You are on page 1of 18

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode pengelasan saat ini digunakan secara luas di dalam kehidupan


manusia dari yang sederhana sampai yang rumit, misalnya tralis-tralis dan
pagar-pagar besi, pembuatan tempat piring, lemari besi, kontruksi mesin dan
lain-lain. Luasnya penggunaan teknologi las ini disebabkan karena sambungan
menjadi ringan dengan proses yang lebih sederhana, sehingga biaya yang
dibutuhkan menjadi lebih murah. Keunggulan ini menyebabkan sambungan las
digunakan sebagai pengganti sambungan paku keling dan baut dalam struktur
dan rancangan mesin.
Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar
anatara lain penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik
penyambunganlogam yang dapat dilepas kembal serta penyambungan tetap
(permanent joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah
struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik
tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang
dimaksud pada uraian diatas. Karena itu rancangan las harus betul-betul
memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan
dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil pengelasan sesuai
dengan yang diharapkan.
Pengelasan salah satu sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik.
Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian
antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan memperhatikan
sambungan yang akan dilas, sehingga hasil pengelasan sesuai dengan yang
diharapkan. Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya
sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan
pengelasan.
Berdasarkan hal di atas maka dilakukanlah praktikum pengelasan untuk
mempelajari prinsip pengerjaan pengelasan serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan pengelasan.
2.1. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum pengelasan adalah untuk mengetahui teknik


pengelasan dengan berbagai metode pada bahan logam serta untuk mengetahui
jenis-jenis logam.
Kegunaan dari praktikum pengelasan adalah dapat mengaplikasikan
pengelasan berdasarkan berbagai metode dalam bidang teknik pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelasan

Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan proses


penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik
menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas
sebagai zat perantara dalam pencair bahan yang dilas (Saputra, 2013).
Pengertian pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat
dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari
Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Pengelasan adalah penyambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Paling tidak saat ini terdapat sekitar 40 jenis
pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling
populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dan las karbit Oxy Acetylene Welding
(OAW) (Saputra, 2013).
Proses pengelasan melibatkan pemanasan dan pendinginan, pada umumnya
struktur mikro dari logam tergantung dari kecepatan pendinginannya dari
temperatur terbentuknya fasa awal sampai ke temperatur kamar. Karena
perubahan struktur ini dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga
berubah. Pada dasarnya daerah lasan terdiri dari tiga bagian yaitu logam lasan
(weld metal), daerah terkena pengaruh panas yang sering disebut dengan Heat
Affected Zone (HAZ), dan logam induk yang tak terpengaruh panas. Daerah logam
lasan adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan
kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau HAZ adalah logam dasar yang
bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus
termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk tak terpengaruh panas
adalah bagian logam dasar dimana panas dan temperature pengelasan tidak
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat. Selain ketiga
bagian itu masih ada bagian lain yaitu daerah yang membatasi antara logam las
dan daerah HAZ yang disebut dengan batas las (Saputra, 2013).
2.1. Jenis-jenis Pengelasan

Terdapat beberapa jenis-jenis las yaitu sebagai berikut:


a. Las listrik
Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk
suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai
sumber panas. Jenis sambungan dengan las listrik ini adalah merupakan
sambungan tetap. Pada umumnya las listrk di bedakan menjadi las lis liatrik satu
fase dan tiga fase (Salim, 2017).
Mesin las arus bolak balik (Mesin Las AC) memperoleh busur nyala dari
transformator, dimana dalam pesawat las ini arus dari jaring–jaring listrik dirubah
menjadi arus bolak–balik oleh transformator yang sesuai dengan arus yang
digunakan untuk mengelas, sehingga mesin las ini disebut juga mesin las
transformator. Karena langsung menggunakan arus listrik AC dari PLN yang
memiliki tegangan yang cukup tinggi dibandingkan kebutuhan pengelasan yang
hanya membutuhkan tegangan berkisar 55 Volt sampai dengan 85 Volt maka
mesin las ini menggunakan transformator (Trafo) step-down, yaitu trafo yang
berfungsi menurunkan tegangan (Salim, 2017).

Gambar 13. Mesin las arus bolak balik


(Sumber: Salim, 2017).

Transformator yang digunakan pada peralatan las mempunyai daya yang


cukup besar. Untuk mencairkan sebagian logam induk dan elektroda dibutuhkan
energi yang besar, karena tegangan pada bagian terminal kumparan sekunder
hanya kecil, maka untuk menghasilkan daya yang besar perlu arus besar. Arus
yang digunakan untuk peralatan las sekitar 10-500 A. Besarnya arus listrik dapat
diatur sesuai dengan keperluan las. Untuk keperluan daya besar diperlukan arus
yang lebih besar pula, dan sebaliknya. Arus pada transformator dapat
disetel sesuai kebutuhan dengan memutar ulir penyetel arus. Pada transformator
las AC, terdapat dua kabel yaitu kabel busur dan kabel masa, dimana jika
kedua kabel tersebut tertukar, tidak akan mempengaruhi perubahan
temperatur yang timbul (Niptro, 2013).
Menurut Lutfi (2014), kelebihan dari mesin las arus searah (AC) yaitu:
1. Perlengkapan dan perawatan lebih murah.
2. Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar untuk mempengaruhi yang
dihasilkan.
3. Nyala busur kecil sehingga mengurangi timbulnya keropos pada rigi-rigi las.
Menurut Lutfi (2014) terdapat beberapa kekurangan dari mesin las arus
searah AC yaitu:
1. Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda
2. Tidak dapat digunakan untuk mengelas semua jenis logam
Arah aliran arus bolak-balik pada mesin las AC merupakan gelombang
sinusoide yang memotong garis nol pada interval waktu 1/100 detik untuk mesin
dengan frekuensi 50 Hz. Tiap siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang
positif dan setengah gelombang negatif. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi
arus searah dengan menggunakan pengubah arus (adaptor) (Niptro, 2013).

Gamabar 14. Mesin las arus searah


(Sumber: Niptro, 2013).
Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala busur listrik adalah arus
searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dinamo motor listrik searah.
Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor bensin, motor diesel, atau alat
penggerak yang lain. Mesin arus yang menggunakan motor listrik sebagai
penggerak mulanya memerlukan peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus.
Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik (AC)
menjadi arus searah (DC). Menurut Niptro (2013), arus bolak-balik diubah
menjadi arus searah pada proses pengelasan mempunyai beberapa keuntungan,
antara lain:
1. Setiap jenis elektroda dapat digunakan pada mesin las DC
2. Tingkat kebisingan lebih rendah
3. Mesin las lebih fleksibel, karena dapat diubah ke arus bolak-balik atau arus
searah
4. Dapat dipergunakan untuk mengelas plat yang tipis
Mesin las DC ada 2 macam, yaitu mesin las stasioner atau mesin las portabel.
Mesin las stasioner biasanya digunakan pada tempat atau bengkel yang
mempunyai jaringan listrik permanen, misal listrik PLN. Adapun mesin las
portabel mempunyai bentuk relatif kecil biasanya digunakan untuk proses
pengelasan pada tempat-tempat yang tidak terjangkau jaringan listrik. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengoperasian mesin las adalah penggunaan yang sesuai
dengan prosedur yang dikeluarkan oleh prabrik pembuat mesin, perawatan
yang sesuai dengan anjuran. Sering kali gangguan-gangguan timbul pada
mesin las, antara lain mesin tidak mengeluarkan arus listrik atau nyala
busur listrik lemah (Saputra, 2013).
Mesin las DC mempunyai polaritas yang berbeda-beda, tidak seperti mesin las
AC yang dapat digunakan dengan kutub sembarang (terbalik-balik). Menurut
(Saputra, 2013), berikut ini adalah polaritas mesin las DC:
1. Hubungan arus polaritas terbalik DCRP (Direct Current Reverse Polarity)
adalah jika kabel masa dipasang pada benda kerja dengan kutub anoda dan
kabel elektroda dihubungkan dengan kutub anoda. Pada hubungan DCRP,
panas yang diberikan oleh mesin las didistribusikan 1/3 ke benda kerja dan 2/3
nya ke elektroda sehingga panas yang diberikan mesin las ke elektroda lebih
banyak daripada panas yang diberikan ke benda kerja.
2. Hubungan arus polaritas lurus DCSP (Direct Current Straight Polarity) adalah
pemasangan kabel las dengan menghubungkan antara kabel masa (benda
kerja) dengan kabel anoda (positif) dan kabel elektroda dengan kutub katoda
(negatif). Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih
banyak daripada panas yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3
banding 1/3.
b. Las Karbit
Las karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam dengan
menggunakan gas karbit sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan
bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api
dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Selain itu,
las mudah di bawa kemana-mana karena tidak menggunakan listrik, tetapi gas
yang dihasilkan dapat menimbulkan bau yang sangat menyengat. Penyambungan
logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas asitilen (C2H2) sebagai
bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas
dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar
3.500°C yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi (Salim,2017).
c. Las Argon
Pada las argon prinsip kerjanya sama dengan las listrik satu fase yaitu sumber
panas yang di peroleh dari listrik yang di hasilkan oleh mesin las yang berupa
trafo (inverter). Pada las argon terdapat gas karbon dioksida yang berfungsi
membantu proses pembakaran dan keluarnya elektrode dari bandel. Salah satu
kelebihan dari penggunaan las argon yaitu hasil pengelasan argon sangat dan
halus, serta mampu menjangkau posisi sempit. Kunggulan cara las argon adalah
lebih cepat ketimbangcara las biasa, ini disebabkan argon sebagai gas pelindung
yang digunakan dalam welding lebih berat dari udara sehingga cakupan dan
kecepatan pengelasan lebih tinggi (Salim, 2017).

2.3. Alat Keselamatan Kerja

Menurut Salim (2017), terdapat beberapa alat keselamatan kerja yaitu sebagai
berikut:
a. Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata
dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun
mata, Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata
langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang
dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca Ias
yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Untuk melindungi kaca
penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih.
b. Sarung Tangan
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai
sepasang sarung tangan.
c. Baju Las atau Apron
Baju las dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap dapat
melindungi badan dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas kepala,
harus memakai baju las yang lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya dapat
dipakai apron.
d. Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
e. Kamar Las
Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las. Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya
kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi: Didalam kamar las ditempatkan
meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar agar
terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan
bunga api.
f. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Peraktikum pengelasan dilakukan pada hari Jumat, tanggal 23 Maret 2018


pukul 14.30 WITA sampai selesai, di Laboratorium Perbengkelan Pertanian,
Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pengelasan yaitu las karbit dan las
listrik 1 fase dan 3 fase.
Bahan yang digunakan pada praktikum pengeboran yaitu besi plat, air,
elektroda dan gas asitilen.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pengelasan yaitu:


a. Las listrik 1 phase
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memastikan mesin las telah terhubung dengan sumber arus.
3. Memasang elektroda pada kutub positif.
4. Memasang ground pada besi yang akan dilas.
5. Menyalakan mesin las.
6. Menyentuhkan elektroda pada besi yang akan dilas.
7. Mendokumentasi hasil pengelasan.
b. Las listrik 3 phase
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasang ground pada besi yang akan dilas.
3. Mengatur panjang elektroda yang akan digunakan.
4. Mengatur besar arus atau panas yang diinginkan.
5. Melakukan pengelasan sambil menekan tombol yang ada pada pegangan
untuk mengatur keluarnya elektroda.
6. Mendokumentasi hasil pengelasan.
c. Las karbit
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Memasukkan karbit ke dalam tabung asetilen sesuai tempatnya.
3. Memasukkan air ke dalam tabung asetilen sesuai dengan tempatnya.
4. Memutar kran saluran air agar karbit dan air dapat bercampur.
5. Mengatur tekanan gas oksigen yang diperlukan.
6. Membuka saluran gas asetilen.
7. Membuka saluran oksigen.
8. Menyalakan api pada ujung saluran setelah gas oksigen dan asetilen
bercampur.
9. Memulai pengelasan pada besi.
10. Mendokumentasi hasil pengelasan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 16. Jenis-jenis las


No. Jenis las Kelebihan Kekurangan
1 Las listrik 3 1. Lebih cepat dalam 1. Elektroda harus diganti
phase proses pengelasan setiap saat karena cepat
karena menggunakan habis.
tenaga listrik. 2. Dibutuhkan kehatia-
2. Hasil pengelasan hatian yang tinggi
tergolong rapi karena karena arus listrik dapat
sisa elektroda tidak menyetrum.
menempel pada
bahan.
2 Las listrik 1 1. Lebih cepat dalam 1. Hasil pengelasan
phase proses pengelasan tergolong berantakan
karena menggunakan karena elektroda
tenaga listrik dengan menempel pada bahan
tegangan tinggi. yang dilas.
2. Lebih efisien
digunakan kerena
elektroda tidak perlu
diganti setiap saat.
3 Las karbit 1. Besar nyala api las 1. Untuk menyalakan
dapat diatur dengan mesin las tergolong
mudah. sulit hanya dapat
2. Penggunaan bahan dinyalakan oleh orang
bakar tergolong lebih yang ahli.
hemat. 2. Pengelasan dibutuhkan
3. Hasil pengelasan kehati-hatian karena
tergolong rapi karena mesin dapat terbakar
tidak menggunakan jika api las didekatkan
elektroda. pada tabung asetilen.
(Sumber: Data Primer 2018)
Pada praktikum pengelasan dilakukan pengenalan dan penggunaan beberapa
jenis mesin las seperti mesin las listrik 1 phase, mesin las listrik 3 phase dan
mesin las karbit. Setiap mesin las tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dilihat dari segi proses
pengelasan sampai dengan hasil pengelasan. Dari tiga mesin las tersebut seperti,
mesin las karbit memiliki hasil pengelasan yang tergolong lebih rapi dibanding
dengan dua mesin las yang lain karena tidak menggunakan elektroda. Akan tetapi
las ini mennggunakan oksigen dan asetilen sebagai bahan bakar, yang dapat
menimbulkan bau yang menyengat. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamiko
(2008), yang menyatakan las gas atau karbit adalah proses penyambungan logam
dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan
bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan
oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.500 °C yang
dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. . Selain itu, las mudah di bawa
kemana-mana karena tidak menggunakan listrik, tetapi gas yang dihasilkan dapat
menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Tabel 17. Bagian-bagian las dan fungsinya.
No. Jenis Las Gambar Keterangan dan Fungsi
1. Las listrik 1. Skala: sebagai
pembacaan tegangan
satu fase
1 yang digunakan.
5
2. Knop: untuk
menentukan tegangan
6
2
yang digunakan.
7 3. Elekroda: sebagai
3
sumber panas.
8 4 4. Katode: untuk
menyambungkan
elektroda.
5. Pemutar arus: untuk
memutar besarnya
arus yang digunakan.
6. Anode: untuk
menyambungkan
mesin las dengan meja
kerja.
7. Kabel: sebagai
penghantar arus listrik.
8. Steker: sebagai
penghubung dengan
arus listrik.
2. Las listrik tiga 1 6 1. Steker: sebagai
penghubung dengan
fase 7
2 arus listrik.
8 2. Regulator: sebagai
3
9 pengatur besaran
tekanan gas yang
10
4
digunakan.
5 3. Tabung gas: sebagai
11 tempat penyimpanan
gas.
4. Tombol power:
mengaktifkan dan
menonaktifkan mesin
las.
5. Selektor tegangan:
untuk menentukan
besarnya tegangan
yang digunakan.
6. Jarum indikator: untuk
menentukan tekanan
yang ada dalam tabung
gas.
7. Kran keluaran gas:
untuk menutup saluran
gas.
8. Selang gas: untuk
mengalirkan gas yang
keluar dari tabung ke
torch (ujung
pembakar).
9. Anode: untuk
menyambungkan
mesin las dengan meja
kerja.
10. Pengatur tegangan:
untuk menentukan
besarnya tegangan
yang akan diguanakan.
11. Selektor: sebagai
pengatur keluarnya
elektoda.
3. Las karbit 1 1. Regulator: sebagai
pengatur besaran
tekanan gas yang
2
digunakan.
5
2. Tabung oksigen:
6 sebagai tempat
3
menyimpan gas
4 oksigen.
7
3. Tangki air: sebagai
tempat menyimpan air.
4. Kran saluran air: untuk
membuka dan
menutup saluran air.
5. Corong: untuk
mengeluarkan gas
asitilen
6. Kran saluran gas
asitilen: untuk
membuka dan
menutup saluran gas
asitilen.
7. Tabung asitilen:
sebagi tempat
menyimpan asitilen.
(Sumber: Data primer, 2018)

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa jenis-jenis las
yang digunakan dalam praktikum itu berbeda-beda tergantung bentuk dan
fungsinya masing-masing. Seperti las listrik satu fase berfungsi untuk
menyambungkan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber
panas, las karbit Untuk menyambungkan logam dengan logam dengan
menggunakan gas karbit sebagai bahan bakar dan las argon untuk
menyambungkan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas
yang diperoleh dari listrik yang dihasilkan oleh mesin las berupa trafo (inverter).
Hal ini sesuai pendapat Salim (2017), yang menyatakan bahwa las busur listrik
atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas.
Jenis sambungan dengan las listrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Pada
umumnya las listrk di bedakan menjadi las listrik satu fase dan tiga fase.
Tabel 18. Hasil pengelasan
No Jenis las Hasil Pengelasan
1 Las listrik 1 phase
2 Las listrik 3 phase

3 Las karbit

(Sumber: Data Primer 2018)


Pada praktikum ini dilakukan pengelasan pada besi plat dan besi siku
menggunakan beberapa jenis las seperti las listrik 1 phase, lastrik 3 phase, dan las
karbit. Hasil pengelasan setiap mesin las berbeda-beda. Perbedaan tersebut
dikarenakan perbedaan sumber panasnya. Pada las listrik menggunakan elektroda
sebagai pengisi ruang kosong antara dua buah bahan, menghasilkan suatu hasil
penyambungan yang kurang rapi karena terjadi kontak dengan elektroda maka
langsung menempel, tetapi hasil penempelannya agak sulit dilepaskan. Sedangkan
pada las karbit yang tidak menggunakan elektroda, hanya nyala api yang bersuhu
sangat tinggi menghasilkan hasil yang cukup rapi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Saputra dkk. (2014), yang menyatakan bahwa secara sederhana dapat diartikan
bahwa pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik
rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan
menggunakan energi panas sebagai zat perantara dalam pencair bahan yang dilas.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pengelasan yang telah dilakukan, adapun yang dapat


disimpulkan, yaitu:
a. Pengelasan adalah proses penyambungan dua buah (lebih) logam sejenis
maupun tidak sejenis dengan mencairkan (memanaskan) logam tersebut di
atas atau di bawah titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan
disertai atau tanpa logam pengisi
b. Mesin las dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan sumber panasnya
yaitu mesin las listrik 1 phase, mesin las listrik 3 phase dan mesin las karbit.
5.2. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk praktikum pengelasan yaitu agar kiranya
mesin las pada bengkel dapat ditambah lebih banyak serta mesin yang mengalami
kerusakan dan tidak dapat digunakan lagi, sebaiknya diperbaiki atau diganti
sehingga dapat memperlancar terlaksananya proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Niptro, R. 2013. Proses prodiksi I Pengelasan. Universitas Riau: Riau.


Salim, I. 2017. Penuntun Praktikum Teknik Perbengkelan. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Saputra, Y, dan Yogi W. 2013. Makalah Pengelasan. SMK Negeri 3 Boyolangu
Tulungagung: Boyolangu.

You might also like