You are on page 1of 36

ANALISA KEBUTUHAN

PEMBIAYAAN

SETIABUDI
ANALISA PENENTUAN
PLAFOND PEMBIAYAAN
Cara mengevaluasi kebutuhan pembiayaan berdasarkan
jenisnya yang lazim dibiayai dibagi menjadi:

• Untuk Modal Kerja Tetap (non seasonal) dan Musiman/seasonal (Peningkatan


Piutang dan Persediaan)
• Untuk Investasi (Peningkatan Aktiva Tetap)
• Pembiayaan konsumtif (consumer financing)*

Adapun alat yang dapat dipergunakan untuk


mengevaluasi kebutuhan pembiayaan untuk modal kerja
tetap dan musiman dapat menggunakan
pendekatan/metode:

• Metode Quick & Dirty Approach


• Sustainable Growth Rate Model
• Cash Flow Analysis
• Cash Ratio & Disposible Approach*
METODE QUICK & DIRTY APPROACH

• Cara menganalisis kebutuhan modal kerja yang secara


cepat dapat dilakukan untuk menetapkan plafond
pembiayaan dari satu nasabah adalah dengan
menggunakan konsep asset working capital turnover
period yaitu perputaran modal kerja dimulai dari saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja seperti
persediaan, piutang sampai menjadi kas kembali.
CONTOH SOAL
• PT INSAN MUDA mempunyai kondisi
keuangan seperti di bawah ini, perusahaan ini
mengajukan pembiayaan modal kerja ke bank
untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan
sebesar 30% ditahun 2002, dengan plafond
sebesar Rp5.000.000.000,-
Laporan Keuangan PT Insan Muda
Keterangan Uraian Nominal

Tahun 2001 (Rp.000,-)

Neraca Kas dan bank 4.262.180

Surat berharga 613

Piutang usaha 12.024.588

Persediaan 1.286.562

Uang muka biaya 8.737.424

Biaya dibayar di muka 3.472.497

Aktiva lancer 30.396.251

Aktiva tetap 13.640.292

Penyertaan 4.604.304

Aktiva lain2 13.999.849

Total Aktiva 62.640.696


Laporan Keuangan PT Insan Muda
Neraca Utang dagang 2.660.821

Utang lancar lain 7.811.821

Utang bank jatuh tempo 1 thn 7.700.168

Utang lancer 18.172.271

Utang jangka panjang 23.640.519

Modal 17.157.552

Laba tahun berjalan 3.670.354

Total Pasiva 62.640.696


Laporan Keuangan PT Insan Muda
Laba Rugi Penjualan 54.748.743

Harga pokok penjualan 42.686.254

Biaya umum & administrasi 3.663.096

Laba operasi 8.399.393

Biaya2 lain 5.977.254

Pendapatan lain2 1.248.215

Laba sebelum pajak 3.670.354


JAWABAN
• Days Receivable (DR) = Piutang/Penjualan x 360 hari
= 12.024.588/54.748.743 x 360
= 79 hari

• Days Inventories (DI) = Persediaan/HPP x 360 hari


= 1.286.562/42.686.254 x 360
= 11 hari

• Days Payable (DP) = Hutang dagang/HPP x 360 hari


= 2.660.821/42.686.254 x 360
= 22 hari

• Cash to cash period = DR + DI – DP = 79 + 11 – 22 hari


= 67 hari
JAWABAN
• Proyeksi penjualan dengan pertumbuhan 30% adalah
= Rp54.748.743,- x 130%
= Rp71.173.365,-

• Kebutuhan pembiayaan dalam tahun 2002 dapat dihitung sebagai berikut:


= 67/360 x Rp71.173.365,-
= Rp13.246.154,-

• Sementara modal kerja yang sudah ada yaitu Net Working Capital (aktiva lancar –
utang lancar) adalah:
= Rp30.396.251 – Rp18.172.271
= Rp12.223.980,-

• Sehingga pembiayaan yang layak diberikan kepada nasabah adalah:


= Rp13.246.154 – Rp12.223.980
= Rp1.022.174,-
SUSTANAINABLE GROWTH RATE MODELS

• Konsep dasarnya adalah “Dalam dunia bisnis, untuk menghasilkan tambahan


volume/nilai penjualan diperlukan adanya tambahan dana untuk investasi
dalam piutang, persediaan maupun aktiva tetap.”

• Kegunaan model ini dapat dipakai untuk:

1. Menentukan besarnya kebutuhan/plafond pembiayaan dari nasabah


2. Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan
pembiayaan oleh nasabah (monitoring pembiayaan).
DEFINISI
• Sustainable Growth Rate (SGR) didefinisikan sebagai
“tingkat pertumbuhan nilai penjualan yang diikuti dengan
tingkat struktur modal (capital structure) yang stabil yang
diharapkan tidak akan menimbulkan problem keuangan
bagi perusahaan yang bersangkutan, sehingga dapat
dikatakan bahwa sustainable growth rate merupakan
tingkat pertumbuhan penjualan yang seimbang”.
PRINSIP
• Untuk merealisasikan volume/nilai penjualan, diperlukan
adanya aktiva (asset) dan kemampuan aktiva untuk
menghasilkan nilai penjualan, ini dinyatakan sebagai capital
output ratio.

• Dengan capital output yang konstan, tambahan nilai


penjualan akan bisa direalisasikan bila ada tambahan aktiva.

• Tambahan sisi aktiva sebagai pemakai dana (uses of funds)


akan terjadi bila ada tambahan sisi pasiva sebagai dana
(sources of funds).

• Penyedia dana dapat berasal dari modal maupun utang.


BESARNYA SGR DIPENGARUHI :
– Tingkat Capital Output Ratio, yaitu kemampuan aktiva untuk
menghasilkan nilai penjualan yang dihitung dengan membagi aktiva
dengan penjualan. Besarnya Capital Output Ratio akan menentukan
besarnya aktiva yang diperlukan untuk menghasilkan nilai penjualan
tertentu.

– Tingkat Net Profit Margin (keuntungan setelah pajak)

– Kebijakan deviden (devidend policy), yang akan menentukan


besarnya Devidend Payout Ratio (rasio deviden yang dibagi terhadap
keuntungan setelah pajak) dan Retention Ratio (rasio laba ditahan
terhadap keuntungan setelah pajak). Retention ratio akan
menentukan besarnya tambahan equity di sisi pasiva.

– Tingkat Debt to equity Ratio (rasio utang terhadap modal sendiri


yang diinginkan optimal)
NOTASI UTK FAKTOR2 YG MEMPENGARUHI SGR :

• pm = tingkat keuntungan setelah pajak (net profit margin)

• dp = rasio pembayaran deviden terhadap keuntungan setelah pajak (deviden


payout ratio), sehingga 1 – dp adalah merupakan rasio keuntungan setelah pajak
yang ditahan (retention ratio).

• de = rasio utang terhadap kekayaan sendiri (debt to equity ratio)

• co = jumlah aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan (capital output


ratio/aktiva dibagi penjualan)

• es = nilai penjualan pada tahun sebelumnya (exsisting sales)

• as = tambahan nilai penjualan (additional sales) untuk tahun ini.


BERDASAR NOTASI DIATAS, MAKA :

• pm(es + as)(1 – dp) adalah merupakan tambahan modal


sendiri.

• (pm(es + as)(1 – dp))de adalah merupakan tambahan


hutang

• as(co) adalah merupakan tambahan aktiva yang diperlukan


RUMUS
• Sustainable Growth Rate (SGR) = pm(1-dp)(1+de)
co-(pm(1-dp)(1+de))

• Formula di atas didasarkan atas asumsi bahwa:

1. Keadaan yang akan datang diperkirakan sama dengan keadaan tahun-


tahun sebelumnya, sehingga “co” dianggap konstan.
2. Tidak ada perubahan kebijaksanaan perusahaan di sektor keuangan
sehingga “de” dianggap konstan.
3. Pembiayaan modal sendiri harus berasal dari laba yang ditahan, tidak ada
pembiayaan modal sendiri yang berasal dari pengeluaran saham baru
RUMUS
• SGR = ((eo + e1 – dRp)(1 + de)(at) x (1/es)) – 1
1-(pm(1+de)at)

• eo = modal sendiri awal/tahun ebelumnya


• e1 = modal sendiri yang berasal dari pengeluaran saham baru
• dRp = deviden dalam rupiah
• at = perputaran aktiva (asset turn over), yang merupakan kebalikan dari “co”.

• Rumus diatas dpakai bila ada perubahan kondisi ekonomi yang mengakibatkan:

1. perubahan efisiensi (co)


2. perubahan kebijaksanaan di sektor keuangan, seperti perubahan leverage yang
mengakibatkan perubahan tingkat (de), perubahan kebijakan pembagian deviden yang
mengakibatkan perubahan (1 – dp) dan pengeluaran saham baru atau penarikan saham lama
yang beredar, yang mengakibatkan perubahan sektor pembiayaan. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya SGR yang lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan yang
sebenarnya (actual growth). Bila hal ini terjadi, maka
CONTOH SOAL
HITUNG SGR DARI LAPKEU BERIKUT :

Penjualan Rp 1.375.000

Keuntungan setelah pajak Rp 275

Keuntungan yang dibagikan sebagai deviden Rp 82.5

Aktiva lancar Rp 700

Aktiva tetap neto Rp 950

Total Aktiva Rp 1.650.000

Utang lancar Rp 400

Utang Bank Jk Panjang Rp 500

Modal sendiri Rp 750

Total Pasiva Rp 1.650.000


JAWABAN
• pm = 275.000/1.375.000 = 0,20

• dp = 82.500/275.000 = 0,30

• de = (400.000 + 500.000)/750.000 = 1,20

• co = 1.650.000/1.375.000 = 1,20

• Sustainable Growth Rate (SGR) = pm(1-dp)(1+de)


co – pm(1 – dp)(1 + de)

= 0,20(1 – 0,30)(1 + 1,20)


1,20 – 0,20(1 – 0,30)(1 + 1,20)

= 0,3452 atau 34,52%

Kesimpulan:
• Tingkat pertumbuhan nilai penjualan yang seimbang yang diikuti oleh struktur
modal yang stabil adalah 34,52%
Penggunaan Sustainable Growth Rate sebagai dasar Penentuan
Besarnya Plafond Pembiayaan

• Penggunaan SGR untuk penentuan besarnya plafond pembiayaan, maka kita


kembali ke konsep dasar berikut asumsinya yaitu
1. Tingkat efisiensi sama seperti tahun sebelumnya (Co konstan)
2. Kebijaksanaan perusahaan di sektor keuangan (struktur modal dan pembayaran
deviden/pengambilan prive) tidak berubah. Maka untuk meningkatkan
volume/nilai penjualan diperlukan adanya tambahan aktiva.
3. Tambahan aktiva akan dapat dipenuhi bila ada tambahan modal dan tambahan
hutang yang harus tetap menjamin kestabilan struktur kapitalnya.

• Dengan konsep dasar tersebut, maka setiap ada tambahan hutang harus diikuti
dengan adanya tambahan modal sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap adanya
tambahan modal sendiri, maka secara langsung akan dapat berpengaruh pada
tambahan borrowing capacity yaitu kemampuan mendapat tambahan
pembiayaan.
CONTOH PERHITUNGAN
• Masih dengan contoh di atas, Direktur PT ABC mengajukan pembiayaan ke Bank
sebesar Rp300.000,-. Tambahan pembiayaan yang layak diberikan dengan SGR
Models dapat dijelaskan sebagai berikut.

• Tambahan penjualan = 34,52% x 1.375.000 = 474.775,78

• Tambahan aktiva yang diperlukan = 474.775,78 x 1,20


= 569.730,94

• Tambahan equity = 0,20(1.375.000 + 474.775,78)(1 – 0,30)


= 258.968,60

• Tambahan Hutang = 569.703,94 – 258.968,60


= 310.762,33
CONTOH PERHITUNGAN
• Tambahan total utang yang diperlukan sebesar Rp.310.762,33. Bila proposi utang
lancar terhadap penjualan dapat dipertahankan, maka besarnya kebutuhan
plafond pembiayaan dari bank dapat dihitung sebagai berikut.

• Tambahan Hutang Lancar = 400.000/1.375.000 x 474.775,78


= 138.116,59

• Tambahan total Hutang yang diperlukan = 310.762,33

• Tambahan pembiayaan bank = 310.762,33 – 138.116,59


= 172.645,74

• Dari perhitungan di atas, tambahan maksimum pembiayaan yang layak diberikan


pada PT ABC adalah sebesar Rp172.645,74 atau dibulatkan Rp173.000,-.
Penggunaan Sustainable Growth Rate sebagai dasar Monitoring
Pembiayaan

• Dari contoh soal di atas, setelah pembiayaan sebesar Rp173.000,- diberikan pada
PT ABC, pihak bank dapat melakukan pemantauan dengan melihat actual growth
rate (tingkat penjualan yang sebenarnya), besarnya capital output ratio, debt to
equtity ratio, devidend payout ratio.

• Bila actual growth rate lebih kecil dari sustainable growth rate, maka ada indikasi
bahwa ada tambahan aktiva sebagai akibat adanya tambahan pasiva yang tidak
bisa menunjang pertumbuhan penjualan, yaitu tambahan kekayaan sendiri dan
tambahan hutang yang seharusnya dipergunakan untuk membiayai piutang,
persediaan atau aktiva lain sebagai penunjang pertumbuhan dipergunakan untuk
tujuan lain (side streaming)

• Dengan cara financial monitoring seperti ini akan dengan mudah kita dapat
menentukan apakah terjadi side streaming atas fasilitas pembiayaan yang telah
kita salurkan, sehingga tanda-tanda penyimpangan seperti ini dapat segera
diketahui dan dapat menghindarkan terhadap terjadinya pembiayaan macet.
CONTOH RUMUS SGR KE II
• Kemudian bagaimana bila terjadi perubahan asumsi dasar tersebut di atas. Misalnya, sebelum
memberikan pembiayaan, pihak bank telah berhasil membuat negosiasi dengan PT ABC bahwa: definisi
harus ditingkatkan sehingga (co) menjadi 1,15 atau (at) sebesar 0,869565 dan (pm) menjadi 21%. PT ABC
juga telah setuju untuk memperbaiki posisi struktur kapitalnya sehingga (de) menjadi 1,00 dengan syarat
bahwa tambahan total utang sepenuhnya harus dibiayai bank.

• Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, maka besarnya SGR dan plafond pembiayaan dari bank
dapat dihitung sebagai berikut.

• SGR = (750.000 – 82.500)(1+1,00)(0,8695665) x 1/1.375.000 – 1


1 – 0,21(1+1,00)(0,869565)
= 0,330011929 atau 33,00%

• Tambahan modal sendiri baru


= modal lama + pm(es)(as)(1 – dp)
= modal lama + pm(es)(as) – dp(pm)(es)(as)
= 750.000 + 0,21(1.375.000)(1,33) – 0,30(0,21)(1.375.000)(1,33)
= 1.018.826,25

• Total utang baru = 1,00 x 1.018.826,25 = 1.018.826,25


• Total utang lama = 900.000-
• Tambahan pembiayaan diperlukan 118.826,25

• Jadi, tambahan pembiayaan bank yang layak diberikan adalah sebesar Rp118.826,25 atau dibulatkan
menjadi Rp119.000,-
CASH FLOW ANALISYS
• Sedangkan cara yang paling baik dan sering dipergunakan untuk mengetahui kebutuhan
modal kerja pembiayaan nasabah adalah dengan pendekatan cash flow analysis, yang
dapat dijelaskan dalam contoh kasus sebagai berikut.

Contoh kasus
• PT Sumber Karja Pratama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
jasa konstruksi pembuatan menara (tower/antenna) untuk perusahaan di bidang
telekomunikasi seperti Telkom, Satelindo, Telkomsel, Mobilsel, Excelcomindo, radio, dll.
Ybs saat ini telah memiliki workshop untuk membuat menara/antenna berbagai tipe di
atas lahan seluas 3 ha di daerah Purwakarta. Adapun kondisi laporan keuangannya sbb.
LAPKEU PT SUMBER KARYA PRATAMA

Keterangan 1999 2000


Kas dan bank 65.753.000 1.075.000.000
Piutang usaha 850.180.409 801.500.000
Persediaan 901.063.150 501.260.300
Biaya dibayar di muka 1.131.125 1.742.520
Jumlah aktiva lancer 1.817.947.648 2.379.502.820
Aktiva tetap 13.829.734.459 16.045.294.333
Jumlah aktiva 15.647.682.143 18.424.797.153
Utang bank 0 1.650.000.000
Utang dagang 204.395.498 125.525.000
Biaya yg msh hrs dibayar 42.816.198 75.250.500
Utang pajak 4.428.744 6.255.200
Jumlah utang lancar 251.640.440 1.857.030.700
Modal disetor 13.250.000.000 13.250.000.000
Laba ditahan 1.688.371.862 2.146.041.703
Laba tahun berjalan 457.669.841 1.171.724.750
LAPKEU PT SUMBER KARYA PRATAMA

Keterangan 1999 2000

Penjualan & pendapatan 1.444.000.000 2.234.000.000

HPP 722.000.000 782.500.250

Biaya umum & adm. 264.330.159 279.775.000

Laba operasi 457.669.841 1.171.724.750


DATA2 & PERTANYAAN
• Ybs saat ini memperoleh order (kontrak terlampir) pembuatan tower tipe
DH-55 meter dari Satelindo sebanyak 100 unit untuk dipasang di wilayah
Indonesia dengan nilai proyek Rp. 32.287.897.900,-. Jangka waktu
pengerjaan maksimal proyek 12 bulan, dan masa pemeliharaan 6 bulan.
Diasumsikan bahwa kebutuhan biaya material proyek sebesar 50% dari
nilai proyek dan Ybs memperoleh uang muka dari Satelindo sebesar 20%
dari nilai proyek, maka berapa kebutuhan dana bank untuk dapat
menyelesaikan proyek tersebut dan berapa jangka waktu pembiayaannya
jika diproyeksikan keuntungan yang akan diperoleh sebesar 15% dari nilai
proyek, self equity 5% dari kebutuhan dana proyek, biaya umum dan
administrasi seperti dalam laporan keuangan eksisting, minimum saldo
kas akhir bulanan Rp.10.000.000,-, sementara cara pembayaran by
termyn sesuai progress seperti tercantum dalam kontrak.

• (Data terlampir)

• CARA MEMBUAT PROYEKSI CASH FLOW TERLAMPR


PENENTUAN PLAFOND PEMBIAYAAN INVESTASI
• Adapun alat yang bisa dipergunakan bank untuk mengevaluasi kebutuhan
pembiayaan untuk investasi menggunakan prinsip sbb.

1. Pertama bank harus mengetahui total kebutuhan dana untuk rencana


investasi nasabah.
2. Bank harus mengetahui berapa porsi modal sendiri (nasabah) yang akan
dipergunakan untuk investasi tersebut.
3. Selanjutnya dengan rumus: Total Kebutuhan Dana Investasi dikurangi
Modal Sendiri adalah merupakan kebutuhan dana yang bisa diperoleh
nasabah dari bank/kreditur lainnya.

• PEMBIAYAAN BANK = TOTAL KEBUTUHAN DANA – MODAL SENDIRI,


KEMUDIAN DIPERGUNAKAN PROYEKSI CASH FLOW ANALISYS
METODE

– Cash Ratio Approach

– Disposible Income Approach


Cash Ratio Approach
• Cara Menentukan Plafon Maximal Pembiayaan Nasabah
berdasarkan Ratio Angsuran Pembiayaan Terhadap
Pendapatan Nasabah (Take Home Pay)
• Misal => Angsuran Maximal = 40% x THP
• Pendapatan Calon Nasabah = Rp. 6 Juta, maka angsuran
Max = 40% x 6.000.000,- = Rp. 2.400.000,-
Disposible Income Approach

• Cara Menentukan Plafon Maximal Pembiayaan Nasabah berdasarkan


Ratio Angsuran Pembiayaan Terhadap Pendapatan Nasabah setelah
dikurangi dengan Biaya Hidup, angsuran & kebutuhan hidup lainnya.
• Misal => Angs. Maximal = 70% x Disposible Income
– Pendapatan Calon Nasabah = Rp. 6 Juta,
– Biaya Hidup dll = Rp. 2 juta,
– Maka Disposible Income = Rp. 4 juta
• Maka angsuran Max = 70% x 4.000.000,- =
Rp. 2.800.000,-
ANALISA PENENTUAN PLAFON PEMBIAYAAN MAXIMAL
Berdasarkan Repayment Capacity Existing

Misal : Pegawai Pemda


Gaji 5,000,000
Tunjangan2 1,000,000
Total Pendapatan 6,000,000
biaya Hidup 2,000,000
Disposible Income 4,000,000

Ratio Angs.Thd Disposible Income (70%) 2,800,000.00

Ratio Angs.Thd Pend. (Cash Ratio) (40%) 2,400,000.00


Menghitung Plafon Maximal

Angsuran = Pokok + (Pokok x Margin x Waktu(th)


waktu (bl)
Angsuran 2.800.000
Margin = 14% Eff => 8% Flat 8%
Jangka Waktu = 10 Th => 10
120 Bln 120

Pokok Pembiayaan
Hitung Plafon Maximal

2.800.000 = Pokok + (Pokok x 8% x 10)


120
2800000 X 120 = Pokok + 0,8 Pokok

1,8 Pokok = 336.000.000


1,80
Pokok = 186.666.667

Dibulatkan = 187.000.000
Hitung Plafon Maximal
2.400.000 = Pokok + (Pokok x 8% x 10)
120

2.400.000 X 120 = Pokok + 0,8 Pokok

1,8 Pokok = 288.000.000


1,80

Pokok = 160.000.000

Dibulatkan = 160.000.000

You might also like