Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1 Skenario
Seorang anak laki laki usia 1 tahun datang ke IGD diantar ibunya dengan keluhan
mencret sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS), mencret dirasakan >6kali
dalam sehari konsistensi cair berwarna kuning kecokelatan disertai lendir (+) tanpa
disertai darah (-). muntah +5 kali berupa Muntah cair, terdapat sedikit ampas makanan,
tidak menyembur, tidak berwarna hijau . Ibu pasien juga mengatakan pasien demam naik
turun sejak 2 hari SMrs. Nafsu makan menurun dan pasien selalu haus serta rewel.
Pasien belum pernah mengalami hal yang seperti ini sebelumnya, di keluarga dan
tetangga juga tidak ada yang mengeluhkan hal yang serupa. Sebelumnya pasien telah
berobat ke klinik tetapi tidak mengalami perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu : 38,30C, nadi: 100x/mnt, RR: 32x/mnt, berat
badan 9 kg. Uub cekung (-) mata sedikit cekung (+), turgor kulit kembali cepat (+) Bu (+)
meningkat. pada pemeriksaan laboratorium didapatkan : Hb= 12.8 g/dl, ht = 40.3 %,
leukosit= 23,2 103/ml, Eritrosit= 5,30 106/µl, trombosit = 365 103/µl. Pemeriksaan feses
didapatkan warna: hijau, komsistensi : lembek, darah (-), lendir (+), nanah (-), parasit (-).
Leukosit 1-2/Lbp, eritrosit (-), telur cacing (-), amoeba (-)
• suhu : 38,30C
• Bu (+) meningkat
• Leukositosis
• Pemeriksaan feses warna: hijau, konsistensi : lembek, lendir (+), darah (-) parasit
(-). Leukosit 1-2/Lbp, eritrosit (-), telur cacing (-), amoeba (-)
I.3 Pertanyaan
6. jelaskan dan sebutkan pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat di lakukan ?
29. jelaskan faktor dan penyebab apa saja yang mempengaruhi bising usus ?
31. jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi nafsu makan menurun ?
33. jelaskan bagaimana cara pemeriksaan untuk mengetahui seorang anak haus ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DIARE
1. Definisi diare
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)
sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada
yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair,
maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi
tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan
sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
diare, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses
selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair
dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair
tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009). Definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dan 3 kali perhari
pada bayi dan lebih dari 6 kali perhari pada anak, yang disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi encer.
I. Epidemiologi
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun
2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah
penderita 198 orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%).
Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan 1%) kecuali pada tahun 2011 CFR
pada saat KLB sebesar 0,40%, sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat
menjadi 3,04%.
Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader
kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare (insidens diare dikali jumlah
penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Insidensi diare nasional hasil
Survei Morbiditas Diare tahun 2014 yaitu sebesar 270/1.000 penduduk, maka
diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak
6.897.463 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% dari target.
2. Etiologi diare
Infeksi:
- Bakteri E.coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Yersinia, Campylobacter
- Virus Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus
- Parasit Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum
Alergi : protein air susu sapi
Intoleransi : karbohidrat
Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
Keracunan makanan
Zat kimia beracun
Toksin mikroorganismen : Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus
Imunodefisiensi
3. Klasifikasi Diare
2. Diare persisten atau diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14
hari.
1. Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase yang akan
(cAMP). Akumulasi cAMP intraselular menyebabkan sekresi aktif air, ion klorida,
natrium, kalium, dan bikarbonat ke dalam lumen usus. Adenil siklase ini diaktifkan oleh
toksin yang dihasilkan dari mikroorganisme, antara lain Vibrio cholera, Enterotoxigenic
2. Diare invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam mukosa usus
sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh virus (rotavirus),
bakteri
Yersinia), atau parasit (Amoeba). Diare invasif terdapat dalam 2 bentuk, yaitu:
Diare non-dysentriform berupa diare yang tidak berdarah, biasanya disebabkan oleh
rotavirus
Pada diare yang disebabkan oleh rotavirus, sesudah masuk ke dalam saluran cerna, virus
akan berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus menyebabkan kerusakan
pada bagian apikal dari vili yang selanjutnya diganti oleh bagian kripta yang belum matang
(imatur, berbentuk kuboid atau gepeng). Sel yang masih imatur ini tidak dapat berfungsi
normal karena tidak dapat menghasilkan enzim laktase. Diare yang disebabkan rotavirus
<2 th berupa diare cair, muntah, disertai batuk pilek Diare dysentriform berupa diare
berdarah yang biasanya disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan EIEC. Pada
diare karena Shigella sesudah bakteri melewati barier asam lambung, selanjutnya masuk
adenil siklase mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare sekretorik. Bakteri ini
akan sampai di kolon karena peristaltik usus dan melakukan invasi membentuk mikroulkus
yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan menimbulkan BAB yang berlendir
dan berdarah.
3. Diare osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh tekanan osmotik yang tinggi di dalam
lumen usus sehingga menarik cairan dari intraselular ke dalam lumen usus yang
menimbulkan watery diarrhea. Diare osmotik paling sering disebabkan oleh malabsorpsi
karbohidrat. Laktosa akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase,
kemudian diabsorbsi di dalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim laktase maka
akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure yang tinggi
4. Patofisiologi diare
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil siklase yang akan
mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadi cyclic adenosine monophosphatase
(cAMP). Akumulasi cAMP intraseluler menyebabkan sekresi aktif air, ion, klorida,
natrium, kalium, dan bikarbonat ke dalam lumen usus. Adenil siklase ini diaktifkan oleh
toksin yang dihasilkan dari mikroorganisme antara lain Vibrio cholera, Enterotoxigenic
Eschericia colli (ETEC), Shigella, Clostridium, Salmonella, dan Campylobacter.
Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh tekanan osmotik yang tinggi di dalam
lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen usus yang
menimbulkan watery diarrhea. Diare osmotik paling sering disebabkan oleh malabsorbsi
karbohidrat. Laktosa akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase,
kemudian diabsorbsi di dalam usus halus. Apabila terjadi defisiensi enzim laktase maka
akumulasi laktosa pada lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure yang tinggi
sehingga terjadi diare.
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak daripada input air.
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
1. Diare Sekretorik
Gejala berupa: diare cair, disertai dengan muntah-muntah tidak ada demam cepat
menyebabkan dehidrasi.
2. Diare Osmotik
Gejala berupa :
a) Tinja cair
b) Distensi abdomen (kembung): karena banyaknya gas Hidrogen yang
dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme usus.
Panas + ++ ++ - ++ -
Leukosit - + + - - -
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau tidak
sadar
Rasa haus Minum biasa, *Haus, ingin minum *Malas minum atau tidak
tidak haus banyak bisa minum
Periksa: turgor kulit Kembali cepat *Kemballi lambat *Kembali sangat lambat
1. Pemeriksaan feses
Berat feses > 300 gram/24 jam mengkonfirmasi adanya diare. Perhatikan bentuk tinja,
apakah setengah cair, cair, berlemak atau bercampur darah. Diare seperti air dapat
terjadi akibat kelainan pada semua tingkat system pencernaan, terutama usus halus.
Adanya makanan yang tidak tercerna merupakan manifestasi dari kontak yang terlalu
cepat antara tinja dan dinding usus yang disebabkan cepatnya waktu transit usus. Diare
yang bervolume banyak dan berbau busuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat
dilakukan pewarnaan gram ataupun kultur.
Contoh tinja harus segera diperiksa untuk melihat adaya leukosit, eritrosit, parasit.
Apabila dalam feses terdapat >14 gram lemak/24 jam menunjukkan adanya steatorea.
Adanya gelembung lemak mengarah ke penyakit pankreas, dll. Adanya amilum dalam
tinja menunjukkan adanya maldigesti karbohidrat. Eritrosit dalam tinja menunjukkan
ada luka, colitis ulserativa, infeksi, polip atau keganasan. Leukosit dalam tinja
menunjukkan kemungkinan infeksi atau inflamasi usus. pH tinja < 5,3 (asam) dan tes
reduksi (+) menunjukkan intoleransi glukosa, pH 6,0-7,5 dijumpai pada sindrom
malabsorpsi asam amino dan asam lemak.
2. Pemeriksaan darah
Dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap (Hb, Ht, Leukosit, diftel), kadar
elektrolit serum, analisa gas darah (apabila terdapat tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa), fungsi kelenjar tiroid. Diare yang disebabkan virus
memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis. Apabila diare
disebabkan infeksi bakteri yang invasif ke mukosa memiliki leukositosis. Eosinofil
meningkat pada alergi makanan atau infeksi parasit. Kadar asam folat rendah
menunjukkan penyakit seliak. Kadar vitamin B12 rendah menunjukkan pertumbuhan
bakteri berliebihan dalam usus halus. Kadar albumin rendah menunjukkan tanda
kehilangan protein dari peradangan di ileum, jejunum, kolon dan pada sindrom
malabsorpsi. Jika ada kemungkinan kuat penyakit dasar infeksi HIV pada pasien
dengan diare kronik, maka skrining pemeriksaan infeksi HIV dalam darah penting
dilakukan.
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume
dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 – 8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau
penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang
telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas
atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan
lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak
adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat
dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila
terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.1, 3, 10 Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat
badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor
Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain dapat dilihat pada tabel berikut.
DERAJAT DEHIDRASI
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis
atau infeksi saluran kemih.
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika.
Tinja :
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa
atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering
terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada
tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.
Test yang dilakukan di laboratorium riset Bakteri yang memproduksi toksin, EIEC,
EAEC, PCR untuk genus yang virulen
Pemeriksaan mikroskopik:
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic Syndrome,
diare dengan tinja berdarah, bila terdapat lekosit pada tinja, KLB diare dan pada
penderita immunocompromised
8. Penatalaksanaan diare
bungkus)
bungkus)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
- Beri oralit segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam pada bayi
atau 1-2 jam pada anak dan beri tablet zinc.
- Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam, klasifikasi dehidrasi
kemudian pilih rencana terapi yang sesuai
- Bila tidak tersedia fasilitas pemberian cairan intravena, rehidrasi dilakukan
dengan pipa nasogastrik
Oralit 20 ml/kgBB/jam selama 6 jam
Evaluasi penderita setiap 1-2 jam
Muntah, kembung, tidak perbaikan dalam 3 jam rujuk untuk
pengobatan IV
Sesudah 6 jam klasifikasi dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang
sesuai
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama. Risiko menderita
diare dan dehidrasi berat pada balita yang tidak diberi ASI penuh menjadi
2. Menggunakan botol susu. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman
berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
terjadi jika penyimpanan tidak tertutup atau jika tangan yang tecemar
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
tidak berbahaya padahal tinja yang mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
1.2 DEMAM
Kelompok Penyakit
Infeksi saluran nafas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis
atas herpetika
b. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat
ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri
dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.
Penyebab umum demam tanpa localizing signs
Di daerah malaria
Demam Intermiten
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada
pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan
jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Gambar 3. Demam intermiten
Demam Quotidian
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme
demam yang terjadi setiap hari.
Demam Quotidian Ganda
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam
(siklus 12 jam).
Undulant Fever
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan
menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun
menjadi normal.
Prolonged Fever
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama
demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya lebih dari
10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam Rekuren
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval
irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya
traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
Demam Bifasik
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang
berbeda (camelback fever pattern,atau saddleback fever). Poliomielitis
merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas
untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick
fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic
fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Demam Periodik
Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval
regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari,
beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat
dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap
hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar
5.)dan brucellosis.
Relapsing Fever
Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren
yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan
oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).
Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi
akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor pirogen
endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini
bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk
prostaglandin. Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan
lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit
metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain. Kemampuan anak
untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah
set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai
dengan gejala demam.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen
nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein- 1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo, 2006).
membuktikan bahwa sistem pertahanan tubuh berfungsi dengan baik pada suhu tubuh
demam dibandingkan dengan suhu tubuh normal. Namun demam yang terjadi dapat
membuat anak tersebut tidak nyaman dan dehdrasi karena peningkatan penguapan cairan
perhatian lebih karena dapat berdampak buruk seperti meningkatnya risiko terjadi kejang
demam terutama pada anak dibawah umur 5 tahun. Selain itu, demam diatas 41oC dapat
menyebabkan demam terus menerus (hiperpireksia) yang sangat berbahaya karena dapat
saraf pusat. Pada awalnya anak akan tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing,
kejang dan akhirnya tidak sadarkan diri. Keadaan koma terjadi apabila suhu >43oC dan
kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43oC sampai 45oC (Mcgraw-Hill, 2002).
Pada penelitian yang dilakukan Youssef dkk, mereka meneliti tingkat pengetahuan
komplikasi demam yang utama adalah terjadinya kejang demam, kerusakan otak 36%,
kehilangan kesadaran 35%, kesakitan yang parah 28%, dehidrasi 18% dan kematian 18%
(Youssef dkk, 2000). Sedangkan Nazeem dkk mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda
kejang demam sebesar 75%, kematian 31% dan kerusakan otak 31% (Oshikoya dkk, 2008).
1.3 MUNTAH
Muntah psikis yang dicetuskan oleh faktor emosi, misalnya muntah yang timbul jika
melihat atau membaui sesuatu dan bahkan muntah sebelum mengikuti ujian atau situasi
penuh stress lainnya
Klasifikasi mutah Beberapa sindroma mutah yang spesifik seringkali sukar dibuat
diagnosanya atau terapinya.
- lambung memberi sinyal ke zona kemoreseptor oleh system saraf aferen dan saraf
simpatis sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanan
kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke usus.
- Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung dan
duodenum sehingga duodenum teregang
- Setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik
sfringter esophagus bagian atas untuk terbuka.
- Sfringter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui esophagus. Hal
ini yang disebut muntah
.
23. Interpretasi hasil pemeriksaan feses pada skenario
Warna hijau: Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum
sempat teroksidasi
Konsistensi lembek: tinja normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti sosis
Lendir : Adanya lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Lendir pada bagian luar
tinja, lokasi iritasi mungkin pada usus besar dan bila bercampur dengan tinja, iritasi
mungkin pada usus kecil.
Klasifikasi Diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut di
definisikan sebagai passase tinja
yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang
dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi
(Wong 2009).
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Mekanisme patofisiologi
Mata tampak cekung menunjukkan keadaan kehilangan cairan dan elektrolit berlebih.
Tubuh manusia 70-85% disusun oleh air yang terbagi menjadi cairan intrasel, ekstrasel dan
interseluler. Ketika cairan ini kurang pada sel atau jaringan tubuh pada keadaan dehidrasi,
maka sel sel akan menciut , mengkerut, mengecil dan menjadi cekung. Karena palpebra
terdiri dari jaringan ikat longgar maka manifestasi yang tampak adalah mata menjadi
cekung.
Dehidrasi merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat hilangnya cairan tubuh
secara berlebihan. Penderitanya bisa menunjukan defisiensi baik cairan maupun kadar
elektrolit. Derajat keparahan dehidrasi dihitung dari perbandingan berat cairan yang hilang
dengan berat tubuh, yaitu ringan (5%), sedang (10%), berat (15%).2
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi
cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu,
kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.
Bising usus itu adalah bunyi gemerincing pada usus yang dapat didengar melalui stetoskop.
Bising usus normal akan terdengar pada orang yang sehat. Sedang bising usus tak normal
adalah pertanda kurang sehatnya seseorang. Misalnya peningkatan bising usus (bunyi
gemerincing dengan nada tinggi dalam intervalsingkat) adalah gejala adanya kolik (kram)
pada abdomen (perut) atau obstruksiusus (sembelit/susah buang air besar) atau penyakit
lainnya.Bising usus adalah kontraksi tonik bersifat kontinu, berlangsung bermenit-menit
atau berjam-jam, kadang-kadang meningkat atau menurun intensitasnya tetap kontinu.
Kontraksi ini dapat disebabkan oleh serangkaian potensial aksi atau perangsangan
nonelektronergik oleh hormone.
bising usus dapat terjadi akibat dari adanya pergerakan kontraksi usus halus disebabkan
oleh aktifitas 2 lapis otot polos yaitu lapisan otot polos longitudinal di bagian luar dan
lapisan otot sirkuler dibagian dalam. Pergerakan usus halus berfungsi untuk mencampur
makanan dengan enzim percernaan dan mendorong makanan kearah kolon. Dibutuhkan
waktu 3-5 jam agar makanan dari pylorus tiba di ileocaecal junction. Dimana hal ini di atur
oleh sistem saraf enterik di bawah pengaruh berbagai peptida dan hormon
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan-bahan
makanandapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan pada usus halus terdiri dari:
-Otot yang terutama berperanan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan
adalah otot longitudinal.
-Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi
secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1-4 cm. Pada saat
satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera
akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan
kembali keposisisnya semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan
bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus
halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
-Pergerakan profulsif atau gerakan peristaltic yang mendorong makanan kearah usus besar
(colon).
-Gerakan peristaltic pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat dibandingkan
pada bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah
berlangsungsekitar 3 sampai 5 cm, dan jarang lebih dari 10 cm. rata-rata pergerakan
makanan pada usus halus hanya 1 cm/menit. Ini berarti pada keadaan normal , makanan
dari pylorus akan tiba di ileocaecal junction dalam waktu 3-5 jam.
Selain karena alasan sakit, nafsu makan juga dapat berkurang karena efek dari obat-obatan
medis yang sedang dikonsumsi seseorang, atau juga karena program diet menurunkan berat
badan yang sedang dijalankan.
Nafsu makan yang menurun juga hampir selalu terjadi pada orang berusia lanjut, tanpa
alasan yang jelas yang bisa ditemukan. Akan tetapi faktor seperti kesedihan, depresi, dan
kecemasan berlebih merupakan penyebab umum kondisi tersebut, dan berdampak pada
menurunnya berat badan, khususnya pada lansia.
Kanker juga dapat menyebabkan turunnya nafsu makan secara drastis. Kanker yang
membuat nafsu makan menghilang antara lain:
Selain itu, di bawah ini adalah beberapa penyebab umum lainnya yang membuat seseorang
kehilangan nafsu makan selama berhari-hari:
infeksi, misalnya pneumonia, hepatitis, HIV, influenza, atau infeksi ginjal yang
disebut pielonefritis
penyakit jantung, ginjal, dan liver yang serius. Misalnya adalah gagal ginjal
kronis, sirosis, atau gagal jantung kongestif dapat menyebabkan hilangnya nafsu
makan
penyumbatan di dalam perut, yang dikenal sebagai obstruksi usus
peradangan pada perut atau usus, seperti yang terjadi pada pasien dengan
pankreatitis, radang pada pankreas, iritasi usus besar, atau usus buntu
masalah endokrin , seperti diabetes, atau kondisi yang menyebabkan kadar
hormon tiroid yang rendah (hipotiroid)
gangguan autoimun, kondisi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang tubuhnya sendiri. Contohnya termasuk rheumatoid arthritis dan
scleroderma
kondisi kejiwaan, seperti depresi, skizofrenia, atau gangguan makan yang
disebut anoreksia nervosa
kehamilan
demensia, seperti penyakit Alzheimer, suatu kondisi yang menyebabkan
memori menurun dan penurunan fungsi otak lainnya.
Daerah-daerah yang melepas ADH yakni dinding anteroventral ventrikel tiga juga
menstimulasi rasa haus. Area lain, yakni area kecil yang terletak di anterolateral dari
nucleus preoptik yang bila terstimulasi listrik akan menyebabkan kegiatan minum dengan
segera dan berlanjut selama stimulus berlangsung. Semua daerah ini disebut pusat rasa
haus.
Pemeriksaan fisis
abdomen menurun
-- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan
lidah
Neuron pada pusat rasa haus memberi respon terhadap larutan garam yang
hipertonik dengan cara menstimulasi perilaku minum. Sel-sel ini hampir berfungsi sebagai
osmoreseptor untuk mengaktivasi mekanisme haus, dengan cara yang sama dengan
osmoreseptor menstimulasi pelepasan ADH.
Penurunan volume cairan ekstraseluler dan tekanan arterial juga merangsang rasa
haus melalui jalur yang tidak berhubungan dengan jalur yang terstimulasi jika osmolaritas
meningkat. Jadi penurunan volume darah, akibat hemorrhage, merangsang rasa haus
walaupin tidak ada perubahan pada osmolaritas plasma. Hal ini mungkin terjadi akibat
adanya input dari baroreseptor kardiopulmunar dan baroreseptor arterial sistemik pada
sirkulasi.
Stimulus ketiga yang penting untuk rasa haus adalah angiotensin II. Penelitian
pada hewan menunjukkan bahwa angiotensin II berperan pada organ subfornikal dan pada
organum vasculosum lamina terminalis. Area ini terletak pada bagian luar dari sawar darah
otak, sehingga peptida-peptida seperti angiotensin II dapt berdifusi ke dalam jaringan.
Karena angiotensin II juga distimulasi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan
hipovolemia dan tekanan darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus bertujuan untuk
memulihkan volume dan tekanan darah kembali normal, bersama dengan kerja lain
angiotensin II pada ginjal untuk mengurangi ekskresi cairan.
BAB III
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir
dalam tinja. Atau dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Diare dapat disebabkan melalui berbagai mekanisme patofisiologi. Bererapa penyebab
yang sering menyebabkan diare pada anak antara lain bakteri, virus, parasite dan jamur
serta diare karena antibiotic dan malabsorbsi. Untuk mendiagnosis diare pada anak
diperlukan anamnesis maupun heteroanamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan tinja dan kultur.
Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan, maka kami mendiagnosis anak di scenario
mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan. Untuk etiologi dari diare sendiri masih
belum dapat kami simpulkan namun berdasarkan tanda dan gejala diskenario maka
diagnosis banding kami yang pertama adalah diare et causa bekteri. Untuk dapat
menegakkan diagnosis pasti, masih harus dilakukan anamnesis tambahan serta
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada pasien dengan diare dengan dehidrasi
ringan seperti di scenario adalah rehidrasi kemudian dilanjutkan dengan pengobatan
berdasarkan kausanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE,
Vaughn VC, penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi 14, Philadelphia: WB
Saunders, 1992;h.647-56.
2. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects. Dalam: Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland:
Nestle Nutrition SA, 1984;h.1-10.
3. Pujiarto PS. Demam pada Anak. Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 9, September
2008, 346-352.
4. Ismoedijanto. Demam pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000: 103 –
108.
5. Kania N. Penatalaksanaan Demam pada Anak. FK UNPAD: 2010.
6. Crocetti M, Moghbeli N, Serwint J. Fever phobia revisited: have parental
misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatrics. 2001;107(6):1241–1246
7. Sullivan JE, Farrar HC. Fever and Antipyretic Use in Children. Pediatrics
2011;127;580
8. Bilenko N, Tessler H, Okbe R, Press J, Gorodischer R. Determinants of antipyretic
misuse in children up to 5 years of age: a crosssectional study. Clin Ther. 2006;28(5):
783–793
9. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/apa-yang-perlu-dilakukan-bila-
anak-muntah
10. Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC
11. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Tugas tambahan (PR)
Lama turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) : dengan cara dicubit didaerah perut dengan
cubitan agak lebar, sekitar 3 cm, dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit
kembali normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-5 detik ; turgor agak kurang,
bila 5-10 detik; turgor kurang dan bila lebih 10 detik: turgor jelek.
Turgor kulit umumnya diperiksa di daerah tangan, Iengan, sternum atau perut—area yang
normalnya bebas dari keriput dan mempunyai variasi ketebalan kulit yang luas.