Professional Documents
Culture Documents
Penilaian Warna Kulit dan Kadar Zat Besi pada Pasien Anak dengan
Thalassemia-b Mayor Menggunakan Bagan Visual Warna Kulit
Disusun Oleh :
Latifah (13711112)
Pembimbing :
2018
Penilaian Warna Kulit dan Kadar Zat Besi pada pasien anak dengan
Thalassemia-b Mayor Menggunakan Bagan Visual Warna Kulit
Abstrak
Pasien dengan thalassemia-b mayor (b-TM), yaitu penyakit yang muncul akibat
gangguan sintesis hemoglobin (Hb), pada pasien ini membutuhkan tranfusi eritrosit
seumur hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi warna kulit dan
kadar zat besi pasien pada b-TM menggunakan bagan visual warna kulit. Masing-
masing warna kulit pasien dibandingkan dengan bagan warna kulit di bawah lampu
fluorescent oleh 1 dokter pada setiap pemeriksaan. Kadar zat besi, kapasitas
kemampuan mengikat zat besi (TIBC), ferritin dan hitung darah lengkap (DL) didata
dan diteliti untuk setiap pasien terdaftar. Warna yang telah ditandai pada bagan warna
kulit visual kemudian dibandingkan dengan hasil laboratorium. Sebanyak 35 pasien
yang dipantau di rumah sakit ini, terdiri dari 19 laki-laki (54,3%) dan 16 perempuan
(45,7%). Warna-warna yang ditandai pada grafik gelap sebagai pasien berusia
(p=0.002, r=0.49), frekuensi transfusi pertahun (p=0.022, r=0.385), kadar feritin (p
<0,001, r=0.72) dan peningkatan kadar zat besi (p=0.001, r=40.538) dan penurunan
TIBC (p <0,001, r=-0.709). Berdasarkan, deposisi besi pada pasien dengan b-TM
berkorelasi dengan warna pada grafik.
Pendahuluan
Thalassemia-b mayor (b-TM) adalah penyakit autosomal resesif banyak yang sering
ditemukan di wilayah Mediterania,Timur tengah dan bagian barat daya Asia. Penyakit
ini ditandai dengan adanya kerusakan di rantai b-globin hemoglobin (Hb). Gejala klinis
terparah dari penyakit ini adalah b-TM. Kerusakan terjadi pada 2 gen b-globin yang
diperlukan untuk sintesis Hb yang normal. Oleh karena itu, anemia berat dapat terjadi
di pada awal bulan kehidupan pasien. Pasien yang didiagnosis dengan b-TM
memerlukan transfusi eritrosit pada interval tertentu . Adanya zat besi yang berlebihan
dapat terjadi pada pasien yang mendapat transfusi eritrosit, ditambah lagi penyerapan
zat besi di duodenum juga meningkat karena gangguan hemostasis zat besi pada pasien
dengan b-TM . Kelebihan zat besi merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas
dan mortalitas pada pasien yang mempunyai gejala b-TM . Biopsi hati adalah metode
gold standard untuk kasus ini, tetapi karena sifatnya invasif, metode ini jarang
digunakan. Selain teknik tersebut, metode lain seperti mendeteksi kadar zat besi di
ginjal, hati dan jantung dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI),
menentukan pengeluaran zat besi dalam urin, pemeriksaan darah untuk menentukan
kadar ritin dan non-transferin bound iron (NTBI) juga dilakukan, Metode yang paling
umum dilakukan dalam memantau kadar zat besi adalah pengukuran kadar feritin
darah. Namun, karena feritin merupakan reaktan fase akut, zat ini dipengaruhi oleh
dapat berubah dalam beberapa.
Data demografi (usia dan jenis kelamin), berapa kali transfusi eritrosit pada 1 tahun
dan zat besi sebelumnya menggunakan rekam medis untuk semua pasien dikumpulkan.
Data pasien untuk transfusi eritrosit diperiksa oleh dokter yang sama sebelum transfusi
untuk menghindari bias. Warna bagian tubuh yang dipilih untuk diperiksa
menggunakan VSCC (grafik warna kulit Felix von Luschan) adalah bagian kulit perut
pemeriksaan warna kulit perut karena bagian ini jarang terkena sinar matahari.
Berbagai jenis warna dicatat (dari 1, yang paling ringan, 36, yang paling gelap). Kadar
zat besi, kapasitas untuk mengikat besi, kadar ferritin dan penghitungan lab darah
lengkap (CBC) disperiksa dari menggunakan darah vena sebelum transfusi eritrosit
untuk setiap pasien yang telah terdaftar. Kadar zat besi dan kapasitas mengikat besi
dipelajari menggunakan alat Arsitek C8000 (Abbott Laboratories, Abbott Park, IL,
USA), sedangkan kadar feritin menggnakan DXi 600 (Beckman Coulter Inc-,
Pasadena, CA, USA) di bawah lampu fluorescent di ruangan yang tidak terkena sinar
matahari (Gambar 1).
Hasil
Analisis korelasi antara penanda warna pada VSCC dan usia, frekuensi
transfusi dan feritin, besi dan TIBC yaitu memperlihatkan warna pada VSCC lebih
gelap. Dengan kata lain, hasil nomor pada VSCC pada pasien hasilnya sama tinggi
dikorelasikan dengan usia (p = 0.002, r =0.49), frekuensi transfusi dalam satu tahun (p
= 022, r = 0,385), nilai feritin (p <0,001, r = 0,7) dan lebih tinggi jika dikorelasikan
dengan nilai besi (p = 001, r=0,538) dan lebih rendah jika dikorelasikan dengan TIBC
(p <0,001, r= -0,709) (Gambar 2).
Diskusi
Kondisi yang paling berbahaya bagi pasien dengan thalassemia-b mayor yaitu
kelebihan akumulasi zat besi. Pada pasien dengan thalassemia-b mayor zat besi
terakumulasi dalam dua cara yitu pertama, karena kadar hepcidin rendah pada pasien
ini, penyerapan zat besi duodenal meningkat. Kedua, pengendapan zat besi terjadi
karena seringnya transfusi eritrosit. Kelebihan zat besi dalam tubuh terakumulasi di
beberapa organ tubuh, termasuk hati, jantung, ginjal, pankreas dan kulit. Komplikasi
yang terjadi sebagai akibatnya, termasuk gagal jantung dan aritmia, gangguan fungsi
ginjal, anomali endokrin (seperti hipoparatiroidisme, hipotiroid, pubertas dini,
perawakan pendek, kekurangan vitamin D dan penurunan desitas mineral tulang).
Terapi Chelation besi digunakan untuk melindungi pasien thalesemia mayor dari
akumulasi besi. Kitazawa dkk menyatakan bahwa akumulasi zat besi dalam tubuh
melindungi terhadap oksigen reaktif dan melaporkan bahwa pasien dengan
thalassemia-b mayor dapat terlindungi dari photoaging dengan terapi chelation besi.
Metode seperti NTBI, pengukuran kadar ferritin darah, biopsi hati, MRI ginjal,
hati dan kecenderungan pengeluaran besi pada urine digunakan dalam follow- up besi
yang overload atau follow-up terapi chelation. Namun, penggunaan metode ini di
bermasalah, karena beberapa bersifat invasif (misalnya biopsi hati) dan beberapa tidak
tersedia di setiap pusat pelayanan kesehatan. Selain itu, pemeriksaan MRI mahal dan
tidak tersedia di semua rumah sakit.
Bagan warna kulit visual adalah metode dengan penerapan klinis tinggi. Salah
satu keterbatasan tekniknya adalah adanya tergantung pada individu menggunakan
grafik. Penelitian ini sekarang diperlukan apakah VSCC berkorelasi dengan atau tidak.
Metode lain yang digunakan untuk menentukan deposisi besi, seperti keterlibatan
jantung, terutama MRI, besi dan besi NTBI pengeluaran dengan urine. Penelitian ini
merupakan penelitian pertama untuk mengevaluasi warna kulit dan tubuh kadar zat besi
pada pasien dengan b-TM menggunakan VSCC. Itu menunjukkan bahwa warna yang
cocok pada VSCC gelap seperti tingkat zat besi peningkatan pada pasien dengan b-
TM. Kita perlu menemukan yang paling sederhana dan metode yang paling tidak
invasif untuk evaluasi tingkat zat besi parameter pada pasien b-TM.
Pernyataan penutup
Outcome : iron deposition in patients with b-TM was correlated with the
colors on the chart
DISKRIPSI JURNAL
Judul Tulisan : The Assessment of Skin Color and Iron Levels in Pediatric
Patients with b-Thalassemia Major Using a Visual Skin Color
Chart