You are on page 1of 10

RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KONSEP
KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen: Ns. Dewi Apriliyanti M.Kep

Disusun Oleh:
Intan Kusuma Fabriyani
2017C06b0095

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGSUS S1 KEPERAWATAN
2018
A. Konsep Keluarga Sejahtera
1. Definisi Keluarga Sejahtera
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat
akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami
oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain.
Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang sama,
selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja,
melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang
berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman
hidup.
Tujuan dibentuk keluarga sejahtera adalah untuk meningkatkan
pengetahuan kelurga tentang masalah yang dihadapi, untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi peluang yang dimiliki,
untuk meningkatkan kemampuan masayarakat dalam memecahkan
masalahnya secara mandiri, dan untuk meningkatkan gotong royong dan
kesetiakawanan sosial dalam membantu keluarga prasejahtera untuk
meningkatkan kesejahteraanya.
2. Tahapan Keluarga
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program
yang disebut dengan pendataan keluarga bertujuan untuk memperoleh data
tentang dasar kependudukan dan keluarga. Adapun pentahapan keluarga
sejahtera tersebut ialah sebagai berikut:
1) Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran,
agama, pangan sandang, papan dan kesehatan.
2) Keluarga Sejahtera Tahap I
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologis (social psychological need), seperti
kebutuhan terhadap pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan terhadap tempat tinggal, dan
transportasi.
3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan perkembangannya (developmental needs), seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
perkembangan, namun belum dapat memberikan sumbanagan (kontribusi)
yang maksimal terhadap masyarakat. Misalnya, secara teratur (waktu
tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan
untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang
bersifat pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan yang
nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
6) Keluarga Miskin
BKKBN mendefinisikan kemiskinan adalah keluarga miskin
prasejahtera tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak
mampu makan 2 kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk
dirumah, bekerja dan bepergian, bagian terluas rumah berlantai tanah dan
tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan.
Pengertian keluarga miskin ini didefinisikan lebih lanjut menjadi:
a. Paling kurang sekali sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan
atau telur.
b. Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru.
c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni.
3. Indikator Keluarga Sejahtera
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan beberapa
indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Indikator-
indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut:
1) Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indikator sebagai
berikut:
a. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-
masing.
b. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
c. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan.
d. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari
tanah.
e. Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan
(bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB).
2) Keluarga Sejahtera I
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai 5 tetapi
belum mampu melaksanakan indikator sebagai berikut:
a. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
dianut.
b. Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-
kurangnya sekali dalam seminggu.
c. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
d. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2.
e. Semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga
dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
f. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
memiliki penghasilan yang tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu
membaca dan menulis latin.
h. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
i. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan
mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.
3) Keluarga Sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai 14,
tetapi belum mampu melaksanakan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
b. Keluarga mempunyai tabungan
c. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
d. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
e. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali
dalam 6 bulan.
f. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan
televisi.
g. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
4) Keluarga Sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indikator 1 sampai 21,
tetapi belum mampu melaksanakan indikator sebagai berikut.
a. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
b. Keluarga aktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
5) Keluarga Sejahtera III Plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah
mampu melaksanakan semua indikator.

4. Pelaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera


Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui
pengembangan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang
diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat,
dan keluarga.
Tujuan adalah mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan
memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungan.
5. Pokok-Pokok Kegiatan Pengembangan Keluarga Sejahtera
1) Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan
pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat
melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga
kecil, behagia, dan sejahtera. Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku
usaha, dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan
magang, studi banding, dan pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera
(UPPKS)
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan
keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha
dan sector terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
proses produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector
terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan
departemen koperasi dan PPKM.
2) Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuannya untuk peningkatan kualitas anak, pembinaan
kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan keharmonisan keluarga,
keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk
kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut:
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan
dan perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental
melalui kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif (APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
- Pusat-pusat konsultasi remaja.
- Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-
kelompok.
- Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
- Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR), dan penyuluhan
melalui media massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia
(BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut:
- Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
- Beasiswa supersemar.
- Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana)
kegiatan lomba-lomba.
3) Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan
perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang
ada hubungannnya dengan reproduksi.

4) Pendataan Keluarga Sejahtera


Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga
Sejahtera setiap tahun, antara bulan Januari sampai Maret, dilakukan
pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana
dan tahapan keluarga sejahtera. Ada lima tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga, yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan
dengan baik.
B. Konsep Keperawatan Keluarga
Peran Perawat Dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan
sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat
mempunyai beberapa peran antara lain:
1. Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala
sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang
kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan
penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam
masyarakat.
3. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat
hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh
yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku
positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih
berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi
setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada
keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan
yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari
kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat harus
menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi
Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang
dilakukan bersifat promotif', preventif', curatif serta rehabilitatif melalui
proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara
ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses.
8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan
kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang
akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di
atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi
dan kondisi yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural.Jakarta:EGC
Syaripudin, Tatang.2008.Pedagogik Teoritis Sistematis.Percikan Ilmu:Bandung

You might also like