You are on page 1of 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang ber implantasi pada segmen bawah rahim sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Terdapat 4 jenis plasenta previa

1. Plasenta previa totalis : ostium uteri internum tertutup oleh plasenta


2. Plasenta previa partialis : sebagian ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada ditepi ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah : implantasi plasenta pada SBR sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak
mencapai ostium uteri interum

A. Implantasi plasenta normal. B. Plasenta letak rendah C. Plasenta previa partialis D.Plasenta
Previa totalis

Derajat plasenta previa tergantung pada dilatasi servik saat pemeriksaan. Plasenta letak
rendah pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa partialis pada dilatasi 8 cm. Sebaliknya
plasenta previa yang terlihat menutupi seluruh ostium uteri internum sebelum terdapat dilatasi servik,
pada pembukaan 4 cm ternyata adalah plasenta previa partialis. Vaginal toucher untuk menegakkan
diagnosa dan menentukan jenis plasenta previa harus dlakukan di kamar operasi yang sudah siap
untuk melakukan tindakan SC ( “Double Setup”).

ETIOLOGI
Angka kejadian plasenta previa meningkat dengan semakin bertambahnya usia pasien, multiparitas
dan riwayat seksio sesar sebelumnya. Sehingga etiologi plasenta previa diperkirakan adalah :

1. Vaskularisasi daerah endometrium yang buruk atau adanya jaringan parut.


2. Ukuran plasenta besar
3. Plasentasi abnormal (lobus succenteriata atau plasenta difusa)
4. Jaringan parut

Faktor Resiko

 Riwayat plasenta previa (4-8%)


 Kehamilan pertama setelah sectio caesar
 Multiparitas ( 5% kejadian pada grandemultipara)
 Usia ibu “tua”
 Kehamilan kembar
 Riwayat kuretase abortus
 Merokok

Perdarahan pada plasenta previa terjadi oleh karena :

1. Separasi mekanis plasenta dari tempat implantasinya saat pembentukan segmen bawah rahim
atau saat terjadi dilatasi dan pendataran servik
2. Plasentitis
3. Robekan kantung darah dalam desidua basalis

DIAGNOSIS
Semua kasus yang diduga plasenta previa harus dirawat di rumah sakit rujukan. Hindarkan
pemeriksaan vaginal atau rektal untuk menghindari perdarahan massif lebih lanjut.
A. Gejala dan Tanda
1. Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri.
2. Episode perdarahan pertama terjadi pada sekitar minggu 28 – 30 dan ditandai dengan:
1. Perdarahan mendadak – saat istirahat
2. Perdarahan dengan warna merah segar
3. Perdarahan tidak terlalu banyak dan jarang bersifat fatal
4. Perdarahan berhenti sendiri
3. Perdarahan berikutnya sering terjadi dengan jumlah semakin banyak.
4. Bagian terendah janin masih tinggi dan sering disertai dengan kelainan letak (oblique atau
lintang).

B. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum pada 30% kasus. Dengan
perkembangan segmen bawah rahim, sebagian besar implantasi yang rendah tersebut terbawa ke
lokasi yang lebih atas. Penggunaan color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan.
USG transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak rendah pada segmen bawah
uterus.

P = Plasenta ; F : Fetus
USG yang menunjukkan adanya plasenta previa totalis

P = plasenta ; F = janin ; AF = cairan amnion ; B = Kandung kemih ; Cx = Cervix

DIAGNOSA BANDING

1. Solusio plasenta
2. Plasenta sircumvalata

TERAPI

A. Terapi Ekspektatif [mempertahankan kehamilan]


Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu. Pada kehamilan 24 – 34
minggu, bila perdarahan tidak terlampau banyak dan keadaan ibu dan anak baik maka kehamilan
sedapat mungkin dipertahankan dengan pemberian :

1. Betamethasone 2 x 12 mg i.m selang 24 jam


2. Tokolitik untuk mencegah adanya kontraksi uterus
3. Antibiotika

B. Terapi Aktif [mengakhiri kehamilan]


o Langsung melakukan tindakan Sectio Caesar

Dilakukan pada kasus :

 Perdarahan banyak dan atau


 Keadaan umum ibu dan atau anak buruk

o Pemeriksaan Double Setup [pemeriksaan vaginal toucher di kamar operasi yang sudah
dipersiapkan untuk melakukan tindakan seksio sesar dan penanganan masalah perinatal]

Dilakukan pada kasus :

 Kehamilan > 36 minggu dan


 Perdarahan minimal atau cenderung berhenti dan
 Keadaan umum ibu dan anak baik

Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan vaginal toucher


selanjutnya dilakukan dengan cara seperti biasa. Bila hasil vaginal toucher teraba adanya plasenta :
maka diputuskan untuk melakukan seksio sesar. Bila hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya
plasenta pada ostium uteri : lakukan amniotomi dan observasi kemajuan persalinan selanjutnya.
Oksitosin drip pada kasus implantasi plasenta di segmen bawah rahim adalah tindakan
berbahaya oleh karena bagian tersebut merupakan bagian dengan jumlah miometrium minimal dan
pada plasenta previa sangat rapuh sehingga mudah berdarah. Pemilihan tehnik operasi pada seksio
sesar sangat penting. Seksio sesar dengan menembus plasenta pada SBR depan akan menyebabkan
janin banyak kehilangan darah. Bila plasenta berada SBR belakang, SC jenis transperitoneal
profunda dapat dilakukan dengan tanpa kesulitan. Bila perlu dapat dilakukan insisi uterus secara
vertikal [seksio sesar klasik]. Tempat implantasi plasenta kadang perlu dijahit untuk menghentikan
perdarahan. Histerektomi perlu dilakukan bila terdapat plasenta inkreta. Infeksi nifas dan anemia
sering merupakan komplikasi obstetric.

KOMPLIKASI

A. MATERNAL

 Perdarahan
 Syok
 Kematian

B. FETAL.
Prematuritas akibat plasenta previa adalah penyebab dari 60% kematian pada masa perinatal
Kematian terjadi akibat:

 Asfiksia intrauterin
 Perdarahan janin akibat manipulasi obstetrik
 Jumlah darah berhubungan langsung antara rentang waktu antara kerusakan kotiledon dan
penjepitan takipusat

PROGNOSIS
A. MATERNAL

Tanpa melakukan tindakan Double setup, langsung melakukan tindakan seksio sesar dan pemberian
anaestesi oleh tenaga kompeten, maka angka kematian dapat diturunkan sampai < 1%
B. FETAL

Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa kira-kira 10%. Meskipun persalinan
prematur, solusio plasenta, cedera talipusat serta perdarahan yang tak terkendali tak dapat dihindari,
angka mortalitas dapat sangat diturunkan melalui perawatan obstetrik dan neonatus yang ideal.

You might also like