You are on page 1of 7

CASE DETECTION RATE TB PARU BTA(+) MELALUI SURVEILANS

BERBASIS MASYARAKAT DI DESA SUMBERTLASEH

Rahmawati 1, Fidrotin Azizah 2


1
Prodi D3 Keperawatan, Akes Rajekwesi Bojonegoro
Email : andaru.al.vaya@gmail.com
2
Prodi D3 Keperawatan, Akes Rajekwesi Bojonegoro
Email : fidrotin.azizah@gmail.com

ABSTRACT

Pulmonary TB is getting serious attention from the government with the increasing complexity of
handling of co-infected with TB / HIV and drug-resistant TB (MDR). Agenda 6th Millennium
Development Goals (MDGs) is to combat HIV / AIDS, malaria and other diseases including
pulmonary TB. Pulmonary TB is third number the biggest contributor to the death in the world,
and Indonesia is the third country one of the largest contributors in the world. Pulmonary TB is
highly contagious pulmonary tuberculosis patients where 1 BTA (+) can infect 10-15 people every
year. One indicator of the success rate of TB control is the achievement of case detection rate
(CDR) more than 70%. Community participation is needed to achieve it by community-based
surveillance. The purpose of this study was to measure the effectiveness of community-based
surveillance in assessing case detection rate (CDR) in Sumber Tlaseh district. Dander,
Bojonegoro. The study design used is pre experiment with the approach of one shoot pre test-post
test only design. The research sample in cadre TB surveillance is formed by taking a sample size of
24 people. The research sample in measuring case detection rate (CDR) is the public suspected
tuberculosis. The independent variable is the community-based surveillance, the dependent
variable is the case detection rate (CDR). The effectiveness of cadres carry out surveillance
capability was measured by using a test in the form of a questionnaire before and after the
education and training of pulmonary TB surveillance and tested with Paired T-Test, while the case
detection rate (CDR) is measured by the results of the recording and reporting of TB cadres in
surveillance activities. The effectiveness of community-based surveillance activities in measuring
the percentage of CDR by comparing the before and after implemented community-based
surveillance activities, where the initial CDR derived from secondary data clinic. The results
showed that training on pulmonary TB is given to cadres effective in increasing knowledge about
pulmonary tuberculosis. Case detection rate (CDR) Sumbertlaseh village reaches 100%, an
increase from the previous year CDR of 60% and higher than the CDR of Public Health Center of
Ngumpak Dalem by 87.17% in 2015. Thus, effective community-based surveillance in TB case
detection BTA ( +) Village Sumbertlaseh Dander Subdistrict Bojonegoro 2015. Active
participation of the community in the activities of community-based surveillance is a tangible
manifestation of public support in the control of TB and is a strategic step in discovering new
cases among suspected that local people have a high vigilance against the risk of contracting
pulmonary tuberculosis

Keywords: CDR, pulmonary tuberculosis, community based surveillanc

1
1. PENDAHULUAN penderita TB paru secara keseluruhan di
Secara global wujud kepedulian dunia Puskesmas Ngumpak Dalem cukup tinggi
terhadap pengendalian TB paru adalah yaitu 28 orang pada tahun 2012 dan tahun
terbentuknya Stop TB Partnership sebagai 2013 berjumlah 29 orang. Dari jumlah
kemitraan global yang menetapkan visi tersebut, 9 orang diantaranya (32%) tahun
Dunia bebas TB yang akan dicapai pada 2013 berasal dari Desa Sumber Tlaseh
tahun 2015. Selain itu agenda ke-6 (LB Puskesmas Ngumpak Dalem, 2013)
Millenium Development Goals (MDGs) TB paru sangat mudah menular, dimana
adalah memerangi penyakit HIV/AIDS, 1 penderita TB paru dengan BTA positif
malaria dan penyakit lainnya termasuk TB bisa menularkan kepada 10-15 orang
Paru. Pengendalian TB Paru menjadi lebih disekitarnya setiap tahun (PPTI, 2010).
kompleks dan serius dengan adanya ko- Dengan ditemukan 9 kasus TB paru
infeksi TB/HIV dan TB resisten obat dengan BTA positif di Desa sumber
(MDR) (Kemenkes RI, 2011). Salah satu Tlaseh, maka 90-135 orang beresiko
indikator keberhasilan program untuk tertular. Berdasarkan laporan
pengendalian TB paru adalah penemuan poskesdes tahun 2013 angka CDR adalah
kasus baru diantara suspek TB (case 50% kurang dari target nasional yang
detection rate/CDR) (Depkes RI, 2007). ditetapkan yaitu 70%. Tuberkulosis paru
Langkah strategis mengoptimalkan biasa disingkat menjadi TB atau TBC
prosentase case detection rate (CDR) adalah penyakit menular disebabkan oleh
adalah dengan peran serta aktif kuman tuberkulosis (Mycobacterium
masyarakat dalam pengendalian TB paru Tuberculosis). Umumnya menyerang paru,
melalui pendekatan surveilans berbasis tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh
masyarakat. lainnya seperti kelenjar getah bening,
Menurut WHO (2009) diperkirakan masih selaput otak, kulit, tulang dan persendian,
sekitar 9,5 juta kasus TB baru dan sekitar usus, ginjal dan organ tubuh lainnya (PPTI,
0,5 juta orang meninggal karena TB paru. 2010)
Indonesia merupakan negara yang Penularan penyakit ini melalui droplet
dikategorikan sebagai negara penyumbang infection, yaitu melalui percikan dahak
kasus TB terbesar bersama 21 negara secara langsung atau terhirup melalui
yang lain (Depkes RI,2007). Di Tingkat udara. Sumber penularan adalah pasien TB
Nasional, Propinsi Jawa Timur merupakan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
salah satu penyumbang penemuan jumlah pasien menyebarkan kuman ke udara
penderita TB paru terbanyak kedua di dalam bentuk percikan dahak (droplet
bawah Propinsi Jawa Barat. Case Detection nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
Rate (CDR) merupakan proporsi sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penemuan kasus TB BTA positif penularan terjadi dalam ruangan dimana
dibanding dengan perkiraan kasus dalam percikan dahak berada dalam waktu yang
persen. Target yang ditetapkan secara lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
nasional sebagai indikator CDR adalah percikan, sementara sinar matahari
70% orang yang terinfeksi dapat terdeteksi langsung dapat membunuh kuman.
dengan strategi DOTS dan 85% diantaranya Percikan dapat bertahan selama beberapa
dinyatakan sembuh. Angka penemuan kasus jam dalam keadaan yang gelap dan
baru BTA positif (Case Detection Rate) lembab. Daya penularan seorang pasien
Tahun 2012 angka CDR sebesar 63,03% ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dengan jumlah kasus baru (+/-) sebanyak dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
41.472 penderita dan BTA posistif baru derajat kepositifan hasil pemeriksaan
sebanyak 25.618 kasus. Desa Sumber dahak, makin menular pasien tersebut.
Tlaseh Kec. Dander Kab. Bojonegoro Faktor yang memungkinkan seseorang
merupakan salah satu wilayah kerja terpajan kuman TB ditentukan oleh
Puskesmas Ngumpak Dalem dengan jumlah konsentrasi percikan dalam udara dan
penderita TB yang terbanyak. Jumlah lamanya menghirup udara tersebut.
2
Gejala klinis yang timbul adalah keputusan agar dapat dilakukan langkah-
batuk > 2 minggu, demam, keringat pada langkah pencegahan dan pengendalian
malam hari, malaise, tidak nafsu makan penyakit (Last, 2001). Surveilans berbeda
dan penurunan berat badan. Faktor resiko dengan pemantauan (monitoring) biasa.
yang meningkatkan penularan adalah Surveilans dilakukan secara terus menerus
kondisi lingkungan rumah yang lembab tanpa terputus (kontinu), sedang
dan kurang sinar matahari, gizi kurang, pemantauan dilakukan intermiten atau
merokok dan prilaku hidup yang tidak episodik. Dalam kegiatan ini, kader TB
sehat (PPTI, 2010). TB paru dibagi akan melaksanakan pengamatan dan
menjadi 2, yaitu TB BTA (+) dan TB pemantauan terus menerus, pencatatan dan
BTA (-). TB paru BTA (+) dibuktikan pelaporan terhadap penemuan terduga TB
dengan pemeriksaan laboratorium paru (suspek TB), pencegahan dan
dengan hasil sebagai berikut : penatalaksanaan sederhana serta
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen melaporkan kematian akibat TB paru.
dahak SPS hasilnya BTA positif. (Dinkes Kab. Bojonegoro, 2013).
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Dengan kegiatan ini dapat membantu
positif dan foto toraks dada mencapai target penemuan kasus baru TB
menunjukkan gambaran tuberkulosis. paru BTA (+) melalui penemuan suspek
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA TB. Pengobatan TB paru secara intensif
positif dan biakan kuman TB positif. memerlukan waktu 6 bulan. Pengobatan
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya TB paru yang relatif lama, ditunjang
positif setelah 3 spesimen dahak SPS dengan kurangnya pengetahuan
pada pemeriksaan sebelumnya masyarakat tentang TB paru beserta stigma
hasilnya BTA negatif dan tidak ada tentang TB di masyarakat dapat
perbaikan setelah pemberian menghambat penemuan suspek TB
antibiotika non OAT. maupun kasus baru, sehingga CDR yang
Surveilans berbasis masyarakat merupakan merupakan salah satu indikator
langkah strategis sebagai wujud nyata keberhasilan program pengendalian TB
kepedulian masyarakat dalam akan sulit tercapai (Depkes RI, 2007). TB
pengendalian TB paru. Menurut WHO dengan BTA (+) sangat menular, jika
(2004), surveilans adalah proses cakupan angka penemuan kasus baru
pengumpulan, pengolahan, analisis dan rendah, maka ada bahaya laten yang
interpretasi data secara sistemik dan terus mengancam masyarakat untuk resiko
menerus serta penyebaran informasi tertular TB paru yang berdampak pada
kepada unit yang membutuhkan untuk tingginya angka morbiditas bahkan
dapat mengambil tindakan. Surveilans dapat menyebabkan kematian (PPTI,
kesehatan masyarakat adalah 2010). Tujuan penelitian ini adalah
pengumpulan, analisis, dan analisis data mengukur efektivitas surveilans berbasis
secara terus menerus dan sistematis masyarakat dalam mengukur case
yang kemudian didiseminasikan detection rate (CDR) di Desa Sumber
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang Tlaseh Kec. Dander, Kab. Bojonegoro.
bertanggungjawab dalam pencegahan Hipotesis dari penelitian ini adalah
penyakit dan masalah kesehatan lainnya Surveilans berbasis masyarakat efektif
(DCP2, 2008). Surveilans memantau terus dalam mendeteksi kasus baru TB Paru
menerus kejadian dan kecenderungan BTA (+) / mengukur case detection
penyakit, mendeteksi dan memprediksi rate (CDR) TB Paru BTA (+) di Desa
outbreak pada populasi, mengamati faktor- Sumber Tlaseh Kecamatan Dander
faktor yang mempengaruhi kejadian Kabupaten Bojonegoro
penyakit, seperti perubahan perubahan
biologis pada agen, vektor, dan reservoir. 2. METODE PENELITIAN
Selanjutnya surveilans menghubungkan Rancangan penelitian yang
informasi tersebut kepada pembuat digunakan adalah pra eksperimen dengan
3
pendekatan one shoot pre test-post test 3. Mensosialisasikan kegiatan surveilans
only design. Populasi pada penelitian ini melalui kegiatan kemasyarakatan
adalah seluruh masyarakat Desa Sumber seperti arisan, tahlilan, karang taruna,
Tlaseh Kec. Dander, Kab. Bojonegoro PKK dan lain-lain dengan memberikan
tahun 2015. Sampel pada penelitian ini pendidikan kesehatan tentang TB paru
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap kepada masyarakat
kegiatan surveilans berbasis masyarakat 4. Mensosialisasikan kegiatan surveilans
dan tahap Deteksi kasus baru TB. di tempat-tempat strategis seperti
Pada tahap surveilans berbasis warung, rumah makan, pasar, tempat
masyarakat, sampel adalah kader TB. mangkal orang untuk berkumpul
Berdasarkan standar jumlah kader dengan menempelkan poster-poster
posyandu pada tiap posyandu minimal 5 tentang TB
orang. Dengan analog jumlah tersebut, 5. Kasus baru dapat ditemukan
maka jumlah kader yang diperlukan tiap berdasarkan penemuan suspek TB
dusun adalah 5 orang, karena setiap yang dapat dilaporkan oleh warga dan
dusun terdapat 1 posyandu. Desa Sumber ditindaklanjuti oleh kader TB untuk
Tlaseh terdiri dari 4 dusun, sehingga besar dilaporkan kepada petugas poskesdes
sampel kader TB yang diperlukan adalah dan petugas puskesmas untuk
20 orang. Untuk mengantisipasi terjadinya diperiksa dahaknya dan memastikan
sampel yang drop out, diberikan alokasi menderita atau tidak menderita TB
tambahan sampel 20%, sehingga besar paru.
sampel secara keseluruhan adalah 24 6. Kader mencatat dan melaporkan
orang. suspek TB yang ditemukan ke
Pada tahap pendeteksian kasus baru puskesmas
(Case Detection), sampel yang dilibatkan 7. Menghitung Case Detection Rate
adalah masyarakat yang diduga terkena (CDR) setelah akhir kegiatan
TB Paru (Suspek TB), yaitu masyarakat surveilans berbasis masyarakat dengan
Desa Sumber Tlaseh Kec. Dander Kab. rumus :
Bojonegoro tahun 2015 yang
menunjukkan gejala batuk lebih dari 2 = 100 (1)
minggu. Variabel independen adalah
surveilans berbasis masyarakat, variabel
dependen adalah case detection rate Suspek TB dihitung dengan rumus :
(CDR). Pada tahap persiapan surveilans,
kader dipilih untuk dilatih dan dididik = .
(2)
tentang TB paru. Efektivitas kemampuan
kader melaksanakan surveilans diukur CDR dikatakan baik jika > 70% dan
dengan menggunakan test berupa kurang jika < 70%. Efektivitas kegiatan
kuesioner sebelum dan sesudah diberikan surveilans berbasis masyarakat dalam
pendidikan dan pelatihan surveilans TB mengukur CDR diukur dengan
paru dan diuji dengan Paired T-Test. membandingkan prosentase CDR
Pada tahap surveilans berbasis masyarakat sebelum dan sesudah dilaksanakan
untuk mengukur case detection rate kegiatan surveilans berbasis masyarakat,
(CDR),dilakukan dengan langkah-langkah dimana CDR awal berasal dari data
sebagai berikut : sekunder puskesmas.
1. Mengidentifikasi Case Detection 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rate (CDR) sebelum dilaksanakan HASIL PENELITIAN
kegiatan surveilans berbasis Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander
masyarakat dengan melihat data Kabupaten Bojonegoro terdiri dari 4 dusun,
sekunder dari poskesdes. yaitu Dusun Tlaseh, Dusun Kawis, Dusun
2. Mensosialisasikan keberadaan kader Balongsumber dan Dusun Temurejo. Kader
TB yang dipilih untuk melaksanakan surveilans
4
sebanyak 24 orang, tetapi yang mengikuti B. CASE DETECTION RATE
kegiatan diklat TB paru sebanyak 21 orang, Surveilans dilaksanakan pada bulan
sehingga 3 kader dianggap dropout. Hasil Maret-Oktober 2015. Dalam menentukan
diklat kader adalah sebagai berikut : CDR TB Paru Desa Sumbertlaseh
Kecamatan Dander Kabupaten
A. PENGETAHUAN KADER Bojonegoro Tahun 2015, berdasarkan
TENTANG TB jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro
Tabel 1. Pengetahuan kader sebelum tahun 2014. Perkiraan suspek TB Paru di
diklat Kabupaten Bojonegoro dengan jumlah
penduduk tahun 2014 1.226.033 jiwa
Pengetahuan Jumlah Prosentase adalah (107/100.000)x 1.226.033 = 1312
Baik 4 19 orang. Proporsi penemuan suspek kasus
TB Paru BTA (+) di wilayah kerja
Cukup 10 47,6 Puskesmas Ngumpakdalem dengan
jumlah penduduk 36144 orang adalah
Kurang 7 33,3
(36144/1226033) X 1312 = 39 orang
yang tersebar di 7 desa, yaitu Desa
Tabel 2. Pengetahuan kader setelah
Sendang Rejo, Desa Sumber Agung,
diklat
Desa Kedungrejo, Desa Ngablak, Desa
Pengetahuan Jumlah Prosentase Ngulanan, Desa Sumbertlaseh dan Desa
Sumodikaran, sehingga rata-rata suspek
Baik 10 47,6 di masing-masing desa adalah 6 orang
Cukup 10 47,6 Penelitian yang dilaksanakan mulai
Maret-Oktober 2015 di Desa
Kurang 1 4,8 Sumbertlaseh Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro ditemukan kasus
Tabel 1 dan tabel 2 menjelaskan bahwa TB Paru BTA (+) sebanyak 6 orang,
pengetahuan kader setelah pendidikan dan sehingga berdasarkan data tersebut, CDR
pelatihan tentang surveilans TB Paru di Desa sumbertlaseh adalah (6/6) x
mengalami peningkatan. Sebelum 100% = 100%. Puskesmas Ngumpak
pendidikan dan pelatihan, kategori kurang Dalem yang membawahi wilayah kerja
sebesar 33,3% dan setelah pendidikan dan Desa Sumbertlaseh menunjukkan angka
pelatihan kategori kurang menurun CDR 87,17% dengan ditemukan 34 BTA
menjadi 4,8%. Sebelumnya kategori baik (+) dari 39 target yang ditetapkan. Tahun
sebesar 19% dan setelahnya meningkat 2014 kasus TB paru BTA (+) yang
menjadi 47,6%. Hasil analisis statistik ditemukan di Desa Sumbertlaseh adalah
dengan menggunakan Paired T-Test 4 kasus dengan angka CDR 60%. Hasil
menunjukan sig. 0,02 pada pada tingkat tersebut menunjukkan bahwa surveilans
kemaknaan α 5%, sehingga Ho ditolak, dan berbasis masyarakat efektif dalam
kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada penemuan kasus TB paru BTA (+).Hasil
perbedaan pengetahuan kader TB Paru surveilans menunjukkan bahwa suspek
sebelum dan setelah pendidikan dan TB paru BTA (+) dengan tanda batuk
pelatihan. Rata-rata nilai mean lebih dari 2 minggu terdapat pada
menunjukkan bahwa pengetahuan kader lingkungan sekitar penderita TB paru
TB Paru setelah pendidikan dan pelatihan BTA (+). Kunjungan rumah pada pasien
77,14 lebih tinggi dari sebelumnya yaitu TB lama dilakukan untuk pemetaan
69. Hasil ini menunjukkan bahwa prediksi kasus baru dan kemungkinan
pengetahuan kader setelah pendidikan dan kontak serumah. Hasil surveilans juga
pelatihan lebih baik dari sebelumnya, dan menunjukkan fenomena menarik yang
pendidikan pelatihan yang dilaksanakan berkaitan dengan dinamika masyarakat.
efektif dalam membekali kader untuk Upaya untuk membawa suspek ke
melaksanakan surveilans TB Paru. puskesmas menjadi sulit kkarena
5
penolakan dari suspek dengan berbagai Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro
alasan. Tidak semua kader memiliki sebagian besar adalah usia dewasa yaitu
motivasi tinggi untuk menyelesaikan 31-40 tahun (47,6%). Selain itu, kader TB
masalah kesehatan di desanya, sehingga Paru juga merupakan kader kesehatan di
memerlukan stimulus dengan aturan- Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander
aturan tertentu untuk melaksanakan Kabupaten Bojonegoro sehingga mereka
surveilans telah terpapar informasi tentang kesehatan,
sehingga tingkat penerimaan terhadap
PEMBAHASAN materi TB Paru lebih baik. Surveilans yang
Surveilans berbasis masyarakat sangat dilaksanakan terbatas pada penemuan
efektif diterapkan untuk menemukan kasus kasus baru TB Paru, melakukan pelaporan
baru TB Paru BTA (+). Surveilans berbasis dan upaya pencegahan dengan penyuluhan-
masyarakat adalah pengamatan dan penyuluhan. Upaya yang dilakukan dalam
pencatatan penyakit yang diselenggarakan menunjang suksesnya surveilans adalah
oleh masyarakat (kader) dibantu oleh dengan melakukan lobi kepada kepala
tenaga kesehatan berupa : 1) pengamatan Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander
dan pemantauan penyakit serta keadaan Kabupaten Bojonegoro untuk membentuk
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan kader TB Paru dan disahkan melalui SK
dan prilaku yang dapat menimbulkan Kepala Desa Sumbertlaseh. Penyuluhan-
masalah kesehatan masyarakat, 2) penyuluhan dilakukan pada kelompok-
pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kelompok potensial yaitu pada kelompok
kepada petugas kesehatan untuk respon pengajian Muslimat NU yang dilaksanakan
cepat, 3) pencegahan dan penanggulangan secara bergilir di tiap dusun. Selain itu,
sederhana penyakit dan masalah kesehatan, untuk membangun opini publik, dilakukan
4) pelaporan kematian. Tujuan surveilans pemasangan spanduk dan banner tentang
berbasis masyarakat adalah terciptanya himbauan kewaspadaan TB paru di tempat
sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini strategis yang menyebar di 4 dusun.
di masyarakat terhadap kemungkinan Kunjungan pada penderita lama dilakukan
terjadinya masalah kesehatan yang akan untuk pemetaan penularan TB paru,
mengancam / merugikan masyarakat dimana 1 penderita TB Paru beresiko
(Dinkes Kab. Bojonegoro, 2013). Sebelum menularkan kepada 10 orang disekitarnya
kader diterjunkan untuk melakukan (PPTI, 2010). Karakteristik masyarakat
surveilans, kader terlebih dahulu dibekali yang sebagian besar bekerja di desanya
dengan diklat tentang cara mengenali sendiri sebagai petani, buruh, dan tidak
kasus TB, cara mengambil sampel dahak, bekerja dipertimbangkan menjadi salah
dan penatalaksanaan TB secara sederhana satu faktor pencapaian penemuan kasus TB
sehingga mudah untuk dimengerti oleh paru BTA (+) secara aktif oleh masyarakat
kader. Menurut Notoatmodjo (2003) karena mereka teretensi oleh penyuluhan-
pendidikan dan pelatihan adalah upaya penyuluhan dan pesan-pesan yang
untuk mengembangkan sumberdaya disampaikan lewat media banner.
manusia terutama untuk mengembangkan 4. KESIMPULAN
intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan dan pelatihan tentang TB
Pendidikan dan pelatihan yang paru pada kader menunjukkan bukti yang
dilaksanakan terbukti efektif dalam signifikan terhadap peningkatan pengetahuan
meningkatkan pengetahuan kader tentang kader TB Paru Desa Sumbertlaseh
TB melalui hasil test yang telah dilakukan. Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro
Selain ditunjang oleh pendidikan dan tentang TB paru. Surveilans yang
pelatihan, faktor usia juga mempengaruhi. dilaksanakan oleh kader menunjukkan angka
Menurut Notoatmodjo (2009) semakin case detection rate (CDR) mencapai 100%.
dewasa usia maka tingkat pemahaman Hal ini menunjukkan bahwa surveilans
seseorang tentang suatu hal semakin baik. berbasis masyarakat efektif dalam penemuan
Usia kader TB Paru Desa Sumbertlaseh kasus TB paru dan efektif dalam pencapaian
6
prosentase case detection rate (CDR) TB PPTI. (2010). Buku saku penanggulangan
Paru BTA (+) di Desa Sumbertlaseh Tuberculosis Paru. Jakarta
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro WHO. (2004) WHO comprehensive
Tahun 2015 assessment of the National Disease
Dinamika masyarakat memegang surveilans in Indonesia. Washington
peranan dalam surveilans. Penolakan DC
pemeriksaan dari suspek dengan berbagai
alasan memerlukan strategi khusus misalnya
petugas kesehatan (bidan desa, perawat desa
atau pemegang program) bisa mendatangi
suspek untuk diambil sampel sputum.
Pembinaan kepada kader perlu dilakukan
secara berkelanjutan untuk meretensikan dan
meningkatkan motivasi kader dalam proses
surveilans. Pemegang kebijakan perlu
memberikan stimulus yang terikat dengan
aturan-aturan tertentu untuk meningkatkan
motivasi kader dalam pelaksanaan surveilans
TB paru secara berkelanjutan

5. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2004a) Kepmenkes tentang


Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan
Penyakit.
Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes
RI : Jakarta
Depkes RI. (2009). Buku saku kader
program penanggulangan TB.
Diperbanyak oleh Dinkes Provinsi
Jawa Timur. Surabaya
Dinkeskab Bojonegoro. (2013). Buku
pedoman gerakan menuju desa siaga
aktif mandiri berkelanjutan (Gema
Desimal). Bojonegoro
DCP2. (2008). Public Health Surveilance
The Best Weapon to avert epidemics
disease control. Priority project.
www.dcp2.org/file/153/dcp.survelance.p
df
Kemenkes RI. (2011). Terobosan Menuju
Akses Universal Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010-
2014. Jakarta
Last. (2001). A Dictionary of Epidemiologi.
New York : Oxford University press. Inc
Notoatmodjo S.(2009). Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

You might also like