You are on page 1of 13

Tugas : Ilmu Dasar Keperawatan II

Dosen : Wahyuni Maria, S.Kep. Ns., M.Kep

AGEN INFEKSIUS

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 2
1. NOR ACEYANIER (NH0117096)
2. NUR FAUZA ALIFIA UMAR (NH0117101)
3. MUSDALIFA (NH0117085)
4. NATHALIA PATONGLOAN (NH0117090)
5. MASHARYONO (NH0117075)
6. M. AFDAL HASAN (NH0117070)
7. MEILANI SILVANIA (NH0117080)
8. KEZIA YUNITASARI KUSUMA (NH0117059)
9. IIF NUR ISTIANI (NH0117065)
10. INDRIA RAUBUN (NH0117054)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN

MAKASSAR 2018
FAKTOR YANG MEMENGARUHI TRANSMISI AGEN
INFEKSIUS

A. Faktor Host/Penjamu (Tuan rumah)


Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk
faktor penjamu adalah:
1. Genetika, faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan.
Misalnya: buta warna, asma, hemofilia dll.
2. Umur dan keadaan imunologis, mempengaruhi status kesehatan
karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu.
Misalnya, pada balita karena imunnya belum stabil, dan pada
manula karena imunnya sudah menurun.
3. Jenis kelamin, mempengaruhi status kesehatan karena ad penyakit
yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau
wanita saja. Misalnya, kanker serviks pada wanita.
4. Etnis/ ras/ warna kulit. Mempengeruhi status kesehatan karena
terdapat perbedaan antara etnis/ ras tertentu. Misalnya, ras kulit
putih lebih berisiko terkena kanker kulit dibandingkan dengan ras
kulit hitam.
5. Keadaan fisiologis tubuh, mempengeruhi status kesehatan.
Misalnya, kelelahan, kehamilan, pubertas, keadaan gizi dll.
6. Perilaku dan kebiasaan/ gaya hidup, mempengaruhi status
kesehatan. Misalnya, personal hygiene, hubungan antar pribadi dll
7. Penyakit sebelumnya, mempengaruhi status kesehatan karena ada
penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya
serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada
juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka risiko kambuh
lebih kecil atau tidak terjadi (Muliani, Dkk., 2010).
B. Faktor Agen
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup
atau kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau
masallah kesehatan lainnya Faktor lingkungan (Muliani, Dkk., 2010).
Agent/ penyebab bibit penyakit terdiri dari biotis dan abiotis.
1. Penyebab biotis, khususnya terjadi pada penyakit-penyakit
menular yang terdiri dari lima golongan, yaitu: Protozoa
(plasmodium, amoeba), Metazoa (arthopoda, helmintes), Bakteri
(salmonela, meningitis), virus (dengue, polio), Jamur (candida,
tinia algae).
2. Penyebab abiotis, terdiri dari:
a. Nutrient agent: kekurangan/ kelebihan gizi
b. Chemical agent: pestisida, logam berat, obat dll.
c. Physical agent: suhu, kelembaban, panas dll
d. Menhanical agent: pukulan, kecelakaan, trauma, dll.

C. Faktor Lingkungan/Environment
Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor
lingkungan adalah lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan
sosial dan lingkungan ekonomi (Muliani, Dkk., 2010).

Karakteristik Segitiga Utama Epidemiologi


Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus berinteraksi satu
sama lain sehingga perubahan pada unsur trias dapat menyebabkan
kesakitan yang tergantung pada karakteristik (ciri) dari ketiganya dan
interaksi antara ketiganya (Muliani, Dkk., 2010).
a. Karakteristik Penjamu
Penjamu mempunyai karakteristik dalam menghadapi
ancaman penyakit, misalnya:
1. Resistensi
Resistensi merupakan kemampuan penjamu untuk
bertahan terhadap infeksi tertentuh, dan penjamu
mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalamk
menghadapinya.
2. Imunitas
Imunitas merupakan kemampuan penjamu untuk
mengambangkan suatu resp[on imunologis, baik yang
di dapat secar alamiah atau non alamiah sehingga
tubuh kebal terhafdap penyakit tertentuh.
3. Infektifitas
Infektifitas merupakan kemampuan penjamu yang
terinfeksi untuk menularkan penyakit pada orang lain
kerena kuman yang berada dalam tubuh manusia dapat
berpindah kepada tubuh manusia dan sekitarnya.
b. Karakteristik Agen
Agen mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyebabkan
terjadinya penyakit, misalnya: Patogenisti (kemampuan
penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu), Virulensi
(ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit
penyakit). Antigenisti (kemampuan bibit penyakit
merangsang timbulnya mekanisme imun pada host. Infektivi
(kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan
menyesuaikan diri dan berreproduksi di dalam host (Kasjono,
Dkk., 2008).
c. Karakteristik Lingkungan
Lingkungan mepunyi karakteristik tersendiri dalam
menimbulkan status sakit, misalnya:
1. Topografi
Topografi berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik
yang natural atau buatan manusia yang mungkin
mempengarui terjadinya dan penyebaran suatu
penyakit tertentu.
2. Geografis
Geografis merupakan keadaan yang berhubungn
dengan struktur geologi bumi yang berhubungan
dengan kejadian penyakit (Muliani, Dkk., 2010).
PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN
INFEKSIUS

Saat klien mendapat infeksi, perawat mampu mengobservasi tanda dan


gejala infeksi dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah penyebabnya.
Infeksi terjadi secara progresif. Beratnya penyakit klien bergantung pada tingkat
infeksi, patogenesis mikroorganisme dan kerentanan penjamu.
Jika infeksi setempat (misalnya infeksi luka) perawatan yang tepat
mengontrol penyebaran dan meminimalkan penyakit. Klien dapat merasakan
gejala setempat seperti nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka. Infeksi yang
mengenai seluruh tubuh bukan satu atau sebagian organ adalah sistematik dan
dapat menjadi fatal.
Perkembangan infeksi mempenagruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik dan memantau
respons terhadap reaksi pengobatan. Terapi suportif termasuk pemberian nutrisi
secara adekuat dan istirahat untuk memperkuat pertahanan terhadap proses
infeksi. Kompleksnya perawatan lebih lanjut bergantung pada sistem tubuh yang
terkena infeksi.
Tanpa memperhatikan apakah infeksi setempat atau sistematik, perawat
memainkan peran kritis dalam meminimalkan penyebarannya. Organisme
penyebab infeksi luka kecil dapat menyebar mengenai tempat infeksi jarum
intravena jika perawat menggunakan teknik yang tidak tepat saat mengganti
balutan (IV). Perawat yang kulitnya luka dapat juga mendapat infeksi dari klien
jika teknik mereka dalam pemantauan penularan infeksi tidak adekuat.

A. Proses Infeksi Agent Infeksius Bakteri


a. Infeksi bakteri Melalui Kontak Langsung
Penularan Infeksi Melalui kontak langsung seperti bersentuhan,
maupun tidak langsung seperti perantara baju, gelas, piring makan dan
lainnya. Kontak langsung bisa juga terjadinya akibat hubungan s#ksual
dengan penderita yang telah terkena berbagai penyakit.
b. Infeksi Bakteri Melalui Luka
Bakteri juga bisa masuk dan menyerang tubuh manusia melalui
luka yang terjadi pada bagian tubuh tertentu, lingkungan yang kotor
dan lembab ikut mempengaruhi, Kasus infeksi bakteri melalui luka
antara lain penyakit tetanus, dan antrak.
c. Penularan Bakteri Melalui Transfusi darah dan jarum suntik
Hati-hati penggunaan jarum suntik, hindari penggunaan jarum
suntik bekas, Sebagai contoh jika menggunakan jarum suntik yang
telah dipakai pada penderita atau orang-orang yang terkena penyakit
TBC jika digunakan kembali Otomatis Bisa menjadi jalan masuk
paling mudah untuk bakteri kedalam Tubuh manusia sehat lainnya.
Transfusi darah juga bisa menjadi jalan infeksi bakteri kedalam
tubuh manusia sehat, Jika pendonor memiliki penyakit infeksi bakteri
jika melalukan
d. Infeksi dan penularan bakteri melalui Udara
Melalui udara, pelepasan bakteri melalui bersin, nafas, dan ludah.
jika udara yang mengandung bakteri terhirup oleh orang yang sehat
kemungkinan akan menjadi penularan penyakit melalui pernafasan.
Contoh jenis Penyakit akibat infeksi bakteri melalui pernafasan antara
lain, TBC , Bronkitis dll,
e. Melalui Plasenta, Infeksi Bawaan
Infeksi Kongenital terjadi akibat beberapa jenis potogen yang
mampu melewati penghalang plasenta, sehingga bisa menginfeksi
janin yang ada didalam kandungan. infeksi tersebut mempunyai resiko
berbagai kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada bayi/kelainan
bawaaan.
B. Proses Infeksi Agent Infeksius Virus
a. Respons imun nonspesifik terhadap infeksi virus
Secara jelas terlihat bahwa respons imun yang terjadi adalah
timbulnya interferon dan sel natural killler (NK) dan antibodi yang
spesifik terhadap virus tersebut. Pengenalan dan pemusnahan sel yang
terinfeksi virus sebelum terjadi replikasi sangat bermanfaat bagi
pejamu. Permukaan sel yang terinfeksi virus mengalami modifikasi,
terutama dalam struktur karbohidrat, menyebabkan sel menjadi target
sel NK. Sel NK mempunyai dua jenis reseptor permukaan. Reseptor
pertama merupakan killer activating receptors, yang terikat pada
karbohidrat dan struktur lainnya yang diekspresikan oleh semua sel.
Reseptor lainnya adalah killer inhibitory receptors, yang mengenali
molekul MHC kelas I dan mendominasi signal dari reseptor aktivasi.
Oleh karena itu sensitivitas sel target tergantung pada ekspresi MHC
kelas I. Sel yang sensitif atau terinfeksi mempunyai MHC kelas I yang
rendah, namun sel yang tidak terinfeksi dengan molekul MHC kelas I
yang normal akan terlindungi dari sel NK. Produksi IFN-α selama
infeksi virus akan mengaktivasi sel NK dan meregulasi ekspresi MHC
pada sel terdekat sehingga menjadi resisten terhadap infeksi virus. Sel
NK juga dapat berperan dalam ADCC bila antibodi terhadap protein
virus terikat pada sel yang terinfeksi.
Beberapa mekanisme utama respons nonspesifik terhadap
virus, yaitu :

1. Infeksi virus secara langsung yang akan merangsang produksi


IFN oleh sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi menghambat
replikasi virus
2. Sel NK mampu membunuh virus yang berada di dalam sel,
walaupun virus menghambat presentasi antigen dan ekspresi
MHC klas I. IFN tipe I akan meningkatkan kemampuan sel NK
untuk memusnahkan virus yang berada di dalam sel. Selain itu,
aktivasi komplemen dan fagositosis akan menghilangkan virus
yang datang dari ekstraseluler dan sirkulasi.

b. Respons imun spesifik terhadap infeksi virus


Mekanisme respons imun spesifik ada dua jenis yaitu respons
imunitas humoral dan selular. Respons imun spesifik ini mempunyai
peran penting yaitu :

1. Menetralkan antigen virus dengan berbagai cara antara lain


menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel sehingga virus tidak dapat menembus membran
sel, dan dengan cara mengaktifkan komplemen yang
menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis
2. Melawan virus sitopatik yang dilepaskan dari sel yang lisis.

Molekul antibodi dapat menetralisasi virus melalui berbagai cara.


Antibodi dapat menghambat kombinasi virus dengan reseptor pada
sel, sehingga mencegah penetrasi dan multiplikasi intraseluler, seperti
pada virus influenza. Antibodi juga dapat menghancurkan partikel
virus bebas melalui aktivasi jalur klasik komplemen atau produksi
agregasi , meningkatkan fagositosis dan kematian intraseluler.

Kadar konsentrasi antibodi yang relatif rendah juga dapat


bermanfaat khususnya pada infeksi virus yang mempunyai masa
inkubasi lama, dengan melewati aliran darah terlebih dahulu sebelum
sampai ke organ target, seperti virus poliomielitis yang masuk melalui
saluran cerna, melalui aliran darah menuju ke sel otak. Di dalam
darah, virus akan dinetralisasi oleh antibodi spesifik dengan kadar
yang rendah, memberikan waktu tubuh untuk membentuk resposn
imun sekunder sebelum virus mencapai organ target.

Infeksi virus lain, seperti influenza dan common cold, mempunyai


masa inkubasi yang pendek, dan organ target virus sama dengan pintu
masuk virus. Waktu yang dibutuhkan respons antibodi primer untuk
mencapai puncaknya menjadi terbatas, sehingga diperlukan produksi
cepat interferon untuk mengatasi infeksi virus tersebut. Antibodi
berfungsi sebagai bantuan tambahan pada fase lambat dalam proses
penyembuhan. Namun, kadar antibodi dapat meningkat pada cairan
lokal yang terdapat di permukaan yang terinfeksi, seperti mukosa
nasal dan paru. Pembentukan antibodi antiviral, khususnya IgA,
secara lokal menjadi penting untuk pencegahan infeksi berikutnya.
Namun hal ini menjadi tidak bermanfaat apabila terjadi perubahan
antigen virus.

Respons imunitas seluler juga merupakan respons yang penting


terutama pada infeksi virus nonsitopatik. Respons ini melibatkan sel T
sitotoksik yang bersifat protektif, sel NK, ADCC dan interaksi dengan
MHC kelas I sehingga menyebabkan kerusakan sel jaringan. Dalam
respons infeksi virus pada jaringan akan timbul IFN (IFN-a dan IFN-
b) yang akan membantu terjadinya respons imun yang bawaan dan
didapat. Peran antivirus dari IFN cukup besar terutama IFN-a dan
IFN-b.

Kerja IFN sebagai antivirus adalah :

1. Meningkatkan ekspresi MHC kelas I


2. Aktivasi sel NK dan makrofag
3. Menghambat replikasi virus
4. Menghambat penetrasi ke dalam sel atau budding virus dari
sel yang terinfeksi.

C. Proses Infeksi Agent Infeksius Parasit


Perjalanan suatu penyakit parasit selain ditentukan oleh sifat
parasitnya,ternyata juga dipengaruhi oleh faktor – faktor kekebalan
hospes. Sehingga disuatu daerah endemik akan dilihat perbedaan
kerentanan ataupun perbedaan resistensi terhadap infeksi parasit antar
individu – individu yang tinggal didaerah tersebut . Secara garis besar
faktor kekebalan dapat dibagi menjadi dua bagian :
1. Kekebalan bawaan / Innate Immunity
2. Kekebalan didapat / Natural Acqiured Immunity
Kedua jenis kekebalan ini akan saling berinteraksi dan menentukan
perjalanan penyakit hospesnya, sehingga pengetahuan mengenai kedua
jenis kekebalan perlu diketahui sebagai dasar penanggulangan penyakit
parasit terutama dalam pengembangan vaksin.
KEKEBALAN BAWAAN /INNATE IMMUNITY
Definisi
Kekebalan bawaan merupakan kekebalan yang diperoleh sebelum
seseorang terpapar parasit,termasuk didalamnya faktor genetik maupun
faktor non genetik.
Mekanisme kekebalan bawaan
Kekebalan bawaan adalah kapasitas seorang manusia normal untuk
tetap sehat terhadap serangan – serangan berbagai macam parasit dan
racunnya. Sebagian besar daripada kekebalan adalah suatu bawaan genetik
seluruh species terhadap sesuatu makhluk parasit tertentu. Kadang –
kadang resistensi ini absolut, sehingga semua individu resisten: manusia
dan kera terhadap T.brucei.
Kadang –kadang hanya relatif, sehingga diantara bangsa – bangsa
atau individu terdapat kekebalan yang berbeda: bangsa Negro lebih
resisten terhadap infeksi dengan P.vivax dan cacing tambang dari pada
bangsa kulit putih. Kekebalan bawaan adalah lebih penting daripada
kekebalan yang didapati, oleh karena kekebalan bawaan adalah dasar
daripada kekebalan yang didapati.
D. Proses Infeksi Agent Infeksius Jamur
Infeksi oleh jamur yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh
lingkungan dan kondisi fisiologis. Inhalasi spora jamur atau pembentukan
koloni jamur pada kulit dapat menyebabkan infeksi persisten. Mikosis
dapat terjadi pertama kali di kulit atau di paru-paru.
Penyebab mikosis
Orang yang menggunakan antibiotika kuat dalam jangka panjang
berisiko tinggi untuk terinfeksi jamur karena antibiotika juga membunuh
bakteri yang menguntungkan kesehatan. Gangguan keseimbangan
mikroorganisme dapat terjadi di rongga mulut, vagina, usus, dan tempat
lain pada tubuh manusia sehingga jamur berkembang biak berlebihan.
Individu dengan sistem imun yang lemah juga mempunyai risiko
mengalami infeksi jamur, misalnya penderita HIV/AIDS dan pengguna
obat-obat steroid. Penderita diabetes, anak kecil dan bayi serta orang lanjut
usia juga berisiko mengalami infeksi jamur.
Klasifikasi mikosis
Berdasarkan pada jaringan tempat koloni jamur ditemukan, mikosis
dikelompokkan menjadi mikosis superficial, mikosis kutan, mikosis
subkutan, mikosis sistemik dan mikosis oportunistik.
 Mikosis superfisial. Jamur hanya menginfeksi lapisan paling luar
dari kulit dan rambut
 Mikosis kutan. Pada mikosis kutan, jaringan yang terserang adalah
epidermis dan dapat menyerang rambut serta kuku.
 Mikosis subkutan. Infeksi jamur biasanya diawali dengan
terjadinya luka tusuk, yang menyebabkan jamur dapat masuk ke
dalam jaringan.
 Mikosis sistematik oleh patogen primer. Sumber patogen primer
berasal dari paru yang kemudian menyebar ke berbagai sistem
organ.
Morfologi dan Biologi
Organisme-organisme ini di kelompokkan sebagai bakteri
karena mempunyai sifat-sifat:
 Mengandung DNA dan RNA
 Kulit luar mengandung muramic acid
 Reproduksi dengan membelah diri
 Peka terhadap antibiotika
Berbeda dengan bakteri, organisme-organisme ini mempunyai
karakter.
 Ukurannya sangat kecil diameter 0.2-0.5 mendekati virus
 Hanya dapat berkembang biak di dalam sel hospes.

E. Proses Infeksi Agent Infeksius Clamidia dan Riketsia


Organisme-organisme ini dikelompokkan sebagai karena mempunyai
sifat-sifat :
 mengandung DNA dan RNA
 kulit luar mengandung muramic acid
 reproduksi degan membelah diri
 peka terhadap antibiotika
Berbeda dengan bakteri, organisme-organisme ini mempunyai
karakter.
 Ukurannya sangat kecil (diameter 0,2-0,5 µm) mendekati virus
 Hanya dapat berkembang biak di dalam sel hospes.
Riketsia bersifat pleomorfik, berbentuk kokus, basil dan berbentuk
filamen.

You might also like