You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI BIJI BUAH BINTARO (Cerbera


manghas)

Nama : Nurul Rizqan Septima

NIM : F1F115021

Gol/Klp : 2/1

Asisten : Imam Yusuf Hanura (F1C114001)


Zulfia Afifah (F1C114027)
Zehan Andriana (F1C114033)
Syahrul Ramadhani (F1C114043)

LABORATORIUM AGROINDUSTRI DAN TANAMAN OBAT

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2018
PERCOBAAN I

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI BIJI BUAH BINTARO (Cerbera


manghas)

I. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mendapatkan ekstrak dari biji bintaro (Cerbera
manghas)

II. Tinjauan pustaka


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim,1995).

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah
obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut


dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan
dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan Mudahar, 2000).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak
keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
diluar sel dan didalam sel. Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian
simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian
dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada
ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari
cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan. Pengadukan pada proses maserasi
dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam
cairan penyari. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu
tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain (Sarwi. 2010).

Menurut anonym (1986) Modifikasi maserasi antara lain:

1. Remaserasi.
Cairan penyari dibagi menjadi dua. Seluruh serbuk dimaserasi dengan cairan pertama.
Kemudian filtrat yang didapat dituang dan diperas. Kemudian dimaserasi lagi dengan
cairan penyari kedua.
2. Digesti.
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400-
500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:

A. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan


batas.
B. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
C. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan
kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya
kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
D. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi
dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.
3. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus, waktu proses maserasi dapat
disingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar aturan penyari selalu bergerak
mrnyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan
melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Keuntungan cara ini:
a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil
kepekatan stempat
c) Waktu yang diperlukan lebih pendek
5. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat. (M.M.B), yang akan didapatkan :

1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana
penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai
dengan keperluan.
2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian.dengan
cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang
maksimal
Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki
stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan albumin dan
menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah
campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%)
sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan
penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi (Voight, 1994).

Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,


etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas
yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin,


kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam , tanin dan
saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.
Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari (Anonim, 1986).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia yang sudah


diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang
dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari, cairan penyari disaring ke dalam wadah penampung,
kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk
kemudian disaring lagi sehingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan
disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ditjen POM, 1986).
Menurut Tjitrosoepomo (2007) Klasifikasi bintaro yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Contortae
Famili : Apocynacea
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera manghas
Pada biji bintaro mengandung senyawa aktif yaitu cerberin (alkaloid), tanin,
saponin, dan steroid. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki sifat antibakteri,
sitotoksik, dan sebagai depresan sistem saraf pusat (Chopra et al., 1956; Ahmed, 2008;
Rohimatun dan Suriati, 2011). Dari beberapa kandungan pada biji bintaro terdapat beberapa
kandungan yang memiliki potensial untuk digunakan sebagai larvasida, yakni alkaloid,
tannin, saponin, dan steroid (Ghosh, 2012).

III. Metode
3.1 Bahan
Dalam praktikum ini bahan yang digunakan sebagai sampel yang akan di ekstraksi
adalah biji bintaro ( Carbera manghas) 423 gram yang diambil dari halaman fakultas
sains dan teknologi, pelarut yang digunakan ialah etanol sebanyak 2 L yang dapat
menarik senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji bintaro.
3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah : gelas ukur (pyrex) 100 ml, wadah kacagelap, corong (pyrex),
kertas saring, rotary evaporator yang digunakan untuk penguapan pelarut.

3.3 CARA KERJA

Sampel yang digunakan yaitu bagian daun tanaman. Sebanyak 423 gram biji bintaro dicuci
dan ditiriskan. Kemudian daun bintaro dipotong kecil-kecil dan potongan tersebut
dikeringkan di oven sampai benar-benar kering sehingga didapatkan sampel kering.
Setelah kering, sampel ditimbang bobotnya. Simplisia yang dihasilkan dimaserasi
(Perlakuan maserasi yaitu dengan cara merendam simplisia ke dalam pelarut etanol
96%, kemudian disaring dengan kertas penyaring) selama 3 hari dan dilakukan
remaserasi. Hasil rendaman tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring
didapat filtrat. Kemudian hasil maserasi filtrat yang diperoleh diuapkan dari sisa
pelarutnya menggunakan vacuum rotary evaporator selama 3 jam dengan suhu 40oC.
Setelah itu ekstrak murni dari biji bintaro tersebut dimasukkan ke dalam oven selama
2 jam dengan suhu 40oC kemudian dituang ke dalam botol steril kaca tertutup dan
disimpan dalam lemari es.
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil

Bobot sampel segar 423 gr

Bobot sampel setelah 384 gr


dikeringkan

Bobot sampel yang 384 gr


dimaserasi

Bobot ekstrak yang


diperoleh

Rendemen ekstrak

Perhitungan rendemen ekstrak


4.2 Pembahasan
Pada praktikm kali ini dilakukan ekstraksi terhadap bintaro. Bagian bintaro
yang ekstrak yaitu biji bintaro. Berdasarkan penelitian, tanaman ini memiliki
berbagai efek seperti antifungi, insektisida, antioksidan, dan antitumor. Cerbera
manghas mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, seperti saponin,
polifenol, terpenoid dan alkaloid. Senyawa ini bersifat polar karena mengandung
nitrogen dan senyawa golongan fenol sehingga larut dalam pelarut polar atau
semipolar.
Langkah awal yang dilakukan dalam mengekstraksi bintaro yaitu dengan
memotong secara tipis-tipis biji bintaro yang telah dipisahkan dengan buah
bintaro sebelumnya. Dilakukan pemotongan secara tipis-tipis untuk
mempermudah dan mempercepat proses pengeringan karena semakin kecil
permukaannya maka semakn cepat proses pengeringannya selain itu agar ekstrak
yang didapatkan juga semakin banyak karena semakin kecil bahan maka luas
permukaan semakin besar sehingga mempercepat reaksi dan memperbanyak dan
mempercepat hasil ekstraksi.
Setelah itu dilakukan pengeringan. Tujan pengeringan yaitu agar sampel
dapat bertahan lama. Karena semakin banyak kandungan airnya maka akan
mempercepat pertumbuhan mikroba dan membuat kondisi sampel menjadi tidak
baik. Pada percobaan dilakukan pengeringan pada oven dimana suhu yang
digunakan yaitu 40 derajat celcius. Suhu pengeringan tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat merusak senyawa yang ada pada tanaman. Pengeringan dengan oven
dilakukan selama sehari.
Dari hasil yang diketahui bahwa sampel segar yang digunakan awalnya
memiliki bobot sebesar 432 gr, setelah dikeringkan dengan oven bobot sampel
kering yang didapat sebesar 384 gr, sehingga banyaknya sampel yang digunakan
dalam proses ekstraksi adalh sebesar 384 gr.
Kemudian dilakukan pengekstraksian dimana ekstraksi yang dilakukan yaitu
metode ekstraksi maserasi. Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),penyarian
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari.
Pada percobaan dilakukan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% karena
etanol merupakan pelarut polar dan sesuai literature bahwa Cerbera manghas
mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, seperti saponin, polifenol,
terpenoid dan alkaloid. Senyawa ini bersifat polar karena mengandung nitrogen
dan senyawa golongan fenol sehingga larut dalam pelarut polar atau semipolar.
Maserasi dilakukan selama 24 jam dan menggunakan pelarut sebanyak 2 L
dengan masingmasing 1 L tiap maserasi.
Kemudian endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Dan proses terakhir yatu
pengevapan menggunakan rotary evaporator
V. Kesimpulan
1. maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),penyarian zat aktif
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar,
2. Pada percobaan dilakukan ekstraksi biji bintaro dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol sebanyak 2L.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
KesehatanRepublik Indonesia.
Anief,Moh. 2007. Farmasetika. Jogjakarta : UGM Press.
Anif,N dan Heru,S. 2012. Petunjuk Praktikum Galenika. Surakarta : FMIPA
UNS
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Haqiqi,Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. Jakarta.
Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Jakarta : Penebar
Swadaya
Madbardo.2010. Pengertian Pengujian Organoleptik.
http://madbardo.blogspot.com/2010/02/pengertian-pengujian-
organoleptik.html (diakses pada tanggal 6 April 2012, pukul 11.10)
Sidik dan H mudahar.2000. Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Mutu Produksinya. jakarta, 12-15.
Siskha.2010.Pembuatan dan Penetapan Kontrol.
http://siskhana.blogspot.com/2010/01/pembuatan-dan-penetapan-
kontrol.html (diakses pada tanggal 6 April 2012, pukul 10.50)
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5.
Yogyakarta : UGM Press.

You might also like