You are on page 1of 5

IKAN KAKAP PUTIH

(Lates calcarifer)

1. Klasifikasi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)


Ikan kakap putih keluarga Lutjanidae mempunyai klasifikasi sebagai berikut
(Sudjiharno,1999):
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostomi
Ordo : Percomorphi
Family : Centropomidae
Genus : Lates
Species : Lates calcarifer

2. Bagian Ikan Kakap Putih


2.1. Morfologi Luar
L.calcarifer memiliki badan memanjang, ramping, sirip ekor lebar,
mulut lebar, dan bergigi halus. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu
kecoklatan dengan bagian sisi dan perut berwarna keperakan untuk ikan
yang hidup di laut dan coklat keemasan pada ikan yang ada di
lingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu-abuan
pada bagian dorsal dan keperakan pada bagian ventral, sedangkan pada
ukuran juvenile berwarna coklat agak kehitaman pada bagian dorsal dan
berwarna keperakan pada bagian ventral.

2.2. Organ Pernapasan Ikan Kakap Putih


Ikan Kakap Putih bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna Putih muda dan selalu lembap. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak
lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang
memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk
dan CO2 berdifusi keluar.
Ikan tuna kakap Putih adalah jenis ikan yang bertulang sejati. Pada
ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup
insang (operkulum).(Affandi et al, 1992)

2.3. Organ Pencernaan Pada Ikan Kakap Putih


Pencernaan pada ikan kakap Putih tidak jauh berbeda dari jenis
ikan pada umumnya yaitu dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Alat
pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi
mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum,
intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari
hati, empedu, dan pancreas.( Affandi et al, 1992)

3. Cara Hidup Dari Ikan Kakap Putih


Ikan Kakap Putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar
terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di
air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih
dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.
Ikan kakap putih secara luas di wilayah tropis dan sub tropis termasuk
Pasifik Barat dan Lautan India, secara geografis terletak antara garis bujur
50°E-160°W garis lintang 24°N– 25°S. Ikan kakap putih melakukan migrasi
melewati seluruh perairan bagian utara dari Asia, southward ke Queensland
dan menuju ke barat yaitu daerah Timur Afrika ( FAO, 1974).
Penyebaran ikan Kakap Putih meliputi perairan trofis dan subtrofis seperti
India, Bima, Srilanka, Banglades, Malaysia, Indonesia, Cina, Taiwan, Papua
New Guinea, Australia, dan lain – lain. Di Indonesia ikan Kakap Putih
dijumpai di perairan pantai, tambak air payau, dan muara sungai yang
penyebarannya merata hampir di seluruh Indonesia. (Mayunar dan Genisa,
2002)
Jenis ikan kakap putih umumnya termasuk ikan buas, karena pada
umumnya merupakan predator yang senantiasa aktif mencari makan pada
malam hari (nokturnal). Aktivitas ikan nokturnal tidak seaktif ikan diurnal
(siang hari). Gerakkannya lambat, cenderung diam dan arah geraknya tidak
dilengkapi area yang luas dibandingkan ikan diurnal. Diduga ikan nokturnal
lebih banyak menggunakan indera perasa dan penciuman dibandingkan indera
penglihatannya. Bola mata yang besar menunjukkan ikan nokturnal
menggunakan indera penglihatannya untuk ambang batas intensitas cahaya
tertentu, tetapi tidak untuk intesitas cahaya yang kuat (Iskandar dan Mawardi,
1997).

4. Cara Melindungi Diri dari Ikan Kakap Putih


Ikan kakap Putih adalah Ikan petarung yang gigih dengan menggunakan
kekuatannya, taktik melindungi dirinya adalah dengan menggoyangkan
kepalanya dari pada berenang terus menerus.

5. Reproduksi Ikan Kakap Putih


Ikan kakap Putih tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan
dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata
antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal
warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis
kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan
sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai
tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51%
dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami
matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan
yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul
ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu
air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif
berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-
gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan
lain ikut bergabung, mereka berputarputar membentuk spiral sambil melepas
gamet sedikit di bawah permukaan air.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
FAO. 1974. Logging and log transportation in tropical high forest. Forestry
Development Paper No. 18. Rome
Mayunar, dan Genisa. 1995. Aplikasi Pellet Hormone LHRHa Dalam Pematangan
Gonad dan Pemijahan Ikan Kerapu Macan ( Epinephelus
fuscoguttatus). Prosiding Seminar 01/pros/03/95. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan, Balai Penilitian Perikanan Budidaya
Pantai, Sub Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Bojonegoro.
Serang. Hal 84-89.
Iskandar, B.H. dan W. Mawardi. 1997. Studi Perbandingan Keberadaan Ikanikan
Karang Nokturnal dan Diurnal Tujuan Penangkapan di Terumbu
Karang Pulau Pari Jakarta Utara. Bulletin PSP 6 : 1. Hal 17-27.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1991. Alat dan Cara Penangkapan
Ikan di Indonesia. Jilid I. Puslitbang Perikanan. Jakarta.

You might also like