You are on page 1of 6

TUGAS IKHTIOLOGI

IKAN KAKAP MERAH

(Lutjanus sp.)

OLEH:

NAMA : I Putu Oka Suardika

NIM : 1314511024

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014
1. Klasifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.)
Ikan kakap merah keluarga Lutjanidae mempunyai klasifikasi sebagai berikut
(Saanin, 1984) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Perciodea
Famili : Lutjanidae
Sub famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus sp.

2. Bagian Ikan Kakap Merah


2.1. Morfologi Luar
Ciri-ciri kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai tubuh yang
memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau
sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak
menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam
satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada
bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga
maupun bentuk V dengan atau tanpa penambahan pada bagian ujung
maupun penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan
ujung berbentuk tonjolan yang tajam.
Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari-jari keras dan
jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan
berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri
lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit
tumpul. Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan,
kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis
berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada
sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak.
Pada umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak
jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Ikan kakap merah menerima
berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa
inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman,
peraba, linea lateralis dan sebagainya.

2.2. Organ Pernapasan Ikan Kakap Merah


Ikan Kakap merah bernapas menggunakan insang. Insang
berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap
lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan
O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Ikan tuna kakap merah adalah jenis ikan yang bertulang sejati.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum).(Affandi et al, 1992)

2.3. Organ Pencernaan Pada Ikan Kakap Merah


Pencernaan pada ikan kakap merah tidak jauh berbeda dari jenis
ikan pada umumnya yaitu dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Alat
pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi
mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum,
intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari
hati, empedu, dan pancreas.( Affandi et al, 1992)
3. Cara Hidup Dari Ikan Kakap Merah
Jenis ikan kakap merah umumnya termasuk ikan buas, karena pada
umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan pada
malam hari (nokturnal). Aktivitas ikan nokturnal tidak seaktif ikan diurnal
(siang hari). Gerakkannya lambat, cenderung diam dan arah geraknya tidak
dilengkapi area yang luas dibandingkan ikan diurnal. Diduga ikan nokturnal
lebih banyak menggunakan indera perasa dan penciuman dibandingkan indera
penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan ikan nokturnal
menggunakan indera penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya
tertentu, tetapi tidak untuk intesitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi,
1997).
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) umumnya menghuni daerah perairan
karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung
menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar
umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke
dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang
berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman
dasar antara 40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33
ppt serta suhu antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat
permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya
menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea.
Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya
menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi
rumput laut. Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan
besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari
perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah
berkarang atau batu karang.
Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah
hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan
Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan,
Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau.
4. Cara Melindungi Diri dari Ikan Kakap Merah
Ikan kakap merah adalah Ikan petarung yang gigih dengan menggunakan
kekuatannya, taktik melindungi dirinya adalah dengan menggoyangkan
kepalanya dari pada berenang terus menerus.

5. Reproduksi Ikan Kakap Merah


Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan
dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata
antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal
warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis
kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan
sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai
tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51%
dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami
matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan
yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul
ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu
air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif
berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-
gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan
lain ikut bergabung, mereka berputarputar membentuk spiral sambil melepas
gamet sedikit di bawah permukaan air.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Djamal, R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan
Kerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan
Bubu. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan
Laut. Balitbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. No. 68.
Hal 11-25.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat,
Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah (Tidak
Dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 149 hal.
Iskandar, B.H. dan W. Mawardi. 1997. Studi Perbandingan Keberadaan Ikanikan
Karang Nokturnal dan Diurnal Tujuan Penangkapan di Terumbu
Karang Pulau Pari Jakarta Utara. Bulletin PSP 6 : 1. Hal 17-27.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1991. Alat dan Cara Penangkapan
Ikan di Indonesia. Jilid I. Puslitbang Perikanan. Jakarta.

You might also like