You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan system pencernaan yang terjadi pada manusia masih

beraneka ragam baik jenis, gejala klinis maupun penyebabnya. Pada

umumnya masalah gangguan pada system pencernaan disebabkan oleh

makanan, tumor, obstruksi, infeksi bakteri, penyumbatan usus dan hambatan

aliran lender ke sekum. Salah satu maslah dari gangguan system pencernaan

bagian bawah yang merupakan akibat dari obstruksi yang akan penulis bahas

dalam karya tulis adalah “Appendiksitis Akut” (Monica Estern, 2000).

Appendiks merupakan salah satu bagian organ saluran pencernaan,

namun masyarakat sering tabu dengan istilah Appendiks. Kadang-kadang

untuk menyebut Appendiksitis hanya disingkat dengan istilah “usus buntu”.

Usus buntu (Appendiks) merupakan organ yang berbentuk tabung dengan

panjang sekitar kurang lebih 18 cm (pada orang dewasa), lebarnya separuh

jari kelingking, jadi merupakan ruangan yang sangat sempit. Appendiks

berpangkal di sekum (perbatasan antara usus halus dan usus kasar). Dari

beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pada kebanyakan

kasus Appendiksitis didahului dengan ulserasi yang penyebabnya tidak

diketahui tetapi diperkirakn akibat virus, selain itu obstruksi juga bias menjadi

penyebab fekali atau masa lekat padat. Kfekali sering terjadi pada

masyarakat dengan konsumsi diet yang rendah serat. (Anderson Sylvia,

1995).
Penatalaksanaan yang paling penting pada klien dengan Appendiksitis

adalah operasi, biasanya operasi dilakukan sebelum terjadi perforasi.

Beberapa maslah keperawatan yang muncul pada pree of Appendikstomy

adalah timbulnya nyeri yang hebat pada abdomen kuadran kanan bawah dan

resiko terjadinya perforasi usus. Sedangkan masalah keperawatan yang

muncul saat post of Appendikstomy adalah nyeri yang diakibatkan luka bekas

operasi. Salah satu cara menanggulangi nyeri tersebut adalah kita sebagai

perawat adalah harus kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

analgesik.

Hal-hal yang melatarbelakangi pengambilan kasus ini karena masih

banyak klien Appendiksitis akut yang perlu mendapatkan perawatan dan

pengobatan di Rumah Sakit. Berdasarkan Data Rawat Inap Ruang Marwah

RSI Fataimah, klien Appendiksitis bulan januari 2006 sampai januari 2007 di

RSI Fatiamah Ruang Marwah ada 50 orang dan 25 orang diantaranya klien

Appendiksitis akut atau sekitar 25%. (Medical Racer RSI Fatimah. 2006).

Melihat begitu kompleksnya masalah keperawatan yang mungkin

timbul maka peran perawat sangat dibutuhkan dalam hal memberikan

asuhan keperawatan yang intensif. Peran perawat tersebut meliputi

pengawasan sedini mungkin terhadap klien Appendiksitis akut agar tidak

terjadi perforasi usus dengan perencanaan operasi segera. Selain itu perawat

juga berperan dalam memberikan informasi tentang pengertian, penyebab,

komplikasi yang bias ditimbulkan. Pentingnya perawatan bagi klien dan

memeberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognogsis, untuk itu

penulis mengambil kasus asuhan keperawatan pada Tu. R dengan Appendiks


akut Post Of Appendiksitomy. Selain itu perawatan setelah operasi sangat

dibutuhkan agar nyeri berkurang dan resiko infeksi tidak terjadi.

B. BATASAN MASALAH

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis membatasi pada asuhan

keperawatan pada Tu.R dengan gangguan appendilisitis akut post op

appendiktomy di Ruang Marwah Rumah Sakit Islam Fatimah yang dilakukan

pada tanggal 13 Januari sampai 15 Januari 2007.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Agar penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.R

dengan appendilisitis akut post op appendilitomy secara komprehensif.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang diharapkan dari penyusunan karya tulis ini penulis

mampu:

a. Mengkaji dan mengidentifikasi serta menganalisa data Tn.R dengan

appendilisitis akut post op appendilitamy untuk menentukan diagnosa

keperawatan.

b. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan trias konsep

kebutuhan manusia,sumber daya dan dana pada asuhan keperawatan

Tu.R dengan appendiksitis akut post of appendiktomy seperti

nyeri,gangguan kebutuhan istirahat dan tidur, gannguan aktifitas

berhubungan dengan kelemahan.


c. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan prioritas

diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.R.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana

keperawatan yang telah ditetapkan dengan tidak mengabaikan

sumber daya dan dana yang ada.

e. Melaksanakan evaluasi tindaakan keperawatan untuk mengetahui

sejauh mana pencapaian tujuan keperawatan yang telah ditentukan

pada Tu.R.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam bentuk karya tulis.

D. METODE PENULISAN DAN TEHNIK PENGUMPULAN DATA.

Metode yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode

deskriptif dengan melukiskan,memaparkan dan melaporkan keadaan suatu

obyek atau suatu peristiwa tanpa menarik suatu kesimpilan umum.

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistematik

tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data dikumpulkan

dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik, rekam medik ( Carol

Vesta Alleu, 1994 ).

Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.

1. Wawancara

Adalah menanyakan atau Tanya jawab yang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang

direncanakan ( Nursalam, 2001)


Tujuan wawancara dalam pengkajian data keperawatan adalah untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan , meningkatkan hubungan

perawat, klien dalam komunikasi, membantu klien untuk memperoleh

informasi, membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut

selama tahap pengkajian.

2. Observasi

Adalah mengamati prilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data

tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien , observasi

memerlukan suatu keterampilan disiplin dan praktek klinik sebagai bagian

tugas dari perawat.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik atau pengkajian fisik dalam keperawatan diperlukan

untuk memperoleh data obyektif dari riwayat keperawatan klien ,

pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan bersamaan dengan wawancara.

4. Dokumentasi

E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN KARYA TULIS.

BAB I : Pendahuluan yang tediri dari latar belakang, batasan

masalah,tujuan penilisan , metode penulisan dan teknik

pengumpulan data , sistematika penyusunan karya tulis.

BAB II : Tinjauan pustaka, yang terdiri dari konsep dasar dan

tinjauan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan,perencanaan,implementasi dan evaluasi yang

harus dilakukan.
BAB III : Tinjauan kasus, yang membahas laporan nyata dan langkah-

langkah dalam pelaksanaan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Pembahasan, yang menguraikan kesenjangan yang ada

dalamteori dengan kasus nyata yang ada secara keseluruhan.

BAB V : Penutup, yang terdiri dari keseimpulan dan saran, kesimpulan

dirumuskan untuk menyimpulkan tujuan dan merupakan inti

dari pembahasan sedangkan saran yang berisi tanggapan atas

butir-butir kesimpulan dan merupakan alternative pemecahan

masalah secara realistik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Appendiksitis adalah suatu peradangan Appendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut yang sifatnya mendadak karena suatu

penyumbatan disusul dengan proses peradangan (Sylfia Anderson,

1994:401).

Appendiksitis kronis adalah proses peradangan Appendiks yang

menimbulkan fibrosis yang meluas sepanjang Appendiks pada jaringan

Submukosa, sehingga obliterasi (kehilangan lumen), terutama dibagian tistal.

Dengan menghilangkan selaput lender pada bagian itu, maka radang akan

menahun pada seluruh lapisan dinding sepanjang Appendiks. (David,

1983:1076)

2. Etiologi

Secara khsus tidak ada penyebab yang spesifik dari Appendiks tetapi

kebanyakan terjadi karena adanya obstruksi pada lumen usus yang

disebabkan oleh :

a. Benda asing, yang meliputi :

- cacing oxyciris dermicularis (kremi), lumbri coides, trichinela spiralis.

- Biji jambu batu

- Biji cabe
- Batu kecil (krikil)

b. Infeksi yang disebabkan :

- bakteri streptococcus

- bakteri staphylococcus

- Echericia coli

c. Obstruksi yang disebabkan oleh fekolis (feser yang mengeras)

d. Hiperplasia jaringan limfoid

e. Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya

3. Anatomi dan Fisiologi Appendiks

Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada

manusia fungsinya tidak diketahui.pada Appendiks ini terdapat arteria

Appendikskularis merupakan “End-Artery”. Pada posisi normal Appendiks

terletak pada dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney dicari dengan

menarik garis spina iliaka anterior superior dextra ke umbilicus. Titik tengah

garis ini merupakan tempat pangkal Appendiks (Sylfia Anderson, 1994).

Pada orang dewasa panjang Appendiks mencapai 18 cm dan terbuka

kearah sekum sekitar 2,5 cm di bawah katup iliasekal. Appendiks mempunyai

lumen yang sempit.

Struktur Appendiks seperti usus yang lain yaitu terdiri dari serosa,

otot longitudinal dan sekuler, subucukosa dan mukosa. Letak Appendiks

bermacam-macam yaitu : antesekal, retrosekal, intrapelvikal, ante illial, retro

illial.
Fungsi Appendiks sampai saat ini belum diketahui, secara pasti. (Siti

Mufidanah, Kepala Ruang Marwah RSI Fatimah)

1
2

Keterangan :
Umbillikus
Titik Mc. Burney
Sias Dextra ( Patofisiologi, 1994)
Gambar : Titik Mc. Burney

Keterangan :

2/3 umbilikus, 1/3 Sias Dextra


4. PATOFISIOLOGI

Benda asing , infeksi oleh bakteri , fekalio ( feses yang mengeras)

Obstruksi

Mulkus yang diproduksi mukosa terbendung

Tekanan dalam lumen 

Sekresi mukosa appendiks Ganggauan aliran limfe

Tekanan intra lumen  Odema Kuman pada appendiks

Oedem dan iskemik appendiks Ulcerasi mukrosa appendiks Peradangan

Invasi Bakteri ke seluruh dinding


appendiks Mual
Gangguan peningkatan suhu

Merangsang peritorium parietale Gangguan kebutuhan nutrisi

Arterial appendiks Nyeri perut kanan bawah

Arteri tersumbat Gangguan rasa nyaman nyeri

Trombus arteri
Gangguan kebutuhan istirahat & tidur
Dinding appendiks oedemotus & rapih

Perforasi
Tindakan psikologis cemas
Tindakan operasi

Luka operasi pada kulit Resiko infeksi

Discontinuitas jaringan yang dioperasi

Gangguan rasa nyaman nyeri


5. Tanda dan Gejala

a. nyeri perut

b. Vomitus, anoreksia, nousia

c. Nyeri tekan dapat dijumpai pada Appendiks infiltrate

d. Konstipasi/diare

e. Suhu tubuh biasanya normal atau sedikit meningkat

6. Penatalaksanaan

1. sebelum operasi

a. Oservasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala

Appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi

ketat perlu dilakukan. Pasien diminta tirah baring dan dipuaskan. Laksatif

tidak boleh diberikan, bila dicurugai adanya Appendiksitis ataupun bentuk

peristiwa lainya. Pemeriksaan abdomen dan reotal serta pemeriksaan

darah (leukosit & hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan

toralis tegak dilakukan untuk mancari kemungkinan adanya penyakit lain.

b. Intubasi bila perlu.

c. Antibiotik.

2. Operasi Appendikstomy.(1-2 jam)

3. Pasca Operasi

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

pendarahan di dalam,syok,hipertermia atau gangguan pernafasan. Angkat

sonde lambung bila pasien telah sadar sebagai aspirasi cairan lambung
dapat dicegah.baringkan pasien dalam posisi fowlar.pasien dikatakan baik

bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.

4. Penatalaksanaan gawat darurat mengoprasi.

Bila tidak ada fasilitas bedah,berikan penatalaksanaan seperti dalam

peritonitis akut. Dengan demikian, gejala Appendiksitis Akut akan mereda

dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.

7. Komplikasi

- Peritonitis umum

- Tromboflebitis supuratif

- Perforasi Appendiks

- Abses sub frenikus

- Fokal sepsis intra abdominal

- Obstruksi Instestinal

B. Tinjauan Keperawatan

Langkah-langkah dalam proses keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan/ implementasi dari

evaluasi (Nasrul Effendy, 1995)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan dan merupakan

awal pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisa sehingga dapat diketahui maslah-masalah atau kebutuhan

klien dengan tujuan dapat memberikan asuhan keperawatan secara


komprehensif. Adapun data-data yang dapat diperoleh dari pengkajian

adalah sebagai berikut :

a. Biodata

Appendiksitis dapat menyerang pada segala umur, frekuensi

seimbang antara laki-laki dan permpuan kecuali pada usia pubertas

sampai usia 25 tahun yaitu pada laki-laki lebih besar dari perempuan

dengan resiko 3:2. factor lingkungan juga perlu dikaji untuk

mengetahui kebiasaan hidup seperti kebersihan diri dan lingkungan

serta jenis makanan yang dikonsumsi.

b. Keluhan Utama

Pada umumnya alasan utama klien masuk rumah sakit dengan

keluhan nyeri abdomen kuadran kanan bawah, mual dan muntah.

c. Riwayat Penyakit sekarang

Pada Appendiksitis akut nyeri epigastrium yang disertai mual muntah

menyebabkan nafsu makan menurun. Nyeri berpindah sekitar

umbililikus dan akhirnya nyeri yang dirasakan mulai makin menetap

diperut kanan bawah tepatnya dititik Mc. Burney. Nyeri berkurang bila

klien istirahat dengan posisi paha kanan ditekuk sedikit. Nyeri semakin

meningkat jika digunakan beraktivitas.

d. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Mungkin klien pernah sakit Appendiksitis pada waktu lalu sebelum

sakit yang sekarang merupakan kekambuhan dari sakit yang lalu

karena belum adanya pengobatan secara tepat. Selain hal-hal diatas,

mungkin klien pernah menderita sakit yang lain seperti : TB paru,


Campak, Tomur, cacing. Hal tersebut dapat merupakan penyebab

sumbatan Appendiks.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji pada klien Appendiksitis

yaitu adanya anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan

atau penyakit menular yang memungkinkan dapat mempengaruhi

timbulnya Appendiksitis.

f. Riwayat Psikosial

Dampak penyakit Appendiksitis biasanya klien mengalami kecemasan

terhadap penyakitnya, berpengaruh terhadap kebutuhan istirahat dan

tidur, adanya nyeri pada Appendiks menyebabkan gangguan rasa

nyaman.

g. Riwayat Spiritual

Semakin tinggi tingkat pengetahuan agama akan menambah

ketaqwaan terhadap Tuhan YME.

h. Aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas klien dengan Appendiksitis akan terganggu apabila

terasa nyeri yang terus menerus, tapi bila nyeri hilang klien dapat

beraktivitas tanpa gangguan. Pola makan dan minum sebelum sakit

tidak ada gangguan. Pada saat klien mengalami mual, muntah dan

nafsu makan sehingga dapat menimbukkan gangguan kebutuhan

nutrisi.pola tidur sebelum sakit tidak ada gangguan. Pada saat sakit

pad tidur terganggu karena adanya rasa nyeri atau psikologis klien.
Pola eliminasi mengalami konstipasi / diare. Kebersihan diri klien

biasanya tidak mengalami gangguan

i. Pemeriksaan fisik.

1) Keadaan umum

Keadaan umum klien lemah, tingkat kesadaran composmetis GCS

4,5,6 (15), tekanan darah normal sedangkan denyut nadi lemah

suhu tubuh dan pernafasan mengalami sedikit peningkatan

Karena adanya peradangan dan nyeri.

2) Pemeriksaan kepala dan leher

Pada pemeriksaan kepala ditemukan bentuk kepala, kulit, rambut

normal dan tidak mengalami kelainan. Pada pemeriksaan wajah

didapati warna kulit tidak pucat. Pemeriksaan mata, hidung dan

telinga normal dan tidak mengalami kelainan maupun penurunan

fungsi. Pada pemeriksaan leher tidak nampak pembesaran

kelenjar tiroid

3) Pemeriksaan Integumen dan Kuku

Keadaan Turgor kulit tidak mengalami penurunan, warna kulit

tidak mengalami gangguan, keadaan kuku tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan Thorax

Pada pemeriksaan thoraks didapati adanya peningkatan frekuensi

pernafasan karena nyeri yang dirasakan oleh klien. Pemeriksaan

jantung tidak ada pulsasi, Ictus coordis tidak lebih dari Ictus

Cordis V-VI Mid clavikula, denyut jantung kurang dari 100 X/menit

regular.
5) Pemeriksaan Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan pada titik Mc.

Burney. Tekan pelan-pelan pada sisi abdomen dan lepas secara

tiba-tiba klien akan nyeri pada daerah Appendiks. Tekan pada

kuadran kiri bawah nyeri akan menjalar ke kuadran kanan bawah.

Terasa nyeri bila dengan fleksi pada sendi lutut punggung tungkai

atas kanan di Endorotasikan. Bising Usus 5-35 X/menit.

6) Pemeriksaan Musculo Skeletal

Pada Appendiksitis tidak mengalami penurunan kekuatan otot

7) Pemeriksaan Neurologis

Perlu pengkajian tingkat kesadaran klien apakah klien mengalami

gangguan rangsangan otak, persepsi sensorik adanya rasa nyeri

karena proses peradangan Appendiks.

8) Pemeriksaan Genetalia

Pemeriksaan yang bias dilakukan adalah RT (Rectal Touche).

J. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Darah

Pemeriksaan darah lengkap rutin akan menunjukkan tanda pasti

Appendiksitis, misalnya leukosit, trombosit LED, hematokrit.

b) Urin

Pemeriksaan urin dilakukan untuk membedakan antara

Appendiks dan kelaianan ginjal yaitu adanya proteinuria pada

kelaianan ginjal.
2) Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen dilakukan bila hasil fisik dari riwayat penyakit

meragukan, yaitu membedakan antara Appendiks dengan usus

halus atau batu ureter kanan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengindentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. (Capernito, 2000).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Post Of Appendikstomy yaitu:

a. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan kulit yang ditandai

dengan nyeri pada luka operasi.

b. Gangguan kebutuhan istirahat tidur barhubungan dengan nyeri.

c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake menurun

d. Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

e. Resiko tinggi terjadi infeksi b/d luka bekas operasi.

3. Perencanaan

Rencana keperwaan adalah suatu dokumentasi tulisan tangan dalam

menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi. Sebagai mana sebelumnya

rencana keperawatan merupakan metode komunitas tentang asuhan

keperawatan kepada klien (Nursalam, 2000).


Perencanaan pada kasus klien dengan Appendiksitis sesuai dengan urutan

masalah yang telah diprioritaskan adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan kulit yang ditandai

dengan nyeri pada luka operasi.

- Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keparwatan

dan pengobatan selama 3x24 jam.

- Kriteria hasil :

a. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang


T = 130 / 80 mn hg
b. Keadaan umum baik N = 96 x / menit
Rr = 24 x / menit
c. Klien tidak lagi menahan sakit

- Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarganya.

Rasional : pandekatan yang baik akan menjalin kerja sama yang

baik

dalam tindakan keperawatan.

2. Jelaskan penyebab nyeri

Rasional : Penjelsan yang tepat pada klien dan keluarganya

akan membuat mereka paham dan mengerti

sehingga dapat mengurangi nyeri.

3. Ajarkan distraksi (menonton TV, diajak ngobrol oleh keluarga). Dan

ajarkan relaksasi (Otot-otot kaki dirilekskan)

Rasional : distraksi dapat mengalihkan respon nyeri dan

relaksasi dapat memberikan rileks pada klien sehingga

nyeri berkurang.
4. Kaji tingkat nyeri

Rasional : Tingkat nyeri menggambarkan skala nyeri yang

diderita klien

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

Rasional : Analgesik dapat menekan ujung saraf tepi sehingga

nyeri berkurang

b. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri.

- Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi setelah dilakukan keperawatan

Selama 3x24 jam.

- Kriteria hasil :

> Klien dapat tidur dengan nyaman


> Mata tidak sayu dan merah
> Mulut tidak menguap
> Tidur 7-8 jam

- Intervensi :

1. Jelaskan pentingnya istirahat tidur

Rasional : istirahat dan tidur yang cukup dapat membantu

pemenuhan kondisi klien

2. Ciptakan lingkungan yang terapiutik

Rasional : lingkungan yang terapentik dapat memberikan rasa

nyaman dan aman pada klien

3. Atur posisi yang nyaman

Rasional : Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri yang

diraskan klien
4. Diskusikan kemungkinan penyebab gangguan kebutuhan istirahat

dan tidur

Rasional : Untuk mengetahui penyebab gangguan istirahat dan

Tidur klien dapat mempermudah penanganan

selanjutnya.

c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

menurun

- Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pemenuhan nutrisi

terpenuhi.

- Kriteria standart :

- diet yang diberikan dapat dihabiskan

- tidak ada penurunan berat badan

- klien tidak lemah

- Intervensi dan rasional :

1. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi

bagi kesehatan klien

Rasional : penjelasan yang tepat menjadi transfer pendidikan

klien dan perawat.

2. Anjurkan pada klien membersihkan mulut sebelum dan sesudah

makan

Rasional : buruknya toleransi terhadap makanan banyak

mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan

intra abdomen
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

Rasional : makanan hangat dan menarik menumbuhkan selera

Makan dan mengurangi rasa tidak enak pada

lambung

4. Berikan diet sesuai dengan kondisi klien

Rasional : diet yang sesuai dengan kondisi klien menghindari

pendarahan khusus/ perforasi usus

5. Berikan diet porsi kecil tapi sering

Rasional : porsi kecil tapi sering membuat klien tidak enak dan

muntah

d. Aktivasi berhubungan dengan kelemahan

- Tujuan : Setelah menjelaskan pada klien pentingnya aktivitas selama

15 menit klien dapat mengerti dan berusaha beraktivitas

sesuai kondisi

- Kriteri Hasil:

a. Klien mengatakan badanya segar

b. Klien dapat beraktivitas penuh

c. Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara

mandiri

d. Ekspresi wajah klien rileks

- Intervensi

1. Lakukan pendekatan dengan klien atau keluarga.

Rasional : Pendekatan dapat membuat klien kooperatif


2. Observasi tingkat ketergantungan klien

Rasional : dengan diketahuinya tingkat ketergantungan klien,

Dapat memudahkan melaksanakan intervensi

selanjutnya

3. Beritahu keluarga untuk membantu klien memenuhi aktivitas sehari-

hari seperti : makan, minum, personal hygiene memotivasi untuk

melakukan aktivitas sendiri

Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien dapat

memotivasi untuk melakukan aktivitas sendiri

4. Dekatkan pada klien barang-barang yang diperlukan klien sehari-

hari

Rasional : memudahkan klien untuk menjangkau keperluan

sehari- harinya

5. Motivasi dan anjurkan pada klien untuk latihan aktivitas secara


bertahap
Rasional : Aktivitas bertahap mencegah atau menghindari
kelelahan klien
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan denga luka bekas operasi

Tujuan : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Kriteria standart :

- Luka sembuh tanpa ada tanda-tanda infeksi

- Keadaan umum baik

- TTV dalam keadaan normal

T= 120 /80 mmHg

N= 80x / menit
RR= 20 x/ menit

S= 36,50 C

Intervensi dan Rasional :

1. Monitor TTV

Rasional : Perubahan TTV yang mencolok merupakan salah satu

indikasi infeksi

2. Monitor cairan keluar drainase, catat warna, bau, konsistensi

Rasional : Infeksi memberikan perubahan pada cairan yang

keluar pada luka post operasi

3. Observasi luka dari warna, kemerahan, pembengkakan dan

pembentukan pus.

Rasional : Mengetahui secara dini terjadinya infeksi sehingga

menentukan tindakan selanjutnya

4. Pertahankan kesterilan dalam perawatan luka

Rasional : mempercepat kesembuhan dan mencegah infeksi

5. Anjurkan untuk minum 2000 – 3000 cc / hari

Rasional : Untuk menjaga keseimbangan tubuh dan kesehatan klien

6. Beri penjelasan pentingya makanan dan anjurkan klien menghabiskan

dietnya

Rasional : Klien mengetahui pentingnya nutrisi bagi


kesembuhan sehingga klien kooperatif
7. Anjurkan pada klien kebersihan tangan dan tidak menggaruk luka

Rasional : Untuk mempercepat kesembuhan klien dan mencegah


infeksi
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tindakan

keperawatan tersebut dapat sebagian dilakukan oleh klien sendiri, oleh

perawat secara mandiri atau mungkin secara kerjasama dengan anggota

kesehatan lain.

Pelaksanaan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis akut post operasi


Appendikstomy disesuaika dengan rencana yang telah disusun, sehingga
proses keperawatan bisa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang

kegiatanya dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan klien, perawat

dan tim kesehatan lain. Tolak ukur keberhasilan evaluasi ditentukan dengan

tujuan, kriteria standart dalam menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan terdiri 3 tujuan, yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian

dan tujuan tidak tercapai. Hal ini untuk memberikan umpan balik terhadap

rencana asuhan keperawatan guna meningkatkan mutu pelayanan yang

diberikan serta hasilnya dengan kriteria standart yang telah ditentukan.

Evaluasi pada klien dengan Appendiksitis akut post operasi Appendikstomy

dilakukan setelah tindakan keperawatan pada diagnosa yang muncul yaitu

klien merasakan nyeri berkurang, kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi,

dan aktivitas klien penuh.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Nama : Tn. T

b. Umur : 44 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Suku/bangsa : jawa/ Indonesia

f. Alamat : Jln. Mawar No. 40 Banyuwangi.

g. Pekerjaan : Petani

h. No Register : 53400

i. Tanggal MRS : 28 Januari 2007

j. Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2007

k. Diagnosa Medis : Infark Miocard Acut

Biodata penanggung jawab

a. Nama : Tn. S

b. Umur : 34 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Pendidikan : Guru

e. Agama : Islam

f. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

l. Alamat : Jln. Mawar No. 40 Banyuwangi.


2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit.

a. Keluhan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri tembus punggung yang

berlangsung  30 menit.

b. Keluhan Saat Pengkajian

Pasien mengatakan dadanya terasa sesak dan tersengah-engah dan

seperti tertindih benda berat menjalar sampai punggung.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Satu minggu yang lalu, pasien mengatakan saat berolahraga

dadanya terasa sesak dan pasien pingsan, kemudian pada tanggal 28

Januari 2007 pasien merasakan lagi sesak yang tambah berat dan

terengah-engah pada saat mendorong sepeda. Akhirnya pasien di rujuk

ke poli jantung RSUD Blambangan dan ditandai oleh dr. Didit dan

dianjurkan untuk rawat inap ICU, di ICU mendapat terapi cedocard drip,

infus RL 10 tetes/ment, ulsikur 2 x 1 ampul, fraxepanu 2 x 0,4 mg,

indespil 2 x 5 mg, diazepam 2 x 2 mg.

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang di

deritanya saat ini dan sebelumnya tidak pernah memiliki latar belakang

penyakit pendukung seperti hipertensi, kolesterol dan yang lainnya..

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah

menderita penyakit jantung, istri pasien pernah menderita penyakit asma.


6. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual

a. Riwayat Psikososial

Sebelum MRS pasien mengatakan tidak mengyangka kalau

penyakitnya akan seperah ini karena menurutnya hanya sakit masuk

angin biasa dan mengenai kelima panca indra pasien tidak mengalami

gangguan setelah MRS pasien mengatakan penyakitnya sudah parah.

b. Riwayat Sosial

Sebelum MRS pasien mengatakan hubungan pasien dengan

keluarga masyarakat dirumahnya baik dan pasien berperan sebagai

kepala rumah tangga. Sedangkan pasien di masyarakat tidak

mengikuti kegiatan apapun, setelah MRS hubungan pasien dengan

keluarga tetapharmonis hanya perannya berubah lain pasien harus

opname di rumah sakit. Pasien sebelumnya mengikuti olahraga.

c. Aspek Spiritual

Sebelum MRS pasien mengatakan beraga islam dan taat

menjalankan ibadah, setelah MRS pasien tidak pernah melakukan

ibadah sholat karena rasa nyeri dialami, tapi pasien selalu berdoa

kepada Tuhan-Nya.

7. Kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

1) Sebelum sakit

Sebelum MRS pasien mengatakan makan 3x/hari pagi jam

07.00 WIB, makan siang jam 12.00 WIB dan makan malam

setelah sholat magrib habis satu porsi/tidak ada gangguan.


Minuman yang disukai air putih 800 cc-1liter/hari. pasien suka

makan melinjo dan makan gorengan.

2) Saat sakit

Setelah MRS pasien makan makanan yang disediakan rumah

sakit dengan dibantu keluarga/perawat dengan diit BH TKTP 3 kali

perhari habis setengah porsi, minum air putih 800-1 liter/hari

komposisi BH TKTD antara lain bubur halus, gula merah yang

dimasak, telur, susu dan biskuit.

b. Pola Eliminasi

1) Eliminasi BAB

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan BAB 1 kali perhari dengan feces lembek,

berwarna kuning, dan bau khas feces.

b) Saat Sakit

Selama sakit pasien belum pernah BAB.

2) Buang Air Kecil (BAK).

a) Sebelum Sakit

Sebelum MRS pasien BAK 3 – 4 kali perhari lancar, warna

kuning jenih, bau khas urine.

b) Saat sakit

Saat sakit pasien mengatakan buang air kecil 3 – 4 x/hari

lancar, warna kuning pekat, dan kira-kira sebanyak

1500cc/hari.
c. Pola Kebersihan Diri

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan biasa mandi 2x/hari dan gosok gigi pada

saat mandi pagi dan sore juga pada saat sebelum tibur dan pasien

keramas dua hari sekali, ganti pakaian satu kali sehari.

2) Saat sakit

Pasien mengatakan hanya diseka air hangat 2x/hari, gosok

gigi 2 kali sehari, dan pasien belum pernah keramas selama di

rumah sakit, pesien ganti pakaian satu kali sehari.

d. Pola Latihan, Aktifotas dan Bermain.

1) Sebelum sakit

Pasien mampu melakukan aktivitasnya sebagai pegawai

kantor dengan baik dan dirumahpun aktivitasnya juga baik tanpa

memerlukan bantuan dari orang lain.

2) Saat sakit

Pasien tidak mampu melakukan semua aktivitasnya karena kondisi

fisik sangat lemah dan pasien hanya berbaring di tempat tidur

e. Pola Istirahat dan Tidur

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidur 7-8 jam per hari. Pada malam hari mulai

tidur jam 21.00 WIB sampai dengan 04.00 WIB pagi. Sedangkan

pada siang hari tidak tentu kadang tidur kadang tidak. Pada waktu

tidur pasien tidak mengalami gangguan.


2) Saat sakit

Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri pada luk operasi dan

hanya tidur 3-4 jam pada malam hari mulai jam 23.00 WIB sampai

jam 03.00 pagi sedangkan siang hari klien tidak bisa tidur.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Keadaan sakit

Keadaan klien lemah, kesadaran compos metis 6 cs 4,5,6 (15)

kadang-kadang klien meringis dan menahan sakit bekas operasi,

klien gelisah dan ekspresi cemas, klien terlihat bolak-balikkan

badan dan saat tidur sering terbangun.

b. Tanda-tanda Vital

T = 130/80 mm Hg

RR = 24 x / menit

N = 96 x / menit

S = 37,8 oC

c. Pemeriksaan Cepalo Caudal

1) Kepala dan Rambut

a) Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada luka, ubun-ubun

tidak cekung

b) Rambut berwarna hitam, tidak rontok, agak kusam dan tidak

bau.
2) Hidung

a) Inspeksi Hidung simetris, lubang hidung bersih dan tidak ada

sumbatan atau secret, dan tidak ada perdaraha

b) palpasi : septum nasal tepat berada di tengah

3) Telinga

a) Inspeksi : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, ukuran

sedang, tidak adaaa perdarahan, tidak ada penurunan

pendengaran

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada tulang maxloid tidak

teraba massa.

4) Mata

a) Inspeksi : Simetris, conjunctiva hiperemi dan sayu, selera

tidak acterus, pupil isokor, tidak ada penurunan ketajaman

penglihatan.

5) Mulut, gigi, lidah, tonsil, dan pharing

Bibir agak kering, tidak ada luka, tidak ada karang gigi, warna

lidah merah muda, tidak ada pembesaran pada tonsil, pallatum

mole normal, uvula tidak hiperemi ada nyeri telan.

6) Leher dan tenggorokan

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada

nyeri telan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.


7) Dada / Thoraks

a) Pemeriksaan paru

- Inspeksi : Bentuk dada simetris, diameter anterior

posterior 1 : 2, frekuensi respirasi 20x/mnt,

pernafasan reguler, tidak ada retraksi inter

contae, tidak ada lesi dan tidak ada

peradangan.

- Palpasi : Vocal fremitus antara kanan dan kiri sama,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan

krepitasi.

- Perkusi : Paru terdengar suara resonan, tidak

terdengar suara pekak yang diakibatkan

karena adanya suatu massa.

- Ausluktasi : suara vesikuler terdengar disemua paru,

Inspirasi > Ekspirasi, tidak ada suara

tambahan seperti ronchi, rales

b) Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Tidak ada kesi pada dada, tidak tampak ictus

condis di ICS 5.

- Palpasi : Teraba Ictus Condir di ICS 5 mid clavikula line

sinistra 2cm dari sternum


- Perkusi : Suara jantung terdengar pekak, batas bawah

ICS 5 dan batas atas ICS 2, batas kanan :

line sternalis dextra, batas kiri : line mid

clavicula sinistra.

- Auskultasi : bunyi jantung I dan II tunggal, tidak ada

suara tambahan seperti “mur-mur”.

8) Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Bentuk abdomen datar, peregangan abdomen

tidak ada, terdapat luka bekas operasi,di kanan

bawah dengan panjang ± 4 cm

- Ausluktasi : Terdengar peristaltic usus 8x/mnt.

- Palpasi : Nyeri pada daerah bekas operasi

- Perkusi : Terdengar suara tympani

9) Ektrimitas, kuku dan kekuatan otot.

Tidak ditemukan kelainan bentuk/cacat pada ektrimitas atas

maupun ekstrimitas bawah, tidak ada lesi pada ekdtrimitas.

Kekuatan otot 5 5
5 5
10) Pemeriksaan Neurologi

Penilaian status neurology dengan GCS 4,5,6. compos mentis,

fungsi sensori dalam batas normal.

9. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium pree Appendikstomy tanggal 13 januari 2007

a. Hb = 12,7 mg/dl
b. Hematokrit = 35,7 %

c. Leukosit = 13,500/cmm

d. Trombosit = 163.000/cmm

f. Hitung jenis = (-/-/-/65/35/-)

g. Waktu Perdarahan (duke) =5

h. Waktu pembekuan (Lee & White) = 10

i. Kadar gula acak = 102

j. Urea/BUN = 45

k. Kretinin = 1,0

l. Asam urat = 5,2

m. Faal hati

Bilirubin - Direk = 0,2

- Total = 0,9

n. SGOT = 55

o. SGPT = 61

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan/terapy untuk klien post of Appendikstomy meliputi :

a. Infus RL 20 tetes/mnt.

b. Injeksi afotaxim 3x1, lewat IV

c. Injeksi ulsiliur 3x1 , lewat IV

d. Injeksi antalgin 3x1, lewat IV

11. Harapan klien/keluarga sehubungan dengan penyalkitnya


Klien dan keluarganya berharap dan selalu berdo’a supaya cepat sembuh

dan segera pulang kerumah.

ANALISA DATA

Nama Px : Tn. R
No. Reg :-
No. Kelompok Data Masalah Etiologi
1 Ds : Gangguan rasa Pembedahan
klien menyatakan nyeri pada luka nyaman nyeri
operasi saat dibawa gerak (sedang) Discontinuitas
DO : jaringan kulit
- K/u bawah
- klien merintih menahan sakit disaat Nyeri
gerak sedikit
- Terdapat luka operasi di perut
kanan bawah
- TTV
T : 130/mmHg, S: 37,80c
N : 96x/mnt, RR : 24x/mnt
- Gerakan berhati-hati

2 Ds : Gangguan Pembedahan
- klien menyatakan sulit tidur karena kebutuhan
menahan nyeri pada daerah istirahat Discontinuitas
operasi jaringan kulit
- klien mengatakan hanya tidur 3-4
jam Nyeri
DO :
- K/u lemah Gangguan
- selera hiperemi kebutuhan istirahat
- mata sayu dan tidur
- klien sering menguap
- disaat tidur sering terbangun

3 Ds : Gangguan Penurunan
klien mengatakan badanya masih aktivitas komponen sekuler
terasa panas untuk suplai O2 dan
DO : nutrisi
- klien tidak dapat aktivitas penuh
karena karena nyeri pada daerah Perfusi jaringan
bekas operasi
- untuk memenuhi kebutuhan sehari- Kelelahan/malaise
hari klien dibantu perawat/keluarga
Gangguan aktivitas
- ekpresi wajah klien tampak
menahan sakit
- aktivitas klien sehari-hari terganggu
karena badanya lemas.

DAFTAR MASALAH

Nama Px : Tn. R
No. Reg :-
TGL Muncul Diagnosa Keperawatan TGL Teratasi TT
13 januari 2007 Gangguan rasa nyaman nyeri (sedang) 15 Januari 2007
berhubungan dengan discontinuitas
jaringan kulit yang ditandai dengan :
- Nyeri pada luka operasi
- K/U lemah
- Klien merintih menahan sakit
- Terdapat luka operasi
- TTV :
T : 130/mmHg, RR : 24x/mnt
N : 96x/mnt, S: 37,80c

13 januari 2007 Gangguan kebutuhan istirahat tidur 15 Januari 2007


berhubungan dengan nyeri yang ditandai
dengan :
- klien mengatakan sulit tidur pada
daerah operasi
- klien mengatakan hanya tidur 3-4 jam
- K/U lemah
- selera hipermis
- mata sayu
- klien sering menguap

13 januari 2007 Gangguan aktivitas berhubungan dengan 15 Januari 2007


kelemahan, ditandai dengan :
- Klien mengatakan badanya masih
terasa lemah
- Klien mengatakan nyeri pada daerah
bekas operasi
- Klien tidak dapat aktivitas penuh
karena nyeri pada daerah bekas
operasi
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari klien dibantu oleh
keluarga/perawat.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Px : Tn. R
No. Reg :-
Tgl No Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional TT
13- 1 Nyeri - klien mengatakan 1. lakukan pendekatan pada 1. pendekatan yang baik akan menjalin
01-‘07 berkurang sudah merasa klien dan keluarganya kerja sama yang baik dalam tindakan
setelah tidak nyeri pada keperawatan
dilakukan luka operasi 2. jelaskan penyebab nyeri 2. penjelasan yang tepat pada klien dan
tindakan - keadaan umum keluarga akan membuat mereka
keperawatan membaik / tapi paham dan mengerti sehingga dapat
dan segar mengurangi nyeri
pengobatan - klien tidak lagi 3. ajarkan distraksi (melihat 3. distraksi dapat mengalihkan respon
selama 3x24 menahan sakit nyeri dan relaksasi dapat memberikan
TV, diajak ngobrol oleh
jam saat aktivitas rileks pada pasien sehingga nyeri
- TTV : keluarga) dan juga relaksasi berkurang
T= 120/80 mm Hg
(otot-otot kaki rileks)
N= 80x/mnt
RR = 20x/mnt 4. kaji tingkat nyeri 4. tingkat nyeri menggambarkan skala
S= 36,5 c0
nyeri yang diderita
5. laksanakan hasil kolaborasi 5.analgesic dapat menekan ujung saraf
dengan tim medis dalam nyeri sehingga nyeri berkurang
pemberian analgesic
(antalgin) 6.mobilisasi bertahap dapat melancarkan
6. ajarkan klien mobilisasi sirkulasi darah
bertahap
7.nutrisi yang baik dapat mempercepat
7. beri nutrisi/gizi yang baik penyembuhan luka
sesuai diet
13- 2 Istirahat dan -klien tidur dengan 1.jelaskan pentingnya istirahat 1.istirahat tidur yang cukup dapat
01-‘07 tidur nyaman tidur membantu pemulihan kondisi klien
terpenuhi -Kedaan umum baik 2.Ciptakan lingkungan yang 2.lingkungan yang terapintik dapat
setelah -selera tidak terapintik memberikan rasa nyaman pada klien
dilakukan hipermis, maka tidak 3.atur posisi yang nyaman 3.posisi yang nyaman dapat mengurangi
tindakan sayu nteri yang dirasakan klien
keperawatan -tidur 7-8 jam 4.diskusikan tentang penyebab 4.mengetahui penyebab gangguan tidur
selama 3x24 dan gangguan istirahat tidur klien dan dapat mempermudah
jam penanganan selanjutnya
5. Beritahu keluarga agar 5.pengunjung yang terbatas/sedikit akan
mengurangi jumlah membuat klien istirahat dengan
pengunjung nyaman

13- 3 Setelah -klien mengatakan 1.lakukan pendekatan dengan 1.pendekatan dapat membuat klien
01-‘07 menjelaskan badanya segar klien/keluarga kooperatif
pada klien -klien dapat 2.observasi tingkat 2.dengan diketahuinya tingkat
pentingnya beraktivitas penuh ketergantungan klien ketergantungan klien dapat
aktivitas, -klien dapat memudahkan melakukan intervensi
selama 15 memenuhi selanjutnya
menit klien kebutuhan sehari- 3.beritahu keluarga untuk 3.dengan melibatkan keluarga klien
dapat hari secara mandiri membantu klien memenuhi dapat memotivasi untuk melakukian
mengerti dan -ekspresi wajah klien aktivitas sehari-hari seperti : aktivitas sendiri
berusaha rileks makan, minum, personal
beraktivitas hygiene
sesuai kondisi 4.dekatkan pada klien barang- 4.memudahkan klien untuk menjangkau
barang yang diperlukan keperluan sehari-harinya
klien sehari-hari 5.aktivitas bertahap mencegah atau
5.motivasi dan anjurkan pada menghindari kelelahan klien
klien untuk latihan aktivitas
secara bertahap
CATATAN KEPERAWATAN

TGL Jam No Tindakan Keperawatan TT


Dx
13 jan 1 1. melakukan pendekatan pada klien dan keluarga
2007 2. menjelaskan penyebab nyeri
3. mengajukan distraksi (melihat TV,
mendengarkan musik) dan relaksasi (otot-otot
kaki direlakskan)
4. mengkaji tingkat nyeri
5. melaksanakan hasil kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian anlgesik (antalgin)

14 jan 2 1. menjelaskan pentingnya istirahat tidur


2007 2. menciptakan lingkungan tang terapintik
3. mengatur posisi yang nyaman
4. mendiskusikan tentang penyebab gangguan
istirahat

15 jan 3 1. melakukan pendekatan dengan klien atau


2007 keluarga
2. observasi tingkat ketergantungan klien
3. membantu dan mengajarkan pada keluarga
untuk membantu klien memenuhi aktivitas
sehari-hari seperti : makan, minum, personal
higiene
4. mendekatkan pada klien barang-barang yang
diperlukan oleh klien sehari-hari
5. motivasi dan ajarkan pada klien untuk latihan
aktivitas secara bertahap
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Px : Tn. R
No. Reg :
No 13 Januari 2007 14 Januari 2007 15 Januari 2007
Px
1 S: S: S:
- klien mengatakan nyeri pada luka operasi - klien mengatakan nyeri sedikit - klien mengatakan nyeri pada luka
O : keadaan umum bawah berkurang operasi sudah hilang
- klien tampak menahan rasa sakit O: O:
- terlihat luka pada perut kanan bawah - keadaan umum cukup - Keadaan umum baik
A : masalah belum teratasi - klien sedikit menahan rasa sakit - klien sudah tidak menahan sakit
P : lanjutkan intervensi 2,3,4,5 - terlihat luka pada perut kanan - terlihat luka pada perut kanan
bawah bawah
A : masalah teratasi sebagian A : masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5 P : Intervensi dipertahankan
2 S: S: S:
- Klien mengatakan sulit tidur karena - Klien mengatakan tidurnya agak - Klien mengatakan tidurnya nyaman
menahan rasa sakit nyaman karena nyeri berkurang karena tidak merasakan nyeri
- Klien mengatakan hanya tidur 3-4 jam - Klien mengatakan tidur 5-6 jam - Klien mengatakan tidur 7-8 jam

O: O : keadaan umum cukup O : keadaan umum baik


- keadaan umum lemah - kunjungtiva Hiperemi - kunjungtiva Hiperemi
- kunjungtiva Hiperemi - mata tidak sayu - mata tidak sayu
- mata sayu - klien tidak sering menguap - klien tidak sering menguap
- klien tampak sering menguap - TTV : - TTV :
- TTV : T = 120/70 mm Hg T = 120/80 mm Hg
T = 130/80 mm Hg N = 86x/mnt N = 80x/mnt
N = 92x/mnt RR= 24x/mnt RR= 20x/mnt
RR= 24x/mnt S = 370c S = 36,5 0c
S = 37,8 0c A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi
A: Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2,3,4 P : Interensi dipertahankan
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
3 S: S: S:
- Klien mengatakan keadaanya masih terasa - Klien mengatakan masih lemah - Klien mengatakan sudah lebih baik
lemas - Klien mengatakan nyeri pada - Klien mengatakan nyeri pada daerah
- Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi daerah bekas operasi berkurang bekas operasi sudah hilang
O: O: O:
- Klien tidak dapat beraktivitas karena nyeri - Klien bisa beraktivitas - Klien bisa beraktivitas dengan lancar
pada daerah bekas operasi - Untuk memenuhi kebutuhanya - Untuk memenuhi kebutuhanya
- Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klien klien masih dibantu sendiri tanpa bantuan
dibantu oleh keluarga/perawat keluarga/perawat keluarga/perawat
- Ekspresi wajah klien tampak menahan sakit - Ekspresi wajah klien masih nampak - Ekspresi wajah klien rileks
A : Masalah belum teratasi menahan rasa sakit A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 A : Masalah teratasi sebagian P : Hentikan intervensi
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan secara nyata pada Tn.R yang

mengalami appendiksitis akut post cp appendiktanya, kemudian membandingkan

dengan landasan teori yang tercantum dalam Bab II, telah ditemukan beberapa

kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang dapat penulis uraikan sebagai berikut :

A. Pengkajian

1. Post operasi

Pada pengkajian keluhan utama secara teori dijelaskan bahwa gejala awal

dari appendiksitis akut adalah rasa nyeri pada daerah titik Mc Burnay, juga

adanya rasa mual dan muntah. Pada kasus nyata keluhan utama Tn.R adanya

nyeri pada daerah titik Mc Burnay atau daerah perut bagian kanan bawah dan

keluhan utama saat pengkajian adanya nyeri pada daerah bekas operasi, akan

tetapi klien tidak tidak mengalami mual dan muntah hal ini mungkin karena klien

menganggap Cuma sakit biasa dan klien tetap beraktivitas. Pengkajian pola

aktivitas sehari-hari klien appendiksitis akut pada teori dijelaskan bahwa klien

mengalami ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi oleh karena itu klien merasa

mual dan muntah sehingga menurunkan nafsu makan. Sedangkan dalam kasus

nyata klien hanya mengalami penurunan porsi makan dari sebelum sakit karena

merasa nyeri pada daerah abdomen….kanan bawah dan setelah oprasi nyeri

yang dirasakan pada daerah bekas operasi.

Secara teori juga dijelaskan bahwa aktifitas eliminasi disebutkan biasanya

terjadi boustipasi dan kadang terjadi diare, sedangkan dalam kasus nyata klien

tidak mengalami boustipasi pada aktivitas klien cukup meskipun agak berkurang
karena rasa nyeri, sehingga peristaltik usus masih dalam batas normal dan

intake makanan klien diimbangi minum air putih yang cukup banyak, jadi

meskipun terjadi reabsonbsi yang terus-menerus pada colon, feces tidak

mengeras sehingga konstipasi tidak dialami oleh klien.

Pada pemeriksaan penunjang secara teori dilakukan pemeriksaan

labolaturium yaitu pemeriksaan darah, pemeriksaan urin dan radiology yaitu foto

polos abdomen. Sedangkan pada kasus nyata pemeriksaan radiology dan foto

polos tidak dilakukan, hal ini disebabkan karena dengan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan labolaturium, diaknosa appendiksitis sudah bisa diketahui. Dalam

pemeriksaan darah pada teori disebutkan adanya leokositosis yaitu 10.000 –

15.000/cmm, tetapi pada kasus nyata klien tidak mengalami peningkatan

leukosit dalam darah. Hal ini disebabkan karena itu sudah mendapatkan terapi

sebelumnya.

B. Diagnosa keperawatan

Secara teori diaguosa keperawatan pada post oprasi yang muncul adalah

gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah, gangguan

terjadinya infelesi, berhubungan dengan proses infasis, insisi bedah. Sedangkan

pada kasus nyata diagnosa yang muncul pada klien tidak sesuai dengan teori, yaitu

gangguan rasa nyaman nyeri (sedang) berhubungan dengan post pembedahan, hal

ini disebabkan karena luka bekas oprasi, ganguan istirahat tidur berhubugan dengan
nyeri. Hal ini di sebabkan karena nyeri bekas oprasi, dan gangguan aktifitas

berhubungan dengan kelemahan.

C. Perencanaan

Pada umumnya perencanaan dalam teori dan prektek tidak banyak

perbedaan dimana setiap perencanaan berorienitasi pada masalah dan etiologi yang

ada.

Adapun pada perencanaan ada diaguosa lain yang muncul dalam kasus

pada prinsipnya sama dengan teori disesuaikan dengan kondisi klien dan srana

kesehatan yang ada.

D. Pelaksanaan

Untuk memudahkan evaluasi hasil yang di capai maka Digunakan standart

dengan menyesuaikan situasi dan kondisi baik di jangkau dari segi klien yang

meliputi fisik, psikologis dan sosial eknomi maupun dari segi penyediaan sarana

yang ada di rumah sakit misalkan dalam memberikan penjelasan mengenai

tindakan yang akan dilakuikan, hal ini disesuaikan dengan pendidikan klien dan

bahasa yang digunakan sehingga klien dapat mengerti dan menerima penjelasan

yang diberikan.

E. Evaluasi

Untuk memudahkan evaluasi hasil yang dicapai maka digunakan standart

dari kriteria Yang sesuai dengan tinjauan evaluasi yang didapat.


1. Klien yang semula mengalami rasa nyeri (sedang) setelah dilakukan tindakan

perawatan kurang lebih 3x 24 jam nyeri dapat berkurang sampai hilang.

2. Klien yang semula mengalami gangguan istirahat tidur setelah dilakukan

tindakan keperawatan 3x 24 jam klien dapat istirahat dengan nyaman.

3. Klien yang semula mengalami gangguan aktifitas karena keluhan, setelah

dilakukan penjelasan kepada klien selama 15 menit klien dapat mengerti dan

berusaha aktifitas sendiri.

Dari ketiga diagnosa yang muncul yang dapat diatasi seluruhnya adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuietas jaringan kulit Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama kurang lebih 3x 24 jam nyeri dapat berkurang

sampai hilang dapat teratasi tanggal 15 januari 2007 ditandai dengan klien

mengtakan sudah tidak nyeri lagi pada luka operasi.

2. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan nyeri setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama kurang lebiah 3x 24 jam klien dapat

beristirahat dengan nyaman dapat teratasi tanggal 15 januari 2007 ditandai

dengan klien mengatakan tidur dengan nyaman.

3. Aktifitas berhubungan dengan kelemahan, setelah diberikan penjelasan

kepada klien selama 15 menit klien dapat mengerti dan berusaha beraktifitas

sendiri ditandai dengan klien mengatakan dapat beraktifitas penuh dan

badan segar.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan appendiksitis

akut post appendiksitis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada tahap pengkajian klien appendiksitis post appendiksitisnya terdapat gejala

nyeri yang disebabkan luka bakar operasi yang dapat mengganggu kebutuhan

aktifitas sehari-hari yang mencangkup biologis – psikologis –spiritual dan Tn.R

tidak mengalami muntah dan mual.

2. Masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn.R tidak seluruhnya sama dengan

teori tapi tergantung pada respon klien terhadap masalah yang mengganggu

baik baik fisik maupun psikologis.

3. Dalam penyusunan asuhan keperawatan Tn.R dengan appendiksitis akut post

appendiksitisnya diperlukan suatu perencanaan yang optimal sesuai dengan

sumber daya dan fasilitas ruangan serta keterlibatan keluarga dalam mendukung

dan memberi support dalam keperawatan tindakan kepada klien

4. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien appendiksitis akut post

appendiksitisnya yang penting adalah meningkatkan kesadaran klien maupun

keluarga untuk melaksanakan anjuran yang diberikan serta menjalin kerja sama

yang baik dengan petugas kesehatan di rumah sakit.

5. Kebersihan penanganan masalah-masalah pada klien tidak lepas dari kerja sama

tim Kesehatan medis, kluarga dan klien sendiri.


B. Saran

1. Untuk menentukan masalah nyeri hendaklah pengkajian dilakukan cermat dan

teliti denagn memperhatikan komunikan manusia secara biobsiko, sosio,

spiritual.

2. Untuk dapat menentukan masalah yang tepat pada klien hendaknya perawat

mengembangkan diri dalam melakukan pengkajian dengan peningkatan

pengetahuan tentang pasien, proses keperawatan melalui pelatihan maupun

pendidikan berlanjut.

3. Hendaknya klien lebih terbuka dengan perawat agar perencanaan yg dibuat

sesuai dengan kondisi yang ada sehingga tidak akan terlalu membebani klien

dalam pelaksanaan.

4. Untuk meningkatkan penahanan klien tentang cara perawat klien

sebelum/sesudahoprasi hendaknya diberikan Health Education dan contoh-

contoh cara perawatan, sehingga klien dapat kooperatif. Dalam melaksanakan

program pengobatan dan perawat klien dengan baik.

5. Diharapkan perawat selalu melakukan koordinasi Dengan klien, keluarga maupun

tenaga kesehatan yang lain dalam informasi perkembangan kesehatan klien.

6. Dalam evaluasi tentunya juga diusahakan agar dapat diperoleh suatu hasil yang

semaksimal mungkin pada asuhan keperawatan Tn.R semua masalah dapat

teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

- Ester. Monicca. S.Kp, 2000, Keperawatan Medhical Bedah, Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

- Anderson, Sylfia/Wilson, Lorrane M, 1995, Patofisiologi I Edisi 4, Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran, EGC.

- Manzoen, Arif, 2000, Kapita Allen Kedokteran, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,

EGC.

- Doengoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

- Carol Vesta ????, 1998, Memahami Proses Keperawatan, Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

- Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

You might also like