You are on page 1of 6

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyababkan

ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Penyakit


bersifat objektif, sedangkan rasa sakit bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit
belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang menderita penyakit
belum tentu merasa sakit, sebaliknya tidak jarang ditemukan seseorang yang mengeluh sakit
padahal tidka ditemukan penyakit apapun pada dirinya.

Sakit juga dapat diartikan sebagai kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme
untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan / tekanan sehingga timbul pada gangguan pada
sistem / fungsi dari tubuh. Definisi sakit sendiri senantiasa mengalami perkembangan seiring
dengan kemajuan dan perkembangan zaman serta IPTEKS.

A. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit

1) Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.

2) Teen Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh Iingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam Iingkungan).

3) Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh.

4) Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.

5) Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan dilengkapi
teori imunitas.

6) Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan pelbagai pengamatan epidemiologis.


7) Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam
Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit.

B. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit

1. Segitiga Epidemiologi (Epidemiologic Triangle)

Komponen: host, agent, environment. Perubahan pada salah satu faktor/komponen akan
mengubah keseimbangan . Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas dalam
timbangan: environment sebagai penumpu.

2. Roda (Wheel)

Memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak mementingkan pentingnya agent. Besarnya peran dari masing-masing faktor bergantung
pada penyakit yang bersangkutan.

3. Jaring-jaring sebab akibat (The Web of causation)

Suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat
dari serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai pada
berbagai titik.

C. Teori Terjadinya Penyakit

1. Teori Contagion

Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15.
Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak
dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu dirumuskan oleh
Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu
orang ke orang lain melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion.

Menurut teori ini penyakit terjadi karena proses kontak atau bersinggungan dengan
sumber penyakit. Pada masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang berawal dari
pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan situasi
penyakit pada masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular
yang terjadi karena adanya kontak langsung. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro
(1483-1553). Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui zat penular (transference) yang disebut kontagion. Fracastoro membedakan tiga jenis
kontagion, yaitu:

a. Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya bersentuhan,
berciuman, hubungan seksual
b. Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular,
namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui
pakaian, handuk, sapu tangan.

c) Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau
mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak
berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu perintis dalam
bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori
kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan
tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.

2. Teori Hipocrates (460-377 SM)

Hipocrates berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
supranatural tetapi ada kaitannya dengan elemen-elemen bumi, api, udara, air yang dapat
menyababkan kondisi dingin, kering, panas dan lembab. Kondisi ini dapat berpengaruh pada
cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan empedu hitam. Pada zaman ini hipocrates telah
menghubungkan antara kejadian sakit dengan faktor lingkungan. Ia mengemukakan teori tentang
sebab musabab penyakit, yaitu bahwa:

a.Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan

b.Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.Teori itu dimuat
dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”.

Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang sekarang disebut
sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel yang sangat kecil. Teori ini
kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari
empat jenis: atom tanah (solid dan dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air
(basah). Selain itu ia yakin bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air),
empedu kuning (atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah
dan udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara demam
dianggap terlalu banyak darah.

Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai
hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab tantangan berbagai
penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit. Hipocrates
(460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan
hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul)
dalam memahami kejadian penyakit.

3. Teori Humoral
Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa penyakit
disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan bahwa dalam tubuh
manusia terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning, merah dan hitam. Bila terjadi
ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit, tergantung dari jenis cairan yang dominan.

4. Teori Miasma

Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar pemikiran
untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Konsep ini dikemukakan oleh Hippocrates.
Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty (sesuatu yang
kotor) atau bad air (udara buruk).

Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang
mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang,
sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh
pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal
dan aria yang artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat
sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim
di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.

Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit
penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat
terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain
itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari
miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun
dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan
tingkat kematian.

Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony van
Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut
sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya kehidupan mikro (small
living)

Penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk, meninggalkan
pengotoran udara dan lingkungan. Pada zaman itu orang percaya bila seseorang menghirup
miasma atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit penyakit. Sebagai pencegahannya rumah-
rumah dianjurkan ditutup rapat terutama pada malam hari dan tidak banyak keluar malam karena
dipercaya miasma muncul terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat juga percaya
bahwa miasma dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar ramuan/ kemenyan (dupa) dan
bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug, petasan, dll. Pada
zamannya teori miasma lebih dipercaya dan dapat diterima daripada teori contagion yang
dicetuskan oleh Fracastoro karena uap busuk lebih bisa diamati dan tercium baunya.

5. Teori Jasad Renik (Germ Theory)


Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-
1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan para pengikutnya merupakan
era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba merupakan
etiologi penyakit.

Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika
anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam proses fermentasi akan mati
terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan
adalah cara memanasi cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak
diinginkan mati tapi cairan anggur tidak rusak.

Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam
organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti rabies. Atas rintisan temuan-
temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori
Kuman.

Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya yang paling terkenal
dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:

1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,

2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,

3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat
dan menyebabkan penyakit yang sama

4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi

Jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit yang berkembang setelah
ditemukannya mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa
penyakit.Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran,ditemukannya
mikroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme.Kuman dianggap sebagai penyebab
tunggal penyakit.Namun selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit
diterapkan pada berbagai penyakit kronik,misalnya penyakit jantung dan kanker,yang
penyebabnya bukan kuman.

6. Teori Ekologi Lingkungan

Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu. Pada
keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih luas membahas tentang
penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber penyakit, penderita dan
lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh
Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaituhost, agent, dan environment. Gordon berpendapat
bahwa:
1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristikagent dan host (baik
individu/kelompok)
3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik,
ekonomi, dan biologis).

Referensi :

 FKM. Modul Dasar Epidemiologi Semester 3. Semarang. 2010


 Azrul, Anwar. Pengantar Epidemiologi, Edisi Pertama. Jakarta: Bina Putra Aksara, 1998.
 Slamet, Juli Soemirat. Kesehatam lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University
Press,1994.

You might also like