You are on page 1of 37

DAFTAR ISI

Judul Halaman

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II GAMBARAN UMUM PASIEN ......................................................................... 4
A. Narasi Kasus .......................................................................................................... 4
B. Terapi Diet Dari Rumah Sakit ................................................................................. 6
BAB III PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI .................................................. 7
A. Skrining .......................................................................................................... 7
B. Assesment Gizi .............................................................................................. 7
C. Diagnosa Gizi................................................................................................. 13
D. Intervensi........................................................................................................ 14
E. Monitoring Evaluasi....................................................................................... 23
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 26
A. Bronkopneumonia .......................................................................................... 26
B. Anemia ........................................................................................................... 27
C. ISPA ............................................................................................................... 28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30
A. Hasil ............................................................................................................... 30
B. Pembahasan.................................................................................................... 31
BAB VI PENUTUP ................................................................................................... 32
A. Kesimpulan .................................................................................................... 32
B. Saran .............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 34
LAMPIRAN ............................................................................................................... 36

i
BAB I
PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), Proses terstandar ini adalah suatu metoda
pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksud
adalah memberikan asuhan gizi dengan proses terstandar, yaitu menggunakan struktur dan
kerangka kerja yang konsisten sehingga setiap pasien yang bermasalah gizi akan
mendapatkan 4 langkah proses asuhan gizi yaitu : asessmen, diagnosis, intervensi serta
monitoring dan evaluasi (Kemenkes, 2014).

Asuhan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara sistematis,
menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses asuhan gizi,
menggunakan terminologi yang seragam untuk mendokumentasikan dan berkomunikasi di
setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang mutakhir, sehingga tercapai asuhan
gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas menunjukkan besarnya kemungkinan tingkat
keberhasilan asuhan gizi dapat tercapai. Ukuran kualitas tergambar dari evaluasi keberhasilan
asuhan gizi dan kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT pada setiap pasien yang
mempunyai masalah gizi (Kemenkes, 2014).

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing. Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan
masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur
2 tahun.Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran napas akut termasuk bronkopneumonia dan influenza (Administered by the
Albert Medical Association, 2002).

1
Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Penyakit ini rentan
dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa, bumil, busui, dan manula).
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb)
atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya
produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis),
atau kehilangan darah yang berlebihan (Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes, 2012).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau
bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu.
Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke
manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak
napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007).

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada pasien
Rawat Inap di ruang Flamboyant (Ruang Anak), ruangan F8 Rumah Sakit Umum
Daerah Doris Sylvanus Palangkaraya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data rekam medik pada pasien dengan penyakit
Susp Bp + Anemia + ISPA.
b. Mampu melakukan pengukuran antropometri pasien dengan penyakit Susp Bp +
Anemia + ISPA.
c. Mampu melakukan skirining gizi pada pasien dengan penyakit Susp Bp +
Anemia + ISPA.
d. Mampu menyusun NCP pada pasien dengan penyakit Susp Bp + Anemia + ISPA,
yaitu Assessment, Diagnosa gizi, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
e. Mampu melakukan konsultasi gizi terhadap pasien dengan cara memberikan
edukasi awal dan edukasi akhir kepada pasien.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Narasi Kasus
Pasien bernama An. P berjenis kelamin perempuan berusia 7 tahun beragama Islam,
berstatus pelajar kelas 3 SD. Awalnya mengalami demam disertai batuk selama seminggu
sebelum masuk rumah sakit. Demam yang dialami naik turun sepanjang hari disertai dengan
batuk. Karena keadaan tersebut orang tua pasien membawa anaknya ke rumah sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Setelah satu hari pasien dirawat di rumah sakit pasien mengalami sesak
nafas yang terlihat dari pasien terengah-engah saat bernafas. Sesak nafas muncul kadang-
kadang tidak terjadi terus menerus, dan tidak disertai dengan suara mengi. Saat ditanyakan
riwayat penyakit asma, TBC dan alergi hal tersebut disangkal oleh ibu pasien. Riwayat
muntah, BAK dan BAB dibatas normal. Kejang ataupun penurunan kesadaran selama demam
disangkal. Riwayat anggota keluarga lain mengalami keluhan yang sama disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemah, dengan
kesadaran compos mentis. Tanda vital didapatkan nadi 110x/menit, pernafasan 20x/menit,
suhu 37,1ºC, berat badan 15,7 kg, tinggi badan 113,3 cm, dengan status gizi dari perhitungan
z-score IMT menurut umut berstatus gizi kurus.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 November 2017 didapatkan hasil
hemoglobin sebesar 9,8 g% dan leukosit sebesar 4.200 /mm3. Diagnosa pada pasien ini
adalah susp Bp, anemia dan ISPA. Pasien diberikan infus D5 + 1/4NS dengan 18 TPM dan
obat paracetamol 3 x 1 dengan dosis 15 mg satu kali pemberian.
1. Antropometri
 BB = 15,7 kg
 TB = 113,3 cm = 1,133 m
15,7 15,7
 IMT = = = 12,2 kg/m2
(1,133 X 1,133) 1,283689
12,2 − 15,5 −3,2
 Z-Score IMT/U = = = −2,2 SD (kurus)
15,5 −13,9 1,4

 BBI = 20,0 kg (Buku Antropometri Depkes, berdasarkan median dari BB


menurut Umur)

4
2. Biokimia
Tabel 4.1 Data Pemeriksaan Biokimia Tanggal 28 April 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

Hemoglobin 9,8 g% 12 – 15 g% ↓ Menurun


Leukosit 4.200 4.800 – 11.800 /mm3 ↓ Menurun
Sumber Data Rekam Medik 2017
3. Fisik dan Klinis
Tabel Data Pemeriksaan Fisik
Tgl 18 November 2017 Fisik Lemah + Batuk
Tgl 19 November 2017 Fisik Lemah + Batuk + Sesak Nafas
Tgl 20 November 2017 Fisik Lemah + Batuk + Sesak Nafas
Tgl 21 November 2017 Fisik Lemah + Batuk
Sumber Data Rekam Medik 2017
Tabel Data Pemeriksaan Klinis
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan pemeriksaan
Nadi 110 x / menit 80 – 90 x / menit Meningkat
Suhu 37,1oC 36,5oC – 37,5oC Normal
Pernafasan 20 x / menit 20 x / menit Normal
Sumber Data Rekam Medik 2017

4. Dietary History
Tabel Riwayat Gizi
Alergi atau pantangan Tidak ada
makanan
Kebiasaan makanan Makanan popok : nasi 3 kali per hari
Lauk hewani : ikan atau ayam 1 kali per hari
Lauk nabati : tempe atau tahu 1 kali per hari
Sayur : sering dikonsumsi
Buah : jarang dikonsumsi
Minuman : air putih dan teh
Frekuensi makan 3 kali makanan utama dan kadang konsumsi selingan
sebelum masuk rumah paling sedikit 1 kali selingan

5
sakit
Makanan kesukaan Makanan yang digoreng, telur ayam ras dan telur
puyuh yang direbus
Aktivitas Dapat berjalan dan duduk

5. Riwayat Personal
a. An. P masih berstatus pelajar kelas 3 SD
b. An. P masuk rumah sakit karena mengalami keluhan demam dan batuk.
6. Pengobatan dan tindakan yang diberikan
Jenis Obat/Tindakan Fungsi & Interaksi dengan Makanan
1
Infus D5 + /4NS 18 Berfungsi untuk mengatasi dehidrasi, menambah
TPM kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh.
Paracetamol 3 x 1 Berfungsi untuk membantu meredakan demam pada
dengan dosis 15 mg anak.
satu kali pemberian

B. Terapi Diet Dari Rumah Sakit


1. Terapi diet yang diberikan : BB Diet TKTP (Bubur biasa dan diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein)
2. Rute pemberian diet : Oral

6
BAB III
PENATALAKSANAAN ASUHAN GIZI
A. Skrining
Skrining menggunakan form skrining gizi anak yaitu Strong Kids, hasil skor yang
didapat adalah 2 yaitu resiko sedang. Kesimpulannya Ahli Gizi melakukan asuhan gizi pasien
yang beresiko malnutrisi sedang.
B. Assesment Gizi
1. Antropometri
AD 1.1 Komposisi atau Pertumbuhan Tubuh atau Riwayat Berat Badan
AD 1.1.1 Tinggi Badan
 Tinggi badan An. P yaitu 113,3 cm
AD 1.1.2 Berat Badan
 Berat badan An. P pada penimbangan tanggal 18 November 2017 yaitu 15,7 kg
AD 1.1.5 IMT
 IMT (Indeks Massa Tubuh) An. P yaitu :
15,7 15,7
IMT = (1,133 X 1,133) = = 12,2 kg/m2
1,283689

 BBI (Berat Badan Ideal) An. P yaitu :


BBI = 20,0 kg (Buku Antropometri Depkes, berdasarkan median dari BB
menurut Umur)
 Status Gizi Menurut Z-Score
12,2 − 15,5 −3,2
Z-Score IMT/U = = = −2,2 SD
15,5 −13,9 1,4

Tabel Kategori Status Gizi Berdasarkan Hasil Z-Score IMT/U


Kategori Status Gizi Nilai Ambang Batas
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD s/d < -2 SD
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk > 2 SD
Sumber : Buku Antropometri Depkes, 2011
Kesimpulan : An. P untuk status gizinya masuk dalam kategori kurus.
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa berat badan aktual An. P
kurang dari berat badan idealnya. Dan status gizi An. P berdasarkan hasil
perhitungan Z-Score IMT/U berstatus kurus.

7
2. Biokimia
BD 1.10 Profil Anemia Gizi
BD 1.10.1 Hemoglobin
 Dari hasil pemeriksaan laboratorium hasil dari hemoglobin An. P yaitu sebesar
9,8 g%.
BD 1.10.4 Red Blood Folate
 Leukosit
Pada saat pemeriksaan laboratorium An. P hasil dari leukosit yaitu sebesar 4.200
/mm3
Identifikasi : Dari data hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 April 2017,
diketahui bahwa :
Interpret
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Dampak Klinis
asi
Hemoglobin 9,8 g% 12 – 15 g% ↓ Menurun Pasien mengalami
anemia
Leukosit 4.200 4.800 – ↓ Menurun Pasien mengalami
/mm3 11.800 /mm3 anemia dan kekurangan
gizi
Sumber Data Rekam Medik 2017
3. Fisik dan Klinis
PD 1.1 Nutrition-Focused Physical Findings
PD 1.1.1 Penampilan Keseluruhan
 An. P sadar penuh dan dapat duduk atau berbaring ditempat tidur, serta bisa
berjalan ke kamar mandi ataupun keluar kamar.
Tabel Data Pemeriksaan Fisik
Tanggal Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik
Tgl 18 November 2017 Compos mentis + Lemah + Batuk
Compos mentis + Lemah + Batuk + Sesak
Tgl 19 November 2017
Nafas
Compos mentis + Lemah + Batuk + Sesak
Tgl 20 November 2017
Nafas
Tgl 21 November 2017 Compos mentis + Lemah + Batuk
Sumber Data Rekam Medik 2017

8
PD 1.1.9 Tanda-Tanda Vital
Tabel Data Pemeriksaan Klinis
Jenis Hasil
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan pemeriksaan
Nadi 110 x / menit 80 – 90 x / menit Meningkat
Suhu 37,1oC 36,5oC – 37,5oC Normal
Pernafasan 20 x / menit 20 x / menit Normal
Sumber Data Rekam Medik 2017

Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa denyut nadi An. P masuk
kedalam kategori meningkat untuk anak sesuai usianya dengan rentang normal
antara 80 – 90 x / menit, suhu tubuh An. P masuk kedalam kategori normal.
Pernafasan An. P masuk kedalam kategori normal untuk anak sesuai usianya
dengan rentang normal antara 20 x / menit.
4. Dietary History
FH 1.1 Asupan Energi
FH 1.1.1 Asupan Energi Total
 Asupan energi total An. P saat dilakukan recall pertama kali pada tanggal 18
November 2017 yaitu sebesar 921,7 kalori (58% dari total kebutuhan energi
sebesar 1595,88 kalori)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan energi total An. P masuk
kedalam kategori defisit berat dengan tingkat konsumsi hanya 58% dari total
kebutuhan energi sebesar 1595,88 kalori.
FH 1.2.2 Asupan Makanan
FH 1.2.2.2 Jenis Makanan
 Makanan yang dikonsumsi An. P sebelum masuk rumah sakit adalah makanan
biasa.
FH 1.2.2.3 Pola Makan
 Pola makan An. P sebelum masuk rumah sakit yaitu 3 kali makanan utama dan
kadang konsumsi selingan paling sedikit 1 kali selingan dalam sehari
FH 1.2.2.5 Variasi Makanan
 Variasi bahan makanan yang dikonsumsi An. P sudah cukup bervariasi namun
cara pengolahan makanan An. P masih kurang bervariasi karena lebih cenderung
diolah dengan cara digoreng.

9
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa pola makan An. P sudah teratur dan
variasi bahan makanan yang dikonsumsi sudah cukup bervariasi, namun cara
pengolahan makanannya masih kurang bervariasi karena lebih cenderung diolah
dengan cara digoreng.
FH 1.3 Asupan Enteral dan Parenteral
FH 1.3.2 Asupan Parenteral
FH 1.3.2.2 Cairan Intravena (IV)
 Saat berada di rumah sakit An. P mendapatkan Infusan D5 + ¼ NS dengan 18
TPM
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa An. P mendapatkan terapi
parenteral yaitu Infusan D5 + ¼ NS dengan 18 TPM yang berfungsi untuk megatasi
dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam
tubuh.
FH 1.5 Asupan Zat Gizi Makro
FH 1.5.1 Asupan Lemak dan Kolesterol
FH 1.5.1.1 Lemak Total
 Asupan lemak total An. P saat dilakukan recall pertama kali pada tanggal 18
November 2017 yaitu sebesar 29,2 gram (82% dari total kebutuhan lemak sebesar
35,5 gram)
FH 1.5.2 Asupan Protein Total
FH 1.5.2.1 Protein Total
 Asupan protein total An. P saat dilakukan recall pertama kali pada tanggal 18
November 2017 yaitu sebesar 39,4 gram (131% dari total kebutuhan protein
sebesar 30 gram)
FH 1.5.3 Asupan Karbohidrat
FH 1.5.3.1 Karbohidrat Total
 Asupan karbohidrat total An. P saat dilakukan recall pertama kali pada tanggal 18
November 2017 yaitu sebesar 120,8 gram (42% dari total kebutuhan karbohidrat
sebesar 289,2 gram)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa asupan zat gizi makro yaitu :
a. Asupan lemak total An. P memiliki interpretasi defisit ringan dengan persentase
tingkat konsumsi sebesar 82% dari kebutuhan lemak total.
b. Asupan protein total An. P memiliki interpretasi diatas kebutuhan dengan
persentase tingkat konsumsi sebesar 131% dari kebutuhan protein total.

10
c. Asupan karbohidrat total An. P memiliki interpretasi defisit berat dengan
persentase tingkat konsumsi sebesar 42% dari kebutuhan karbohidrat total.
FH 2. Asupan Makanan dan Zat Gizi
FH 2.1. Riwayat Diet
FH 2.1.4 Pemberian Enteral dan Parenteral
FH 2.1.4.2 Akses Parenteral
 Akses pemberian parenteral An. P melalui akses intravena (IV)
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa An. P mendapatkan cairan Infusan
D5 + ¼ NS yang diberikan melalui akses intravena (melalui pembuluh darah)
FH 3. Penggunaan Suplemen Obat dan Jamu
FH 3.1 Suplemen Obat dan Jamu
FH 3.1.1 Penggunaan Obat yang Direseokan Khusus
 Saat An. P di rumah sakit diresepkan obat yaitu paracetamol
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa An. P diberikan obat paracetamol 3
x 1, obat ini digunakan untuk membantu meredakan demam pada anak.
FH 4. Pengetahuan atau Kepercayaan atau Perilaku
FH 4.2 Perilaku dan Kepercayaan
FH 4.2.12 Kesukaan Makanan
 An. P menyukai makanan yang digoreng, telur ayam ras dan telur puyuh yang
direbus
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa An. P menyukai makanan yang
diolah dengan cara digoreng, dan suka mengonsumsi telur ayam ras atau telur puyuh
yang direbus.
FH 7. Aktifitas dan Fungsi Fisik
FH 7.3 Aktifitas Fisik
FH 7.3.1 Riwayat Aktifitas Fisik
 Dilihat dari pemeriksaan fisik An. P dapat duduk atau berbaring ditempat tidur,
serta bisa berjalan ke kamar mandi ataupun keluar kamar.
Identifikasi : Dari pemeriksaan fisik An. P masih dapat duduk atau berbaring
ditempat tidur, serta bisa berjalan ke kamar mandi ataupun keluar kamar, meskipun
secara fisik tampak lemah.
5. Riwayat Personal
CH 1. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal

11
CH 1.1.1 Umur
 An. P berumur 7 tahun
Tanggal pemeriksaan : 18 11 2017
Tanggal lahir : 10 11 2010 –
= 8 0 7
= 7 tahun
CH 1.1.2 Jenis Kelamin
 An. P berjenis kelamin perempuan
CH 1.1.3 Suku/Etnik
 An. P termasuk suku Jawa
CH 1.1.4 Bahasa
 Bahasa yang digunakan An. P setiap hari adalah bahasa Indonesia
CH 1.1.5 Kemampuan Membaca
 An. P mampu untuk membaca dengan baik
CH 1.1.6 Edukasi
 An. P masih bersekolah disekolah dasar kelas 3 SD
CH 1.1.7 Peran Dalam Keluarga
 An. P merupakan anak pertama dari 2 bersaudara
CH 1.1.10 Mobilitas
 An. P dapat duduk atau berbaring ditempat tidur, serta bisa berjalan ke kamar
mandi ataupun keluar kamar
CH 2. Riwayat Medis/Kesehatan Pasien/Klien/Keluarga
CH 2.1 Riwayat Medis/Kesehatan Terkait Gizi Dari Pasien/Klien/Keluarga
CH 2.1.1 Keluhan Pasien/Klien Terkait Gizi
 Keluhan dari An. P demam selama seminggu disertai batuk
CH 2.2 Perawatan/Terapi/Pengobatan Alternatif
CH 2.2.1 Perawatan/Terapi Medis
 An. P mendapatkan terapi medis berupa pemberian Infusan D5 + ¼ NS dengan 18
TPM dan obat paracetamol 3 x 1.
CH 3. Riwayat Sosial
CH 3.1 Riwayat Sosial
CH 3.1.2 Situasi Rumah/Hidup
 An. P tinggal bersama kedua orang tuanya dan 1 orang adik laki-laki
CH 3.1.6 Pekerjaan

12
 An. P tidak bekerja
CH 3.1.7 Agama
 An. P beragama Islam
C. Diagnosa Gizi
I. Domain Intake
1. NI 1.4 Kekurangan Intake Energi
Berkaitan dengan : Menurunnya asupan makanan oral yang dikonsumsi oleh
pasien karena pasien kurang nafsu makan
Dibuktikan dengan : Berdasarkan hasil recall pertama yaitu asupan energi
total sebesar 921,7 kalori dengan tingkat konsumsi
hanya 58% dari total kebutuhan energi sebesar 1595,88
kalori, dan memiliki interpretasi defisit berat.
2. NI 5.7.2 Kelebihan Intake Protein
Berkaitan dengan : Anak sangat menyukai makanan yang mengandung
protein hewani dan nabati
Dibuktikan dengan : Berdasarkan hasil recall pertama yaitu asupan protein
total sebesar 39,4 gram dengan tingkat konsumsi hanya
131% dari total kebutuhan protein sebesar 30 gram, dan
memiliki interpretasi diatas kebutuhan.
3. NI 5.8.1 Kekurangan Intake Karbohidrat
Berkaitan dengan : Menurunnya asupan makanan oral yang dikonsumsi oleh
pasien karena pasien kurang nafsu makan
Dibuktikan dengan : Berdasarkan hasil recall yaitu asupan karbohidrat total
sebesar 120,8 gram dengan tingkat konsumsi hanya 42%
dari total kebutuhan karbohidrat sebesar 289,2 gram, dan
memiliki interpretasi defisit berat.
II. Domain Klinis
1. NC 2.2 Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Gizi
Berkaitan dengan : Pasien mengalami penyakit bronkopneumonia, anemia
serta ISPA sehingga mengalami perubahan nilai
laboratoriumnya
Dibuktikan dengan :Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, hemoglobin
9,8 g% masuk dalam kategori menurun dan leukosit
4.200 /mm3 masuk dalam kategori menurun.

13
III. Domain Perilaku
1. NB 1.1 Kurang Pengetahuan Terkait Makanan dan Zat Gizi
Berkaitan dengan : Orang tua dan juga pasien belum pernah mendapatkan
edukasi gizi mengenai informasi makanan yang bergizi
dan sesuai untuk dikonsumsi pasien dan keluarga
Dibuktikan dengan : Kesukaan makanan An. P yaitu makanan yang digoreng-
goreng
 Diagnosa Gizi yang Dijadikan Prioritas
 Domain Intake : Pada asupan oral An. P zat gizi makro yang mengalami defisit
berat yaitu energi dan karbohidrat, namun untuk asupan protein tetap
dipertahankan karena anak memerlukan protein tinggi untuk membentuk antibodi
dalam melawan infeksi dan juga anak masih dalam masa pertumbuhannya.
Sangat diperlukan perbaikan zat gizi, sehingga saat ini An. P diberikan diet TKTP
dengan memperhatikan syarat dan prinsip dietnya, dan perlu diperhatikan dalam
pemberian asupan karbohidratnya. Selain itu hal lain yang dilakukan adalah
memberikan edukasi awal dan edukasi akhir terkait gizi kepada An. P beserta
orang tuanya tentang makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan juga dihindari
sesuai dengan penyakitnya saat ini serta membantu orang tua An. P mengatur
menu makanan dalam sehari dari segi jenis, jumlah atau besar porsi yang
dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh An. P serta sesuai
dengan penyakit yang dialami oleh An. P saat ini yaitu bronkopneumonia, anemia
dan ISPA.
D. Intervensi
1. Tujuan Diet
(Jangka pendek 1-3 hari)
a. Meningkatkan asupan energi yang defisit berat
b. Meningkatkan asupan karbohidrat yang defisit berat
c. Meningkatkan asupan lemak yang defisit ringan
d. Menyeimbangkan asupan protein yang berlebih
e. Meningkatkan status gizi anak secara bertahap
f. Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro dari makanan
g. Memberikan edukasi kepada pasien serta keluarganya terkait makanan yang
sebaiknya dikonsumsi pasien dan makanan yang sebaiknya dihindari
14
2. Jenis Diet
BB dengan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
3. Perhitungan Zat Gizi
Diketahui :
 BB : 15,7 kg
 TB : 113,3 cm
 BBI : 20 kg
 IMT : 12,2 kg/m2
 IMT/U : -2,2 SD (berstatus gizi kurus)
 Kebutuhan energi
Energi = RDA x BBI + BEE x FS
= 75 x 20 + 799 x 12%
= 1500 + 95,88
= 1595,88 kalori
 Kebutuhan Protein
Protein = 1,5 x BBI
= 1,5 x 20
= 30 gram  7,5%
 Kebutuhan Lemak
20 319,176
Lemak = 100 x 1595,88 = = 35,5 gram
9

 Kebutuhan Karbohidrat
72,5 1157,013
Karbohidrat = x 1595,88 = = 289,2 gram
100 4

 Perhitungan Infusan D5 + ¼ NS 12 TPM


1 cc = 60 tetes makro (anak)
12 x 60 x 24
Cairan infus = = 288 cc
60

 Nilai zat gizi yang terkandung dalam infus


Dalam 500 ml terkandung 25 gram karbohidrat
288
 Karbohidrat = 500 x 25 gram = 14,4 gram

 Energi = 14,4 x 4 = 57,6 kalori


 Kebutuhan zat gizi makro pasien setelah dikurangi zat gizi yang terkandung
dalam infus
Energi = 1595,88 kalori – 86,4 kalori = 1509,48 kalori

15
Protein = 30 gram
Lemak = 35,5 gram
Karbohidrat = 289,2 gram – 21,6 gram = 267,6 gram
4. Prinsip Diet
 Energi tinggi

 Protein tinggi

 Lemak cukup

 Karbohidrat cukup

 Vitamin & Mineral cukup

 Serat cukup

 Cairan cukup

5. Syarat Diet
 Energi diberikan tinggi yaitu sebanyak 1595,88 kalori. Dengan pembagian 86,4
kalori telah diberikan dari infus dan 1509,48 kalori diberikan dari makanan yang
dimakan pasien. Pemberian energi tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh dan untuk menambah berat badan agar
mencapai normal.
 Protein diberikan tinggi, yaitu sebesar 30 gram. Pemberian protein tinggi adalah
untuk membantu proses penyembuhan penyakit anak dan sangat berguna bagi
pertumbuhan anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
 Lemak diberikan cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total yaitu sebesar 35,5
gram. Pemberian lemak cukup adalah karena lemak merupakan cadangan energi
kedua setelah karbohidrat yang dapat dimetabolisme menjadi energi.
 Karbohidrat diberikan cukup, yaitu sisa dari kebutuhan normal. Dengan
pembagian 21,6 gram diberikan dari infus dan 267,6 gram diberikan dari
makanan yang dimakan pasien. Pemberian karbohidrat cukup adalah karena
karbodhirat merupakan cadangan energi utama yang digunakan oleh tubuh.
 Vitamin dan mineral diberikan cukup yaitu sesuai kebutuhan. Vitamin dan
mineral berfungsi untuk membantu proses kinerja dan metabolisme tubuh.
 Serat diberikan cukup, yaitu sesuai kebutuhan serat. Serat berfungsi untuk
memperlancar proses metabolisme tubuh.
 Cairan diberikan cukup, yaitu sesuai kebutuhan cairan. Pemberian cairan cukup

16
adalah untuk menjaga keseimbangan asupan cairan dalam tubuh.
6. Bentuk Makanan
Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan biasa
7. Frekuensi
Pasien diberikan 3 kali makanan utama yaitu, makan pagi, makan siang dan makan
sore.
8. Rute
Makanan diberikan melalui rute oral
9. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah edukasi awal dan edukasi akhir.
 Edukasi awal yang diberikan berupa konseling pada hari sabtu, 18 November
2017, mengenai :
a. Menjelaskan mengenai jenis diet apa yang diberikan kepada pasien serta
tujuan pemberian diet tersebut
b. Menganjurkan kepada pasien dan keluarganya agar mengonsumsi makanan
dari dalam rumah sakit dan tidak mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit
selama masa perawatan
c. Memberi motivasi kepada anak dan keluarganya agar mengikuti diet yang
diberikan sehingga lekas sembuh
 Edukasi akhir yang diberikan berupa konseling pada hari senin, 20 November
2017, mengenai :
a. Penyakit yang dialami oleh pasien
b. Materi atau penjelasan dari diet yang diberikan kepada pasien mulai dari jenis
diet, tujuan pemberian diet, prinsip diet serta syarat dietnya.
c. Memberikan informasi mengenai makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
yang sesuai dengan kebutuhan dan penyakit yang dialami anak.
d. Memberikan informasi mengenai makanan yang sebaiknya dihindari oleh
anak yang berdampak kurang baik bagi kesehatannya.
10. Perencanaan Menu
 Perencanaan menu untuk pemorsian sore tanggal 18 November 2017
Perhitungan zat gizi untuk pemorsian sore 35% dari kebutuhan :
35
Energi = 100 𝑥 1509,48 kalori = 528,3 kalori
35
Protein = 100 𝑥 30 gram = 10,5 gram

17
35
Lemak = 100 𝑥 35,5 = 12,4 gram
35
Karbohidrat = 100 𝑥 267,6 gram = 93,7 gram

Range ± 5%
Energi = 501,8 – 554,7
Protein = 10 - 11
Lemak = 11,8 – 13,0
Karbohidrat = 89 – 98,4
Perhitungan penukar

Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat


Penukar
Makanan (kalori) (gram) (gram) (gram)
Makanan Pokok 1 175 4 0 40
Lauk Hewani 1 95 10 6 0
Lauk Nabati 1 80 6 3 8
Sayur 1 50 3 0 10
Minyak 1 45 0 5 0
JUMLAH 445 23 14 58

Menu
Berat
Bahan Nilai Zat Gizi
Waktu Menu bersih BDD
Makanan
(gr) Energi Protein Lemak Karbohidrat
400
Bubur Bubur
(beras - 180,5 3,3 0,3 39,8
beras beras
50)
Ikan
patin
Ikan patin 50 90 49 9,1 1,2 0
masak
asam
Makan
Tahu 100 - 76 8,1 4,8 1,9
sore Tumis
Minyak 5
tahu - 43,1 0 5 0
goreng
Kacang 25
- 8,8 0,5 0,1 2
panjang
Asem
Buncis 25 - 8,8 0,5 0,1 2
buncis
Kol 25 - 5,5 0,3 0,1 1,1
kangkung 25 - 3,8 0,6 0,1 0,5

18
 Perencanaan menu untuk pemorsian pagi, siang, sore tanggal 19 November
2017
Zat gizi
Energi = 1509,48 kalori
Protein = 30 gram
Lemak = 35,5 gram
Karbohidrat = 267,6 gram
Range ± 5%
Energi = 1434,0 – 1585,0
Protein = 28,5 – 31,5
Lemak = 33,7 – 37,3
Karbohidrat = 254,2 – 281,0
Perhitungan penukar

Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat


Penukar
Makanan (kalori) (gram) (gram) (gram)
Makanan Pokok 3 525 12 0 120
Lauk Hewani 3 285 30 18 0
Lauk Nabati 2½ 200 15 7,5 20
Sayur 3 150 9 0 30
Buah 1 40 0 0 10
Gula 1 40 0 0 10
Minyak 2 90 0 10 0
JUMLAH 1330 66 35,5 190

Pembagian Penukar
Bahan Makanan Penukar Pagi Siang Sore

Makanan Pokok 3 1 1 1
Lauk Hewani 3 1 1 1
Lauk Nabati 2½ 1 ½ 1
Sayur 3 1 1 1
Buah 1 - 1 -
Gula 1 - - 1

19
Minyak 2 1 1 -

Menu

Bahan Nilai Zat Gizi


Waktu Menu Berat BDD
Makanan
E P L KH
Bubur 400
Bubur
beras (beras - 180,5 3,3 0,3 39,8
beras
50)
Bistik Ayam ras 50 79 142,5 13,4 9,4 0
ayam
Makan Tempe Tempe 50 - 99,5 9,5 3,8 8,5
pagi
goreng Minyak - 43,1 0 5 0
5
goreng
Wortel 50 - 9,5 0,5 0,1 2
Cah
Labu - 10 0,4 0,2 2,2
wortel 50
siam
Bubur 400
Bubur
beras (beras - 180,5 3,3 0,3 39,8
beras
50)
Ikan Ikan nila 50 90 65 9,2 2,9 0
nila Minyak - 43,1 0 5 0
5
goreng goreng
Tahu Tahu 50 - 38 4,1 2,4 0,9
bumbu
Makan serai
siang Kacang - 8,8 0,5 0,1 2
25
panjang
Cah Labu - 5 0,2 0,1 1,1
kacang 25
siam
panjang Kol 25 - 5,5 0,3 0,1 1,1
Terong - 7 0,2 0,1 1,6
25
asam
Buah Pisang 50 - 46 0,5 0,3 11,7
ambon
Bubur 400
Bubur
beras (beras - 180,5 3,3 0,3 39,8
beras
50)
Makan Pepes Ikan peda 50 90 56 10,7 1,1 0
sore ikan
peda
Tempe Tempe 50 - 99,5 9,5 3,8 8,5
bacem Gula 13 - 48 0,1 0 12,2

20
merah
Bayam - 12,2 1,2 0,1 2,4
33
potong
Sayur Kacang - 11,6 0,6 0,1 2,6
33
bening panjang
Labu - 12,9 0,3 0,2 2,9
33
kuning

 Perencanaan menu untuk pemorsian pagi dan siang tanggal 20 November


2017
Perhitungan zat gizi untuk pemorsian pagi dan sore 65% dari kebutuhan
65
Energi = 100 𝑥 1509,48 kalori = 981,2 kalori
65
Protein = 100 𝑥 30 gram = 19,5 gram
65
Lemak = 100 𝑥 35,5 = 23,1 gram
65
Karbohidrat = 100 𝑥 267,6 gram = 173,9 gram

Range ± 5%
Energi = 932,1 – 1030,3
Protein = 18,5 – 20,5
Lemak = 21,9 – 24,3
Karbohidrat = 165,2 – 182,6
Perhitungan penukar

Bahan Energi Protein Lemak Karbohidrat


Penukar
Makanan (kalori) (gram) (gram) (gram)
Makanan Pokok 2 350 8 0 80
Lauk Hewani 2 190 20 12 0
Lauk Nabati 1½ 120 9 4,5 12
Sayur 1 50 3 0 10
Buah 1 40 0 0 10
Minyak 2 90 0 10 0
JUMLAH 840 40 26,5 112

Pembagian Penukar

21
Bahan Makanan Penukar Pagi Siang

Makanan Pokok 2 1 1
Lauk Hewani 2 1 1
Lauk Nabati 1½ 1/2 1
Sayur 1 1 1
Buah 1 - 1
Minyak 2 1 1

Menu

Bahan Nilai Zat Gizi


Waktu Menu Berat BDD
Makanan
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Bubur Bubur beras 400 (dari -
beras beras 50 180,5 3,3 0,3 39,8
gram)
Ikan Ikan patin 50 90 49 9,1 1,2 0
patin Bawang 5 -
asam bombay
Makan manis
pagi Tahu Tahu 50 - 38 4,1 2,4 0,9
goreng Minyak 5 -
bumbu goreng 43,1 0 5 0
kemangi
Cah labu Labu air 25 - 5 0,2 0,1 1,1
air Wortel 25 - 4,8 0,3 0 1
Bubur Beras 400 (dari -
beras beras 50 180,5 3,3 0,3 39,8
gram)
Ayam Ayam ras 50 79
142,5 13,4 9,4 0
teriyaki
Putih Putih telur 25 -
telur 12,5 2,6 0 0,3
Makan rebus
siang Tempe Tempe 50 - 99,5 9,5 3,8 8,5
goreng Minyak 5 -
bumbu goreng 43,1 0 5 0
saos
Wortel 30 - 5,7 0,3 0 1,2
Sup Jamur -
15 4,1 0,3 0,1 0,8
kimlo kuping
Daun 5 - 1 0,1 0 0,3

22
bawang
Buah Pisang susu 50 - 46 0,5 0,3 11,7

E. Monitoring Evaluasi
Dampak Asuhan Gizi Asupan Zat Gizi Makro (Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat)
Outcome
Indikator Outcome Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 1, yaitu :
1. Energi  28%
2. Protein  66%
3. Lemak  51%
4. Karbohidrat  17%
Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 2, yaitu :
1. Energi  77%
2. Protein  263%
3. Lemak  183%
4. Karbohidrat  24%
Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 3, yaitu :
1. Energi  42%
2. Protein  98%
3. Lemak  52%
4. Karbohidrat  33%
Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 4, yaitu :
1. Energi  111%
2. Protein  193%
3. Lemak  67%
4. Karbohidrat  111%
Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 5, yaitu :
1. Energi  37%
2. Protein  96%
3. Lemak  19%
4. Karbohidrat  35%
Persentase asupan zat gizi makro pada saat recall pemorsian 6, yaitu :

23
1. Energi  47%
2. Protein  110%
3. Lemak  81%
4. Karbohidrat  31%

Kriteria Berdasarkan asupan recall pemorsian 1 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Defisit berat
2. Protein Defisit berat
3. Lemak  Defisit berat
4. Karbohidrat Defisit berat
Berdasarkan asupan recall pemorsian 2 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Defisit sedang
2. Protein Diatas kebutuhan
3. Lemak  Diatas kebutuhan
4. Karbohidrat Defisit berat
Berdasarkan asupan recall pemorsian 3 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Defisit berat
2. Protein Normal
3. Lemak  Defisit berat
4. Karbohidrat Defisit berat
Berdasarkan asupan recall pemorsian 4 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Normal
2. Protein Diatas kebutuhan
3. Lemak  Normal
4. Karbohidrat Defisit berat
Berdasarkan asupan recall pemorsian 5 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Defisit berat
2. Protein Normal

24
3. Lemak  Defisit berat
4. Karbohidrat Defisit berat
Berdasarkan asupan recall pemorsian 6 tersebut, asupan zat gizi makro
memiliki interpretasi sebagai berikut :
1. Energi Defisit berat
2. Protein Normal
3. Lemak  Defisit ringan
4. Karbohidrat Defisit berat
Dokumentasi Pada Pada kunjungan awal persentase asupan makan pasien
Monitoring Evaluasi Kujungan termasuk dalam kategori defisit berat
Awal
Pada Pada kunjungan akhir persentase asupan makan
Kujungan pasien sudah ada yang kembali normal dan sedikit
Akhir membaik menjadi defisit ringan

25
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkopneumonia
1. Definisi
Bronkopneumonia, disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada
parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) (Chernick & Boat, 1998). Umumnya, bronkopneumonia
mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Rahajoe dkk, 2010).
2. Diagnosa
a. Gejala
Gambaran klinis penumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
infeksi, tetapi secara umum dapat dilihat berdasarkan 2 gejala yaitu, gejala infeksi umum dan
gejala gangguan respiratori. Gangguan infeksi umum berupa demam, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti muntah atau diare,
terkadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk,
sesak nafas, retraksi dada, takipneu, nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan
sianosis.Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara
nafas melemah, dan ronkhi (WHO, 2009).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menunjang adalah terdapatnya pernafasan cuping hidung,
retraksi intercostal dan suprasternal, pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring,
maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan bronkopneumonia
(WHO, 2009).
3. Tatalaksana
Pada terapi diberikan O2 0,5l/menit. O2 diberikan untuk mengatasi hipoksemia,
menurunkan usaha untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen diberikan
pada anak yang menunjukkan gejala adanya tarikan dinding dada (retraksi) bagian bawah
yang dalam, SpO2 < 90%, frekuensi nafas 60x/menit atau lebih, merintih setiap kali bernafas
untuk bayi muda, dan adanya head nodding (anggukan kepala). Pemberian O2 melalui nasal

26
pronge yaitu 1-2l/menit atau 0,5l/menit untuk bayi muda. Pemberian O2 melalui kateter nasal
yaitu 1-6L/menit untuk memberikan konsentrasi O2 24-44%. Pemberian O2 melalui sungkup
biasa yaitu 5-8 l/menit untuk memberikan konsentrasi oksigen 40-60%.Serta pemberian O2
melalui sungkup reservoir yaitu 6-10/menit untuk memberikan konsentrasi oksigen 60-99%
(Nelson, 2000; Rahajoe, 2008).
Selanjutnya diberikan ampicilin 300 mg/12 jam, sesuai dengan teori yang dapat
dilihat berdasarkan etiologi dari bronkopneumonia akibat bakteri, bakteri yang cukup banyak
menyebabkan bronkopneumonia adalah bakteri kokus gram positif seperti streptococcus
pneumonia, dan pneumococcus. Sehingga perlu dibtambah antibiotik yang lebih luas
terhadap bakteri gram positif, yaitu contohnya ampicilin yang merupakan golongan beta
laktam yang sensitif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif yang tidak memiliki
beta laktamase. Pemberian paracetamol diberikan selama pasien mengalami demam, dengan
dosis 10-15mg/kgBB/kali dapat diulang 4-6 jam, pada kasus ini pasien mengalami demam
yang cukup tinggi (Nelson, 2000; Rahajoe, 2008).
B. Anemia
1. Definisi
Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Penyakit ini rentan
dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa, bumil, busui, dan manula).
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb)
atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya
produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis),
atau kehilangan darah yang berlebihan (Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes, 2012).
Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi hemoglobin
didalam tubuh. Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan dapat disebabkan oleh
bermacammacam reaksi patologis dan fisiologis (Schwart E, 2007).
Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun
dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas
pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung (Heeney M, 2009).
2. Diagnosa
a. Gejala
Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul hemoglobin
sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi pengecilan ukuran
hemoglobin, kandungan hemoglobin rendah, serta pengurangan jumlah sel darah merah.
Anemia zat besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal

27
(hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda
ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas (Dr.
dr. Citrakesumasari, M.Kes, 2012).
Gejala utama adalah fatigue, nadi teras cepat, gejala dan tanda
keadaanhiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada
anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa
(gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard) (Hadler dkk, 2002).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukanadanya gejalapucat menahun tanpa
disertai adanya organomegali, seperti hepatomegaly dan splenomegaly (Grantham, 2001).
3. Tatalaksana
Terapi zat besi oral: pada bayi dan anak terapi besi elemental diberikan dibagi dengan
dosis 3-6 mg/kgBB/hari diberikan dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan
makan malam. Terapi zat besi diberikan selama 1 sampai 3 bulan dengan lama maksimal 5
bulan. Enam bulan setelah pengobatan selesai harus dilakukan kembali pemeriksaan kadar
Hb untuk memantau keberhasilan terapi. Terapi zat besi intramuscular atau intravena dapat
dipertimbangkan bila respon pengobatan oral tidak berjalan baik, efek samping dapat berupa
demam, mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artragia, bronkospasme sampai relaksi
anafilaktik. Transfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai risiko terjadinya gagal
jantung yaitu pada kadar Hb 5-8g/dL. Komponen darah yang diberikan berupa suspensi
eritrosit (PRC) diberikan secara serial dengan tetesan lambat (Oski FA, 1983).

C. ISPA
1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Ranuh, 1997; Depkes, 2003).
2. Diagnosa
a. Gejala
Berdasarkan pedoman pemberantasan penyakit ISPA untuk penanggulangan
pneumonia pada anak balita, bahwa kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita
ISPA adalah anak balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas (Depkes, 2004).
3. Tatalaksana

28
Penatalaksanaan ISPA bertujuan untuk mencegah berlanjutnya ISPA non pnemonia
menjadi pnemonia dan mengurangi risiko terjadinya kematian. Penatalaksanaan tersebut
meliputi : pemberian makan, pemberian minum, penanganan demam, penanganan batuk, dan
pengamatan tanda pnemonia. Sebagian besar anak bisa disembuhkan dengan penatalaksanaan
di rumah yang baik (Anita, 2003).

29
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perkembangan asupan makan dapat dilihat dari banyaknya makanan atau zat gizi yang
dikonsumsi oleh pasien. Apabila asupan meningkat maka menunjukkan keadaan pasien sudah
mulai membaik namun apabila asupannya menurun maka keadaan pasien kurang baik.
Evaluasi makan dilakukan selama 2 hari dengan frekuensi makan 6x makan utama.
Untuk mengetahui asupan makanan pasien selama 24 jam dilakukan dengan cara food recall
24 jam. Hasil evaluasi asupan makan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel Persentase Perbandingan Asupan Dengan Kebutuhan
Persentase (%)
Zat Gizi
1 2 3 4 5 6
Energi 28 77 42 111 37 47
Protein 66 263 98 193 96 110
Lemak 51 183 52 67 19 81
Karbohidrat 17 24 33 111 35 31

Grafik Perbandingan Asupan Dengan Kebutuhan


300

250

200
Energi

150 Protein
Lemak

100 Karbohidrat

50

0
Pemorsian 1 Pemorsian 2 Pemorsian 3 Pemorsian 4 Pemorsian 5 Pemorsian 6

30
B. Pembahasan
Berdasarkan grafik, pada pemorsian pertama diberi diet tinggi kalori tinggi protein
dengan bentuk makanan bubur biasa, pembagian persentasi asupan yang didapat sebesar 35%
dari kebutuhan. Dari hasil perbandingan diketahui bahwa asupan pasien masih sedikit, karena
pasien masih kurang nafsu makan.
Pada pemorsian kedua diberi diet tinggi kalori tinggi protein dengan bentuk makanan
bubur biasa, dengan pembagian persentasi asupan sebesar 30% dari kebutuhan. Dari hasil
perbandingan diketahui bahwa asupan pasien meningkat dibandingkan sebelumnya, dan
merupakan asupan yang cukup bagus jika dibandingkan dengan asupan pada pemorsian lain.
Pada pemorsian ketiga diberi diet tinggi kalori tinggi protein dengan bentuk makanan
bubur biasa, dengan pembagian persentasi asupan sebesar 35% dari kebutuhan. Dari hasil
perbandingan diketahui bahwa asupan pasien menurun lagi dibandingkan sebelumnya, karena
pasien kurang menyukai makanan yang diberikan.
Pada pemorsian keempat diberi diet tinggi kalori tinggi protein dengan bentuk makanan
bubur biasa, dengan pembagian persentasi asupan sebesar 35% dari kebutuhan. Dari hasil
perbandingan diketahui bahwa asupan pasien meningkat lagi dibandingkan sebelumnya, dan
juga merupakan asupan yang cukup bagus jika dibandingkan dengan asupan pada pemorsian
lain.
Pada pemorsian kelima diberi diet tinggi kalori tinggi protein dengan bentuk makanan
bubur biasa, dengan pembagian persentasi asupan sebesar 30% dari kebutuhan. Dari hasil
perbandingan diketahui bahwa asupan pasien menurun kembali dibandingkan sebelumnya,
karena pasien tidak selera makan makanan yang disajikan.
Pada pemorsian keempat diberi diet tinggi kalori tinggi protein dengan bentuk makanan
bubur biasa, dengan pembagian persentasi asupan sebesar 35% dari kebutuhan. Dari hasil
perbandingan diketahui bahwa asupan pasien meningkat lagi dibandingkan sebelumnya, dan
juga merupakan asupan yang cukup bagus jika dibandingkan dengan asupan sebelumnya.

31
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan laporan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing. Biasanya ditandai dengan gelaja khas batuk
demam dan disertai dengan sesak nafas.
2. Diet yang diberikan untuk anak yang mengalami bronkopneumonia adalah diet tinggi
kalori tinggi protein. Pemberian diet ini dikarenakan tubuh memerlukan protein yang
tinggi untuk menjaga dan meningkatkan sistem imun tubuh karena sedang dalam
masa infeksi lalu kalori tinggi karena tubuh memerlukannya agar tidak terjadi
penurunan berat badan dan mempertahankan atau meningkatkan status gizi agar tetap
normal.
3. Hasil skrining An. P menggunakan skrining strong kids adalah beresiko sedang, hasil
skrining ini diperoleh dari keadaan fisik dan riwayat penurunan berat badan serta
riwayat penyakit yang sedang dialami.
4. Dari data antropometri An. P diketahui bahwa status gizi pasien termasuk berstatus
gizi kurus yang ditentukan dari hasil perhitungan z-score IMT/U.
5. Dari data biokimia diketahui bahwa hasil pengukuran hemoglobin dan leukosit
pasien menurun, hal itu membuktikan keadaan anak yang juga mengalami anemia.
6. Dari pemeriksaan klinis An. P diketahui bahwa nadi termasuk dalam kategori cepat,
sedangkan untuk suhu tubuh dan pernafasannya termasuk dalam kategori normal.
Dari pemeriksaan fisik An. P sempat mengalami demam, batuk dan sesak nafas.
7. Diagnosa yang menjadi diagnosa prioritas dalam penatalaksanaan diet penyakit ini
adalah domain intake.
8. Dari monitoring asupan An. P diketahui jika asupan makanan nya masih naik turun
dan selera makannya masih naik turun.

B. Saran
1. Kunjungan ahli gizi memberikan konsultasi ataupun edukasi gizi keruangan lebih
ditingkatkan lagi terutama pasien – pasien yang membutuhkan diet khusus.

32
2. Perlu adanya dukungan dari keluarga agar pasien mampu menerima makanan yang
disajikan rumah sakit maupun diluar rumah sakit agar kebutuhannya dapat terpenuhi
untuk membantu proses penyembuhan pasien.

33
DAFTAR PUSTAKA

Administrated by the Alberta Medical Association. 2002. Guideline For The Diagnosis and
Management Of Community Acquired Pneumonia: Pediatrics.
Amalia, Ajeng dkk. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi [Jurnal].
Diakses pada tanggal 1 Desember 2017 pada pukul 18.36 WIB.
Depkes RI. 2003. Kesehatan Ibu dan Anak, Propinsi Bali. JakartaDepkes dan JICA (Japan
International Cooperation Agency).
Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes. 2012. Anemia Gizi, Masalah Dan Pencegahannya.
Yogyakarta : Kalika.
Fahdila. 2013. Penegakan Diagnosis Dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia Pada Pasien
Bayi Laki-Laki Berusia 6 Bulan [Jurnal]. Diakses tanggal 28 November 2019 pada
pukul 19.08 WIB.
Grantham McGregorS, anic. 2001. A review of studies on the effect of iron deficiency on
cognitive development in children. J Nutr.
Heeney M, Dover GJ. Sickle cell disease. In: Nathan DG, Orkin SH, Oski FA, Ginsburg D.
Look AT. Fisher DE. Lux SE, eds. 2009. Nathan and Oski’s Hematology of infancy
and childhood. Edisi ke7. Philadelphia : Saunders Elsevier.
Kemenkes. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
Masthalina, Herta dkk. 2015. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap
Status Anemia Remaja Putri [Jurnal]. Diakses pada tanggal 28 November 2017 pada
pukul 19.35 WIB.
Oski FA, Honing As, Helu B, Howanitz P. 1983. Effect of iron therapy on behavior
performance in non anemic, iron- deficient infants.
Ranuh IGN. 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak.
Rahajoe, Nastini N. 2008. Buku Ajar Respirologi, Edisi I. Jakarta : IDAI.
Schwart E. Iron deficiency anemia. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Stanton
BF. 2007. Nelson t extbook of pediatrics. Philadelphia : Saunders.
Sukamawa, Anak Agung Anom dkk. 2006. Determinan Sanitasi Rumah Dan Sosial
Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian Ispa Pada Anak Balita Serta Manajemen

34
Penanggulangannya Di Puskesmas [Jurnal]. Diakses pada tanggal 1 Desember 2017
pada pukul 19.16 WIB.
WHO. 2007. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Yang Cenderung
Menjadi Epidemi Dan Pandemi Difasilitas Pelayanan Kesehatan Pedoman Interim
WHO. Jakarta : Trust Indonesia.
WHO. 2009. Buku Saku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Yuliani, Anita. 2003. Hubungan Penatalaksanaan Ispa Oleh Ibu Dengan Kejadian Pnemonia
Di Wilayah Kerja Puskesmas Cebongan Kota Salatiga [Jurnal]. Diakses tanggal 1
Desember 2017 pukul 18.44 WIB.

35
LAMPIRAN

36

You might also like