You are on page 1of 64

Tibetan:རྣམ་པར་སྣང་མཛད་ཆཆེན་པཔོ་མངཔོན་པར་རཔོགས་པར་བྱང་ཆུབ་པ་རྣམ་པར་སྤྲུལ་པ་བྱབྱིན་གབྱིས་རཔོབ་པ་ཤབྱིན་ཏུ་རྒྱས་པ་མདཔོ་སཆེའབྱི་དབང་པཔོའབྱི་རྒྱལ་པཔོ་ཞཆེས་བྱ་

བའབྱི་ཆཔོས་ཀབྱི་རྣམ་གྲངས། (rnam par snang mdzad chen po mngon par rdzogs par byang chub pa rnam par sprul pa
byin gyis rlob pa shin tu rgyas pa mdo sde'i dbang po'i rgyal po zhes bya ba'i chos kyi rnam grangs)
त -इनदतररहजह-नहम-
Sanskrit:महहवव ररचनहभभसमबरभध-भवककवरतत-अभधषठहन-वव पकलय-ससतर
धमरपयहरय (mahāvairocanābhisambodhi-vikurvatī-adhiṣṭhāna-vaipulya-sūtra-indrarājā-nāma-
dharmaparyāya)
Mongolian:yeke maγad geyigülügči iledde toγuluγsan bodhi qutuγ-un teyin
qubilγan adistid orusigulugsan masi delgerenggüi sudur-un erketü qaγan
neretü nom-un ǰüil
Chinese:大毘盧遮那成佛神變加持經 (da pi lu che na ch'eng fo shen bian chia chi jing)
Mahavairocanabhisambodhi sutra indonesia

Arya Maha Vairocana Abhisambodhi Vikurvit Adhisthana Vaipulya Sutrendraraja Nama


Dharmaparyaya Mahayana Suttram

Dabiluzhenachengfoshenbianjiachijing
(大毘盧遮那成佛神變加持經)

Diterjemahkan oleh Śubhākarasiṃha (Ahli Tipitaka dari India) dan Śramaṇa Yixing (Dinasti
Tang)

Yang Maha Suci Sutra Vaipulya Mahayana Dari Kegaiban Hukum Kesunyataan Yang
Menakjubkan Penerangan Sempurna Yang Mengetahui Pikiran Yang Sesungguhnya dan
Menampilkan Perubahan Wujud Kuasa Maha Vairocana.

Arya Bhagavan Catur Mukha Maha Vairocana Tathagata Arhat SamyakSamBuddha

[0001a09] Demikianlah telah kudengar,

[0001a09] Pada suatu waktu, Sang Bhagavan (Vairocana Dharmakaya Buddha) sedang b erada
didalam Istana besar yang agung keras tak dapat dihancurkan dari alam Dharma (Vajra-
dharmadhatu) dimana para Tathagata menciptakan doa berkah ajaib, yang diberi kuasa oleh Para
Tathagata , dimana para Vajradhara (Pemegang Vajra) telah berkumpul, ruangan besar yang
sangat baik terhiasi dengan raja permata, sebuah puncak lengkungan kubah dengan tanpa batasan
dan tanpa pusat, terlahir dari keyakinan dan pengertian Tathagata, menjelma dalam kesukaan
bermain pada kesenangan yang tentram melalui kehendak hati Tathagata, kumpulan dari semua
Vajradhara, rumah besar dari rangkaian kesatuan yang nyata, Vajra (Keras Tak Bisa
Dihancurkan) yang agung dan panjang, dan kediaman dari semua Tathagata, duduk diatas sebuah
tahta berbentuk singa dari tubuh-tubuh para Bodhisattva.
Para Vajradhara itu bernama Vajradhara Gaganamala (Vajradhara Ruang Angkasa Yang Suci
Bersih), Vajradhara Gaganavikrama (Vajradhara Yang Maju Melangkah di Ruang Angkasa),
Vajradhara Gaganasambhava (Vajradhara Yang Terlahir Di Ruang Angkasa), Vajradhara
Vicitrambharadhara (Vajradhara Yang Memakai Jubah Berbagai Warna), Vajradhara Vicitracarin
(Vajradhara Yang Beredar Sangat Bagus), Vajradhara Sarva Dharma Samataviharin (Vajradhara
Yang Tinggal Berdiam Didalam Persamaan Semua dharma), Vajradhara Ananta Sattvadhatu
Paritrana (Vajradhara Yang Mengasihani Dunia Dari Mahluk Yang Tak Terhitung), Vajradhara
Narayana Balin (Vajradhara Yang Memiliki Kekuatan Narayana), Vajradhara Maha Narayana
Balin (Vajradhara Yang Memiliki Kekuatan Maha Narayana), Suvajradhara (Vajradhara Yang
Maha Mulia), Vajradhara Paramavega (Vajradhara Yang Paling Cepat), Vajradhara Vimalavajra
(Vajradhara Dengan Vajra Yang Tak Bersih Tanpa Noda), Vajradhara Vajragra (Vajradhara Yang
Memotong Dengan Cepat), Vajradhara Tathagatavarman (Vajradhara Yang Berpakaian Lapis
Baja Tathagata), Vajradhara Tathagatapadodbhava (Vajradhara Yang Terlahir Dari Kata-Kata Dari
Tathagata), Vajradhara Aprapancaviharin (Vajradhara Yang Tinggal Berdiam Didalam Ketiadaan
Dari Pembicaraan Yang Tak Berguna), Vajradhara Tathagata Dasa Bala Sambhava (Vajradhara
Yang Terlahir Dari 10 Kekuatan Tathagata), Vajradhara Vimalanetra (Vajradhara Yang Memiliki
Mata Bersih Tanpa Noda), dan Vajrapani (Vajra Di Tangan), Raja dari Kegaiban Rahasia.

Disertai dengan banyak sekali Para Vajradhara yang seimbang jumlahnya dengan butiran debu
dari sepuluh tanah suci Buddha dengan ini pada Pemimpin-Pemimpin Mereka, dan dikelilingi
dari depan dan dari belakang oleh Para Bodhisattva Mahasattva seperti Bodhisattva
Samantabhadra, Bodhisattva Maitreya, Bodhisattva Manjuśrī, dan Bodhisattva
Sarvanivaranaviskambhin. Sang Bhagavan menguraikan secara terperinci Dharma yang bernama
“Pintu Gerbang Pangkalan dari Persamaan Tubuh, Ucapan, dan Pikiran” melalui kuasa Tathagata
Matahari yang melebihi tiga masa, masa lampau, masa sekarang dan masa depan.

Kemudian, dengan Para Bodhisattva yang dipimpin oleh Samantabhadra dan Para Vajradhara
yang dipimpin oleh Vajrapani Sang Raja Kegaiban Rahasia, melalui kuasa dari Maha Vairocana
Tathagata, dengan cepat membuat penjelmaan harta perhiasan dari persamaan tubuh yang tidak
habis-habisnya dari harta yang indah dari Bodhi seperti singa yang melompat sebelum mengaum,
demikian juga, ada tercipta dengan cepat penjelmaan harta perhiasan dari persamaan ucapan dan
pikiran seperti singa. Mereka ini tidak dihasilkan oleh Tubuh atau Ucapan atau Pikiran dari
Vairocana Buddha, dan batas dari kemunculan dan lenyapnya mereka dalam semua tempat tidak
dapat di pahami. Namun semua perbuatan dari Tubuh Vairocana, semua perbuatan dari Ucapan-
Nya, dan semua perbuatan dari Pikiran-Nya dinyatakan dimana-mana dan selalu di dalam dunia-
dunia para mahluk, Dharma dari perkataan dari Mantrayana (jalan Mantra). Selain itu, Dia
memunculkan jelmaan wujud Diri-Nya Sendiri didalam bentuk dari Para Vajradhara dan Para
Bodhisattva, Samantabhadra, Padmapani, dan seterusnya, dan menyatakan dimana-mana dalam
sepuluh penjuru, “Dharma dari Perkataan Murni dari Mantrayana” sehingga semua tahapan dari
keturunan pertama dari kebangkitan Bodhicitta (Pikiran Bodhi) ke dasabhumi (tingkat sepuluh)
dapat setahap demi setahap tercapai dalam kehidupan ini, benih-benih dari karma yang
menentukan kehidupan dari berbagai macam mahluk yang telah terlahir dan dipelihara oleh
karma dapat di basmi, dan mungkin juga terjadi tumbuh benih-benih yang sehat bermanfaat.

Lalu Vajrapani, Sang Raja Kegaiban Rahasia, yang telah duduk dalam kumpulan Para Vajradhara
berkata kepada Sang Bhagavan, “Bhagavata, bagaimana cara Sang Tathagata Arhat
SamyakSamBuddha setelah mendapatkan ‘Pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua
(sarvajnajnāna)’, Beliau menjelaskan secara terperinci dengan panjang lebar dan menyebarkan-
Nya demi kepentingan para mahluk yang tidak dapat dihitung jumlahnya, menyatakan
“Pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua” menurut berbagai macam tujuan, berbagai macam
kehendak hati, dan berbagai macam arti bijaksana dan cara, mengajarkan salah satu baik itu
Kendaraan Sravaka (Sravakayana), Kendaraan PratyekaBuddha (PratyekaBuddhayana), dan
jalan dari Kendaraan Besar (Mahayana), atau jalan dari pengetahuan pada lima kesadaran gaib,
atau melalui cara bercita-cita tinggi terlahir dengan wujud sebagai dewa, terlahir dalam wujud
manusia atau dalam wujud sebagai Mahoraga, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, dan
Kinnara?”

“Bagaimana mungkin bahwa bila ada mahluk yang harus dibimbing dengan wujud Seorang
Buddha, atau pilihan lainnya, Dia mungkin mengambil wujud Seorang Sravaka, atau Dia
mungkin mengambil wujud Seorang PratyekaBuddha, atau dalam wujud Seorang Bodhisattva,
atau dalam wujud Mahesvara, atau dalam wujud Brahma, atau dalam wujud Narayana, atau
dalam wujud Vaisravana, atau dalam wujud Mahoraga, atau dalam wujud Kinnara, manusia, atau
mahluk bukan manusia dan seterusnya?”

“Bagaimana mungkin bahwa Mereka menggunakan cara-cara berbicara yang sesuai untuk setiap
mahluk dan terlihat berprilaku dalam berbagai macam cara, namun jalan dari Yang Maha
Mengetahui Semua memiliki satu-satunya rasa, yaitu rasa Pembebasan dari Tathagata?”

“Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari angkasa yang kosong adalah bebas dari
semua perbedaan, tanpa perbedaan dan tanpa ketidakbedaan, demikian juga Pengetahuan dari
Dia Yang Maha Mengetahui Semua, bebas dari semua perbedaan, tanpa perbedaan dan tanpa
ketidakbedaan.”

“Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, bumi yang besar ini adalah penyokong bagi semua
mahluk, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui adalah penyokong bagi
para deva, manusia dan asura.”

“Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari api tiada pernah puas membakar seluruh
bahan bakar, demikian juga halnya dengan Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui tiada
pernah puas membakar kedunguan.”

“Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari angin menghilangkan semua debu,
demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui menghilangkan seluruh debu dari
nafsu besar penderitaan jiwa.”

“Bhagavan, seperti layaknya, sebagai contoh, unsur dari air adalah kesenangan untuk sokongan
bagi seluruh mahluk, demikian juga Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui adalah
manfaat baik dan kegembiraan bagi para deva dan mahluk dunia.”

“Bhagavan, sebab apakah, akar apakah, dan puncak apakah dari Pengetahuan ini?”
Ketika Vajradhara, Raja dari Kegaiban rahasia telah selesai mengucapkan demikian, Buddha
Vairocana mengisyaratkan kepada Dia, dengan berkata, “baik sekali, baik sekali Vajradhara! Itu
baik sekali, Vajrapani, bahwa Kamu telah bertanya kepada Saya tentang masalah ini. Kamu harus
mendengar dengan penuh perhatian dan memusatkan perhatian penuh hati-hati sebagaimana
Saya sekarang menjelaskannya.”

Vajrapani berkata, “demikianlah, Bhagavan. Saya sangat berhasrat untuk mendengarkan.”

Sang Buddha berkata, “Pikiran Bodhi (Bodhicitta) adalah penyebabnya, perasaan kasih yang
besar (mahakaruna) adalah akarnya, dan makna-makna kebijaksanaan (upaya) dari pembebasan
adalah puncaknya. Raja dari Kegaiban Rahasia, apakah Bodhi itu? Itu artinya mengetahui pikiran
seseorang yang sesungguhnya. Raja dari Kegaiban Rahasia, ini adalah Anuttara
SamyakSamBuddha dan tiada bagian terkecil sekalipun darinya yang dapat dipahami. Mengapa?
Bodhi mempunyai sifat dari angkasa kosong, dan tiada seorang pun yang memahaminya juga
tiada yang mengerti. Mengapa? Karena Bodhi tidak memiliki sifat-sifat khusus. Raja dari
Kegaiban Rahasia, seluruh dharma adalah tanpa sifat-sifat khusus. Artinya, mereka memiliki
sifat dari angkasa kosong.”

Sang Vajrapani berkata lagi kepada Sang Buddha, “Bhagavan, siapakah yang mencari Maha
mengetahui semua?” Siapakah yang dengan sempurna menyelesaikan kebangkitan karena Bodhi
(Sambodhi)? Siapakah yang membangkitkan Pengetahuan dari Dia Yang Maha Mengetahui?”

Sang Buddha berkata, “Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah dalam akal pikiran seseorang
dimana dia mencari Bodhi dan Maha Mengetahui Semua. Mengapa? Karena sifat asli
kealamiannya adalah murni. Akal pikiran adalah tidak didalam juga bukan diluar, bukan juga
akal pikiran itu dapat dipahami diantara keduanya. Raja dari Kegaiban Rahasia, Sang Tathagata
Arhat SamyakSamBuddha adalah bukan bewarna biru, bukan juga kuning, bukan juga merah,
bukan juga putih, bukan juga merah tua, bukan juga bewarna kristal, tidak panjang ataupun
pendek bukan juga bundar atau persegi, bukan juga gelap, dan bukan juga laki-laki, bukan juga
perempuan, bukan juga netral. Raja dari Kegaiban Rahasia, akal pikiran tidaklah sama
kealamiannya seperti dunia hawa nafsu (kama dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti
dunia perwujudan (rupa dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti dunia tak berwujud
(arupa dhatu), bukan juga itu sama kealamiannya seperti nasib para deva, naga, yaksa,
gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, atau mahluk bukan manusia. Raja dari
Kegaiban Rahasia, akal pikiran tidak bertempat tinggal di dunia mata, bukan juga dunia dari
telinga, hidung, lidah, tubuh, atau pikiran, dan bukan juga itu dapat dilihat, bukan juga berwujud
sendiri.

Mengapa? Akal Pikiran, yang memiliki sifat dari angkasa kosong, adalah bebas dari segala
perbedaan dan ketidakbedaan. Mengapa demikian? Bahwa sifat dasar alami sama seperti angkasa
kosong adalah serupa dengan akal pikiran, dan bahwa sifat dasar alami sama seperti akal pikiran
adalah serupa dengan Bodhi. Dengan cara ini, Raja dari Kegaiban Rahasia, tiga kesatuan pikiran,
dunia dari angkasa kosong, dan Bodhi adalah tiada duanya. Mereka memiliki kasih sayang
(karuna) sebagai akar mereka dan dipenuhi dengan paramita dari makna-makna bijaksana (upaya
paramita). Untuk alasan ini, Raja dari Kegaiban Rahasia, Saya mengajarkan Dharma-Dharma
dalam cara ini sehingga mmebuat banyak Para Bodhisattva memurnikan Pikiran Bodhi dan tahu
Pikiran Mereka.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, jika seorang lelaki dari keluarga yang baik atau seorang
perempuan dari keluarga yang baik ingin untuk mengetahui Bodhi, Mereka harus tahu akal
pikiran mereka sendiri dalam cara ini. Raja dari kegaiban rahasia, bagaimana orang tahu akal
pikiran diri sendiri? Itu tidak bisa meski, harus dipahami dengan mencari didalam perbedaan,
atau warna-warna, atau bentuk-bentuk, atau benda-benda luar, atau dalam wujud atau perasaan,
ide, kemauan atau kesadaran, atau dalam Aku atau Milikku, atau dalam genggaman atau
tergenggam, atau dalam kemurnian, atau dalam 18 unsur (astadasa-dhatu) kehidupan atau dua
belas bidang perasaan (dvadasa-ayatana) atau didalam semua dharma (gejala kejadian) yang
dihasilkan oleh sebab-sebab yang saling berhubungan.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, pintu gerbang ini untuk akal pikiran murni Bodhisattva dinamakan
sang jalan dimana dharma (gejala kejadian) menjadi jelas untuk pertama kali. Jika seorang
Bodhisattva berlatih ketika tinggal didalamnya, Dia akan kemudian tanpa kesukaran yang
berlangsung lama mencapai samadhi yang menghapus semua rintangan. Jika Dia mencapai ini,
lalu Dia akan berdiam diatas kesetaraan dengan Para Buddha dan Para Bodhisattva. Dia akan
membangkitkan lima kekuatan gaib, memperoleh dharani dari bahasa yang tak dapat diukur,
kata-kata, dan suara-suara, mengetahui cara kerja pikiran para mahluk, dilindungi oleh Para
Buddha, tetap murni tanpa cela bahkan didalam tumimbal lahir samsara, tidak melalaikan
kelelahan demi kepentingan para mahluk diseluruh alam dharma (dharma dhatu), akan
menyelesaikan dengan baik kesusilaan dari Bodhicitta yang murni, berhasil tinggal didalam
perintah-perintah tak berkondisi, terbebas dari pandangan salah, dan sepenuhnya memahami
pandangan benar. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seorang Bodhisattva yang berdiam
dalam samadhi ini yang menghapus seluruh rintangan akan, melalui kekuatan dari keyakinan dan
pengertian dan tanpa pemerasan tenaga yang berlarut-larut, memenuhi seluruh Dharma dari
Seorang Buddha. Raja dari Kegaiban Rahasia, secara singkat, laki-laki dari keluarga baik ini atau
perempuan dari keluarga baik ini akan sepenuhnya mencapai pemenuhan manfaat jasa kebaikan
yang tak terukur.”

Kemudian, Vajradhara, Sang Raja dari Kegaiban rahasia bertanya lagi kepada Buddha dalam
syair (gatha):

Bagaimana, Bhagavan, Kamu menjelaskan munculnya Bodhi dalam akal pikiran ini?
Dan melalui tanda-tanda apakah seseorang mengetahui bahwa dia telah membangkitkan akal
pikiran Bodhi?
Saya memohon Kamu untuk menjelaskan kemunculan dari pengetahuan akal pikiran (vijnana
citta), akal pikiran itu, dan sifat alami pengetahuan kebijaksanaan tertinggi yang sangat baik.

Pahlawan Pemberani yang berusaha keras (Mahāvīra), melalui berapa banyak tahapkah akal
pikiran dengan berturut-turut muncul?
Saya memohon Kamu, O Buddha, untuk menjelaskan dalam sifat-sifat penuh dari akal pikiran
dan waktu yang diperlukan untuk mencapai Bodhi.
Sebagaimana banyak sekali jasa kebajikan dan latihan dari latihan-latihan berbudi,
Akal pikiran Bodhicitta dan keanehan perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh akal pikiran
Bodhicitta, tolong, O Muni Agung, jelaskanlah mereka!

Ketika Vajrapani telah selesai berkata demikian, Sang Bhagavan Maha Vairocana
mengisyaratkan kepada Dia dengan berkata:

Bagus sekali, Putra asli dari Buddha! Dengan kemurah hatian Kamu, Pikiran Agung Kamu
memberi manfaat untuk para mahluk.
Sifat-sifat kemunculan berturut-turut dari akal pikiran, keadaan tertinggi dari Mahayana
(Kendaraan Besar),
adalah rahasia besar dari para Buddha, tak diketahui oleh para bukan pengikut Buddha.
Saya sekarang akan menampakkannya semua, dengan akal pikiran tunggal Kamu harus
mendengar penuh perhatian.

Dengan melampaui seratus enam puluh keadaan tak murni dari akal pikiran para mahluk,
manfaat jasa kebaikan besar dihasilkan.

Dan sifat dasar alami mereka senantiasa teguh, orang tahu bahwa Bodhi telah muncul.
Itu tak dapat diukur seperti angkasa kosong, tiada cacat, dan itu adalah abadi.

dharma (gejala kejadian) tidak dapat menggerakkan itu, dan itu pada awal mulanya adalah
keheningan tenang yang diam dan tidak memiliki perbedaan sifat-sifat.

Pengetahuan yang tak dapat diukur terselesaikan, dan sempurna dan penuh perwujudan
kebangkitan.

Menumbuhkan latihan-latihan dari sembah pemujaan, yogin (orang yang berlatih samadhi yoga)
dari mantrayana dengan cara demikian membangkitkan Akal Pikiran Bodhi untuk pertama kali.

Raja dari Kegaiban Rahasia, orang biasa, bodoh dan kekanak-kanakan, yang telah berdiam
didalam kelahiran dan kematian yang tak berawal, berpegang kepada konsep dari ‘diri’ dan
‘barang milik diri’, dan membedakan diantara perbedaan-perbedaan yang tidak terukur dari diri.
Raja dari Kegaiban Rahasia, jika mereka tidak melihat sifat dasar alami diri sendiri, maka ‘Aku’
dan ‘Milikku’ terlahir.

Yang lainnya lagi, membayangkan bahwa ada waktu penyebab utama, perubahan bentuk bumi
dan unsur lainnya, diri dalam yoga, kemurnian dari dharma (“dharma=gejala kejadian” –
“Dharma=salah satu dari tiga permata”, tak memungkinkan mengetik siddham sanskrit,
jadi menulis huruf besar dan kecil sebagai pembeda) yang dibentuk, ketidak-murnian dari
dharma yang tidak dibentuk, atau deva isvara, atau asal,atau aliran, atau waktu, atau
penghormatan Narayana, atau secara spontan, atau dalam diri, jumlah orang yang berbeda-beda,
prinsip dari umur panjang, pudgala, vijnana, Visnu yang meliputi dimana-mana, penyimpanan
kesadaran (ālaya), orang yang mengetahui, peramal, orang tamak, yang memahami, apa yang
mengenal bagian dalam, apa yang mengenal bagian luar, kecerdasan (jñatvam), pikiran lahir,
anak muda keturunan manusia (manuja), diri yang unggul (manabha), apa yang abadi dan sudah
tertentu lahir, suara dan bukan suara. Raja dari Kegaiban Rahasia, perbedaan-perbedaan serupa
dari diri (atman) sejak zaman dahulu kala telah dikaitkan dengan perbedaan palsu dan harapan
untuk kebebasan sesuai dengan alasan.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, orang biasa dan mereka yang serupa, bodoh dan kekanak-kanakan,
adalah sama seperti biri-biri jantan. Pada saat sebuah pikiran dharma mungkin timbul, yaitu,
pikiran dari mengamati penahanan nafsu. Memantulkan pada hal kecil ini, mereka melahirkan
kegembiraan dan melatihnya dari waktu ke waktu. Raja dari Kegaiban Rahasia, ini mewakili
tahap awal dari benih yang berasal dari dimana perbuatan-perbuatan bermanfaat timbul. Lalu,
dengan ini sebagai sebabnya, selama enam hari dari penahanan nafsu mereka membuat kado
pemberian untuk orang tua mereka, laki-laki dan perempuan, anak-anak, dan sanak saudara. Ini
mewakili tahap kedua dari permulaan pertumbuhan bibit benih. Lalu, mereka mempersembahkan
pemberian-pemberian ini kepada mereka yang bukan sanak saudara atau kenalan mereka. Ini
mewakili tahap ketiga dari batang bersemi. Lalu, mereka mempersembahkan pemberian-
pemberian ini kepada mereka yang cakap kemampuan dan terkenal kebajikannya. Ini mewakili
tahap keempat dari berdaun. Lalu mereka dengan penuh gembira mempersembahkan pemberian-
pemberian ini kepada para pemain musik dan seterusnya dan menawarkan mereka kepada
sesepuh terhormat. Ini mewakili tahap kelima dari berbunga. Lalu dengan pemberian-pemberian
ini, mereka melahirkan pikiran-pikiran kasih sayang dan membuat persembahan dari mereka. Ini
mewakili tahap keenam dari bantalan buah. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, mereka
mengamati sila sehingga akan terlahir di surga. Ini mewakili tahap ketujuh dari mengambil
panen dalam benih.”

“Berikutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti mereka berpindah melalui kelahiran dan
kematian dengan akal pikiran ini dari tahapan ketujuh, mereka mendengar kata-kata berikut dari
seorang teman baik: ‘ini adalah seorang Deva, sang Maha Deva, yang melimpahkan seluruh
kebahagiaan. Jika kamu memuja Dia dengan taat kesetiaan, seluruh keinginan kamu akan
terpenuhi. Para Deva ini yaitu Īśvara (gelar shiva penguasa triloka), Brahmā, Nārāyana (deva
berubuh kekar), Śankara, Rudra (deva hitam), Skanda (Putra dari Isvara), Āditya Surya
(Matahari), Candra (bulan),Varuna, yang terhormat nāga, serta Kubera, Vaiśravana, Śākra,
Virūpāksa, Viśvakarmā, Yama, Yamī (Permaisuri Yama), Brahmānī (Permaisuri Brahma),
Lokanātha, Agni, putra Garuda, Permaisuri Isvara, sang naga Padma, nāga Taksaka, nāgas
Vāsuki, Śankha, Karkotaka, Mahāpadma, Kulika, Mahāphani, Ādideva, dan Sadānanta, atau
peramal angkasa, dan guru besar dari veda. Masing-masing dari ini seharusnya di sembah.’
Setelah mendengar ini, hati mereka terisi dengan sukacita yang diberkati, dan dengan penuh
hormat memuja mereka, mereka berlatih sesuai demikian. Raja dari Kegaiban Rahasia, inilah
yang disebut tahap kedelapan akal pikiran dari anak muda, dasar keberanian bagi orang awam,
bodoh dan kekanak-kanakan, seperti ketika mereka berpindah melalui kelahiran dan kematian.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, berikutnya terdapat sebuah latihan khusus. Dengan mengikuti
perintah-perintah teman mereka, mereka tinggal berdiam dalam keadaan khusus, lalu ada muncul
kebijaksanaan yang mencari kebebasan. Ini adalah, yaitu, ajaran keabadian, ketidakabadian, dan
kekosongan, dan mereka mengikuti ajaran-ajaran ini. Raja dari Kegaiban Rahasia, itu bukan
karena mereka memahami kekosongan dan ketidak kosongan, keabadian dan penghancuran.
Sehubungan dengan kehampaan dan bukan ketiadaan, mereka menganggap apa yang mereka
bedakan menjadi tanpa perbedaan. Bagaimana seorang membedakan kekosongan? Mereka tidak
mengetahui keanekaragaman dari kekosongan, dan juga mereka tidak akan pernah mampu
memahami Nirwana. Oleh karena itu, seorang mantra yogin harus menyadari bahwa kekosongan
dipisahkan dari penghancuran dan keabadiaan.”

Kemudian Vajrapani membuat permintaan lain dari Sang Buddha, dengan berkata, “Bhagavan,
mohon jelaskanlah keanekaragaman dari akal pikiran yang membingungkan itu.”

Ketika Vajrapāni, Raja dari Kegaiban Rahasia, telah selesai berkata demikian, Sang Buddha
mengisyaratkan Dia, dengan berkata, “Raja dari Kegaiban Rahasia, dengarlah dengan penuh
perhatian pada sifat-sifat dari akal pikiran. Mereka adalah, yaitu, akal pikiran dari sifat iri hati,
akal pikiran tanpa iri hati, akal pikiran dari kemarahan, akal pikiran kebaikan, akal pikiran
kebodohan, akal pikiran kebijaksanaan, akal pikiran ketegasan, akal pikiran keraguan, akal
pikiran kegelapan, akal pikiran kejelasan, akal pikiran penghimpunan, akal pikiran perselisihan,
akal pikiran membantah, akal pikiran tanpa bantahan, akal pikiran deva, akal pikiran asura, akal
pikiran nāga, akal pikiran laki-laki, akal pikiran perempuan, akal pikiran Īśvara, akal pikiran
pedagang, akal pikiran petani, akal pikiran sungai, akal pikiran kolam, akal pikiran sumur, akal
pikiran melindungi, akal pikiran penghematan, akal pikiran anjing, akal pikiran kucing, akal
pikiran garuda, akal pikiran tikus, akal pikiran dari bernyanyi, akal pikiran dari menari, akal
pikiran dari memukul genderang, akal pikiran dari rumah, akal pikiran singa, akal pikiran burung
hantu, akal pikiran gagak, akal pikiran raksasa, akal pikiran duri, akal pikiran gua, akal pikiran
angin, akal pikiran air, akal pikiran api, akal pikiran lumpur, akal pikiran pewarna, akal pikiran
papan, akal pikiran kebingungan, akal pikiran racun, akal pikiran tali jerat, akal pikiran belenggu,
akal pikiran awan, akal pikiran lapangan, akal pikiran garam, akal pikiran pisau cukur, akal
pikiran seperti sumeru, akal pikiran seperti samudera, akal pikiran seperti lubang, akal pikiran
dari kelahiran kembali.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, apakah akal pikiran dari sifat iri hati? Itu berarti menyesuaikan diri
untuk mengotori dharma. Apakah akal pikiran tanpa iri hati? Itu berarti menyesuaikan diri untuk
tidak mengotori dharma. Apakah akal pikiran dari kemarahan? Itu berarti menyesuaikan diri
pada dharma dari kemurkaan. Apakah akal pikiran kebaikan? Itu berarti menyesuaikan diri dan
mengolah dharma dari kebaikan. Apakah akal pikiran kebodohan? Itu berarti menyesuaikan diri
dan mengolah dharma dari tanpa ujian. Apakah akal pikiran kebijaksanaan? Itu berarti mengolah
sesuai dengan dharma yang khusus dan meningkatkan pemahaman seseorang. Apakah akal
pikiran ketegasan? Itu berarti melaksanakan seperti petunjuk yang diberitahukan oleh Yang Patut
Dimuliakan. Apakah akal pikiran keraguan? Itu berarti selalu menjaga hal-hal dengan ragu-ragu
dan sebagainya. Apakah akal pikiran kegelapan? Itu berarti menghasilkan sebuah pemahaman
yang didasarkan pada perasaan kuatir berkaitan dengan dharma tentang apa yang seharusnya
tidak ada keraguan. Apakah akal pikiran kejelasan? Itu berarti berlatih tanpa perasaan kuatir
berkaitan dengan dharma tentang yang tidak boleh ada keraguan. Apakah akal pikiran
penghimpunan? Itu berarti menjadi teratur secara alami untuk membuat yang tak terukur. Apakah
akal pikiran perselisihan? Itu berarti secara alami teratur untuk berdebat dengan yang lain
tentang mendukung dan membantah. Apakah akal pikiran membantah? Itu berarti menghasilkan
dukungan dan bantahan dalam diri sendiri. Apakah akal pikiran tanpa bantahan? Itu berarti
membuang baik dukungan dan bantahan. Apakah akal pikiran deva? Itu berarti ingatan pikiran
tercapai sebagai seorang memikirkan mereka. Apakah akal pikiran asura? Itu berarti menikmati
tinggal didalam putaran kelahiran dan kematian. Apakah akal pikiran nāga? Itu berarti tentang
kekayaan yang sangat besar. Apakah akal pikiran laki-laki? Itu berarti berpikir tentang
menguntungkan orang lain. Apakah akal pikiran perempuan? Itu berarti menyesuaikan diri pada
dharma dari hawa nafsu keinginan. Apakah akal pikiran Isvara? Itu berarti berpikir bahwa orang
harus mampu melakukan segala sesuatu seperti yang orang itu inginkan. Apakah akal pikiran
pedagang? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari mengumpulkan barang-barang
murah pertama dan kemudian membagi dan menjualnya pada suatu keuntungan. Apakah akal
pikiran petani? Itu berarti menyesuaikan diri kepada dharma dari mendengar pertama kali secara
luas dan kemudian mencari. Apakah akal pikiran sungai? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah
dharma dari mengandalkan dua perbedaan besar. Apakah akal pikiran kolam? Itu berarti
menyesuaikan diri pada dharma dari kehausan yang tak pernah puas. Apakah akal pikiran sumur?
Itu berarti berpikir demikian, bahwa apa yang mendalam adalah sangat mendalam. Apakah akal
pikiran melindungi? Itu berarti bahwa hanya akal pikiran ini yang sungguh nyata dan akal
pikiran lain tidak nyata. Apakah akal pikiran penghematan? Itu berarti menyesuaikan diri pada
dharma dari bertindak untuk diri sendiri dan tidak memberi kepada orang lain. Apakah akal
pikiran kucing? Itu berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari hasil kerja yang lambat.
Apakah akal pikiran anjing? Itu berarti memperoleh sedikit dan dengan bahagia terisi dengan itu.
Apakah akal pikiran garuda? Itu berarti menyesuaikan diri pada dharma dari teman sejawat dan
pembantu. Apakah akal pikiran tikus? Itu berarti berpikir tentang memutuskan semua ikatan.
Apakah akal pikiran dari bernyanyi? Itu berarti berpikir bahwa mahluk terpikat dengan nyanyian
dari berbagai lagu. Apakah akal pikiran dari menari? Itu berarti bahwa dengan mengolah suatu
dharma, orang akan naik keatas udara dan menyelenggarakan berbagai macam perubahan bentuk
gaib. Apakah akal pikiran dari memukul genderang? Itu berarti bahwa dengan mengolah dharma
ini secara sesuai, orang akan memukul genderang dharma. Apakah akal pikiran dari rumah? Itu
berarti menyesuaikan diri mengolah dharma dari melindungi orang miliknya. Apakah akal
pikiran singa? Itu berarti mengolah dharma dari tiada rasa takut dalam semua hal. Apakah akal
pikiran burung hantu? Itu berarti berpikir selalu didalam kegelapan malam hari. Apakah akal
pikiran burung gagak? Itu berarti berpikir dengan rasa takut dalam semua situasi. Apakah akal
pikiran raksasa? Itu berarti menghasilkan apa yang sehat dan apa yang tidak sehat. Apakah akal
pikiran duri? Itu berarti secara alami cenderung untuk menimbulkan penyesalan dalam segala
situasi. Apakah akal pikiran gua? Itu berarti mengolah sesuai dengan dharma dari memasuki gua
untuk memenuhi hawa nafsu keinginan orang. Apakah akal pikiran angin? Itu berarti secara
alami terbuang dan muncul dimana-mana. Apakah akal pikiran air? Itu berarti menyesuaikan diri
untuk mengolah dharma dari mencuci segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Apakah akal pikiran
api? Itu berarti secara alami cenderung untuk menyala dengan panas yang hebat. Apakah akal
pikiran lumpur? Itu berarti mengotori orang lain dengan kesalahan sendiri. Apakah akal pikiran
pewarna? Itu berarti secara alami cenderung untuk menyerupai yang lain. Apakah akal pikiran
papan? Itu berarti dengan sesuai mengolah dharma yang sesuai dengan ukuran diri orang dengan
menolak lainnya yang tidak bermanfaat. Apakah akal pikiran kebingungan? Itu berarti bahwa apa
yang digenggam berbeda dengan apa yang dianggap. Apakah akal pikiran racun? Itu berarti
dengan sesuai mengolah dharma dari tak bernyawa. Apakah akal pikiran tali jerat? Itu berarti
secara alami cenderung untuk bertempat dimana-mana dalam ikatan diri sendiri. Apakah akal
pikiran belenggu? Itu berarti secara alami cenderung untuk diam dengan kedua kaki. Apakah
akal pikiran awan? Itu berarti selalu berpikir tentang turun hujan. Apakah akal pikiran lapangan?
Itu berarti selalu memperhatikan dalam cara ini terhadap diri milik orang sewajarnya. Apakah
akal pikiran garam? Itu berarti menambahkan masih banyak pemikiran terhadap apa yang telah
dipikirkan dengan matang. Apakah akal pikiran pisau cukur? Itu berarti hanya mengandalkan
dengan cara ini pada dharma dari mencukur ubun-ubun itu. Apakah akal pikiran seperti sumeru?
Itu berarti bahwa merenungkan akal pikiran adalah secara alami cenderung untuk menaikkan itu
sendiri. Apakah akal pikiran seperti samudera? Itu berarti selalu menerima diri sendiri dalam cara
ini dan mematuhinya. Apakah akal pikiran seperti lubang? Itu berarti secara alami cenderung
untuk pertama memutuskan sesuatu dan kemudian mengubahnya. Apakah akal pikiran dari
kelahiran kembali? Itu berarti secara biasa melaksanakan semua cara dari perbuatan dan terlahir
kembali sesuai dengan perbuatan diri orang sebelumnya, dan akal pikiran adalah dari sifat alami
yang sama ini.”

Raja dari Kegaiban Rahasia, mengalikan dengan dua satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali dan
lima kali, semuanya ada seratus enampuluh akal pikiran (5x2x2x2x2x2=160). Ketika orang
melampaui tiga dunia tambahan palsu, pikiran yang melampaui dunia terlahir. Maksudnya,
setelah mengerti demikian bahwa hanya ada lima kumpulan skandha
(rupa,vedana,samjna,samskara,vijnana) dan tiada diri sendiri. seorang mantra yogin (orang yang
berlatih yoga mantra) seakan-akan tidak mau pergi dalam mengolah enam indera perasa, enam
benda sasaran tujuan perasa, dan enam unsur kesadaran, menarik keluar ujung karma dan
penderitaan jiwa, dan dari mana benih-benih kebodohan ketidaktahuan terlahir 12 sebab dan
kondisi dari ketergantungan kemunculan, dan yogin menjauhkan diri dari kumpulan dharma
(gejala kejadian) dan kumpulan jalan yang salah lainnya. Ketentraman Keheningan Tenang yang
mendalam seperti ini tidak dapat diketahui oleh para bukan pengikut Buddha, dan Para Buddha
sebelumnya telah menyatakan itu bebas dari semua kesalahan.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan akal pikiran yang melampaui duniawi yang tinggal
didalam lima kumpulan (panca skandha), kebijaksanaan seperti itu bisa timbul sejalan. Jika
orang menimbulkan kebebasan dari kemelekatan pada kumpulan skandha, orang tersebut harus
mengamati busa, gelembung, sebuah pohon pisang, sebuah khayalan udara, dan ilusi, dengan
demikian mencapai kebebasan. Artinya, kelima kumpulan, dua belas bidang perasaan, delapan
belas unsur, dan orang tamak, sifat ketamakan semuanya dihapus dari sifat alami dharma
(dharmata), dan ketika merasakan lingkungan yang sepenuhnya hening tenang dalam cara ini, hal
itu disebut akal pikiran yang melampaui duniawi. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika orang telah
meninggalkan urutan delapan pikiran yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan dunia, dan jaring
karma serta penderitaan-penderitaan jiwa (klesa), ini mewakili latihan yogi untuk melebihi satu
kalpa.”

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, ada latihan dari Mahayana, dengan jalan dimana
seorang mantra yogin membangkitkan “akal pikiran yang tiada obyek sasaran tujuan” dan
memahami bahwa dharma tidak mempunyai sifat alami diri. Bagaimanakah? Sama seperti
mereka yang berlatih demikian pada zaman dahulu, seorang yogin mengamati ālaya (gudang
dasar kesadaran) dari kumpulan-kumpulan (skandha) dan menyadari bahwa sifat kealamian dari
dharma miliknya adalah seperti sebuah ilusi, khayalan belaka, gema, putaran roda api, dan
sebuah khayalan kota gandharva. Raja dari Kegaiban Rahasia, Jika orang demikian
meninggalkan sifat tanpa diri dalam dharma, pikiran agung menjadi sepenuhnya bebas tidak
bergantung, orang dibangkitkan pada kenyataan bahwa pikiran itu sendiri adalah sesungguhnya
tidak dilahirkan. Mengapa? Karena, Raja dari Kegaiban Rahasia, batas depan dan batas belakang
dari akal pikiran tidak dapat dipahami. Ketika orang demikian mengetahui sifat alami dari akal
pikiran miliknya, ini mewakili latihan yogin untuk melampaui sebuah kalpa kedua.”

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, para bodhisattva yang mengusahakan latihan-latihan
bodhisattva melalui pintu gerbang jalan mantra (mantrayana) menyelesaikan dengan baik semua
jasa kebaikan dan pengetahuan yang tak dapat diukur terhimpun selama yang tak terukur dan
yang tak terhitung ratusan dari ribuan dari koti dari nayuta dari kalpa-kalpa dan semua
kebijaksanaan dan arti-arti bijaksana penuh manfaat yang tak terukur demi sepenuhnya
mengusahakan seluruh latihan, mereka menjadi tempat perlindungan untuk dunia-dunia dari para
dewa dan manusia, mereka melebihi tingkatan-tingkatan dari seluruh Sravaka dan Pratyeka
Buddha, dan mereka dilayani dan dipuja-puja oleh Sakra Deva indra dan sebagainya. Jadi, yang
disebut kekosongan (sunyata) adalah terpisah dari perasaan bagian-bagian tubuh dan objek-objek
sasaran perasaan, tidak memiliki perbedaan sifat-sifat khusus dan tanpa wilayah sasaran
kesadaran, melampaui seluruh perbedaan pendapat-pendapat yang tidak berguna (prapanca), dan
tidak ada batasnya seperti angkasa kosong, seluruh sifat dharma dari Buddha adalah tak terbatas
berturut-turut muncul oleh itu dalam pergantian, dan terpisah dari dunia-dunia berkondisi dan tak
berkondisi, terpisah dari seluruh kegiatan, dan terpisah dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh,
dan akal pikiran. Terlahirlah akal pikiran yang sama sekali tanpa memiliki sifat alami (svabhava).
Raja dari Kegaiban Rahasia, akal pikiran yang seperti itu adalah awal yang sang Buddha telah
nyatakan sebagai sebab untuk menjadi Buddha, meskipun bergantung dari karma dan
penderitaan jiwa (klesa), Yogin terbebas dari karma dan penderitaan jiwa. Dunia akan
memuliakan dan harus selalu membuat persembahan kepada Dia.”

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dalam tingkatan dari latihan dengan keyakinan dan
pemahaman yang mendalam, yogin mengamati tiga akal pikiran (pikiran dari sebab, akar, dan
terakhir), pandangan dari Kebijaksanaan berdasarkan pada parjnaparamita dan empat
kebijaksanaan (memberi tanpa pamrih, ucapan yang membahagiakan, perbuatan
menguntungkan, kerjasama). Tingkat dari keyakinan dan pemahaman yang mendalam adalah
tidak ada bandingnya, tidak terukur, dan tidak terbayangkan, dan didalamnya orang mendirikan
sepuluh akal pikiran dan pengetahuan yang tidak ada batasnya terlahir. Segala sesuatu apapun
yang telah Saya ajarkan adalah semuanya diperoleh di dasar dari tingkat ini. Oleh karena itu,
orang bijak harus mencerminkan pada tingkat ini dari keyakinan dan pemahaman dalam maha
mengetahui, dan melebihi satu lebih banyak kalpa lagi dia harus naik untuk tinggal dalam tingkat
ini. Seperempat dari total jumlah ini akan membawa orang melebihi dari tingkat keyakinan dan
pemahaman.”

“Kemudian Sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada Sang Buddha,
“Bhagavan, Saya memohon Anda, O Sang Penyelamat dunia, untuk menjelaskan sifat-sifat
khusus dari akal pikiran. Berapa banyak pangkalan dari keberanian (abhaya) yang ada akan
diperoleh oleh seorang Bodhisattva?”

Ketika Vajrapani telah selesai mengucapkan demikian, Yang dimuliakan dunia, Bhagavan
Mahāvairocana mengisyaratkan Dia, dengan berkata, “Dengarkan dengan penuh perhatian dan
anggaplah jilid paling pertama dengan hati-hati terhadap apa yang Saya katakan. Raja dari
Kegaiban Rahasia, ketika orang-orang biasa, bodoh, dan kekanak-kanakan itu mengusahakan
perbuatan-perbuatan bermanfaat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tidak baik, mereka akan
memperoleh “keberanian Baik.” Jika mereka mengetahui diri sebagaimana sesungguhnya apa
adanya, mereka akan memperoleh “Keberanian Tubuh.” Jika mereka mengamati tubuh mereka
sendiri tersusun atas kumpulan (skandha) dari kemelekatan, meninggalkan bahan apapun dari
gambaran dari diri mereka sendiri, mereka akan mencapai “Keberanian Tanpa Diri.” Jika mereka
meninggalkan dharma dan berdiam tanpa objek sasaran kesadaran apapun, mereka akan
memperoleh “Keberanian Tanpa Diri dari dharma.” Lagi, semua lima kumpulan (panca
skandha), 18 unsur (astadasa-dhatu), dan 12 bidang perasaan (dvadasa-ayatana), yang tamak dan
ketamakan, diri, hidup, dan seterusnya serta dharma-dharma dan tanpa objek adalah kosong dan
sifat alami milik mereka adalah tanpa sifat alami apapun, ketika pengetahuan pada kekosongan
ini terlahir, mereka akan memperoleh “Keberanian dari persamaan milik sifat alami dari semua
dharma.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, jika para Bodhisattva mengolah latihan-latihan bodhisattva melalui
pintu gerbang jalan mantra (mantrayana) memeriksa didalam pengolahan yang mendalam
sepuluh persoalan
tentang kemunculan yang saling bergantungan, Mereka akan menguasai latihan mantrayana dan
mencapai kebangkitan kesadaran di dalamnya. Apakah sepuluh [persoalan tentang kemunculan
yang saling bergantungan] itu? Mereka, yaitu bahwa [kemunculan yang saling bergantungan]
adalah seperti angan-angan khayalan ilusi keyakinan salah, pembayangan khayalan belaka,
mimpi, bayangan pantulan cermin, kota gandharva, gema, bulan [yang tercermin] dalam air,
gelembung busa, bunga di ruang angkasa kosong, dan roda api yang berputar. Raja dari
Kegaiban Rahasia, para Bodhisattva itu yang sedang mengolah latihan-latihan bodhisattva
melalui pintu gerbang mantrayana harus mengamati dengan cara berikut.

“Apakah angan-angan khayalan ilusi itu? Itu adalah sama seperti ketika, melalui seni dari sulap
dan kekuatan obat, berbagai gambar terlihat, baik yang menciptakan [angan-angan khayalan ilusi
lainnya]
dan yang diciptakan, kedua-duanya sama-sama menipu mata seseorang sehingga orang melihat
hal-hal luar biasa yang menghasilkan satu sama lain dalam urutan penggantian, datang dan pergi
dalam sepuluh penjuru arah, dan namun mereka tidak baik pergi ataupun tidak pergi. Kenapa?
Karena sifat alami aslinya adalah murni. Dalam cara yang sama, angan-angan khayalan ilusi
[yang dihasilkan oleh] mantrayana mampu
menghasilkan sesuatu melalui keberhasilan dalam bacaan mantra.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, pembayangan khayalan adalah kosong oleh sifat
alaminya; itu adalah dalam ketergantungan pada gagasan pendapat palsu duniawi yang didirikan
dan dapat dibicarakan. Dengan cara yang sama gagasan pendapat dari mantrayana adalah
hanyalah penunjukan sebutan sementara.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, sama seperti hal-hal yang terlihat didalam mimpi
terakhir selama sehari, sebuah muhurta (empat puluh delapan menit), sebuah ksana (sekejap
seketika), setahun, atau beberapa [Jangka waktu] lainnya, adalah dari berbagai jenis yang aneh,
dan menyebabkan pengalaman-pengalaman dari semua cara sikap dari penderitaan dan
kebahagiaan, namun ketika bangun tidur tidak ada
apapun yang dilihat, jadi demikian juga seharusnya latihan mantrayana yang seperti mimpi
diketahui sebagai demikian.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan dari pemantulan bayangan,
seorang “mantra yogin (orang yang berlatih mantra yoga)” memahami bagaimana mantra
mampu menghasilkan “siddhi (=pencapaian keahlian yang diselesaikan dengan berhasil baik)”.
Sama seperti wajah dalam ketergantungan pada cermin mewujudkan gambar wajah, jadi
demikian juga seharusnya seseorang memahami siddhi [dihasilkan oleh] mantra.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan dari sebuah [khayalan] kota
gandharva, seseorang memahami penyelesaian yang berhasil dengan baik dari istana [yang
dihasilkan sebagai] siddhi.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan persamaan gema, seseorang memahami suara
mantra. Sama seperti gema ada didalam ketergantungan pada suara, demikian juga
seharusnya “mantrin (=orang yang berlatih membaca mantra)” memahami [mantra].

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti bulan terbit dengan hasil yang bersinar diatas
permukaan air jernih dan mewujudkan gambar pantulan yang tercermin dari bulan, demikian
juga
seharusnya “vidyadhara (=pemegang kegaiban, orang yang menguasai pengetahuan kegaiban
mantra)” demikian menjelaskan persamaan mantra pada bulan di air.

‘Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, seperti langit surga yang menyebabkan hujan turun,
menghasilkan gelembung busa, jadi demikian juga seharusnya berbagai perubahan bentuk dari
siddhi [dihasilkan oleh] mantra diketahui sebagai demikian.

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah sama seperti didalam ruang tiada makhluk
maupun kehidupan dan tidak ada pencipta yang dapat ditangkap, namun karena pikiran tertipu
dan bingung, dia menghasilkan berbagai macam penglihatan palsu [dari bunga-bunga yang tidak
ada dan sebagainya dalam ruang kosong].

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah seperti puntung api: jika seseorang
memegangnya di tangannya kemudian memutarnya di sekeliling udara, akan muncul gambar
roda.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan cara yang sama ini seseorang harus memahami keadaan
dasar pokok dari Mahayana, keadaan dasar pokok dari pikiran, keadaan dasar pokok dari apa
yang sama pada yang tidak sama ini, keadaan dasar pokok dari kepastian ini, keadaan dasar
pokok dari kebangkitan sepenuhnya sempurna, dan keadaan dasar pokok dari kelahiran jalan
masuk maju bertahap dalam Mahayana (=Kendaraan Agung) ini. Seseorang akan [kemudian]
bisa untuk benar-benar memiliki kekayaan Dharma, mendatangkan pengetahuan yang besar
dengan berbagai keterampilan, dan sepenuhnya mengetahui semua gagasan pendapat tentang
pikiran seperti yang sesungguhnya apa adanya. ”
Perlengkapan penuh dan Mantra untuk memasuki Mandala

Maha Vairocana Mandala Raja

Setelah itu, sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada sang Buddha. “Itu
adalah luar biasa baik sekali, Bhagavan, bahwa Anda harus menjelaskan pencapaian SamBodhi
dari diri sendiri ini oleh para Buddha, alam dharma (dharmadhatu) yang tidak terbayangkan yang
melebihi dasar pikiran dan bahwa melalui berbagai macam arti dan cara Anda menjelaskan
secara terperinci Dharma kepada berbagai macam mahluk sesuai dengan sifat alami mereka dan
keyakinan dan pemahaman. Saya memohon Anda, Bhagavan, selanjutnya untuk menjelaskan
pengolahan latihan-latihan mantrayana dan Raja Besar Agung dari Mandala (Mahamandalaraja)
‘Terlahir dari Vajragarbha dari Belas Kasih Sayang Yang Besar (Mahakaruna)’ demi
penyelesaian para mahluk di masa depan dan demi keselamatan dan kebahagiaan mereka.”

Kemudian Bhagavan Vairocana, setelah benar-benar mengamati perkumpulan majelis yang


berjumlah besar, berbicara kepada Vajradhara, sang Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan
mengatakan, “Dengarkan dengan penuh perhatian, Vajrapani! Sekarang Saya akan menjelaskan
pintu gerbang Dharma untuk mengolah latihan Mandala (bundaran altar) dan membawa
tercapainya penyelesaian pada pengetahuan dari Maha Mengetahui Semua (Sarvajnana).”

Kemudian, karena Bhagavan Vairocana dulu telah bersumpah untuk mencapai alam Dharma
(dharmadhatu) yang tiada habis-habisnya dan membebaskan alam-alam makhluk tanpa kecuali,
semua Tathagata berkumpul bersama dan Dia secara bertahap memasuki samadhi “Mahakaruna
Vajragarbha Yuga (Keturunan Vajragarbha dari Belas Kasih Sayang Yang Besar).” Dari setiap
bagian tubuh dari Bhagavan ada muncul para Tathagata yang, demi kepentingan para makhluk
mulai dari mereka yang telah membangkitkan pikiran Bodhi untuk pertama kalinya hingga
dengan mereka yang di tingkat kesepuluh (dasa bhumi), merambat meliputi sepuluh penjuru arah
dan kemudian kembali ke posisi Mereka Sendiri dalam tubuh Buddha (Buddhakaya), di mana,
tinggal berdiam di dalam posisi Mereka Sendiri, Mereka masuk kembali kedalam [tubuh sang
Buddha Vairocana].

Kemudian Bhagawan berbicara lagi kepada Vajradhara, sang Raja dari Kegaiban Rahasia,
mengatakan, “Dengarkan dengan penuh perhatian, Vajrapani, untuk tata letak Mandala ini!
Pertama, Acarya (Guru yang ahli dalam jalan mantra tantrayana) harus membangkitkan pikiran
Bodhi; Dia harus memiliki kebijaksanaan yang menakjubkan dan kasih sayang, menggabungkan
berbagai pencapaian, sangat baik terampil dalam mengolah Prajnaparamita, telah menguasai tiga
kendaraan (yana), sepenuhnya memahami arti sesungguhnya dari mantra, mengetahui pikiran
makhluk, memiliki keyakinan dalam Buddha dan Bodhisattva, telah memperoleh penyucian
(abhiseka) dari pewarisan ajaran dan seterusnya, dan fasih dalam menggambar Mandala; malalui
sifat alami Dia harus dapat menyesuaikan diri dan bebas dari kemelekatan/keterikatan diri, dan
Dia harus telah sepatutnya mendapat ketegasan dalam latihan mantra, telah benar-benar
sepenuhnya berlatih yoga, dan tinggal berdiam dalam pikiran Bodhi yang gagah berani. Raja dari
Kegaiban Rahasia, Acarya teladan yang demikian itu adalah disanjung oleh para Buddha dan
para Bodhisattva.
“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jika bahwa Acarya melihat makhluk yang cocok
sebagai wadah untuk Dharma, bebas dari noda, memiliki keyakinan dan pengertian besar,
ketekunan, dan keyakinan yang mendalam, dan selalu memikirkan memberi manfaat kebaikan
kepada orang lain, jika murid itu memiliki sifat-sifat yang seperti itu, Acarya harus atas
kemauannya sendiri pergi dan menasihati dia, berbicara kepadanya sebagai berikut:

‘Anak dari Buddha, cara-cara dari latihan mantrayana dalam Mahāyāna (Kendaraan Besar) ini,
Saya sekarang akan menjelaskan untuk [Anda,] wadah untuk Mahāyāna.
para Samyak-sambuddha (Yang Bangkit Sepenuhnya dan Sempurna) dari masa lalu dan
para Bhagavan dari masa depan dan dari masa kini tinggal di dalam membawa manfaat kebaikan
kepada para mahluk.
Orang-Orang Bijak yang patut dihormati ini memahami cara-cara yang menakjubkan dari
mantra;
para Pahlawan Yang Berjuang Keras, Mereka telah memperoleh [semua] bagian pengetahuan
ketika duduk didalam Penerangan Bodhi Yang Tak Berbentuk.
Kekuatan dari mantra adalah tanpa bandingan, dan [dengan itu] Sakyasimha (Singa dari kaum
Sakya), sang Penyelamat Dunia,
Mampu menghancurkan yang sangat kuat dan sangat penuh murka tentara dari Mara.
Oleh karena itu anda, hai anak Buddha, harus dengan kebijaksanaan dan cara yang berguna
melakukan [tata cara] pencapaian sehingga Anda
memperoleh sarvajña [Jnana] (pengetahuan dari Dia yang maha tahu). ‘

Mantrayogin (Orang yang berlatih mantra yaitu, Acarya), setelah dengan pikiran penuh kasih
sayang
menjiwai [murid itu], harus lebih mendorong dia,
dan ketika [murid itu] mapan dan telah menerima Ajaran, dia harus memilih tempat yang rata
datar,

Hutan gunung dengan bunga-bunga dan buah-buahan yang berlimpah dan dengan sumber air
murni yang menyenangkan –
Ini dipuji oleh para Buddha, dan [disana] Dia harus melakukan perbuatan Mandala (membuat
altar bundar).
Atau di tempat yang sungai mengalir terhiasi dengan burung angsa dan bangau,
Di sana, dengan pemahaman yang bijaksana, Dia harus membangun Garbhodbhava Mandala
(‘Mandala yang Terlahir dari Kasih Sayang).”
Dahulu sering dikunjungi oleh SamyakSamBuddha, Pratyekabuddha,
Dan banyak sekali Sravaka orang suci yang selalu dipuji oleh sang Buddha.
Selanjutnya, di tempat-tempat lain seperti Vihara (tempat umat Buddha), Aranya (tempat
pertapaan yang hening tenang),
Rumah [-yang dibungkus] Bunga, menara tinggi, kolam indah dan taman,
Caitya, kuil Dewa Api (Agni), tempat yang dulunya kandang sapi, tempat tumpukan pasir
sungai,
Kuil-kuil dewa, kamar kosong yang sunyi, dan tempat-tempat di mana Orang Bijak telah
mencapai sang Jalan.
Di tempat-tempat seperti ini yang telah dijelaskan atau [tempat lain] yang menyenangkan
pikiran,
Dia harus menggambar Mandala dalam rangka untuk membawa manfaat kebaikan kepada
murid-murid.

“Raja dari Kegaiban Rahasia, setelah memilih sebuah tempat, Dia membersihkan dengan
membuang kerikil, tembikar rusak, pecahan barang tanah, tengkorak, rambut, sampah jerami,
abu, sisa arang, duri, tulang,
kayu busuk, dan seterusnya, serta serangga, semut, kumbang kotoran, dan jenis yang beracun
atau jenis yang menyengat [dari makhluk].

“Setelah kecacatan itu telah dihapus, di pagi hari pada hari yang menguntungkan,
setelah Acarya menentukan hari di mana waktu, penanggalan bulan, dan graha (planet) adalah
semuanya sesuai,
dan pada waktu sebelum makan [pagi] dengan tanda keberuntungan,
Dia pertama kali harus membuat penghormatan kepada semua Tathagata dan membangkitkan
Dewi Bumi (Prthivi Devi) dengan syair-syair gatha ini:

Anda, O Dewi, adalah Saksi bagaimana Buddha, sang Guru Pembimbing,


Melakukan latihan-latihan khusus dan memurnikan [sepuluh] tahap dan Paramita.
Sama seperti Singa dari kaum Sakya (Sakyasimha), sang Penyelamat Dunia, yang mengalahkan
rombongan besar tentara Māra,
Saya juga akan mengalahkan Mara, dan [lalu] saya akan menggambar Mandala.

“Dia harus berlutut dengan tangan [ kanan ] nya lurus menyentuh tanah dan menyanyikan syair
gatha ini berulang-ulang. Dia harus [ juga ] membuat persembahan obat salep, bubuk wangi puja,
bunga, dan seterusnya, dan setelah membuat persembahan, sang mantrayogin harus kembali
berlindung pada semua Tathagata. Lalu Dia mempersiapkan tempat sesuai dengan tata cara
[ upacara keagamaan ] sehingga itu memiliki banyak kebajikan.”

Kemudian Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia bersujud di Kaki Bhagavan dan berbicara
syair-syair gatha ini :

” Buddha-Dharma adalah bebas dari semua sifat, mengungguli semua bentuk, dan
Dharma tinggal berdiam di dharmatā (‘pangkalan dharma’) ;
Apa yang Anda telah jelaskan adalah tak tertandingi, tanpa sifat, dan tak bersyarat.

Namun mengapa , O Yang Bersemangat Besar (Mahavirya), Anda mengajarkan ini yang
memiliki sifat bentuk,
serta latihan mantra ? Ini tidak sesuai dengan cara Dharma hakiki ! ”

Kemudian sang Bhagavan, Vairocana Buddha, berbicara kepada Vajrapani :


” Dengarkan dengan cermat sifat bentuk Dharma !
Dharma adalah bebas dari perbedaan dan semua gagasan palsu.
Jika orang menghilangkan gagasan palsu dan cara kerja batin dan pikiran,
Yang tertinggi dan sempurna kebangkitan yang Saya capai pada akhirnya seperti ruang angkasa
kosong,
Tapi tidak diketahui oleh makhluk bodoh biasa , yang dengan salah melekat pada alam tujuan.
Bahwa mereka rindu mendambakan setelah waktu[ yang penuh harapan ], arah , tanda-tanda ,
dan seterusnya
adalah karena mereka diselimuti oleh ketidaktahuan,
Dan itu adalah agar untuk membebaskan mereka bahwa ini diajarkan sesuai dengan mereka
sebagai kebijaksanaan yang membantu.
Namun dalam kenyataannya tidak ada waktu atau arah , tidak ada yang dilakukan , dan tidak ada
pelaku ;
Semua dharma (gejala kejadian) hanya berdiam di dalam sifat nyata [ dari bentuk ] .
Selanjutnya , Raja dari Kegaiban Rahasia, di masa mendatang
Makhluk kecerdasan rendah, yang diselimuti kebodohan dan gairah,
akan hanya pada dasar kemelekatan mereka terhadap keberadaan
selamanya bergembira dalam yang tidak tetap dan yang tetap
Dan dalam tanda-tanda yang baik dan yang buruk dalam waktu, arah, dan tindakan yang mereka
lakukan.
Tidak mengetahui jalan ini, mereka secara membabi buta akan mencari hasil ,
Dan itu adalah dalam rangka untuk menyelamatkan mereka bahwa Saya mengajarkan cara ini
dalam kesesuaian dengan mereka .

” Raja dari Kegaiban Rahasia, orang mempersiapkan sebuah tempat dari antara tempat-tempat
seperti yang digambarkan [ tadi ] dan membuatnya dengan sulit .
Mengambil gomayī ( kotoran/taik sapi ) dan gomūtra ( air kencing sapi ) yang belum jatuh ke
tanah , orang mencampurnya bersama-sama
dan mengolesnya [ di sekeliling tempat itu ] . Kemudian , dengan mantra untuk air parfum
wangi, orang memurnikan [ tempat itu ] dengan memercikkan [ air parfum wangi itu ].
Mantra nya adalah : Namah samanta buddhānām , apratisame gaganasame Samata nugate
prakrti viśuddhe dharma dhātu viśodhani Svaha. (“Penghormatan kepada semua
Buddha ! Yang Tiada Bandingan ! Yang Sama Dengan Langit ! Yang Telah Mencapai
Kesetaraan ! Yang Murni Oleh Sifat Alami ! Yang Memurnikan Alam Dharma !
Serukanlah ! )
Selanjutnya, sang mantrayogin , di tengah-tengah [ tempat itu ] dengan pikirannya terkonsentrasi
, membayangkan Maha Vairocana,
Arya Bhagavan Maha Vairocana Tathagata

Yang duduk di kursi dari Bunga Teratai Putih, rambut-Nya dilakukan di puncak kepala untuk
membentuk mahkota ,
Dan memancarkan sinar cahaya dari berbagai warna yang sepenuhnya mengelilingi seluruh
tubuh-Nya.
Selanjutnya, hal ini juga harus dilakukan dalam keadaan meditasi pikiran terkonsentrasi – sang
mantrayogin membayangkan Buddha dari empat penjuru arah.

Arya Bhagavan Ratnaketu Tathagata

[ Buddha dari ] arah timur disebut Ratnaketu (Permata Cemerlang) , dan warna tubuh-Nya
adalah seperti pancaran sinar matahari [ saat matahari terbit ] .
Arya Bhagavan Ratna Sambhava Sankusumita Rajendra Tathagata

Pahlawan Besar Yang Berjuang Keras ( Mahavira ) pada arah selatan adalah Samyaksambuddha
Sankusumitarajendra (Raja Membuka Bunga dari Penerangan Sempurna):
Dia adalah emas dalam warna dan memancarkan sinar cahaya, dan samadhi-Nya adalah “Bebas
Dari Segala Noda”.

Arya Bhagavan Aksobhya Dundubhi Nirgosha Tathagata

Sang Buddha Yang Tak Bergerak (Dundubhi-nirgosha) Aksobhya di arah utara adalah dalam
pemusatan pikiran meditasi, bebas dari penderitaan dan tenang.
Arya Bhagavan Amitayus Tathagata

Yang Baik Hati dan Dia Yang Menang ( Jina ) di penjuru barat
Dia disebut Amitayus.
Pengucap itu (Mantrayogin yang membaca mantra tadi), merenungkan [ demikian ] ,

Arya Bhagavan Usnisa Vijaya Prajna

kemudian tinggal berdiam didalam ruangan Buddha,


Pengucap itu akan dalam pemusatan pikiran bermeditasi pada Prajnā, sang Ibu dari sang Buddha.
Dimana Dia harus menguasai tempat itu dengan [ mantra dari] Acala yang terkenal agung
Atau dengan menggunakan [ mantra dari ] Trailokyavijaya, dimana semua tujuan tercapai.
Dengan kayu cendana digunakan untuk melukis bundaran Mandala yang halus
( yaitu, lingkaran ) –
Yang pertama di tengah adalah untuk diri Saya Sendiri (yaitu, Maha Vairocana ) ,
Yang kedua adalah untuk para Bodhisattva, sang Penyelamat Dunia,
Dan yang ketiga , sama seperti Mereka , adalah untuk Ibu sang Buddha Akasnetra Gaganalocanā;
Yang keempat adalah untuk Padmapani (Teratai di tangan),
Yang kelima adalah untuk Vajradhara ( yaitu, Vajrapani ) ,
Dan keenam , untuk Acalanatha , secara penuh kesadaran ditempatkan di bawah [ untuk
Vajrapani ] .
Dia mempersembahkan obat salep, bubuk wangi, bunga , dan seterusnya , memikirkan para
Tathagata ,
Dan dengan ketulusan hati dan menunjukkan rasa hormat , Dia mengucapkan syair gatha
berikut :
” Karena para Buddha, yang penuh kasih sayang , memperhatikan kami , Semoga Mereka
menguasai tempat itu besok, dan semoga Putra Buddha turun juga ! ‘

“Setelah mengatakan ini , Dia kemudian harus membaca mantra ini : Namah samanta –
buddhānām , sarva tathāgatā adhisthānā adhisthite acale vimale smarani prakrti
pariśuddhe Svaha. ( Penghormatan kepada semua Buddha ! O Yang Telah Diberikan
Kuasa Dengan Pemberdayaan Dari Semua Tathagata! Yang Tidak Bergerak! Yang Tiada
Noda! Yang Ingat ! Yang Benar-Benar Murni Oleh Sifat Alami ! Serukanlah ! )

Sang mantra yogin (Orang yang berlatih mantra) selanjutnya menimbulkan pikiran kasih
sayang ,
Dan memperbaiki pada penjuru Barat , dengan pikiran terpusat penuh fokus dia pergi untuk tidur
,
Berpikir “tiada diri” dalam kemurnian pikiran Bodhi.
Dalam mimpinya dia mungkin melihat para Bodhisattva yang terkenal agung
Dan para Buddha tanpa batas muncul dan melakukan berbagai perbuatan ,
Atau , dengan pikiran kenyamanan , Mereka dapat mendorong sang yogin ,
[ mengatakan : ]
“Karena anda penuh perhatian pada makhluk , Anda membangun sebuah Mandala .
Hebat, Mahasattva ! Apa yang Anda gambarkan adalah cukup luhur mulia ! ‘
Kemudian , pada hari yang lain (yaitu , berikutnya ) , dia menerima menjalani sebagai yang akan
diselamatkan .
Jika para murid memiliki keyakinan , telah lahir dalam garis keturunan murni ,
Menghormati Triratna (Tiga Permata : Permata Buddha, Permata Dharma, Permata Sangha) ,
menghiasi diri dengan kebijaksanaan mendalam ,
Memiliki ketekunan , tidak lesu, murni dan sempurna dalam Sila ( perilaku moral) mereka,
Memiliki kesabaran , tidak kikir , dan pemberani dan tegas dalam sumpah latihan mereka –
Orang seperti itu harus diterima , tanpa memperhatikan yang lain [ yang baru datang ] .
Untuk baik sepuluh atau delapan , tujuh atau lima , dua , satu atau empat [ orang ]
Harus Abhiseka (Pemberkatan) dilakukan , atau bahkan jika jumlah tersebut melebihi ini .”

Kemudian Vajrapani , Raja dari Kegaiban Rahasia, sekali lagi berkata kepada sang Buddha ,
“Bhagavan , apakah nama yang harus mandala ini dipanggil ? Dan apa artinya dari ‘ Mandala ‘ ?

Sang Buddha berkata , ” Ini disebut ‘ Mandala Yang Menghasilkan Para Buddha. ‘ Ini adalah
dari rasa ( Manda : ” intisari pokok” ) yang sama sekali tanpa bandingan
dan dari rasa yang tak tertandingi , dan oleh karena itu ia disebut sebagai ‘ Mandala . ‘
Selanjutnya , Raja dari Kegaiban Rahasia, karena kasihan untuk alam yang tak terbatas dari para
makhluk ini adalah didalam arti luas Mandala ‘ Yang Lahir Dari Vajra Kasih Sayang Besar’. ”

” Raja dari Kegaiban Rahasia , [ Mandala ] diberi kuasa oleh Anuttara samyaksambodhi yang
dikumpulkan oleh Tathagata selama ribuan tahun kalpa yang tak terukur , dan oleh karena itu
Mandala diberkahi dengan kebajikan yang tak terhingga . Anda harus memahami sebagai berikut
, Raja dari Kegaiban Rahasia : itu adalah bukan demi satu mahluk bahwa sang Tathagata
mencapai kesempurnaan dan penuh kesadaran , juga bukan untuk dua atau untuk banyak
[ makhluk ]; itu adalah karena belas kasihan untuk alam para makhluk dengan vyakarana
(ramalan) lengkap dan ramalan tak lengkap [ untuk Bodhi (kebangkitan) masa depan mereka ]
bahwa Sang Tathagata mencapai kesempurnaan dan kebangkitan penuh , dan dengan kekuatan
sumpah kasih sayang yang besar Dia membabarkan Dharma secara terperinci di alam yang tak
terhitung dari para makhluk sesuai dengan alam mereka sendiri .

” Raja dari Kegaiban Rahasia , mereka yang tidak berlatih Mahayana (Kendaraan Besar) di masa
lalu dan tidak pernah berpikir tentang latihan Mantrayana (Kendaraan Mantra) adalah tidak
mampu di tingkat yang paling sedikit untuk melihat atau mendengar nya , bersukacita di
dalamnya , dan menerima nya dengan keyakinan . Tapi , Vajrasattva , jika para makhluk itu telah
di masa lalu maju melalui pintu gerbang yang tak terhitung dari jalur Mantrayana dan Mahayana
dan telah melatihnya , itu adalah untuk mereka bahwa syarat dan angka telah ditetapkan dalam
batas ini sehingga dia membuat jasa kebajikan dari cara suci.

” Sang Acarya , juga harus dengan pikiran kasih sayang yang besar membuat sumpah berikut :
untuk menerima makhluk yang tak terhitung dan menciptakan penyebab dan kondisi untuk benih
Bodhi sehingga dapat menyelamatkan [ semua ] alam makhluk tanpa pengecualian .

Sang mantra yogin , setelah menerima [ para murid ] dengan cara ini ,
memerintahkan mereka untuk belindung pada Triratna ,
membuat mereka mengaku kesalahan-kesalahan mereka yang sebelumnya ,
memberi mereka salep obat, bubuk wangi , bunga , dan seterusnya untuk mempersembahkan
kepada para dewa suci ,
dan harus memberikan kepada mereka ajaran dari pengetahuan yang tak terhalang diseluruh tiga
masa .
Selanjutnya, dia harus memberi batang untuk gigitan gigi , baik dari Udumbara
atau Aśvattha dan seterusnya , dilindungi [ dengan mantra ] , dimurnikan ,
dihiasi dengan parfum wangi dan bunga , lurus , dan sesuai dengan [ perbedaan antara ] atas dan
bawah.
[ Murid-murid itu ] menghadap baik timur ataupun utara , dan setelah mengkunyah [ batang
tadi ] ,
mereka melemparkan nya turun kebawah –
[ Dengan demikian Acarya ] akan mengetahui tanda-tanda apakah makhluk-mahluk ini sangat
cocok sebagai wadah atau tidak .
Sebuah Vajrasutra ( kabel vajra ) dengan tiga simpul lima warna kemudian diikat ke lengan kiri
mereka.
Agar murid-murid yang demikian diterima itu dapat dibebaskan dari kekotoran
dan meningkatkan keyakinan mereka , [ sang Acarya ] harus membabarkan Dharma secara
terperinci dengan sesuai
dan mendorong mereka , membuat ketetapan mereka kuat , dengan mengumumkan syair gatha
ini :

adya yusmabhir atula labha labdha mahatmabhih


yena sarvajinair yuyam saputrair iha sasane
sarvaih parigrhitastu jayamana-mahodayah
tena yuyam mahayane Svo jata he bhavisyatha

” anda akan mendapatkan anugerah yang tiada bandingnya , posisi Anda sama dengan dari Diri
Besar .
semua Jina Buddha dan banyak Bodhisattva di dalam ajaran ini
semua telah menerima anda, dan anda akan mencapai perbuatan besar (penerangan sempurna)
anda akan mendapatkan kelahiran di dalam Mahayana besok. ”

[sang Acarya] setelah memerintahkan mereka dengan cara ini, mereka mungkin bermimpi saat
tidur
melihat tempat tinggal para bhiksu, hutan kebun semuanya dengan luasnya yang indah,
Ruangan dengan penampilan yang luar biasa, rumah [bertingkat] yang cerah dan luas,
bendera, payung, permata cintamani, pedang permata, bunga-bunga yang menyenangkan pikiran,
Perempuan dalam pakaian putih bersih, tegak, dan corak warna kulit yang indah,
kerabat dekat atau teman yang baik, orang-orang bertubuh dewa,
Kawanan sapi dengan susu berlimpah, gulungan kain sutra yang bersih dan tidak kotor,
Para Yang Maha tahu (yaitu,para Buddha), para Pratyekabuddha, dan sangat banyak para
Sravakabuddha,
Para Bodhisattva Mahayana yang berpikiran tinggi, penganugerahan buah hasil yang sebenarnya,
Menyeberangi lautan, sungai atau danau, serta pendengaran pada suara yang menyenangkan di
udara yang berkata,
‘Betapa pertanda keberuntungan baik!’ atau ‘Anda akan diberikan buah dari keinginan pikiran
Anda! ‘
Tanda-tanda yang menguntungkan seperti ini harus secara hati-hati dibedakan,
Dan apa yang berbeda dari ini harus diketahui sebagai bukan mimpi yang baik.
Mereka [para murid] yang mapan di dalam pedoman aturan sila muncul pada keesokan harinya,
dan setelah mereka telah memberitahukan kepada guru mereka [isi mimpi mereka],
sang Guru membabarkan Dharma secara terperinci dengan ungkapan-ungkapan ini agar untuk
menasihati para yogin (orang yang berlatih) itu:
“Ini Jalan dari sumpah yang paling baik, Mahayana dari pikiran yang besar agung.
Sekarang Anda mencari demi itu dan akan mencapai [keadaan dari] para Tathagata,
Naga Besar dari pengetahuan kebijaksanaan penerangan spontan yang dihormati oleh dunia
seperti stupa-stupa;
Itu benar-benar sepenuhnya melampaui keberadan dan ketiadaan dan tidak ternoda, seperti ruang
angkasa kosong.
Kedalaman dari gejala kejadian (dharma) adalah sulit untuk dipahami , tidak terkandung oleh apa
pun ,
Dan dihapus dari semua gagasan palsu , karena penyanggahan yang sembrono pada awalnya
adalah tidak ada.
Kegiatannya menakjubkan , tanpa bandingan , dan selalu berdasarkan pada dua kebenaran ,
Yana (Kendaraan) ini adalah yang paling baik , dan [selanjutnya] Anda akan tinggal di jalan ini .
‘”

Kemudian Vajradhara Aprapañcavihārin (Vajradhara Yang Tinggal Berdiam Didalam Ketiadaan


Dari Pembicaraan Yang Tak Berguna) berkata kepada sang Buddha , ” Bhagavan , Saya mohon
Anda untuk menjelaskan ajaran dari pengetahuan yang tak terhalang di seluruh tiga masa ,
karena jika Bodhisattva berdiam di dalamnya , hal itu menyebabkan para Buddha dan para
Bodhisattva semuanya bergembira . ”

Ketika Dia selesai berbicara demikian , sang Buddha bebricara kepada Vajradhara
Aprapañcavihārin dan yang lainnya, dengan mengatakan , ” Anak Buddha , dengarlah dengan
penuh perhatian ! Ketika orang dari [ keluarga yang baik tinggal berdiam didalam ajaran disiplin
ini, dia menyatukan tubuhnya , ucapannya , dan pikirannya , membuat mereka menyatu , dan
tidak menciptakan gejala kejadian (dharma). Ajaran disiplin apakah [ini] ? Itu adalah berarti
mengamati dunia dan meninggalkan milik diri sendiri dan mempersembahkannya kepada para
Buddha dan Bodhisattva . Mengapa? Karena jika orang meninggalkan milik diri sendiri , maka
orang itu meninggalkan tiga hal . Apakah tiga hal ini ? Mereka adalah tubuh, ucapan , dan
pikiran . Oleh karena itu, orang dari keluarga yang baik , dengan menerima ajaran disiplin
tubuh , ucapan , dan pikiran , memperoleh gelar sebagai ‘ Bodhisattva (Mahluk Yang Bangkit) ‘ .
” Mengapa itu demikian ? Karena dia dipisahkan dari tubuhnya , ucapannya , dan pikirannya .
Bodhisattva dan Mahasattva harus berlatih dengan cara ini.

Arya Bhagavan Vajrasattva

” Selanjutnya, pada hari berikutnya , setelah diberikan kuasa pada dirinya sebagai Vajra sattva
(Mahluk Vajra) dan memberi hormat kepada Bhagavan Maha Vairocana , [ sang Acarya ] harus
mengambil kendi/guci bersih dan mengisinya dengan air wangi , membaca mantra
Trailokyavijaya , dia memberdayakan itu , menempatkan itu di luar pintu masuk pertama , dan
menggunakan itu untuk memercikkan [ air ] diatas umat [ saat mereka memasuki mandala ] .
Sang Acarya [ juga ] memberikan mereka air murni yang wangi , dimana Dia membuat mereka
minum sehingga pikiran mereka dapat dimurnikan . ”

Kemudian Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia bertanya kepada sang Buddha dalam syair
gatha :

” Saya mohon kepada Anda, Yang Memiliki [ Semua ] Bagian Pengetahuan Kebijaksanaan dan
[ Yang Paling ] Dihormati Di antara Pengkhotbah , untuk menjelaskan pembagian waktu :
Berapa lama akan dilakukan untuk menyelesaikan menggambar Mandala.
Pada waktu apakah para mahluk suci didalam Garbhodbhava Mandala semuanya berkumpul
didalam Bodhi Mandala
dan menyebabkan tanda-tanda ajaib muncul ketika sang Acarya bersungguh-sungguh
membacakan mantra ?
Sang Acarya yang melihat ke Mandala, akankah dia memberi murid-muridnya mengingat Mantra
itu dengan rajin?”

Kemudian sang Bhagawan berbicara kepada Vajrajnanadhara (Pemegang Kebijaksanaan Vajra) :


” Mandala harus dibangun selalu didalam seluruh malam [ ketujuh ] ini.
Sang Penerus Dharma Acarya harus dengan demikian mengambil tali sutra lima warna , dan
bersujud kepada semua Buddha ,
Dia memberdayakan dirinya sendiri sebagai Maha Vairocana .
Mulai dari arah timur , [ sang Acarya , ] menghadap [ pembantunya ] , memegang tali sutra di
udara di ketinggian pusarnya
dan bergerak secara bertahap putar ke kanan ( yaitu, searah jarum jam ) dan seterusnya di arah
selatan dan barat , terakhir di arah utara.
Yang kedua adalah untuk menetapkan batas , dan Dia kembali lagi memulai dari arah awal
(yakni , timur ),
Mengingat para Tathagata pada penjuru arah yang sama seperti tadi, dan tindakannya sama
seperti yang tadi :
Putar ke kanan ( yaitu , selatan ) , ke bagian belakang (yaitu , Barat ), dan ke sekeliling lagi ke
arah yang lebih tinggi (yaitu , utara).
Selanjutnya, sang Acarya memutar di sekeliling dan menempatkan dirinya di nairrtī (yakni ,
barat daya ) ,
Sedangkan sang murid yang berlatih, yang menghadap dia memegang [ tali ] , secara bertahap
berjalan ke arah selatan ;
Dari sini dia bergerak memutar ke kanan , menempatkan dirinya ke arah Vayu ( yaitu, sebelah
barat laut ) ,
Sementara sang guru menggeser posisinya sendiri dan berdiam dalam arah Agni ( yaitu, tenggara
)–
Sang mantra yogin (orang yang berlatih mantra) juga melaksanakan upacara ritual tersebut .
Dengan sang murid di arah barat daya, sang guru tinggal berdiam di aiśānī (yakni , timur laut ) ;
Sang murid kembali lagi bergerak di sekeliling , menempatkan kembali dirinya ke arah Agni ,
Sementara sang guru menggeser posisinya sendiri dan tinggal berdiam di dalam arah Vayu .
Dengan cara ini mantra yogin menggambarkan [ mandala ] empat penjuru arah sepenuhnya
persegi.
Dia [ kemudian ] secara perlahan masuk ke dalam [ daerah yang ditandai ] dan membaginya
menjadi tiga bagian ,
Dan setelah menandai tiga bagian di tanah di sekeliling kanan,
Dia kembali lagi membagi masing-masing bagian menjadi tiga :
Di antara ini [tiga bagian konsentris], bagian pertama adalah jalur dimana perbuatan [upacara
ritual] dilakukan,
Dan sisanya yang bagian tengah dan bagian belakang adalah tempat tinggal dari Dewa suci.
Di [empat] sisi ada empat pintu masuk, dimana dia harus mengetahui pengukuran posisi
tepatnya,
Dan dengan pikiran yang tulus dan hormat dia menggambar susunan Dewa suci.
Dia dengan demikian membuat banyak ciri istimewa [dari mandala],
secara merata mengatur dan secara hati-hati membedakan.
Didalam pusat tengah ada gambar teratai putih indah, “Garbha Mandala” harus sama sebanding.
Dari dalam Garbha ini seluruh “Karuna Odbhava Mandala (Mandala yang Terlahir dari Kasih
Sayang)” dibuat,
Dan dalam ukuran itu adalah enam belas angula atau lebih.
Delapan kelopak nya adalah sungguh sempurna, putik dan benang sari seluruh dengan luasnya
adalah indah,
Dan “Jnana Mudra (Segel Kebijaksanaan)” [dalam bentuk] Vajra terlihat diantara semua kelopak.
Dari pusat tengah alas bunga ini Bhagavan Vairocana muncul,
Berwarna emas, megah, dan menyandang di kepala-Nya mahkota rambut yang dilakukan di
jambul;
Sang Penyelamat Dunia sepenuhnya dikelilingi dengan cahaya dan, bebas dari panas, berdiam
didalam samādhi.
Di timur nya [sang Acarya] harus menggambar “Sarvajnana Mudra (Segel Maha Mengetahui
Semua)”:
Bersegi tiga dan di atas teratai, itu adalah sepenuhnya berwarna putih
Dan seluruhnya dikelilingi oleh cahaya yang berkobar, putih bersih dan meliputi semuanya.
Selanjutnya, di arah utara (yaitu, timur laut) sang guru [harus menggambar Gaganalocanā],
Buddhamātā (Ibu dari para Buddha):
Bersinar terang warna emas asli dan berpakaian polos jubah putih,
Dia adalah seluruhnya menerangi seperti sinar matahari dan tinggal berdiam di dalam samadhi,
bermeditasi.
Lagi, ke arah selatan [dari Segel Maha Mengetahui Semua] ada simbol segel dari sang
Penyelamat Dunia, para Buddha dan para Bodhisattva,
Dewa Suci berkebajikan besar, yang disebut Sarvāśāparipūraka (Sang Pengabul Semua
Keinginan),
Sebuah permata Cintamani (Permata yang dapat mengabulkan keinginan) bersandar di atas
bunga teratai putih.
Arya Bhagavan Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva

Pada arah utara sang Avalokitesvara yang berkekuatan besar,


warna Nya yang berkilau seperti bulan terang, Sankha (kulit keong), atau bunga Kunda (melati),
Duduk tersenyum di atas teratai putih, dengan Amitayus terlihat jambul Nya.

Arya Bhagavan Tara

Di sebelah kanan Nya adalah Arya Tara (Tara Yang Maha Suci) yang dihormati, yang terkenal
agung:
Dengan warna biru dan putih bercampur, Dia memiliki penampilan dari seorang perempuan
dewasa,
Dengan Anjali Mudra (merangkapkan telapak tangan Nya bersama-sama) dan memegang teratai
biru, yang dikelilingi dengan cahaya yang meliputi semuanya,
Bersinar seperti emas murni, tersenyum, dan memiliki jubah putih yang bersih.
Di sebelah kiri [ dari Avalokitesvara] adalah Bhrkutī, tasbih dari hitungan manik-manik (mala)
tergantung dari tangan Nya:
Dengan tiga mata dan memakai rambut Nya di jambul, rupa Nya yang mulia seolah-olah bagai
warna putih,
Dan cahaya yang mengelilingi diri Nya tidak memiliki warna yang menonjol, dengan kuning,
merah, dan pembauran putih.
Selanjutnya, di dekat Bhrkutī, gambarlah Yang Mulia Mahāsthāmaprāpta:
Pakaian-Nya adalah bewarna Sankha, Dia memiliki kasih sayang yang besar, memegang bunga
teratai di tangan Nya
Yang subur tetapi belum terbuka, dan dikelilingi oleh lingkaran cahaya.
Sang Vidyārājñī yang disebut Yasodhara berdiam di samping Nya:
Semua macam rangkaian indah dari permata menghiasi tubuh berwarna emas Nya,
Dan Dia memegang ranting indah dari bunga-bunga [di tangan kanan Nya] dan
di tangan kiri memegang [bunga] priyangu.

Di dekat Arya Tara, [sang Acarya] menempatkan gambar yang mulia Pandaravāsinī:
Dia memiliki mahkota rambut [yang diikat di jambul], memakai [jubah] murni dari kain sutra
[putih], dan memegang bunga padma (teratai) putih di tangan Nya.

Arya Bhagavan Hayagriva Vidya Raja

Di depan Yang Maha Suci (yaitu, Avalokitesvara), [sang Acarya] membuat gambar Vidyārāja
yang sangat kuat:
Dia adalah bewarna sinar matahari pagi, dan tubuh Nya dihiasi dengan bunga teratai putih;
Megah dengan karangan bunga api, Dia mengaum marah dengan taring Nya yang diperlihatkan,
Dia memiliki kuku yang tajam, rambut Nya seperti yang dimiliki raja buas, dan Dia adalah
[disebut] Hayagriva.
Di Samadhi ini Mereka adalah pembantu Avalokiteshvara.
Selanjutnya, di permukaan alas berbunga-bunga dan di sebelah kiri Maha Vairocana
Ada Vajrajnanadhara (Pemegang Kebijaksanaan Vajra) (yaitu, Vajrapani), mampu mengabulkan
semua keinginan:
Dia adalah bewarna bunga priyangu atau biru gelap seperti permata hijau;
Di kepalaNya Dia memakai mahkota permata yang banyak, dan rangkaian permata menghiasi
diri Nya,
Menghiasi dan memperindah, luas dan tak terhitung jumlahnya;
Di tangan kiri Nya Dia memegang Vajra, dan Dia mengeluarkan kobaran nyala api sekeliling
Nya seluruhnya.
Di sebelah kanan Vajragarbha (yaitu, Vajrapani) Dia sang Dakini Devi yang disebut Māmakī,
Yang lagi memegang Alu (yaitu, vajra) Kebijaksanaan Teguh dan menghiasi Diri nya dengan
rangkaian permata.
Di sebelah kanan Nya [sang Acarya] selanjutnya harus menempatkan gambar Dakini Devi
Mahabala Vajrasūcī (Yang Berkekuatan Besar sang Vajrasuci),
Dikelilingi oleh sejumlah utusan yang tersenyum dan bersama-sama menghormat kepadaNya
melihat sang Buddha Maha Vairocana.
Di sebelah kiri dari sang Arya Vajradhara (yaitu, Vajrapani) adalah Vajraśrnkhalā:
Dia memegang “vajrasrnkhala (rantai vajra)” dan disertai dengan pengikut sendiri,
TubuhNya bewarna kuning muda, dan Dia memiliki Vajra kebijaksanaan (jnanavajra) sebagai
lambang Nya.

Di bawah Vajradhara (yaitu, Vajrapani) adalah Yang Penuh Murka Trailokyavijaya (Raja
Berkilauan Cahaya Yang Menundukkan Tiga Masa Waktu (Masa Lampau, Masa Sekarang, dan
Masa Depan),
Yang mengalahkan penghalang besar dan disebut sebagai Yang Dimuliakan Candratilaka:
Dia memiliki tiga mata, empat taring yang terlihat, Dia adalah bewarna awan hujan di musim
panas,
Mengeluarkan “a ta ta” suara tertawa yang keras, dan [dihiasi dengan] rangkaian vajra dan
permata;
Dalam rangka untuk menjaga makhluk, Dia dikelilingi oleh rombongan tentara yang tak
terhitung,
Dan seratus ribu tanganNya mengacungkan berbagai senjata
Para Yang penuh murka ini semuanya tinggal di bunga teratai.
Arya Bhagavan Vajradhara

Selanjutnya, pergi ke arah barat, [sang Acarya] menggambar para Vajradhara yang tak terhitung
Dengan berbagai jenis segel vajra (Vajra Mudra), bentuk dan warna yang masing-masing
berbeda,
Dan di mana-mana memancarkan cahaya yang mengelilingi Mereka sepenuhnya demi
kepentingan makhluk.
Arya Bhagavan Acala Vidya Raja

Di bawah sang Mantraraja (yaitu, Vairocana), ke arah Nairrti (yakni, barat daya),
Adalah Acala, pelayan sang Tathagata itu: Dia memegang Pedang Kebijaksanaan dan tali,
Rambut dari atas kepalaNya menggantung di bahu kiriNya,
dan dengan satu mata Dia terlihat teliti;
Yang Penuh Murka Mengagumkan, tubuhNya [diselimuti] api yang dahsyat, dan Dia bersandar
di atas batu;
WajahNya ditandai dengan [kerut seperti] gelombang di atas air, dan dia memiliki sosok seorang
anak muda gemuk pemberani.
Dengan cara ini Dia yang memiliki kebijaksanaan selanjutnya harus pergi ke arah Vayu (yakni,
barat laut),
Arya Bhagavan Ucchusma Trailokyavijaya

di mana Dia kembali menggambar dewa yang penuh murka, yang disebut Trailokyavijaya:
Dia dikelilingi oleh api yang menakutkan, memiliki mahkota permata, dan memegang Vajra;
Dengan tidak memperdulikan hidupNya sendiri, Dia mengabdikan diriNya untuk meminta dan
menerima perintah dari Maha Vairocana Buddha.

Arya Bhagavan Sakyamuni

Posisi dan seterusnya dari para Mahluk Suci kawasan pertama dari Mandala [sekarang] telah
dijelaskan,
Dan sang mantra yogin selanjutnya pergi ke kawasan kedua.
Di dalam pintu masuk pertama di arah timur dia menggambar Sakyamuni:
Dia dilingkari dengan warna emas keunguan dan dikaruniai 32 tanda [dari Buddha],
Memakai jubah Kasaya , duduk di atas alas bunga teratai putih,
Dan agar untuk membuat Ajaran beredar, Dia tinggal berdiam di sana, membabarkan Dharma
secara terperinci
.
Arya Bhagavan Buddha Locana

Selanjutnya, mewujudkan mata pengetahuan semesta di sebelah kanan (utara) dari sang
Bhagavan [sang mantra yogin] menampilkan Buddhalocanā:
Dia adalah rupa yang menyenangkan dan tersenyum, ada lingkaran cahaya murni disekeliling
seluruh tubuh Nya,
Tubuhnya menyenangkan untuk dilihat dan tanpa bandingan, dan dia disebut “Ibu Sakyamuni.”
Kemudian, di sebelah kanan dari Yang Suci ini, dia menggambarkan Vidyarajni Urna:
Dia berada di atas bunga padma, bersinar diseluruh sekelilingnya dengan warna dari Sankha,
Dan memegang permata cintamani, yang mengabulkan semua keinginan.
Di sebelah kiri dari Yang Suci Śākyasimha (Singa dari kaum Sakya, yaitu, Sakyamuni), sang
Penyelamat Dunia
Dengan cahaya terang dan kekuatan yang besar, ada Lima Mahkota (usnīsa) dari sang Tathagata:

Arya Bhagavan Usnisa Sitatapatra

Yang pertama disebut Sitātapatra, dan [yang lainnya adalah] Jayosnīsa, Vijayosnīsa,
yang banyak berkebajikan Tejorāśiosnisa, dan Vikiranosnīsa.
Ini adalah yang disebut ‘Lima Mahkota Besar Buddha (Maha Panca Buddha Usnisa)’ dan [adalah
milik] keluarga Sakya [muni] dari Mahayana keturunan Diri Besar,
Dan di tempat ini [sang mantra yogin] harus dengan hati dan jiwa membentuk gambar banyak
ciri istimewa Mereka.
Selanjutnya, diarah utara (dari Sakyamuni), dia mengatur rombongan devaputra penghuni alam
Murni (Śuddhāvāsa):
Isvara, Samantakusuma, Raśmimālin, Manojava, dan Svaraviśruti, masing-masing dalam urutan
yang benar.
Di sebelah kanan dari Urna, dia kemudian menggambar tiga Mahkota Buddha (Tri Buddha
Usnisa):
Yang pertama disebut Mahodgatosnīsa, yang selanjutnya yang disebut Abhyudgatosnīsa,
Dan ada juga Anantasvaraghosaosnisa, semuanya harus benar ditempatkan.
Kelima jenis Mahkota Tathagata adalah berwarna putih, kuning, dan warna dari emas asli,
Dan berikutnya Tiga Mahkota Buddha (Tri Buddha Usnisa) memiliki warna putih, kuning, dan
merah.
Kilauan cahaya Mereka adalah menembus semua semesta dunia dan luas, Mereka dihiasi dengan
banyak rangkaian permata,
Dan dengan kekuatan sumpah yang luas bahwa Mereka telah membuat semua keinginan
terkabul.

Agni Deva

Di sudut penjuru timur, sang yogin membuat gambar Rsi Agni:


Dia tinggal berdiam di tengah-tengah api yang berkobar dan ditandai dengan tiga bintik-bintik
abu,
Warna tubuhNya adalah semua merah gelap, segel simbol segitiga ditempatkan pada hatiNya,
Dan Dia berada dalam lingkaran api, memegang manik-manik dan kendi air.

http://i484.photobuc…estial_Gold.jpg

Di sebelah kanan (yaitu, arah selatan) ada Yama Raja, memegang segel danda (tongkat) di
tanganNya;
Dia memiliki kerbau sebagai kursi, adalah yang bewarna awan gelap dari petir yang menyambar,
Dan dikelilingi oleh “Sapta-Matrka (Tujuh Ibu)”, Kālarātri (deva malam gelap), Yami
(permaisuri dari yama raja /Ratu kematian), dan seterusnya.

Raja Iblis (Nairrti) di nairrtī (yaitu, barat daya) memegang pedang dan memiliki penampilan
yang menakutkan.

http://i484.photobuc…SuryaVaruna.jpg
Sri Surya Varuna
http://i484.photobuc…nagja_Parfr.jpg
Sri Naga
http://i484.photobuc…/ManasaDevi.jpg
Sri Manasa Devi
http://i484.photobuc…ga_raja1-d.jpeg
Om Sarva Naga Raja Siddhi Hum

Varuna, sang Raja Naga, memiliki tali sebagai simbol segel.

http://i484.photobuc…2008/indra2.jpg
Sakra Devanam Indra

Di penjuru awal, sebelah selatan dari Lima Mahkota Buddha (Panca Buddhaosnisa), Sakra Deva
Indra, sang Raja Dewa, tinggal berdiam di Gunung Sumeru,
Dengan mahkota permata, memakai rangkaian permata, dan memegang segel Vajra;

Sang Orang Bijak secara tepat menyusun pembantu (Saci dan 6 Kamadeva) yang lainnya.
Di sebelah kiri (sebelah selatan dari Sakra Devanam Indra) Ia menempatkan Aditya dan
rombonganNya: Dia berada di kereta,
Dan istri-Nya Jaya dan Vijaya menjaga Dia, mengikuti di kedua sisi.

http://i484.photobuc…08/Brahma11.jpg
Maha Brahma Deva

Maha Brahma adalah disebelah kananNya (sebelah utara dari lima dewa suddhavasa):
Bermuka empat, Dia memiliki mahkota rambut [dilakukan dalam jambul],
Memiliki tanda huruf “Om” sebagai segel, memegang bunga teratai, dan [duduk] diatas angsa.
Pada penjuru Barat adalah Prthivi (sang dewi bumi), Sarasvati,

http://i484.photobuc…_2008/visnu.gif
Visnu Deva

dan Visnu, Skanda, Vayu,


http://i484.photobuc…g_2008/Siva.jpg
Shiva Deva

Śankara (Siva),

http://i484.photobuc…chandradeva.jpg
Candra Deva

dan Candra:

Mereka Ini adalah di arah Naga (yaitu, barat). Gambarlah mereka tanpa membuat kesalahan.
Sang Yogin dari Mantrayana, harus dengan pikiran yang tanpa kekacauan,

http://i484.photobuc…/Vaisravana.jpg
Vaisravana Caturmaharajika Deva

Atur gambar sang Vaisravanadevaputra di pintu gerbang utara


dan pada kedua sisi dariNya gambarlah sembilan jenderal besar Yaksa : Manibhadra,
Purnabhadra, Pancika, Satagiri, Haimavata, Visakha, Atavaka, Pancala dan Hariti.
Dia, sang Buddhaputra (putra Buddha), harus berikutnya, menggambar Vidyādhara yang penuh
murka: Yang di sebelah kanan [Sakyamuni] disebut Aparajita,
dan yang di sebelah kiri adalah ratu Aparajita (permaisuri dari Aparajita).

http://i484.photobuc…008/Prtihvi.jpg
Prthivi Devi

Sang Devi yang memikul Bumi (Dharanimdharā Prthivi), yang memegang kalasa (botol yang
berisi air), yang berlutut secara hormat.
Selain itu, dua Maha nagaraja (Raja Naga besar), Nanda dan Upananda,
Wajahnya masing-masing didalam pos penjaga, sang penjaga perkasa dari Layanan pintu masuk
[di arah barat].
Mantra-mantra, mudra-mudra (segel-segel), dan altar para dewa yang tersisa dari keturunan
Sakyasimha [Sakyamuni],
segala sesuatu yang telah dijelaskan, sang guru harus mengungkapkan secara terperinci.
Sang Yogin dari mantrayana selanjutnya meneruskan ke halaman ketiga,

http://i484.photobuc…08/Manjusri.jpg
Arya Bhagavan Manjusri Kumarabhuta Bodhisattva Mahasattva

Dimana Dia pertama kali menggambar Manjusri: tubuhNya adalah bewarna kuning jingga,
Dia memiliki mahkota lima jambul diatas kepalaNya dan seperti seorang anak muda dalam
penampilanNya;
Di sebelah kiri [tangan] Dia memegang nilotpala (bunga teratai biru) yang di atasnya
ditampilkan segel Vajra;
WajahNya penuh belas kasih memiliki senyum lebar, Dia duduk di atas alas teratai putih,
Dan Dia dikelilingi oleh lingkaran cahaya yang meliputi semua yang rupanya menakjubkan yang
bewarna-warni.
Di sisi kananNya [sang mantrayogin] berikutnya harus menggambar Jālinīprabha dengan tubuh
seorang anak muda:
Dia memegang jaring permata yang banyak, memiliki berbagai jenis rangkaian kalung perhiasan
yang bagus,
Dan berdiam di kursi bunga teratai yang berhias permata, bermeditasi menatap sang Putra
Buddha Tertua (yaitu, Manjusri).
Pada sebelah kiri [dari Manjusri] [sang mantrayogin] menggambar lima utusan dari Varadavajra
(Manjusri):
Yakni yang bernama, kesini, Upakeśinī,
dan Citra, Vasumatī, dan Ākarsanī.
Kelima utusan ini memiliki lima pelayan,
dan kedua Kelompok ini keduanya mengelilingi dan menjaga Ajitajnana (Kebijaksanaan Yang
Tak Terkalahkan) (yaitu, Manjusri).

http://i484.photobuc…Bodhisattva.jpg
Arya Bhagavan Sarvanīvaranaviskambhin Bodhisattva Mahasattva

Ke kanan (yaitu, arah selatan, sebelah kiri penjuru utara dari Vairocana) sang yogin (praktisi)
berikutnya menggambar yang sangat terkenal Sarvanīvaranaviskambhin,
yang memegang cintamani (permata pengabul keinginan).
Mensampingkan [pembagian ini menjadi] dua subbagian, Dia harus menggambar delapan
Bodhisattva:
Yakni, Kautūhala, Sarvasattvābhayamdada,
Sarvāpāyamjaha, sang Bodhisattva Paritrānāśayamati,
Karunāmrditamati, Mahāmaitryabhyudgata,
Sarvadāhapraśāmita, dan Acintyamatidatta.
Kemudian, meninggalkan bagian itu, Dia melanjutkan ke utara, penjuru yang lebih besar,
Dimana sang Yogin dengan pikiran tunggal terus dalam pikiran dan mengatur banyak warna,

http://i484.photobuc…tigarbha_y0.jpg
Arya Bhagavan Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva

menggambar sang Mahasattva Ksitigarbha, yang diberkahi dengan kesabaran yang baik:
Tempat dudukNya adalah sangat indah yang paling terampil ditempa, tubuhNya dalam tengah-
tengah matriks api;
Di tanah dihiasi dengan berbagai macam permata yang halus diletakkan diantara.
Sang Yogin bermeditasi pada sebuah bunga teratai yang dibuat dengan empat benda berharga
yang adalah tempat peristirahatan dari sang Bodhisattva yang suci.
Selain itu, ada yang takterukur banyaknya para Bodhisattva besar yang terkenal:
Yakni yang bernama, Ratnakara, Ratnapāni, Dharanimdhara,
Ratnamudrāhasta dan Drdhādhyāśaya, dan para Mahluk Suci yang terkemuka ini,
Masing-masing bersama-sama dengan para Bodhisattva yang tak terhitung banyaknya, yang
mengelilingi Mereka baik di depan dan belakang.

http://i484.photobuc…Bodhisattva.jpg
Arya Bhagavan Ākāśagarbha Bodhisattva Mahasattva

Selanjutnya, ke arah Naga (yaitu, barat) Yogin harus menggambar Ākāśagarbha,


Sang Pahlawan Yang Berjuang Keras, yang mengenakan jubah putih dan memegang pedang
yang menghasilkan cahaya api.
Selain itu, para pembantuNya, anak-anak yang terlahir dari Penerangan Sempurna Bodhi,
Masing-masing duduk dalam urutan yang benar berturut-turut pada bunga teratai standar.
Sekarang Saya akan menjelaskan para pembantu ini, para Bodhisattva dari Mahayana yang
adalah pengikutNya, Bodhisattva Tuan dari Diri Besar (yaitu, Ākāśagarbha),
Yang bentukNya yang baik harus digambar dengan baik, cermat dan tanpa mengabaikan apapun:
Yakni yang bernama, Gaganāmala, selanjutnya disebut Gaganamati,
serta Viśuddhamati, Cāritramati, dan Sthiramati.
Para Bodhisattva ini, selalu berusaha keras dan penuh semangat,
Masing-masing digambar dalam urutan yang benar dengan bentuk Mereka yang dihiasi.
Saya telah [sekarang] selesai menjelaskan secara singkat tata letak dari ‘Mahakarunagarbha
Mandala.’ ”

http://i484.photobuc…runaMandala.jpg
Maha Karuna Garbha Mandala

Setelah itu, dalam seluruh perkumpulan majelis, Vajradhara, sang Raja Kegaiban Rahasia
menatap terus menerus Bhagavan Vairocana tanpa berkedip bahkan hanya sesaat dan berbicara
syair Gatha ini:
Munculnya sang Sarvajna (Dia yang Maha Mengetahui) di dunia
Adalah seperti bunga Udumbara, yang muncul hanya sekali setiap sekarang dan kemudian;
Jalan dimana Mantrayana dipraktekkan adalah jauh lebih sulit lagi untuk bertemu.
Semua tindakan jahat yang dilakukan selama koti kalpa yang tak terhitung
Akan, ketika seseorang melihat Mandala ini, dipadamkan tanpa sisa jejak apapun,
Dan berapa banyak lagi jika seseorang yang kemasyurannya tak terukur tinggal berdiam di
dalam cara praktek Mantrayana,
Berlatih mantra dari keadaan yang tak tertandingi ini, sang Penyelamat Dunia.
Dia akan membawa gati (nasib buruk) berakhir, dan tidak ada penderitaan yang akan muncul,
Dan jika Dia mengolah praktek-praktek latihan itu, kebijaksanaan yang halus akan jadi
mendalam dan tak tergoyahkan.

Kemudian seluruh persamuan orang banyak yang berkumpul, serta para Vajradhara, memuji
Vajrapani dengan satu suara, mengatakan:
Sangat bagus, sangat bagus, Pahlawan Yang Berjuang Keras !
Anda yang telah mengolah praktek latihan Mantrayana
Melakukannya dengan baik untuk bertanya tentang semua hal mengenai Mantrayana;
Kami semua juga memiliki pikiran [yang sama] pada pikiran Kami.
Kami semua akan memikul kesaksian untuk kepentingan Anda,
Karena Kami tinggal berdiam di dalam kekuatan praktek latihan Mantrayana,
Dan banyak orang lain dengan pikiran besar dari Bodhi
Akan mencapai penguasaan Dharma dari Mantra.

Kemudian Vajradhara sang Raja Kegaiban Rahasia kembali berbicara kepada sang Bhagavan,
mengucapkan gatha:
“Apa arti dari ‘warna’? Dan warna apa yang akan digunakan?
Bagaimana mereka harus diatur? Manakah dari warna ini yang datang pertama?
Ukuran dari lengkungan (torana) dengan panji-panji mereka dan juga tempat penjaga (niryūha),
Dan bagaimana membangun pintu masuk itu – Saya mohon, Bhagavan, untuk menjelaskan
pengukuran mereka.
[Jelaskan juga] persembahan makanan, bunga, dupa, dan seterusnya, serta kunda (mangkok yang
dihiasi banyak permata).
Bagaimana seseorang melantik murid? Bagaimana seseorang mentahbiskan mereka?
Bagaimana seseorang membuat persembahan kepada guru seseorang? Saya mohon Anda untuk
menjelaskan tatacara upacara homa.
Apa sifat yang khas dari Mantra? Dan bagaimanakah yogin tinggal berdiam didalam Samadhi? ”

Ketika sang Pemegang Kebijaksanaan Vajra (Vajrajnanadhara) selesai mengajukan pertanyaan


ini,
Muni, sang Raja Dharma, menyapaNya, mengatakan, “Dengan pikiran tunggal Anda harus
mendengarkan dengan penuh perhatian!
Jalan Mantra yang tertinggi menghasilkan Buah Mahayana (Kendaraan Besar),
Dan apa yang baru saja Anda tanya Saya akan menjelaskan demi [Anda,] mahluk Hidup yang
berjumlah besar!
Untuk mewarnai alam makhluk dengan rasa dharmadhatu (alam dharma)
adalah ajaran dari para Buddha dahulu kala, dan ini dikenal sebagai makna dari ‘warna’.
Pertama, atur warna didalam [Mandala], itu adalah bukan warna diluar [Mandala] yang akan
ditata [pertama].
Putih tanpa noda adalah yang pertama dari semua, dan warna merah adalah yang kedua;
Demikian juga kuning dan hijau diterapkan dalam urutan,
Dan seluruh bagian dalam adalah hitam gelap – ini disebut urutan warna.
Ketika membangun lengkungan dengan panji-panji mereka, ukuran mereka sama seperti yang
dari pusat tengah Garbha Mandala (yaitu, teratai),
Seperti juga tempat penjaga, dan [pusat] bunga alas adalah enam belas ruas jari [luas
diameternya].
Anda harus tahu bahwa pintu masuk ke [halaman] pertama sama [lebarnya] ke altar bagian
dalam,
Dan orang yang bijak secara bertahap meningkatkan [lebar mereka] di halaman bagian luar.
Di dalam tempat penjaga Dia harus mendirikan dvarapala (wali perkasa).
Untuk menjelaskan samadhi secara singkat, itu adalah untuk tinggal berdiam dalam pikiran
tunggal pada obyek tujuan.
Dalam artinya yang lebih luas ada lagi perbedaan-perbedaan.
Mahasattva (Makhluk Besar), dengarlah dengan penuh perhatian!
Sang Buddha telah mengajarkan sunyata (kekosongan) dari semua dan samadhi dari Penerangan
Sempurna Bodhi.
Samadhi adalah mengetahui pikiran melalui kesaksian secara langsung, dan tidak diperoleh dari
apa pun yang lainnya.
Kekuasaan yang demikian adalah didalam Dhyana (konsentrasi) dari semua Tathagata.
Oleh karena itu, itu dijelaskan sebagai Mahasunyata (kekosongan besar) dan menunaikan
Sarvajñana yang sempurna. ”

Ini adalah akhir dari gulungan pertama dari Kitab Suci Penerangan Sempurna,
Perubahan Gaib, dan Pemberdayaan dari Mahavairocana.
Namo Stu Buddhaya

BAB 2
Perlengkapan Tambahan dan Mantra Untuk Memasuki Mandala

Pada saat itu Bhagavan Vairocana dan semua Buddha berkumpul bersama, dan masing-masing
mengumumkan Jalan dari Samadhi untuk semua Sravaka, PratyekaBuddha, dan Bodhisattva.
Kemudian sang Buddha Vairocana memasuki Samadhi “Kekuatan Yang Sangat Cepat Dari
Intisari Tunggal Dari Semua Tathagata”, dan ketika berada didalam ini, sang Bhagavan kembali
menyapa Vajradhara Bodhisattva, dengan berkata :

Dahulu ketika Saya duduk di ‘Bodhimandala (Tempat dari Bodhi)’


Saya mengalahkan empat jenis Mara,
Dan dengan suara ‘Maha Vira (Pahlawan Pejuang Keras Yang Gagah Berani)’, Saya menghapus
ketakutan dari para mahluk.
Pada saat itu, Brahma dan dewa-dewa lainnya bergembira dalam pikiran mereka dan bersama-
sama menyatakannya,
Dan oleh karenanya semua dunia memanggil Saya “Maha Vira”
Saya tersadar pada keaslian tiada kelahiran, melampaui jalur bicara,
Memperoleh pembebasan dari semua kesalahan, memisahkan diri Saya sendiri dari ‘sebab’ dan
‘kondisi’,
Dan mengetahui kekosongan, yang adalah seperti ruang angkasa kosong, pengetahuan yang
cocok sesuai dengan sifat asli dilahirkan;
Setelah terbebas dari semua kegelapan, ‘kenyataan yang terutama’ adalah tiada noda kotoran.
Jalan Takdir hanyalah cuma ide-gagasan dan nama, dan sifat-sifat sang Buddha adalah juga
sama.
Melalui kekuatan dari pemberdayaan, puncak yang terutama ini dijelaskan dengan cara kata yang
tertulis agar untuk menyelamatkan dunia.

Kemudian sang Vajradhara, yang terberkahi dengan kebajikan, dan setelah mengalami sesuatu
yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan mata terbuka lebar membungkuk kepada sang
‘Sarva-Vidya (Maha Mengetahui Semua)’ dan mengucapkan syair gatha ini :

Para Buddha adalah yang paling ajaib luar biasa, dan Jalan Bijaksana dan Pengetahuan Mereka
adalah yang tidak dapat dibayangkan;
Pengetahuan yang spontan dari Buddha-Dharma adalah bebas dari penjelasan yang sembrono,
Dan hingga kini masih diajarkan demi kepentingan dunia dan mengabulkan semua keinginan.
Sifat-sifat dari Mantra adalah demikian juga selalu bergantung pada dua kebenaran.
Jika ada mahluk yang mengetahui Ajaran Dharma ini,
para orang dunia harus menyembah Mereka sama seperti mereka akan memuja Caitya.

Lalu, ketika sang Vajradhara selesai mengucapkan gatha ini, dia menatap terus-menerus pada
Vairocana tanpa berkedip bahkan untuk sebentar dan tetap tinggal diam.

Kemudian, sang Bhagavan kembali menyapa ‘Vajradhara sang raja dari kegaiban rahasia’,
dengan berkata, “Berikutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi dimana para
Bodhisattva yang akan berhasil pada kedudukan [dari Buddha] setelah satu kali kelahiran lagi
tinggal berdiam di ‘Buddha-bhumi (tingkat keBuddhaan)’ adalah seperti demikian bahwa
Mereka terpisah-jauh dari kegiatan dan kesadaran dari sifat-sifat dunia, dan Mereka tinggal
berdiam di dalam tingkat dari tindakan dan secara kuat tinggal berdiam didalam tingkat dari
Buddha. Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, jalur dari Samadhi untuk para Bodhisattva
yang telah menguasai tingkat Bhumi kedelapan adalah seperti demikian bahwa Mereka tidak
menangkap ‘dharma (unsur-unsur keberadaan dari gejala kejadian)’ apapun, Mereka terbebas
dari keberadaan dan kelahiran, dan Mereka mengetahui segala sesuatu menjadi perubahan bentuk
yang menyesatkan. Oleh karena itu, dunia merujuk Mereka sebagai “Tuan dari Penglihatan”.
Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, para Sravaka yang berjumlah besar, tinggal berdiam di
tingkat dengan objek [dari pengetahuan], mengakui kelahiran dan kepunahan, menolak dua
perbedaan besar [dari penghancuran dan keabadiaan], dan dengan ‘pengetahuan dari pengamatan
yang sungguh-sungguh’ memperoleh penyebab dari praktek yang tidak sesuai [dengan siklus dari
perpindahan]: Ini disebut jalur dari Samadhi untuk Sravaka. Raja dari Kegaiban Rahasia, para
PratyekaBuddha mengamati ‘penyebab’ dan ‘hasil’ dan tinggal berdiam didalam Dharma dari
‘Diam tanpa bicara’, tidak mengajar dan tidak berbicara, dan didalam semua ‘dharma (gejala
kejadian)’ Mereka mencapai Samadhi dari ‘Kepunahan total dari berbicara’ : Ini disebut jalan
Samadhi dari PratyekaBuddha. Raja dari Kegaiban Rahasia, ‘penyebab’ dan ‘hasil’, juga
‘tindakan’ didalam dunia pada umumnya, apakah mereka muncul ataupun binasa, begitu juga
didalam ketergantungan pada kesatuan atman (Brahma atau Mahesvara) yang lain, dan jadi
Samadhi dari ‘Kekosongan’ dilahirkan : Ini disebut jalan Samadhi dari mahluk duniawi.”

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini :

Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus tahu bahwa Ini adalah jalan dari Samadhi: Jika
seseorang tinggal berdiam didalam ajaran-ajaran dari Bhagavan Buddha, Bodhisatva penyelamat
dunia, PratyekaBuddha atau Sravaka, orang itu akan memusnahkan semua kesalahan;
Dalam kasus dari jalan keduniawian para dewa dari ‘ajaran-ajaran dari cara Mantra (Mantra-
Dharma)’, sang Pahlawan Yang Berjuang Keras telah [mengajarkannya] demikian agar untuk
memberi manfaat keuntungan kepada para mahluk.

Kemudian sang Bhagavan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan
mengatakan : “Raja dari Kegaiban Rahasia, Anda harus mendengar dengan penuh perhatian
kepada sifat-sifat dari Mantra.”
Vajrapani berkata, “Sangat baik, Bhagavan. Saya sangat ingin untuk mendengarkan.”

Setelah itu, sang Bhagavan lebih lanjut mengucapkan Gatha ini :

Mantra dari Dia Yang Sepenuhnya Sempurna Tercerahkan adalah digolongakan oleh ‘suku kata’,
‘perkataan’, dan ‘anak kalimat’;
Seperti didalam kumpulan prinsip dari Indra (sabda-sastra), semua ‘sasaran tujuan’ diselesaikan.
Kadang-kadang ungkapan Dharma ditambahkan sehingga tujuan asli [dari Mantra] dan praktek
[untuk itu digunakan] akan cocok sesuai.
Jika [mereka ada] kata ‘OM’ dan kata ‘HUM’, juga ‘PHATAKA (Mantra dengan kata Phat)’ atau
‘HRIH’, ini adalah penunjukan nama dari ‘Buddha-Usnisa (Mahkota Buddha)’.
Jika [mereka ada kata-kata] ‘GRHNA (tangkap!)’, ‘KHADAYA (telan!)’, ‘BHANJA
(hancurkan!)’, ‘HADA (pukul!)’, ‘MARAYA (bunuh!)’, ‘SPHATAYA (belah!)’ dan sejenisnya,
mereka adalah mantra-mantra dari pelayan pesuruh dan parivara yang penuh murka.
Jika mereka ada kata-kata ‘NAMAH (menyembah kepada)’, ‘SVAHA (berseru)’ dan seterusnya,
ini adalah tanda dari [Mantra dari] para Yogin yang hening-tenang berlatih mengolah Samadhi.
Jika mereka ada kata ‘SANTA (Hening-Tenang)’, ‘VISUDDHA (Memurnikan)’, dan seterusnya,
Anda harus tahu bahwa mereka mampu untuk mengabulkan semua keinginan : Ini adalah Mantra
dari Dia Yang Sempurna Tercerahkan, Putra-putra dari Buddha, dan para Penyelamat dunia.
Dalam kasus dari Mantra yang dijelaskan secara terperinci oleh para Sravaka, masing-masing
ungkapan tunggal diperkenalkan;
Diantara ini, Mantra yang dari para PratyekaBuddha berbeda lagi sedikit, karena Samadhi
Mereka adalah berbeda dan memurnikan karma dan kelahiran kembali.

“Selanjutnya, Raja dari Kegaiban Rahasia, sifat-sifat dari Mantra ini bukanlah sesuatu yang
diciptakan oleh semua Buddha, tidak juga Mereka menyebabkan orang lain untuk
menciptakannya, tidak juga Mereka bergembira [Jika yang lainnya telah menciptakannya].
Mengapa? Karena ini adalah ‘Dharma (ajaran Buddha)’ yang hakiki dari ‘dharma (gejala
kejadian)’. Oleh karena itu, apakah para Tathagata muncul atau para Tathagata tidak muncul,
‘dharma (gejala kejadian)’ secara alami tinggal berdiam demikian. Artinya, Mantra secara alami
adalah Mantra. Raja dari Kegaiban Rahasia, ketika Dia Yang Maha Mengetahui Semua
(sarvajnajnāna) dan Maha Melihat yang telah menyelesaikan SamyaksamBuddha muncul di
dunia, Dia mengajarkan berbagai macam jalan melalui cara-cara ini; Menurut berbagai macam
keinginan, dan pikiran para mahluk, dengan cara dari berbagai macam kata, berbagai macam
huruf, berbagai macam bahasa daerah, dan berbagai macam suara dari takdir nasib [dari
keberadaan yang berpindah-pindah], Dia mengajar melalui pemberdayaan dari Mantrayana.”

“Raja dari Kegaiban Rahasia, apa itu jalan Mantra dari para Tathagata? Itu adalah, yaitu,
pemberdayaan dari huruf-huruf tertulis ini (Bhagavan memberi kuasa kepada Huruf-Huruf
Mantra). Raja dari Kegaiban Rahasia, dengan kata-kata dari kebenaran, empat kebenaran mulia
(Catur Aryasatyani), empat tempat landasan dari penuh kesadaran (catur smrtyupasthana), empat
kemampuan super (catur rddhipada), sepuluh kekuatan dari Tathagata (Tathagata Dasa Bala),
enam paramita (sadparamita: dana,sila,ksanti,virya,dhyana,prajna), tujuh cabang mulia dari
Bodhi, empat kediaman Brahma (catur brahma vihara), dan delapan belas kwalitas yang tidak
dibagi dari Buddha yang para Tathagata telah kumpulkan dan olah selama yang tak terukur dari
ratusan dari ribuan dari koti nayuta kalpa. Raja dari Kegaiban Rahasia, dalam ringkasan singkat,
dengan Pengetahuan Tathagata yang Maha Mengetahui Semua, kekuatan dari jasa kebaikan dan
pengetahuan sendiri dari semua Tathagata, kekuatan pengetahuan dari sumpah Mereka Sendiri,
dan kekuatan dari pemberdayaan dari seluruh dharmadhatu, dalam penyesuaian dengan berbagai
macam mahluk, Mereka menampakkan Ajaran-ajaran Mantrayana.”

“Dan apa itu Ajaran-ajaran Mantrayana? Mereka adalah : pintu gerbang dari huruf ‘A’, karena
semua ‘dharma (gejala kejadian)’ adalah aslinya tidak dilahirkan (adya-anutpada). pintu gerbang
dari huruf ‘KA’, karena semua ‘gejala-kejadian (dharma)’ terpisah dari ‘tindakan (kārya)’;
pintu gerbang dari huruf ‘KHA’, karena semua dharma adalah ‘tidak dapat dipahami
(anupalabhya)’ sama seperti ‘ruang angkasa kosong (kha)’;
pintu gerbang dari huruf ‘GA’, karena semua ‘kepergian (gati)’ adalah tidak dapat dipahami
didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘GHA’, karena semua ‘Pengelompokan tumpukan (ghana : kumpulan
padat berjumlah besar yang tersusun rapat)’ adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘CA’, karena semua dharma terpisah jauh dari semua penyimpangan
(Cyuti : jatuh)’;
pintu gerbang dari huruf ‘CHA’, karena ‘bayangan (chāyā)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘JA’, karena ‘kelahiran (jāti)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘JHA’, karena ‘musuh (jhamala)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘TA’, karena ‘kebanggaan (tanka)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘THA’, karena ‘memelihara (vithapana : ciptaan khayalan
menyesatkan)’ adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘DA’, karena ‘dendam kebencian (damara : kerusuhan,keributan)’
adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘DHA’, karena ‘mengenggam (dhanka)’ adalah tidak dapat dipahami
didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘TA’, karena ‘apa adanya (tathata)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘THA’, karena ‘tempat tinggal hunian (sthana)’ adalah tidak dapat
dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘DA’, karena ‘memberi (dana)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘DHA’, karena ‘dunia dharma (dharmadhatu)’ adalah tidak dapat
dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘PA’, karena ‘kebenaran yang tertinggi (paramartha)’ adalah tidak dapat
dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘PHA’, karena semua dharma adalah tidak padat-kokoh dan mirip
seperti ‘busa (phena)’
pintu gerbang dari huruf ‘BA’, karena ‘ikatan (bandha)’ adalah tidak dapat dipahami didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘BHA’, karena semua ‘keberadaan / proses penjelmaan menjadi ada
(bhava)’ adalah tidak dapat dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘YA’, karena semua ‘kendaraan (yana)’ adalah tidak dapat dipahami
didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘RA’, karena semua dharma terpisah jauh dari semua ‘pengotoran
(rajas)’;
pintu gerbang dari huruf ‘LA’, karena semua ‘sifat yang khas (laksana)’ adalah tidak dapat
dipahami didalam semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘VA’, karena ‘jalan dari cara berbicara (vakya)’ terpotong didalam
semua dharma;
pintu gerbang dari huruf ‘SA’, karena semua dharma pada aslinya diam tak bergerak oleh sifat
alami (santi : diam tak bergerak);
pintu gerbang dari huruf ‘SA’, karena semua dharma oleh sifat alami tumpul-bodoh (satha :
bodoh,orang tolol);
pintu gerbang dari huruf ‘SA’, karena semua ‘kebenaran (satya)’ adalah tidak dapat dipahami
didalam semua dharma;
dan pintu gerbang dari huruf ‘HA’, karena ‘penyebab (hetu)’ adalah tidak dapat dipahami
didalam semua dharma;
Raja dari Kegaiban Rahasia, Na, Na, Na, Na dan Ma adalah penguasa diatas semua Samadhi dan
secara cepat mampu untuk mengerjakan semua perbuatan, dan sasaran tujuan dari apa yang
dikerjakan adalah semuanya terselesaikan.

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan Gatha ini:

Mantrayana, pintu gerbang menuju Samadhi, benar-benar sepenuhnya mengabulkan semua


keinginan,
Yaitu, hasil-hasil yang tidak bisa dibayangkan dari para Tathagata.
Diberkahi dengan banyak sumpah yang sangat unggul, arti pasti dari Mantra
Melampaui tiga masa dan tanpa noda, seperti ruang angkasa kosong.
Tinggal berdiam didalam pikiran yang tidak bisa dibayangkan, Yogin melakukan berbagai
macam perbuatan,
Dan dia yang mencapai tingkat dari pengolahan budidaya diberikan hasil-hasil yang tidak bisa
dibayangkan.
Ini adalah kebenaran yang paling terkemuka, yang diungkapkan oleh para Buddha,
dan jika Yogin mengetahui ajaran Dharma ini, dia akan mencapai Siddhi.
Suara, yang adalah kebenaran tertinggi, Mantra, dan sifat-sifat yang khas dari Mantra,
Dengan berpikir secara jelas pada ini, sang pengolah budidaya akan memperoleh keadaan yang
tidak bisa dihancurkan.

Kemudian sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia berkata kepada sang Buddha,
“Bhagavan, cara yang tak terbayangkan dari jalan dari sifat-sifat yang khas dari Mantra yang
diajarkan oleh sang Buddha adalah luar biasa baik sekali; Itu adalah tidak dibagi dengan para
Sravaka atau para PratyekaBuddha apapun, tidak juga untuk semua mahluk dimana-mana. Jika
seseorang percaya didalam jalan Mantra ini, dharma yang bermanfaat akan semuanya terpenuhi.
Saya hanya meminta Anda, Bhagavan, untuk menjelaskan yang berikutnya cara yang diwajibkan
untuk Mandala.”
Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Bhagavan kembali lagi menyapa Dia,
dengan mengucapkan syair Gatha ini:

Ketika yogin yang berlatih membaca Mantra menyembah Mahluk Suci,


Dia harus mempersembahkan bunga yang menyenangkan pikiran, yang sangat bersih bewarna
putih, kuning, atau merah.
Bunga ‘teratai merah jambu (padma)’, ‘teratai biru (utpala)’, ‘bunga naga (nagapuspa)’,
‘pumnaga’, ‘kesara’, ‘malika’, ‘tagara’, ‘campaka’, ‘bunga tanpa kesedihan (asoka)’, ’tilaka’,
‘bunga terompet (patala)’, dan sala: Bunga-Bunga ini, segar dan indah sekali, adalah
menguntungkan dan disukai oleh semua orang.
Dia mengumpulkan mereka, membuat kalung karangan bunga dari mereka, dan
mempersembahkannya secara penuh hormat.
‘kayu cendana (Candana)’, ‘kustha’ , ‘sprkka’ , ‘kunyit jingga (kunkuma)’, dan salep yang sangat
baik lainnya.
Dia mengambil mereka semua dan mempersembahkannya.
‘Agaru’, ‘tagaraka’, ‘damar cemara (dipavrksa)’, ‘valambharana’, ‘pohon kapur barus (karpura)’,
‘kayu cendana putih’, ‘harum salgum yang mengandung damar (sarjarasa)’, ‘srivasaka’, dan
jenis dupa lainnya, wangi semerbak, dan dipuji dunia,
Dia harus mempersembahkan kepada Mahluk Suci sesuai dengan Ajaran petunjuk ritual.
Selanjutnya, Mahasattva, dia mempersembahkan makanan menurut Ajaran:
Dia mempersembahkan ‘bubur susu’, ‘nasi mendidih yang dicampur dengan dadih’, ‘adonan kue
bola kegembiraan (ladduka)’, ‘mandaka’,
‘kue kering seratus-kepuasan yang lezat’, ‘yang murni dan yang menakjubkan kue kering bergula
manis’, ‘purika’,
‘kue kering yang berlubang-lubang (kenkyu)’, ‘madhusirsaka’, ‘phenaka’, ‘kue gula manis
(asokavarti)’, ‘sejenis kue tipis (parpata)’, dan seterusnya,
Makanan-makanan lezat seperti ini dan berbagai macam buah-buahan yang luar biasa,
‘manisan gula (Khanda)’, gula jelai gandum, sirup gula, madu, mentega segar, mentega jernih,
Berbagai macam hidangan minuman, dan susu dan dadih dari sapi yang murni.
Dia juga mempersembahkan lampu penerangan dalam jenis yang berbeda-beda dari bejana yang
baru dan bersih,
Mengisi mereka dengan minyak wangi yang sempurna dan menyalakan mereka untuk cahaya
penerangan.
Panji-panji dan payung-payung dari sutera dari berbagai macam warna menyelingi dalam empat
penjuru arah,
Dan jalan terbuka dibawah atap gapura yang melengkung, dari bentuk-bentuk dan jenis-jenis
yang berbeda, digantung dengan lonceng besar dan kecil.
Sebagai kemungkinan lainnya, dia membuat persembahan dengan pikiran, melakukan semua
ini :
Yogin yang berlatih membaca Mantra itu, penuh kesadaran, harus tidak lupa untuk melakukan
demikian.
Selanjutnya, dia mempersiapkan ‘botol (kalasas)’, baik enam maupun delapan belas,
melengkapi mereka dengan benda-benda berharga dan obat-obatan dan mengisi mereka dengan
air minyak wangi.
Dengan ranting yang dihiasi dengan kain dan bunga-bunga dan buah-buahan disisip diantara,
[Botol guci itu] dhiasi dengan obat-obatan dan seterusnya, terlindungi, termurnikan,
Dan Leher botol diikat dengan kain halus yang bagus; jumlah dari botol-guci boleh jadi
bertambah.
Kepada masing-masing Mahluk Suci, dia mempersembahkan pakaian sutera,
Dan dia mempersembahkannya kepada Mahasattva yang lain juga.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini, [Acarya] selanjutnya melantik para murid.
Dia memercik mereka dengan air murni, memberikan mereka obat-obatan dan bunga-bunga,
Dan membuat mereka membangkitkan pikiran Bodhi ketika memanggil para Tathagata ke
pikiran;
Mereka semua akan mencapai kelahiran didalam keluarga Buddha yang murni.
Sang Acarya membuat Mudra “Lahir dari dharma-dhatu” dan Mudra “dharma-cakra”,
Dan menggunakan Mudra dari Vajrasattva dan seterusnya untuk melakukan pemberdayaan.
Selanjutnya Dia sendiri harus membuat Mudra “samaya dari para Buddha”,
Dan memberdayakan kain bersih tiga kali sesuai dengan petunjuk-petunjuk ritual untuk Mantra,
Yang dia pakai untuk menutup kepala [dari para murid itu], menimbulkan pikiran yang dalam
dari Kasih Sayang.
Tiga kali membaca ‘Samaya (ikrar)’, [dia membayangkan bahwa] mereka memiliki diatas
puncak kepala mereka huruf ‘RA’,
Dihiasi dengan ‘bulatan titik besar dari kekosongan (anusvara)’, dan dilingkari dengan rangkaian
bunga dari nyala api:
Pintu gerbang huruf ini memancarkan cahaya putih yang melimpah keluar seperti Bulan
Purnama.
[Kemudian] menghadap kearah para Penyelamat Dunia, [para murid] menyebarkan bunga-bunga
yang murni-suci milik mereka [kearah Mandala],
Dan dimanapun [bunga-bunga nya] jatuh, sang Yogin pengolah budidaya memuja [Mahluk Suci
itu].
Dari tempat prajurit penjaga dari para Maha naga (seperti Nanda dan Upananda) didalam pintu
masuk pertama dari Mandala,
Diantara dua pintu masuk, [Acarya] mengukuhkan para siswa pengikut latihan itu,
Dan menempatkan mereka disana, Dia melakukan perbuatan ritual sesuai dengan petunjuk-
petunjuk ritual itu.
Setelah demikian membebaskan para murid itu dari kesalahan,
Acarya melakukan SANTIKA HOMA pengamanan, dan ketika sedang melakukan HOMA, Dia
tinggal berdiam sesuai aturan yoga.
Dia pertama-tama memulai dari pusat Garbha Mandala hingga melampaui bagian pagar yang
kedua,
Dan didalam tengah-tengah dari Mandala itu, tanpa pikiran ragu-ragu apapun,
Dia menggali ‘altar cahaya Api (Agni Kunda)’, seukuran seperti lengan bawahnya sendiri dalam
diameter,
Dengan empat ruas jari lingkarannya [tinggi dan lebar] dan pusat Kunda ditandai dengan Mudra
Vajra.
Kearah kanan dari posisi sang Guru, ada perlengkapan perhiasan untuk HOMA,
Sementara para pengikut latihan itu bertempat-tinggal kearah kiri Dia, berjongkok dengan
hormat yang ditinggikan.
Dia dirinya sendiri menyebar ‘rumput yang menguntungkan (kusa)’ diatas tanah dan duduk
dengan lancar.
Sebagai kemungkinan lain [ketika itu adalah tidak mungkin untuk menggali sebuah perApian,
Dia menggambar nya] dengan zat warna, merah terang yang cemerlang dan yang indah
mengagumkan.
Apapun yang dilukiskan akan menjadi berhasil: Ini adalah tempat HOMA yang disederhanakan.
Disekeliling [per-Api-an itu] Dia menyebarkan rumput kusa dengan ujung terhubung saling
meliputi satu sama lain
Kearah kanan, semuanya lebar dan tebal, Dia memerciknya dengan air wangi-wangian.
Merenungkan Yang Mulia Agni memberikan belas kasihan untuk semua,
Dia harus mengambil bejana yang penuh dan membuat persembahan kepada Dia dengan itu,
Dan pada saat yang sama, sang penghuni yang baik [Acarya] harus mengucapkan Mantra ini:

“Namah Samanta Buddhanam, Agnaye Svaha. (Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Untuk Agni, Swaha).”

Selanjutnya, dengan tangan kirinya [sang Acarya] lalu memegang para murid
Melalui ibu jari dari tangan kanan mereka dan memberikan HOMA secara singkat.
Setiap waktu Dia membuat persembahan kepada Agni, Dia membaca dengan tulus [Mantra
berikut ini] hingga Dia mencapai ‘tiga kali tujuh (3×7 = 21 kali)’ untuk masing-masing murid
itu;
Dia harus tinggal berdiam didalam pikiran dari kasih sayang, Mantra itu sesuai dengan
peraturan :

“Namah Samanta Buddhanam, Ah Mahasantigata Santi-kara Prasama-dharma-nirjata


Abhava-svabhava dharma-samata-prapta Svaha(Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Ah! Yang Telah Mencapai Kedamaian Hening Tenang Yang Besar! Yang Menyempurnakan
Kedamaian Hening Tenang! Yang Terlahir Dari dharma Keheningan Tenang! Yang Telah
Memperoleh Kesamaan Dengan dharma Yang Mempunyai Bukan Mahluk Sebagai Sifat Alami
Yang Hakiki! Swaha!)”

Ketika sang pengolah budidaya telah selesai melakukan HOMA, Dia harus mengajar [para murid
itu] dalam membuat persembahan [kepada Dia] :
Emas, perak, permata langka, gajah, kuda, dan kereta, sapi, domba, pakaian berharga, atau lagi
benda-benda yang bagus lainnya.
Murid-murid harus dengan ketulusan yang sepenuhnya dan penghormatan yang menimbulkan
kehormatan,
Dan, berbahagia dari dalam hati mereka, mempersembahkan ini kepada [Acarya] yang mereka
hormati,
Oleh mengolah budidaya pelepasan yang murni, mereka membuat Dia bergembira.
Setelah melakukan pemberdayaan kepada mereka, Dia harus memanggil mereka dan menyapa
mereka, dengan berkata:
“Sekarang, lapangan kebajikan yang sangat unggul ini telah dijelaskan oleh semua Buddha
Keluar dari keinginan Mereka untuk membawa manfaat luas kepada semua mahluk;
Jika Anda mempersembahkan persembahan kepada seluruh Sangha, Anda akan memperoleh
hasil yang besar,
Dan didalam hal duniawi kekayaan besar yang tidak habis-habisnya akan selalu bertambah;
Dengan membuat persembahan kepada Sangha, Anda membuat hadiah kepada orang yang
terberkahi dengan kebajikan.
Oleh karena itu, Bhagavan selalu mengajarkan bahwa Anda harus menimbulkan kegembiraan,
Sediakan hidangan makanan menurut kemampuan Anda, dan berikan itu kepada Sangha sebagai
hadiah pemberian yang sungguh-sungguh.”

Kemudian Bhagavan Vairocana kembali lagi menyapa Vajradhara sang Raja dari Kegaiban
Rahasia, dengan mengucapkan syair Gatha ini:

Anda, Mahasattva, harus dengan satu pikiran tunggal mendengar secara penuh perhatian,
Saat Saya menjelaskan secara penuh ‘Penyucian (Abhiseka)’ itu, diungkapkan oleh para Buddha
dahulu kala.
Sang Guru membangun altar kedua, menghadap ke pusat Mandala,
Dan Dia menggambarnya didalam lokasi sebelah luar dua lengan jauhnya [dari Mandala utama]:
Keempat sisinya adalah sama persis [dalam panjang], dan Dia membuka pintu masuk
menghadap kearah bagian dalam.
Dia menempatkan empat Vajradhara, menempatkan Mereka disebelah luar dari empat sudut itu:
Yaitu, Aprapancaviharin (Tinggal Berdiam Tanpa Pembicaraan Yang Tak Berguna), Gaganamala
(Bersih Tanpa Noda Seperti Ruang Angkasa),
Vimalanetra (Mata Vajra Yang Bersih Tanpa Noda), dan Vicitrambharadhara (Pemilik Pakaian
Jubah Beraneka-ragam).
Bunga Teratai besar didalam pusat itu memiliki delapan daun bunga serta benang sari,
Dan diatas daun bunga itu didalam empat penjuru arah ada empat Bodhisattva yang
mendampingi,
Adalah dikarenakan oleh kekuatan sumpah yang dahulu kala dari para Mahasattva ini.
Disebut apakah Keempat itu? Mereka adalah, yaitu, Bodhisattva Dharanisvararaja (Raja Yang
Bebas Didalam Dharani),
Smrtisamprajanyin (Mengingat Pencerahan), Hitadhyasayin (Mengandung Pikiran Tertinggi Dari
Manfaat), dan Karunya (Kasih Sayang Kepada Kawan).
Diatas empat daun bunga yang lain, Dia menempatkan empat ‘pelayan (Parivara)’:
Vicitrambara (Memakai Jubah Beraneka-ragam), Asaparipuraka (Pengabul Keinginan), Asakta
(Tanpa Rintangan), dan Vimukta (Terbebaskan).
Didalam pusat itu, Dia menampilkan bentuk rupa yang tak terbayangkan dari dharmadhatu.
[Empat] botol-guci yang terbuat dari empat benda berharga, terisi dengan obat-obatan dan
permata.
[Acarya] memberdayakan dengan [Mantra dari] Samantabhadra, Maitreya,
Sarvanivaranaviskambhin, Sarvanivaranadurgati, dan Sarvapayamjaha.
Pada waktu dari penyucian itu Dia harus menempatkan [para pengikut latihan itu] diatas bunga
teratai yang menakjubkan [didalam pusat],
Dan membuat persembahan dengan obat-obatan, bunga-bunga, lampu-lampu, dan ‘air murni
(argha)’;
Dia menaunginya dari atas dengan bendera, panji, dan payung, dan mempersembahkan musik
yang menyenangkan,
Dan kata-kata yang luas dan menakjubkan dari syair Gatha yang menguntungkan.
Setelah membuat persembahan dalam cara ini dan membawa kegembiraan [kepada para pengikut
latihan],
Dia dirinya sendiri menyucikan kepala [para pengikut latihan itu] didalam kehadiran dari para
Tathagata.
Dia harus kembali lagi membuatkan dia persembahan dari obat-obatan dan bunga-bunga yang
sangat indah,
Setelah itu Dia harus mengambil belati emas dan, berdiri didepan dia,
Menasehati dia dan membuat dia bergembira dengan mengucapkan Gatha ini:
“Putra dari Buddha, para Buddha telah menghapus selaput ketidaktahuan Anda,
Sama seperti raja dunia tabib penyembuh secara mahir menggunakan belati emas [untuk
menghapus kebutaan dunia].”
Yogin yang berlatih Mantrayana itu harus selanjutnya mengambil cermin yang jelas,
Dan agar untuk memperlihatkan bahwa dharma tidak mempunyai sifat-sifat khas [yang
membedakan],
Dia mengucapkan Gatha yang menakjubkan ini: “dharma adalah tiada berbentuk, bening-jelas,
dan tanpa kekeruhan,
Tak bisa digenggam, terpisah dari bicara, dan hanya muncul dari sebab dan tindakan.
Mengetahui demikian bahwa dharma-dharma ini adalah oleh sifat alami mereka sendiri tiada
kekotoran,
Berindak demi manfaat yang tidak ada bandingannya dari dunia, Anda yang telah dilahirkan dari
pikiran sang Buddha!”
Kemudian Dia harus menganugerahkan [pada para pengikut latihan itu] Dharma-cakra (Roda
Dharma), meletakkannya diantara kedua kaki dia,
Dan memberikan dia ‘keong-kerang Dharma (Dharma-sankha)’ didalam tangan kanannya,
kembali lagi mengucapkan Gatha ini:
“Dari hari ini Anda memutar ‘roda (cakra)’ dari para penyelamat dunia
Dan meniup keong-kerang Dharma yang tiada tandingan, itu mengeluarkan bunyi menyerap
meliputi semua.
Jangan menimbulkan kebijaksanaan murtad, dan terbebas dari pikiran ragu-ragu,
Anda harus memperlihatkan kepada dunia jalan yang sangat unggul untuk berlatih Mantrayana.
Jika Anda selalu membuat sumpah yang demikian dan menyatakan hutang budi Anda kepada
para Buddha,
Semua Vajradhara akan seluruhnya melindungi Anda.”
Kemudian, menimbulkan pikiran belas kasih kearah murid itu,
Sang Yogin Pengolah budidaya harus membawa dia kedalam [Mandala] dan mengungkapkan
Samaya-Gatha:
“Putra dari Buddha, mulai sekarang, jangan mengomel tentang kehidupan atau tubuh,
Kamu harus tidak pernah ‘meninggalkan Dharma’, ‘mengabaikan pikiran Bodhi (Bodhicitta)’,
‘Pelit dengan dharma (fenomena/gejala-kejadian) apapun’, atau ‘melakukan apapun yang tidak
menguntungkan para mahluk’.
Sang Buddha sudah mengajarkan Samaya kepada Anda yang tinggal berdiam dengan baik
didalam ajaran sila,
Dan sama seperti Anda melindungi hidup Anda, demikian juga harus Anda melindungi ajaran
sila itu.”
Dengan ketulusan dan penghormatan yang sungguh-sungguh sepenuhnya [murid itu] harus
menundukkan kepala di Kaki dari sang Acarya itu,
Dan bertindak didalam kesesuaian dengan ajaran itu, Dia harus tidak menimbulkan pikiran ragu-
ragu apapun.
Setelah itu, sang Vajrapani berkata kepada sang Buddha, “Bhagavan, jika ada putra yang baik
dan putri yang baik memasuki “Samaya dari Raja Besar Mandala Yang Lahir dari Rahim Kasih
Sayang Besar (Maha Karuna Garbhod Bhava Mandala Raja Samaya)”, berapa besar
pengumpulan dari kebajikan yang akan mereka peroleh?”

Ketika Vajrapani telah selesai berbicara demikian, sang Buddha menyapa Dia, dengan
berkata,”Raja dari Kegaiban Rahasia, total pengumpulan kebajikan [yang diperoleh] dari
pembangkitan awal dari pikiran [Bodhi] hingga menjadi Tathagata adalah sama persis dengan
pengumpulan kebajikan oleh putra yang baik dan putri yang baik ini. Raja dari Kegaiban
Rahasia, dengan cara pintu gerbang ini ke Dharma itu Kamu harus tahu demikian: bahwa putra
yang baik dan putri yang baik ini adalah anak-anak dari pikiran sang Buddha, terlahir dari mulut
sang Tathagata. Kemanapun putra yang baik dan putri yang baik ini mungkin berada, ada
Buddha yang sedang melakukan perbuatan Buddha. Oleh karena itu, Raja dari Kegaiban
Rahasia, jika seseorang ingin untuk menyembah sang Buddha, maka orang itu harus menyembah
putra yang baik dan putri yang baik ini, jika seseorang ingin untuk melihat sang Buddha, maka
orang itu harus melihat pada mereka.”

Kemudian para Vajradhara yang dipimpin oleh Vajrapani dan seterusnya dan para Bodhisattva
yang dipimpin oleh Samantabhadra dan seterusnya berbicara didalam kesesuaian yang serempak,
dengan mengatakan, “Bhagavan, dari sekarang juga Kami akan memuja dan menyembah putra
yang baik dan putri yang baik ini, Mengapa? Karena, Bhagavan, melihat putra yang baik dan
putri yang baik ini adalah sama dengan melihat Bhagavan Buddha.”

Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana kembali lagi menatap seluruh perkumpulan majelis itu
dan menyapa sang Vajradhara Raja dari Kegaiban Rahasia dan para Vajradhara yang lainnya,
serta juga perkumpulan Orang yang sangat banyak itu, dengan berkata, “Tuan-tuan yang baik,
ada ucapan Mantra [yang terlahir dari] tanda dari “lingkaran luas perkataan Tathagata yang
melampaui dunia dan yang tak terukur”,
yang adalah sama seperti Mani yang beraneka-ragam, pengabul semua keinginan,
mengumpulkan kebajikan yang tak terukur, tinggal berdiam didalam tingkah-laku yang tanpa
rintangan, dan mantra-pada yang mempunyai kekuatan yang tiada bandingan melalui tiga masa.”

Ketika Dia telah selesai mengucapkan itu, Vajrapani, Raja dari Kegaiban Rahasia, dan para
Vajradhara yang lainnya, serta juga perkumpulan majelis yang berjumlah besar itu, berbicara
didalam kesesuaian yang serempak, dengan berkata, “Bhagavan, sekarang adalah waktunya!
Sugata, sekarang adalah waktunya!”

Setelah itu, Bhagavan Maha Vairocana tinggal berdiam didalam Samadhi “Pengamatan Dari
Puncak Yang Tinggi Dari Bendera Dharma Yang Murni”, dimana, mengabulkan semua
keinginan, Dia menjulurkan Lidah Nya yang Maha Luas dan sepenuhnya menutupi semua
‘Buddhaksetra (Tanah Suci Buddha)’. Kemudian sang Buddha bangkit dari Samadhi, dimana
kemudian Dia mengeluarkan Suara yang menyerap meliputi semua dharmadhatu dari semua
Tathagata, mengasihani dunia para mahluk tanpa kecuali, dan mengucapkan Vidyarajni
Mahabala-maharaksa (Perlindungan Besar Yang Sangat Kuat) ini:
Namah sarva-tathāgatebhyah sarva-bhaya-vigatebhyo, viśva-mukhebhyah, sarvathā ham
kham raksa mahābale sarva-tathāgata-punya-nirjāte hūm hūm, trāt trāt, apratihate svāhā.
(Menyembah hormat kepada semua Tathagata, yang tiada rasa takut dan yang ada di semua
penjuru arah! Di dalam segala hal, Ham Kham, Lindungilah!, Anda yang dari kekuatan besar!
Anda yang terlahir dari jasa kebajikan dari semua Tathagata! Hum Hum Trat Trat! Anda yang
tanpa rintangan! Swaha! ).

Kemudian, segera setelah semua Tathagata dan banyak sekali para putra Buddha menucapkan
Vidya ini, alam semesta Buddhaksetra dimana-mana berguncang dalam enam cara yang berbeda,
dan semua Bodhisattva itu, setelah mengalami sesuatu yg belum pernah terjadi sebelumnya,
dengan mata yang terbuka lebar mengucapkan syair Gatha ini dihadapan para Buddha itu dengan
kata-kata yang menyenangkan pikiran:

Itu adalah yang paling luar biasa bahwa para Buddha telah mengucapkan Vidya Mahabala
Maharaksa ini;
Perlindungan dari semua Buddha [adalah seperti yang diberikan oleh] benteng dan parit yang
mengelilingi adalah sepenuhnya tidak terkalahkan.
Jika seseorang tinggal berdiam melindungi pikiran dengan itu, semua penghalang,
Vinayaka, dan raksasa dari bentuk rupa iblis,
Akan semuanya dibubarkan melalui kekuatan dari berpikir pada Mantra itu.

Kemudian sang Bhagavan, setelah memberdayakan dharmadhatu yang sangat luas, seketika itu
juga tinggal berdiam di dalam Samadhi ‘dharmadhatugarbha (kandungan harta alam dharma)’
dan, bangkit dari keadaan Samadhi ini, mengucapkan Vidya ‘Buddha-samaya (Jalan Masuk
kedalam Buddha)’ :

Namah samanta buddhānām, asame trisame samaye svāhā. (Menyembah hormat kepada
semua Buddha, Ikrar dari tiga kesamaan tanpa tandingan! Swaha!)

Segera setelah dia mengucapkan Vidya “Jalan masuk ke Samaya [Buddha]” di tengah-tengah
perkumpulan majelis dari para Bodhisattva didalam semua Buddhaksetra, para putera Buddha
yang telah mendengar itu bersama-sama [menjadi sehingga Mereka] tidak akan lagi melanggar
dharma apapun.

Kemudian sang Bhagavan juga mengucapkan Mantra “lahir didalam dharma-dhatu”:

Namah samanta buddhānām, dharmadhātu svabhāvako ’ham. (Menyembah hormat kepada


semua Buddha, Saya memiliki sifat alami yang hakiki dari alam dharma).

Mantra untuk pemberdayaan oleh Vajrasattva:

Namah samanta vajrānām, vajrātmako ’ham. (Menyembah hormat kepada semua Vajra, Saya
adalah sifat alami dari Vajra).
Vajra Kavaca Mantra (Mantra Baju Baja Yang Tidak Bisa Hancur):

Namah samanta vajrānām, vajra kavaca hūm (Menyembah hormat kepada semua Vajra, sang
Baju Vajra Pelindung! Hum!).

Tathagata-caksu Mantra atau yg dari Avalokitesvara:

Namah samanta buddhānām, tathāgata caksu vyavalokaya svāhā (Menyembah hormat


kepada semua Buddha, sang Mata Tathagata! Lihat! Swaha!).

Gandha Mantra (Mantra obat-obatan): “Namah samanta buddhānām,


viśuddhagandhodbhava svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah
timbul dari obat-obatan murni! Swaha!).

Puspa Mantra (Mantra Bunga): “Namah samanta buddhānām, mahāmaitry abhyudgate


svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah muncul dari kebajikan
besar!, Swaha!).

Mantra dupa:“Namah samanta buddhānām, dharma dhātu anugate svāhā.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama besar dengan alam dharma! Swaha!).

Bali Mantra (Mantra makanan): “Namah samanta buddhānām, arara karara balim dadāmi
balim dade mahābali svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Saya memberikan
persembahan makanan dari arara dan kalala. Saya memberikan persembahan makanan,
persembahan makanan besar! Swaha!).

Arci Mantra (Mantra lampu):“Namah samanta buddhānām, tathāgatā arci-


spharanāvabhāsana gaganaudārya svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Pancaran dari cahaya Tathagata, dengan semua kecemerlangan seluas cakrawala! Swaha!).

Argha Mantra:” Namah samanta buddhānām, gagana samāsama svāhā.”(Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Anda yang sama dengan langit dan yang tanpa bandingan!
Swaha!).

Tathagata Usnisa Mantra (Mantra Mahkota Tathagata):” Namah samanta


buddhānām, gaganānanta spharana viśuddha-dharma-nirjāta
svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang tidak
terbatas menyerap meliputi langit! Anda yang lahir dari Dharma murni!
Swaha!).

Tathagata Kavaca Mantra (Mantra baju Vajra Tathagata):” Namah samanta


buddhānām, pracanda vajra-jvāla visphura hūm.”(Menyembah hormat
kepada semua Buddha! nyala api Vajra! Kilatan cahaya! Hum!).
Tathagata Jvala Mantra (Mantra lingkaran cahaya Tathagata):” Namah
samanta buddhānām, jvālā-mālini tathāgatārci svāhā.”(Menyembah
hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki rangkaian bunga
berbentuk lingkaran nyala api! Cahaya dari Tathagata! Swaha!).

Tathagata Jihva Mantra (Mantra lidah Tathagata):” Namah samanta


buddhānām, mahāmaha tathāgatajihva satya-dharma-pratisthita
svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang Besar diantara
Yang Besar! Lidah dari Tathagata! Yang dibuat didalam Dharma Kebenaran!
Swaha!).

BAB 3
Memadamkan Rintangan

Kemudian Vajrapani kembali lagi bertanya kepada Bhagavan Mahavairocana, dengan


mengucapkan syair Gatha ini:

Ketika [mempersiapkan] tempat ritual itu, bagaimana seseorang


melenyapkan para penghalang
Sehingga mereka tidak bisa menyiksa Yogin yang berlatih Mantrayana itu?
Bagaimana seseorang membaca Mantra? Hasil apa yang mereka hasilkan?
Ketika [Vajrapani] telah menanyakan pertanyaan ini, Bhagavan
Mahāvairocana berseru,
“Sangat bagus, Mahasattva! Anda telah melakukan dengan baik untuk
mengucapkan kata-kata ini.
Menyimpan dengan pertanyaan itu didalam pikiran Kamu, Saya akan
sekarang menampakkan segalanya,
Para penghalang dilahirkan dari pikiran seseorang sesuai dengan
keserakahan masa lalu,
Agar untuk menghapus penyebab mereka, orang berpikir pada ‘pikiran Bodhi
(Bodhicitta)’,
Yang dihapus dengan dengan baik dari kesalahan perbedaan yang terlahir
dari akal kesadaran dan pikiran,
Dan dengan mengingat kembali pikiran Bodhi, sang pengolah budidaya akan
terbebas dari kesalahan.
Orang harus selalu berpikir didalam pikirannya pada Acala Mahasattva
Dan membuat Mudra mistik nya, dimana orang akan bisa menghapus semua
penghalang.
Raja dari Kegaiban Rahasia, dengarlah lebih lanjut bagaimana untuk
membatasi gerakan pergolakan angin.
Dengan huruf ‘A’ menjelma kedalam tubuh milik seseorang, dan menyimpan
pintu gerbang huruf ‘HA’ didalam pikiran,
Orang melumuri ‘salep obat-obatan (gandha)’ di atas wilayah untuk
membuat [tujuh] titik besar dari kekosongan (anusvara).
Menempatkan diri sendiri didalam arah dari Vayu (arah barat laut), orang
menutup nya dengan saravam (mangkuk)
Dan berpikir bejana ini sebagai pikiran besar dari gunung Meru,
[Membayangkan dalam pikiran] diatas puncak dari waktu dan lagi huruf ‘A’
dengan titik besar dari kekosongan:
Diumumkan oleh para Buddha yang sebelumnya, ini mampu untuk menahan
angin besar.
Mahasattva, dengarlah dengan penuh perhatian bagaimana sang pengolah
budidaya menjaga dari hujan.
Dia membayangkan dalam pikiran pintu gerbang huruf ‘RA’, sangat kuat dan
warna dari cahaya berapi-api;
Yang menakutkan, rangkaian bunga api berbentuk lingkaran, penuh murka,
dan memegang ‘pedang (khadga)’,
Dia mempersiapkan wilayah, menciptakan [bentuk-gambar dari] awan gelap
didalam arah apapun yang mereka telah muncul,
Dan memotong putus mereka dengan Mudra pedang kebijaksanaan: awan
penutup akan dengan segera bubar.
Sebagai kemungkinan lain, sang pengolah budidaya, dengan pikiran tanpa
takut, membuat ‘tiang pancang (kilakam)’,
Dan dia dengan sepenuhnya mengenal tiang pancang yang tidak bisa hancur
ini dengan Vajra.
Selanjutnya Saya sekarang akan menjelaskan ‘Pemadaman Semua
Rintangan’.
Seseorang berpikir pada Acala yang ganas dan yang sangat kuat dengan
Mantra Nya,
Tinggal berdiam didalam Mandala Nya Sendiri, atau sang pengolah budidaya
[dirinya sendiri] tinggal berdiam disana.
Dia membayangkan dalam pikiran gambar patung [dari rintangan itu]
dengan [milik Acala atau dirinya sendiri] kaki kiri diletakkan diatas kepala
patung itu:
Rintangan itu akan di hapuskan atau di padamkan, tidak muncul [lagi].
Sebagai kemungkinan lain, setelah dengan hati-hati mencampur [racun]
dengan ‘sesawi hitam (rājikā)’,
Sang Pengolah budidaya itu membuat gambar-patung [dari rintangan itu]
dan melumuri tubuh patung itu dengan [campuran itu]:
Mereka [para penghalang] yang merampas keinginan orang, karena penawar
racun ini,
Menyebabkan organ indera mereka hangus- tentang ini orang harus tidak
menimbulkan pikiran ragu-ragu apapun.
Bahkan Sakra dan Brahma yang dihormati, jika mereka tidak mengikuti
Ajaran Saya,
Akan dibakar, belum lagi mahluk-mahluk yang lain.”

Setelah itu, Vajrapani berkata kepada sang Buddha, “Bhagavan, sejauh


seperti Saya mengerti arti dari apa yang sang Buddha telah katakan, Saya
juga demikian mengetahui itu, tinggal berdiam didalam pangkalan Mandala
Mereka sendiri, para Mahluk suci itu menyempurnakan apa yang
membangkitkan semangat yang mengagumkan. Karena Mereka tinggal
berdiam dalam cara ini, perintah sang Tathagata tidak bisa digelapkan.
Mengapa? Karena, Bhagavan, Samaya dari semua Mantra adalah untuk
tinggal berdiam didalam garis silsilah keturunan Mereka sendiri. Oleh karena
itu, para Bodhisattva yang mengolah budidaya latihan Bodhisattva melalui
pintu gerbang dari Mantra harus juga tinggal berdiam didalam pangkalan
yang pantas milik Mereka Sendiri dan melakukan perbuatan-perbuatan
ritual.”

[Sang Bhagavan berkata, “Raja dari Kegaiban Rahasia, itu adalah demikian,
itu adalah seperti yang telah Anda katakan.”] Lebih lanjut, Raja dari
Kegaiban Rahasia, jika warna-warna telah di sebutkan [untuk Mahluk suci
apapun], Anda harus tahu bahwa pangkalan Mandala dari Mahluk Suci itu
dan gambar-bentuk Mahluk Suci itu adalah sama [warnanya]: Ini telah
diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya.
Raja dari Kegaiban Rahasia, didalam masa depan ‘para mahluk dengan
kecerdasan yang rendah dan tidak ada keyakinan’ akan, pada saat
mendengarkan penjelasan-penjelasan ini, menjadi tidak mampu untuk
menerimanya dengan keyakinan karena mereka tidak memiliki kecerdasan,
dan keragu-raguan mereka akan meningkat. Jika mereka hanya
mendengarnya dan tetap tinggal dalam jalan mereka tanpa
mempraktekkannya, mereka akan merugikan diri mereka sendiri dan
merugikan orang lain, dan mereka akan membuat pernyataan seperti ini:
“Para orang yang bukan pengikut Buddha memiliki cara-metode ini, tapi itu
tidak diajarkan oleh Buddha.” Orang-orang bodoh ini akan menghasilkan
keyakinan dan pemahaman yang seperti demikian itu.”

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini:

Sang Bhagavan Yang Maha Mengetahui Semua telah memperoleh kekuasaan


tertinggi atas dharma,
Dan sesuai dengan apa yang Dia telah kuasai, Dia menyelamatkan para
mahluk melalui jalan bijaksana.
Ini diajarkan oleh para Buddha yang sebelumnya untuk membawa manfaat
kebaikan kepada mereka yang mencari Dharma itu.
Orang-orang yang bodoh itu tidak mengetahui sifat-sifat yang khas dari
‘dharma (gejala-kejadian)’ [seperti yang diajarkan] oleh para Buddha:
Saya telah mengajarkan bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki oleh semua
dharma adalah bahwa mereka seluruhnya kosong.
Orang harus selalu tinggal berdiam didalam Mantra dan yakin untuk
bertindak dengan ketetapan hati.

BAB 4
Harta Mantra dalam penggunaan umum
Setelah itu, para Vajradhara dengan Raja dari Kegaiban Rahasia didepan Mereka, dan
rombongan besar para Bodhisattva dengan Samantabhadra didepan Mereka,
membungkuk menundukkan badan kepada Buddha Vairocana, dan karena keinginan
untuk menjelaskan secara terperinci didalam Raja Besar dari Mandala “Lahir Dari Rahim
Belas Kasih Besar (Maha Karuna Garbhodbhava Mandala)” ucapan Dharma dari Mantra
Mereka, [masing-masing] sesuai dengan pintu gerbang murni ke dharmadhatu yang telah
Mereka kuasai, Mereka memohon masing-masing dengan kata-kata Mereka Sendiri
kepada sang Bhagavan [untuk ijin melakukan demikian]. Kemudian sang Bhagavan
memberdayakan Mereka dengan ‘Sifat alami dharma yang tidak bisa hancur’ dan
menyapa para Vajradhara dan para Bodhisattva, dengan berkata, “Tuan-tuan yang baik,
Anda harus menjelaskan secara terperinci, didalam kesesuaian dengan alam Dharma
sebagaimana Anda telah menguasainya, Kalimat dari Kebenaran yang membersihkan
alam-alam dari para mahluk!”

Kemudian sang Bodhisattva Samantabhadra dengan segera tinggal berdiam


didalam Samadhi “Penghiasan Lingkungan Buddha” dan mengucapkan
Mantra dari Kekuatan yang tidak terhalang: “Namah samanta
buddhānām, samatānugata viraja-dharma-nirjāta mahāmaha
svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah
mencapai Kesamaan! Anda yang terlahir dari Dharma yang tanpa kekotoran!
Yang besar diantara yang besar! Swaha!).”

Kemudian sang Bodhisattva Maitreya tinggal berdiam didalam Samadhi


“Pembangkitan Kebajikan Besar Semesta” dan mengucapkan Mantra hati
milik Nya Sendiri: “Namah samanta buddhānām, ajitamjaya
sarvasattvāśayānugata svāhā. (Menyembah hormat kepada semua
Buddha! Anda yang mengalahkan yang tidak terkalahkan! Anda yang
mengikuti kecendrungan kehendak hati dari semua mahluk! Swaha!).”

Kemudian sang Bodhisattva Akasagarbha memasuki Samadhi “Lingkungan


Dari Kemurnian” dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri: “Namah
samanta buddhānām, ākāśasamatānugata vicitrāmbaradhara
svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang telah
mencapai kesamaan dengan ruang angkasa! Anda yang memakai pakaian
yang banyak warna! Swaha!).”

Kemudian sang Bodhisattva Sarvanīvaranaviskambhin memasuki Samadhi


“Kekuatan Dari Belas-Kasih” dan mengucapkan Mantra ini:“Namah
samanta buddhānām, āh sattvahitābhyudgata tram tram ram ram
svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah! Anda yang muncul
demi keuntungan para mahluk! Tram tram ram ram! Swaha!)”

Kemudian sang Bodhisattva Avalokitesvara memasuki Samadhi “Tatapan


Semesta” dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari
para pelayan Nya: “Namah samanta buddhānām, sarva
tathāgatāvalokita karunāmaya ra ra ra hūm jah svāhā. (Menyembah
hormat kepada semua Buddha! Tatapan dari semua Tathagata! Yang
terbentuk dari belas-kasih! ra ra ra hūm jah! Swaha! ).”

Mantra dari Mahasthamaprapta: “Namah samanta buddhānām, jam jam


sah svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Jam jam sah!
Swaha!)”

Mantra dari Tara Devi: “Namah samanta buddhānām, karunodbhave


tāre tārini svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang
telah muncul dari belas-kasih! Tara! Penyelamat! Swaha!).”

Mantra dari Maha Bhrkuti: “Namah samanta buddhānām, sarvabhaya-


trāsani hūm hum sphotaya svāhā (Menyembah hormat kepada semua
Buddha! Anda yang mengusir semua ketakutan! Hum! Hum! Membelah!
Swaha!).”

Mantra dari Pāndaravāsinī: “Namah samanta-buddhānām, tathāgata-


visaya-sambhave padma-mālini svāhā. (Menyembah hormat kepada
semua Buddha! Anda yang lahir dari lingkungan para Tathagata! Anda yang
memiliki kalung karangan bunga dari teratai! Swaha!).”

Mantra dari Hayagrīva: “Namah samanta buddhānām, hūm khāda


bhanja sphotaya svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Hum! Menelan! Menghancurkan! Membelah! Swaha!).”

Kemudian sang Bodhisattva Ksitigarbha tinggal berdiam didalam Samadhi


“Wilayah dari Tingkah-laku Vajra Yang Tidak Bisa Hancur” dan mengucapkan
Mantra ini: “Namah samanta buddhānām, ha ha ha sutanu
svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ha ha ha! Anda dengan
tubuh yang indah! Swaha!).”

Kemudian sang anak muda Manjusri tinggal berdiam didalam Samadhi


“Kekuatan Gaib dari kuasa Buddha” dan mengucapkan Mantra hati milik Nya
Sendiri: “Namah samanta buddhānām, he he kumāraka vimukti-
patha-sthita smara smara pratijnām svāhā. (Menyembah hormat
kepada semua Buddha! He! He! Anak muda! Anda yang tinggal berdiam di
jalan menuju pembebasan! Ingat, ingat sumpah Mu! Swaha!).”

Kemudian sang Vajrapani tinggal berdiam didalam Samadhi “Vajra Besar


Yang Tak Terkalahkan” dan mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan
Mantra dari para pelayan Nya: “Namah samanta vajrānām, canda mahā
rosana hūm. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang kasar
dan sangat penuh murka! Hum!).”

Mantra dari Māmakī: “Namah samanta vajrānām, trita trita jayanti


svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Trita trita! Perempuan
Penakluk! Swaha!).”

Mantra dari Vajraśamkarā: “Namah samanta vajrānām, hum bandha


bandhaya mota motaya vajrodbhave sarvatrāpratihate svāhā.
(Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hum! Ikat, ikat! Hancurkan,
hancurkan! Anda yang telah muncul dari Vajra! Anda yang dimana-mana
tanpa rintangan! Swaha!).”

Mantra dari Vajracandratilaka (= Krodhacandratilaka): “Namah samanta


vajrānām, hrīh hūm phat! svāhā! (Menyembah hormat kepada semua
Vajra! Hrih hum phat! Swaha!).”

Mantra dari Vajrasūcī: “Namah samanta vajrānām, sarva dharma-


nirvedhani vajrasūci varade svāhā. (Menyembah hormat kepada semua
Vajra! Anda yang menembus semua dharma! Jarum Vajra [Vajrasūcī]! Anda
yang mengabulkan keinginan! Swaha!).”

Mantra dari semua Vajradhara: “Namah samanta vajrānām, hūm hūm


hūm phat phat phat jam jam svāhā. (Menyembah hormat kepada semua
Vajra! hūm hūm hūm phat phat phat jam jam! Swaha!).”

Mantra dari semua Pelayan (Parivara): “Namah samanta vajrānām, he he


kim cirāyasi grhna grhna khāda khāda paripūraya svapratijnām
svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Vajra! He! He! Mengapa Anda
menunda-nuda? Tangkap, tangkap! Telan, telan! Taati sumpah Mu! Swaha!).”

Kemudian Bhagavan Sakyamuni memasuki Samadhi “Tempat Permata” dan


mengucapkan Mantra hati milik Nya Sendiri dan Mantra dari para pelayan
Nya: “Namah samanta buddhānām, sarva-kleśa-nisūdana sarva-
dharma-vaśitā-prāpta gagana-samāsama svāhā.(Menyembah hormat
kepada semua Buddha! Anda yang menghancurkan semua kotoran! Anda
yang telah memenangkan kendali atas semua dharma! Anda yang sama
dengan langit dan tanpa bandingan! Swaha!)”

Mantra dari Ūrnā: “Namah samanta buddhānām, varade varaprāpte


hūm. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang mengabulkan
keinginan! Anda telah memenangkan anugerah! Hum!).”
Mantra dari semua Mahkota Buddha (Sarva Buddhaosnisa Mantra): “Namah
samanta buddhānām, vam vam vam hūm hūm phat svāhā.
(Menyembah hormat kepada semua Buddha! vam vam vam hūm hūm phat!
Swaha!).”

Mantra dari Aparājita: “Namah samanta buddhānām, dhrim dhrim rim


rim jrim jrim svāhā. (Menyembah hormat kepada semua Buddha! dhrim
dhrim rim rim jrim jrim! Swaha!).”

[Lagi] Mantra dari Aparājita:Namah samanta buddhānām, aparājite


jayanti tadite svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Yang
Tidak Terkalahkan [Aparājitā]! Perempuan Penakluk! Anda yang memukul!
Swaha!)

Mantra dari Prthivī:Namah samanta buddhānām, prthivyai


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Devi bumi
[Prthivī], Swaha!)

Mantra dari Visnu:“Namah samanta buddhānām, visnave


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Visnu, Swaha!).

Mantra dari Rudra:“Namah samanta buddhānām, rudrāya


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Rudra, Swaha!).

Mantra dari Vāyu:“Namah samanta buddhānām, vāyave


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vayu, Swaha!).

Mantra dari Sarasvatī:“Namah samanta buddhānām, sarasvatyai


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sarasvatī,
Swaha!).

Mantra dari Nairrti:“Namah samanta buddhānām, rāksasādhipataye


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemimpin Iblis
Raksasa, Swaha!).

Mantra dari Yama:“Namah samanta buddhānām, vaivasvatāya


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Vaivasvata
[=Anak dari Vaivasvat =Yama], Swaha!).

Mantra dari Mrtyu:“Namah samanta buddhānām, mrtyave


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Dewa kematian
[Mrtyu], Swaha!).
Mantra dari Kālarātri:“Namah samanta buddhānām, kālarātriye
svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Kegelapan
Malam [Kālarātri], Swaha!).

Mantra dari Tujuh Ibu:“Namah samanta buddhānām, mātrbhyah


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Ibu, Swaha!).

Mantra dari Śakra Deva Indra:“Namah samanta buddhānām, śakrāya


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Sakra, Swaha!).

Mantra dari Varuna Nagaraja:“Namah samanta buddhānām, apām-


pataye svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Raja
Air [=Varuna], Swaha!).

Mantra dari Brahmā::“Namah samanta buddhānām, prajāpataye


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Tuhan Pencipta
[=Brahma], Swaha!).

Mantra dari Āditya:“Namah samanta buddhānām, ādityāya


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Matahari
[Āditya], Swaha!).

Mantra dari Candra:“Namah samanta buddhānām, candrāya


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Bulan [Candra],
Swaha!).

Mantra dari nāga:“Namah samanta buddhānām, meghāśaniye


svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Untuk Pemakan Awan,
Swaha!).

Mantra dari Nanda dan Upananda:“Namah samanta buddhānām,


nandopanandayoh svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Untuk Nanda dan Upananda, Swaha!).

Kemudian Bhagavan Vairocana, ingin menjelaskan bahwa Ajaran Nya adalah


dari Siddhi yang sempurna, [mengucapkan] Mantra dari Vidyārājnī
Gaganalocanā, sang Ibu dari semua Buddha dan semua Bodhisattva:

“Namah samanta buddhānām, gagana-vara-laksane gagana same


sarvatodgatābhisāra-sambhave jvala, namo ’moghānām svāhā. “
(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang memiliki sifat
khusus yang sangat unggul dari langit! Anda yang sama dengan langit! Anda
yang lahir dari anugrah yang muncul dimana-mana! Bakar! Menyembah
hormat kepada Yang Sempurna! Swaha! ).

Selanjutnya, agar untuk memadamkan rintangan, sang Bhagavan tinggal


berdiam didalam Samadhi “Lahir Dari Api” dan mengucapkan Mantra ini dari
Maha Pemusnah rintangan, Yang Suci Acalanatha: “Namah samanta
vajrānām, canda mahārosana sphotaya hūm traka hām
mām.” (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Anda yang sangat ganas
dan penuh murka! Belah! hūm traka hām mām!).

Selanjutnya, Mantra dari Trailokyavijaya:“Namah samanta vajrānām, ha


ha ha vismaye sarva-tathāgata-visaya-sambhava trailokya vijaya
hūm jah svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Ha ha ha! Yang
Menakjubkan! Anda yang lahir dari wilayah dari semua Tathagata! Penakluk
Tiga Dunia [Trailokyavijaya]! hūm jah! svāhā!).

Mantra dari Sravaka:“Namah samanta buddhānām, hetu pratyaya-


vigata karma-nirjāta hūm.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Anda yang terlahir dari tindakan yang bebas dari sebab dan kondisi! Hum!).

Mantra dari Pratyekabuddha:“Namah samanta buddhānām,


vah.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Vah!).

Mantra hati umum untuk semua Buddha dan Bodhisattva:“Namah samanta


buddhānām, sarva buddha bodhisattva hrdaya-nyāveśani, namah
sarva-vide svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda
yang menyebabkan untuk masuk kedalam hati dari semua Buddha dan
Bodhisattva! Menyembah hormat kepada Yang Maha Mengetahui Semua!
Swaha!).

Mantra hati umum untuk deva duniawi dan seterusnya:“Namah samanta


buddhānām, lokālokakarāya sarva deva nāga yaksa gandharvā
asura garuda kimnara mahoragādi-hrdayāny ākarsaya vicitra gati
svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Demi menerangi
dunia! Gambar didalam hati dari semua dewa, naga, yaksa, gandharva,
asura, garuda, kimnara, mahoraga, dan seterusnya! Anda yang bergerak
dalam bermacam-macam cara! Swaha!).

Mantra dari semua Buddha:“Namah samanta buddhānām, sarvathā


vimati -vikirana dharmadhātu-nirjāta sam sam sam ha
svāhā.”(Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang
menghilangkan keraguan dalam segala hal! Anda yang terlahir dari
dharmadhatu! Sam sam sam ha! Swaha!).
Mantra dari Durdharsa dvarapala (dvarapala =penjaga pintu):“Namah
samanta buddhānām, durdharsa mahārosana khādaya sarvām
tathāgatājnām kuru svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha!
Yang tidak dapat diganggu-gugat [Durdharsa]! Sangat penuh murka! Telan!
Melakukan setiap perintah dari Tathagata! Swaha!).

Mantra dari Abhimukha dvarapala:“Namah samanta buddhānām, he


mahā pracandābhimukha grhna khādaya kim cirāyasi samayam
anusmara svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang
sangat ganas! Anda yang berwajah Durdharsa! Tangkap! Telan! Mengapa
Anda menunda-nunda! Ingat sumpah Anda! Swaha!).

Mantra untuk membuat perbatasan yang lebih besar [dari


Mandala]:“Namah samanta buddhānām, sarvatrānugate bandhaya
sīmām mahā-samaya-nirjāte smarane apratihate dhaka dhaka cara
cara bandha bandha daśadiśam sarva-tathāgatānujnāte pravara-
dharma-labdha-vijaye bhagavati vikuri vikule le lu puri vikuli
svāhā.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Anda yang meresap
meliputi semua! Ikat perbatasan! Anda yang terlahir dari sumpah besar!
Anda yang ingat! Anda yang tanpa rintangan! Bakar, bakar! Gerak, gerak!
Ikat, ikat sepuluh penjuru arah! Anda yang diberi kuasa oleh semua
Tathagata! Pemenang yang telah memperoleh Dharma yang paling unggul
Bhagavati! vikuri vikule le lu puri [vikuli]! svāhā!).

Mantra dari Bodhi:“Namah samanta buddhānām, a.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! A!).

Mantra dari Carya:“Namah samanta buddhānām, ā.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Ā!).

Mantra dari SamBodhi:“Namah samanta buddhānām, am.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Am!).

Mantra dari Nirvana:“Namah samanta buddhānām, ah.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Ah!).

Mantra dari Trailokyavijaya:“Namah samanta vajrānām,


hāh.” (Menyembah hormat kepada semua Vajra! Hāh!).

Mantra dari Acalanātha:“Namah samanta vajrānām, hām.” (Menyembah


hormat kepada semua Vajra! Hām!).
Mantra dari Sarvanīvaranaviskambhin:“Namah samanta buddhānām,
ah.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ah!).

Mantra dari Avalokiteśvara:“Namah samanta buddhānām,


sah.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sah!).

Mantra dari Vajrapāni:“Namah samanta vajrānām, vah.” (Menyembah


hormat kepada semua Vajra! Vah!).

Mantra dari Manjuśrī:“Namah samanta buddhānām, mam.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Mam!).

Mantra dari Gaganalocanā:“Namah samanta buddhānām,


gam.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Gam!).

Mantra dari dharmadhatu:“Namah samanta buddhānām,


ram.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ram!).

Mantra dari Mahavira:“Namah samanta buddhānām,


kham.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Kham!).

Mantra dari Jalesvara:“Namah samanta buddhānām, jam.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Jam!).

Mantra dari Tara:“Namah samanta buddhānām, tam.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Tam!).

Mantra dari Bhrkutī:“Namah samanta buddhānām, bhrh.” (Menyembah


hormat kepada semua Buddha! Bhrh!).

Mantra dari Mahāsthāmaprāpta:“Namah samanta buddhānām,


sam.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Sam!).

Mantra dari Pāndaravāsinī:“Namah samanta buddhānām,


pam.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Pam!).

Mantra dari Hayagrīva:[b]”Namah samanta buddhānām,


ham.” (Menyembah hormat kepada semua Buddha! Ham!).

Mantra dari Yaśodharā:[b]”Namah samanta buddhānām, yam.” (Menyembah hormat


kepada semua Buddha! Yam!).

You might also like