab tersering terjadinya gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson,
2005).
Infeksi lain yang dapat menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter
heilmannii, Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi,
2008). b. Gastritis non-infeksi 1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua
(Jackson, 2006).
40
setelah makan (Goodman&Gilman, 2012). Antasida yang biasa digunakan adalah
garam alumunium dan magnesium. Contoh seperti alumunium hidroksida (biasanya
campuran Al(OH)3 dan alumunium oksidahidrat) atau magnesium hidroksida
(MgOH2) baik tunggal ataupun dalam bentuk kombinasi. Garam kalsium yang dapat
merangsang pelepasan gastrin maka penggunanaan antasida yang mengandung
kalsium seperti pada Kalsium bikarbonat (CaCO3) dapat menyebabkan produksi
tambahan. Absorbsi natrium bikarbonat (NaHCO3) secara sistemik dapat
menyebabkan alkalosis metabolik sementara. Oleh karena hal tersebut, antasida
tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang (Mycek, 2001).
Dosis antasida yang diberikan sebanyak 3x500-1000 mg/hr (Kementrian
Kesehatan RI, 2014). Antasida dapat diminum saat menjelang tidur, pagi hari dan
diantara waktu makan (Depkes, 2007). Obat ini memiliki 2 bentuk sediaan yaitu
antasida DOEN I dan DOEN II. Antasida DOEN I terdiri dari kombinasi alumunium
hidroksida 200 mg dan magnesium hidroksida 200 mg adalah tablet kunyah,
sedangkan antasida DOEN II kombinasi dari alumunium hidroksida 200 mg/5 ml
dan magnesium hidroksida 200 mg/5 ml adalah suspensi (Depkes, 2008).
Golongan obat ini dalam pengkonsumsiannya memang harus dikunyah
terlebih dahulu, hal ini untuk meningkatkan kerja obat dalam menurunkan asam
lambung (Oktora, 2011). Efek samping dari obat antasida bervariasi tergantung zat
komposisinya. Alumunium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi, sedangkan
magnesium hidroksida dapat menyebabkan diare. Kombinasi keduanya dapat
membantu menormalkan fungsi usus. Selain menyebabkan alkalosis sistemik,
natrium bikarbonat melepaskan CO2 yang dapat menimbulkan sendawa dan
kembung (Mycek, 2001).
b. H2 Bloker
Meskipun antagonis histamin reseptor H2 menghambat histamin pada semua
reseptor H2 namun penggunaan klinis utamanya ialah sebagai penghambat sekresi
asam lambung (Mycek, 2001). Penggunaan obat antagonis reseptor H2 digunakan
untuk menghambat sekresi asam 22 lambung yang dikatakan efektif bagi
menghambat sekresi asam nokturnal. Strukturnya homolog dengan histamin.
Mekanisme kerjanya secara kompetitif memblokir perlekatan histamin pada
reseptornya sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam
lambung. Inhibisi bersifat reversibel (Finkel, 2009).
Empat macam obat yang digunakan yaitu simetidin, ranitidin, famotidin dan
41
nizatidin. Simetidin dan antagonis H2 lainya diberikan secara per-oral,
didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh dan diekskresikan dalam urin dengan
waktu paruh yang singkat. Ranitidin memiliki masa kerja yang panjang dan lima
sampai sepuluh kali lebih kuat. Efek farmakologi famotidin sama dengan ranitidin,
hanya 20−50 kali lebih kuat dibandingkan dengan simetidin dan 3−20 kali lebih kuat
dibandingkan ranitidin. Efek farmakologi nizatidin sama seperti ranitidin, nizatidin
dieliminasi melalui ginjal dan sedikit yang terjadi metabolisme (Mycek, 2001).
Dosis terapeutik yang digunakan adalah Simetidin 2x400 mg/800 mg malam
hari, dosis maintenance 400 mg. Ranitidin 300 mg malam hari, dosis maintenance
150 mg. Nizatidin 1x300 mg malam hari, dosis maintenance 150 mg. Famotidin
1x40 mg malam hari, Roksatidin 2x75 mg atau 1x150 mg malam hari, dosis
maintenance 75 mg malam hari (Finkel, 2009). Konsumsi obat antagonis reseptor
H2 pada malam hari dikarenakan lambung relatif kosong dan peningkatan pH akan
23 mempercepat penyembuhan penyakit tukak lambung (Anonim, 2014, Oktora,
2011). Efek samping simetidin biasanya ringan dan hanya terjadi pada sebagian kecil
pasien saja sehingga tidak memerlukan penghentian pengobatan. Efek samping yang
sering terjadi adalah sakit kepala, pusing, diare dan nyeri otot. Efek samping saraf
pusat seperti bingung dan halusinasi terjadi pada lanjut usia. Simetidin memiliki efek
endokrin karena obat ini bekerja sebagai antiandrogen nonsteroid. Efek ini berupa
ginekomastia, galaktorea dan penurunan jumlah sperma (Mycek, 2001).
c. Proton Pump Inhibitor
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H +ATPase (pompa
proton) yang akan memecah K+H +ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk
mengeluarkan asam HCl dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. PPI
mencegah pengeluaran asam lambung dari sel kanalikuli, menyebabkan
pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangi aktifitas faktor agresif pepsin
dengan pH >4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh regimen triple drugs (Finkel,
2009).
Pada dosis standar baik lansoprazol atau omeprazol menghambat sekresi asam
lambung basal dan sekresi karena rangsangan lebih dari 90%. Penekanan asam
dimulai 1−2 jam setelah dosis pertama 24 lansoprazol dan lebih cepat dengan
omeprazol. Penelitian klinis sampai saat ini menunjukkan bahwa lansoprazol dan
omeprazol lebih efektif untuk jangka pendek dibandingkan dengan antagonis H2.
Omeprazol digunakan dengan berhasil bersama obat-obat anti mikroba untuk
42
mengeradikasi kuman H. pylori (Mycek, 2009).
Omeprazol dan lansoprazol berupa tablet salut enterik untuk melindunginya
dari aktivasi prematur oleh asam lambung. Setelah diabsorbsi dalam duodenum, obat
ini akan dibawa ke kanalikulus dari sel perital asam dan akan diubah menjadi dalam
bentuk aktif. Metabolit obat ini diekskresikan dalam urin dan feses (Mycek, 2001).
Dosis omeprazol 2x20 mg atau 1x40 mg, lansprazol/pantoprazol 2x40 mg atau 1x60
mg (Finkel, 2009). Sediaan omeprazol adalah kapsul. Saat mengonsumsi omeprazol,
kapsul harus ditelan utuh dengan air (kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau
dihancurkan). Sebaiknya diminum sebelum makan. Minum obat 30-60 menit
sebelum makan, sebaiknya pagi hari (Anonim, 2012., Oktora, 2011).
Efek samping omeprazol dan lansoprazol biasanya dapat diterima baik oleh
tubuh. Namun dalam penggunaan jangka panjang, obat tersebut dapat meningkatkan
insidensi tumor karsinoid lambung yang kemungkinan berhubungan dengan efek
hiperklorhidria yang berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder (Mycek, 2001).
d. Sukralfat
Adanya kerusakan terinduksi asam, hidrolisis termediasi pepsin terhadap protein
mukosa berperan dalam erosi dan ulserasi mukosa. Proses ini dapat dihambat oleh
polisakarida tersulfatasi. Suklarfat terdiri atas oktasulfat dari sukrosa yang telah
ditambahkan Al(OH)3. Mekanisme kerja suklarfat dengan melapisi lambung dengan
berubah menjadi jus atau pasta yang kental dan lengket yang dapat menempel pada sel-
sel epitel. Selain menginhibisi hidrolisis protein mukosa oleh pepsin, suklarfat memiliki
efek sitiprotektif tambahan, termasuk stimulasi produksi lokal prostaglandin dan faktor
pertumbuhan epidermis.
Efek samping paling umum dari suklarfat adalah konstipasi (2%). Suklarfat harus
dihindarkan dari pasien dengan gagal ginjal yang beresiko kelebihan alumunium.
Suklarfat membentuk lapisan kental didalam lambung yang dapat menghambat absorbsi
obat-obat lain sehingga suklarfat di berikan 2 jam setelah pemberian obat lain
(Goodma&Gilman, 2012).
TINJAUAN OBAT
1. OMEPRAZOLE
43
Nama obat OMEPRAZOLE
Struktur
Absorption: Rapid
44
Interaksi Atazanavir: PPI dapat mengurangi absorbsi Atazanavir
Struktur
Farmakokinetik Onset of action: Peak effect (route dependent): Oral: 1-2 hours;
I.M.: 4-8 days; Intra-articular: 1 week; methylprednisolone sodium
succinate is highly soluble and has a rapid effect by I.M. and I.V.
routes
Duration (route dependent): Oral: 30-36 hours; I.M.: 1-4 weeks;
Intra-articular: 1-5 weeks; methylprednisolone acetate has a low
45
solubility and has a sustained I.M. effect
Distribution: Vd: 0.7-1.5 L/kg
Half-life elimination: 3-3.5 hours; reduced in obese
Excretion: Clearance: Reduced in obese (DIH ed 17)
Interaksi Acetylcholinesterase Inhibitors, Antacids (May decrease the
bioavailability of Corticosteroids)
3. COTRIMOKSAZOLE
Nama obat COTRIMOKSAZOLE
Struktur
46
Dosis ISK, Shigellosis, Otitis Media Akut
DEWASA: PO 160 mg TMP / 800 mg SMZ q 12 jam selama 10-
14 hari dan 5 hari untuk shigellosis
Pneumocystis Carinii Pneumonitis
DEWASA: PO 20 mg / kg TMP / 100 mg / kg SMZ setiap hari
dalam dosis terbagi q 6 jam selama 14 hari.
Diare di Traveller
DEWASA: PO 160 mg TMP / 800 mg SMZ q 12 jam selama 5
hari
Eksaserbasi Bronkitis Kronis
DEWASA: PO 160 mg TMP / 800 mg SMZ q 12 jam selama 14
hari.
( A to Z Drug Facts )
47
Phenytoin: Trimethoprim dapat menghambat metabolisme
fenitoin atau hidantoin lainnya.
Procainamide: Trimethoprim dapat menghambat eliminasi ginjal
dari procainamide dan metabolitnya.
Sulfonylureas: Dapat meningkatkan respons hipoglikemik
terhadap sulfonilurea karena perpindahan dari tempat pengikatan
protein atau penghambatan metabolisme hati. (A to Z Drug Facts)
4. Antasida
Nama obat Antasida DOEN
Dosis
dewasa : sehari = 3-4 kali 1-2 tablet
anak : 6-12th sehari = 3-4 kali ½-1 tablet
Administrasi Diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan
menjelang tidur, sebaiknya tablet di kunyah terlebih dahulu
Mekanisme
kerja Mekanisme kerja utamanya adalah mengurangi keasaman intra
lambung (Katzung edisi 12, 2012) dengan cara meningkatkan pH
lumen lambung, peningkatan tersebut meningkatkan kecepatan
pengosongan lambung, sehingga efek antasida menjadi pendek (at a
glance, hal 31).
Farmakokinetik Ekskresi : alumunium yang terabsorpsi dieliminasi di urin
Sedikit di absorpsi dalam usus – OH , -CO3 phospat dan derivat
asam lemak di eksresi melalui feses.
MgOH yang terabsorpsi ( sampai dengan 30% ) di eliminasi melalui
urin , yang tidak terabsorpsi diekskresi melalui feses
Mula kerja bagi kedua obat diatas cukup cepat, tetapi lama kerja
bervariasi tergantung apakan antasida diminum setelah atau sesudah
makan.
Jika antasida diminum setelah makan, maka kerjanya bisa mencapi 3
48
jam karena makanan dapat memperlambat pengososngan lambung.
interaksi ACE Inhibitor : Antasida dapat menurunkan konsentrasi serum ACE
Inhibitor . Risiko C : Terapi Memantau
Allopurinol : Antasida dapat menurunkan penyerapan allopurinol .
Risiko D : Pertimbangkan modifikasi terapi
Asam askorbat: Dapat meningkatkan penyerapan Aluminium
Hidroksida. Risiko D: Pertimbangkan modifikasi terapi
Atazanavir: Antasida dapat menurunkan penyerapan atazanavir.
Risiko D: Pertimbangkan modifikasi terapi
Bisacodyl: Antasida dapat mengurangi efek terapeutik bisacodyl.
Antasida dapat menyebabkan tertunda-release tablet bisacodyl untuk
melepaskan obat sebelum mencapai usus besar. iritasi lambung dan /
atau kram dapat terjadi. Risiko D: Pertimbangkan modifikasi terapi
Cefuroxime: Antasida dapat menurunkan konsentrasi serum
cefuroxime. Risiko C: Terapi Memantau
Efek samping
diar konstipasi, mual, muntah (ISO volume 48 : 463)
Kontraindikasi penderita dengan gangguan fungsi ginjal berat, karena dapat
menimbulkan hipermagnesia (kadar magnesium dalam darah
meningkat) (ISO volume 48 : 463)
5. Vitamin B kompleks
Nama obat vitamin B kompleks
Dosis
Anemia Defisiensi Obat atau Neuritis
DEWASA: PO / IM / IV 100 sampai 200 mg / hari selama 3 minggu;
ikuti dengan 25 sampai 100 mg / hari.
Sakit saraf
DEWASA: PO / IM / IV 50 sampai 200 mg / hari.
Vitamin B6 Dependency Syndrome
49
DEWASA: PO / IM / IV 600 mg, diikuti 30 mg / hari seumur hidup.
Ketergantungan telah dicatat pada orang dewasa yang diberikan 200
mg / hari. BAYI PYRIDOXINE-DEPENDENT: IM / IV 10 sampai
100 mg, diikuti 2 sampai 100 mg / hari.
Gangguan Metabolik
DEWASA: PO / IM / IV 100 sampai 500 mg / hari.
Keracunan Isoniazid (INH)
DEWASA & ANAK: IV 4 gm IV diikuti dengan 1 gm IM q 30 menit
sampai dosis piridoksin sama dengan dosis INH telah diberikan.
Administrasi diminum secara oral tanpa dikunyah (A to Z drug Facts)
Mekanisme
kerja piridoxin di konversi menjadi bentuk aktif vitamin yang bekerja
sebagai koenzim dalam variasi reaksi yang luas dalam
intermediatory metabolism
Farmakokinetik absorpsi : diabsorpsi cepat dari saluran GI pada pemberian peroral
distribusi : vitamin B6 disimpan terutama dalam hepar dengan
jumlah yang lebih sedikit dalam otot dan otak
metabolism : melalui 4-pyridoxine acid (bentuk aktif) dan
metabolisme lain
eliminasi : t1/2 pyrdoxin 15-20 hari, dalam hepar piridoxin
dioksidasi menjadi 4-asam piridoksin yang di ekskresi di hati
interaksi sikloserin, INH, hidralazin, kontrasepsi oral, penisilinamin :
meningkatkan kebutuhan piridoksin
levodopa : menurunkan efek levodopa
fenitoin : level fenitoin dalam serum akan menurun
fenobarbital : menurunkan konsentrasi serum fenobarbital
altretamin : menurunkan aktifitas altretamin
Efek samping
6. PARACETAMOL
Nama obat Paracetamol
50
Struktur
Dosis
Dewasa: po 325 sampai 650 mg prn q 4 sampai 6 jam atau 1 g 3
sampai 4 kali / hari. jangan melebihi 4 g / hari. anak: po 10 sampai
15 mg / kg dosis prn q 4 sampai 6 jam; tidak melebihi 5 dosis / 24
jam (A to Z drug facts)
Administrasi Diminum dengan air setelah makan
Mekanisme
kerja Menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-
inflamasi di pinggiran; mengurangi demam melalui tindakan
langsung pada pusat pengatur panas hipotalamus. (A to Z drug
facts)
Efek samping
Hema: anemia hemolitik; neutropenia; leukopenia; pansitopenia;
trombositopenia . Hepa: jaundice. lain: hipoglikemia; erupsi kulit
alergi atau demam ( A to Z drug facts)
Kontraindikasi terhadap asetaminofen atau komponen rumusan ( DIH )
51
7. METHAMPYRON
Nama obat neuropyron
Indikasi meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh neuritis dan neuralgia,
terutama pada keadaaan rasa sakit yang benat
Struktur
Dosis
1 tablet 3 kali sehari
Administrasi Diminum dengan air setelah makan
Mekanisme
kerja Menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-
inflamasi di pinggiran; mengurangi demam melalui tindakan langsung
pada pusat pengatur panas hipotalamus. (A to Z drug facts)
Efek samping
reaksi hipersensitifitas : reaksi pada kulit misalnya kemerahan
agranulositosis
Kontraindikasi penderita hipersensitifitas. bayi dibawah umur 6 bulan. wanita hamil
dan menyusui. penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg
52
8. CIMETIDINE
Nama obat cimetidine
Dosis
Ulkus Duodenal (Aktif)
DEWASA: PO 800 mg pada waktu tidur selama 4 sampai 6 minggu.
ALTERNATE REGIMENS PO 300 mg qid w / makan dan menjelang
tidur atau 400 mg tawaran. MAINTENANCE THERAPY PO 400 mg
pada waktu tidur
Ulser lambung jinak aktif
DEWASA: PO 800 mg pada waktu tidur.
Penyakit Gastroesophageal Reflux
DEWASA: PO 1600 mg sehari dalam dosis terbagi (800 mg atau 400
mg) selama 12 minggu, walaupun beberapa pasien mungkin
memerlukan terapi kronis.
Kondisi Hipersekresi Patologis
DEWASA: PO 300 mg qid w / makan dan menjelang tidur. Jika
diperlukan, dosis 300 mg dapat diberikan lebih sering (maksimum
2400 mg / hari).
Mekanisme
kerja Secara reversibel dan kompetitif menghambat histamin pada reseptor
H2, terutama pada sel parietal gastrik, yang menyebabkan
penghambatan sekresi asam lambung. (A to Z drug facts)
Efek samping
Sistem saraf pusat: Sakit kepala (2% sampai 4%), pusing (1%),
mengantuk (1%)
Endokrin & metabolik: Ginekomastia (<1% sampai 4%)
Gastrointestinal: Diare (1%) ( DIH )
53
Kontraindikasi terhadap simetidin, komponen formulasi, atau antagonis H2 lainnya
(DIH)
interaksi Antasida, antikolinergik, metoklopramid: Dapat menurunkan
penyerapan simetamin.
Benzodiazepin, kafein, calcium channel blocker, carbamazepine,
chloroquine, labetalol, lidokain, metoprolol, metronidazol, moricizine,
pentoxifylline, fenitoin, propranolol, quinidine, quinine, sulfonylureas,
teophyllines, triamterene, antidepresan trisiklik, warfarin: simetidin
dapat mengurangi metabolisme dan meningkatkan serum. konsentrasi
dan efek farmakologis / toksik obat ini.
Carmustine: toksisitas sumsum tulang dapat ditingkatkan.
Merokok: Efek simetid yang terbalik terhadap penekanan sekresi
lambung nokturnal.
Garam ferrous, indometasin, flukonazol, ketokonazol, tetrasiklin:
simetidin dapat menurunkan penyerapan obat ini.
Hydantoins: Tingkat hidantoin bisa meningkat. Analgesik narkotika:
Efek toksik (misalnya, depresi pernapasan) dapat meningkat.
Procainamide: Tingkat prokainamid dan metabolit aktifnya dapat
meningkat.
Tocainide: simetidine dapat menurunkan efek farmakologis tocainide
( A to Z )
54
KIE YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN
1. FARMAKOLOGI
Penggunaan omeprazole: diminum 30 menit sebelum makan, kapsul tidak boleh
dibuka, dirobek atau dikunyah.
Penggunaan antibiotik: diminum tiap 12 jam dan dihabiskan
Penggunaan antasida doen diminum 1 jam sebelum makan dan dikunyah.
Efek samping omeprazole dapat menyebabkan pusing dan mual akan tetapi efek
sampingnya jarang.
Penggunaan asmef dianjurkan makan terlebih dahulu
2. NON FARMAKOLOGI
- Omeprazole memiliki efek samping diare dan konstipasi sehingga pola makan
makanan yang berserat diseimbangkan
- Hindari makanan yang asam –asam yang dapat memperparah kondisi lambung
(mannga , jeruk, dll)
- Hindari makanan penurun darah seperti timun
- Istirahat yang cukup,makan yang teratur dengan gizi yang seimbang,cukup minum
air.
DOKUMENTASI
55
Sungai dekat rumah (gang sebelah kanan : gang menuju rumah Ny. E)
56
Lingkungan depan rumah (sebelum naik tangga)
57
Teras rumah
58
Rumah tampak depan (2)
Ruang tamu
59
Kamar mandi
60
Pemeriksaan Fisik
61
Foto bersama (2)
62