You are on page 1of 28

TUGAS KELOMPOK

CORPORATE GOVERNANCE

“BOARD COMMITTEE ROLES AND RESPONSIBILITIES”

Dosen Pembimbing: Dr. Novita Indrawati, SE, M. Si, Ak, CA

OLEH :

1. RADIATUL HUSNA 1610246931


2. NURRAHMA DEWI 1610247083
3. SEPRINI 1610247113
4. INDAH MAHA SARI 1610247114

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tema daripada
makalah kali ini adalah “Board Committee Roles and Responsibilities”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas didalam mata kuliah Corporate
Governance yang mana materi didalam makalah ini digunakan sebagai acuan presentasi yang
dilakukan pada hari yang bersangkutan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah syarat yang diajukan untuk
mengikuti Ujian Tengah Semester.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih ada beberapa kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu bagi dosen pembimbing kami minta kritik
dan saran agar untuk berikutnya kami dapat memperbaiki pembuatan makalah ini di masa
yang akan datang.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa “Fakultas Ekonomi”.

Pekanbaru, April 2018


Salam

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................2


Daftar Isi ..........................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................5
Bab II Landasan Teori ................................................................................................7
2.1 Prinsip VI OECD : The Responsibilities of the Board ...........................7
2.2 KNKG : Dewan Komisaris.....................................................................8
Bab III Kasus ...............................................................................................................25
3.1 Profil Perusahaan ....................................................................................25
3.2 Tata Kelola Perusahaan ...........................................................................26
3.3 Kasus Gugatan Pemegang Saham terhadap PT SLJ ...............................28
3.4 Analisis Kasus .........................................................................................31
Bab IV Penutup ............................................................................................................36
4.1 Kesimpulan ................................................................................................36
4.2 Saran ..........................................................................................................37
Daftar Pustaka . ................................................................................................................38

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corporate Goverance merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan
pengelolaan perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
akuntanbilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran. Corporate goverance dapat
mendorong terbentuk nya pola kerjasama manajemen yang besih transparan dan professional.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good Corporate Governance
(GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan
erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap
iklim usaha di suatu negara. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong
terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif . Oleh karena itu,
diterapkannya Good Corporate Governance (GCG) bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang
berkesinambungan.
Secara umum terdapat enam prinsip corporate governance dalam Prinsip-prinsip OECD
2004 mengenai coporate governance Keenam prinsip ini menjelaskan hal-hal yang
mencakup, kerangka dasar corporate governance, hak pemegang saham, kesetaraan perlakuan
pemegang saham, peranan stakeholders, keterbukaan dan transparansi, serta tanggung jawab
dewan komisaris.
Prinsip GCG dari OECD yang ke-6 erkaitan dengan tanggung jawab dewan komisaris
dan direksi perusahaan.Dalam prinsip ini dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola
perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif
terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan
pemegang saham.
Dalam struktur tata kelola perusahaan, pada umumnya kita mengenal tiga badan atau
organ perusahaan. Organ perusahaan tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham,
Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam rangka mendukung Dewan Komisaris dalam
melakukan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris dapat didukung oleh sejumlah Komite
yang berada dibawah supervisi Dewan Komisaris yang meliputi Komite Audit, Komite
Remunerasi dan Nominasi (secara tergabung ataupun terpisah), Komite Kebijakan Risiko

4
(ataupun Komite Monitoring Risiko – apapun namanya, berkaitan dengan fungsi pengelolaan
risiko). Ada juga perusahaan yang memiliki Komite Kebijakan Corporate Governance.
PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk adalah sebuah perusahaan kayu yang berbasis di
Indonesia. Perusahaan yang didirikan pada tanggal 14 April 1980 ini merupakan pabrik kayu
terbesar di Kalimantan Timur. Kegiatan utama Perusahaan terdiri dari pengolahan kayu,
kegiatan penebangan, operasi hutan tanaman industri, serta perdagangan ekspor, impor dan
lokal. Perusahaan ini memiliki sejumlah konsesi hutan alam dan konsesi hutan tanaman yang
dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari. PT Sumalindo Lestari Jaya
Tbk telah berkomitmen untuk tumbuh berkembang dan berdaya saing tinggi dengan
memperhatikan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance - GCG). Implementasi GCG dalam lingkungan bisnis PT Sumalindo Lestari Jaya
Tbk telah dilakukan secara maksimal dan menyeluruh sejak PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk
dan entitas anak perusahaan berdiri. Struktur Tata Kelola PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk
meliputi struktur organ perusahaan utama dan pendukung, dimana organ utama terdiri dari:
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Sementara organ
pendukung terdiri dari: Komite Audit, Sekretaris Perusahaan, dan Internal Audit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja Prinsip-prinsip tentang Tanggung Jawab Dewan menurut OECD Principle
VI?
2. Apa saja Pedoman GCG terkait dewan komisaris menurut KNKG?
3. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Komite Penunjang
Dewan Komisaris Pada PT. Sumalindo Jaya Lestari?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip tentang Tanggug Jawab Dewan menurut OECD
Principle VI
2. Untuk mengetahui Pedoman GCG terkait dewan direksi dan dewan komisaris
menurut KNKG
3. Mendeskripsikan dan Menganalisis Peran dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan
Komite Penunjang Dewan Komisaris Pada PT. Sumalindo Jaya Lestari

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prinsip VI OECD : The Responsibilities of the Board


Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan panduan strategis perusahaan,
pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap
perusahaan dan pemegang saham.
A. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi lengkap, dengan itikad baik,
berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, dan demi kepentingan terbaik perusahaan
dan para pemegang saham.
B. Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang saham secara
berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan harus memperlakukan
seluruh pemegang saham secara adil.
C. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi, dan harus mempertimbangkan
kepentingan para pemangku kepentingan.
D. Dewan harus memenuhi fungsi-fungsi kunci tertentu, termasuk:
1. Mengkaji dan membimbing strategi perusahaan, rencana utama, kebijakan risiko,
anggaran tahunan dan rencana bisnis; menetapkan tujuan kinerja; pemantauan
implementasi dan kinerja perusahaan; dan mengawasi pengeluaran modal utama,
akuisisi dan divestasi.
2. Memantau efektivitas praktik tata kelola perusahaan dan membuat perubahan
sesuai kebutuhan.
3. Memilih, memberi kompensasi, memantau dan, bila perlu, mengganti eksekutif
utama dan mengawasi perencanaan suksesi.
4. Menyesuaikan remunerasi eksekutif dan dewan kunci dengan kepentingan jangka
panjang perusahaan dan pemegang sahamnya.
5. Memastikan proses nominasi dan pemilihan dewan yang formal dan transparan.
6. Memantau dan mengelola potensi konflik kepentingan manajemen, anggota dewan
dan pemegang saham, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
penyalahgunaan dalam transaksi dengan pihak terkait.
7. Memastikan integritas sistem akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan,
termasuk audit independen, dan bahwa sistem pengendalian yang tepat diterapkan,

6
khususnya, sistem untuk manajemen risiko, pengendalian keuangan dan
operasional, dan kepatuhan terhadap hukum dan standar yang relevan. .
8. Mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi.
E. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian independen objektif dalam urusan
perusahaan
1. Dewan harus mempertimbangkan untuk menetapkan jumlah anggota dewan non-
eksekutif yang cukup yang mampu melakukan penilaian independen terhadap
tugas-tugas di mana ada potensi konflik kepentingan. Contoh tanggung jawab
utama tersebut adalah memastikan integritas pelaporan keuangan dan non-
keuangan, peninjauan transaksi pihak terkait, pencalonan anggota dewan dan
eksekutif kunci, dan remunerasi dewan.
2. Ketika komite dewan dibentuk, mandat, komposisi dan prosedur kerja mereka
harus didefinisikan dengan baik dan diungkapkan oleh dewan.
3. Anggota dewan harus dapat berkomitmen secara efektif terhadap tanggung jawab
mereka.
F. Untuk memenuhi tanggung jawab mereka, anggota dewan harus memiliki akses terhadap
informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.

2.2. KNKG : DEWAN KOMISARIS


Prinsip Dasar
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan
bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh
turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota
Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai
primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan
tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki
kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan
bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan.

7
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan
pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


1. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris
1.1. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.
1.2. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang
terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota
Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan
anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan,
untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.
1.3. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan
berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Salah satu
dari Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau
keuangan.
1.4. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses
yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, badan
usaha milik negara dan atau daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola
dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, proses penilaian calon anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum
dilaksanakan RUPS melalui Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan
Komisaris Independen harus memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas
yang dapat disalurkan melalui Komite Nominasi dan Remunerasi.
1.5. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS berdasarkan
alasan yang wajar dan setelah kepada anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan
untuk membela diri.
2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

8
2.1. Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas
sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk
kepentingan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.
2.2. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.
2.3. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.
2.4. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan Pedoman GCG
ini.
3. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
3.1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.
Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal yang
ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan perundangundangan, pengambilan
keputusan tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga
keputusan kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.
Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya
sebagai pengawas dan penasihat.
3.2. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris dapat
mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian
sementara, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan
RUPS.
3.3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar,
untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi.
3.4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik secara
bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan memperoleh
informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
3.5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga
pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah
satu alat penilaian kinerja mereka.
3.6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam

9
rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquit et
decharge) dari RUPS.
3.7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite.
Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh
keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,
serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan,
sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
4. Komite Penunjang Dewan Komisaris
4.1. Komite Audit
a. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan
bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan
dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal
dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut
temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen;
b. Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya
untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris;
c. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas
Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan
keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan
negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan
anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan
akuntasi dan atau keuangan.
4.2. Komite Nominasi dan Remunerasi

10
a. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta sistem remunerasinya;
b. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya:. Dewan Komisaris dapat mengajukan
calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan RUPS dengan
cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar;
c. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian
lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku
profesi dari luar perusahaan;
d. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan
dalam RUPS.
4.3. Komite Kebijakan Risiko
a. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai
toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan;
b. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris,
namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar
perusahaan.
4.4. Komite Kebijakan Corporate Governance
a. Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun
oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian
dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility);
b. Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari
luar perusahaan;
11
c. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance dapat
digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.
5. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
5.1. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi.
Laporan pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan
yang disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.
5.2. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas
laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan
tanggung jawab kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh halhal
tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab
masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau
kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang
tidak dapat dipenuhi dengan aset perusahaan.
5.3. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan
asas GCG.

2.3 Peran dan Tanggung Jawab Dewan Direksi


2.3.1 Relevansi Komite Dewan
Pembentukan komite dewan dapat membawa lebih banyak fokus pada fungsi pengawasan
dewan dengan memberikan wewenang dan tanggung jawab yang tepat dan dengan menuntut
akuntabilitas untuk komite-komite ini. Standar pencatatan bursa saham nasional
mengharuskan perusahaan yang terdaftar membentuk setidaknya tiga komite dewan yang
harus memasukkan audit, kompensasi, dan komite nominasi. Perusahaan publik juga, di
samping ketiga komite wajib, memiliki tata kelola dan komite lain seperti keuangan, TI, dan
pengungkapan. Jumlah rata-rata direktur 9-15

2.3.2 Komite Audit


Anggota parlemen (SOX), regulator (peraturan SEC), dan standar pencatatan bursa
saham nasional (NYSE, Nasdaq, AMEX) umumnya mengharuskan komite publik untuk
memiliki komite audit, yang harus terdiri dari direktur independen, keuangan, atau keluarga
hubungan dengan manajemen.
12
Standards Relating to Listed Company Audit Committees outline these
requirementsenguraikan persyaratan ini, yang terkait dengan:
1. Anggota komite audit harus independen
2. Anggota komite audit untuk memilih dan mengawasi akun independen perusahaan
3. Proses prosedural untuk menangani keluhan terkait praktik akuntansi perusahaan
4. Kewenangan komite audit untuk melibatkan penasehat
5. Pendanaan untuk auditor independen dan penasihat luar yang dilibatkan oleh komite
audit

Definisi Komite Audit


Menurut SOX Section 205, Komite Audit adalah Komite (atau badan setara) yang
dibentuk oleh dan di antara dewan direksi perusahaan untuk tujuan mengawasi proses
akuntansi dan pelaporan keuangan dari perusahaan dan audit atas laporan keuangan
perusahaan; dan jika tidak ada komite yang berhubungan dengan perusahaan, seluruh dewan
direksi .
Di dalam konteks Agency Theory, Komite Audit adalah Sebuah komite yang terdiri
dari para direktur independen, tidak ada satu pun yang dibebankan dengan fungsi
pengawasan untuk memastikan tata kelola perusahaan yang bertanggung jawab, proses
pelaporan keuangan yang andal,
struktur pengendalian internal yang efektif, fungsi audit yang dapat dipercaya, proses
pengaduan pengungkap informasi, dan kode etik bisnis yang sesuai dengan tujuan
menciptakan nilai pemegang saham jangka panjang sambil melindungi kepentingan
pemangku kepentingan lainnya

Hubungan Komite Audit


1. Hubungan komite audit dengan dewan direksi
Bekerja dengan komite lain, membantu dewan dengan memberikan spesialisasi dan
keahlian di bidang pelaporan keuangan, pengendalian internal, manajemen risiko, dan
kegiatan audit.
2. Hubungan komite audit dengan manajemen
Mengajukan pertanyaan yang sesuai terkait dengan struktur tata kelola perusahaan,
pengendalian internal, pelaporan keuangan, aktivitas audit, penilaian risiko, kode etik, dan
program whistleblower. Manajemen harus menyediakan informasi yang cukup.
13
3. Hubungan komite audit dengan eksternal auditor
Bertanggung jawab langsung untuk merekrut, memberi kompensasi, dan memecat auditor
eksternal, serta mengawasi pekerjaan mereka. Auditor eksternal pada akhirnya
bertanggung jawab kepada komite audit dan harus menyerahkan laporan mereka tentang
audit pada ICFR dan audit pelaporan keuangan kepada manajemen melalui komite audit.
4. Hubungan komite audit dengan internal auditor
Harus bertanggung jawab untuk mempekerjakan, mengawasi, memberi kompensasi, dan
memecat kepala departemen audit internal (CAE), dan auditor internal harus melaporkan
temuan audit mereka langsung kepada komite audit, yang pada akhirnya bertanggung
jawab kepada komite tersebut

Pendirian Komite Audite


1. Formasi Komite Audit
2. Independensi komite audit
3. Kualifikasi anggota komite audit
4. Otoritas komite audit
5. Pendanaan komite audit
6. Fungsi pengawasan komite audit
7. Akuntabilitas komite audit
8. Piagam komite audit
9. Agenda komite audit
10. Orientasi komite audit, pelatihan, dan pendidikan lanjutan.

Susunan Komite Audit


Komposisi komite audit dibahas dalam hal ukuran, independensi, kualifikasi, atribut,
dan sumber daya:
1. Ukuran komite audit
Ukuran komite biasanya berkisar antara tiga hingga enam anggota, sedangkan aturan SEC
dan standar pencatatan untuk perusahaan publik membutuhkan setidaknya tiga anggota
independen dan harus disusun setidaknya selama tiga bulan.
2. Independensi komite audit
Komite audit harus terdiri dari direktur luar yang independen, non eksektufi, dan direktur
yang berasal dari luar. Panduan tata kelola perusahaan yang sedang berkembang mengenai
14
independensi komite audit harus membantu perusahaan publik dalam menghindari potensi
konflik kepentingan karena komite
hubungan kontrak atau konsultansi yang berlebihan kepada perusahaan atau
manajemennya.
3. Persyaratan anggota
Setidaknya satu anggota komite audit harus ditunjuk sebagai ahli keuangan. Dewan direksi
perusahaan harus menerapkan definisi SEC dan mempertimbangkan pengalaman dan
pengetahuan anggota komite audit dalam menentukan anggota mana yang memenuhi
syarat sebagai ahli keuangan dan, jika tidak ada yang memenuhi syarat, merekrut
setidaknya satu anggota yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan.
4. Wewenang komite audit
SOX, menerima tanggung jawab yang meningkat yang ditugaskan untuk mengaudit
komite, memberi wewenang kepada mereka untuk melibatkan penasihat independen dan
penasehat luar lainnya ketika mereka memutuskan perlu dan mengharuskan perusahaan
untuk menyediakan dana yang sesuai untuk penasehat tersebut.

Tanggung Jawab Komite Audit


Tanggung jawab pengawasan komite Audit dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut:
1. Tata kelola perusahaan
2. Kontrol internal
3. Laporan keuangan
4. Kegiatan audit
5. Kode etik melakukan
6. Program Whistleblower
7. Manajemen risiko perusahaan
8. Penipuan laporan keuangan

Pertemuan Komite Audit


Kombinasi pertemuan komite audit formal dengan kehadiran eksekutif senior dan
pertemuan eksekutif dengan auditor internal dan / atau eksternal saja harus meningkatkan
efektivitas fungsi pengawasan komite audit.Komite audit harus bertemu setidaknya empat
kali setahun untuk meninjau laporan keuangan triwulan perusahaan dan jika diperlukan untuk

15
mengatasi masalah penting lainnya.Kualitas dan kuantitas pertemuan dapat memiliki dampak
yang signifikan terhadap efektivitas dalam memenuhi tanggung jawab pengawasannya.

Agenda Komite Audit


Komite audit harus memiliki agenda tertulis yang jelas untuk semua pertemuannya.
Agenda harus mencakup:
a. notulen rapat sebelumnya;
b. tinjauan atas laporan keuangan saat ini,
c. tinjauan atas manajemen saat ini, laporan auditor independen pada ICFR termasuk
mengidentifikasi kelemahan material dalam pengendalian internal, dan tanggapan
manajemen terhadap kelemahan material yang dilaporkan;
d. tinjauan atas program whistleblower yang sudah ada dan tanggapan yang tepat
terhadap keluhan-keluhan tersebut;
e. tinjauan manajemen risiko perusahaan perusahaan untuk memastikan tujuan
ditetapkan, risiko dinilai, dan prosedur dirancang untuk meminimalkan risiko;
f. tinjauan auditor internal, auditor eksternal, rencana audit, ruang lingkup, dan temuan.

Laporan Komite Audit


Laporan komite audit kepada pemegang saham meliputi, antara lain, uraian tanggung
jawab komite audit, aktivitas dan pencapaiannya, dan penilaian sendiri tentang seberapa baik
mereka telah melepaskan tanggung jawabnya yang ditetapkan.

Kewajiban Hukum Komite Audit


Aturan SEC menyediakan perlindungan yang aman berikut ini dalam mengatasi
kekhawatiran tentang peningkatan kewajiban anggota komite audit yang ditunjuk sebagai ahli
keuangan :
a. Seorang ahli keuangan komite audit tidak dianggap sebagai "ahli" untuk tujuan
pertanggungjawaban berdasarkan Bagian 11 dari Securities Act of 1933.
b. Penetapan anggota sebagai ahli keuangan tidak membebani kewajiban, kewajiban,
atau tugas di atas dan di luar dari anggota lain dari komite audit atau dewan direksi,
juga tidak penunjukan mempengaruhi kewajiban, kewajiban, atau tugas dari anggota
lain komite atau dewan.

16
Komite Kompensasi
Komite kompensasi biasanya dibentuk untuk menentukan kompensasi dan manfaat dari para
direktur dan eksekutif.
a. Struktur
Komite harus terdiri dari semua direktur independen yang berotasi secara berkala.
b. Proxy pernyataan pengungkapan
Komite memiliki seperangkat tanggung jawab yang harus mereka ikuti secara ketat.
c. Tanggungjawab komite
 Evaluasi direksi.
 Desain dan implementasi rencana kompensasi direktur.
 Evaluasi eksekutif senior.
 Desain dan implementasi rencana kompensasi eksekutif.
Metrik kinerja yang biasanya digunakan oleh komite kompensasi meliputi:
a. Earnings per share (EPS)
b. Cash flow
c. Total shareholder return (TSR)
d. Return metrics
e. Economic profit or economic value added (EVA)
f. Revenue
g. Operational metrics
h. Qualitative factors
Peraturan SEC mengharuskan pengungkapan yang tepat atas kompensasi eksekutif tanpa
memaksakan atau bahkan menilai sifat dan tingkat kompensasi eksekutif perusahaan, itulah
sebabnya semua yang harus dilakukan oleh komite kompensasi harus diungkapkan dengan
benar. Komite tata kelola perusahaan harus terdiri dari direktur eksekutif dan noneksekutif
serta bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memantau prinsip tata kelola
perusahaan, termasuk peran dan tanggung jawab direksi dan pejabat. Komite tata kelola
perusahaan harus bertanggung jawab untuk menetapkan agenda bagi dewan direksi
perusahaan untuk menentukan apa yang harus dibahas dewan dengan manajemen dan sejauh
mana. Komite tata kelola perusahaan harus memberikan informasi yang cukup kepada dewan
agar dapat secara efektif meninjau kinerja perusahaan. Informasi harus terdiri dari ukuran
finansial dan non finansial dari kinerjanya, perbandingannya dengan praktik terbaik industri,
dan anggaran perusahaan.
17
2.3.3 Komite Nominasi
Komite nominasi biasanya bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan mencalonkan
seorang direktur baru untuk dewan, dan juga memfasilitasi pemilihan direktur baru oleh
pemegang saham. Komite nominasi bertanggung jawab atas
a. meninjau kinerja direksi saat ini;
b. menilai kebutuhan direksi baru;
c. mengidentifikasi dan mengevaluasi keterampilan, latar belakang, keragaman, dan
pengetahuan tentang kandidat;
d. memiliki proses nominasi yang obyektif untuk kandidat yang memenuhi syarat;
e. membantu dalam pemilihan direktur baru yang berkualitas.
Komite Tetap Dewan Lainnya
Perusahaan publik dapat membentuk komite berdiri atau khusus lainnya untuk menangani
masalah yang membutuhkan keahlian khusus.
Contoh:
a. Komite keuangan untuk mengawasi kegiatan keuangan
b. Komite pengarah luar untuk menjaga independensi dewan
c. Komite eksekutif untuk menyetujui keputusan manajemen, rencana, dan tindakan atas
nama seluruh dewan.

Kesimpulan

18
BAB III
KASUS

PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk


3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
 Perseroan didirikan pada tanggal 14 April 1980 dengan nama PT Sumalindo Lestari
Jaya. Sesuai Anggaran Dasar secara garis besar Perseroan berusaha di bidang
kehutanan, perindustrian dan bidang pertambangan.
 Berdasarkan keputusan RUPS-LB Perseroan tanggal 18 Desember 2012, Perseroan
berganti nama menjadi PT SLJ Global Tbk dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana tertuang
dalam Surat Keputusan Nomor AHU- 25591.AH.01.02.Tahun 2013 tertanggal 14 Mei
2013.
 Sejak awal dibentuk, Perseroan mengkhususkan diri di bidang kehutanan dan industri
perkayuan dengan mengelola 1 (satu) areal IUPHHK-HA (d/h: Hak Pengusahaan
Hutan) seluas 132.000 Ha dan pabrik kayu lapis dengan kapasitas produksi 66.000
m3/tahun. Sejalan dengan berkembangnya usaha, melalui berbagai corporate action
antara lain penggabungan usaha, akuisisi, penambahan investasi dan juga divestasi,
saat ini Perseroan memiliki pabrik kayu lapis berkapasitas terpasang sebesar 190.000
m3/tahun dan pabrik MDF (Medium Density Fiberboard) berkapasitas terpasang
200.000 m3/tahun. Perseroan dan anak perusahaan saat ini mengelola 6 (enam) areal
hutan alam seluas 770.455 Ha termasuk IUPHHK-HA atas nama PT Essam Timber
dan PT Sumalindo Lestari Jaya V yang masih dalam proses perpanjangan izin dari
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu unit usaha lain adalah
pembangkit listrik (Power Plant), yang dikelola oleh anak perusahaan yakni PT
Kalimantan Powerindo (PT.KP) berkapasitas total 22,5 MW.
 Pada bulan Maret 1994 untuk pertama kalinya Perseroan melakukan Penawaran
Umum sebanyak 25.000.000 saham biasa atas nama, kepada masyarakat dan
mencatatkan seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan di Bursa Efek Jakarta
(s/i: PT Bursa Efek Indonesia).
 Pada tahun 2002 PT Astra International Tbk pada saat itu selaku pemegang saham
mayoritas Perseroan (kepemilikan 75%) menjual seluruh kepemilikan sahamnya
19
kepada PT Sumber Graha Sejahtera (PT.SGS). PT.SGS adalah suatu Perseroan yang
telah cukup lama berkecimpung di bidang industri perkayuan, dimana sebelum
melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya di Perseroan, tercatat memiliki 24,63%
saham dari seluruh saham yang dikeluarkan dari portepel Perseroan.
 Pada November 2016 Bapak Amir Sunarko selaku Presiden Direktur Perseroan
melakukan transaksi pembelian seluruh saham yang dimiliki PT.SGS (24,63%) di
Perseroan melalui mekanisme di pasar negosiasi Bursa Efek Indonesia.

3.2 Visi
 Menjadi industri perkayuan terpadu dan bertanggung jawab sosial, memberikan solusi
dengan menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang menggunakan bahan
baku dari hutan yang dikelola secara lestari, serta optimalisasi pemanfaatan sumber
daya alam lainnya.

3.3 Misi
 Mengelola kelompok usaha industri perkayuan terpadu di bidang kayu lapis dan kayu
lapis olahan, MDF serta produk-produk turunan lainnya yang berkaitan dengan
industri perkayuan serta mempunyai tanggung jawab sosial.
 Menjaga keberlangsungan kebutuhan bahan baku yang dipenuhi dari hutan yang
dikelola berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari.
 Melakukan proses produksi yang memenuhi standar ramah lingkungan.
 Memberikan nilai tambah produk melalui peningkatan nilai di setiap proses
tahapannya, pengembangan produk, sumber daya manusia dan jalur distribusi.
 Mengoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam lainnya.

3.4 Penerapan GCG pada PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk


PT. Sumalindo Jaya Lestari berkomitmen untuk tumbuh berkembang dan berdaya saing
tinggi dengan memperhatikan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance - GCG). Implementasi GCG dalam lingkungan bisnis Perseroan telah
dilakukan secara maksimal dan menyeluruh sejak Perseroan dan entitas anak perusahaan
berdiri.
Setiap rencana tindakan korporasi serta kebijakan yang akan diambil dalam
pelaksanaan tata kelola perusahaan khususnya untuk hal-hal yang dianggap penting. Direksi
20
melakukan konsultasi serta mengajukan permohonan persetujuan yang disertai dengan
penjelasan–penjelasan yang memadai kepada Dewan Komisaris. Dalam hal penyusunan
rencana, strategi maupun kebijakan yang akan diambil khususnya terkait dengan kegiatan
operasional dan fungsional sehari-hari, Direksi mengikutsertakan peran para karyawan
melalui divisi-divisi yang dibentuk dalam organisasi sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Dengan demikian apa yang diputuskan dan dilaksanakan tetap berpedoman pada prinsip
Good Corporate Governance (GCG), Standard Operational Procedure (SOP) Perseroan,
selain memperhatikan dan memenuhi setiap ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal,
Anggaran Dasar Perseroan serta peraturan dan perundangan terkait lainnya.
PT. Sumalindo Jaya Lestari menerapkan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dengan
memandang bahwa implementasi GCG merupakan sebuah kewajiban. Perseroan terus
berupaya untuk menetapkan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan (GCG) dalam setiap
usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi, mulai dari Dewan Komisaris,
Direksi, sampai dengan pegawai tingkat pelaksana. Pelaksanaan GCG Perseroan
berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar, yaitu: Transparansi, Akuntabilitas,
Pertanggungjawaban, Independensi, dan Kewajaran.

3.5 Struktur Tata Kelola Perusahaan


PT. Sumalindo Jaya Lestari memiliki organ-organ dengan masing-masing fungsi atau
peran, tugas dan tanggung jawabnya. PT. Sumalindo Jaya Lestari juga telah menunjuk
Komisaris Independen, Komite Audit, Sekretaris Perusahaan, serta Corporate Audit yang
kompeten dan mampu bekerja selaras dengan Visi, Misi serta nilai-nilai Perseroan. PT.
Sumalindo Jaya Lestari juga memastikan bahwa pembagian tanggung jawab diantara
manajemen Perseroan, baik yang berada di bawah naungan Dewan Komisaris, maupun yang
berada di bawah Direksi, telah dilaksanakan dengan seksama dan telah mempertimbangkan
pula faktor risiko yang ada. Struktur Tata Kelola PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk meliputi
struktur organ perusahaan utama dan pendukung, dimana organ utama terdiri dari: Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Sementara organ
pendukung terdiri dari: Komite Audit, Sekretaris Perusahaan, dan Internal Audit.

21
3.6 Peran dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Komite Penunjang Dewan
Komisaris pada PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk

3.6.1 Dewan Komisaris


Dewan Komisaris merupakan organ Perseroan yang bertanggung jawab secara kolektif
untuk elakukan pengawasan dan memberikan saran serta masukan kepada Direksi guna
memastikan bahwa Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip GCG pada seluruh jenjang
organisasi. Adapun kriteria bagi seseorang yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan
Komisaris adalah: orang perseorangan yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, tidak pernah dinyatakan pailit, tidak menjadi anggota
Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana sebelum
pengangkatannya. Perseroan wajib memiliki Komisaris Independen sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugasnya,
Dewan Komisaris dibantu oleh Komite Audit. Ketentuan mengenai Dewan Komisaris dan
Direksi dilaksanakan sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 33/POJK.04/2014.

Komposisi Dewan Komisari

Pengangkatan dan Pemberhentian Dewan Komisaris


Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan dengan keputusan RUPS setelah
melalui proses pencalonan sesuai dengan Anggaran Dasar dan perundang-undangan yang
berlaku. Sesuai Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT SLJ
Global Tbk No. 12 tanggal 13 Oktober 2017, dengan masa jabatan anggota Dewan Komisaris
selama 5 tahun.

22
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Dewan Komisaris memiliki hak dan wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap
kebijakan manajemen Perseroan yang dilaksanakan oleh Direksi meliputi rencana
pengembangan, rencana bisnis dan anggaran tahunan, pelaksanaan dan kepatuhan pada
ketentuan Anggaran Dasar, serta keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam kaitan dengan pelaksanaan praktik GCG di lingkungan Perseroan, tugas dan
tanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi dalam
menjalankan Perseroan: meminta dan memperoleh penjelasan dari Direksi atas segala hal
yang terkait dengan Perseroan, memperoleh akses atas informasi Perseroan, membentuk
Komite Audit dan komite lainnya sesuai dengan kebutuhan Perseroan, serta memantau
efektivitas praktik GCG Perseroan. Dewan Komisaris Perseroan melakukan kontrol melalui
fungsi utamanya sebagai pengawas Direksi dalam menjalankan tata kelola perusahaan.
Fungsi pengawasan tersebut dilaksanakan antara lain melalui optimalisasi fungsi Komite
Audit Independen yang dibentuk Dewan Komisaris. Berdasarkan informasi-informasi yang
disampaikan dalam bentuk laporan rutin dari Komite Audit, Dewan Komisaris memberikan
nasihat, pertimbangan dan masukan kepada Direksi terkait dengan kebijakan pengurusan
serta aktifitas–aktifitas tertentu yang akan dilaksanakan Perseroan. Dewan Komisaris dapat
memberikan persetujuan maupun menolak tindakan-tindakan tertentu yang diusulkan atau
akan dilakukan oleh Direksi bilamana menurut pertimbangan Dewan Komisaris tindakan
tersebut bertentangan dengan kepentingan Perseroan.

Remunerasi Dewan Komisaris


Penetapan remunerasi Dewan Komisaris dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Dasar dan keputusan RUPS Perseroan yang kemudian ditindaklanjuti dengan
keputusan Dewan Komisaris. Jumlah remunerasi untuk seluruh Dewan Komisaris
sebagaimana tercantum pada halaman 13 Laporan Keuangan Perseroan tanggal 31 Desember
2017 yang merupakan satu kesatuan dengan Laporan Tahunan ini

Frekuensi Rapat dan Kehadiran Dewan Komisaris


Selama 2017, Dewan Komisaris mengadakan rapat internal sebanyak 6 (enam) kali dan
rapat gabungan Dewan Komisaris dengan Direksi sebanyak 4 (empat) kali dengan tingkat
kehadiran 100% untuk setiap anggota).

23
Penilaian Kinerja Dewan Komisaris
Penilaian kinerja Dewan Komisaris dilakukan dalam RUPS dimana penilaian dilakukan
secara self assessment terhadap KPI (Key Performance Index) yang telah ditetapkan.
Penilaian Kinerja Komite Penunjang Dewan Komisaris Penilaian terhadap kinerja Komite
Audit Perseroan dilakukan secara self assessment terhadap KPI yang telah ditetapkan.
Komite Audit berfungsi memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris mengenai laporan
Direksi. Dalam pelaksanaan tugasnya untuk menjaga agar tidak terjadi kasus penyelewengan
atau kecurangan dalam tubuh perusahaan, Komite Audit bertanggung jawab secara langsung
kepada Dewan Komisaris.

Prosedur Nominasi dan Remunerasi


Untuk melaksanakan fungsi Nominasi dan Remunerasi, Dewan Komisaris tidak
membentuk Komite Khusus dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Fungsi Nominasi dan Remunerasi merupakan fungsi Dewan Komisaris dan untuk
melaksanakan fungsi tersebut telah dibuat Pedoman Dewan Komisaris yang disebut
“Piagam Pelaksanaan Fungsi Nominasi dan Remunerasi”. Piagam ini dibuat sesuai
dengan ketentuan Pasal 20 Peraturan OJK No. 34/POJK.04/2014
b. Terkait fungsi Nominasi, mengingat kewenangan untuk mengusulkan seseorang dalam
jabatan sebagai anggota Direksi dan atau anggota Dewan Komisaris ada pada pemegang
saham, maka fungsi Dewan Komisaris dalam hal ini dibatasi pada memberikan
rekomendasi yang disampaikan ke Rapat Umum Pemegang Saham, sepanjang calon
yang diajukan memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana ketentuan dalam
Undang-Undang dan Peraturan OJK terkait.
c. Terkait Remunerasi untuk Dewan Komisaris, diberikan sesuai dengan basis formula
yang ditetapkan oleh RUPS dan besarnya untuk masing-masing anggota Dewan
Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
d. Terkait Remunerasi untuk Direksi, diusulkan oleh Pemegang Saham dan besarnya untuk
masing-masing anggota Direksi ditetapkan oleh Dewan Komisaris.

3.6.2 KOMITE AUDIT


Sesuai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Perseroan membentuk Komite Audit
24
berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT SLJ Global Tbk No. 005/DK/2015
tanggal 1 Juli 2015.
Komite Audit Perseroan terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang anggota,
yaitu :

Pembentukan Komite Audit merupakan bentuk dari upaya Perseroan untuk menerapkan
praktik Tata Kelola Perusahaan yang baik. Oleh karena itu, Komite Audit memiliki Fungsi
dan peran yang strategis untuk mendukung dan meningkatkan peran Dewan Komisaris dalam
menjalankan fungsi pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan Perseroan oleh Direksi.
Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional dan independen kepada
Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada
Dewan Komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan
Komisaris, antara lain meliputi:
a. melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perseroan seperti
laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainnya.
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
di bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan Perseroan.
c. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh Akuntan
Publik untuk memastikan semua risiko usaha yang penting telah dicantumkan.
d. Melaporkan kepada Dewan Komisaris berbagai risiko yang dihadapi Perusahaan dan
pelaksanaan manajemen risiko oleh Direksi.

Struktur dan Kualifikasi Keanggotaan Komite Audit


Komite Audit dibentuk dalam rangka membantu tugas Dewan Komisaris untuk
mendorong diterapkannya tata kelola Perusahaan yang baik, terbentuknya struktur
pengendalian internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan
keuangan, serta mengkaji ruang lingkup, ketepatan, independensi, dan obyektivitas Akuntan

25
Publik. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris. Masa
tugas Komite Audit tidak lebih dari masa jabatan Dewan Komisaris sebagaimana diatur
dalam peraturan OJK dan dapat dipilh kembali hanya untuk 1 (satu) periode berikutnya.
Selain itu Dewan Komisaris dapat memberhentikan sewaktu-waktu anggota Komite Audit
yang bukan berasal dari Dewan Komisaris jika dianggap tidak dapat melaksanakan tugas
dengan baik. Perseroan menetapkan standar kualifikasi yang tinggi terhadap pemilihan
personil Komite Audit, yaitu:
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman dalam
bidangnya serta mampu berkomunikasi dengan baik;
b. Memiliki sedikitnya 1 (satu) anggota yang berlatar belakang dibidang akuntansi dan
keuangan;
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan; d.
Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya ;
d. tidak memiliki hubungan afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, Direksi atau
pemegang saham utama Perseroan;

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Standar pencatatan mengharuskan perusahaan yang terdaftar untuk membentuk
setidaknya tiga komite dewan, termasuk komite audit, kompensasi, dan nominasi / tata
kelola. Komite dewan biasanya dibentuk sebagai sarana untuk meningkatkan efektivitas
dewan di daerah-daerah di mana komite yang lebih terfokus, khusus, dan berorientasi teknis
dianggap perlu.Komite audit bertindak sebagai penjaga kepentingan investor dengan
mengasumsikan tanggung jawab pengawasan di bidang tata kelola perusahaan, pelaporan
keuangan, aktivitas audit, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Komite audit
adalah salah satu komite utama utama dari dewan direksi perusahaan dan, dengan demikian,
bekerja dengan komite dewan lain, manajemen perusahaan, dan auditor eksternal dan internal
untuk secara efektif memenuhi tugas fidusia dewan untuk semua pemangku kepentingan.
Auditor eksternal dan internal pada akhirnya bertanggung jawab kepada komite audit dan
harus menyerahkan laporan mereka kepada komite audit. Determinan dari komite audit yang
efektif termasuk ketekunan, independensi, komunikasi, tanggung jawab, akuntabilitas,
sumber daya, hubungan kerja, evaluasi, fungsi, dan tanggung jawab hukum.
Komposisi komite audit, termasuk ukuran, independensi, kualifikasi, dan sumber
daya, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keefektifannya. Setidaknya satu dari
anggota komite audit harus ditunjuk sebagai ahli keuangan. Tanggung jawab komite audit
dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut: tata kelola perusahaan, pengendalian
internal, pelaporan keuangan, aktivitas audit, kode etik, program whistleblower, manajemen
risiko perusahaan, dan penipuan laporan keuangan. Laporan komite audit kepada pemegang
saham meliputi, antara lain, uraian tanggung jawab komite audit, aktivitas dan
pencapaiannya, dan penilaian sendiri tentang seberapa baik mereka telah melepaskan
tanggung jawabnya yang ditetapkan. Tanggung jawab komite kompensasi dapat
digeneralisasikan ke dalam tiga kategori: (1) mengevaluasi kinerja direksi dan eksekutif
senior, (2) merancang dan mengimplementasikan rencana kompensasi untuk direktur dan
eksekutif, dan (3) mengungkapkan kegiatan komite kompensasi.

27
4.2 Saran
xxxx

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sljglobal.com
Komite Nasional Kebijakan Goverance, 2006. Pedoman Umum Good Corporate Goverance
Indonesia (KNKG)
OECD, 2004, OECD Principle Of Corporate Goverance (OECD)

28

You might also like