You are on page 1of 7

A Aoetpah, S.Ghunu, T.O.

Dami Dato, Retensi Nitrogen Kambing Kacang yang diberikan Ransum Rumput Lapang dan
Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

RETENSI NITROGEN KAMBING KACANG YANG DIBERIKAN RANSUM RUMPUT LAPANG


DAN DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) PADA LEVEL BERBEDA

A. Aoetpah*, S. Ghunu, T.O. Dami Dato**

ABSTRACT

A study was conducted to measure nitrogen retention of kacang goats fed native grass and calliandra leafs.
Experimental design was using block completely randomized design with 4 types of rations as treatments
and 4 blocks of goats as replications. The blocks or replications were based on live body weight of goats (16
heads; average body weight 13.81 kg) at the start of the study. The treatments are R0 = 100% native grass
(control), R1 = 80% native grass + 20% calliandra leafs, R2 = 60% native grass + 40% calliandra leafs or
R3 = 40% native grass + 60% calliandra leafs. Data was analyzed by using analyses of variance (ANOVA).
Difference among treatments was examined with Duncan’s multiple range tests. Analyses of variance
showed that treatments were significantly (P<0.05) affect nitrogen retention. Nitrogen retention increased
as the level of calliandra leafs was increased. The highest nitrogen retention (3.32) was recorded from R3
followed by R2 (2.67), R1 (2.15) and R0 (1.17). Duncan’s multiple range test showed that there is a
significant difference (P<0.01) between R3 and R0. Between R2 and R0 there is a significant difference
(P<0.05). Among other treatments there are no differences. It can be concluded that supplementation of
fresh calliandra leafs up to 60 % on goats fed with basal feed of native grass can increase nitrogen
retention. A suggestion could be to conduct another study with level of calliandra leafs between 40 and 60%
to find an optimum level.
Key words: nitrogen retention, kacang goats, native grass, calliandra

ABSTRAK
Suatu penelitian untuk mengukur retensi nitrogen (nitrogen tertinggal) pada kambing kacang yang diberi ransum
rumput lapangan dan daun kaliandra dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok (RALB)
dengan 4 macam perlakuan ransum dan 4 blok ternak kambing (16 ekor; rerata bobot badan 13,81 kg) berdasarkan
berat badan awal sebagai ulangan. Perlakuan ransum yang diuji adalah R0 = 100% rumput lapangan (kontrol), R1 =
80% rumput lapangan + 20% daun kaliandra, R2 = 60% rumput lapangan + 40% daun kaliandra dan R3 = 40% rumput
lapangan + 60% daun kaliandra. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Perbedaan
antara perlakuan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi nitrogen. Retensi nitrogen meningkat sesuai penambahan level daun
kaliandra dengan tertinggi (3,32) tercatat pada R3, diikuti R2, R1 dan R0 dengan masing masing 2,67; 2,15 dan 1,17.
Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa antara perlakuan R3 dengan R0 berbeda sangat nyata (P<0,01).
Antara perlakuan R2 dengan R0 berbeda nyata (P<0,05). Sedangkan perlakuan lain tidak berbeda nyata. Berdasarkan
hasil percobaan ini disimpulkan bahwa penambahan daun kaliandra segar sampai level 60% dalam ransum basal
rumput alam dapat meningkatkan retensi nitrogen. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan dengan level daun
kaliandra antara 40 hingga 60% sehingga akan diperoleh level optimum.

Kata kunci: Retensi nitrogen, kambing kacang, rumput lapangan, kaliandra


* Staf Pengajar Jurusan Peternakan , Politeknik Pertanian Negeri Kupang ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan-UNDANA

Media Exacta Volume 9 No.1 Januari 2010


aliandra (Calliandra calothyrsus) adalah tanaman leguminosa semak yang banyak ditanam di

K Indonesia terutama sebagai tanaman pelindung. Sebagai jenis leguminosa, kaliandra


mempunyai keunggulan dibanding lamtoro dan gamal. Dibandingkan dengan lamtoro,
kaliandra lebih tahan terhadap tanah asam dan serangan hama kutu loncat. Dibandingkan dengan gamal,
kaliandra menghasilkan biji sepanjang tahun sedangkan gamal hanya menghasilkan biji pada musim
kemarau (Tangendjaja, dkk., 1992).

Pengaruh positif penggunaan daun kaliandra sebagai pakan ternak domba telah dilaporkan. Tangendjaja,
dkk., (1992) mencatat bahwa konsumsi rumput gajah oleh ternak domba sebesar 435 g/ekor per hari lebih
rendah dibandingkan dengan konsumsi rumput gajah dan 15% kaliandra segar yaitu 492 g/ekor per hari dan
konsumsi rumput gajah dan 30% kaliandra yaitu 572 g/ekor per hari. Pertambahan bobot badan ternak
domba yang mengkonsumsi ketiga macam ransum di atas berturut-turut adalah 44 g/ekor per hari, 59 g/ekor
per hari dan 77 g/ekor per hari.

Kondisi padang rumput alam di Pulau Timor sesuai dengan laporan Aoetpah (2002) bahwa kandungan
protein kasar rumput alam yang tinggi (15,30%) pada bulan Desember menurun hingga 2,67% pada puncak
musim kemarau yaitu Oktober. Kondisi ini menggambarkan bahwa ternak ruminansia (sapi, kambing dan
domba) yang digembalakan pada padang penggembalaan alam selama musim kemarau akan mengkonsusmi
rumput yang berkualitas rendah karena kekurangan protein kasar. Permasalahan kekurangan kandungan
nutrien ini dapat diatasi dengan suplementasi dari hijauan lain yang kaya akan protein. Sebagai jenis
tanaman leguminosa, kaliandra kaya akan protein kasar yaitu sebesar 22 – 24% (Ruskin, dkk., 1984).

Suplementasi protein bagi ransum ternak ruminansia dengan pakan basal rumput tropis sudah dilakukan.
Jelantik (2001) melaporkan bahwa total konsumsi bahan kering ternak kambing dengan rumput kering
sebagai pakan basal sangat nyata meningkat sesuai urutan suplementasi: bungkil kelapa, campuran tepung
ikan dengan bungkil kelapa, dan tepung ikan. Penelitian yang sama mencatat bahwa kecernaan bahan
kering, bahan organik dan protein kasar sangat ditingkatkan oleh suplementasi tetapi kecernaan serat kasar
ditingkatkan hanya oleh suplementasi dengan tepung ikan. Nolan, dkk., (1986) juga menganjurkan
suplementasi protein terhadap pakan berserat. Penjelasan di balik strategi pemberian pakan ini yaitu
suplementasi protein menyediakan asam amino yang mempengaruhi aktivitas fermentasi rumen dengan
menyediakan ammonia (dan peptida dan asam amino) untuk digunakan oleh mikroba rumen dan dapat
meningkatkan kecernaan serat dan konsumsi pakan ketika kandungan nitrogen (N) pakan basal rendah
(Nolan, dkk., 1986).

Ternak kambing yang dipelihara dengan cara digembalakan pada padang rumput alam yang kurang akan
nutrien penting seperti protein kasar perlu diberikan suplementasi dengan daun kaliandra yang kaya akan
protein kasar.
Jumlah pemberian daun kaliandra yang semakin meningkat diharapkan untuk meningkatkan jumlah nitrogen
yang tertinggal (retensi nitrogen) dalam tubuh ternak kambing.

Hasil yang diharapkan yaitu nitrogen dari kaliandra tersebut akan mempengaruhi fermentasi rumen dan
mikroba rumen sehingga meningkatkan kecernaan pakan dan pertambahan bobot badan ternak kambing
yang mengkonsumsi rumput alam.

MATERI DAN METODE

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan ternak kambing kacang jantan sebanyak 16 ekor dengan umur berkisar antara 1
– 1,5 tahun dan bobot badan awal 9 – 18 kg (rata-rata 13,81 kg). Setiap ternak kambing ditempatkan pada
kandang individu. Bahan penyusun ransum terdiri dari rumput alam dan daun kaliandra.

Bahan dan Alat

Kandang yang digunakan bertipe panggung sebanyak 16 petak dengan ukuran tiap kandang 0,75 x 1,00 x
0,75 m. Alas kandang terbuat dari belahan bambu dan atap kandang terbuat dari alang-alang. Tempat makan
terbuat juga dari belahan bambu sedangkan tempat minum digunakan ember plastik. Pada bagian bawah alas
kandang dipasang karung plastik untuk penampungan feses, sedangkan untuk menampung urin dipasang
plastik bening dimana urin dialirkan ke dalam botol plastik.

Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan yang berkapasitas 25 kg dengan skala terkecil 100 g untuk
menimbang berat awal ternak. Timbangan Ohaus kapasitas 2610 g dengan skala terkecil 0,1 g digunakan
untuk menimbang makanan dan feses ternak penelitian. Volume urin (ml) diukur menggunakan gelas ukur.

Prosedur Pengukuran Retensi Nitrogen

Sebelum penelitian dilaksanakan, ternak kambing lokal jantan sebanyak 16 ekor ditimbang untuk
mengetahui berat badan awal dan dibagi menjadi 4 kelompok (sebagai blok/ulangan). Pemberian perlakuan
ransum dan nomor kandang dilakukan secara acak dan setelah itu ternak dimasukkan ke dalam petak
kandang individu.

Makanan diberikan dua kali sehari. Daun kaliandra diberikan sebelum rumput alam. Air minum diberikan
secara ad libitum.

Penelitian dilaksanakan selama 21 hari dimana pengukuran feses dan urin untuk penentuan retensi nitrogen
dilakukan pada 7 hari terakhir.
Retensi Nitrogen (Nitrogen tertinggal) dihitung sesuai dengan petunjuk Tillman, dkk., (1984) berdasarkan
persamaan:

NI = NF + NU + NT Atau NT = NI – NF – NU

Dimana:

NT = Nitrogen tertinggal (Retensi nitrogen)

NI = Nitrogen intake (Konsumsi nitrogen)

NF = Nitrogen dalam feses

NU = Nitrogen dalam urin

Penentuan Nitrogen total dilakukan dengan cara semi-mikro-kjeldahl (Sudarmadji, dkk., 1997). Sampel
hijauan rumput dan daun kaliandra diambil pada saat pemberian dan sisa yang tidak dikonsumsi pada hari
berikutnya. Sampel dicampur, dikeringkan kemudian dianalisis kandungan nutrien termasuk nitrogen.
Sampel feses diambil setiap hari untuk penentuan bahan kering. Sampel feses juga diambil setiap hari secara
terpisah untuk penentuan nitrogen. Ekskresi urin ditampung setiap hari selama masa koleksi. Urin
ditampung di dalam botol yang mengandung 20 ml H2SO4 17% kemudian dimasukkan ke dalam lemari es
hingga dilakukan analisis nitrogen. Analisis nitrogen menggunakan jasa laboratorium Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanudin, Ujung Pandang.

Rancangan dan Metode Analisis

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Berblok (RALB) dengan 4 macam
perlakuan ransum dan 4 blok ternak kambing berdasarkan berat badan awal sebagai ulangan.

Perlakuan ransum yang diuji adalah:


R0 = 100% rumput lapangan (kontrol)
R1 = 80% rumput lapangan + 20% daun kaliandra
R2 = 60% rumput lapangan + 40% daun kaliandra
R3 = 40% rumput lapangan + 60% daun kaliandra
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Perbedaan antara perlakuan diuji
dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Haeruman, 1972).

HASIL DAN BAHASAN

Rata-rata nitrogen yang dikonsumsi dan yang dikeluarkan melalui feses dan urin sehingga nitrogen
tertinggal dapat dohitung pada ternak kambing kacang yang diberi supelementasi daun kaliandra disajikan
pada Tabel 1.
Hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata retensi nitrogen meningkat seiring dengan meningkatnya
level intake (konsumsi) daun kaliandra.

Tabel 1. Nitrogen intake, feses, urin dan retensi (g/ekor per hari) dari masing-masing perlakuan

Perlakuan Nitrogen
Intake Feses Urin Retensi
R0 4,05 2,05 0,83 1,17a
R1 5,03 2,23 0,66 2,15b
R2 6,06 2,25 1,14 2,67c
R3 7,17 2,58 1,35 3,32d
Keterangan: Huruf yang tidak sama pada kolom retensi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap retensi nitrogen.
Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa antara perlakuan R3 dengan R0 berbeda sangat nyata
(P<0,01). Antara perlakuan R2 dengan R0 berbeda nyata (P<0,05). Selain perbedaan di atas, perlakuan
lainnya tidak berbeda nyata.
Rata-rata retensi nitrogen meningkat pada setiap penambahan level daun kaliandra, demikian pula kadar
nitrogen dalam feses dan urin meningkat. Hal ini berarti protein kaliandra sulit dicerna karena kandungan
tanin cukup tinggi mengikat protein dalam daun tersebut ketika ternak mulai mengunyahnya. Ikatan yang
cukup kuat ini menyebabkan protein tersebut tidak dapat dipecahkan oleh mikroba rumen atau enzim-enzim
pencernaan sehingga protein banyak keluar bersama feses dan urin.
Tangendjaja, dkk., (1992) menyatakan bahwa tanin kaliandra dapat melindungi protein dari pemecahan
mikroba rumen, tetapi apabila tanin terlalu banyak maka perlindungan begitu kuat sehingga protein
terlindung (by pass) tidak dapat dimanfaatkan oleh pencernaan dalam usus dan dikeluarkan lagi oleh ternak
melalui feses dan urin. Keadaan ini tidak berarti bahwa hijauan kaliandra berkualitas jelek. Faktor pembatas
kecernaan hanya karena kandungan taninnya sehingga menyebabkan terjadinya ‘protein by pass’.

Pengaruh penambahan daun kaliandra pada variabel pertambahan berat badan ternak kambing telah
dilaporkan terlebih dahulu oleh Dami Dato dkk., (1995). Laporan tersebut mencatat bahwa pertambahan
bobot badan ternak kambing tanpa suplementasi daun kaliandra (kontrol) sebesar 8,03 g/ekor per hari.
Peningkatan bobot badan ternak kambing sesuai penambahan daun kaliandra 20%, 40% dan 60% berturut-
turut 18,75; 34,37 dan 52,68 g/ekor per hari. Dengan demikian terlihat bahwa retensi nitrogen ini memberi
pengaruh positif bagi ternak kambing berupa peningkatan bobot badan.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan ini disimpulkan bahwa penambahan daun kaliandra segar sampai level 60%
dalam ransum basal rumput alam dapat meningkatkan retensi nitrogen. Disarankan agar daun kaliandra
dapat digunakan sebagai pakan suplemen ternak kambing. Saran lain yaitu untuk dilakukan penelitian
lanjutan dengan level daun kaliandra antara 40 hingga 60% sehingga akan diperoleh level optimum dan
perlu dilakukan penelitian tentang kandungan tanin dalam daun kaliandra.
DAFTAR RUJUKAN

Aoetpah, A. (2002). Fluktuasi Ketersediaan dan Kualitas Gizi Padang Rumput Alam di Pulau Timor. Jurnal
Informasi Pertanian Lahan Kering , 32 - 43.

Dami Dato, T.O., S. Ghunu., J.J.A. Ratowaloe., F.C. Marunduri dan G. Maranatha. (1995). Pengaruh
Pemberian Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai Suplemen terhadap Pertumbuhan Ternak
Kambing Lokal Jantan yang Mendapat Ransum Dasar Rumput Lapangan. Kupang: Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana Kupang.

Haeruman, H. (1972). Prosedur Analisa Rancangan Percobaan. Bogor: Bagian Perencanaan Hutan,
Departemen Hutan Bogor.

Jelantik, I. (2001). Effect of Fishmeal or Coconut Cake Supplementation on Intake and Digestibility by
Kacang Goats Maintained on Tropical Grass Hay Basal Diets. Copenhagen, Denmark: The Royal
Veterinary and Agricultural University Copenhagen.

Nolan, J.V., G.J. Lee., D.W. Hennessy., R.A. Leng. (1986). Metabolic Responses to Supplementation in
Growing Ruminants Consuming Low Digestibility Fibrous Diets. Nuclear and Related Techniques in
Animal Production and Health (hal. 439 - 455). Vienna: International Atomic Energy Agency, Vienna.

Ruskin, F.R., M.J. Engguist and C. Reges. (1984). Calliandra calothyrsus: A Versatile Small Tree for the
Humid Tropic. Washington D.C: National Academic Press.

Sudarmadji, S; B. Haryono; Suhardi. (1997). Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty, Yogyakarta.

Tangendjaja, B., E. Wina., T. Ibrahim., dan B. Palmer. (1992). Kalaindra (Calliandra calothyrsus) dan
Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak dan The Australian Centre for International Agricultural
Research.

Tillman, A.D., H.S.Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. (1984). Ilmu


Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

You might also like