You are on page 1of 10

BAB II

ISI

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Dalam dunia bisnis kita juga memperlukan komunikasi apalagi jika kita berbisnis dengan
orang yang mempunyai kebudayaan berbeda dengan kita lah berikut ini makna dari
komunikasi bisnis lintas budaya

A. Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya


Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik
komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu
daerah, wilayah atau negara.
Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara
lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting artinya,
termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara. Hal ini
dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan
bisnis.

B. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya


Dengan melihat perkembangan atau tren yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya
sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun
diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan
komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan maupun lisan. Semakin banyaknya pola kerja
sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan
komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting.
Pendek kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke
wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas
budaya menjadi semakin penting artinya.

C. Memahami Budaya dan Perbedaannya

1. Definisi Budaya
a. Menurut Lehman, Himstreet dan Batty, budaya sebagai sekumpulan pengalaman hidup
yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
b. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemrograman kolektif atas pikiran yang
membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
c. Menurut Bovee dan Thill, Budaya adalah sistem sharing atas symbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku.
d. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku
dalam suatu kelompok.
e. Menurut Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar,
pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu
masyarakat yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang
dirinya serta orang lain.

2. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen
utamanya, yaitu nilai-nilai, norma-norma, symbol-simbol, bahasa, dan pengetahuan.
Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain; bahasa, kepercayaan/keyakinan,
sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu:
• Budaya Material (material culture), dibedakan dalam dua bagian yaitu teknologi dan
ekonomi. Teknologi mencakup teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau
membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada
umumnya. Sedangkan ekonomi dimaksudkan suatu cara orang menggunakan segala
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang
lain.
• Organisasi sosial (social institution), dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan
dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan
kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku
yang dapat diterima oleh generasi berikutnya.
• Sistem kepercayaan atau keyakian (belief sistem) yang dianut oleh suatu masyarakat akan
berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut.
• Estetika (aesthetics), nilai nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran
tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara
efektif.
• Bahasa (language), adalah suatu cara yang digunakn seseorang dalam mengungkapkan
sesuatu melalui symbol-simbol tertentu kepada orang lain.

3. Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh
suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu
bersifat formal atau resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk
budaya tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari
dulu hingga sekarang.
b. Informal
Pada tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke
generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan dilakukan,
tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
c. Teknis
Pada tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting. Terdapat
suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh
dilakukan. Pada tingkatan formal pembelajaran dalam budaya mencakup pembelajaran pola
perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis, aturan-aturan disampaikan secara logis dan
tepat.

4. Mengenal perbedaan Budaya


Perbedaan budaya dapat dilihat dari:
a. Nilai-Nilai sosial
b. Peran dan Status
c. Pengambilan Keputusan
d. Konsep Waktu
e. Konsep Jarak Komunikasi
f. Konteks Budaya
g. Bahasa Tubuh
h. Perilaku Sosial
i. Perilaku Etis
j. Perbedaan budaya perusahaan

2. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya

Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya terjadi karena alasan yang


bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai
pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi
dari semua pihak antara lain :

1. Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi. Masalah komunikasi sering terjadi karena


alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang berbeda-beda, dalam situasi antarbudaya
perbedaan ini dapat menimbulkan masalah.

2. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan persepsi terhadap hal-hal
disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar, padahal harus disadari
bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya
baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain. Etnosentrisme cenderung menganggap
rendah orang-orang yang dianggap asing dan memandang budaya-budaya asing dengan
budayanya sendiri karena etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan
diwujudkan pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya.

3. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi antarbudaya merupakan
peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap kemungkinan terdapatnya ketidak
percayaan antara pihak-pihak yang terlibat.

4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak secara psikologis
menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi. Ada dugaan bahwa macam-macam
perkembangan saat ini antara lain meningkatnya urbanisasi, perasaan-perasaan orang untuk
menarik diri dan apatis semakin banyak pula.
5. Tidak adanya empati, beberapa hal yang menghambat empati antara lain:

a. Fokus terhadap diri sendiri secara terus menerus, sulit untuk memusatkan perhatian pada
orang lain kalau kita berpikir tentang diri kita secara terus menerus dan bagaimana orang
menyukai kita.
b. Pandangan-pandangan stereotype mengenai ras dan kebudayaan
c. Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang tertentu
d. Tingkah laku yang menjauhkan orang mengungkapakan informasi
e. Tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain
f. Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau mengungkapkan diri
g. Sikap superior
h. Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok tahu atau bersikap seolah-
olah serba tahu maka kemungkinan orang akan bersikap defensif terhadapnya
i. Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau menentukan tindakan orang lain
j. Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau heterofily), hambatan
komunikasi antarbudaya dapat ditimbulkan oleh masalah prinsip-prinsip komunikasi yang
ditetapkan pada konteks kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan
derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pendidikan, status sosial
anatara komunikator dan komunikan.
11. Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya, hambatan ini terjadi dalam suatu proses
akulturasi yang berlangsung antara imigran dengan masyarakat pribumi. Masalah umum yang
sering timbul adalah hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak
semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi massa.

Namun lain lagi menurut Barna, 1988 ; Ruben, 1985 dalam (Joseph A. DeVito, 1997 :
488-491) hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya dibagi menjadi 5 yaitu :
 Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda
 Mengabaikan perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda
 Mengabaikan Perbedaan dalam Makna
 Melanggar Adat Kebiasaan Kultural
 Menilai Perbedaan Secara Negatif

3. Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antarbudaya


Hambatan komunikasi dalam komunikasi antarbudaya mempunyai bentuk seperti
sebuah gunung es yang terbenam didalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada
terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline).
Faktor-faktor hambatan komunikasi antarbudaya yang berada dibawah air (below
waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan
semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini
adalah persepsi, norma, stereotip, filosofi bisnis, aturan, jaringan, nilai dan grup cabang.
Terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antarbudaya yang berada diatas air
(above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena
hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik, hambatan-hambatan tersebut adalah :[2]
1. Fisik (Physical). Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu,
lingkungan, kebutuhan diri dan media fisik
2. Budaya (Cultural). Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan
sosial yang ada antara budaya satu dengan yang lainnya
3. Persepsi (Perceptual). Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap
budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda
4. Motivasi (Motivational). Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari
pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima
pesan tersebut atau malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan
komunikasi
5. Pengalaman (Experiantial). Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap
individu tidak memilikipengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai
persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu
6. Emosi (Emotional). Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar,
apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan
semakin besar dan sulit untuk dilalui
7. Bahasa (Linguistic). Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan
(sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan
kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan
8. Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata
tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi, contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh
penerima pesan ketika pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat
tersebut dapat menjadi penghambatkomunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan
merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition). Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan, contohnya adalah menerima telepon selular
sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan
mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon secara maksimal.

4. Cara menghadapi Hambatan dalam KAB


Seseorang dapat dikatakan sukses sebagai manager bisnis internasional budaya
apabila ia mempunyai kemampuan untuk merefleksikan seberapa besar kesungguhannya
dalam aspek dibawah ini :[3]
1. Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai bergaul dan banyak
temannya
2. Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari
dirinya
3. Cultural Adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru
4. Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat
6. Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan
7. Ability to work in team : Kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim
8. Self Reliance or independence : Percaya diri dan mandiri
9. Mobility : Lincah dan wawasannya luas
10. Ability to deal with stress : Mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
11. Adaptability of the family : Keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
12. Patience : Ulet dan sabar
13. Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru

Mengembangkan keterampilan komunikasi lintas budaya

Komunikasi dengan Orang yang Berbudaya Asing


1. Belajar Tentang Budaya
Ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya seseorang sedikit banyak mengenal budaya
maupun adat istiadat yang berlaku dinegara tersebut. Mengenal beberapa kata bahasa asing
untuk seatu pergaulan di lingkuang bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu
dikembangkan. Jadi belajar tentang budaya negara lain juga bisa dijadikan sebagai langkah
awal untuk berkomunikasi dengan orang yang berbudaya asing.

2. Mengembangkan Ketrampilan Komunikasi Lintas Budaya


Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seorang tentang budaya tertentu sebenarnya
merupakan cara yang baik untuk menemukan bagaiman mengirim dan menerima pesan-pesan
lintas budaya secara efektif.
Mempelajari ketrampilan komunikasi lintas budaya pada umumnya akan membantu
seseorang beradaptasidalam setiap budaya, khususnya jika seseorang berhubungan dengan
orang lain yang memiliki budaya berbeda.

3. Negosiasi Lintas Budaya


Membedakan budaya dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti
makanan, liburan, gaya hidup, dan buday tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap nilai-
nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda seringkali mempunyai pendekatan negosiasi
yang berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun bervariasi. Seseorang harus
dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun kepercayaan dalam
proses negosiasi.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah dan
metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner sebelum
bernegosiasi, akan lebih mudah untuk dapat memahami pandangan mereka. Menunjukkan
sikap yang luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik
bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhirnya dapat ditemukan solusi yang
menguntungkan kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA

http://kombisdanbudaya.blogspot.co.id/2013/01/komunikasi-bisnis-lintas-budaya.html

http://harissupiandi.blogspot.co.id/2013/07/hambatan-dalam-komunikasi-antar-budaya.html

http://ika27wahyuni.blogspot.co.id/2014/06/komunikasi-lintas-budaya.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_lintas_budaya
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis
baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di
suatu daerah, wilayah atau negara.
Apabila para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke
negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting
artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara. Hal ini
dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan
bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?
2. Mengapa kita harus memahami budaya dan mengetahui hambatan dalam
komunikasi lintas budaya ?
3. Apa yang harus dilakukan dalam mengembangkan komunikasi bisnis lintas
budaya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya
2. Memahami budaya dan mengetahui hambatan dalam komunikasi lintas budaya
3. Bisa mengembangkan komunikasi bisnis lintas budaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah
Komunikasi Bisnis .

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman


pembaca. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini.

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan kita
dapat memahami mengenai Komunikasi Bisnis.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen mata kuliah Komunikasi
Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun rangkuman mata
kuliah Komunikasi Bisnis .

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan
masukan sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah
ini.

Denpasar, 27 September 2017

PENULIS
KOMUNIKASI BISNIS
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

KELOMPOK 3

NAMA:

A.A AYU RATNA MAHESWARI (1515251084)

KETUT SAVIRA PURNAMA SANTI (1515251101)

NI PUTU WIWIK SUASTARI (1515251104)

DEWA AYU NYOMAN ARDHEA MAHADEWI (1515251107)

NI KOMANG TRIANI WAHYUNI DEWI (1515251121)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017

You might also like