You are on page 1of 5

Nabila Saleh

111.150.016
Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi (kelas A)

PETROLEUM SYSTEM AND BASIN EVALUATION OF SUMATRA SELATAN BASIN


1. Statigrafi Cekungan Sumatra Selatan

Gambar 1. Statigrafi Cekungan Sumatra Selatan


2. Analisa Cekungan

Gambar 2. Tipe Petroleum System Cekungan Tersier di Asia Tenggara (Doust and Noble, 2008)

Empat Tahap Evolusi Tektonostatigrafi Pada Cekungan Sumatra Selatan:


a. Early Syn-Rift Lacustrine Petroleum System (Eocene to Oligocene)
Periode pembentukan graben, lingkungan pengendapan darat (lacustrine) : Formasi
Lahat, Formasi Talang Akar. Oil Prone.
b. Late Syn-Rift Transgressive Deltaic Petrolum System (Late Oligocene to Early
Miocene)
Periode transgresi, dataran meluas, supply sedimen banyak: dari Formasi Talang
Akar sampai Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. Oil/Gas Prone.
c. Early Post-Rift Marine Petroleum System (Early to Middle Miocene)
Periode Tektonik dimana genangan air laut menutupi horst dan graben yang ada
(sampai mencapai transgresi maksimum) membentuk endapan laut: Formasi
Baturaja dan Formasi Gumai. Gas/Oil Prone.
d. Late Post-Rift Regressive Deltaic Petroleum System (Middle Miocene to
Pliocene)
Inversi dan banyak lipatan. Regresif, Progradasi dari transgresi maksimum
membentuk endapan transisi deltaic. Formasi Air Benakat dan Muara Enim. Oil/Gas
Prone.

Tatanan stratigrafi cekungan Sumatra Selatan pada dasarnya terdiri dari satu siklus
besar sedimentasi dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada
akhir silkusnya. Secara detail siklus ini dimulai oleh siklus non-marine yaitu dengan
diendapkannya Formasi Lahat pada Oligosen Awal dan kemudian diikuti oleh Formasi
Talang Akar yang diendapkan secara tidak selaras di atasnya. Menurut Adiwidjaja dan
De Coster (1973), Formasi Talang Akar merupakan suatu endapan kipas alluvial dan endapan
sungai teranyam (braided stream deposit) yang mengisi suatu cekungan. Fase transgresi terus
berlangsung hingga Miosen Awal dimana pada kala ini berkembang Batuan karbonat yang
diendapkan pada lingkungan back reef, fore reef, dan intertidal (Formasi Batu Raja) pada
bagian atas Formasi Talang Akar. Fase Transgresi maksimum ditunjukkan dengan
diendapkannya Formasi Gumai bagian bawah secara selaras di atas Formasi Baturaja yang
terdiri dari Batuserpih laut dalam.
3. Petroleum System Sumatra Selatan Basin
A. Batuan Induk
Batuan induk yang potensial berasal dari batu lempung Formasi Lahat, batu
lempung Formasi Talang Akar dan batu lempung Formasi Gumai. Formasi yang paling
banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan
kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%.

B. Batuan Reservoir
Batuan reservoir terdapat pada lapisan batupasir Fomasi Lahat, Talang Akar,
Gumai, Air Benakat, dan Muara Enim, serta batugamping Formasi Baturaja.

C. Batuan Tudung
Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal dari
Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim. Disamping itu, terjadinya perubahan facies
kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.

D. Perangkap dan Migrasi


Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan merupakan
perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser dapat bertindak
sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada batugamping terumbu
berbentuk membaji, dan bentuk kipas dan lensa dari batupasir karena perubahan facies.
Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui sesar-sesar yang ada.
(Hadipandoyo, 2007).

4. Contoh Studi Kasus Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan hidrokarbon menggunakan metode volumetrik, yaitu


memperkirakan OGIP (Original Gas In Place). Metode perhitungan volumetrik berdasar
kepada persamaan volume, data-data yang menunjang pada perhitungan cadangan
hidrokarbon adalah porositas dan saturasi hidrokarbon. Persamaan yang digunakan dalam
metode volumetrik adalah sebagai berikut:

Berdasarkan model geologi yang secara geometrik menggambarkan volume


hidrokarbon dalam reservoar. Dalam perhitungan cadangan gas alam, terdapat beberapa
parameter yang harus diketahui, di antaranya adalah porositas, saturasi air, Volume bulk,
dan Bgi factor. Nilai Bgi diasumsikan pada formasi Baturaja dan wilayah Prabimulih
sebesar 0.0076. NTG ditentukan berdasarkan cut-off porositas, permeabilitas dan saturasi
air. Cut-off permeabilitas diasumsikan gas mengalir di atas satu Milidarcy. Nilai penggal
(Cutoff) dari saturasi air diasumsikan 0.5 untuk gas.
Gambar 3. Peta Surface Kompartemen Selatan

Gambar 4. Peta Suface Kompatemen Utara

Gambar 5. BasemapSumur dan peta Top Surface


Gambar 6. Hail Perhitungan Cadangan

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, Michele G., 2000. South Sumatra Basin Province, Indonesia: The Lahat/TalangAkar-Cenozoic

Total Petroleum System. USGS.

You might also like