You are on page 1of 23

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“DEMOKRASI MENURUT PANDANGAN ISLAM”

DISUSUN OLEH

Azis Rosidi
NIM : 41416310004

KELAS D2-205-2

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-
Nya, serta petunjuknya sehingga makalah agama dengan judul “Demokrasi Menurut
Pandangan Islam” dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat atas dasar karena tugas yang
diberikan oleh guru agama penulisi. Selain itu makalah ini penulis jadikan sarana untuk
berdiskusi dalam memecahkan masalah dalam materi pembelajaran agama.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan pada
pembuatan makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan ilmu yang berguna dan
berfungsi pada setiap kesempatan yang bermanfaat.

Cirebon , 31 Desember 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 4-5
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 5
D. MANFAAT ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI ............................................... 6
1. DEFINISI DEMOKRASI .................................................................... 6-7
2. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA ....................... 7-9
3. PANDANGAN ISLAM TERHADAP DEMOKRASI........................ 9-10
4. DEMOKRASI IMPLEMENTASI SILA KE EMPAT ........................ 10-11
5. MUSYAWARAH ................................................................................ 11-13
BAB III ANALISA DAN KOMENTAR ............................................................ 14
1. PESAMAAN DAN PERBEDAAN ISLAM DAN DEMOKRASI ... 14-15
2. PANDANGAN ULAMA TERHADAP DEMOKRASI ................... 15-16
3. DEMOKRASI DAN KESEJAHTERAAN ....................................... 16-19
4. ISLAM MENSEJAHTERAKAN RAKYAT .................................... 19-20
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 21
1. KESIMPULAN .................................................................................. 21
2. SARAN .............................................................................................. 21-22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Demokrasi merupakan sebuah sistem yang paling banyak dianut pada masa ini. Saat ini,
banyak sekali Negara yang menganut sistem demokrasi sebagai sistem pemerintahannya.
Demokrasi sendiri berarti sistem yang berasal dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi negara-negara barat,
demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi
dirinya sendiri dan wakil rakyat menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karenanya, rakyat tidak mungkin mengambil keputusan karena jumlah yang
terlalu besar. Maka dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat. Pemerintah dipilih secara
langsung oleh rakyat dan berfungsi sebagai penyalur aspirasi dan membuat kebijakan untuk
kepentingan rakyat demi kesejahteraan rakyat.

Sistem demokrasi pun dipercaya sebagai sebuah sistem pemerintahan di Indonesia.


Indonesia memiliki badan legislatif yang anggotanya merupakan wakil rakyat. Rakyat juga
berwenang memilih presiden dan wakil presiden. Namun kenyataannya, Indonesia masih
dalam masa “belajar” berdemokrasi, masih dalam masa sosialisasi tentang demokrasi yang
sebenarnya. Masih banyak rakyat yang tidak mengerti hakikat dari berdemokrasi, dan masih
banyak pula yang salah mengaplikasikan bentuk dari demokrasi tersebut.

Dalam Islam, demokrasi telah diajarkan Rasulullah SAW. Yaitu dengan musyawarah.
Contohnya, pada saat perang badar, beliau mendengarkan saran sahabatnya mengenai lokasi
perang walaupun itu bukan pilihan yang yang diajukan olehnya. Rasulullah pun mulai sering
melakukan musyawarah bersama sahabat-sahabatnya untuk memutuskan sesuatu. Namun
yang terjadi saat ini, banyak orang yang menganggap bahwa sistem demokrasi diadaptasi dari
Negara-negara barat, sehingga sistem demokrasi dianggap tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam. Musyawarah dalam Islam dianggap sebagai suatu cara untuk menemui kata mufakat
secara adil dan kekeluargaan. Sedangkan sistem demokrasi negara barat dianggap memiliki
tujuan yang bersifat duniawi dan materialistis. Maka dari itu, kita perlu memahami hakikat
demokrasi, musyawarah dan pelaksanaan demokrasi yang ideal yang sesuai dengan kaidah-
kaidah Islam serta sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila.

4
b. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari demokrasi dan bagaimana perkembangannya?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap demokrasi?
3. Bagaimana pandangan demokrasi menurut pancasila?
4. Apa makna dari musyawarah dalam Islam?

c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Untuk memberikan pemahaman mengenai makna demokrasi dan musyawarah.
3. Untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan demokrasi dengan pancasila.
4. Untuk memberikan penjelasan mengenai pandangan Islam terhadap demokrasi.

d. Manfaat
Dengan memahami demokrasi dan musyawarah yang sesungguhnya, maka akan
terciptanya pengaplikasian nilai-nilai demokrasi maupun musyawarah tersebut dengan baik
dalam kehidupan sehari-hari menurut pandangan islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN
ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI

1. Definisi Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata, yaitu demos,
yang berarti rakyat, dan cratein, yang berarti pemerintah. Maka dilihat dari arti katanya,
istilah demokrasi mengandung arti pemerintahan rakyat, yang kemudian lebih dikenal dengan
pengertian pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government from the
people, by the people, and for people).

Batasan demokrasi menurut pengertian secara harafiah diatas menimbulkan kontradiksi


dalam pemahamannya, karena dalam pengertian demikian berarti yang berjumlah lebih
banyak memerintah yang jumlahnya lebih sedikit, sedangkan dalam kenyataannya adalah
sebaliknya, yaitu yang berjumlah lebih sedikit memerintah, yang berjumlah lebih banyak
diperintah. Mengenai pengertian demokrasi ini Jean Jacques Rousseau mengemukakan.

“Kalau dipegang arti kata seperti diartikan umum, maka demokrasi yang sungguh-
sungguh tidak pernah ada dan tidak ada. Adalah berlawanan dengan kodrat alam, bahwa yang
berjumlah terbesar memerintah, sedangkan yang paling sedikit harus diperintah”

Berhubungan dengan hal itu, maka demokrasi dapat diberikan pengertian sebagi suatu
sistem pemerintahan yang mengikutsertakan rakyat. Dari hal tersebut sesungguhnya
pengertian demokrasi itu mengalami perkembangan sejalan dengan paham dan asas yang
dianut oleh suatu Negara dalam kehidupan bernegara.

Negara-negara yang ada didunia kini mendasarkan diri atas paham dan asas demokrasi,
meskipun paham dan asas yang dianutnya tersebut didalam pelaksanaannya tidak sama atau
berbeda, sehingga kita mengenal adanya berbagai sebutan yang dikaitkan dengan paham
demokrasi, seperti : social democracy, liberal democracy, people democracy, guided
democracy, dan sebagainya.

6
Pelaksanaan demokrasi yang tidak sama antara Negara yang satu dengan lainnya dapat
dilihat dalam berbagai konstitusi Negara, dimana dikenal adanya macam-macam bentuk dan
sistem ketatanegaraan seperti: Negara kesatuan dan Negara federal, Negara republik dan
Negara kerajaan, dengan sistem yang dianutnya sepert: sistem satu kamar dan dua kamar,
sistem pemerintahan parlementer dan pemerintahan presidensil, sistem diktatorial dan sistem
campuran, dan sebagainya.

Norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:


1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.
2. Musyawarah.
3. Pertimbangan moral.
4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.
6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing-
masing.
7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan sistem
pendidikan.

2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonedia mengalami pasang-surut dari masa kemerdekaan
sampai sekarang ini. Dalam perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang
dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan mereka dalam sisi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu dibagi dalam
empat periode.

a. Demokrasi Parlementer (1945-1959)


Sistem parlementer yang mulai berlaku setelah kemerdekaan kemudian diperkuat dalam
UUD 1945 dan 1950, ternyata tidak cocok di Indonesia. Persatuan yang digalang selama
menghadapi musuh bersama tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif setelah
kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi sistem ini. UUD 1950
menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri dari presiden
sebagai kepala negara konstitusional dan beserta menteri-menterinya yang mempunyai
tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai politik usia kabinet pada masa ini jarang
dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun dengan sangat gampang pecah. Hal inilah
7
yang mendorong Ir. Soekarno sebagi presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli yang
menentukan berlakuknya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa demokrasi ini
berakhir.

b. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi dari presiden, terbatasnya partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peran ABRI sebagai unsure social politik.
Banyak sekali penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan ini, diantaranya
pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup, yang tidak sesuai dengan UUD
1945. Selain itu presiden juga membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan
Umum, padahal dalam penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden
tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.

c. Demokrasi Pancasila (1965-1998)


Landasan formal demokrasi ini yaitu Pancasila, UUD 1945 serta ketetapan MPRS. Dalam
usaha meluruskan penyelewengan terhadap UUD pada masa demokrasi terpimpin, Tap
MPRS No. III/1963 mengenai penetapan masa jabatan seumur hidup Ir. Soekarno telah
dibatalkan.

Beberapa perumusan tentang demokrasi Pancasila sebagai berikut :


1. Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas
Negara hukum dan kepastian hukum.
2. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi
semua warga Negara.
3. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya bahwa pengakuan dan perlindungan
HAM, peradilan yang tidak memihak.

Dengan demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa watak demokrasi Pancasila tidak
berbeda dengan demokrasi pada umumnya. Karena demokrasi Pancasila memandang
kedaulatan rakyat sebagai inti dari sistem demokrasi. Namun demikian “demokrasi
Pancasila” dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada
tataran praktis atau penerapan. Karena dalam praktiknya rezim ini sangat tidak memberikan
ruang bagi kehidupan berdemokrasi.

8
d. Demokrasi Orde Reformasi (1998-Sekarang)
Runtuhnya rezim otoriter orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi runtuhnya keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi di Indonesia. Transisi demokrasi
merupakan fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan akan kearah mana
demokrasi yang akan dibangun. Sukses atau gagalnya suatu transisi sangat tergantuung pada
tiga faktor kunci, yaitu :
 Komposisi elite politik
 Desain institusi politik
 Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik.

3. Pandangan Islam terhadap Demokrasi


Perdebatan tentang hubungan antara Islam dan demokrasi sebagaimana diakui oleh
Mun’im A. Sirry memang masih menjadi perdebatan yang belum terselesaikan. Berdasarkan
pemetaan yang dikembangkan oleh Jhon L. Esposito dan James P. Piscatory (Syukron Kamil
: 2002) secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok pemikiran.

Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam dipandang
sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Demokrasi sebagai sistem barat tidak
tepat untuk dijadikan acuan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sementara Islam
sebagai agama kaffah yang tidak hanya mengatur aspek teologi (aqidah) dan ibadah,
melainkan mengatur segala aspek kehidupan umat manusia. Ini diungkapkan oleh elit
kerajaan Arab Saudi dan elit politik Iran pada masa awal revolusi Iran, Syekh FadhAllah
Nuri, Sayyid Qutb, Thabathabi, Al-Sya’rawi dan Ali Benhadj.

Kedua, kelompok yang menyatakan bahwa Islam dan Demokrasi merupakan konsep yang
sejalan setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri.
Diantara tokoh dari kelompok ini adalah al-Maududi, Abdul Fattah Morou, dan Taufiq Asy-
Syawi.

Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem demokrasi .
Pandangan ini yang paling dominan yang ada di Indonesia, karena demokrasi sudah menjadi
bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan Negara-negara Islam lainnya. Diantara
tokoh-tokohnya yaitu, Fahmi Huwaidi, al-Aqqad, M Husain Haekal, Robert N. Bellah. Di
9
Indonesia diwakili oleh Nurcholis Majid (Cak Nur), Amien Rais, Munawir Syadzali, A.
Syafi’i Ma’arif dan Abdurrahman Zahid.

Penerimaan Negara-negara Islam terahadap demokrasi bukan bararti demokrasi dapat


berkembang dengan cepat secara otomatis. Ada beberapa alas an teoritis yang dapat
menjelaskan tentang lambatnya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam :
 Pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi. Hal ini disebabkan oleh
kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu
yang bertentangan dengan Islam.
 Persoalan kultur. Sebenarnya demokrasi telah dicoba di Negara-negara Islan sejak
paruh pertama abad dua puluh tetapi gagal. Tampaknya ia akan sukses pada masa-
masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan
otokrasi dan ketaatan pasif. Persoalan kultur ditengarai sebagai yang paling
bertanggung jawab mengapa sulit membangun demokrasi di Negara Islam. Sebab,
secara doktrinal, pada dasarnya hamper tidak dijumpai hambatan teologis dikalangan
tokoh-tokoh partai, ormas, atau gerakan Islam. Bahkan ada kecenderungan untuk
merambah tugas baru yaitu merekonsiliasi perbedaan antara teori politik modern
dengan doktrin Islam.
 Lambannya pertumbuuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungannya dengan
teologi maupun kultur, melainkan lebih terkait dengan sifat alamiah demokrasi itu
sendiri. Untuk membangun demokrasi dibutuhkan kesungguhan, kesabaran, dan
diatas segalanya adalah waktu. Jhon Esposito dan O. Voll adalah tokoh yang tetap
optimis terhadap masa depan demokrasi di dunia Islam. Terlepas dari itu semua, tak
dapat diragukan lagi, pengalaman empirik demokrasi dalam sejarah Islam memang
terbatas.

4. Demokrasi sebagai Implementasi Sila Keempat :Kerakyatan yang Dipimpin oleh


Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam
melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-
wakilnya mealui pemilihan umum) dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan
jalan musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh

10
tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun rakyat yang diwakilinya. Butir-butir
implementasi sila keempat adalah sebagai berikut :

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Butir ini menghendaki


masyarakat harus mengawal wakil rakyat yang dipilih lewat pemilu, agar setiap
keputusan wakil rakyat mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir ini menghendaki setiap warga
negara untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, menghormati setiap
perbedaan, dan dengan akal sehat melakukan kompromi demi kebaikan masyarakat
dan negara.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama. Butir ini menghendaki adanya musyawarah yaitu pembahasan secara
bersama-sama atas suatu penyelesaian masalah.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir ini
menghendaki agar pengambilan keputusan secara bersama-sama didasarkan semangat
kekeluargaan yaitu hubungan kekerabatan yang sangat erat dan mendasar di
masyarakat.
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. Butir ini menghendaki, setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah untuk diterima dan dilaksanakan dengan baik
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Butir ini menghendaki prinsip musyawarah dalam memecahkan masalah bukan
menang dan kalah, serta kepentingan golongan, tetapi dengan menggunakan akal
sehat, tidak mabuk dan anarki, sesuai dengan hati nurani.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Musyawarah
Kata musyawarah terambil dari kata (‫ ) شور‬syawara yang pada mulanya bermakna
“mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini kemudian berkembang, sehingga
mencakup segala sesuatu yang dapat diambil / di keluarkan dari yang lain ( termasuk
pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang yang minum madu(Quraish Shihab :
2001)
11
Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran musyawarah yang terdiri dari peserta
dan pendapat yang akan disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa kebaikan. Peserta
musyawarah adalah bagaikan lebah yang bekerja sangat disiplin, solid dalam bekerja sama
dan hanya makan dari hal- hal yang baik saja ( disimbolkan dengan kembang), serta tidak
melakukan gangguan apalagi merusak dimanapun ia hinggap dengan catatan ia tidak
diganggu. Bahkan sengatannya pun bisa menjadi obat. Sedangkan isi atau pendapat
musyawarah itu bagaikan madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu bukan hanya manis tapi
juga menjadi obat dan karenanya menjadi sumber kesehatan dan kekuatan. Itulah hakekat
dan semangat sebenarnya dari musyawarah. Karenanya kata tersebut tidak digunakan kecuali
untuk hal- hal yang baik- baik saja.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekeliling. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan maksudnya : urusan peperangan dan hal-
hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-
lainnya.kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal-lah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya (Q.S. Ali
Imran : 159)

Perintah bermusyawarah pada ayat diatas turun setelah peristiwa menyedihkan pada
perang uhud. Ketika itu menjelang pertempuran, Nabi mengumpulkan sahabat-sahabatnya
untuk memusyawarahkan bagaimana sikap menghadapi musuh yang sedang dalam perjalanan
dari Mekah ke Madinah. Nabi cenderung bertahan di kota Madinah, dan tidak keluar
menghadapi musuh yang datang dari mekah. Sahabat-sahabat beliau, terutama kamu muda
yang penuh semangat mendesak agar kaum muslim, dibawah pimpinan Nabi Muhammad
SAW keluar menghadapi musuh.

Pendapat mereka itu mendapat dukungan mayoritas, sehingga Nabi menyetujuinya.


Tetapi, peperangan berakhir dengan gugurnya para sahabat yang jumlahnya tidak kurang dari
tujuh puluh orang. Konteks turunnya ayat ini, serta kondisi psikologis yang dialami Nabi dan
sahabat beliau amat perlu digaris bawahi untuk melihat bagaimana pandangan Al-Quran
tentang musyawarah.

12
Ayat ini seakan-akan berpesan kepada Nabi, bahwa musyawarah harus tetap
dipertahankan dan dilanjutkan. Walaupun terbukti pendapat yang mereka putuskan keliru.
Kesalahan mayoritas lebih dapat ditoleransi dan dapat menjadi tanggung jawab
bersama,dibandingkan dengan kesalahan seseorang meskipun diakui kejituan pendapatnya
sekalipun.
Dari ayat tersebut dapat diambil empat sikap ideal ketika dan setelah melakukan
musyawarah :

1. Sikap lemah lembut. Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi pemimpin


harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala.
2. Memberi maaf dan membuka lembaran baru. Sikap ini harus dimiliki peserta
musyawarah, sebab tidak akan berjalan baik, kalau peserta masih diliputi
kekeruhan hati apalagi dendam.
3. Memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan yang dalam ayat itu dijelaskan
dengan permohonan ampunan kepada- Nya. Itulah sebabnya yang harus
mengiringi musyawarah adalah permohonan maghfiroh dan ampunan Ilahi.
4. Setelah selesai semuanya harus diserahkan kepada Allah, bertawakkal.

Kita sering mendengar mengenai Syura jika berbicara tentang musyawarah. Syura,
sebenarnya adalah suatu forum, dimana setiap orang mempunyai kemungkinan untuk terlibat
dalam urun rembuk, tukar pikiran, membentuk pendapat, dan memcahkan suatu persoalan
bersama.
Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan bersama
dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Bermusyawarah artinya
berunding atau berembug. Sedangkan permusyawaratan berarti berunding. Sehingga jelaslah
bahwa permusyawaratan dalam sila keempat Pancasila merupakan perundingan dalam rangka
pembahasan bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan terhadap suatu masalah
yang menyangkut orang banyak.

13
BAB III
ANALISIS DAN KOMENTAR

1. Persamaan dan Perbedaan Islam dan Demokrasi


 Persamaan Islam & Demokrasi
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang mempertemukan
Islam dan demokrasi :
a. Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, itu
pun sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam
sistem demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah
dari kekuasaan Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum
didasarkan pada alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan
UU terpisah dari Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam. Adapun Imam
harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya, Imamah (kepemimpinan) ada di
kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan independen karena pengambilan
keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau
presiden, jelainkan berdasarka pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah Swt.
b. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian
itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus
memahami Islam secara komprehensif.
c. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu (misalnya, asas
persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan, realisasi
keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan
bebas mendapat pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.

 Perbedaan Islam & Demokrasi


a. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas
wilayah, iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan
kata lain, demokrasi selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang
digiring tendensi fanatisme. Adapun menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah
atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan akidah,
pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara
Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain. Dengan
demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat internasional.

14
b. tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa
adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan
hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan
kebutuhan dunia yang ditempuh melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau
gaji. Adapun demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi
(materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan fundamental.
c. kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah kemutlakan. Jadi,
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan, kezaliman atau
kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan
terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak
melebihi batasan-batasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.

2. Pandangan Ulama tentang demokrasi


 Yusuf al-Qardhawi
Menurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal. Misalnya:
 Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk
mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan
mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak
mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang
menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.
 Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan
dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan
nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
 Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa
yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak
dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang
sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk
memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
 Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan
dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam
syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus
memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan
suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan
15
patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih
seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar.
Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah
khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak
bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
 Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas
pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan
Islam.

 Salim Ali al-Bahnasawi


Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan
islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi
adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara,
sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada
sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia
menawarkan adanya islamisasi sebagai berikut:
 Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
 Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas
lainnya.
 Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan
dalam Alquran dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).
 Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya
yang bermoral yang duduk di parlemen.

3. Demokrasi dan Kesejahteraan


Sebenarnya studi tentang hubungan demokrasi dan kesejahteraan sudah lama dilakukan.
Pada tahun 1999, Barron’s menggunakan data dunia dari tahun 1960 selama kira-kira 40
tahun menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara demokrasi dengan kesejahteraan.
Adam Smith menggagas market mechanism pada 1854 – 2011 mengatakan Krisis selalu
bertalian dengan demokrasi, dan itu terjadi berkali-kali.

16
Dalam buku, Apakah Demokrasi Itu?,yang disebarluaskan oleh Kedutaan Besar Amerika
Serikat untuk Indonesia, di halaman terakhir ditulis bahwa “Demokrasi sendiri tidak
menjamin apa-apa. Sebaliknya, ia menawarkan kesempatan untuk berhasil serta resiko
kegagalan”.
Jelas keliru kalau kesejahteraan yang menjadi dambaan masyarakat disandarkan pada proses
demokratisasi. Demokrasi digembar-gemborkan sebagai pemerintahan yang kedaulatannya
terletak di tangan rakyat. Padahal ini hanyalah mimpi di siang bolong. Dalam demokrasi
tidak pernah ada yang namanya rakyat sebagai penentu keinginan. Sejarah AS sendiri
menunjukkan hal tersebut. Presiden Abraham Lincoln (1860 – 1865) mengatakan bahwa
demokrasi adalah, “from the people, by the people, and for the people” (dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat). Namun, hanya sebelas tahun kemudian setelah Lincoln meninggal
dunia, Presiden AS Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi di
Amerika Serikat pada tahun itu adalah “from company, by company, and for company”(dari
perusahaan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan). Sejak awal kelahirannya, kedaulatan
dalam demokrasi ada di tangan segelintir rakyat (bukan di tangan rakyat), yakni di tangan
para pemilik modal. Hanya saja, mereka menipu rakyat dengan menggembar-gemborkan
seolah-olah kedaulatan ada di tangan rakyat. Jadi, bila perubahan yang dikehendaki adalah
daulatnya rakyat maka demokrasi tidak memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa
dalam demokrasi adalah para pemilik modal yang memang memiliki uang.

Karena itu, tidak aneh jika di Afrika Timur lebih dari 12 juta orang menderita
kelaparan seperti di Somalia, Kenya, Djibouti, Sudan, dan Uganda. Di Somalia hampir
setengah penduduknya menghadapi krisis kemanusiaan (3.7 juta orang). Satu dari tiga anak-
anak kekurangan gizi. Hal ini dilaporkan sebagai salah satu krisis terburuk yang memukul
Afrika Timur di hampir enam dekade. Yang paling mengejutkan, disana dengan mudah kita
menemui anak-anak kurus mengisap payudara kosong dari ibunya yang lemah dan kelaparan.
Orang tua sangat lemah dan tidak mampu berjalan.

Amerika pun tidak luput dari kemiskinan, jumlah orang yang tinggal di kawasan-
kawasan sangat miskin telah bertambah sepertiga selama dasawarsa terakhir. (The Brookings
Institution). Bahkan menurutVoice of America, jumlah total angka kemiskinan di negara
demokrasi terbesar itu meningkat pada posisi tertinggi sebanyak 46,2 juta jiwa. Angka ini
merupakan rekor tertinggi sejak Badan Statistik AS mulai melakukan pendataan keluarga
miskin pada tahun 1959. Di sisi lain perekonomian Amerika mengalami kebangkrutan.

17
Perang Irak dan Afghanistan telah menguras keuangan negara Paman Sam ini, ditambah lagi
krisis keuangan tahun 2008 telah menghancurkan industri jasa keuangan Amerika. Pada
bulan September 2010 lalu, telah kolaps bank Amerika yang ke-300. Dari tahun 2007-2010,
perekonomian Amerika telah mengalarni defisit hingga lebih dari 16 trilyun dollar AS.
Amerika juga menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia,
yaitu 17 persen, sebuah angka pengangguran tertinggi selama 45 tahun temkhir. Saat ini
utang negara adidaya Amerika Serikat mencapai batas atas yaitu $ 14.300.000.000.000 ($14.3
trilliun), sehingga utang per kapita penduduk AS termasuk tertinggi di dunia. Setiap warga
AS mempunyai utang 13 kali lebih besar dari pendapatan mereka.

Dengan demikian, bila perubahan yang dikehendaki adalah terwujudnya


kesejahteraan, demokrasi pun bukan jalan untuk itu. Realitas menunjukkan bahwa Hongkong
sangat pesat ekonominya sekalipun tanpa demokrasi. Begitu juga Korea Selatan dan Taiwan.
Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada triwulan pertama 2011 mencapai 8,1% tertinggi di
antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Adapun pertumbuhan ekonomi Taiwan mencapai 10,47% pada akhir 2010 (Okezone.com.
2/2/2011). Padahal kedua negara tersebut semiotoriter.

Pada dekade 1970-an dan 1990-an, sebagian besar negara-negara industri baru (newly
industrialised countries) yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tergolong
otoriter. sebagian besar negara-negara di Timur Tengah yang makmur juga tidak demokratis.
Adapun India, yang ketika itu sudah demokratis, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran di bawahnya. Vietnam yang secara de facto menganut sistem pemerintahan
otoriter juga mendemonstrasikan kinerja ekonomi yang menawan sejak pertengahan 1990-an.
Pada 2011 pertumbuhan ekonominya mencapai 7%, bahkan diduga akan menjadi raksasa
baru ekonomi Asia (Antara, 7/5/2011). Singapura yang juga semiotoriter menjadi salah satu
negara paling makmur di dunia tanpa perlu mengalami demokratisasi. Hal yang sama terjadi
pada Tiongkok yang bisa tumbuh pesat seperti sekarang, meski pemerintahannya tetap
otoriter. Sebaliknya, Indonesia yang dibangga-banggakan sebagai negara demokratis justru
rakyatnya tetap miskin, sementar korupsinya makin merajalela.

Banyak negara otoriter berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi seperti


sejumlah negara Amerika Latin di tahun 1970-1980-an dan Asia Timur tahun 1980-1990-an.
Sebaliknya, negara-negara berkembang yang relatif demokratis seperti Filipina, Fiji, atau
India, setidaknya hingga pertenganan 1990-an, terpuruk pada siklus pertumbuhan rendah. Di

18
AS, misalnya, kemakmuran yang selanjutnya diikuti dengan sejahteranya kehidupan
masyarakat AS bukanlah hasil demokrasi, tetapi buah dari imperialismenya terhadap bangsa-
bangsa lain. Dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi dalam negerinya, AS menjajah
Irak dan Afganistan untuk mendapatkan minyak. AS mendapatkan kemakmuran
karena ‘democratic imperialism’ yang dia lakukan. Tidak pernah ada dalam sejarah suatu
negara miskin, lalu berubah menjadi demokratis, dan melalui demokrasi itu negara tersebut
menjadi sejahtera. Tidak ada! Realitas ini menggambarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan
bagi perubahan menuju kesejahteraan apalagi perubahan hakiki. Kalau yang dikehendaki itu
adalah perubahan sistem kehidupan, demokrasi hanya memberikan perubahan orang/rezim.
Sistem yang diterapkan sama: sekular. Sekadar contoh, Indonesia dari awal kemerdekaan
tetap menjalankan sekularisme. Memang, terjadi perubahan pendekatan mulai dari Sosialisme
pada Orde Lama, Kapitalisme pada Orde Baru, dan Neoliberalisme pada era Orde Reformasi.
Namun, sistemnya tidak berubah: sekularisme.
Dengan demikian, berharap adanya perubahan hakiki pada demokrasi ibarat punduk
merindukan bulan.

4. Islam Mengsejahterakan Rakyat


Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka tidak ada cara lain, selain dengan
membuang sistem demokrasi dan sistem ekonomi kapitalis yang telah terbukti gagal
mensejahterakan rakyat. Kemudian menggantikannya dengan sistem yang adil yang dapat
mensejahterakan penduduk dunia yaitu penerapan syariah Islam secara kaffah oleh negara.

Sejarah telah membuktikannya, syariah Islam telah menciptakan kesejahteraan rakyat bagi
jutaan manusia selama berabad-abad, tanpa mengenal kata krisis.

Pada masa khalifah umar bin Abdul Aziz, beliau pernah menugaskan salah seorang
pegawainya yang bernama Yahya bin Sa’ad untuk membagikan zakat kepada penduduk fakir
miskin dikawasan Afrika Utara. Tidak lama kemudian ia kembali menghadap khalifah, dan
melaporkan bahwa tidak ada seorang pun yang fakir dan miskin, yang berhak menerima
zakat. Ini menggambarkan bahwa untuk pertama kalinya di dalam sejarah, tidak ada
penduduk Afrika yang fakir dan miskin, semuanya mendapatkan kemakmuran dan
kesejahteraan hidup. Dan hal itu hanya terjadi tatkala Afrika berada dibawah sistem Islam.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah Al-‘araf: 96

19
‫اء‬
ِ ‫س َم‬
َّ ‫ت ِمنَ ال‬ ٍ ‫علَ ْي ِهم َب َر َكا‬ َ ‫َولَ ْو أَ َّن أَ ْه َل ْالقُ َرى آ َمنُواْ َوات َّ َقواْ لَفَتَ ْحنَا‬
َ‫ض َولَـ ِكن َكذَّبُواْ فَأ َ َخ ْذنَا ُهم بِ َما َكانُواْ يَ ْك ِسبُون‬ ِ ‫َواأل َ ْر‬
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Sebab dalam sistem politik Islam, kedaulatan hanyalah milik syariah bukan milik
rakyat. Imam asy-Syaukani, dalam bukunya menyatakan bahwa sejak dulu tidak ada
perbedaan di tengah kaum muslim bahwa kedaulatan hanya milik syariah. Artinya syariahlah
yang mengelola dan mengendalikan kehendak individu maupun umat. Kemudian timbul
pertanyaan, apa keuntungan dan manfaat kedaulatan ditangan syariah?

Pertama, Kita telah berada dijalan yang benar bukan dijalan yang salah yaitu
menjalankan perintah Allah dengan menerapkan syariat Islam. Kedua, sebagai mana kita
ketahui, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi, tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi,
bahkan yang sepadan sekalipun. Ketiga, kekuasaan itu bersifat mutlak. Artinya, mencakup
semua perkara, semua orang dan semua kondisi. Keempat, kekuasaan itu memiliki kontrol
penuh atas segala urusan.

Dengan demikian, karena kedaulatan itu ialah kekuasaan yang mengelola dan
mengendalikan kehendak suatu umat. Maka dalam Islam, Kekuasaan tertinggi yang bersifat
absolut, mutlak dan yang berhak mengeluarkan hukum ialah yang Maha segala-segalanya
yaitu Allah swt, yang bersumber dari al-Quran dan Al-Hadits. Sebagaimana firmannya QS,
an-Nisa’: 59:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

20
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi tidak sepenuhnya
bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Islam. Prinsip dan konsep demokrasi yang
sejalan dengan islam adalah keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan
menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Adapun yang tidak sejalan adalah ketika suara rakyat diberikan kebebasan secara mutlak
sehingga bisa mengarah kepada sikap, tindakan, dan kebijakan yang keluar dari ketetapan
Hukum Allah.
Akhirnya, agar sistem demokrasi ini dapat terwujud diatas nilai – nilai islam yang mulia,
maka langkah yang harus dilakukan adalah :
- Seluruh warga atau sebagian besarnya harus diberi pemahaman yang benar tentang Islam
sehingga aspirasi yang mereka sampaikan tidak keluar dari ajarannya.
- Parlemen atau lembaga perwakilan rakyat harus diisi oleh orang-orang yang beriman dan
beriman dan berilmu.

2. Saran
Demi mewujudnya demokrasi yang sesuai dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila, maka
kita harus menjalani norma-norma yang menjadi pandangan hidup demokrasi:
1. Pentingnya kesadaran akan pluralisme.
2. Musyawarah.
3. Pertimbangan moral.
4. Pemufakatan yang jujur dan sehat.
5. Pemenuhan segi-segi ekonomi.
6. Kerjasama antar warga masyarakat dan sikap mempercayai itikad baik masing-
masing.
7. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan system
pendidikan.

21
Pada akhirnya demokrasi yang sesungguhnya, dalam pelaksanaannya haruslah merujuk pada
permusyawratan (musyawarah). Dimana esensi musyawarah adalah pemberian kesempatan
kepada anggota masyarakat yang memiliki kemmapuan dan hak untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan yang mengikat, baik dalam bentuk aturan-aturan hukum atau
kebijaksanaan politik.
Dengan hal tersebut, maka perwujudan dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat
menuju cita-cita bangsa yang sesungguhnya. Dan idealisme terhadap demokrasi diharapkan
dapat dijiwai oleh setiap warga Negara sehingga tidak lagi memunculkan praktik-praktik
demokrasi jual beli yang masih terus berlanjut hingga saat ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Saepuloh,Aep dan Tarsono, Modul Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Islam, Bandung, Batik Press, 2012
Al Marsudi, Subandi, Pancasila dan UUD 45 : Dalam Paradigma Reformasi , Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2012
Sulaiman, Asep, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung, Asman Press, 2012
http://www.zulkieflimansyah.com/in/kompatibilitas-islam-dan-demokrasi.html

http://www.eramuslim.com/islam-dan-demokrasi.html

http://www.docstoc.com/docs/22801041/Lagi-Soal-Islam-dan-Demokrasi/

23

You might also like