You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu banyak
macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin
menggunakannya. Apalagi dengan adanya ” tekanan promosi ” yang sangat gencar, tidak
jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke arah ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil kasus
penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian antibiotik yang rasional
kita harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita menghadapi suatu penyakit infeksi
dengan berbagai macam simtomnya harus kita bayangkan kira-kira kuman apa yang
menyebabkannya gram positif atau gram negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika
yang mana kuman tersebut diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari
antibiotika yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah . Justru banyak
antibiotika yang baru menpunyai spesifikasi tertentu sehingga bila tidak dipergunakan
sesuai dengan spesifikasinya maka khasiatnya tidak seperti yang diharapkan .
1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah antibiotika?
2. Apa yang dimaksud dengan antibiotika?
3. Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional?
4. Bagaimana cara pembuatan antibiotika?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotika?
6. Pengelompokan jenis antibiotika?
7. Antibiotika tetrasiklin?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.

2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotika pada umumnya dan golongan
Tetrasiklin secara khusus.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Medisinal

BAB II

PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA

2.1 Sejarah

Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming,
seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk
mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang
tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan,
jutaan penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya
antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat
delapan tahun.
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh
bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun
membunuh mikroba lain.
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap
antibiotik. Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan
dengan penisilin. Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk
sementara waktu, dunia masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan
antibiotik - antibiotik baru.
Antara tahun 1950-1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum
mengkhawatirkan, karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak
akhir 1960-an, tidak ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999,
ilmuwan berhasil mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin
banyaknya bakteri-bakteri super yang kebal antibiotik.
Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh
kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti
strychnine, antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai
tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri
lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis
bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang
spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena
(melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat
digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep. 3
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut
Selman Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme,
dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan
membinasakan mikroba lain.
Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur
Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui
dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya
akan hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar
tahun 1939, Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan
penggunaan penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga
melakukan penelitian penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu
ekstraksi dikontrol pada temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin
sampai 1000 kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang
mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar
dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah
manusia dalam memerangi penyakit infeksi.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New
York. Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah
Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang
diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan
streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota
dari aktinomisetes. Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang mujarab.perkembangan
ini merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari
mikroorganisme penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi
gudang utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan
pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah
berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang
dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan
polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada
tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin
1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan
koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces. Semua ini merupakan antibiotik yang sangat
penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk
melawan infeksi.
Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha
penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti
mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk
penggunaan non-medis. Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai
muncul dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat
antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.

2.2 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga
digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya
adalah bakteri.

2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional


 Tepat indikasi
 Tepat penderita
 Tepat pemilihan jenis antibiotika
 Tepat dosis
 Efek samping minima
 Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
 Ekonomik

Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum kita
memilih dan menggunakannya yaitu:

1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping

Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.

1. Sifat aktifitasnya

 Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara menghambat metabolisme


kuman
 Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak dinding sel
 Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh penderita kurang baik
maka sebaiknya dipilih antibiotik yang bersifat bakteriosidik.
 Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin menggabung
antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang bersifat bakteriostatik bersama antibiotika
yang bakteriosidik akan mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan
karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya baik bila kuman
tersebut membelah dengan cepat, sedangkan antibiotik yang bersifat bakteriostatik akan
menyebabkan pembelahan kuman yang menurun sehingga akan menghambat khasiat
antibiotika yang bersifat bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika

 Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok kuman tertentu


 Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun gram negatif
 Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang menyebabkan
infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan bila jenis kuman tidak dapat
dipastikan maka dipakai antibiotika spektrum luas.

3. Mekanisme kerja antibiotika

 Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman

Contoh : Sulfonamid

Trimetophrim

 Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman

Contoh : Penicillin

Sefalosporin

 Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman

Contoh : Polimiksin

 Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman

Contoh : Aminoglikosid

Makrolid
Tetrasiklin

Kloramfenikol

 Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman

Contoh : Rifampisin

Kuinolon

4. Pola Resistensi

Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi kuman setempat,


misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif terhadap siprofloksasin tetapi
di Thailand banyak resisten terhadap Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak
di pakai untuk terapi STD.

5. Efek Samping

Ada 3 macam efek samping yaitu

- reaksi alergi

- reaksi idiosikratik

- dan reaksi toksik.

Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat merangsang


terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu. (Blackwater fever)

Contoh reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian tetrasiklin.

2.4 Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro


organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan
pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan
biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B basitrasin, atau
karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

2.5 Mekanisme Kerja

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah
perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga
sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi
tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin,
tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya,
bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
2.6 Penggolongan Antibiotika
Antibiotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok utama yaitu :

1. Golongan betalaktam
2. Golongan Aminoglikosida
3. Golongan Sulfonamid
4. Golongan Tetrasiklin dan Chloramphenicol
5. Golongan Makrolid
6. Golongan Metronidazol
7. Golongan Rifampisin
8. Golongan Linkosamid
9. Golongan Kuinolon
BAB III

ANTIBIOTIKA TETRASIKLIN

3.1 Sejarah

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang
dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotik
golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh
Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.
Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari spesies Streptomyces lain.
P protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.Pada tahun
1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia Terramycin, nama
merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk fermentasi dan produksi
juga pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. A research team of seven scientists at , in
collaboration with Woodward, participated in the two-year research leading to the discovery .
Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-
cycl-") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.

3.2. Struktur Molekul Tetrasiklin

Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin mempunyai kerangka dasar


karbon dari naftasen C-18 yang terhidrogenasi secara parsial, oleh karena itu disebut juga
kerangka hidronaftasen. Beberapa senyawa yang termasuk kelompok tetrasiklin tercantum
pada gambar berikut.
Struktur kimia golongan tetrasiklin
R1 R2 R3 R4 Nama senyawa
H H H H 6-Deoksi-6-dimetiltetrasiklin
H OH H H 6-dimetiltetrasiklin
H OH CH3 H Tetrasiklin (akromisin)
Cl OH H H 7-kloro-6- dimetiltetrasiklin
H OH CH3 OH 5-hidroksitetrasiklin (oksi-tetrasiklin, teramisin)
Cl OH CH3 H 7-klorotetrasiklin (klor-tetrasiklin, aureomisin)

Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi. Tetrasiklin merupakan basa
yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut.
Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam
larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Di antara senyawa-senyawa tetrasiklin tersebut di atas, yang termasuk tetrasiklin alam
ialah tetrasiklin atau akromisin, oksitetrasiklin atau teramisin dan klortetrasiklin atau
auromisin. Sedangkan 6-dimetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-dimetiltetrasiklin kedua-duanya
dihasilkan oleh turunan mikroba yang semula berasal dari Streptomyces Aureus. Kedua
senyawa yang terakhir ini sangat sukar diuraikan baik oleh asam maupun basa, sehingga
berguna untuk pengobatan secara oral.
Dari struktur senyawa-senyawa tetrasiklin seperti tertera pada gambar di atas, terlihat
bahwa perbedaan antara tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin masing-masing terletak
pada adanya atom klor pada C-7 (cincin D) dan gugus hidroksi pada C-4 (cincin A) dari
kerangka hidronaftasen.

3.3 Biosintesis dan Reaksi-Reaksi Pokok Tetrasiklin

Tetrasiklin adalah senyawa-senyawa yang termasuk golongan poliketida. Percobaan-


percobaan menunjukkan bahwa tertrasiklin berasal dari delapan unit malonil-koenzim A,
seperti ditunjukkan oleh gambar.
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar, malonamoil-koenzim A bertindak sebagai
inisiator untuk polimerisasi delapan molekul malonil-koenzim A menghasilkan suatu
poliketida-amida yang linier. Poliketida-amida ini selanjutnya direka menghasilkan
tetrasiklin, melalui serentetan reaksi sederhana dan berlangsung secara bertahap. Melalui
rangkaian reaksi ini, dihasilkan senyawa-senyawa antara yang utama, seperti pret etramid dan
6-metilpretetramid, yang mengandung semua atom karbon yang diperlukan pada hasil-hasil
akhir.
Tetrasiklin dari deret 6-dimetil, seperti 6-demetiltetrasiklin dan 7-kloro-6-
deametiltetrasiklin, diturunkan dari pretetramid. Sedangkan, tetrasiklin, deret 7-
klorotetrasiklin, dan deret 5-hidrositetrasiklin diturunkan dari 6-metilpretetramid.
Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonil-KoA
dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi dengan 2-
oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. 2-oksosuksinamat merupakan hasil dari
transaminasi asparagin dengan enzim asam okso-asparagin transaminase. Malonamoil-KoA
kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-metilpretetramida melalui 6-
metilpretetramida. Senyawa inilah yang akan diubah menjadi 4-dedimethylamino-4-okso-
anhidrotetrasiklin, yang merupakan intermediat dalam menghasilkan klorotetrasiklin dan
tetrasiklin.

3.4 Sifat Fungsi dan Mekanisme Kerja Tetrasiklin


1. Sifat kimiawi tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin
bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat
berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu senyawa yang bersifat amfoter
sehingga dapat membentuk garam baik dengan asam maupun basa. Sifat basa tetrasiklin
disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam struktur kimia
tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh adanya radikal hidroksi fenolik.
Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin
apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk
kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan
obat-obat antasida.
Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian halnya bila antibiotika ini
berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah perlu ditambahkan buffer. Dalam
larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi mengandung buffer dengan pelarut
propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH
lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan tetrasiklin akan menurun.

2. Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
 Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan, perkencingan,
leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman dan disebabkan
kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang terkena), dan
panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing menurun dengan
drastis).
 Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada
hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai spectrum luas.
Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit
seperti metritis, pneumonia, mastitis, enteritis, leptospirosis, shipping fever, listeriosis,
anaplasmosis, penyakit jembrana dan antraks.
 Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain.
Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.
 Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis, infeksi
PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar tetrasiklin dengan
dosis rendah.
 Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan
tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata
seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi pink eye.

3. Mekanisme Kerja Tetrasiklin


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini
dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak
menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA.
Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin
dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada
individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk
maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam
amino pada lokasi asam amino.
a. Efek Antimikroba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama), namun
terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu.
Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin
termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman.
b. Farmakokinetik
 Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap
lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya
makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin.
Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu
kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid,
garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum.
Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
 Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar
dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke
cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa
dan sumssum tulang serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin
menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan
dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih
baik.
 Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui
empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin.
Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali
kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami
sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah
terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini
akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

3.5 Sintesa Tetrasiklin

Struktur molekul senyawa-senyawa tetrasiklin bukanlah tergolong sederhana, oleh karena


itu sintesa tetrasiklin melibatkan berbagai jenis reaksi organik. Kesulitan utama dalam
mensintesa molekul tetrasiklin yaitu terletak pada cincin A. Hal ini dikarenakan pada setiap
atom karbon dari cincin ini mengandung sedikitnya satu subtituen. Disamping itu, tiga dari
enam atom karbon asimetri dalam molekul tetrasiklin yang paling banyak tersubtitusi, seperti
oksitetrasiklin terdapat juga pada cincin A. Sehingga untuk menghasilkan satu isomer optic
yang aktif, bebas dari isomer-isomer lainnya memerlukan pendekatan yang berhati-hati.
Sintesa tetrasiklin dimulai dengan sintesa suatu senyawa antara trisiklik yang sudah
mengandung cincin B, C, dan D dari molekul tetrasiklin dengan menggunakan reaksi Diels
Alder. Sintesa ini diikuti oleh pengubahan-pengubahan terhadap gugus-gugus fungsi
menghasilkan suatu senyawa antara baru, yaitu suatu diendiolon. Dimana senyawa antara
diendiolon ini dapat dimodifikasi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk cincin A
dalam molekul tetrasiklin.

3.6 Efek samping Tetrasiklin

Efek samping dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:


1. Perusakan warna pada gigi
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk
ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin
dapat mengikat kalsium secara irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit
baik di dentin maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau
ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya
senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan menyebabkan
perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit untuk
berubah warna daripada enamel jika melalui plasenta.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-
faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis yang digunakan,
lamanya pemakaian dan masa pembentukan gigi.
Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah
pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada
masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium
akan diikat oleh tetrasiklin secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi
apatit dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin
dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.

2. Merapuhkan gigi dan melubangi gigi


Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak terbentuk
sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi sulit dibersihkan, dan
plak menempel dengan kuat sehingga gigi mudah berlubang.
3. Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya seperti mual,
muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek samping yang jarang terjadi
termasuk : kerusakan hati, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif
(ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis,
carditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda
peningkatan tekanan dalam kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

3.7 Hasil Analisis Jurnal

Judul : Evaluation of Antibacterial Activity of Tetracycline and Cephalexine Decomposed by


Sunlight
Ada beberapa faktor yang masih belum diketahui mengenai tetrasiklin dan Sefaleksin di
sekitar irak, maka dilakukanlah studi mengenai pengaruh sinar matahari terhadap tetrasiklin
dan sefaleksin. Tetrasiklin dan sefaleksin adalah suatu antibiotik yang sering sekali
digunakan dalam bidang kedokteran untuk mengobati adanya indikasi bakteri. Namun
apabila terkena cahaya matahari maka akan terjadi fotolisis, sehingga akan terdegradasi
sebagai akibat dari energi yang dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari. Terdegradasinya
senyawa tersebut tergantung seberapa baik senyawa tersebut menyerap cahaya matahari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terdegradasinya antibiotik ini adalah frekwensi dan
intensitas tumbukan molekul, konsentrasi, dan pH. Selain itu yang harus diperhatikan adalah
suhu, dan kelembapan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas antibiotik Tetrasiklin dan
Sefaleksin yang terkena sinar matahari kemudian digunakannya untuk melawan E-coli dan
Staphylococcus sp.
Tetrasiklin dan Sefaleksin yang digunakan berasal dari SDI suatu perusahan di irak
sedangkan E-coli dan Staphylococcus sp didapatkan dari rumah sakit Ibin Gazwan. Kapsul
Tetrasiklin dan Sefaleksin dengan berat 250 mg dilarutkan dalam 10 ml air suling kemudian
diberikan perlakuan sinar matahari di siang hari pada bulan April di selatan Irak (suhu sekitar
tiga puluh lima).
Hasil penelitian membuktikan, bahwa efek dari Sinar matahari UV mengubah senyawa
antibiotik menjadi jenis spesies berbeda yang tidak diketahui dan menimbulkan banyak
pertanyaan tentang produk yang terbentuk itu. Apa senyawa ini adalah racun atau bukan.
Daerah hambatan untuk Tetracycline dan Sefaleksin pada spesies klinis Staphylococcus
Sp dan Escherichia coli. Hal ini menujukkan bahwa zona penghambatan senyawa antibiotik
yang terkena sinar matahari lebih kecil dibandingkan kontrol

3.9 Manfaat Tetrasiklin Untuk penyakit


Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan tetrasiklin :

1. Infeksi Klamidia

 Limfogranuloma venereum.

Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut
diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan.
Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.

 Psikatosis

Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis
yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.

 Trakoma

Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x
100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.

2. Infeksi Basil

 Bruselosis

Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini.
Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu.
Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.

 Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan
golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

 Kolera

Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini.
Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.

berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :

1. Conmycin

Komposisi : Tetracycline HCL

Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin

Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis 30-
40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.

Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi
inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.

2. Corsamycin

Komposisi : Oxytetracycline HCl

Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,


bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma pneumonia,
bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina vincenti, infeksi traktus urinatius,
uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi
pasca persalinan (endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis
yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid, bruselosis, kolera,
amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan
infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena mikoplasma
500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dan sifilis,
bruselosis total dosis 2-3 g/hr.

Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan
hipoplasia pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
 Antibiotik harus dibatasi pada keadaan dimana antibiotik tersebut benar diperlukan.
 Antibiotik jangan digunakan untuk infeksi ringan atau infeksi virus
 Antibiotik spektrum luas tidak diindikasikan untuk infeksi dimana dapat digunakan
antibiotik lain yang lebih spesifik
 Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi.
 Alasan mengapa disebut tetrasiklin karena terdiri dari 4 ("tetra-") hidrokarbon cincin ("-cycl-
") derivasi ("-ine“) yang merupakan subclass dari poliketida yang memiliki kerangka
octahydrotetracene-2-karboksamida.
4.2 Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinana masih terdapat banyak kekurangan baik
menyangkut isi maupun penulisan, oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical Diagnosis and
Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial
Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics and Ciprofloxacin.
Chemoteraphy 2005;51:80-85
7. Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk, EGC
; Jakarta
8. Schwartz.Shires.Specer “ Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6”Buku kedokterean EGC
1995 Jakarta 47
9. Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru
10. Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka
BAB I

PENDAHULUAN

1. Sejarah dan asal mula


Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin
yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting (1).
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang
dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari
Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi
juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain (1).
Para tetrasiklin adalah suatu keluarga besar antibiotik yang ditemukan sebagai produk
alami oleh Benjamin Minge Duggar dan pertama kali dijelaskan pada 1948.Di bawah
Yellapragada Subbarao , Benjamin Duggar membuat penemuan pertama dunia antibiotik
tetrasiklin, Aureomycin , pada tahun 1945 (2).
Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur kimia
Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten perlindungan untuk
fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada tahun 1950. Sebuah tim riset dari
tujuh ilmuwan di Pfizer, bekerja sama dengan Woodward, berpartisipasi dalam dua tahun
penelitian yang mengarah ke penemuan tersebut (2).
Nubia mumi telah dipelajari pada 1990-an dan ditemukan mengandung level
signifikan tetracycline; ada bukti bahwa bir brewed pada saat itu bisa saja
sumbernya.Tetracycline memicu pengembangan banyak antibiotik kimiawi berubah dan
dalam melakukannya terbukti menjadi salah satu penemuan paling penting yang dibuat dalam
bidang antibiotik. Hal ini digunakan untuk mengobati bakteri gram positif dan gram-negatif
banyak dan beberapa protozoa. Ini, seperti beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam
pengobatan jerawat (2).
1. Definisi Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau
garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat
relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya
(1).
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi klortetrasiklina,
reduksi oksitetrasiklina, atau denga fermentasi (3).

Tetrasiklin mempunyai mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 μg
tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl),per mg di hitung terhadap zat anhidrat (4).

Struktur kimia dari tetrasiklin adalah sebagai berikut:

Gambar.1.Struktur Tetrasiklin (2)

Tabel 1. Struktur kimia golongan tetrasiklin (1)

Gugus
Jenis tetrasiklin
R1 R2 R3

1. Klortetrasiklin -Cl -CH3, -OH -H, -H

2. Oksitetrasiklin -H -CH3, -OH -OH, -H

3. Tetrasiklin -H -CH3, -OH -H, -H

4. Demeklosiklin -Cl -H, -OH -H, -H

5. Doksisiklin -H -CH3, -H -OH, -H

6. Minosiklin -N(CH3)2 -H, -H -H, -H


Tetracycline adalah spektrum luas Poliketida antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces
genus dari Actinobacteria , diindikasikan untuk digunakan melawan infeksi bakteri banyak. Ini
adalah inhibitor sintesis protein. Hal ini umumnya digunakan untuk mengobati jerawat hari ini, dan
yang lebih baru, rosacea , dan memainkan peran historis dalam memerangi kolera di negara maju.
Itu dijual dengan merek Sumycin, Terramycin, Tetracyn, dan Panmycin, antara lain. Actisite adalah
seperti bentuk-serat benang, digunakan dalam aplikasi gigi. Hal ini juga digunakan untuk
memproduksi turunan semi-sintetik beberapa yang bersama-sama dikenal sebagai antibiotik
tetrasiklin (3).

Menurut farmakope Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin memiliki pemerian serbuk hablur kuning,
tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap.
Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali
hidroksida (4).

Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut dalam asam encer, larut
dalam alkali disertai peruraian (3).

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein pada
perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat kalsifikasi dalam
pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat sintesis protein pada sel prokariot
maupun sel eukariot. Mekanisme kerja penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya
aminoasil-tRNA ke tempat aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, sehingga menghalangi
penggabungan asam amino ke rantai peptide (7).

BAB 2
MEKANISME AKSI

2.1. FARMAKOKINETIK
1.1.1. Absorbsi
Kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin
diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus
bagian atas. Berbagai faktor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti adanya
makanan dalam lambung (kecuali doksisiklin dan monosiklin), pH tinggi, pembentukan
kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+,
Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin
diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan (1).

Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorbsinya dari sediaan
tetrasiklin biasa (1).

1.1.2. Distribusi
Dalam plasma serum jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin tiap 6 jam
menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 μg/ml (1).

Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufisiensi ginjal sehingga obat ini boleh
diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan serebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin
hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya
meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dalam jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan
ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta di
dentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri,
dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan
tetrasiklin lainnya, daya penetrasi doksisiklin dan minosiklin ke jaringan lebih baik (1).

1.1.3. Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati. Doksisiklin dan
minosiklin mengalami metabolisme di hati yang cukup berarti sehingga aman diberikan
pada pasien gagal ginjal (1).

1.1.4. Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada
pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan
tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum.
Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi
dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini
akan mengalami kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja
(1).

Antibiotik golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi menjadi 3 golongan
berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu :

a. Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak


lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.
b. Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dari masa paruhnya kira-kira 16 jam
sehingga cukup diberikan 150mg per oral tiap 6 jam.
c. Doksisiklin dan minosiklin. Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam.
Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100 mg sehari (1).

2.2. FARMAKODINAMIK
Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit
terjadi dua proses dalam masuknya anti biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama
secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transport aktif. Setelah masuk anti
biotik berikatan secara revarsible dengan ribosom 30S dan mencegah ikatan tRNA – amino asil
pada kompleks mRNA – ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang
sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein (1)

2.3. INTERAKSI OBAT


Golongan tetrasiklin dengan antasida ( termasuk garan alimunium, kalsium, atau magnsium),
garam besi, garan zink. Menyababkan absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam sebalum atau 2 jam setelah antasida.

Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam setelah tetrasiklin

Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau colestipol menyebabkan absorpsi


tetrasiklin turun sehingga kadar serumnya juga turun.
Pengatasan : bila perlu dilakukan penyesuaian dosis tetrasiklin.

Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin (contoh: Na. Laktat, K. Sitrat) menyababkan
terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan kadar serum tetrasiklin.
Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam atau bila perlu dilakukan peningkatan
dosis tetrasiklin ( jika pH urin naik signifikan)

Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek antikoagualan meningkat karena
berkurangnya vitamin K yang diproduksi bakteri dalam usus akibat pemakaian tetrasiklin.
Pengatasan : monitor parameter anti koagualan dan bila perlu dosis anti koagualan
disesuaikan.

Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi


enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.
Golongan tetrasiklin denga digoxin. Dapat terjadi peningkatan kadar serum digoxin pada
sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).
Pengatasan : monitor kadar digoxin dan tanda-tanda toksisitasnya.
BAB 3

PENGGUNAAN KLINIK
3.1 PENYAKIT YANG BERKAITAN
Karena penggunaan yang berlebih, dewasa ini terjadi resistansi yang mengurangi efektivitas
tetrasiklin. Penyakit yang obat pilihannya golongan tetrasiklin ialah:

1. Riketsiosis
Perbaikan yang dramatis tamapak setelah pemberian golongan tetrasiklin. Demam mereda
dalam 1-3 hari dan ruam kulit menghilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis yang nyata telah tampak
24 jam setelah terapi dimulai.

2. Infeksi Klamidia
a. Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada infeksi akut
diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis diberikan terapi 1-2 bulan.
Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai mengecil.

b. Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala klinis. Dosis
yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram per hari selama 21 hari.

c. Konjungtivitis inklusi
Penyakit ini dapat diobati dengan hasil baik selama 2-3 minggu dengan memberikan salep
mata atau obat tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin.

d. Trakoma
Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan doksisiklin oral 2 x
100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.

e. Uretritis nonspesifik.
Infeksi yang disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia trachomatis ini
terobati baik dengan pemberian tetrasiklin oral 4 kali 500 mg sehari selama 7 hari. Infeksi
C.trachomatis seringkali menyertai uritritis akibat gonokokus.

3. Infeksi Mycoplasma Pneumoniae


Pneumonia primer atipik yang disebabkan oleh mikroba ini dapat diatasi dengan pemberian
golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan klinis cepat dicapai Mycoplasma pneumoniae
mungkin tetap terdapat dalam sputum setelah obat dihentikan.

4. Infeksi Basil
a. Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk penyakit ini.
Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan pengobatan selama 3 minggu.
Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan bersama streptomisin 1gram sehari IM.

b. Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi terapi dengan
golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.

c. Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk penyakit ini.
Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.

d. Sampar
Antibiotik terbaik untuk mengobati infeksi ini ialah streptomisin. Bila streptomisin tidak
dapat diberikan, maka dapat dipakai golongan tetrasiklin. Pengobatan dimulai dengan
pemberian secara IV selam 2 hari dan dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 1
minggu.

5. Infeksi Kokus
Golongan tetrasiklin sekarang tidak lagi diindikasikan untuk infeksi stafilokokus maupun
streptokokus karena sering dijumpai resistensi. Tigesiklin efektif untuk infeksi kulit dan jaringan
lunak oleh streptokokus dan stafilokokus (termasuk MRSA)

6. Infeksi Venerik
a. Sifillis
Tetrasiklin merupakan antibiotik pilihan kedua setelah penisilin untuk mengobati sifillis.
Dosisnya 4 kali 500 mg sehari per oral selama 15 hari. Tetrasiklin juga efektif untuk
mengobati chancroid dan granuloma inguinal. Karena itu dianjurkan memberikan dosis yang
sama dengan dosis untuk terapi sifilis.

7. Akne Vulgaris
Tetrasiklin diduga menghambat produksi asam lemak dari sebum. Dosis yang diberikan untuk ini
ialah 2 kali 250 mg sehari selama 2-3 minggu, bila perlu terapi dapat diteruskan sampai
beberapa bulan dengan dosis minimal yang masih efektif.

8. Penyakit Paru Obstruksi Menahun


Eksaserbasi akut penyakit paru obstruktif menahun dapat diatasi dengan doksisiklin oral 2 kali
100 mg/ hari. Antibiotika lain yang juga bermanfaat ialah kotrimoksazol dan koamoksiklav.

9. Infeksi Intraabdominal
Tigesiklin efektif untuk pengobatan infeksi intraabdominal yang disebabkan oleh E. Coli,
C.freundii, E.faecalis, B.fragilis dan kuman-kuman lain yang peka.

10. Infeksi lain


a. Aktinimikosis
Golongan tetrasiklin dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini bila penisilin G tidak
dapat diberikan kepada pasien.

b. Frambusia
Respons penderita terhadap pemberian golongan tetrasiklin berbeda-beda. Pada beberapa
kasus hasilnya baik, yang lalin tidak memuaskan. Antibiotik pilihan utama untuk penyakit ini
ialah penisilin.

c. Leptospirosis
Walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk pengobatan leptospirosis,
efektifitasnya tidak terbukti secara mantap.

d. Infeksi saluran cerna


Tetrasiklin mungkin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis intestinal akut, dan
infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu mungkin efektif untuk disentri yang disebabkan
oleh strain Shigella yang peka.

11. Penggunaan Topikal


Pemakaian topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan tetrasiklin efektif
untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh kuman Gram-positif dan Gram-negatif
yang sensitif. Selain itu salep mata ini dapat pula digunakan untuk profilaksis oftalmia
neonatorum pada neonatus (1)
3.2 CONTOH OBAT
Contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain:

1. Conmycin
Komposisi : Tetracycline HCL

Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin

Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu. Sifilis 30-40
g dalam dosis terbagi selama 15 hr.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.

Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi
inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.

2. Corsamycin
Komposisi : Oxytetracycline HCl

Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,


bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma
pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina
vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada
trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan
(endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis
yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid,
bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan
limfogranuloma venereum, trakoma.

Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi).
Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena
mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-
3 x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total dosis 2-3 g/hr.

Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.

Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia
pada anak, hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia.

3. Corsatet
Komposisi : Tetracycline HCl

Indikasi : Abses, akne, amubiasis, anthraks, disentri basiler, bartonellosis, bronkitis


akut dan kronis, infeksi bronkopulmoner, bruselosis, kankroid, difteri, infeksi
traktus genitourinaria, GO, granuloma inguinale, infeksi yang menyertai
fibrosis kistik pankreas, listeriosis, limfograuloma venereum, infeksi bakteri
campuran, osteomielitis, otitis eksterna dan media, pertusis, faringitis,
pneumonia, psittakosis, pielonefritis akut dan kronis, rocky mountain
spotted fever, demam scarlet, sinusitis, infeksi jaringan lunak, sifilis,
tonsilitis, tularemia, tifoid, ricketsia, uretritis (non-GO), pencegahan pra dan
pasca bedah dan dental.

Dosis : Dewasa 250 mg 4 x/hr. Infeksi berat 1500-2000 mg/hr. Anak 20-40
mg/kg/BB/hr, dosis terbagi. Sifilis dosis total 30-40 g dalam dosis terbagi rata
selam 10-15 hari. Bruselosis kombinasi dengan streptomisin.

Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberkian bersama makanan
untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal berat, hamil, anak < 12 tahun.

Efek samping : Gangguan GI, supersenitif, hepatotoksik dan nefrotoksik. Jarang


meningkatkan TIK, SLE. Perubahan warna gigi dan hipoplasia gigi pada anak
dalam masa pertumbuhan (6).

3.3 EFEK SAMPING OBAT


Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan
dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat
perubahan biologik.

1. Reaksi Kepekaan
Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi
mobiliformis, urtikaria dan dermatitis eksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah edema
angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula terjadi pada waktu
terapi berlangsung. Sensitisasi silang antara berbagai derivat tetrasiklin sering terjadi.

2. Reaksi toksik dan iritatif


Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral, terutama dengan
oksitetrasiklin dan doksisiklin. Makin besar dosis yang diberikan, makin sering terjadi reaksi ini.
Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan
golongan tetrasiklin bersama dengan makanan, tetapi jangan dengan susu atau antasid yang
mengandung alumunium, magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan
harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clostridium difficile yang
sangat berbahaya.

Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan
rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikkan IM tanpa anestetik lokal.

Terapi dalam waktu lama dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis,
limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan trombositopenia.

Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin, tetapi paling sering timbul pada
pemberian dimetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang
disertai demam dan eosinofilia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari
dasarnya, juga dapat terjadi.

3. Efek samping akibat perubahan biologik


Seperti antibiotik lain yang berspektrum luas, pemberian golongan tetrasiklin kadang-kadang
diikuti oleh terjadinya superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur. Superinfeksi kandida biasanya
terjadi dalam rongga mulut, faring, bahkan kadang-kadang menyebabkan infeksi sistemik. Faktor
predisposisi yang memudahkan terjadinya superinfeksi ini ialah diabetes melitus, leukimia, lupus
eritematosus diseminata, daya tahan tubuh yang lemah dan pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid dalam waktu lama (1).
3.4 RESISTENSI

Gambar.2.Mekanisme Resistensi Tetrasiklin (2)

1. Tetrasiklin (tet) merupakan molekul hidrofobik, dan masuk ke dalam sel dengan difusi pasif.
2. Jika tetrasiklin tidak ada, repressor tetR akan mencegah proses transkripsi gen tetA, selain
itu tetR juga akan melakukan siintesis proteinnya sendiri pada urutan operator tetO
3. di dalam sitosol, tetrasiklin membentuk kompleks dengan bivalent ion ion metal seperti
magnesium
4. itu semacam sebuah ikatan kompleks ke tetR, sehingga mengubah konformasi dan disosiasi
nya dari bagian operator
5. kemudian, tidak hanya antiporter tetA, tetapi antipoerter tetR juga tersintesis
6. tetA mengeluarkan kompleks [tet-Mg2+] +H+ keluar dari sitosol, dan memasukkan proton
pada waktu yang bersamaan. Setelah tetrasiklin dikeluarkan, sisa protein tetR mengikat
rangkaian tetO lagi dan menonaktifkan tetA dan tetR.
Resistensi terhadap tetrasiklin dapat timbul melalui penembusan obat, perlindungan
ribosomal protein, mutasi rRNA 16S, dan inaktivasi obat melalui aksi sebuah monooxygenase
DAFTAR PUSTAKA

(1) Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Gayabaru, Jakarta
(2) Anonim, 2010, Tetrasiklin, Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Tetracycline,
diakses pada tanggal 25 April 2010
(3) Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Depkes RI, Jakarta
(4) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi 4, Depkes RI, Jakarta
(5) Anonim, 2007, Obat-Obat Penting Untuk Pelayanan Kefarmasian, Edisi Revisi,
Bagian Famasetika Fakultas Farmasi UGM, UGM-Press. Yogyakarta
(6) Anonim, 2008, MIMS Indonesia petunjuk konsultasi, Edisi 8, CMPMedica Asia Pltd,
Singapore
(7) Istriyati , Bejo Basuki, 2006, Pengaruh Pemberian Tetrasiklin Pada Induk Mencit
(Mus musculus L.) Terhadap Struktur Skeleton Fetus, Berkala Ilmiah
Biologi, Volume 5, Nomor 1, Juni 2006, halaman 45-50

You might also like