Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di
manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dengan amal shaleh yg
dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
“Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik
dari apa yg telah mereka kerjakan.”
Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah
keadaan duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat
mereka menjadi masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah
para ulama beramar ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas
kebajikan dan kebaikan. Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar
mereka selain tali persaudaraan iman.
Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara
kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dgn kebohongan
kesombongan kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral dan
kemungkaran.Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba
menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan topik tersebut di atas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Iman?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Rukun Iman?
3. Apa Penjelasan dan konsekuensi Rukun Iman?
C. TUJUAN
1. Memahaim pengertian dari iman
2. Mengetahui kedudukan dan fungsi dari rukun iman
3. Memahami dengan jelas Rukun iman dan Konsekuensi Rukun Iman
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman
Secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman ( )إيمانdiambil dari kata kerja
‘aamana’ ( – )أمنyukminu’ ( )يؤمنyang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’.
Menurut hadits, iman merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka
yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki
prinsip. Atau juga pandangan dan sikap hidup.
Menurut para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman:
a. Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”
b. Aisyah r.a.: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
c. Imam Al-Ghazali: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu
dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Sehingga rukun iman ada enam, antara lain :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para Malaikat
3. Iman kepada Kitab-kitab
4. Iman kepada para Rasu
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha‟ dan Qadar
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih
umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba
tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku
keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman
menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap
muslim adalah mukmin
1.Memperkuat Keimanan
Beriman kepada Allah merupakan salah satu dari rukun iman. Mengakui adanya Allah
secara sadar akan menambah kekuatan terhadap iman itu sendiri. Dialah Allah yang
mematikan dan menghidupkan kita, memberi rezeki, mengatur segala urusan, dan
segala kuasa yang ada pada Nya.
2.Menambah Ketaatan
Dengan keimanan kepada Allah, tentu akan berdampak signifikan terhadap kualitas
ibadah pada seorang hamba. Selain itu juga dapat menambah ketaqwaan dalam diri
seseorang setelah dirinya memiliki keimanan yang kuat.
3.Menentramkan Hati
Beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah membuahkan ketaatan yang baik. Dari
ketaatan tersebut berimbas pada ketenangan dalam hati yang dirasakan oleh orang-
orang yang beriman. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Ar Ra’ad ayat 28 yang artinya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(Q.S. Ar-Ra’ad).
Beriman kepada Allah tentu membawa kemaslahatan dan keselamatan bagi pribadi
seorang hamba. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Mukminin :
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).”
Seorang hamba Allah yang beriman kepada Nya, kalbu mereka akan merasa tenteram,
kehidupan akan menjadi lebih bahagia, dan segala persoalan hidup akan menjadi mudah
dan menemukan solusi karena sejatinya Allah akan menolong Hamba Nya yang beriman
kepada Nya.
Iman kepada Allah q artinya meyakini bahwa Allah q adalah Rabb segala sesuatu,
Penciptanya, Pemiliknya, dan Pengatur seluruh alam. Bahwa hanya Allah q yang berhak
untuk disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan semua yang disembah selain Allah q
adalah batil. Dan bahwa Allah q memiliki Nama-nama yang mulia serta memiliki Sifat-
sifat yang sempurna, dan suci dari segala macam kekurangan dan aib. Iman kepada Allah
mencakup tiga unsur, antara lain :
“Ingatlah, yang menciptakan dan yang memerintah hanyalah hak Allah. Maha
Suci Allah, Rabb semesta alam.”
c. Tauhid Asma’ wa Sifat Tauhid Asma‟ wa Sifat yaitu mengesakan Allah sesuai
dengan Nama dan Sifat yang Ia sandangkan sendiri kepada Diri-Nya, di dalam
Kitab-Nya, atau melalui lisan Rasul-Nya Muhammad a. Hal ini sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari „Abdullah (bin Mas‟ud) y tentang doa yang pernah
diajarkan oleh Rasulullah .
Iman kepada para Malaikat artinya meyakini bahwa Allah q mempunyai Malaikat
yang diciptakan dari cahaya, mereka tidak bermaksiat kepada Allah q terhadap apa yang
diperintahkan kepada mereka. Iman kepada Malaikat mencakup empat unsur, antara
lain :
Malaikat Jibril
Malaikat Mikail.
Malaikat Israfil
Malaikat Izrail
Malikat Munkar
Malaikat Nakir
Malaikat Raqib / Rokib
Malaikat Atid / Atit
Malaikat Malik
Malaikat Ridwan
c. Jarak antara cuping telinga dengan pundak Malaikat pemikul „Arsy adalah
perjalanan tujuh ratus tahun
Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.
Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.
Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di
waktu hari kiamat.
Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada
amal perbuatan manusia di alam kubur.
Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada
amal perbuatan manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.
Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala
amal baik manusia ketika hidup.
Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala
perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
Iman kepada kitab-kitab artinya meyakini bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang
diturunkan kepada para Rasul untuk disampaikan kepada umatnya. Kitabkitab tersebut
adalah Kalamullah, yang Allah q berbicara dengan itu menurut hakikatnya sebagaimana
yang Dia kehendaki dan dengan cara yang Dia kehendaki pula. Iman kepada kitab-kitab
mencakup empat unsur, antara lain :
“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada; Ibrahim,
Isma‟il, Ishaq, Ya‟qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan
Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda- -
23 - bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-
Nya.
2. Beriman terhadap nama-nama kitab yang diketahui, adapun yang tidak diketahui
namanya maka beriman secara global
3. Membenarkan semua yang dikabarkan dalam kitab tersebut yang belum dirubah
Jika Al-Qur‟an mengabarkan sesuatu yang tidak dinasakh atau kabar yang terdapat
dalam kitab-kitab lainnya yang dibenarkan oleh Al-Qur‟an, maka kita harus
membenarkan kabar tersebut.
Batu ujian artinya sebagai penentu hukum atas kitabkitab sebelumnya. Oleh karena itu
kita tidak diperbolehkan untuk mengamalkan hukum dan ajaran yang terdapat dalam
kitab-kirab terdahulu, kecuali yang telah disahkan dan dibenarkan oleh Al-Qur‟an
4. IMAN KEPADA PARA RASUL
Iman kepada para Rasul artinya meyakini bahwa Allah mengutus pada setiap
umat seorang Rasul yang menyeru mereka untuk menyembah Allah , tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan mengingkari segala sesembahan selain Allah q. Perbedaan antara Nabi
dan Rasul adalah bahwa Nabi adalah seorang laki-laki yang diberikan kepadanya wahyu
untuk mengamalkan syari‟at sebelumnya dan berhukum dengan syari‟at tersebut.
Adapun Rasul adalah seorang laki-laki yang diberikan wahyu kepadanya untuk
mengamalkan syari‟at yang baru untuk disampaikan kepada kaumnya. Iman kepada
Rasul mencakup empat unsur, antara lain
Barangsiapa yang mengingkari kebenaran risalah salah satu di antara par Rasul,
maka berarti ia telah mengingkari seluruh risalah para Rasul. Allah berfirman;
2. Beriman terhadap nama-nama Rasul yang diketahui namanya, adapun yang tidak
diketahui namanya maka beriman secara global
a. Nuh
b. Ibrahim
c. Musa
d. Isa
e. Muhammad
3. Membenarkan ajaran dan berita yang mereka sampaikan
Iman kepada Hari Akhir artinya menyakini semua yang dikabarkan oleh Allah di dalam
kitab-Nya dan yang dikabarkan oleh Rasulullah a tentang apa yang terjadi setelah
kematian. Iman kepada Hari Akhir mencakup beberapa unsur, antara lain beriman
kepada :
.Fitnah Kubur
Tiupan Sangkakala
Hari Kebangkitan
Hari Berkumpul
Hari Perhitungan
Telaga
Mizan
Syafa‟at
Hari Kiamat adalah suatu peristiwa di mana seluruh alam semesta akan mengalami
kehancuran, dan membinasakan semua makhluk, kecuali yang dikehendaki Allah.
Sebelum datangnya hari kiamat akan ada tanda tandanya sepeti:
Hal pertama yang mengetuk pendengaran penduduk dunia setelah datangnya tanda-
tanda Kiamat kubro adalah nafkhatul faza’ (tiupan kekagetan) yang mengalir dari tiupan
sangkakala. Tidak seorang pun mendengarnya kecuali mengangkat lehernya untuk
mendengar perkara besar ini. Inilah makna firman-Nya Taala, “Apabila ditiup
sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang
kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al-Muddatstsir: 8-10).
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang dilangit dan
di bumi, kecuali siapa-siapa dikehendaki Allah. Dan mereka semua akan datang
menghadapnya dengan merendahkan diri.”
Tiupan yang pertama ini adalah panjang dan menyebabkan keguncangan dan kepanikan
semua yang berada di langit dan di bumi, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh
Allah, yaitu para Nabi dan para syahid. Tiupan ini akan menggetarkan dan membuat
panik semua yang hidup, sedangkan para Rasul dan Syahid adalah hidup disisi Tuhan
mereka, maka Tuhanpun melindungi mereka dari guncangan tiupan ini. Tiupan ini akan
mengguncangkan bumi seguncang-guncangnya, mendatarkan gunung dengan bumi
selumat-lumatnya, meletuskan gunung-gunung dengan sangat sehingga menjadi debu
yang bertebaran, membuat laut-laut saling beradu dan mengeluarkan api yang menyala,
langit akan pecah secara luar biasa dan hilanglah hukum grafitasi yang biasa kita kenal,
bintang-bintang berjatuhan, planet-planet saling bertubrukan, bersatulah matahari
dengan bulan dan hilanglah cahaya benda tersebut, setelah itu keadaan alam semesta
kembali seperti sebelum Allah menciptakannya yaitu hanya berupa kabut dan gas
(asap).
Allah berfirman:
”Hai manusia, bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya guncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang amat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu
melihat keguncangan ini; lalai lah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang
disusukannya dan gugurlah semua kandungan seluruh wanita yang hamil, dan kamu
lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka semua tidak mabuk, akan tetapi
adzab Allah itu sangat kerasnya.”
Malaikat Israfil akan diperintahkan oleh Allah untuk meniupkan ‘Shur’ (terompet
sangkakala) sebanyak tiga kali tiupan bila kiamat telah tiba. Setelah tiupan pertama,
Allah memerintahakan ‘Shur’ pada kali yang kedua.
Pada tiupan kedua ini, maka terkejutlah (pingsan) dan matilah semua makhluk yang
berada di langit dan di bumi (termasuk para nabi dan syahid) kecuali mereka-mereka
yang dikehendaki oleh Allah, yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail dan empat malaikat
pembawa Arsy. Malaikat para pembawa ‘Arsy adalah berjumlah empat malaikat, maka
apabila telah berdiri hari kiamat bergabunglah mereka kepada empat malaikat yang lain.
Dengan demikian bersemayamlah setiap roh di jasadnya dan setiapnya akan bangun
dari kuburnya masing-masing sedangkan kepalanya masih bergelimang tanah, dan
berkatalah orang-orang kafir: “Inilah adalah hari yang sulit”, sedangkan orang-orang
Mu’min berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami”.
Seorang ulama Yahudi datang kepada Nabi dan berkata: “Hai Muhammad atau hai Abul
Qasim! Pada hari kiamat, Allah menggenggam langit dengan satu jari tangan, bumi
dengan satu jari, gunung dan pepohonan dengan satu jari, air dan tanah dengan satu
jari, begitu pula semua makhluk yang lain dengan satu jari. Kemudian Dia
menggoyangkan mereka semua sambil berfirman: ‘Akulah Raja, Akulah Raja!’”
Rasulullah tertawa kagum mendengar perkataan orang alim itu. Beliau membenarkan
keterangan orang itu, kemudian membacakan ayat: “Dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha
Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Iman kepada qadha‟ dan qadar artinya meyakini bahwa semua kebaikan dan keburukan
terjadi dengan ketentuan takdir Allah . Takdir adalah ketentuan Allah q yang berlaku
bagi setiap makhluk-Nya, sesuai dengan ilmu, dan hikmah yang dikehendaki-Nya.
Beriman terhadap takdir merupakan bagian dari Rukun Iman. Dan keimanan seseorang
belum sempurna, sampai ia meyakini bahwa semua yang menimpanya baik berupa
kebaikan atau keburukan adalah dengan takdir Allah. Diriwayatkan dari Jabir bin
‟Abdillah , Rasulullah bersabda;
Seorang muslim dituntut untuk mengimani takdir dengan pemahaman yang benar dan
keyakinan yang kuat, yang tidak ada keraguan sedikitpun. Pernah suatu ketika Ibnu Ad-
Dailami mendatangi Ubay bin Ka‟ab , ia mengatakan, ”Di hatiku (masih) ada ganjalan
tentang takdir.” Maka dengan nada tinggi Ubay bin Ka‟ab menjawab;
Iman kepada qadha‟ dan qadar tidaklah sempurna kecuali dengan empat perkara yang
dinamakan tingkatan takdir atau rukun takdir. Empat perkara ini menjadi pintu untuk
memahami masalah takdir. Dan iman kepada takdir tidaklah sempurna kecuali dengan
mewujudkan empat perkara di atas, karena sebagian dari perkara tersebut terkait
dengan yang lainnya. Maka barangsiapa meyakini semuanya, imannya kepada takdir
telah sempurna. Dan barangsiapa mengurangi salah satu atau lebih, maka runtuhlah
imannya kepada takdir. Tingkatan takdir adalah :
a. Al-Ilmu Yaitu mengimani bahwa Allah q mengetahui segala sesuatu, baik yang
telah lalu, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi. Baik yang berkaitan
dengan perbuatan Allah q maupun perbuatan hamba. Semuanya diketahui-Nya
secara global ataupun terperinci dengan Ilmu-Nya yang Dia bersifat dengannya
secara azali (sebelum diciptakannya makhluk) dan abadi (selamanya, tidak ada
akhirnya)
b. Al-Kitabah Yaitu mengimani bahwa Allah q menulis takdir setiap sesuatu hingga
Hari Kiamat. Allah q telah menuliskan takdir seluruh makhluk-Nya lima puluh
ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
c. Al-Masyi’ah Yaitu mengimani bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini
adalah atas kehendak Allah q. Al-Masyi‟ah dibagi menjadi dua, antara lain :
Masyi’ah Syar’iyyah, yaitu kehendak yang Allah q ridha, tetapi belum tentu
terjadi. Masyi’ah Kauniyyah, yaitu kehendak yang Allah q belum tentu ridha,
tetapi terjadi.