You are on page 1of 245

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA
KEMENTERIAN PARIWISATA
TAHUN 2016

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN


SEKRETARIAT KEMENTERIAN
Kata Pengantar

Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, atas bimbingan-Nya, sehingga
penyusunan buku Laporan Kinerja Kementerian
Pariwisata Tahun 2016 dapat tersusun dan diselesaikan.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016
disusun dalam rangka pelaksanaan amanah Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan mengacu pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini menjabarkan hasil kerja
yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata berdasarkan Penetapan Sasaran
dan Indikator Kinerja tahun 2016, yang termuat dalam Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 – 2019, serta Sasaran Strategis Kementerian
Pariwisata dalam RPJM 2015 – 2019, yang merupakan cerminan amanat visi dan misi
Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagaimana tertuang dalam NAWA CITA.

Prospek kepariwisataan yang semakin cerah dan posisi strategis yang diemban
dalam kerangka pembangunan nasional, memberikan dorongan dan keharusan akan
langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kinerja kepariwisataan nasional,
maupun peningkatan daya saing yang semakin kuat agar mampu menarik kunjungan
wisatawan mancanegara yang semakin besar, pergerakan wisatawan nusantara yang

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


i
2016
semakin merata serta minat investasi yang semakin tinggi di Indonesia. Dengan
demikian nilai manfaat ekonomi yang didorong oleh sektor Pariwisata akan
berkontribusi signifikan bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi kepariwisataan nasional tahun 2016 secara makro menunjukkan
perkembangan dan kontribusi yang terus meningkat dan semakin signifikan
terhadap PDB nasional sebesar 4,03% atau senilai Rp. 500,19 triliun, dengan
peningkatan devisa yang dihasilkan mencapai Rp 176 -184 Triliun dan tenaga kerja
pariwisata sebanyak 12 juta orang.

Pada kondisi mikro, juga ditandai dengan peningkatan jumlah wisatawan


mancanegara (wisman) sebanyak 12,02 juta wisman dan wisatawan nusantara
(wisnus) sebanyak 263,68 juta perjalanan. Disisi lain lain, salah satu indikator
penting yaitu aspek daya saing kepariwisataan, berdasar penilaian WEF (World
Economic Forum) posisi Indonesia juga meningkat signifikan dari ranking 70 dunia
menjadi ranking 50 di tahun 2015.

Berdasarkan data UNWTO Pertumbuhan Wisman Indonesia Tahun 2016 tercatat


sebesar 15,54% yang melebihi rata-rata dunia sebesar 3,9%, memberikan
kepercayaan diri Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan target kunjungan
wisman pada tahun 2017 dari 12 juta menjadi 15 juta dengan fokus utama pada
Digital Tourism, Homestay Desa Wisata dan Air Connectivity.

Akhir kata, atas diselesaikannya dokumen Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata


tahun 2016 ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam proses penyusunan dan diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi
kinerja.
Jakarta, Februari 2017

Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc


Menteri Pariwisata Republik Indonesia

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


ii
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................... .............................................. .................... i
Daftar Isi .................................................. ................................................. .................................. iii
Ikhtisar Eksekutif ........................................... .......................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 14


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 14
1.2 Gambaran Kementerian Pariwisata ........................................................................ 18
1.3 Posisi Strategis Kementerian Pariwisata dan Dukungan Sektoral
dalam Pembangunan Kepariwisataan ................................................................... 19
1.4 Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan ................................................... 24

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA


2.1 Rencana Strategis .......................................................................................................... 31
2.2 Penetapan dan Perjanjian Kinerja........................................................................... 35

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


3.1 Capaian Kinerja Organisasi ...................................................................................... 38
3.1.1 Sasaran Strategis Kemenpar 2016 ....................................................................... 38
3.1.2 Capaian dan Analisis Kinerja 2016....................................................................... 40
1. Meningkatnya Kualitas dan Kuantitas Destinasi Pariwisata............... 41
2. Meningkatnya Investasi di sektor Pariwisata ........................................... 68
3. Meningkatnya Kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan
tenaga kerja nasional .......................................................................................... 78
4. Meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ...................................................... 83
5. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman)................................................................................................................ 87
6. Meningkatnya jumlah penerimaan devisa ............................................... 129
7. Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) 133
8. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara
(wisnus) ............................................................................................................... 145
9. Meningkatnya kapasitas dan profesionalitas SDM Pariwisata ....... 162
10. Terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi
di Lingkungan Kementerian Pariwisata .................................................... 172
11. Meningkatnya kualitas kinerja organisasi Kementerian
Pariwisata............................................................................................................ 186

3.2 Anggaran ...................................................................................................................... 226

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................... 230


Lampiran
Perjanjian Kinerja
Pernyataan Hasil Evaluasi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


iii
2016
Ikhtisar Eksekutif
Sesuai dengan rentang waktu Rencana
Strategis 2015 – 2019, maka Laporan informasi yang tertuang dalam
Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun Laporan Kinerja Kementerian
2016 ini merupakan Laporan Kinerja Pariwisata Tahun 2016 harus dapat
tahun kedua, yang menyajikan memenuhi kebutuhan pengguna
perbandingan antara capaian kinerja internal dan eksternal.
(performance results) dengan Rencana Laporan kinerja ini secara garis besar
Kinerja (Performance Plan) dan berisikan informasi mengenai rencana
informasi akuntabilitas kinerja Tahun kinerja dan capaian kinerja yang telah
2016. dicapai pada tahun 2016. Rencana
Bagi Kementerian Pariwisata, Laporan Kinerja (Performance Plan) 2016 dan
Kinerja memiliki dua fungsi utama. Perjanjian Kinerja 2016 merupakan
Pertama, merupakan sarana untuk kinerja yang ingin dicapai selama
menyampaikan pertanggungjawaban tahun 2016 yang sepenuhnya mengacu
kinerja kepada seluruh para pemangku pada Rencana Strategis Kementerian
kepentingan (Presiden, Instansi Pariwisata 2015 – 2019. Sementara itu,
Pemerintah Pusat/Daerah, pelaku/ capaian kinerja (Performance Results)
industri pariwisata). Kedua, merupakan hasil realisasi seluruh
merupakan sumber informasi untuk kegiatan selama tahun 2016 yang
perbaikan dan peningkatan kinerja diarahkan untuk mencapai target yang
secara berkelanjutan. Adanya dua ditetapkan oleh Menteri Pariwisata
fungsi utama ini memperjelas bahwa tahun 2016.
LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 1
2016
Data statistik per Januari s.d. Desember 2016 menunjukkan capaian pembangunan
pariwisata Indonesia mampu mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia periode
Januari s.d. Desember 2016 secara kumulatif sebanyak 12.023.971 kunjungan,
dengan pertumbuhan sebesar 15,54%. Sementara itu, pertumbuhan kunjungan
wisatawan mancanegara pada beberapa negara tetangga ASEAN, adalah sebagai
berikut: Thailand 9,7% (periode Januari-November 2016); Singapura 7,9% (periode
Januari-November 2016), dan Malaysia 4,4% (periode Januari-Oktober 2016).
Adapun kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berkontribusi terhadap
penerimaan devisa sebesar Rp 176-184 triliun rupiah (prognosa), dari target 2016
sebesar 172 triliun rupiah. Peningkatan pencapaian devisa tersebut justru terjadi
ketika devisa dari komoditi batubara dan migas cenderung mengalami penurunan,
seperti diproyeksikan melalui grafik berikut.

30
25
USD Juta

20
15
10
5
0
2015 2016 2017 2018 2019
Minyak Batubara Pariwisata CPO Karet

PROYEKSI PENERIMAAN DEVISA DARI SEKTOR-SEKTOR UTAMA DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA


“Tahun 2020, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia”

Grafik 1. Penerimaan Devisa dari Sektor Utama

Sementara itu, jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 263,68 juta
perjalanan, dari target tahun 2016 sebanyak 260 juta perjalanan, dengan total
pengeluaran wisnus sebesar Rp 241,08 Triliun. Jumlah penyerapan tenaga kerja
diperkirakan mencapai 12 juta orang dari target tahun 2016 sebanyak 12,02 juta
orang.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 1


2016
Menempatkan Pariwisata sebagai backbone perekonomian bangsa, Indonesia
memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Di tahun 2019
Industri Pariwisata diproyeksikan menjadi penghasil devisa terbesar, USD 24 Miliar,
melampaui sektor Migas, Batubara dan Minyak Kelapa Sawit. Dampak dari devisa itu
langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Gambar 1. Penerimaan PDB Nasional Pariwisata

A. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kerja Pemerintah (RKP)


2016

Perkembangan capaian kinerja bidang Kepariwisataan yang telah ditetapkan sebagai


sektor unggulan dalam pembangunan perekonomian nasional Indonesia pada tahun
2016 menunjukkan hasil yang positif, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 2


2016
Realisasi Target Realisasi
Indikator
2015 2016 2016

Kontribusi terhadap PDB


4,23% 5% 4,03%*
Makro
Nasional
Devisa (Triliun Rupiah) 144 172 176 -184
Jumlah Tenaga Kerja (Juta Orang) 11,4 11,7 12*

Indeks Daya Saing Pariwisata


#50 n.a. n.a.**
(WEF)
Mikro

Jumlah Wisatawan Mancanegara


10 12 12,02
(Juta Orang)
Jumlah Wisatawan Nusantara
255 260 263,68
(Juta Orang)

Gambar 1. Target dan Realisasi Penerimaan PDB Nasional Pariwisata

Realisasi Kinerja Kementerian Pariwisata terhadap Rencana Kerja Pemerintah (RKP)


Tahun 2016 dapat dijelaskan, sebagai berikut:

Kontribusi Terhadap PDB Nasional


Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional terealisasi sebesar 4.03% dari
target yang ditetapkan sebesar 5%. Adapun realisasi PDB Nasional 2015 sebesar 4,23%.

1. Devisa

Tahun 2016 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar Rp 176-184 triliun


(prognosa), meningkat dari Rp 144 triliun di tahun 2015. Peningkatan penerimaan
devisa di tahun 2016 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara dari 1 0 , 4 juta di tahun 2015 menjadi 12,02 juta di tahun 2016,
tetapi bersumber dari rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar US$ 1.103,81.

Peningkatan ini disebabkan oleh promosi dalam festival, pameran, dan sales
mission berskala internasional, kerjasama dengan berbagai airlines, serta
melakukan famtrip untuk para media, journalis, blogger, influencer, serta vlogger.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 3


2016
2. Tenaga Kerja

Tercapainya target jumlah tenaga kerja sektor pariwisata tahun 2016 sebesar 12
juta tenaga kerja antara lain disebabkan oleh kemudahan investasi dan
meningkatnya jumlah usaha pariwisata. Kementerian Pariwisata telah melakukan
upaya untuk meningkatkan jumlah usaha pariwisata dengan kegiatan antara lain
Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata, Penyusunan Proposal
Investasi dan Promosi Investasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

“Untuk Indonesia, Pariwisata


sebagai Penyumbang PDB,
Devisa dan Lapangan Kerja
yang paling mudah dan
murah,”

Arief Yahya

Menteri Pariwisata RI

3. Indeks daya saing pariwisata (WEF)

Penilaian Indeks daya saing kepariwisataan Indonesia dilakukan oleh WEF dalam
Tourism Travel Index Competitiveness yang dikeluarkan setiap 2 (dua) tahun sekali.
Indeks daya saing oleh World Economics Forum pada Tahun 2015 diukur
berdasarkan 14 pilar, yaitu Safety and Security, Environmental Sustainability, Health
and Hygiene, Air Transport Infrastructure, Prioritization of Travel and Tourism,
Natural Resources, Price Competitiveness, Business Environment ICT Readiness,
Tourist Service Infrastructure, Human Resources & Labour Market, International
Openness, Ground and Port Infrastructure, Cultural Resources and Business Travel.
Indonesia menempati peringkat 50 dari 141 di Tahun 2015, naik 20 peringkat dari
sebelumnya yaitu peringkat 70. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan indeks
daya saing Indonesia melalui pengembangan infrastruktur dan ekosistem

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 4


2016
pariwisata, antara lain dengan koordinasi lintas sektor terkait peningkatan
aksesibilitas transportasi, komunikasi, dan pengembangan sustainable tourism
development (STD).
Program dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan
aksesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, diantaranya sebagai
berikut :
1) (a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan: perpanjangan dan
pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet, dan fasilitas bandara,
(b) Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN,
(c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api di 4 KSPN,
yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan.
2) (a) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan
pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN
sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem
penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di 1.080
lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang mendapatkan
dukungan dari Kementerian PU-PERA.

LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS


Danau Toba Tanjung Kelayang Mandalika Wakatobi Pulau Morotai
Sumatera Utara Bangka Belitung Nusa Tenggara Sulawesi Tenggara Maluku Utara
Barat

Kepulauan Seribu
dan Kota Tua
DKI Jakarta
Labuan Bajo
Nusa Tenggara
Timur

Tanjung Lesung Borobudur Bromo Tengger Semeru


Banten Jawa Tengah Jawa Timur

Badan Otorita KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata KEK/Kawasan Ekonomi Khusus


Nasional Pariwisata

Gambar 2. Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 5


2016
Adapun pengembangan sustainable tourism development (STD) melalui penyusunan
Pedoman Penerapan sustainable tourism development (STD) dan telah mendapatkan
pengakuan internasional dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC).

Gambar 3. Program Utama Sustainable Tourism Development (STD)

4. Wisatawan Mancanegara

Capaian dari indikator kinerja sasaran tahun 2016 yaitu “Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia” mencapai 12.023.971 wisatawan mancanegara atau
sebesar 100,2%, dari target yang telah ditentukan sebelumnya sebesar 12.000.000
wisatawan mancanegara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari terobosan-terobosan
yang dilakukan Kementerian Pariwisata. Salah satu terobosan baru yang sangat
berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisman ini adalah adanya kebijakan
Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang diberikan kepada 169 negara. Terobosan lain
yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata adalah penggenjotan kegiatan-
kegiatan di cross border dan ektrapolasi atau penggunaan Mobile Positioning Data
(MPD) untuk menghitung Wisman yang masuk melalui Pintu Lintas Batas (PLB).

5. Wisatawan Nusantara

Capaian dari indikator kinerja jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)


pada tahun 2016 ditargetkan sebesar 260 juta perjalanan, telah melampaui target

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 6


2016
dengan capaian 263,6 juta perjalanan atau 101,4%. Pencapaian tersebut didorong
adanya beberapa liburan ganda dan liburan nasional. Selain itu faktor lain yang
mendukung adalah munculnya kelas menengah baru, pertumbuhan telekomunikasi
yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan semakin banyaknya konektivitas
penghubung antar pulau melalui angkutan udara.

Tidak hanya itu, branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 naik 100
peringkat, dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat ke-47 dan selama tahun
2016, Wonderful Indonesia mendapatkan 46 penghargaan di 22 negara. Khusus
untuk penghargaan pada World Halal Tourism Awards 2016, Indonesia
memenangkan 12 dari 16 kategori yang diperlombakan.

Gambar 4. Penghargaan wonderful Indonesia

Keberhasilan upaya branding Wonderful Indonesia di kancah dunia dibuktikan


dengan diterimanya penghargaan bergengsi tingkat dunia diantaranya
kemenangan diperoleh dari 3 award UN-WTO di Madrid. Lalu 3 award di halal
tourism dunia yang dilaksanakan di Abu Dhabi, UAE. Dan satu lagi peringkat
branding Wonderful Indonesia di World Economic Forum (WEF) dalam

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 7


2016
Competitiveness Index. Indonesia berada diperingkat 47, sedangkan Malaysia
diperingkat 96.

B. Capaian Kinerja terhadap Sasaran Strategis 2015-2019

Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2016 menunjukkan bahwa


Kementerian Pariwisata memenuhi target yang telah ditetapkan dalam Sasaran
Strategis. Realisasi pencapaian sasaran Kementerian Pariwisata yang diukur
dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut :

Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2016

2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN CAPAIAN
UTAMA TARGET REALISASI
(%)
1 Meningkatnya 1 Jumlah daerah yang
Kualitas dan difasilitasi untuk
Kuantitas Destinasi pengembangan 34 34 100
Pariwisata infrastruktur dan
ekosistem (provinsi)
2 Jumlah fasilitasi
peningkatan destinasi
25 25 100
wisata, budaya, alam
dan buatan (lokasi)
3 Jumlah fasilitasi
peningkatan tata kelola
25 26 104
destinasi pariwisata
(lokasi)
4 Jumlah fasilitasi
pemberdayaan 34 34 100
masyarakat (provinsi)
2 Meningkatnya 5 Jumlah Investasi sektor
investasi di sektor pariwisata (US$Juta) 1627.36 1352.88 83
pariwisata
3 Meningkatnya 6 Jumlah tenaga kerja
kontribusi langsung, tidak
kepariwisataan langsung, dan ikutan
11.7 12* 102
terhadap sektor pariwisata (juta
penyerapan tenaga orang)
kerja nasional

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 10


2016
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN CAPAIAN
UTAMA TARGET REALISASI
(%)
4 Meningkatnya 7 Kontribusi sektor
kontribusi pariwisata terhadap
pariwisata PDB nasional
5 4.03 80.6
terhadap Produk (persentase)
Domestik Bruto
(PDB) Nasional
5 Meningkatnya 8 Jumlah wisatawan
jumlah kunjungan mancanegara ke
wisatawan Indonesia (juta orang) 12 12,02 100,2
mancanegara
(wisman)
6 Meningkatnya 9 Jumlah penerimaan
jumlah penerimaan devisa (triliun Rp) 172 176-184 102.3
devisa
7 Meningkatnya 10 Jumlah perjalanan
jumlah perjalanan wisatawan nusantara
260 263,68 101,42
wisatawan (juta perjalanan)
nusantara (wisnus)
8 Meningkatnya 11 Jumlah pengeluaran
jumlah wisatawan nusantara
pengeluaran (Triliun Rp) 223,6 241.08* 107.8
wisatawan
nusantara (wisnus)
9 Meningkatnya 12 Jumlah tenaga kerja di
kapasitas dan sektor pariwisata yang 35.000 35.150 100.4
profesionalisme disertifikasi (orang)
SDM Pariwisata
13 Jumlah lulusan
pendidikan tinggi
kepariwisataan yang 1,800 1,786 99.2
tersalurkan di industri
pariwisata (orang)
10 Terlaksananya/ 14 Indeks Reformasi
terwujudnya Birokrasi RB
pelaksanaan (Presentase)
reformasi birokrasi 75% 73,77% 98,36
di Lingkungan
Kementerian
Pariwisata
11 Meningkatnya 15 Opini keuangan
WTP WTP -
kualitas kinerja Kementerian Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 11


2016
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN CAPAIAN
UTAMA TARGET REALISASI
(%)
organisasi (predikat)
Kementerian
Pariwisata
16 Predikat SAKIP
A BB
Kementerian Pariwisata 94,00
(80) (75,20)
(nilai)
* data sementara

Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019 terdapat


11 (sebelas) Sasaran Strategis dan 16 (enam belas) Indikator Kinerja Utama.
Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 3 (tiga) program dengan
anggaran sebesar Rp 4.224.362.266.000,- (termasuk self blocking sebesar Rp 800
miliar). Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa hasil capaian kinerja
Kementerian Pariwisata selama tahun 2016 telah memenuhi 11 (sebelas) Sasaran
Strategis yang ditargetkan. Dengan demikian, tugas dan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab (core area) Kementerian Pariwisata yaitu Mengembangkan
Pariwisata dapat diwujudkan. Komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh
aparatur Kementerian Pariwisata, untuk memfokuskan pemanfaatan sumber-sumber
daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis 2015 – 2019 dan Rencana Kinerja Tahun 2016,
serta masukan dari pemangku kepentingan yang telah bersama-sama memajukan
pariwisata menjadi salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini.
Sesuai dengan hasil analisis di atas, beberapa langkah penting sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2017, yaitu sebagai
berikut:
1. Melakukan koordinasi yang baik dengan stakeholder terkait dalam rangka
mencapai target kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara;
2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra. Hal ini

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 12


2016
secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran strategis yang capaian
kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan;
3. Mereviu dan merumuskan kebijakan melalui Rencana Strategis Kementerian
Pariwisata 2015 - 2019 yang akan dijadikan pijakan dalam pencapaian target
kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara, Kontribusi
Pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto, Penerimaan Devisa, dan
Penyerapan Tenaga Kerja sektor Pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 13


2016
1
B
A
B PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kementerian Pariwisata secara resmi Pendayagunaan Aparatur Negara dan
telah terbentuk pada tanggal 27 Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun
Oktober 2014 berdasarkan Surat 2014 tentang Petunjuk Teknis
Keputusan Presiden Nomor 121/P Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
Tahun 2014 tentang Pembentukan dan Tata Cara Reviu atas Pelaporan
Kementerian dan Pengangkatan Kinerja Instansi Pemerintah.
Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun Dengan mempertimbangkan
2014 – 2019. lingkungan strategis global dan
Laporan Kinerja Kementerian berbagai arah kebijakan pembangunan
Pariwisata Tahun 2016 disusun dalam nasional bidang pariwisata, serta
rangka pelaksanaan amanah Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
Peraturan Presiden Republik 2009 tentang Kepariwisataan,
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah RI Nomor 50
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Pembangunan Kepariwisataan
mengacu pada Peraturan Menteri Nasional Tahun 2010 – 2025, Sasaran

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 14


2016
Strategis Kementerian Pariwisata pembangunan era Kabinet Kerja
dalam RPJMN 2015 – 2019, yang senantiasa digaungkan, salah satunya
merupakan cerminan amanat visi dan terkait dengan pariwisata.
misi Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
Kalla sebagaimana tertuang dalam penerimaan devisa, dan penyerapan
NAWA CITA. tenaga kerja adalah sederetan tujuan
Sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai jangka panjang yang ingin dicapai
Presiden RI ke 7, beberapa prioritas melalui pembangunan pariwisata.

Dalam kerangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya wisata tersebut,
Kementerian Pariwisata mengidentifikasi dan menetapkan fokus pengembangan
produk wisata Indonesia dalam tiga kategori portofolio produk, yaitu produk wisata
alam, budaya dan buatan, yang didalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk
wisata yang spesifik sebagaimana tergambar dalam diagram dibawah ini

1. Menyumbangkan 10% PDB Nasional, tertinggi di ASEAN


2. Spending US$ 1 Juta -> PDB 170%, tertinggi di industri
3. Pertumbuhan PDB Pariwisata di atas rata-rata industri

1. Peringkat ke-4 penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3%


2. Pertumbuhan penerimaan devisa tertinggi, yaitu 13%
3. Biaya marketing hanya 2% dari proyeksi devisa

1. Penyumbang 9,8 juta lapangan, atau 8,4%


2. Lapangan kerja tumbuh 30% dalam 5 tahun
3. Pencipta lapangan kerja termurah US$ 5.000/satu pekerjaan

Gambar 1.1 Pariwisata penyumbang PDB Nasional

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 15


2016
Gambar 1.2 Portofolio pasar dan produk wisata Kementerian Pariwisata

Dalam diagram tergambar portofolio pasar yang akan menjadi fokus pengembangan
pasar pariwisata Indonesia, baik yang terkait dengan pengembangan pasar
wisatawan nusantara (meliputi segmen personal dan bisnis), serta pasar pariwisata
mancanegara.
Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan di daerah, sehingga koordinasi dan
kolaborasi pengembangan destinasi dan pemasaran wisata harus didorong pada
tingkat daerah dengan menjunjung tinggi prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan. Pemerintah melakukan Koordinasi Strategis Lintas Sektor pada tataran
kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan
kepariwisataan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun
2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan.
Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata, Kementerian Pariwisata berperan
sebagai penggerak utama, yaitu sebagai katalisator, advokator, regulator,
koordinator, fasilitator, hub agency, public outreach, dan sekaligus sebagai
konsumen, yang akan sentiasa menjaga keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan
budaya, serta lingkungan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 16


2016
Kontribusi Ekonomi Pariwisata

Pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.


Dampak kepariwisataan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di tahun
2016 sebesar 4,03 % dari PDB nasional. Penciptaan PDB di sektor pariwisata terjadi
melalui pengeluaran wisatawan nusantara, anggaran pariwisata pemerintah,
pengeluaran wisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha pariwisata yang
meliputi: (1) Usaha daya tarik wisata; (2) Usaha kawasan pariwisata; (3) Jasa
transportasi wisata; (4) Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa makanan dan
minuman; (6) Penyedia akomodasi; (7) Penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi; (8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi
dan pameran; (9) Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa konsultan pariwisata;
(11) Jasa pramuwisata; (12) Wisata tirta; dan (13) SPA.
Sektor pariwisata juga memiliki peran strategis dalam menciptakan nilai tambah
bagi perekonomian nasional. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata
menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2016, dampak kepariwisataan terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar 12 juta orang. Sehingga dengan demikian sektor
Pariwisata merupakan sektor yang efektif dalam menjawab kebutuhan peningkatan
nilai tambah ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan (pro poor) dan penciptaan
lapangan kerja (pro-job).
Tahun 2016 sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar Rp 176-184 triliun
(prognosa), meningkat dari Rp 144 triliun di tahun 2015. Peningkatan penerimaan
devisa di tahun 2016 tidak saja bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara dari 1 0 , 4 juta di tahun 2015 menjadi 12,02 juta di tahun 2016,
tetapi bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran per kunjungan tidak
mengalami perubahan dari tahun 2015 dan 2016 yaitu sebesar US$ 1.183. Dengan
kata lain, peningkatan kuantitas devisa kepariwisataan diikuti dengan peningkatan
kualitas pengeluaran wisatawan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 17


2016
1.2. GAMBARAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pariwisata, Kementerian Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah,
dipimpin oleh seorang Menteri yang barada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pariwisata.
Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Pariwisata memiliki tugas sebagai
berikut:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata;
c. pengawasan dan pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pariwisata;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pariwisata di daerah;
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Menteri Pariwisata dibantu oleh 9 orang Eselon 1 yang terdiri atas Sekretaris
Kementerian, 4 orang Deputi, serta 4 orang Staf Ahli Menteri.
Adapun struktur organisasi Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada diagram di
bawah ini:

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Kemenpar

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 18


2016
1.3. POSISI STRATEGIS KEMENTERIAN PARIWISATA DAN
DUKUNGAN SEKTORAL DALAM PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN

Gambar 1.4 Pariwisata sebagai Core Economy Indonesia

Mempertimbangkan pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis serta nilai


strategisnya sebagai sektor andalan bagi pembangunan nasional ke depan, maka
Pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor Pariwisata baik
dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian/ lembaga
untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 19


2016
Gambar 1.5 Dukungan Presiden Jokowi untuk Pariwisata

Strategi yang dilakukan Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 dapat disampaikan, sebagai
berikut:

1. BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA,


pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis :
a. Strategis Pariwisata Nasional (KSPN di Pulau Weh, Toba, Teluk Dalam-Nias,
Nongsa – P. Abang, Natuna, Tanjung Kelayang, Kota Tua-Sunda Kelapa, Kep
Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Ijen-Baluran, Kuta-Sanur-Nusa Dua,
Kintamani-Danau Batur, Menjangan-Pemuteran, Rinjani, Gili Tramena, Komodo,
Ende-Kelimutu, Sentarum, Tanjung Puting, Bunaken, Morotai, Toraja, Wakatobi,
Raja Ampat), melalui:
1) Penyusunan rencana detil kawasan strategis pariwisata nasional
2) Peningkatan aksesibilitas (infrastruktur transportasi dan informasi) melalui
fasilitasi koordinasi lintas sektor (Kementerian Perhubungan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara)
3) Fasilitasi pengembangan amenitas (fasilitas) pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 20


2016
4) Fasilitasi pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan dan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Zonasi Pariwisata
5) Fasilitasi kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor pariwisata
b. Pengembangan destinasi wisata budaya di 20 lokasi, melalui : pengembangan daya
tarik (atraksi) wisata sejarah dan religi (antara lain, wisata ziarah dan jalur
samudera Cheng Ho), wisata kuliner, serta wisata pedesaan dan perkotaan.
c. Pengembangan destinasi wisata alam dan buatan di 25 lokasi, melalui :
pengembangan daya tarik (atraksi) wisata bahari (antara lain jalur Wallacea dan
jalur sutera maritim), wisata ekologi (geopark), wisata petualangan, wisata
konvensi, wisata olahraga dan rekreasi, serta wisata kawasan terpadu.
d. Pengembangan industri dan investasi pariwisata di 50 lokasi, melalui : peningkatan
kemitraan usaha pariwisata, peningkatan kapasitas auditor usaha pariwisata,
advokasi pelaksanaan tata cara pendaftaran usaha pariwisata, penyusunan
proposal investasi pariwisata dan promosi investasi pariwisata.
e. Pengembangan kualitas pengelolaan destinasi pariwisata, melalui : asistensi tata
kelola destinasi (Destination Management Organization/DMO) di 25 lokasi .
f. Pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata di 34 provinsi, melalui : peningkatan
Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona, serta peningkatan kapasitas usaha
masyarakat di destinasi pariwisata.

2. BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATAMANCANEGARA,


pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis :
a. Penyusunan Strategi Pemasaran Pariwisata Indonesia di Pasar Mancanegara, yaitu
di Asia Tenggara, Asia Pasifik, Amerika Eropa, dan Afrika - Timur Tengah
(Kajian strategi pemasaran, informasi pasar dan kerjasama pemasaran –Visit
Indonesia Tourism Office/ VITO)
b. Promosi Pariwisata Indonesia di Pasar Mancanegara, meliputi :
1) Branding :
a) Kampanye National Branding “Wonderful Indonesia”, melalui Media
Elektronik; Media Online; Digital Out Of Home (DOOH); dan Printed
Media International.
b) Destination Branding di seluruh platform media

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 21


2016
2) Advertising :
a) Advertising Destination : Co-Marketing destinasi dengan industri
pariwisata, antara lain Printed Media International bekerja sama dengan
Garuda Indonesia
b) Advertising Event : Promosi untuk dukungan kegiatan selling di
Mancanegara, antara lain kampanye kegiatan di masing-masing lokasi
pelaksanaan selling
3) Selling :
a) Partisipasi pada Travel Mart;
b) Sales Mission;
c) Festival Wonderful Indonesia di mancanegara;
d) Famtrip

3. BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA,


pada tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis :
a. Promosi Pesona Indonesia, melalui :
1) Media Elektronik yang akan dilakukan, antara lain melalui TV, Radio, dan
Media Online, dan pemanfaatan situs/ web dengan melibatkan komunitas/
blogger;
2) Media Cetak melalui, antara lain : penyiapan Booklet, Leaflet, bahan Iklan,
souvenir, dan publikasi di media cetak nasional dan daerah (Koran dan
majalah);
3) Media Ruang melalui, antara lain : pemanfaatan ruang di Bandara, Pelabuhan,
Kereta Api, Damri, Trans Jakarta dan Mall di kota-kota besar serta Videotron/
Digital Out of Home (DOOH) pada titik-titik yang tersebar di kota target
wisnus.
b. Pelaksanaan dan pendukungan promosi even daerah yang bersifat nasional maupun
internasional, seperti :
1) Wisata Alam, antara lain : Gerhana Matahari Total di 12 provinsi, Festival
Tambora di Nusa Tenggara Barat, Festival Danau Toba di Sumatera Utara,
Bono Surfing Expedition di Riau, Festival Danau Sentani di Papua, dan
Festival Raja Ampat di Papua Barat, serta Wisata Bahari, seperti: Sail

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 22


2016
Karimata dan Peringatan Hari Nusantara di Kabupaten Lembata, Nusa
Tenggara Timur.
2) Wisata Budaya, antara lain : Festival Keraton Nusantara, Pesta Kesenian Bali,
dan Festival Kuliner Nusantara di beberapa ibukota propinsi.
3) Wisata Buatan, antara lain : Solo Great Sale, Tour de Singkarak (TDS) di
Sumatera Barat, Jakarta Maraton, Lake Toba Ultra di Sumatera Utara, Musi
Triboatton di Sumatera Selatan, dan Tour de Flores di Nusa Tenggara Timur.
c. Pelaksanaan kegiatan Wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi, dan
Pameran, seperti:
1) Pengembangan Wisata Pertemuan dan Konvensi di 18 Propinsi
2) Optimalisasi Promosi di 16 Destinasi MICE
3) Pendukungan Pameran Pariwisata Dalam Negeri
4) Penyusunan Profil Destinasi MICE, Spa, Event dan Olahraga
d. Pendataan Wisatawan Nusantara dan Kajian Pergerakan Wisatawan Nusantara pada
Hari Libur di 34 Propinsi.

4. BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN, pada


tahun anggaran 2016 akan melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis :
a. Sertifikasi Kompetensi SDM Bidang Pariwisata di 34 Provinsi, sebanyak 35.000
orang.
b. Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan di 34 Provinsi, sebanyak 17.600 orang.
c. Lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata sebanyak 1.800 orang dan 100% terserap di
pasar kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
d. Pendirian Politeknik Pariwisata Negeri Palembang, Sumatera Selatan dan Lombok,
Nusa Tenggara Barat.
e. Peningkatan Kualitas Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
melalui Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Pencanangan Budaya Kerja,
Peningkatan Manajemen Perubahan dan Bimtek Reformasi birokrasi terhadap
SDM Aparatur di lingkungan Kementerian Pariwisata dengan target pencapaian
Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata sebesar 75%.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 23


2016
5. BIDANG DUKUNGAN MANAJEMEN, pada tahun anggaran 2016 akan
melaksanakan kegiatan-kegiatan strategis :
a. Peningkatan kualitas layanan Pusat Informasi dan peningkatan aktivasi saluran
media sosial (Social Media), seperti: facebook, twitter, instagram, path, youtube,
dan Pemberdayaan Crisis Center Kepariwisataan.
b. Peningkatan kualitas kinerja pengelolaan APBN Kementerian Pariwisata menuju
status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).
c. Implementasi e-Government (e-Office, e-Commando, e-Blusukan, Video
Conference)

1.4. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


Upaya mengukuhkan peran dan posisi sektor pariwisata sebagai pilar
strategis pembangunan nasional ke depan, serta mewujudkan pembangunan
kepariwisataan yang berdaya saing dan berkelanjutan, tidak dapat dipungkiri masih
dihadapkan pada sejumlah permasalahan dan tantangan yang menuntut langkah
dan upaya yang taktis dan terpadu dalam mengatasinya.
Permasalahan dan tantangan tersebut dapat dijabarkan pada masing-masing pilar
pembangunan sebagai berikut:

1.4.1. PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA


Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, beberapa permasalahan pokok
yang harus dihadapi, yaitu : (1) kesiapan destinasi pariwisata yang belum merata dari
aspek manajemen atraksi, amenitas maupun aksesibilitas; (2) kesiapan masyarakat di
sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal.
A. Kesiapan Destinasi Pariwisata yang Belum Merata
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis
pantai lebih dari 81.000 km memiliki 17.508 pulau, serta dihuni 300 lebih suku
bangsa menyimpan potensi sumber daya pariwisata yang sangat besar dan
beragam untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi pariwisata yang menarik
dan menjadi tujuan utama wisata dunia. Namun demikian, potensi dan peluang
menjadi destinasi pariwisata yang mampu menarik kunjungan wisatawan dari

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 24


2016
berbagai belahan dunia tersebut masih menghadapi kendala, karena kesiapan
destinasi pariwisata yang masih belum optimal dan merata. Kesiapan destinasi
yang belum optimal tersebut antara lain terkait dengan : keterbatasan
manajemen atau pengelolaan daya tarik wisata yang memiliki kelas dunia,
keterbatasan aksesibilitas dan konektifitas ke destinasi wisata dan hub-hub
regional, nasional maupun internasional, serta keterbatasan ketersediaan dan
kualitas fasilitas pendukung wisata (amenitas). Hal ini juga tercermin dari angka
indeks daya saing pariwisata Indonesia yang dikeluarkan oleh WEF (2015)
dengan skor yang relative rendah dari aspek infrastruktur pariwisata (tourism
sevice infrastructure = 101; ground and port infrastructure = 77) serta dari aspek
kesiapan ICT (skor 85).
Perkembangan dan kesiapan destinasi pariwisata juga masih belum merata dan
terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali. Wilayah-wilayah potensial lainnya
seperti Sumatera (al : Toba, Nias), Kalimantan (al : Tanjung Putting, Derawan),
Sulawesi (al : Toraja, Togean, Takabonerate, Wakatobi), Maluku (al : Ambon,
Morotai, Ternate), Papua (al : Biak, Asmat, Cartenz) serta NTB (al : Tambora), dan
NTT (al : Komodo, Kelimutu) cenderung masih tertinggal jauh perkembangannya,
karena faktor infrastruktur dan ketersediaan fasilitas pendukung wisata.
Investasi di bidang pariwisata relatif masih belum tumbuh di wilayah-wilayah
potensial tersebut.
B. Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum
Optimal
Keberhasilan pembangunan kepariwisataan juga sangat ditentukan oleh kesiapan
dan dukungan masyarakat di destinasi pariwisata. Banyak daerah yang sudah
dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata, namun tidak mampu
berkembang baik dan cenderung stagnan karena masih terbatasnya dukungan
dan kesiapan masyarakat sekitar. Terbatasnya pemahaman terhadap nilai
manfaat pariwisata bagi masyarakat dan wilayah setempat seringkali
memunculkan iklim yang kurang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
kepariwisataan. Unsur-unsur SAPTA PESONA Pariwisata (aman, tertib, bersih,
nyaman, indah, ramah dan kenangan) belum sepnuhnya terwujud di destinasi-
destinasi pariwisata, sehingga kondisi tersebut cenderung menciptakan persepsi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 25


2016
yang kurang positif bagi wisatawan, karena merasa tidak nyaman dan aman
dalam melakukan kunjungan wisatanya.

1.4.2. PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA


Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah
utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata,
antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal;
(2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3) pengembangan tanggung jawab
terhadap lingkungan yang masih belum optimal.
A. Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata Yang Masih Belum Optimal
Salah satu aspek penting dalam perkembangan industri pariwisata adalah
terciptanya sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang kuat di destinasi
pariwisata. Kelemahan yang masih terjadi dalam pengembangan destinasi
pariwisata menunjukkan, bahwa belum semua destinasi pariwisata didukung
oleh operasi berbagai jenis usaha kepariwisataan dan sinergi yang baik dalam
menciptakan produk dan layanan yang berkualitas bagi wisatawan. Sehingga di
satu pihak kualitas industri pariwisata belum bisa berkembang optimal, dan disisi
lain nilai manfaat ekonomi pariwisata juga belum mampu dikembangkan untuk
menopang perekonomian daerah setempat.
Belum terjadinya sistem operasi yang utuh pada struktur dan mata rantai usaha
pariwisata (antara lain : transportasi, akomodasi, rumah makan, informasi
wisata, pemanduan wisata, cinderamata, telekomunikasi, fasilitas umum lainnya)
dan juga ketimpangan standar kualitas mata rantai usaha pariwisata akan
menjadi faktor yang kritis terhadap keterjangkauan, kemudahan dan
kenyamanan kunjungan wisatawan di destinasi pariwisata.
B. Daya Saing Produk Wisata Yang Masih Belum Optimal
Daya saing produk wisata yang mencakup daya tarik wisata, fasilitas pariwisata
dan aksesilibitas merupakan aspek yang strategis dalam meningkatkan
kemampuan destinasi pariwisata untuk berkompetisi dengan destinasi
pariwisata lainnya dalam memperebutkan potensi pasar wisatawan. Kondisi daya
saing fasilitas pariwisata Indonesia saat ini relatif masih kurang, dibanding

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 26


2016
dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Daya
saing usaha pariwisata Indonesia masih di bawah ketiga negara tersebut, di atas
Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing dengan Vietnam. Tinggi
rendahnya daya saing tersebut sangat bergantung pada standar usaha pariwisata
dan standar kompetensi tenaga kerja usaha pariwisata yang saat ini di Indonesia
masih terus dalam proses pemantapan kelengkapan perangkat sertifikasi usaha
dan pelaksanaan upaya sertifikasi di tingkat nasional maupun di daerah.
C. Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan oleh Kalangan Usaha
Pariwisata Masih Belum Optimal
Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha pariwisata, baik lingkungan
sosial, alam maupun budaya agar tetap berkelanjutan berpotensi untuk
mengembangkan jejaring usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat
meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah masih terbatasnya jumlah
usaha pariwisata yang memiliki komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan
dan menerapkan prinsip-prinsip berwawasan lingkungan, kurangnya insentif
terhadap usaha pariwisata yang menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
kepariwisataan berkelanjutan, serta kurangnya alokasi program CSR usaha
pariwisata dan usaha non pariwisata untuk pengembangan pariwisata berbasis
pemberdayaan masyarakat lokal.

1.4.3. PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA


Dalam kerangka pengembangan pemasaran pariwisata, terdapat beberapa masalah
utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya kepariwisataan nasional,
antara lain yaitu: (1) Kompetisi destinasi pariwisata regional dan pencitraan
Pariwisata Indonesia yang belum optimal; (2) Strategi pemasaran yang belum
komprehensif dan terpadu.
A. Kompetisi destinasi pariwisata regional dan terbatasnya pemahaman
terhadap destinasi pariwisata Indonesia
Potensi dan citra Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan menyimpan
asset kepariwisataan yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi cenderung masih
belum dikenal luas oleh masyarakat internasional/ pasar wisatawan dunia.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 27


2016
Upaya membangun pencitraan Indonesia melalui branding pariwisata Indonesia
(Wonderful Indonesia) masih belum terpublikasikan secara luas dan optimal pada
berbagai negara pasar utama dan potensial pariwisata Indonesia, sehingga
product awareness dari masyarakat (calon wisatawan) pada negara-negara pasar
utama dan potensial terhadap produk dan destinasi pariwisata Indonesia masih
lemah bila dibandingkan dengan negara-negara pesaing Indonesia.
Upaya promosi dan pencitraan pariwisata yang masif yang dilakukan oleh
destinasi pesaing di tingkat regional (Malaysia, Thailand, Vietnam) perlu
mendapat perhatian dan diimbangi dengan upaya promosi dan pencitraan
pariwisata Indonesia yang lebih kuat dan taktis.
B. Strategi Pemasaran yang belum komprehensif dan terpadu
Upaya meningkatkan pemahaman (awareness) pasar internasional terhadap
Indonesia, yang bermuara pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
internasional ke Indonesia menuntut strategi komunikasi pemasaran yang efektif
dan terpadu.
Strategi pemasaran tersebut harus merupakan keterpaduan antara produk dan
pasar, serta mencakup aspek-aspek pemasaran dan promosi yang utuh baik dari
aspek produk, instrument promosi, lini distribusi maupun strategi harga; serta
aspek target dan segmentasi pasar, dan pencitraan atau positioning melalui
branding. Keutuhan pola pemasaran dan keterpaduan pengembangan dari sisi
pasar dan produk/ destinasi pariwisata masih menjadi kendala utama untuk
membangun pemasaran pariwisata yang efektif dan berdaya saing.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dimanfaatkan
dalam mempromosikan destinasi pariwisata di dunia internasional, dikarenakan
masih terbatasnya kesadaran dan kemampuan pemangku kepentingan
pariwisata dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi tersebut
dalam mendukung promosi pariwisata.

1.4.4. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PARIWISATA


Dalam kerangka pengembangan Kelembagaan kepariwisataan, terdapat beberapa
masalah utama yang dihadapi, antara lain yaitu : (1) masih terbatasnya organisasi
yang membidangi kepariwisataan di daerah; (2) SDM Pariwisata dan Pengembangan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 28


2016
pendidikan Tinggi Pariwisata yang masih terbatas; (3) koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan lintas regional dan sektor masih belum berjalan efektif.
A. Masih terbatasnya Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di Daerah
Komitmen nasional untuk membangun sektor pariwisata sebagai sektor
unggulan nasional, belum sepenuhnya terdukung oleh komitmen di tingkat
daerah terkait dengan aspek organisasi atau institusi yang membidangi
pembangunan kepariwisataan di daerah.
Desentralisasi yang juga menempatkan Pariwisata sebagai sektor pilihan, dan
bukannya sebagai sektor strategis yang mampu memberikan kontribusi berarti
bagi pembangunan daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat, berdampak
pada penguatan organisasi yang membidangi pembangunan kepariwisataan
belum merata di berbagai daerah. Sebagai akibatnya koordinasi lintas daerah
dalam penanganan terpadu asset kepariwisataan yang bersifat lintas wilayah-pun
seringkali mengalami kendala dan hambatan. Disisi lain, lemahnya pemahaman
tentang kepariwisataan, seringkali memposisikan Kepariwisataan sebagai
sebagai sektor pelengkap yang tidak memiliki posisi strategis dalam struktur
organisasi pembangunan di daerah.
B. SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang
Masih Terbatas
Peningkatan daya saing produk pariwisata Indonesia agar memiliki keunggulan
banding dan keunggulan saing secara regional dan global harus diimbangi oleh
ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak hanya berada pada tataran
operasional atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran akademisi, teknokrat,
dan profesional. Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat dilakukan dengan
pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, bagi Aparatur, Pengusaha Industri
Pariwisata, Karyawan pada Industri Pariwisata dan Masyarakat yang berada di
kawasan pariwisata.
Perkembangan Pariwisata Indonesia saat ini kurang diimbangi dengan
pengembangan SDM bidang pariwisata. Pengembangan SDM bidang pariwisata
meliputi aparatur, industri dan masyarakat. Hal ini berguna untuk menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Badan pengembangan Sumber
Daya Pariwisata menyikapi tantangan tersebut dengan program antara lain

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 29


2016
melalui Pembekalan SDM bidang pariwisata terhadap aparatur/industri dan
masyarakat; penyusunan dan review kurikulum serta melakukan Penyusunan
modul pembekalan bidang pariwisata. Dengan akan diberlakukannya
kesepekatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka tuntutan SDM yang
kompeten dan mampu bersaing dengan SDM dari luar negeri akan semakin
dipersyaratkan. Oleh sebab itu penyiapan SDM Pariwisata baik secara kuantitas
dan kualitas harus didorong semaksimal mungkin.
C. Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional Yang
Belum Efektif
Karakter sektor pariwisata yang bersifat multi sektor, lintas wilayah (borderless)
dan multi stakeholders menuntut fungsi koordinasi dan sinergi pengembangan
yang efektif baik secara horizontal antar kementerian dan lembaga terkait, serta
segenap pemangku kepentingan pariwisata (pemerintah, swasta, dan
masyarakat), maupun secara vertical antara pemerintah Pusat dan daerah.
Persoalan koordinasi dan sinergi pembangunan masih menjadi kendala serius
dalam melakukan akselerasi pembangunan kepariwisataan, karena factor ego
sektoral ataupun ego wilayah yang belum mampu melihat kepentingan dan nilai
manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 30


2016
B
A
B2 PERENCANAAN &
PERJANJIAN KINERJA

2.1. RENCANA STRATEGIS


Visi dan Misi Kementerian Pariwisata dalam menunjang pembangunan nasional dan
kehidupan bangsa dijabarkan sebagai berikut :

VISI
Visi Pembangunan Kementerian Pariwisata, menggunakan pijakan Visi Presiden
Republik Indonesia periode 2014-2019, yaitu:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN


BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”

Gambar 2.1 Nawa Cita Jokowi – JK 2014 - 2019

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


31
2016
Berdasarkan visi tersebut, Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019
merumuskan misi yang dikerucutkan ke dalam 9 agenda prioritas Pemerintah yang
disebut NAWACITA. Di dalamnya, terkandung agenda prioritas pemerintah Republik
Indonesia 2015-2019 yang terkait pada pariwisata, adalah agenda prioritas butir
keenam yakni:
“MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR
INTERNASIONAL SEHINGGA BANGSA INDONESIA DAPAT MAJU DAN BANGKIT
BERSAMA BANGSA-BANGSA ASIA LAINNYA”
Dalam rangka meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan potensi yang belum
dikelola dengan baik serta pengembangan pariwisata yang berdaya saing di pasar
internasional, sekaligus memberi peluang besar untuk meningkatkan akselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pariwisata akan meningkatkan daya saing
Indonesia, dengan memanfaatkan potensi yang selama ini belum dikelola optimal,
salah satunya adalah potensi maritim, semata-mata untuk meningkatkan akselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional.

MISI KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019


Berdasarkan agenda prioritas tersebut, disusunlah empat misi Kementerian
Pariwisata 2015-2019 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata No. 29
Tahun 2015 tentang Renstra Kementerian Pariwisata, dengan mengadaptasi 4
(empat) pilar pembangunan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi,
pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Kementerian Pariwisata 2015-209
adalah:
1) Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan
lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan
mewujudkan masyarakat yang mandiri;
2) Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya saing
internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan alam dan sosial budaya;
3) Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara dan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


30
2016
kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar
Internasional;dan
4) Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang
efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam rangka
meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan mendorong
terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.

TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019


Berdasarkan Visi Misi Kementerian Pariwisata 2015-2019, maka dirumuskan tujuan
Kementerian Pariwisata 2015-2019 yaitu:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di
pasar internasional ;
2) Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia
lainnya;
3) Memaksimalkan produktivitas kinerja pemasaran pariwisata dengan dengan
menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan
bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif
4) Mewujudkan kelembagaan kepariwisataan yang mampu mensinergikan
Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri
Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas
maksimal.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


31
2016
SASARAN KEMENTERIAN PARIWISATA 2015 -2019

Gambar 2.2 Sasaran Kementerian Pariwisata 2015-2019

Dalam mengembangkan pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memiliki 11


sasaran strategis yang harus dicapai melalui program dan kegiatan yang akan
dilakukan pada periode 2015–2019. Setiap sasaran strategis Kemenpar memiliki
indikator kinerja serta target yang harus dicapai setiap tahunnya sebagai ukuran
kinerja dari Kemenpar yang diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019


INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN UNIT KERJA
UTAMA
1 Meningkatnya Kualitas dan 1 Jumlah daerah yang DEPUTI BIDANG
Kuantitas Destinasi difasilitasi untuk PENGEMBANGAN
Pariwisata pengembangan DESTINASI DAN
infrastruktur dan INDUSTRI
ekosistem (provinsi) PARIWISATA
2 Jumlah fasilitasi
peningkatan destinasi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


32
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN UNIT KERJA
UTAMA
wisata, budaya, alam
dan buatan (lokasi)
3 Jumlah fasilitasi
pemberdayaan
masyarakat (provinsi)
4 Jumlah fasilitasi
peningkatan tata
kelola destinasi
2 Meningkatnya investasi di 5 Kontribusi investasi
sektor pariwisata sektor pariwisata
terhadap total
investasi nasional
(persentase)
3 Meningkatnya kontribusi 6 Jumlah tenaga kerja
kepariwisataan terhadap langsung, tidak
penyerapan tenaga kerja langsung, dan ikutan
nasional sektor pariwisata (juta
orang)
4 Meningkatnya kontribusi 7 Kontribusi sektor DEPUTI BIDANG
pariwisata terhadap Produk pariwisata terhadap PENGEMBANGAN
Domestik Bruto (PDB) PDB nasional PEMASARAN
Nasional (persentase) PARIWISATA
5 Meningkatnya jumlah 8 Jumlah wisatawan MANCANEGARA
kunjungan wisatawan mancanegara ke
mancanegara (wisman) Indonesia (juta orang)
6 Meningkatnya jumlah 9 Jumlah penerimaan
penerimaan devisa devisa (triliun Rp)
7 Meningkatnya jumlah 10 Jumlah perjalanan DEPUTI BIDANG
perjalanan wisatawan wisatawan nusantara PENGEMBANGAN
nusantara (wisnus) (juta perjalanan) PEMASARAN
8 Meningkatnya jumlah 11 Jumlah pengeluaran PARIWISATA
pengeluaran wisatawan wisatawan nusantara NUSANTARA
nusantara (Rp)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


33
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN UNIT KERJA
UTAMA
9 Meningkatnya kapasitas dan 12 Jumlah tenaga kerja di DEPUTI BIDANG
profesionalisme SDM sektor pariwisata yang PENGEMBANGAN
Pariwisata disertifikasi (orang) KELEMBAGAAN
13 Jumlah lulusan KEPARIWISATAAN
pendidikan tinggi
kepariwisataan yang
tersalurkan di industri
pariwisata (orang)
10 Terlaksananya/terwujudnya 14 Indeks Reformasi
pelaksanaan reformasi Birokrasi (RB)
birokrasi di Lingkungan
Kementerian Pariwisata
11 Meningkatnya kualitas 15 Opini keuangan SEKRETARIAT
kinerja organisasi Kementerian KEMENTERIAN
Kementerian Pariwisata Pariwisata (predikat)
16 Predikat SAKIP
Kementerian
Pariwisata (nilai)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


34
2016
2.2. PENETAPAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, Kementerian Pariwisata secara
terencana dan berkesinambungan melaksanakan program dan kegiatan yang telah
ditetapkan, termasuk didalamnya Rencana Kerja Kementerian Pariwisata Tahun
2016 yang merupakan proses Perencanaan Kinerja.
Penyusunan Rencana Kerja tersebut dilakukan seiring dengan agenda penyusunan
dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2016 ditetapkan maka disusunlah
Perjanjian Kinerja 2016 yang merupakan tekad dan janji rencana kinerja yang akan
dicapai dan disepakati antara pihak yang menerima amanah/tugas dan pihak yang
memberi amanah/tugas dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Secara
umum tujuan penetapan kinerja/perjanjian kinerja Kementerian Pariwisata Tahun
Anggaran 2016, antara lain:
1. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur di
lingkungan Kementerian Pariwisata
2. Mendorong komitmen penerima amanah untuk melaksanakan tugas yang
diterima dan terus meningkatkan kinerjanya
3. Menciptakan alat pengendalian manajemen yang praktis bagi pemberi amanah.
4. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur di
lingkungan Kementerian Pariwisata
5. Menilai adanya keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran suatu organisasi, sekaligus sebagai dasar dalam pemberian
penghargaan (reward) maupun sanksi (punishment).

Salah satu alat ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan/atau
sasaran atau kegiatan utama dan dapat digunakan sebagai fokus perbaikan kinerja di
masa depan adalah Indikator Kinerja Utama. Perjanjian Kinerja Kementerian Tahun
2016 disajikan pada tabel berikut :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


35
2016
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN TARGET UNIT KERJA
UTAMA
1 Meningkatnya Kualitas dan 1 Jumlah daerah yang 34 DEPUTI BIDANG
Kuantitas Destinasi difasilitasi untuk PENGEMBANGAN
Pariwisata pengembangan DESTINASI DAN
infrastruktur dan INDUSTRI
ekosistem (provinsi) PARIWISATA
2 Jumlah fasilitasi 25
peningkatan destinasi
wisata, budaya, alam dan
buatan (lokasi)
3 Jumlah fasilitasi 34
pemberdayaan
masyarakat (provinsi)
4 Jumlah fasilitasi 25
peningkatan tata kelola
destinasi
2 Meningkatnya investasi di 5 Jumlah Investasi sektor 1627.36
sektor pariwisata pariwisata (US$Juta)

3 Meningkatnya kontribusi 6 Jumlah tenaga kerja 11.7


kepariwisataan terhadap langsung, tidak
penyerapan tenaga kerja langsung, dan ikutan
nasional sektor pariwisata (juta
orang)
4 Meningkatnya kontribusi 7 Kontribusi sektor 5 DEPUTI BIDANG
pariwisata terhadap Produk pariwisata terhadap PDB PENGEMBANGAN
Domestik Bruto (PDB) nasional (persentase) PEMASARAN
Nasional PARIWISATA
5 Meningkatnya jumlah 8 Jumlah wisatawan 12 MANCANEGARA
kunjungan wisatawan mancanegara ke
mancanegara (wisman) Indonesia (juta orang)
6 Meningkatnya jumlah 9 Jumlah penerimaan 172
penerimaan devisa devisa (triliun Rp)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


36
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN TARGET UNIT KERJA
UTAMA
7 Meningkatnya jumlah 10 Jumlah perjalanan 260 DEPUTI BIDANG
perjalanan wisatawan wisatawan nusantara PENGEMBANGAN
nusantara (wisnus) (juta perjalanan) PEMASARAN
8 Meningkatnya jumlah 11 Jumlah pengeluaran 223,6 PARIWISATA
pengeluaran wisatawan wisatawan nusantara NUSANTARA
nusantara (Rp)
9 Meningkatnya kapasitas dan 12 Jumlah tenaga kerja di 35.000 DEPUTI BIDANG
profesionalisme SDM sektor pariwisata yang PENGEMBANGAN
Pariwisata disertifikasi (orang) KELEMBAGAAN
13 Jumlah lulusan pen- 1,800 KEPARIWISATAAN
didikan tinggi kepa-
riwisataan yang
tersalurkan di industri
pariwisata (orang)
10 Terlaksananya/terwujudnya 14 Indeks Reformasi 75%
pelaksanaan reformasi Birokrasi (RB)
birokrasi di Lingkungan
Kementerian Pariwisata
11 Meningkatnya kualitas 15 Opini keuangan WTP SEKRETARIAT
kinerja organisasi Kementerian Pariwisata KEMENTERIAN
Kementerian Pariwisata (predikat)
16 Predikat SAKIP A
Kementerian Pariwisata (80)
(nilai)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


37
2016
B
A
B3 AKUNTABILITAS
KINERJA

3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI


3.1.1. Sasaran Strategis Kemenpar 2016

Kementerian Pariwisata telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai


dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor KM.125/UM.001/MP/2015 tanggal 15
Desember 2015. Indikator Kinerja Utama tersebut digunakan sebagai ukuran
keberhasilan/kegagalan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran kinerja,
pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja oleh masing-masing unit kerja di lingkungan
Kementerian Pariwisata.

Berdasarkan Indikator Kinerja Utama di atas, realisasi capaian sasaran strategis


Kementerian Pariwisata Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


38
2016
Tabel 3.1 Realisasi Target Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2016
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN CAPAIAN
UTAMA TARGET REALISASI
(%)
1 Meningkatnya 1 Jumlah daerah yang 34 34 100
Kualitas dan difasilitasi untuk
Kuantitas Destinasi pengembangan
Pariwisata infrastruktur dan
ekosistem (provinsi)
2 Jumlah fasilitasi 25 25 100
peningkatan
destinasi wisata,
budaya, alam dan
buatan (lokasi)
3 Jumlah fasilitasi 25 26 104
peningkatan tata
kelola destinasi
pariwisata (lokasi)
4 Jumlah fasilitasi 34 34 100
pemberdayaan
masyarakat
(provinsi)
2 Meningkatnya 5 Jumlah Investasi 1627.36 1352.88 83
investasi di sektor sektor pariwisata
pariwisata (US$Juta)
3 Meningkatnya 6 Jumlah tenaga kerja 11.7 12* 102
kontribusi langsung, tidak
kepariwisataan langsung, dan ikutan
terhadap sektor pariwisata
penyerapan tenaga (juta orang)
kerja nasional
4 Meningkatnya 7 Kontribusi sektor 5 4.03* 80.6
kontribusi pariwisata terhadap
pariwisata PDB nasional
terhadap Produk (persentase)
Domestik Bruto
(PDB) Nasional
5 Meningkatnya 8 Jumlah wisatawan 12 12,02 100,2
jumlah kunjungan mancanegara ke
wisatawan Indonesia (juta
mancanegara orang)
(wisman)
6 Meningkatnya 9 Jumlah penerimaan 172 176-184 102.3
jumlah penerimaan devisa (triliun Rp)
devisa

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


39
2016
2016
INDIKATOR KINERJA
SASARAN KEMENTERIAN
UTAMA CAPAIAN
TARGET REALISASI
(%)
7 Meningkatnya 10 Jumlah perjalanan 260 263,68 101,42
jumlah perjalanan wisatawan nusantara
wisatawan (juta perjalanan)
nusantara (wisnus)
8 Meningkatnya 11 Jumlah pengeluaran 223,6 241.08** 107.8
jumlah wisatawan nusantara
pengeluaran (Triliun Rp)
wisatawan
nusantara (wisnus)
9 Meningkatnya 12 Jumlah tenaga kerja 35.000 35.150 100.4
kapasitas dan di sektor pariwisata
profesionalisme yang disertifikasi
SDM Pariwisata (orang)
13 Jumlah lulusan 1,800 1,786 99.2
pendidikan tinggi
kepariwisataan yang
tersalurkan di
industri pariwisata
(orang)
10 Terlaksananya/ 14 Indeks Reformasi 75% 73,77% 98,36
terwujudnya Birokrasi RB
pelaksanaan (Presentase)
reformasi birokrasi
di Lingkungan
Kementerian
Pariwisata
11 Meningkatnya 15 Opini keuangan WTP WTP -
kualitas kinerja Kementerian
organisasi Pariwisata (predikat)
Kementerian 16 Predikat SAKIP A BB 94,00
Pariwisata Kementerian (˃80) (75,20)
Pariwisata (nilai)
* Sumber : BKPM, update s/d September 2016
** Prognosa 2016

Jumlah Anggaran Tahun 2016...........................…………………...… .Rp 4.224.362.266.000,-


Jumlah Anggaran Self Blocking pada APBNP.............................. Rp 800.000.000.000,-
Jumlah Anggaran setelah Self Blocking................... ....................... Rp 3.424.362.266.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Tahun 2016 ........................................ Rp 3 .299.652.832.689,-

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


40
2016
3.1.2. Capaian dan Analisis Kinerja 2016
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk Tahun 2016, Kementerian
Pariwisata telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab
organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Pariwisata
berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah di tetapkan.

1. MENING KAT NYA KUALIT AS DAN KUANTITAS DESTINASI PARIWISATA

MENINGKATNYA KUALITAS DESTINASI PARIWISATA


1

Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kualitas


destinasi pariwisata, melalui : (1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem
kepariwisataan antara lain meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan
strategis pariwisata nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional),
peningkatan aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata;
(2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya saing
antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata sejarah dan religi,
wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan perkotaan, wisata bahari,
wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata, serta wisata konvensi, olahraga dan
rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan
masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus,
internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi
masyarakat di bidang pariwisata.

Indikator dalam sasaran meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yaitu (1) jumlah
daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem, (2) jumlah
fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan, (3) jumlah fasilitasi
peningkatan tata kelola destinasi pariwisata, (4) jumlah fasilitasi pemberdayaan
masyarakat, sesuai hasil review Indikator Kinerja Utama dengan Kementerian PAN-
RB tahun 2016, indikator tersebut merupakan indikator yang bersifat output. Namun
demikian, pada tahun 2017 indikator pada sasaran meningkatnya kualitas destinasi
pariwisata telah diusulkan untuk berubah menjadi “jumlah destinasi pariwisata yang
berkualitas” dengan target 10 destinasi pariwisata prioritas. Jumlah destinasi yang

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


41
2016
berkualitas dapat diukur dari adanya peningkatan aksesibilitas, atraksi dan amenitas
pariwisata pada sebuah destinasi.

Gambar 3.1 Kawasan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

Adapun capaian dari masing-masing indikator dapat dilihat dalam penjelasan di


bawah ini :
a) Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan
Ekosistem
Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di destinasi
pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan destinasi
pariwisata. Semakin banyak destinasi pariwisata yang memiliki infrastruktur
(akses, amenitas, sarana dan prasarana) dan ekosistem yang berkualitas,
diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung
dari satu daerah ke daerah lain serta mampu meningkatkan daya saing. Untuk
itu, fasilitasi terhadap daerah untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem
menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi
pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


42
2016
Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Indikator Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan
infrastruktur dan ekosistem (provinsi)

%
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI
CAPAIAN

1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk 34 34 100


pengembangan infrastruktur dan
ekosistem (provinsi)

Dari tabel capaian Indikator Kinerja Utama di atas, dapat dilihat pada tahun 2016 dari
target 34 provinsi telah tercapai sebanyak 34 provinsi yang difasilitasi untuk
pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah daerah yang difasilitasi untuk
pengembangan infrastruktur dan ekosistem, bila dibandingkan Realisasi dengan
Target setiap tahunnya sejak Tahun 2015-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 3.3 Realisasi Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan
infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
2016 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN
REALISASI REALISASI
(%) (%)
Jumlah daerah yang 34 100 28 103
difasilitasi untuk
pengembangan
infrastruktur dan ekosistem
(provinsi)

Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding


tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan.
Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah
dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata di daerah
telah mampu memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


43
2016
Gambar 3.2 Program Utama Sustainable Tourism Destination (STD)

1. Pengakuan Internasional untuk Destinasi Pariwisata Berkelanjutan


Berdasarkan data dari Travel Tourism Competitiveness Index (TTCI) Tahun
2015 dari World Economic Forum (WEF), Indonesia dinilai sangat lemah dalam
aspek keberlanjutan lingkungan. Salah satu langkah yang diambil Kementerian
Pariwisata adalah dengan melakukan pengembangan program pariwisata
berkelanjutan/Sustainable Tourism Development (STD).

Pada Tahun 2016 terdapat 20 lokasi percontohan untuk penerapan program


Sustainable Tourism Development (STD) yaitu di Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Berau, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten
Kepulauan Morotai, Kabupaten Palangkaraya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kota
Pontianak, Kabupaten Biak Numfor, Kota Ternate, Kota Sleman, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pesisir
Selatan, Kota Sabang, Kota Bintan, Kota Medan, Kabupaten Belitung, Kota
Palembang. Pada Tahun 2016 telah dilakukan snapshot assessment di 4 lokasi STD
bekerjasama dengan Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Snapshot
assessment merupakan tahapan awal sebelum memasuki sertifikasi. Dari 41
kriteria yang diukur, didapatkan hasil sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


44
2016
Gambar 3.3 Snapshot Assesment On STD

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


45
2016
Pada tanggal 1 September 2016 Menteri Pariwisata telah menetapkan
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi
Pariwisata Berkelanjutan. Pedoman tersebut memuat kriteria dan indikator dalam
pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan, optimalisasi pemanfaatan
ekonomi untuk masyarakat lokal, optimalisasi pelestarian budaya bagi masyarakat
dan pengunjung, serta optimalisasi konservasi lingkungan. Pedoman tersebut
mendapatkan pengakuan internasional dari Global Sustainable Tourism Council
(GSTC). Pengakuan ini secara langsung di tandai dengan penyerahan piagam dari
Chief Executive Officer pada acara PATA Travel Mart tanggal 8 September 2016.

Gambar 3.4 Piagam Chief Excecutive Officer

Selain itu, 3 lokasi Sustainable Tourism Observatory (STO) di Pangandaran,


Sleman dan Lombok secara resmi juga telah mendapatkan pengakuan langsung
dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO).

Gambar 3.5 Directore Sustainable Development of Tourism UNWTO, Dirk Glaesser menyerahkan
piagam pengakuan 3 Pusat Pemantauan STO Indonesia kepada Menteri Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


46
2016
2. Sinergi Lintas Sektor
a. Peningkatan Aksesibilitas di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas
Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata di 25 KSPN dan 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas dilakukan melalui skema dukungan dari
Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan Kementerian
PU-PERA). Pada tahun 2016, peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata
merupakan salah satu kegiatan prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil
Presiden. Janji Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasi
pembangunan fisiknya dilakukan oleh Kementerian/Lembaga sesuai tugas
dan fungsi, dan dipantau oleh Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi
KSP yang dilakukan periodik setiap 3 bulan, telah tercapai hasil positif untuk
Kementerian Pariwisata yaitu pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 : 100%
(hijau), dan B-12 : 100% (hijau).

Dukungan dan sinergi lintas sektor sebagai upaya pengembangan akesibilitas


di 25 KSPN dan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, diantaranya sebagai
berikut :
1) (a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan:
perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway, apron, fillet,
dan fasilitas bandara, (b) Pengembangan 8 pelabuhan di 8 KSPN dan 7
dermaga di 3 KSPN, (c) Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan
jalan/kereta api di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari
Kementerian Perhubungan.
2) (a) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72 Km dan
pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan rehabilitasi jalan di 10 KSPN
sepanjang 460,29 Km, (b) Pengembangan kawasan pemukiman, sistem
penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di
1.080 lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi, yang
mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


47
2016
Adapun capaian peningkatan aksesibilitas di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dapat
terlihat sebagai berikut :
Tabel 3.4 Destinasi Pariwisata Prioritas
Destinasi
No. Pariwisata Peningkatan Aksesibilitas
Prioritas
1 Toba Perpanjangan landasan Bandara Silangit dan Bandara Sibisa,
Pembangunan Jalan Tol Kuala Namu – Parapat.
2 Tanjung Kelayang Peningkatan status Bandara HAS Hanandjoedin menjadi Bandara
Internasional, peningkatan kualitas jalan akses dari Bandara
menuju Destinasi Pariwisata Tanjung Kelayang.
3 Tanjung Lesung Pembangunan Bandar Udara, Pembangunan Jalan Tol Serang-
Panimbang, Re-Aktivasi Jalan Kereta Api & Usulan Jalur Baru Rel
KA.
4 Kepulauan Seribu – Perencanaan teknis dan pengurusan status Bandara Airstrip
Kota Tua Jakarta Pulau Panjang, peningkatan kapasitas 4 pelabuhan (Sunda Kelapa,
Marina, Muara Angke,Muara Kamal),penambahan jumlah
pelayaran / trip per day.

5 Borobudur Ground breaking Bandara Kulon Progo, Peningkatan Bandara


Ahmad Yani.
6 Bromo Tengger Pengembangan Bandara Abdurrahman Saleh, peningkatan dan
Semeru pembangunan infrastruktur jalan tol dan penghubung ke KSPN
BTS dari Pintu Masuk.

7 Mandalika Pengembangan Long Distance Ferry, BRT (Bus Rapid Transit),


Jalan Raya Sengkol-Kuta,
8 Labuan Bajo Perpanjangan landasan dan peningkatan fasilitas Bandara
Komodo, Penambahan Direct Flight ke Labuan Bajo,
pembangunan Kawasan Marina Wisata dan Kawasan Pelabuhan
Labuan Bajo.

9 Wakatobi Perluasan terminal dan perpanjangan runway Bandara Matohara


di Pulau Wangi-Wangi, dan penambahan rute penerbangan
langsung ke Wakatobi.

10 Morotai Peningkatan bandara, pembangunan Pelabuhan Apung Daruba.

Gambar 3.6 Peresmian Bandara Matahora - Wakatobi, 8 Mei 2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


48
2016
b. Pembangunan Amenitas (Homestay) di Destinasi Pariwisata
Pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata telah menjadi inisiator
terwujudnya Nota Kesepahaman (MoU = Memorandum of Understanding) dan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Pariwisata, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA) serta PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk terkait Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman untuk Mendukung Pengembangan Pondok Wisata
(Homestay) dan Toilet Publik di Destinasi Pariwisata Terpilih. Dalam rangka
menyediakan akomodasi/amenitas yang memadai bagi wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara yang ditargetkan pada tahun 2019
sebesar 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara dan 275 juta perjalanan
wisatawan nusantara, ditargetkan akan dibangun sebanyak 100.000
homestay sampai dengan tahun 2019.

Gambar 3.7 Desain Homestay Arsitektur Nusantara

c. Pembangunan fasilitas toilet bersih di 10 Destinasi Prioritas


Kementerian Pariwisata, Kementerian BUMN beserta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah sepakat untuk mengembangkan
sektor pariwisata nasional yang berkualitas, berdaya saing, dan
berkelanjutan melalui pembangunan toilet umum dan fasilitas pariwisata di
kawasan konservasi. Hal tersebut telah tertuang dalam Nota Kesepahaman

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


49
2016
antara Menteri Pariwisata dan Menteri BUMN dan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tentang Pembangunan Toilet Umum dan Fasilitas Pariwisata
di Kawasan Hutan Konservasi Nomor: NK.04/KS.001/MP/2016,Nomor:
MOU-03/MBU/06/2016, Nomor: PKS.04/MENLHK/SETJEN/SET.1/8/2016
28 Juni 2016. Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, Kementerian
BUMN telah berkomitmen mendukung pembangunan fasilitas toilet bersih di
10 destinasi pariwisata prioritas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.5 Daftar Perusahaan BUMN


Toilet Bersih yang
Destinasi dibangun
No. BUMN Selesai Dalam Total
Prioritas
dibangun proses

1 PT PGN (Persero) Tbk Danau Toba 3 7 10


2 PT Pegadaian (Persero) Tanjung Kelayang - 10 10
3 PT Pertamina (Persero) Kepulauan Seribu - 16 16
4 PT PLN (Persero) Tanjung Lesung 10 - 10
5 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Borobudur - 10 10
6 PT Pupuk Indonesia Holding Company Bromo Tengger 10 - 10
(Persero) Semeru

7 PT Bank Negara Indonesia (persero) Mandalika 0 14 14


Tbk
8 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Wakatobi 0 10 10
9 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Pulau Morotai 12 - 12
Tbk.
10 PT Telkom (Persero) Tbk. Labuan Bajo - 10 10
Total 35 77 112

Untuk mendukung pencapaian target jumlah daerah yang difasilitasi pengembangan


infrastruktur dan ekosistem pariwisata, telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Dukungan Sarana Prasarana Pariwisata di 24 Provinsi
Fasilitasi pengembangan infrastruktur dilakukan antara lain melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) Sub Bidang Pariwisata (list penerima DAK terlampir) yang
ditujukan untuk mendukung sarana prasarana pariwisata dalam rangka
penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata. Pembangunan yang dilakukan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


50
2016
antara lain berupa penataan kawasan (penataan taman, pembuatan amphitheater,
pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, kios cinderamata, pusat
jajanan/kuliner, tempat ibadah), aksesibilitas pariwisata (pembuatan jalur pejalan
kaki di kawasan pariwisata, pembuatan rambu-rambu petunjuk arah, jembatan di
kawasan pariwisata, dermaga/jetty di kawasan pariwisata) dan amenitas
pariwisata (menara pandang, ruang ganti/toilet di lokasi daya tarik wisata, dive
centre dan pengadaan peralatannya).
2) Koordinasi Peningkatan Infrastruktur Pariwisata di 25 KSPN dan 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas
Peningkatan infrastruktur di destinasi pariwisata merupakan salah satu prioritas
Presiden pada tahun 2015-2019 untuk mewujudkan pariwisata Indonesia yang
berdaya saing. Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah koordinasi lintas
sektor.
3) Dekonsentrasi Penyusunan Rencana Detail KSPN di 69 KSPN (29 Provinsi)
Untuk mendukung terwujudnya ekosistem pariwisata yang berkualitas di 88
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), Kementerian Pariwisata telah
memberikan dukungan kepada daerah melalui dekonsentrasi Penyusunan
Rencana Detail KSPN. Pada tahun 2016 telah tersusun 69 Rencana Detail KSPN,
yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan, arahan bagi pengembangan dan
pengelolaan kepariwisataan yang strategis, sesuai dengan karakteristik dan fungsi
pemanfaatannya (data list Rencana Detail KSPN terlampir).

2. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan


Menurut data analisis Kementerian Pariwisata, kontribusi wisatawan terbesar ada
pada destinasi wisata budaya (wisata warisan budaya dan sejarah, belanja dan kuliner,
kota dan desa) yaitu sebesar 60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan)
yaitu sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga, kawasan
terintegrasi) sebesar 5%. Kementerian Pariwisata melakukan upaya pengembangan
destinasi pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut yaitu
destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan kualitas destinasi
pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


51
2016
Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.6 Indikator Jumlah fasilitasi peningkatan destinasiwisata budaya,


alam dan buatan (lokasi)
%
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI
CAPAIAN

2 Jumlah fasilitasi peningkatan 25 25 100


destinasi wisata budaya, alam dan
buatan (lokasi)

Berdasarkan tabel di atas, dari target sebanyak 25 lokasi, telah tercapai sebanyak 25
lokasi yaitu (1) KSPN Nongsa – Pulau Abang dskt, (2) KSPN Natuna dskt, (3) KSPN
Ijen-Baluran dskt, (4) KSPN Gili Tramena dskt, (5) KSPN Weh dskt, (6) KSPN Toba dskt,
(7) KSPN Teluk Dalam-Nias dskt, (8) KSPN Tanjung Kelayang dskt, (9) KSPN Kota Tua-
Sunda Kelapa dskt, (10) KSPN Kep Seribu dskt, (11) KSPN Borobudur dskt, (12) KSPN
Bromo-Tengger-Semeru dskt, (13) KSPN Kuta-Sanur-Nusa Dua dskt, (14) KSPN
Kintamani-Danau Batur dskt, (15) KSPN Menjangan-Pemuteran dskt, (16) KSPN
Rinjani dskt, (17) KSPN Komodo dskt, (18) KSPN Ende-Kelimutu dskt, (19) KPSN
Sentarum dskt, (20) KSPN Tanjung Puting dskt, (21) KSPN Bunaken dskt, (22) KSPN
Toraja dskt, (23) KSPN Wakatobi dskt, (24) KSPN Morotai dskt, dan (25) KSPN Raja
Ampat dskt.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi
wisata budaya, alam dan buatan, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap
tahunnya sejak Tahun 2015-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.7 Realisasi Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya,


alam dan buatan (lokasi)
2016 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN
REALISASI REALISASI
(%) (%)
Jumlah fasilitasi 25 100 16 107
peningkatan destinasi
wisata budaya, alam dan
buatan (lokasi)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


52
2016
Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan.
Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun fasilitasi yang telah
dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam dan buatan di daerah mampu
memberikan dampak dan capaian yang positif, diantaranya adalah:
1. Peningkatan Kunjungan Kapal Yacht dan Cruise
Salah satu langkah untuk pengembangan destinasi wisata bahari diantaranya telah
ditetapkan dan diundangkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang
kunjungan kapal wisata (yacht) asing ke Indonesia. Kemudahan yang diberikan
dalam Peraturan Presiden ini antara lain menghapus ketentuan mengenai CAIT
(Clearance Approval for Indonesia Territory). Sebagai tindak lanjut dari Perpres
Nomor 105 Tahun 2015, telah diundangkan Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 171 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelayanan Kapal
Wisata (Yacht) Asing di Perairan Indonesia.
Dalam rangka memberikan kemudahan kunjungan wisatawan kapal yacht, telah
dibuat layanan online yachters-indonesia.id sebelum wisatawan memasuki
perairan Indonesia yang masuk dan keluar melalui 19 Pelabuhan.
Sedangkan dalam bidang pengembangan Kapal Pesiar (Cruise) untuk
mengembangkan industri pariwisata telah diterbitkan Peraturan Menteri
Perhubungan No. 121 Tahun 2015 tentang Pemberian Kemudahan Bagi
Wisatawan Dengan Menggunakan Kapal Pesiar (Cruiseship) Berbendera Asing.
Bahwa dalam kebijkan tersebut memberikan kemudahan bagi cruise ship untuk
dapat menaikkan dan menurunkan penumpamg (relaksasi cabotage) di lima
pelabuhan Indonesia yaitu: Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta; Pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya; Pelabuhan Benoa, Bali; Pelabuhan Belawan, Medan; dan
Pelabuhan Makassar. Adanya kemudahan tersebut memberikan dampak yang
positif bagi pertumbuhan kunjungan kapal yacht dan juga cruise. Berikut tercatat
capaian dari wisata yacht dan cruise :
Adanya kemudahan tersebut memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan
kunjungan kapal yacht dan juga cruise. Berikut tercatat capaian dari wisata yacht
dan cruise :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


53
2016
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Kapal Yacht Asing
Realisasi
No. Tahun Target (kapal) Jumlah Wisman (orang)
(kapal)
1 2015 1.200 1.198 3.594
2 2016 1.500 2.064 6.192
Sumber: yachter-indonesia.id dan Nongsa Marina, 2016

Tabel 3.9 Jumlah Call Kapal Pesiar (Cruise) Asing

No. Tahun Target Realisasi (calls) Jumlah Wisman (orang)

1 2015 361 361 228.716

2 2016 *) 500 357 259.940


Sumber: Konsultan Cruise Management, 2016

2. World Halal Tourism Award 2016


Berdasarkan data Global Muslim Travel Index (GMTI) Tahun 2016, Indonesia
masuk dalam peringkat 4 Top 10 Halal Friendly Holiday Destination di dunia,
setelah Malaysia, United Arab Emirates, dan Turki . Pada Tahun 2016, dari hasil
Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016, Kementerian Pariwisata telah
menetapkan 3 destinasi wisata halal, yaitu di Sumatera Barat, Aceh dan Nusa
Tenggara Barat.

Gambar 3.8 Menteri Pariwisata Memberikan Penghargaan


Anugerah Pariwisata Halal Terbaik 2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


54
2016
Para pemenang Kompetisi Pariwisata Halal Nasional
2016 mewakili Indonesia dalam ajang World Halal
Tourism Award 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab
pada bulan Desember 2016. Indonesia berhasil
memenangkan 12 penghargaan dari total 16
penghargaan pada World Halal Tourism Award 2016.
Kategori yang berhasil dimenangkan Indonesia
adalah : (1) World’s Best Airline for Halal Travellers :
Garuda Indonesia, (2) World’s Best Airport for Halal
Travellers : Sultan Iskandar Muda International
Airport, Aceh, (3) World Best Family Friendly Hotel :
The Rhadana Kuta, Bali, (4) World’s Luxurious Family

Gambar 3.9 Penghargaan Friendly Hotel : The Trans Luxury Hotel Bandung, (5)
World Halal Tourism
World’s Best Halal Beach Resort : Novotel Lombok
Resort & Villas, (6) World’s Best Halal Tour Operator : ERO Tour, Sumatera Barat,
(7) World’s Best Halal Travel Website : www.wonderfullomboksumbawa.com, (8)
World’s Best Halal Honeymoon Destination : Sembalun Valley Region, NTB, (9)
World’s Best Hajj & Umrah Operator : ESQ Tours and Travel, Jakarta, (10) World’s
Best Halal Destination : Sumatera Barat, (11) World’s Best Halal Culinary
Destination: Sumatera Barat, dan (12) World’s Best Halal Cultural Destination :
Aceh.
3. Peningkatan Kunjungan pada Destinasi Wisata Geopark
Pengembangan wisata alam salah satunya melalui pengembangan wisata geopark.
Enam (6) lokasi geopark yang menjadi prioritas Pemerintah yaitu 1) Batur
UNESCO Global Geopark, 2) Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, 3) Geopark
Nasional Kaldera Toba, 4) Geopark Nasional Rinjani-Lombok, 5) Geopark Nasional
Merangin Jambi, serta 5) Geopark Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu. Pada tahun
2016 jumlah kunjungan wisatawan ke 6 geopark tersebut naik 12% jika
dibandingkan tahun 2015. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


55
2016
Tabel 3.10 Destinasi Wisata Geopark

WISNUS WISMAN TOTAL


GEOPARK DESTINASI
2015 2016 2015 2016 2015 2016
UGG Batur Bali 210,428 231,471 469,559 493,037 79,987 724,508
UGG Gunung Gunung 4,395,343 4,834,877 15,000 19,500 4,410,343 4,854,377
Sewu Kidul,
Pacitan,
Wonogiri
GN Kaldera Sumatera 75,000 97,500 46,000 55,200 121,000 152,700
Toba Utara
GN Rinjani- NTB 40,855 44,941 26,167 27,475 67,022 72,416
Lombok
GN Merangin Jambi 31,258 37,510 2,650 5,300 33,908 42,810
GN Ciletuh- Jabar 35,000 136,500 12,000 25,200 47,000 161,700
Plabuhanratu
Jumlah 4,787,884 5,382,799 571,376 625,712 5,359,260 6,008,511

4. Peningkatan Kunjungan pada Destinasi Wisata MICE


Upaya pengembangan destinasi wisata Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi,
Pameran atau dikenal dengan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE)
dengan menyiapkan 16 destinasi MICE yang didukung oleh pelaku industri MICE
Indonesia untuk menjadi destinasi yang berdayasaing regional dan global.
Destinasi MICE tersebut antara lain: Bali, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, Makassar, Manado, Solo, Lombok, Semarang, Batam, Palembang,
Balikpapan, Padang, Bintan.
Adanya kemudahan informasi dan jejaring koordinasi yang baik dengan para
pelaku industri MICE, akademisi dan K/L tersebut, memberikan dampak yang
positif bagi data dan informasi terkait potensi kekuatan destinasi, pertumbuhan
jumlah event, jumlah wisman bisnis MICE, jumlah expenditure dari kegiatan MICE,
serta tingkat pertumbuhan. Berikut tercatat capaian dari wisata MICE:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


56
2016
Tabel 3.11 Data Informasi Jumlah Event dan Wisman Bisnis (MICE)
Tahun 2015 – 2016 *
Growth
Growth (%)
Target Realisasi Target Realisasi
No. Tahun (%)

EVENT WISMAN BISNIS MICE


42 %
1. 2015 420 476 - 350.000 354.087
(dari 2014)
2. 2016 480 495 4% 410.000 415.463 17 %
*per Desember 2016

Sumber :
- Data yang diolah oleh Kementerian Pariwisata, 2016 dengan Politeknik Negeri Jakarta
- Data dari ICCA, UIA, Bali Nusa Dua Convention Center, Jakarta Convention Center, Pacific
World , ASPERAPI, Intelkam Mabes POLRI

Dari data tersebut dapat dilihat pada tahun 2016, kunjungan wisatawan mancanegara
dengan tujuan bisnis MICE mengalami pertumbuhan sebesar 17%. Dan berikut data
dampak ekonomi dari pengembangan destinasi wisata MICE:

Tabel 3.12 Data Informasi Jumlah Wisman dan Expenditure MICE


Tahun 2015 – 2016
Growth Realisasi Growth
Target Realisasi Target (USD)
No Tahun (%) (USD) (%)
WISMAN BISNIS MICE EXPENDITURE MICE

42% 42%
1 2015 350.000 354.087 833,220,500 842,950,135
(dari tahun 2014) (dari tahun 2014)

17% 17%
2 2016 410.000 415.453 976,058,300 989,039,875
(dari tahun 2015) (dari tahun 2015)

Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target jumlah


fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan yaitu:
1. Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya
Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan fasilitasi pada
destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata perdesaan dan perkotaan,
destinasi wisata tradisi dan seni budaya. Kegiatan yang telah dilakukan antara
lain percepatan pengembangan destinasi wisata halal (penataan atraksi melalui
pemasangan lampu LED di Islamic Centre Mataram, Nusa Tenggara Barat),

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


57
2016
percepatan pengembangan destinasi wisata sejarah dan religi (penataan atraksi
makam Walisongo), percepatan pengembangan destinasi wisata kuliner,
percepatan pengembangan destinasi wisata perdesaan dan perkotaan.

Gambar 3.10 Fasilitasi Penataan Atraksi Kawasan Islamic Center di Mataram, NTB

2. Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan


Untuk mengembangkan destinasi wisata alam dan buatan dilakukan fasilitasi
pada destinasi wisata bahari, ekowisata, wisata petualangan, wisata MICE dan
even, wisata olahraga, dan kawasan terintegrasi. Kegiatan yang telah dilakukan
antara lain percepatan pengembangan wisata bahari (Sosialisasi Kemudahan
Kunjungan Yacht dan Cruise : Perpres Nomor 105 Tahun 2015, Permenhub
Nomor 121 Dan 171 Tahun 2015, Peningkatan Kapasitas Pemandu Selam
Rekreasi di Raja Ampat, Wakatobi dan Sabang, Peningkatan Kapasitas
Penyelamat Wisata Pantai di Banyuwangi dan Lampung), Koordinasi dan
Sinkronisasi Pengembangan Geopark Indonesia (Geopark Rinjani, Geopark Toba,
Geopark Ciletuh), Percepatan Pengembangan Wisata Ekowisata (TN Bali Barat),
Percepatan Pengembangan Destinasi Wisata MICE, Dukungan Kebijakan Teknis untuk
meningkatkan kualitas daya saing destinasi wisata alam dan buatan melalui penyusunan
Peraturan Menteri tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Selam Rekreasi (Peraturan
Menteri Pariwisata Nomor 7 Tahun 2016) dan Pedoman Tempat Penyelenggaraan
Kegiatan (Venue) Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran.
3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Salah satu upaya meningkatkan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan
meningkatkan tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola destinasi pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


58
2016
yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi koordinasi, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian organisasi destinasi melalui pemanfaatan
jejaring, informasi dan teknologi, secara terpadu dengan peran serta masyarakat,
pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan,
proses dan kepentingan bersama dalam rangka meningkatkan kualitas
pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan, dan dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat lokal. Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata
difokuskan pada dua critical success factor, yakni Management Destinasi yang
meliputi Finansial, Operasional, Marketing, SDM, dan Inovasi; dan Pembenahan
Destinasi. Untuk pembenahan destinasi, dikonsentrasikan pada pembangunan
infrastruktur dalam rangka dukungan pengembangan aksesibilitas, amenitas dan
fasilitas pendukung pariwisata lainnya.

Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.13 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola
destinasi pariwisata
INDIKATOR KINERJA UTAMA
NO TARGET REALISASI % CAPAIAN
(IKU)
3 Jumlah fasilitasi peningkatan 25 26 104
tata kelola destinasi
pariwisata (lokasi)

Pada tabel di atas dapat terlihat, dari target yang ditetapkan sebanyak 25 lokasi, pada
tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 26 lokasi (Cluster), atau tercapai sebesar
108%. Adapun dari 26 lokasi tersebut, 24 cluster adalah cluster existing dan 2 cluster
baru. Cluster existing adalah Sabang, Toba, Muaro Jambi, Palembang, Kota Tua,
Kepulauan Seribu, Pangandaran, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Pemuteran,
Batur, Sanur, Rinjani, Komodo, Flores, Wakatobi, Toraja, bunaken, Derawan,
Sentarum, Belitung (Tanjung Kelayang), Tanjung Puting, Pulau Morotai, dan Raja
Ampat. Sedangkan Cluster baru pada tahun 2016 adalah Tanjung Lesung dan
Mandalika. Dari cluster-cluster tersebut, 10 diantaranya termasuk dalam 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


59
2016
Untuk melihat perkembangan capaian Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola
destinasi pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak
Tahun 2015-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.14 Realisasi Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola


destinasi pariwisata (lokasi)
2016 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN
REALISASI REALISASI
(%) (%)
Jumlah fasilitasi 26 104 25 100
peningkatan tata kelola
destinasi pariwisata
(lokasi)

Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding


tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan.
Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster DMO memberikan
peranan yang strategis terhadap pembangunan kepariwisataan, salah satunya adanya
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Hal tersebut dapat terlihat grafik di
bawah ini:
Grafik 3.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO
Tahun 2015-2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


60
2016
Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat peningkatan jumlah kunjungan wisman di
16 cluster DMO, dari tahun 2015 ke tahun 2016 yakni sebesar 6,68 %.
Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara di 16
cluster :

Tabel 3.15
Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2015-2016

Wisman % Wisnus %
No Cluster Lama
2015 2016 Growth 2015 2016 Growth
1. DMO Batur 451,133 458,712 2% 159,216 235,545 48%
DMO
2. 253,358 303,185 20% 3,895,017 4,263,936 9%
Borobudur
3. DMO BTS 16,639 30,311 82% 433,350 421,657 -3%
4. DMO Bunaken 38,400 53,673 40% 1,070,681 1,091,502 2%
5. DMO Derawan 6,119 2,521 -59% 99,416 84,274 -15%
6. DMO Flores 58,035 67,932 17% 66,078 95,827 45%
DMO Kota Tua
7. 41,761 33,426 -20% 1,241,504 1,425,137 15%
Jakarta
DMO
8. 16,515 10,776 -35% 2,442,413 1,977,614 -19%
Pangandaran
DMO Raja
9. 6,674 13,786 107% 1,401 3,301 136%
Ampat
10. DMO Rinjani 25,835 22,926 -11% 67,706 24,171 -64%
11. DMO Sabang 5,582 10,501 88% 623,635 440,301 -29%
12. DMO Sanur 495,414 607,259 23% 85,036 68,290 -20%
DMO Tanjung
13. 9,767 8,581 -12% 2,797 5,174 85%
Puting
14. DMO Toba 61,337 71,169 16% 1,268,445 1,458,712 15%
15. DMO Toraja 40,312 57,325 42% 84,545 1,127,039 1,233%
16. DMO Wakatobi 6,626 7,815 18% 11,401 8,165 -28%
1,759,89
TOTAL 1,533,507 15% 11,552,641 12,730,645 10%
8

Sumber : (1) BPS Provinsi/Kab/Kota, (2) Dinas Pariwisata masing-masing daerah

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


61
2016
Tabel 3.16 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 9 Cluster DMO Tahun 2016

Tahun 2016
No Cluster Baru
Wisman Wisnus Total
1. DMO Belitung 5,072 199,864 204,936
2. DMO Kepulauan Seribu 19,955 683,761 703,716
3. DMO Mandalika 2,405,850 913,035 3,318,885
DMO Menjangan
4. 210,170 141,503 351,673
Pemuteran
5. DMO Morotai 279 5,941 6,220
6. DMO Muaro Jambi 464 71,177 71,641
7. DMO Palembang 10,683 1,896,110 1,906,793
8. DMO Sentarum 258 13,546 13,804
9. DMO Tanjung Lesung 2,680 453,350 456,030
TOTAL 2,652,731 3,924,937 6,577,668
Sumber : (1) BPS Provinsi/Kab/Kota, (2) Dinas Pariwisata masing-masing daerah

Dari data di atas dapat terlihat adanya peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
dan wisatawan nusantara di cluster DMO. Meningkatnya jumlah kunjungan
wisatawan memberikan dampak positif, terutama manfaat ekonomi bagi masyarakat
sekitar. Sebagai contoh, salah satu cluster yaitu cluster marine Sabang telah berhasil
menunjukkan performansi tinggi di tahun 2016. Capaian pengembangan atraksi
antara lain meliputi diversifikasi produk (Km Nol, Pantai Timur dan Selatan),
akseibilitas (pembangunan jalan menuju destinasi wisata KM Nol, penambahan
maskapai Penerbangan Wings Air satu minggu 3 kali penerbangan), amenitas
(peningkatan jumlah dive operator, penataan fasilitas pariwisata Marina Lhok Weng).
Adapun capaian dampak ekonomi dari aktivitas wisata bahari di cluster Sabang dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


62
2016
Tabel 3.17 Dampak Ekonomi Wisata Bahari di Cluster Sabang Tahun 2016
Pengeluaran Wisman
Jumlah Cruise Diving
No Kunjungan Target Target/ Yacht Nilai
Wisman US$ (EUR
Capaian US$(150) (Rp)
(70) 25)
37 kapal
1 Yacht 34 kapal 82 36,900 479,700,000
(108%)
10 cruise
2 Cruise 7 cruise 6,184 432,880 5,627,440,000
(130%)
4. 852 4.235 orang
3 Diving 4,235 529,375 7,411,250,000
orang (87.28%)
Total 10,501 36,900 432,880 529,375 13,518,390,000
Sumber: DMO Sabang, 2016

Dari tabel di atas, dapat terlihat pada tahun 2016 telah tercapai target kunjungan
yacht dan cruise melebihi target, dan telah dihasilkan sebesar
Rp 13.518.390.000,00 manfaat ekonomi bagi masyarakat dari aktivitas bahari di
Sabang. Tentu saja hal tersebut tidak dapat terlepas dari adanya penerapan tata
kelola destinasi pariwisata yang berkualitas dengan melibatkan peran serta
pemangku kepentingan terkait, serta fokus pada critical success factors dengan arah
pengembangan sesuai portofolio produk untuk mendukung pencapaian target
pariwisata nasional.
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya target
peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu sebagai berikut:
1) Asistensi Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting, convergence
meeting, workshop dan bimbingan teknis di 26 cluster. Hasil kegiatan tersebut
adalah adanya identifikasi, rekomendasi dan komitmen terkait pengembangan
destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat memberikan
kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan
kualitas destinasi pariwisata dan mencapai target pariwisata nasional.
2) Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi
pengembangan destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan yang sangat

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


63
2016
penting dalam pariwisata. Masyarakat merupakan tuan rumah bagi wisatawan
yang berkunjung ke daerahnya.
Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi kegiatan
peningkatan sadar wisata dan potensi usaha masyarakat di bidang pariwisata.
Realisasi capaian jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat yaitu :

Tabel 3.18 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN

4 Jumlah fasilitasi pemberdayaan 34 34 100


masyarakat (provinsi)

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah tercapai fasilitasi
di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100% yakni di 34 provinsi.
Sebagai upaya untuk menjadi tuan rumah yang baik dan peningkatan pelayanan yang
baik kepada wisatawan, diperlukan upaya terus-menerus untuk meningkatkan
pemahaman tentang Sadar Wisata bagi para pemangku kepariwisataan sebagai
stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang sadar wisata nantinya
akan dapat memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung
dalam Sapta Pesona yakni keamanan, ketertiban,kebersihan, kesejukan, keindahan,
keramahan, dan kenangan. Aktualisasi nilai-nilai tersebut menjadi perilaku sehari-
hari dalam melayani wisatawan sehingga menjadi pendukung tumbuhnya iklim
kepariwisataan dan menjiwai nilai kearifan budaya lokal.
Untuk melihat perkembangan capaian Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat,
bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun 2015-2016,
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.19 Realisasi Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
2016 2015
INDIKATOR KINERJA UTAMA CAPAIAN CAPAIAN
REALISASI REALISASI
(%) (%)
Jumlah fasilitasi pemberdayaan 34 100 34 100
masyarakat (provinsi)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


64
2016
Capaian Indikator Kinerja Utama di atas juga mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya target yang ditetapkan,
perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata memberikan dampak


positif bagi peningkatan kualitas destinasi pariwisata yang pada akhirnya
memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat.

ASEAN dalam ASEAN Tourism Forum memberikan apresiasi yang tinggi terkait
keterlibatan masyarakat dalam pariwisata, yaitu terkait homestay dan community
based tourism.
Indonesia berhasil memperoleh 5 penghargaan untuk ASEAN Homestay Award dan 3
penghargaan untuk ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award. Adapun para
pemenang dalam kedua awards tersebut adalah:
1) ASEAN Homestay Award
Kriteria penilai untuk Homestay award antara lain terkait dengan pengelolaan
homestay pada aspek produk, pelayanan dan pengelolaan. Dari kriteria tersebut
telah terpilih 5 homestay, yaitu:
a) Homestay Suweden, Kab. Tabanan, Prov. Bali
b) Homestay Bunga, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah
c) Homestay Adiluhung, Kab. Bantul, Prov. DI Yogyakarta
d) Homestay Suheri, Kab. Malang, Prov. Jawa Timur
e) Homestay Teratai 3, Kab. Kuningan, Prov. Jawa Barat

2) ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award


Kriteria penilai untuk CBT awards antara lain terkait dengan kepemilikan dan
kepengurusan oleh masyarakat, kontribusi terhadap kesejahteraan social,
kontribusi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan dan
mendorong terjadinya partisipasi interaktif antara masyarakat lokal dengan
pengunjung (wisatawan). Dari kriteria tersebut telah terpilih 3 lokasi desa
wisata yang dinilai berhasil menerapkan pengelolaan berbasis Community
Based Tourism, yaitu:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


65
2016
a) Desa Wisata Dieng Kulon, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah
b) Desa Wisata Panglipuran, Kab. Bangli, Prov. Bali
c) Desa Wisata Nglanggeran, Kab. Gunungkidul, Prov. DI Yogyakarta

Gambar 3.11 Menteri Pariwisata bersama para pemenang ASEAN Homestay Award dan
ASEAN Community Based Tourism (CBT) Award di Singapura

a. Sayembara Desain Rumah Wisata (Homestay) Nusantara di 10 Destinasi


Pariwisata Prioritas
Untuk mendukung pengembangan 10 Destinasi Pariwisata prioritas, melalui
perencanaaan pengembangan kawasan wisata dengan desain terbaik, telah
terpilih 30 desain homestay dengan model arsitektur nusantara. Selain itu,
adanya homestay diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di 10 destinasi wisata prioritas melalui
perancangan hunian masyarakat yang dapat disewakan kepada wisatawan.

Gambar 3.12 Penghargaan Sayembara Desain Rumah Wisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


66
2016
Adapun program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung tercapainya
fasilitasi pemberdayaan masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan Sadar Wisata
Peningkatan sadar wisata dilakukan di 34 provinsi di Indonesia melalui kegiatan
kampanye sadar wisata, sosialisasi sadar wisata, bimbingan teknis sadar wisata
dan Sapta Pesona, gerakan sadar wisata dan aksi Sapta Pesona, serta apresiasi
sadar wisata dan Sapta Pesona.
2. Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata
Kegiatan Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata meliputi
Identifikasi Potensi Usaha Masyarakat, Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat,
serta Dukungan Peningkatan Kualitas Usaha Masyarakat, serta Apresiasi Usaha
Masyarakat Bidang Pariwisata.

Tabel 3.20 Potensi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata


No Kegiatan Lokasi Capaian Peserta
1 Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona 57 lokasi 22.800 orang
Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat di
2 Bidang Pariwisata (homestay, kuliner, 40 lokasi 1.600 orang
cenderamata dan kesenian)
97 lokasi,
Total 24.400 orang
di 34 provinsi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


67
2016
2. MENINGKAT NYA INVESTASI DI SEKTOR PARI WISATA

MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA


2

Berdasarkan laporan “Travel & Tourism Investment in ASEAN” Tahun 2016 oleh World
Travel Tourism Council (WTTC), baik investasi dari pemerintah maupun investasi
swasta menjadi faktor penting dalam pengembangan kepariwisataan di ASEAN. Hal ini
disebabkan karena:
1. Investasi dapat meningkatkan kapasitas: untuk mendukung tingginya permintaan
dan jumlah wisatawan, investasi dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur
yang lebih baik serta peningkatan fasilitas.
2. Investasi dapat menjaga dan meningkatkan infrastruktur yang ada: melanjutkan
investasi pada infrastruktur yang sudah ada dapat meningkatkan fungsi dan
kualitas, serta dapat mendorong regulasi baru dan standar lingkungan yang lebih
baik.
3. Mendorong permintaan wisatawan: Investasi untuk meningkatkan atraksi dapat
mendorong permintaan baru dan merebut pangsa pasar dari pesaing.

Mulai tahun 2016, sasaran kedua diatas diukur hanya melalui indikator jumlah
investasi sektor pariwisata. Berbeda dengan tahun pertama renstra 2015-2019,
indikator yang digunakan adalah Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total
investasi nasional. Perubahan ini sesuai dengan arahan Menteri Pariwisata bahwa
untuk sasaran tersebut lebih fokus pada nilai investasi (US Dollar)
Adapun realisasi jumlah investasi sektor pariwisata tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.21 Jumlah investasi sektor pariwisata (US$ Juta)

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN

Jumlah investasi sektor pariwisata


5 1627.36 1352.88 83
(US$ Juta)
Sumber: BKPM, 2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


68
2016
Dari tabel di atas, realisasi jumlah investasi sektor pariwisata adalah sebesar 1352.88
US$. Jika dibandingkan dengan target sebesar 1627.36 US$, persentase capaiannya
adalah sebesar 83%.
Perhitungan realisasi investasi di Indonesia berdasarkan data dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) meliputi realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berikut adalah penjabaran nilai realisasi
investasi asing dan investasi dalam negeri pada tahun 2016:

Tabel 3.22 Jumlah Realisasi Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2016


Realisasi Investasi Pariwisata Jumlah
Penanaman Modal Asing (PMA) 1192.92
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 159.96
Total Investasi Pariwisata 1352.88
* PMA dan PMDN dalam Juta US$, Sumber: BKPM, 2016

Rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2016 berdasarkan
jenis usaha, tujuan investasi dan asal negara dapat terlihat sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis usaha : 61.22% hotel bintang, 22.59% kegiatan konsultasi
manajemen, 6.33% penyediaan akomodasi jangka pendek lainnya
2. Berdasarkan tujuan investasi : 54.31% DKI Jakarta, 21.19% Bali, 7.18% Jawa
Barat
3. Berdasarkan asal negara (67.62% dari total PMA) : 48.29% Singapura, 12.06%
British Virgin Island, 7.27% Hongkong

Adapun rincian realisasi Top 3 pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tahun
berdasarkan jenis usaha dan tujuan investasi dapat terlihat sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis usaha : 59.32% hotel bintang, 18.29% wisata tirta, 7.68% hotel
melati.
2. Berdasarkan tujuan investasi : 24.77% Jawa Barat, 20.06% Bali, 15.02% DI
Yogyakarta.
Meskipun presentase capaian realisasi investasi di tahun 2016 tidak mencapai target,
namun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah realisasi investasi
pariwisata dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel
berikut :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


69
2016
Tabel 3.23 Realisasi Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2011 - 2016
Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PMA (US$) 242.20 768.16 462.52 511.81 732.46 1192.92

PMDN (US$) 39.40 101.50 140.18 173.08 316.61 159.96


Total 281.60 869.66 602.70 648.89 1049.07 1352.88
* Sumber: BKPM,

Nilai realisasi investasi pariwisata tahun 2016 mengalami peningkatan jika


dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2016 adalah sebesar 28.96% jika
dibandingkan dengan tahun 2015.

Secara umum, peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2016 disebabkan


antara lain adanya kebijakan kemudahan dalam berinvestasi. Kebijakan-kebijakan
tersebut diantaranya adalah (1) Perbaikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk
menarik investasi, (2) Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan Layanan Investasi
Langsung Konstruksi (KLIK), serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi (DNI)
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal. Revisi Daftar Negatif Investasi adalah bagian dari Paket
Kebijakan Ekonomi Jilid X yang dikeluarkan oleh pemerintah. Terdapat 4 (empat)
usaha pariwisata yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi
(UMKMK); 15 (lima belas) usaha pariwisata yang terbuka untuk PMA dengan
persyaratan dan 37 (tiga puluh tujuh) usaha pariwisata yang terbuka 100% untuk
PMA.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


70
2016
Gambar 3.13 Paket kebijakan ekonomi IX

Pada tahun 2016, terdapat realisasi investasi pada jenis usaha daya tarik wisata alam
(KBLI 9322) sebesar 0.92 juta USD, Daya Tarik Wisata Buatan/Binaan Manusia (KBLI
9323) sebesar 0.30 juta USD, dan Kegiatan Taman Bertema atau Taman Hiburan (KBLI
9321) sebesar 0.02 juta USD. Jenis-jenis usaha tersebut merupakan jenis usaha dari
Daftar Negatif Investasi yang sudah terbuka untuk kepemilikan modal asing sebesar
100%.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


71
2016
LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
72
2016
Tabel 3.24 Daftar Investasi Sektor Pariwisata Tahun 2016

Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak terlepas dari adanya komitmen
yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang pariwisata sesuai
dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Nasional (Ripparnas), adanya dukungan dari berbagai pihak
(Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan stakeholder terkait), serta
ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Kementerian Pariwisata pada


tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya investasi di sektor pariwisata
adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Proposal Investasi
Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi potensi
investasi pariwisata di daerah. Lokasi-lokasi potensi investasi tersebut,

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


73
2016
diutamakan lahan Pemerintah Daerah yang siap untuk dikerjasamakan dengan
investor. Dua hal penting yang dijadikan persyaratan dalam penyusunan proposal
investasi pariwisata antara lain:
a. Status lahan yang siap dikerjasamakan harus clean and clear; dan
b. Lokasi yang akan diambil harus sesuai peruntukannya dengan rencana pola
ruang di RTRW.
Pada penyusunan proposal investasi dilakukan rapat koordinasi dengan
Pemerintah Daerah atau pemilik lahan serta dilakukan survei lapangan dengan
tujuan:
a. Mengambil titik koordinat lokasi lahan potensi investasi;
b. Mengambil Foto Panorama 3600; dan
c. Mengambil video dengan drone.

Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan jumlah
lokasi sebanyak 3 lokasi, tahun 2013 sebanyak 4 lokasi, tahun 2014 sebanyak 6
lokasi, tahun 2015 sebanyak 55 lokasi pada 16 Kabupaten/Kota dan di tahun 2016
ini sebanyak 73 lokasi di 34 Kabupaten/Kota. Proposal-proposal investasi
tersebut bertujuan untuk menarik minat investor asing maupun dalam negeri
untuk berinvestasi di bidang pariwisata.

Tabel 3.25 Indonesia Tourism Invesment Invitation

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


74
2016
Gambar 3.14 Contoh Proposal Investasi Kab. Manggarai Barat

2. Promosi Investasi Pariwisata


Kegiatan promosi investasi pariwisata dilakukan untuk meningkatkan awareness
dan membuka networking dengan calon investor pariwisata baik dalam negeri
maupun luar negeri. Kegiatan promosi investasi pariwisata yang dilakukan dengan
mengikuti event investasi baik dalam dan luar negeri, pertemuan bisnis,
penyebaran peluang investasi melalui website www.indonesia-tourism-
investment.com, dan memfasilitasi kunjungan lapangan investor ke lokasi-lokasi
potensi investasi.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


75
2016
Tabel 3.26 Promosi Investasi Pariwisata

Kegiatan Waktu
Tempat Hasil
No Pelaksanaan
1 Gulf and Abu Dhabi 8 – 9 Februari Ketertarikan investor Abu Dhabi National Bank
Indian 2016 dan Asiya Investment Kuwait untuk mendukung
Ocean Hotel pembiayaan di KEK Mandalika dan Tanjung
Investor’s Lesung, namun masih membutuhkan proses
Summit penjajakan, mengingat investasi KEK yang sangat
(GIOHIS) besar dapat mencapai angka hingga Rp 10 triliun.
2 Pertemuan Hongkong 11 – 12 Pada tanggal 21 Maret 2016, Meridian Capital akan
Bisnis di Februari datang ke Indonesia untuk menandatangani
Hong Kong 2016 Kerangka Acuan yang telah diperbaharui, bersama
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat
3 Internationa Berlin, 7 – 9 Maret Ketertarikan dari International Finance
l Hotel Jerman 2016 Corporation, sebuah anak perusahaan dari World
Investment Bank Group untuk pembiayaan proyek-proyek
Forum pembangunan hotel di Indonesia dengan maksimal
(IHIF) jumlah pembiayaan mencapai angka USD 200 Juta
per proyek.
4 MIPIM (Le Cannes, 15 – 18 Maret  Business meeting dengan 50 pengusaha dan
marché Perancis 2016 investor di bidang pariwisata dan hospitality,
international marina, properti, teknologi arsitektur, dan
des industrial
professionnel  Komitmen investor diantaranya Ecoregions
s de International Singapore, PT Dharmakusala
l’immobilier) Waskita Brana, Islamic Development Bank
untuk investasi hotel, sarana rekreasi,
inrastruktur, di KEK Mandalika. Total komitmen
yang dicapai sebesar USD 287,5 Juta atau Rp
3,88 Triliun.
5 Pertemuan Monaco, April 2016 Perusahaan funding dari Monaco siap untuk
Bisnis di Perancis membantu pengembangan kepariwisataan di
Monaco Indonesia.
6 Hospitality Jakarta 28 – 29 April Louvre Hotel Group (grup investor China)
Investment 2016 berencana melakukan pengembangan dan
Conference pembangunan hotel baru di seluruh Indonesia
Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun. Telah tersedia dana
(HICI) Rp + 10 Triliun untuk pembelian dan
pembangunan hotel baru di Indonesia.
7 Marketing Melbourne 9 -10 Mei Tiga investor Australia akan melakukan investasi
Investasi – Brisbane, 2016 di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi
Australia Utara di tahun 2016 yaitu: 1 (satu) investor akan
membangun usaha marina dan hotel bintang di
Kabupaten Lombok Barat dengan nilai investasi +
Rp 200 Miliar; dan 2 (dua) investor yang
tergabung dalam AIBC akan membangun usaha
marina dan hotel bintang di Kota Manado di atas
lahan seluas 200 ha, dengan nilai investasi + Rp
300 Miliar.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


76
2016
Waktu
No Kegiatan Tempat Hasil
Pelaksanaan
8 Pertemuan Seoul, 2 – 3 Juni MoU antara Daewo Development Ltd dengan PT
Bisnis di Korea 2016 Jababeka Tbk, pengelola Kawasan Ekonomi
Seoul Selatan Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten
disaksikan langsung oleh Menpar Arief Yahya dan
Minister of Culture, Sports and Tourism of
Republic of Korea
9 Tourism, Bali 31 Agustus –  Komitmen PT Celecton Hotels and Resorts
Hotel 1 September Internasional untuk membangun hotel bintang 3
Investment, 2016 dan 4 dengan nuansa kebudayaan Jepang di
& Cikarang dan Karawang dengan nilai investasi
Networking lebih dari USD 20 Juta;
Conference  Komitmen PT Marina Del Ray untuk
(THINC) pembangunan Marina di Lombok Barat;
 Komitmen PT Paradise Property untuk
pengembangan ecotourism di semua Taman
Nasional di Indonesia, dengan proyek awal di
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
dengan nilai investasi sebesar USD 1,8 Juta;
 Penandatangan Memorandum of Understanding
(MoU) antara PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk
atau Panorama Destination (DTN) dengan PT
Centrasolusi Intiselaras yang akan bekerjasama
dalam pengembangan konten digital terkait
produk-produk tour ke Indonesia dengan target
dapat menarik kunjungan wisman asal tiongkok
sebesar 300.000 pada tahun 2017.

Gambar 3.15 Penandatanganan MoU antara Daewo Development Ltd dengan


PT Jababeka Tbk di Seoul

Gambar 3.16 MIPIM (Le marché international des professionnels de l’immobilier), Cannes – Perancis

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


77
2016
MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN
3
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL

Sektor pariwisata memberikan dampak ekonomi yang luas bagi sektor-sektor lainnya.
Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30% dalam waktu 5
tahun. Pariwisata merupakan pencipta lapangan kerja termurah yaitu dengan US$
5.000/satu pekerjaaan, dibanding rata-rata industri lainnya sebesar US$ 100.000/satu
pekerjaan.

Jumlah tenaga kerja langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan ikutan (induced)
di sektor pariwisata dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor
perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung (direct), tidak
langsung (indirect), maupun ikutan (induced).

Gambar 3.17 Comparative Economic Impact of Travel & Tousim WTTC, 2012
Sumber : The Comparative Economic Impact of Travel & Tousim WTTC, 2012

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


78
2016
Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga
kerja nasional, telah ditetapkan indikator kinerja utama yaitu jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata. Tenaga kerja langsung sektor
pariwisata mencakup antara lain tenaga kerja di bidang akomodasi, travel agent,
airlines dan pelayanan penumpang lainnya, termasuk juga tenaga kerja di sektor usaha
restoran dan tempat-tempat rekreasi yang langsung melayani wisatawan. Tenaga kerja
tidak langsung mencakup antara lain tenaga kerja di sektor promosi pariwisata,
furnishing/equipment, persewaan kendaraan, manufaktur transportasi. Tenaga kerja
ikutan mencakup antara lain tenaga kerja di sektor supply makanan dan minuman,
wholesaler, computer utilities, dan jasa personal.
Adapun realisasi Indikator Kinerja Utama “Jumlah tenaga kerja langsung, tidak
langsung dan ikutan sektor pariwisata” pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.27 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan
sektor pariwisata (juta orang)
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN

6 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung 11.7 12* 102


dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
* Sumber : Angka Sementara, Kemenpar 2016,

Realisasi jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata
Tahun 2016 sebesar 12 juta orang, atau tercapai sebesar 102%. Angka tersebut
sifatnya masih merupakan angka estimasi sementara, hingga terbitnya publikasi
Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) 2016 di akhir Tahun 2017.
Adapun berdasarkan laporan Travel and Tourism Economic Impact Tahun 2016 untuk
Indonesia dari World Travel Tourism Council (WTTC), diestimasikan jumlah tenaga
kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata di tahun 2016 adalah
sebesar 10,547 juta orang.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


79
2016
Perbandingan capaian tersebut (dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016)
dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.28 Realisasi Jumlah tenaga kerja langsung,
tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata

INDIKATOR 2016 2015 2014


KINERJA UTAMA % % %
(IKU) REALISASI REALISASI REALISASI
CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN
Jumlah tenaga 12* 102 12,16 107,6 10.32 118.03
kerja langsung,
tidak langsung
dan ikutan sektor
pariwisata (juta
orang)
Sumber : Kementerian Pariwisata, 2016
* Data sementara

Permintaan di sektor pariwisata memberi dampak terhadap penciptaan lapangan


kerja. Semakin besar permintaan di sektor pariwisata, baik konsumsi wisatawan
maupun investasi di bidang pariwisata, akan semakin besar pula penciptaan lapangan
kerja di sektor-sektor terkait. Tercapainya jumlah tenaga kerja langsung, tidak
langsung dan ikutan sektor pariwisata tahun 2016, antara lain disebabkan oleh :
a. Kemudahan Investasi
Berdasarkan laporan dari Bank Dunia, peringkat kemudahan usaha di Indonesia
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015. Pada indeks, Indonesia berada
di peringkat 109 dari 189 negara atau naik 11 peringkat dari tahun lalu di posisi
120. Penilaian tersebut berdasarkan dari beberapa indikator, diantaranya adalah
bagaimana investor memulai usaha di Indonesia, proses perizinan dan
pembayaran pajak. Pemerintah telah berkomitmen untuk mempermudah
investasi, upaya yang telah dilakukan diantaranya melalui berbagai terobosan
paket kebijakan investasi, diantaranya adalah (1) Kemudahan perizinan melalui
peluncuran PTSP pusat, (2)
Layanan izin investasi 3 jam, (3) Kemudahan investasi langsung konstruksi (KLIK),
serta (4) Adanya revisi Daftar Negatif Investasi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


80
2016
Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal. Terkait dengan realisasi investasi, nilai realisasi investasi
pariwisata tahun 2016 tercatat mencapai angka US$ 1.093,65 Juta. Angka ini
meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi pariwisata tahun
2015 yaitu US$ 1.049,07 Juta.
Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata, dapat
meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja memberikan dampak
positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata.

b. Meningkatnya Jumlah Usaha Pariwisata


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, terdapat 13 bidang usaha
pariwisata yang meliputi usaha di bidang (1) daya tarik wisata; (2) kawasan
pariwisata; (3) jasa transportasi wisata; (4) jasa perjalanan wisata; (5) jasa
makanan dan minuman; (6) penyediaan akomodasi; (7) penyelenggaraan kegiatan
hiburan dan rekreasi; (8) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran; (9) jasa informasi pariwisata; (10) jasa konsultan
pariwisata; (11) jasa pramuwisata; (12) wisata tirta; dan (13) spa.
Pada tahun 2014 tercatat dari 13 bidang usaha pariwisata terdapat total 41.045
unit usaha, dengan jumlah terbanyak pada bidang usaha jasa penyediaan
akomodasi sebesar 17.484 unit (BPS, 2015). Adapun jumlah akomodasi dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.29 Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun 2010 – 2016
HOTEL AKOMODASI
TAHUN TOTAL
BERBINTANG LAINNYA
2016 * 2.387 16.442 18.829
2015 2.197 16.156 18.353
2014 1.996 15.488 17.484
2013 1.778 14.907 16.685
2012 1.623 14.375 15.998
2011 1.489 13.794 15.283
2010 1.306 13.281 14.587
Sumber : BPS, 2016.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


81
2016
Meningkatnya jumlah usaha pariwisata, terutama hotel dan akomodasi lainnya telah
memberikan dampak positif terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang
pariwisata.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Kementerian Pariwisata pada
tahun 2016 untuk mendukung sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan
terhadap penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata
Bimbingan Teknis Pelayanan Prima Usaha Pariwisata bertujuan agar usaha
pariwisata harus terus meningkatkan pelayanannya sehingga tercipta pelayanan
prima (service excellent) agar wisatawan terus loyal kembali berkunjung.
2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi
Meningkatnya investasi pariwisata dapat mendorong meningkatnya jumlah usaha
pariwisata yang berdampak pada meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang
pariwisata. Upaya peningkatan investasi antara lain dilakukan melalui kegiatan
penyusunan proposal investasi di 73 lokasi dan juga kegiatan promosi investasi
baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja bidang
pariwisata antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Selain untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata,
pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan peran dan
kapasitas masyarakat di bidang usaha pariwisata. Pada tahun 2016 telah
terlaksana kegiatan peningkatan kapasitas usaha masyarat di bidang pariwisata di
40 Kabupaten/Kota, yang tersebar di 24 Provinsi dengan lokasi utama di 10
Destinasi Pariwisata Prioritas. Penerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan
Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat Destinasi Pariwisata adalah pelaku
usaha homestay, kuliner, dan cinderamata, dengan kegiatan antara lain berupa
bimbingan teknis, pelatihan pengelolaan usaha serta pemberian fasilitasi
peningkatan kapasitas usaha masyarakat.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


82
2016
4. MENING KAT NYA KONT RIBUSI PARIWISATA TE RHADAP PRODUK DOMESTI K BRUTO (PDB) NASIO NAL

MENINGKATNYA KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP


4
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) NASIONAL

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional, yaitu persentase dari dampak
yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tak
langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan indikator ini dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata bersama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan dilaporkan
sebagai cerminan keberhasilan pemasaran pariwisata untuk meningkatkan
kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia yang berkualitas sehingga mampu
meningkatkan PDB sektor pariwisata.
Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional merupakan dukungan
Kementerian Pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi PDB sektor
pariwisata, semakin penting pula posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kontribusi ini diupayakan seiring dengan
penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, penciptaan rekreasi dan
pemanfaatan waktu senggang yang berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui tingkat hidup yang berkualitas.
Indikator keberhasilan dari sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.30 Target dan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDB Nasional
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
7 Kontribusi sektor pariwisata terhadap 5 4,03* 80.6*
PDB nasional (Persentase)
*angka sangat sementara

Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja untuk Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDB nasional yang memiliki target sebesar 5% terealisasi sebesar 4,03%
dengan total nilai sebesar 500,19 triliun rupiah.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


83
2016
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Kontribusi sektor pariwisata terhadap
PDB nasional, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun
2014-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.31 Perbandingan Realisasi Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap
PDB Nasional
2016** 2015* 2014*
INDIKATOR
KINERJA
REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN
UTAMA
(%) (%) (%)
Kontribusi 4,03 80,6 4,31 107,75 4.07 96,90
sektor
pariwisata
terhadap
PDB
nasional
(persentase)
Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap
PDB Nasional tahun 2016 sebesar 4,03% menurun -6,5% jika dibandingkan dengan
tahun 2015 sebesar 4,31% dan jika dibanding dengan realisasi tahun 2014 terjadi
penurunan sebesar 0,98% dari 4,07 % tahun 2014 menjadi 4,03% pada tahun 2016.
Apabila dilihat sejak awal RPJMN, terlihat grafik tren kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mengalami peningkatan yang
signifikan, sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut ini.

Tabel 3.32 Perbandingan Pendapatan PDB 2012 – 2016


PDB Pariwisata (miliar Rp)
No. Sektor 2012 2013 2014*) 2015*) 2016**)

1. Pertanian 32.512,3 36.391,1 47.423,6 56.669,7 56.601,69

2. Pertambangan & 16.347,0 18.304,8 20.126,8 23.055,5 24.022,03

Penggalian

3. Industri 84.191.0 94.091,1 101.532,4 116.260,8 121.182,40

4. Listrik, gas dan air 1.930,3 2.119,3 3.240,1 3.594,4 3.867,17

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


84
2016
PDB Pariwisata (miliar Rp)
No. Sektor
2012 2013 2014*) 2015*) 2016**)
5. Konstruksi 35.369,3 37.020,7 39.994,7 44.629,3 47.735,05

6. Perdagangan 19.640,6 21.671,8 30.945,7 35.658,7 36.934,75

7. Restoran 24.904,6 26.375,7 30.304,5 979,1 36.169,46

8. Hotel 30.023,3 36.894,3 51.207,8 18.832,0 61.118,26

9. Angkutan Darat 21.898,1 25.417,4 16.866,7 20.474,7 20.130,98

10. Angkutan Air 3.142,6 2.021,5 1.793,1 8.994,1 2.140,13

11. Angkutan Udara 14.529,9 17.502,6 21.520,9 59.085,4 25.685,93

12. Jasa Penunjang 6.090,3 6.891,5 9.329,2 38.219,8 11.134,72


Angkutan
13. Komunikasi 7.202,6 7.743,3 12.077,4 13.575,5 14.414,79

14. Jasa Lainnya 28.458,5 32.579,8 32.719,7 36.455,3 39.052,08

Total 326.240,7 365.025,0 419.082,5 476.484,4 500.189,3

PDB Nasional Harga


8.241,86 9.083,97 10.302,34 11.045,78 12.406,81
Berlaku (Triliun Rp)
Persentase kontribusi 3,96% 4,02% 4,07% 4,31% 4,03%
Sumber : Neraca Satelit Pariwisata Nasional
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

PDB yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan yang cukup
berarti tiap tahunnya. Pada tahun 2012 pariwisata menghasilkan PDB sebesar 296,97
triliun rupiah dan meningkat di tahun 2013 menjadi 326,24 triliun rupiah, di tahun
2014 sebesar 419,08 triliun rupiah, serta pada tahun 2015 nilai PDB yang dihasilkan
mencapai 476,48 triliun rupiah. Lebih lanjut pada tahun 2016 PDB yang dihasilkan
dari sektor pariwisata mencapai 500,19 triliun rupiah.
Berikut grafik dampak kepariwisataan terhadap PDB dikontribusikan oleh kegiatan
kepariwisataan:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


85
2016
Grafik 3.2 Peningkatan PDB Pariwisata

Grafik 3.3 Kontribusi Kepariwisataan Terhadap PDB Nasional

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


86
2016
5. MENING KAT NYA JUM LAH KUNJ UNGAN WISATAW AN M ANCANEG ARA (WISM AN)

MENINGKATNYA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN


5
MANCANEGARA (WISMAN)

Definisi wisatawan mancanegara sesuai dengan rekomendasi United Nation World


Tourism Organization (UNWTO) adalah: “Setiap orang yang mengunjungi suatu
negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa
bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan lamanya
kunjungan tersebut tidak lebih dari dua belas bulan.”

Gambar 3.18 Classification Of Inbound Travellers

Pada tahun 2016, wisatawan internasional yang melakukan perjalanan mencapai


1,235 miliar orang atau tumbuh dari tahun sebelumnya 3.29% miliar. Berdasarkan
wilayah, asia pasifik tumbuh 8%, Afrika naik sebesar 8%, dan kenaikan 4% untuk
Amerika.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan
realisasinya adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


87
2016
Tabel 3.33 Target dan realisasi Jumlah Kunjungan Wisman Tahun 2016
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
8 Jumlah Wisatawan Mancanegara ke 12 12.02 100.2%
Indonesia (Juta Orang)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran tahun 2016
yaitu “Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia” mencapai 12.023.971 orang
atau sebesar 100,2%, dari target yang telah ditentukan sebelumnya sebesar
12.000.000 wisatawan mancanegara. Keberhasilan ini tidak terlepas dari terobosan-
terobosan yang dilakukan Kementerian Pariwisata. Salah satu terobosan baru yang
sangat berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisman ini adalah adanya
kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang diberikan kepada 169 negara. Terobosan
lain yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata adalah melalui optimalisasi
kegiatan-kegiatan di cross border dan ektrapolasi atau penggunaan Mobile Positioning
Data (MPD) untuk menghitung Wisman yang masuk melalui Pintu Lintas Batas (PLB).
Adapun rincian data kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia
selama tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.34 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2016

BULAN JUMLAH WISMAN


Januari 851.462
Februari 938.650
Maret 968.567
April 956.381
Mei 983.810
Juni 925.250
Juli 1.098.032
Agustus 1.087.404
September 1.058.103
Oktober 1.040.651
November 1.002.333
Desember 1.113.328
Mobile Positioning Data 504.696
(Oktober – Desember)
TOTAL 12.023.971

*Data sangat sementara

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


88
2016
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan, bahwa jumlah kunjungan terbesar wisatawan
mancanegara ke Indonesia adalah pada bulan Desember dan yang paling rendah pada
bulan Januari. Adapun yang dimaksud dengan Mobile Positioning Data (MDP) adalah
metode pencataan Wisman Lintas Batas pada 19 Kabupaten (46 kecamatan) yang
memiliki Pintu Lintas Batas (PLB). Metode penghitungan Wisman ini murni dilakukan
dengan mesin dan mulai dilakukan mulai tahun 2016.

Grafik 3.4 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pasar Tahun 2016

Grafik di atas menunjukkan persentase kunjungan wisatawan mancanegara dari 14


pasar utama tahun 2016. Dapat dilihat bahwa pasar penyumbang Wisman terbesar
pada tahun 2016 adalah Eropa, yaitu sebesar 13,68% dari total kunjungan, diikuti oleh
Singapura (12,25%), Tiongkok (12,08%), Malaysia (10,19%), Australia (9,96%),
Jepang (4,27%), India (3,13%), Timur Tengah (2,00%), Taiwan (1,74%), Filipina
(1,24%), Thailand (82%) dan Hongkong (0,70%). Sedangkan 22,60% sisanya adalah
kunjungan Wisman dari pasar lainnya diluar 14 pasar utama.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


89
2016
Grafik 3.5 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Per Pintu Masuk Tahun 2016

Berdasarkan pintu masuk, Bandara Ngurah Rai, merupakan tempat masuk wisman
paling tinggi, yaitu sebesar 40,63%, disusul oleh Bandara Soekarno Hatta (21,65%),
Batam, (12,56%), Tanjung Uban (2,57%) dan Juanda (1,92%). Sedangkan 20,67%
sisanya masuk melalui pintu lain.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran meningkatnya
kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah Jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
Data pokok wisatawan mancanegara (wisman) diperoleh setiap bulan dari laporan
Ditjen Imigrasi, yang meliputi seluruh Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di
Indonesia. Sejak tahun 2015, penghitungan jumlah kunjungan wisman dilengkapi
dengan survey wisman lintas batas:
1. Sampling hanya beberapa lokasi PLB.
2. Sampling diambil dalam kurun waktu 1 minggu, pada jam kerja, setiap bulannya.

Pada tahun 2016 ada pengembangan metode dalam perhitungan wisatwan


mancanegara, yaitu dengan beberapa alasan antara lain:
1. Kondisi geografis dan prasarana yang belum memadai atau memantau seluruh
pergerakan manusia di perbatasan darat dan laut Indonesia menyebabkan data
administrasi wisatawan mancanegara ke Indonesia (khususnya di perbatasan
laut/udara) cenderung underestimate.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


90
2016
2. Untuk mengurangi underestimate tersebut, BPS dan Kemenpar melakukan survei
lapangan di perbatasan darat (Pos Lintas Batas) dan yang belum ada pencatatan
imigrasinya / Non TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) sejak Januari 2016. Hasil
survey ini digunakan untuk memperbaiki data tahun 2015 dan berlanjut terus
sampai sekarang.
3. Survei BPS/Kemenpar menemukan bahwa: masih banyak area lintas batas yang
tak terjangkau survei sehingga perlu ada estimasi minimalis, biaya survei cukup
mahal, menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
4. Perlu terobosan perbaikan data administrasi pelintas batas.
5. Teknologi informasi (Big Data), khususnya komunikasi seluler, mempunyai
peluang besar untuk menghadapi hambatan tersebut, sehingga data yang
diperoleh akan lebih cepat dan lebih berkualitas (akurat).

Di Indonesia Pemanfaatan Big Data (Mobile Positioning Data) untuk pencatatan


wisman Lintas Batas pada 19 Kabupaten (46 Kecamatan) PLB, mulai tahun 2016
dengan metodologi sebagai berikut:
1. Penghitungan dilakukan otomatis oleh mesin (tidak ada campur tangan
manusia).
2. Mencatat Wisman yang tidak melalui jalur pintu PLB.
3. Dilakukan secara continue 24 x 7 x 52.
4. Memberikan Profile Wisman yang lebih lengkap, antara lain: Length of Stay,
Frequency of Visit, dan Kota/Wilayah Originasi.

Adapun beberapa syarat dalam pencatatan wisman metode ini adalah:


1. Penduduk Mancanegara yang masuk ke Indonesia harus tetap menggunakan
nomor selular asal negaranya ketika memasuki wilayah Indonesia
2. Pengunjung pernah tersambung dengan jaringan operator selama berada di area
pemantauan

Asumsi dasar yang digunakan pada metode perhitungan ini adalah:


1. Pengguna SIM Card asing adalah penduduk luar negeri.
2. Rata-rata lama tinggal wisman di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah 7.87

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


91
2016
hari dibulatkan ke bawah menjadi maksimum 7 hari berturut-turut (asumsi rata-
rata lama tinggal wisman perbatasan lebih pendek).
3. SIM Card asing yang terdeteksi lebih dari 20 hari secara akumulatif diasumsikan
sebagai penduduk Indonesia atau pekerja asing di daerah perbatasan, dan tidak
dicatat sebagai wisman (20 hari adalah jumlah hari kerja dalam 1 bulan).
4. Wisman yang masuk melalui pintu TPI kemudian terpapar di PLB diasumsikan
masuk melalui TPI dan tidak dicatat sebagai wisman lintas batas (sudah tercatat
di imigrasi).
5. Semua operator SIM Card asing yang digunakan pelintas batas Indonesia sudah
berpartner dengan Telkomsel. Saat ini Telkomsel sudah bekerjasama dengan 145
Operator Selular Asing utama.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak
Tahun 2014-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.35 Perbandingan Realisasi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara


Tahun 2014 – 2016
2016 2015 2014
INDIKATOR
REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN
KINERJA UTAMA
(%) (%) (%)
Jumlah 12,02 juta 100,20 10.41 juta 102 9,44 juta 100.1
kunjungan
wisatawan
mancanegara
(wisman)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2016, kunjungan wisatawan
mancanegara berhasil mencapai 12,02 juta wisman, angka ini melampaui target yang
telah ditetapkan sebelumnya sebesar 12 juta wisman. Jumlah ini meningkat sebesar
15,54% dibanding tahun 2015, sebesar 10,41 juta wisman.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


92
2016
Grafik 3.6 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2016

Grafik di atas menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia


meningkat dari tahun ke tahun. Kunjungan paling tinggi terjadi pada bulan Desember
karena pada bulan ini wisatawan mancanegara mendapatkan libur panjang
menyambut Natal dan tahun baru. Indonesia melaksanakan banyak event pada bulan
ini agar wisatawan internasional memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia.

Tabel 3.36 Komparasi Pertumbuhan Jumlah Wisman dengan


Kompetitor Utama di ASEAN*
Kunjungan Wisman
Negara Growth (%)
2015 2016
Indonesia 10.406.759 12.023.971 15,54
Thailand 29.856.228 32.588.303 9,15
Singapura 15.231.469 16.402.593 7,69
Vietnam 7.898.852 9.901.318 25,35
Pertumbuhan Jumlah Wisman Indonesia belum bisa dikomparasi dengan Malaysia
karena Malaysia belum merilis data kunjungan Wisman bulan November dan
Desember tahun 2016.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan kunjungan Wisman


Indonesia dari tahun 2015 ke tahun 2016 adalah sebesar 15,54%. Pertumbuhan ini

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


93
2016
lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor ASEAN seperti Thailand (9,15%) dan
Singapura (7,69%), namun lebih rendah apabila dibandingkan dengan
Vietnam(25,35%).

Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancangera ke Indonesia, sangat didukung oleh


berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata melalui kerangka
strategi Pemasaran : melihat DOT (Destination, Origin, Time) dan melalui BAS
(Branding – Advertising – Selling) dengan berbagai jalur media (POS = Paid Media,
Owned media, Social media).

Gambar 3.19 Strategi Pemasaran DOT

Pemasaran pariwisata Indonesia di kancah mancanegara memiliki strategi yang


pertama adalah DOT (Destination, Origin, Time), yaitu:
a. Destination – melihat destinasi wisata mana sajakah yang diminati oleh masing-
masing wisatawan, dengan cara melihat dashboard atau demografi dari masing-
masing wisatawan.
b. Origin – merupakan strategi untuk melihat asal negara dari masing-masing
wisatawan. Kemudian data ini akan dijabarkan menjadi sebuah data
demografi atau dashboard mengenai ciri-ciri, kegemaran, tipe, waktu libur,
hari raya, dsb.
c. Time – waktu merupakan strategi penting untuk mensikronisasikan waktu
libur/Hari Libur dari masing-masing negara asal wisatawan dengan
event/festival yang diselenggarakan di Indonesia.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


94
2016
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMASARAN MENURUT PENDEKATAN ‘DOT’
(MARKETING STRATEGY IMPLEMENTATION BASED ON ‘DOT’ APPROACH)

Table 3.37 Implementasi Strategi Pemasaran dengan Pendekatan “DOT”

Setelah DOT, BAS merupakan strategi pemasaran pariwisata Indonesia selanjutnya


adalah:
a. Branding adalah upaya untuk mempromosikan pariwisata melalui penempatan
iklan di Website, Media Ruang, TV, dan Media Cetak, mengadakan festival di
mancanegara, dan mengadakan famtrip dengan mendatangkan sekelompok
wisatawan asing sesuai dengan paket wisata yang ditawarkan.
b. Advertising adalah salah satu strategi pemasaran pariwisata mancanegara
malalui pemasangan iklan di Media Cetak (koran dan majalah), di event-
event mancanegara, blocking sale di televisi, pembuatan bahan-bahan
promosi, dan kerja sama promosi dengan pelaku industri pariwisata.
c. Selling adalah memfasilitasi penjualan Paket Wisata yang dibuat oleh
industri melalui Tradeshows dan Sales Mission.

Gambar 3.20 Implementasi Strategi Pemasaran dengan Pendekatan “DOT”

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


95
2016
Dalam memasarkan produk pariwisata Indonesia erat kaitannya dengan publikasi
atau pengiklanan yang menggunakan metode POSE (paid media, owned media, social
media, dan endorse). Hal tersebut diaplikasikan pada berbagai jenis media untuk
pengiklanan. Yaitu media online, media cetak, media ruang, media elektronik.
1. Publikasi iklan media ruang di beberapa titik di berbagai negara;
2. Publikasi media elektronik di berbagai channel TV lokal dan internasional di
berbagai negara. Program-program yang menjadi media partner “Wonderful
Indonesia” diantaranya adalah
a. Fox Channels n. SBS
b. CNBC o. CCTV
c. CNN p. TVN
d. BBC World q. MBN
e. MTv Asia r. France 24
f. AFC s. TV Monde
g. Travel Channel t. Diva Channel
h. Channel 5 u. MBC
i. Channel 8 v. National Geographic Channel
j. Channel U w. AXN
k. TV3 x. Bloomberg
l. Rotana y. History Channel
m. Channel 9 z. Al Jazeera

3. Publikasi media online dengan melakukan kerjasama dengan beberapa search


engine dan media sosial besar di berbagai negara. Contoh: Google, Ctrip, Baidu,
Youtube, Trip Advisor, Xinhuanet.com, dll.

4. Publikasi di media cetak dengan memasangkan “Wonderful Indonesia” di


berbagai media cetak di beberapa negaar, diantaranya adalah:
a. New Straits Times e. Tiger Tales
b. Lianhe Zaobao f. Sinar Harian
c. ZbBs g. The Edge
d. SME Magazine h. Santai Traveller

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


96
2016
i. Going Places o. Asashi Shimbun
j. Traveler p. Nikkei Shimbun
k. Voyage q. Nikkei Plus 1
l. Travelling Scope r. Ai
m. National Geograpic Traveler s. Nikkei Business
n. Travel & Leisure t. Travel + Leisure

ENDORSER
Metode pengiklanan ini adalah dengan menggunakan brand ambassador dan
testimoni artis di sosial media. Pada tahun 2016, Kementerian Pariwisata
mengendorse jurnalis-jurnalis dan blogger luar negeri.

Gambar 3.21 Philip Kotler (Bapak Marketing Dunia) ditunjuk menjadi Brand Ambassador
Wonderful Indonesia pada kesempatan ASEAN Marketing Summit, 9 Oktober 2015 di Jakarta

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


97
2016
Gambar 3.22 Endoser Internasional dalam program Wondernesia

 BAIDU

Gambar 3.26 Pemanfaatan Pemasaran lewat Baidu

a. Tiongkok merupakan Negara tahun dan 68% menjadikan


asal wisatawan yang informasi berbasis internet atau
mengadakan kunjungan ke luar online sebagai salah satu
Negeri/ outbound terbesar di referensi utama dalam
dunia menentukan destinasi wisata
b. Profil wisatawan Tiongkok yang c. Baidu dengan teknologi mesin
mayoritas berusia di bawah 45 pencari nomor satu di

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


98
2016
Tiongkok saat ini memiliki dijadikan rujukan oleh lebih
jumlah pengguna lebih dari 700 dari 60% wisatawan Tiongkok
juta orang pengguna, menurut f. Salah satu strategi promosi
data Alexa, Baidu masuk dalam pariwisata Indonesia dalam
5 website terbesar didunia pencapaian target wisman
d. Baidu menguasai hampir 90% Greater Tiongkok sebanyak
market di China dan 2.100.000 di tahun 2016 dan
melakukan ekspansi ke pasar 10.000.000 di tahun 2019
global seperti Brazil, Jepang, adalah melakukan kerja sama
Vietnam, Thailand, Korea dengan Baidu
termasuk Indonesia di tahun g. Promosi Pariwisata Indonesia
2013 melalui Baidu, yaitu platform
e. Platform Baidu Travel menjadi search Engine nomor satu di
referensi online utama yang Tiongkok (pengganti Google).

 CTRIP

Gambar 3.23 Pemanfaatan Pemasaran lewat C-Trip

a. CTRIP memiliki pangsa pasar sebesar 68%+ dari pasar travel online
Tiongkok
b. Ctrip memiliki 20,000,000+ outbound vacation tahunan, 120,000
pemesanan hotel di 200 negara serta tiket penerbangan yang mencakup 5,000
kota di 6 benua
c. Mobile app Ctrip telah diunduh lebih dari 1 milyar kali

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


99
2016
d. Ctrip dengan 250 juta registered user membuatnya menjadi leading travel
service company di Tiongkok dan merupakan partner ideal dalam
menjangkau wisatawan dari Tiongkok.

 TripAdvisor
a. TripAdvisor merupakan portal
wisata terbesar di dunia, yang
membantu wisatawan
merencanakan dan memesan
perjalanan impian, menawarkan
saran dari jutaan wisatawan (375
juta pengunjung unik setiap
bulannya, serta menampilkan lebih
dari 290 juta ulasan dan opini tentang lebih dari 5.3 juta akomodasi, restoran,
dan objek wisata) serta berbagai pilihan dan fitur perencanaan wisata dengan
link cepat ke alat bantu pemesanan yang memeriksa ratusan portal web untuk
mencari harga hotel terbaik.
b. Beroperasi di 47 negara di seluruh dunia dengan 28 bahasa
c. TripAdvisor mengumpulkan pendapat positif, dan juga negatif, dari para
wisatawan yang sedang dan telah mengunjungi suatu destinasi sebagai basis
untuk memberikan reviu bagi wisatawan potensial.

Gambar 3.24 Book TripAdvisor

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


100
2016
Go Digital
Go Digital untuk E-Tourism, sudah dimulai diluncurkan sejak Rakornas
Kepariwisataan Triwulan III 2016 di Econvention, Ancol, Jakarta Utara.
Ada tiga Go Digital Strategic Initiative, yang sedang digarap Kemenpar untuk
mengejar target 20 juta di tahun 2019. Yakni,
Pertama: War Room M-17 untuk management information system.

“Kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan


tempurmu, maka kau akan memenangkan 100
pertempuran! Kenali musuhmu, kenali customers mu,
kenali dunia,
kau akan memenangi persaingan,”
(Arief Yahya, meminjam istilah Sun Tzu,
ahli militer penulis “Seni Berperang”)

War Room M-17 itu berisi data-data real up date, terkini. Dengan menggunakan big
data, maka pergerakan angka-angka baik di internal maupun di rival-rival pariwisata
Indonesia akan kelihatan dengan konkret. Cara untuk menjadi pemenang yang

Gambar 3.25 War Room M-17

terbaik, tercepat dan paling cerdas adalah benchmark, untuk mencapai global best
practices. Menempatkan rival atau pesaing sebagai tolak ukur. Apa yang dilakukan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


101
2016
lawan? Bandingkan dengan apa yang kita lakukan? Istilah M-17 itu sendiri, untuk
menyebut “musuh emosional” yang akan dikalahkan di tahun 2017.
Kedua: Go Digital Kemenpar adalah CIS –Customer Information System, untuk Look
Book Pay. Customer behavior itu sudah mengalami pergeseran, cepat bergerak,
menuju ke digital lifestyle. Yakni makin mobile, makin personal, dan interaktif. Anak-
anak muda sekarang search and share menggunakan digital, bahkan angkanya 70%
sudah digital. “Harus diakui, digital media itu 4x lipat lebih efektif daripada
conventional media”.

Gambar 3.26 Digital Economy in Indonesia

Promosi di mancanegara pun, Kemenpar sudah mulai menggunakan pola digital. Dari
Booking Portal, seperti TripAdvisor, Ctrip, Expedia, dan lainnya. Komposisi promosi
dulu alokasi branding 80%, maka tahun 2017 nanti sellingnya 50%, Advertising 30%
dan Branding 20%.
Ketiga: ITX –Indonesia Travel Xchange, digital market place, semacam pasar bagi
industri pariwisata yang mempertemukan antara supplay side dan demand side
dalam sebuah platform. Harapan kita semua industry pariwisata agar didigitalkan, agar
bisa terkoneksi dengan buyers dan sellers di seluruh dunia. Semua industry, dari
perhotelan, airlines, rent a car, transportasi, travel agent, souvenir shop dan restorant,
park dan semua atraksi bisa bergabung dalam satu ekosistem pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


102
2016
Gambar 3.27 Indonesia Tourism Exchange (ITX)

ITX saat ini sedang disosialisasi ke industry di berbagai kota di Indonesia, dari Batam
Kepri, Medan Sumatera Utara, Magelang Joglosemar, Surabaya Jatim, Banyuwangi
Jatim, Jakarta, Nusa Dua Bali, Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, dan Palembang Sumsel.
“Keunggulannya, semua produk akan lebih beragam, lebih luas dan real time yang
masuk di ITX ini. Lebih Responsif & Kreatif. Akses Pasar menjadi lebih luas, seluruh
dunia, bisa bertemu antara supplier dan distributor. Membangun opportunity
mengisi low season, dan untuk masuk ke platform ini free”.
Jadi, semua industry yang masuk ke ITX difasilitasi oleh Kemenpar. Free template
website yang sudah commerce. Free booking system, yang langsung bisa memonitor
inventory. Free payment engine, yang membuat orang semakin digital dari searching,
booking hingga payment. Dan semua dipandu, diasistensi, sampai benar-benar bisa
menjadi OnLine Travel Agent (OTA).

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


103
2016
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI CRISIS CENTER PARIWISATA 2016
Dalam rangka pengembangan sistem informasi yang lebih spesifik terkait kebijakan
penanganan/ pengelolaan krisis baik tahap perventif, emergency maupun contigency
sesuai kebutuhan, maka Kementerian Pariwisata mengembangkan sistem informasi
crisis center pariwisata tahun 2016. Sistem informasi ini digunakan sebagai dasar/
landasan bagi Kementerian Pariwisata atau pihak lain dalam pengambilan kebijakan
yang terkait dengan penanganan/ pengelolaan krisis.

Gambar 3.28 Crisis Center Pariwisata

Selain mengembangkan sistem informasi crisis center 2016, Kemenpar juga


mengembangkan penjaringan opini pubik dilakukan melalui social media (facebook).
Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan terkait dengan keberadaan crisis
center dan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan ketika terjadi
bencana/ krisis. Masukan-masukan yang diterima kemudian dijadikan bahan
pengembangan sistem informasi crisis center maupun material diseminasi informasi
lainnya.
Berikut ini hasil klasifikasi opini yang sudah dihimpun yang persepsi terhadap crisis
center Kemenpar adalah sebagai berikut:
Mayoritas yakni 92,84% menyatakan positif terhadap keberadaan Crisis Center.
Terdapat beberapa alasan atas persepsi positif ini antara lain; agar wisatawan
nyaman, tidak limbung, ada kepastian, tidak takut,, adanya keterbukaan informasi,
dapat mengurangi kebingungan, untuk mentansipiasi dampak negative, memberikan
rasa aman, ada solusi dari setiap kondisi krisis bagi wisatawan, agar angka kunjungan
wisata tidak turun meskipun dihadapkan pada bencana.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


104
2016
Selain itu dilakukan kegiatan Monitoring isu dan peristiwa Crisis Center yang
bertujuan untuk melakukan pemantauan isu dan peristiwa yang berdampak pada
sektor kepariwisataan, melakukan analisa isu dan peristiwa beserta dampaknya bagi
kunjungan wisatawan dan pelayanan secara keseluruhan, menyediakan dasar-dasar
data dan informasi yang diperlukan dalam mengembangkan kebijakan dan program
untuk meminimalkan resiko dan dampak krisis terhadap kepariwisataan.
Kegiatan monitoring ini menghasilkan Hasil pemantauan isu dan peristiwa terkait
crisis center pariwisata, Analisa situasi terkait isu dan peristiwa dan kebutuhan
kebijakan-program yang perlu dilakukan.

Grafik 3.7 Monitoring Crisis Center

Tabel 3.38 Data Informasi Crisis Center


Kategori isu & Sumber Data
No Bentuk / Jenis data-Informasi
Peristiwa Utama
1 Terorisme Aparat keamanan Kronologi kejadian, jumlah korban,
(kepolisian, TNI, Tindakan aparat keamanan, dampak
BNPT) langsung dan tidak langsung terhadap
kepariwisataan dan citra
2 Cuaca BMKG, Peringatan dini, kronologi bencana,
ekstrim, BNPB/BPBD, jumlah korban dan dampak, upaya
banjir& Basarnas emergency dan rehabilitasi/ normalisasi,
longsor dampak terhadap akses transportasi-
akomodasi-destinasi wisata, dll

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


105
2016
Kategori isu & Sumber Data
No Bentuk / Jenis data-Informasi
Peristiwa Utama
3 Gempa dan BMKG, Peringatan dini, kronologi bencana,
Erupsi BNPB/BPBD, jumlah korban dan dampak, upaya
Gunung Basarnas, Badan emergency dan rehabilitasi/ normalisasi,
Geologi, PVMBG, dampak terhadap akses transportasi-
Pos akomodasi-destinasi wisata, dll
Pemantau Gunung
Api
(PGA), K-L sesuai
dampak yang
ditimbulkan
4 Penyakit& Kemenkes, K-L yang Peringatan dini, kejadian eksisting,
teknologi relevan tingkat bahaya, upaya antisipasi yang
telah dan akan dilakukan, dll

5 Kecelakaan Kepolisian, KNKT/ Kronologi kejadian, jumlah korban,


Otoritas sesuai jenis Tindakan aparat keamanan, penangan
kecelakaan, korban, dampak langsung dan tidak
Basarnas langsung terhadap kepariwisataan dan
citra
6 Kriminal dan Kepolisian, Kepala Kronologi kejadian, jumlah korban,
Isu Sosial Daerah, instutusi Tindakan aparat keamanan, penangan
lain korban, dampak langsung dan tidak
bergantung isu langsung terhadap kepariwisataan dan
sosial citra
7 Kabut Asap BMKG, Peringatan dini, kejadian eksisting,
dan BNPB/BPBD, penyebab, dampak, apa yang telah dan
Kebakaran Kemenhut&LH, akan dilakukan
hutan/Lahan Kepala
Daerah

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


106
2016
Selain strategi pemasaran diatas beberapa upaya pemasaran yang memiliki peran
strategis dalam mendorong peningkatan kunjungan wisman adalah ikut
berpartisipasinya dalam event internasional, event yang diikuti antara lain:

ASEAN TOURISM FORUM – TRAVEL EXCHANGE (ATF – TRAVEX) 2016


SMX Convention Center Manila – Filipina
21 s.d 22 Januari 2016

Gambar 3.29 SMX Convention Center Manila – Filipina

ATF – Travex 2016 merupakan event pameran B2B tahunan terbesar di wilayah
ASEAN yang memberikan kesempatan kepada para pelaku industri pariwisata ASEAN
untuk mempromosikan destinasi-destinasi ASEAN kepada buyers dari seluruh dunia
melalui sistem pre - scheduled appointment. dihadiri oleh kurang lebih 1600 delegasi
terdiri dari 1000 ASEAN exhibitors dari 10 negara anggota ASEAN, 450 international
buyers dari berbagai Negara serta 150 media internasional dan lokal.
Pada keikutsertaan ATF – Travex 2016, Kemenpar menyewa lahan seluas 96 m2 (16
booth) dengan nomor booth C1 pada komplek Indonesia, bersebelahan dengan
Malaysia dan Brunei Darussalam. Industri pariwisata yang bergabung dalam booth
Kemenpar berjumlah 19 industri (16 full-delegatedan 3 co delegate) dari 4 destinasi
provinsi, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Bali, serta 28 Industri
diluar booth Kemenpar.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


107
2016
Selama pameran berlangsung, di booth Kemenpar dilaksanakan berbagai aktivasi
kegiatan, antara lain B to B oleh industri pariwisata Indonesia, pelayanan informasi,
pendistribusian bahan-bahan promosi.
Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang dibagikan kepada 16 industri di bawah
booth Kemenpar dan 28 industri diluar booth Kemenpar, diperoleh hasil estimasi
potensi transaksi sejumlah 161.548 pax dengan nilai sebesar USD 19.956.154 atau
setara dengan Rp. 223.386.714.258. Selama 2 hari pelaksanaan pameran, para
industri melakukan aktivitas pertemuan B to B dengan buyers dengan jumlah
pertemuan rata-rata 30 kali.

NATAS FAIR 2016


Singapore Expo
4 s.d 6 Maret 2016
Pada keikutsertaan NATAS Holiday Fair 2016, Kemenpar menyewa lahan seluas 12
booth (81m2). Stand Kemenpar dibangun dengan tema Kapal Phinisi dilengkapi
image yang mewakili destinasi unggulan Indonesia dengan menampilkan peta
pariwisata Indonesia, branding Wonderful dengan mini stage, acara pendukung
berupa tim kesenian tari,musik tradisional bambu berkolaborasi dengan musik
modern nyanyi dan tari, dan tampilan kreatif tehnologi antara lain Oculus dan VR
Reality “ Indonesia in your hand”.
Sebanyak 20 industri pariwisata bergabung dalam boothKemenpar, terdiri dari
Garuda Indonesia Singapura, 4 agents Singapura (New Shan Travel Serice, Azza T&T,
JBT Global DMC, Imperial T &T) dan 16 industri Indonesia Pariwisata.

Gambar 3.30 Natas Fair, Singapore Expo 2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


108
2016
Pembukaan NATAS Travel Fair dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2015 pukul 09.00
waktu setempat, dibuka oleh Mr. Devinder Ohri (Presiden NATAS). Tim kesenian
Indonesia diberikan kesempatan untuk tampil pertama kali pada Opening Ceremony
dengan menampilkan kolaborasi tari Malang Carnival. Selama pameran berlangsung,
di pavilion Kemenpar dilaksanakan kegiatan B to C, pelayanan informasi,
pendistribusian bahan-bahan promosi (booklet general information berbahasa
Inggris, tourist map), refreshment, gift redemption, pertunjukan tarian tradisional
Indonesia oleh Malang Carnival Performance, dan pertunjukan musik bambu, seruling
dan Guitar.

Natas Fair, Singapore Expo 2016

Selama pameran berlangsung juga telah dilaksanakan beberapa pertemuan dengan


pihak-pihak yang memiliki rencana untuk melakukan kerjasama promosi pariwisata
dengan Indonesia antara lain dengan KBRI Singapura, Chairman NATAS Singapura
serta beberapa media di Singapura. Liputan media on line nasional danThe New
paper, berita harian dan Lianghe Wan Bao media Singapura tentang partisipasi
Indonesia dalam pameran NATAS 2016

MATTA FAIR KUALA LUMPUR


Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia
11 s.d 13 Maret 2016

MATTA Fair adalah pameran pariwisata skala internasional terbesar di Kuala Lumpur
yang bersifat B to C (Consumer show) yang diselenggarakan oleh Malaysian
Association of Tour and Travel Agents (MATTA) setiap tahun 2 kali khususnya di
Kuala Lumpur dan satu kali setiap tahun di beberapa kota Malaysia lainnya, yaitu;
Johor Bahru, Sabah, dan Malaka. MATTA Fair Kuala Lumpur Maret 2016 berlangsung

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


109
2016
selama 3 (tiga) hari dari tanggal 11 s.d 13 Maret mulai pukul 10.00 s.d 21.00 di Putra
World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia, dengan menempati total lahan seluas
27.400 m2 yang terdiri dari 1216 booth, diikuti oleh 208 organisasi dan 18 National
Tourist Organizations. Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan MATTA Fair Kuala Lumpur,
tercatat lebih dari 90.000 pengunjung hadir dalam pameran pariwisata internasional
tersebut.
Pada keikutsertaan di MATTA Fair Kuala Lumpur, Kemenpar menempati nomor
booth 3224 – 3243 dan 3244 – 3259 yang terletak di Hall 3 yang letaknya sangat
strategis karena berdekatan dengan pintu keluar menuju hall 1 dan 2. Paviliun
Kemenpar dibangun dengan tema modern dilengkapi dengan LED Monitor besar
sebagai background pada mini stage dan berbagai image yang mewakili 3 greater
(Batam, Jakarta dan Bali), petainteraktif pariwisata Indonesia, serta branding
Wonderful Indonesia. Booth Indonesia diisi oleh 34 Industri Pariwisata dari bidang
akomodasi, DMO dan special interestyang berasal dari 10 Destinasi yaitu: Aceh, Bali,
Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jatim, Kepri, NTB, Sumbar, Sumut.
Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang dibagikan kepada 34 industri, diperoleh
hasil estimasi transaksi sejumlah 6259 pax dengan nilai sebesar MYR 10.000.000
(IDR 32.000.000.000). dengan kurs MYR 3,200) serta hasil transaksi langsung yang
dilakukan oleh local agent sejumlah 2056 pax dengan nilai sebesar MYR 3.125.000
(IDR 10.000.000.000). dengan kurs MYR 3,200); Paket tur yang banyak diminati
adalah Bali, Lombok, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Sumatera. Namun pada
MATTA Fair kali ini, permintaan mengenai destinasi Lombok meningkat sangat tajam
dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
penghargaan internasional yang diterima oleh Lombok.
Pada keikutsertaan tahun ini, untuk pertama kalinya Kemenpar memfasilitasilocal
agents untuk melakukan penjualan paket-paket wisata khusus ke Indonesia di booth
Indonesia. Metode ini menurut hemat kami terbukti efektif, karena dapat
menghasilkan transaksi langsung, di samping potensi transaksi yang diperoleh oleh
industri pariwisata Indonesia. Untuk yang akan datang jumlah local agents bisa
ditingkatkan, dan didukung oleh travel agent Indonesia (partner).

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


110
2016
(INTERNATIONALE TOURISMUS-BÖRSE) ITB BERLIN
Berlin – Jerman
9 s.d 13 Maret 2016

Gambar 3.31 Internationale Tourismus - Börse) ITB Berlin

Paviliun Indonesia terdiri dari 3 area yang memfasilitasi hal-hal sebagai berikut: Hall
26 A No. 122 seluas 401 m2 memfasilitasi 100 business table, 3 counter informasi
(Kemenpar, Pemda Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, D.I. Yogyakarta, Surakarta dan Garuda Indonesia), area spa, dan 2 (dua) VIP
Meeting Room untuk pertemuan Menteri Pariwisata dengan Sekjen UNWTO,
Perwakilan PT. Hotel Indonesia Natour, dan para wholesaler besar Eropa seperti De
Jong Holland, TUI Netherland, Thomas Cook UK, FOX Holland, Mappamondo Italy,
Asia Voyage, Tour Asia Switzerland, Hotelplan Italia, dan Travelution Holland. Selain
itu, juga dimanfaatkan oleh beberapa peserta pavilion Indonesia seperti Panorama,
ACCOR Indonesia, dan Seraya Hotels & Resorts. Hall 26 A No. 123 seluas 66 m2
memfasilitasi area promosi kopi, mixologist, dan Oculus Virtual Reality. Hall 26 C No.
303 seluas 48 m2 memfasilitasi industri pariwisata seperti Montigo Resorts Bali,
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, serta PATA Chapter
Indonesia.
Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 101 peserta pavilion Indonesia, masing-
masing peserta mendapatkan rata-rata 28 potensial appointment, rata-rata new
contact sebanyak 12 perusahaan, hasil penjualan rata-rata sebesar 4.000 pax,
perkiraan rata-rata transaksi masing-masing peserta sebesar USD 375.605, dan
perkiraan penerimaan devisa yang diperoleh dari ITB Berlin 2016 sebesar Rp. 6,5
Trilyun (meningkat sekitar 54% dari tahun 2015, sebesar Rp. 4,2 Trilyun) dari biaya
investasi sebesar Rp. 24 Miliar.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


111
2016
Internationale Tourismus - Börse) ITB Berlin

Dibandingkan dengan potensi transaksi tahun sebelumnya, potensi tahun ini


mengalami kenaikan 54%, namun rata-rata appointment dan jumlah penjualan, rata-
rata tahun ini lebih rendah dari tahun lalu (2015: 34 appointment dan 8.278 pax;
2016: 28 appointment dan 4.000 pax). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas buyers
tahun ini lebih baik/loyal dari tahun sebelumnya. Adapun revenue transaksi lebih
besar, dipengaruhi oleh meningkatnya kurs dollar terhadap rupiah.

PROMOSI WONDERFUL INDONESIA DI ANHUI


Hefei, Tiongkok
16 April 2016
Launching Restoran Wonderful Indonesia dilaksanakan pada 16 April 2016 oleh
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Restoran yang terletak di No. 311 Jinzhai
Road Shushan District, Hefei. Acara launching dimeriahkan dengan sejumlah tarian
khas nusantara dan penampilan penyanyi solo muda berbakat Indonesia Suryani Cia
yang salah satunya menyanyikan lagu berjudul Bengawan Solo.
Restoran Wonderful Indonesia untuk pertama kali dibuka di Kota Hefei, Anhui,
sebagai kawasan padat penduduk sehingga dianggap kantong pasar yang potensial.
Provinsi Anhui merupakan segmen pasar yang sangat potensial dengan jumlah
penduduk total mencapai 80 juta jiwa sementara 8 juta di antaranya bermukim di
Ibukota Hefei.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


112
2016
Gambar 3.32 Promosi Wonderful Indonesia Di Anhui

Wonderful Indonesia Night: Acara Wonderful Indonesia Night merupakan kolaborasi


penampilan budaya rakyat Indonesia dan Tiongkok The Grand Theatre of Anhui atau
Anhui Da Ju Yuan yang terletak di pusat Kota Hefei, 17 April 2016. Acara ini dihadiri
sebanyak 1.600 orang yang sebagian besar masyarakat Kota Hefei di Provinsi Anhui,
Tiongkok, diaspora Indonesia termasuk mahasiswa Indonesia di Tiongkok, dan
sejumlah pejabat dari Provinsi Anhui.

Promosi Wonderful Indonesia Di Anhui

Delegasi yang dipimpin Menteri Pariwisata Arief Yahya menjajaki peningkatan kerja
sama dengan Ctrip untuk menjaring lebih banyak wisatawan asal Tiongkok ke
Indonesia. Pada kesempatan itu Ctrip menawarkan sejumlah skema kerja sama untuk
mendatangkan 500.000 wisman Tiongkok ke Indonesia. Ctrip di antaranya
menawarkan sejumlah paket wisata kepada masyarakat di Tiongkok berikut promosi
yang melibatkan merchant-merchant rekanannya agar bisa menarik lebih banyak
wisman Tiongkok ke Indonesia.
Menteri Arief Yahya setelah mempertimbangkan berbagai hal kemudian menyepakati
bahwa kerja sama dengan OTP terbesar di Tiongkok itu merupakan sesuatu yang

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


113
2016
tidak bisa dielakkan untuk menuju tercapainya target 2,1 juta wisman Tiongkok
tahun ini. Oleh karena itu, kerja sama dengan Ctrip akan segera direalisasikan dan
ditindaklanjuti dalam waktu dekat.

ARABIAN TRAVEL MARKET (ATM) 2016


Dubai, Uni Emirat Arab
25 s.d 28 April 2016

Arabian Travel Market (ATM) merupakan sebuah kegiatan pameran Business to


Business (B2B) tahunan yang diselenggarakan selama empat hari oleh Reed
Exhibitions. Kegiatan ATM dikunjungi 28.423 visitor. Pada penyelenggaraan tahun ini,
tidak kurang dari 3.325 peserta baik pemerintah maupun industri pariwisata dari
berbagai negara menampilkan beragam destinasi unggulannya, termasuk penampilan
kebudayaan, kuliner, maupun penawaran travel give away di masing-masing paviliun.
Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kamboja adalah beberapa wakil
dari Asia Tenggara yang berpartisipasi pada kegiatan ATM tahun ini.

Gambar 3.33 Promosi Wonderful Indonesia di Arabian Travel Market (ATM)

Seperti kegiatan travel show B2B lainnya, kegiatan ATM berfokus pada B2B, di mana
hanya para industri pelaku pariwisata yang diberikan kesempatan untuk bertemu
dengan perwakilan industri pariwisata lainnya dari berbagai negara untuk
berkomunikasi dan membuka peluang untuk dapat bekerja sama. Walaupun
demikian, pameran juga dibuka untuk umum dapat mengunjungi.
Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 52 peserta paviliun Indonesia, masing-
masing peserta mendapatkan rata-rata 44 potensial appointment, dan perkiraan
penerimaan devisa yang diperoleh dari ATM Dubai 2016 sebesar Rp. 783.1 milyar

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


114
2016
(meningkat sekitar 134.7% dari tahun 2015 sebesar Rp. 333.6 milyar), dan biaya
investasi sebesar Rp. 9.96 Miliar.

Promosi Wonderful Indonesia di Arabian Travel Market (ATM)

Dibandingkan dengan potensi transaksi tahun sebelumnya, potensi tahun ini


mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat yaitu 134.7%. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas buyers tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Adapun revenue
transaksi lebih besar, dipengaruhi oleh meningkatnya kurs dollar terhadap rupiah.
Berdasarkan arahan Bapak Menteri, untuk partisipasi pada kegiatan ATM Dubai
2017, luas lahan agar ditambah menjadi 400 m2 seperti paviliun Malaysia dan untuk
ini kami telah menandatangani pemesanan paviliun untuk tahun depan.

PACIFIC TRAVEL ASSOCIATO (PATA) TRAVEL MART 2016


Indonesia Convention and Exhibition (ICE) 2016
7 s.d 9 September 2016

Gambar 3.34 Promosi Wonderful Indonesia Di Pacific Travel Associato (Pata) Travel Mart

Pacific Travel Associato merupakan asosiasi yang beranggotakan pelaku industri


pariwisata dan National Tourism Office (NTO dari kawasan Asia dan Pasifik dari 60
negara. PATA Travel Mart merupakan pameran yang bersifat Business to Business (B
to B) yang termasuk dalam 5 besar bursa parwisata terbesar di dunia setelah ITB
Berlin, WTM London, ATM Dubai, ITB Asia.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


115
2016
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah (host) Pacific Travel Associato (PATA) Travel
Mart 2016 yang ke-39 pada pada saat PATA Travel Mart 2015 di Bangalore.
Sebelumnya Indonesia telah menjadi tuan rumah PATA Travel Mart, yaitu: 1985 di
Bali, 1989 di Bali, 1991 di Bali, dan 2007 di Bali (sumber:PATA HQ). PaATA Travel
Mart (PTM) dihadiri oleh 1000 pelaku industri pariwisata dari 60 negara.
PATA Travel Mart dihadiri oleh 262 buyers dari 56 negara dan 219 seller serts 416
delegasi dari 35 negara. Kegiatan ini diliput oleh 65 media dari 15 negara dan 12
blogger mancanegara. Dari Indonesia sendiri akan da 50 sellers yang akan
perpatisipasi, yang bergerak dibidang travel agent, inbound tour operator, hotel and
resort, Dinas Pariwisata Daerah, obyek wiasata, operator golf, dive, spa, cruise
operator, car rental, airport management, tarvel portal, dan lain-lain. Untuk jumlah
Pax yang terjual sebanyak 2.500 pax. Devisa bagi Indonesia (1,1 Triliun) : 50 X 30 x 50
x 1,100 USD x Rp. 13.200 = USD 82,5 juta (atau setara dengan Rp. 1,1 Triliun) serta
News Value untuk media (65 media + 12 blogger = 77 media x 660 juta x 3 hari (tgl 7,
8, 9 September) = 152.460.000.000 (152,5 Triliun).

Promosi Wonderful Indonesia Di Pacific Travel Associato (Pata) Travel Mart

Peran Indonesia sebagai tuan rumah memberikan beberpa benefit diantaranya


pemfasilitasian industri pariwisata Indonesia dapat bertemu dengan buyes (pembeli
berkualitas di bidang industri pariwisata), mengangkat citra dan reputasi pariwisata
Indonesia di ata internasional, membangun network antara pelaku bisnis pariwisata
di Indonesia dengan pelaku bisnis anggota PATA.
JATA TOURISM EXPO (JTE) 2016
Tokyo Big Sight East Hall
23 – 25 September 2016
Pameran JTE adalah bursa pariwisat ainternasional tahuna nterbesar di
JepangbersifatB to B (Business to Business) dan B to C (Business to Consumer) show

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


116
2016
yang dilaksanakan di Tokyo Big Sight East Hall 1,2,3,4 dan 5, Tokyo, Jepang.Tahun ini
merupakan yang ke 39 kalinya JTE dilaksanakan. JTE 2016 diikuti oleh 1.161 buyers
dan sellers dari 140 negara dengan 1.129 booths, dan dikunjungi oleh 185.800
pengunjung. Kegiatan berlangsung selama 3 (tiga) hari (23 – 25 September 2016),
mulai pukul 10.00 – 18.00 waktu setempat. Kementerian Pariwisata memfasilitasi
sewa lahan seluas 180 m² (20 booths) bertempat di East Hall 1, nomor A-24. Desain
pavilion menggunakanperahu Phinisi sebagai Icon dan menampilkan image destinasi
Indonesia yang diminati pasar Jepang antara lain Borobudur dan Bali.

Gambar 3.35 Promosi Wonderful Indonesia di Tokyo Big Sight East Hall, Jata Tourism Expo
(Jte)
Partisipasi Indonesia kali ini yaitu menjadi sponsorship berupapendistribusian
Forum Bag dengan logo Wonderful Indonesia yang disistribusikan pada saat opening
ceremony kepada 2.100 participants. Industri Pariwisata Indonesia yang
tergabungdalam pavilion Indonesia berjumlah36 Peserta, yang berasaldari Bali,
Banten, Surabaya, Jakarta, Gorontalo, Yogyakarta, terdiridari Hotel(16 industri),
Travel Agent/Tour Operator (12 industri), DMO (3industri), Airlines (2 Airlines,
Garuda Indonesia dan Air Asia), dan Dinas Pariwisata daerah (3 dispar). Di samping
itu, ada beberapa industri pariwisata Indonesia yang menyewa booth tersendiri di
luar pavilion Kementerian Pariwisata, yaitu: Bali-Tours.com dan Adventure Indonesia

Promosi Wonderful Indonesia di Jata Tourism Expo (JTE)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


117
2016
Keluaran yang dihasilkan dari partisipasi pada kegiatan JTE 2016 adalah brand
awareness “Wonderful Indonesia” dan pencapaian nilai transaksi yang
menguntungkan. Berdasarkan questionnaire yang dibagikan kepada para peserta
industri, adapun perkiraan transaksi yang diperoleh selama kegiatan JTE berlangsung
adalah 4.928 orang, dengan potensial transaksi sebesar Rp. 20,2 Milyar. Berdasarkan
masukan dari industri peserta, efektifitas dan hasil kegiatan JTE 2016 umumnya
dianggap sangat baik. Keikutsertaan pada Business Meeting sebelum pameran B to C,
sanga penting untuk mendapatkan potensi bisnis serta networking maintenance.

ITB ASIA 2016


Marina Bay Sands, Singapura
19 s.d 21 Oktober 2016
Pembukaan ITB Asia 2016 dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016. Pembukaan
dimulai dengan Opening Keynote oleh David Peller, Director of Strategic Partnerships
- Asia Pacific, Booking.com & Jenn Villalobos, Head of Hotel and Airline Suppliers,
Google pada Pukul 09.00 waktu setempat. Acara dilanjutkandengan Meet & Greet
Session with Mr S. Iswaran, Minister, Prime Minister’s Office, Second Minister for
Home Affairs & Second Minister for Trade & Industry..

Gambar 3.36 Promosi Wonderful Indonesia di Marina Bay Sands, Singapura – ITB Asia

Sebagai exhibitor di ITB Asia 2016, Kemenpar mendapatkan 1 (satu) slot Destination
Show case pada tanggal 19 Oktober 2016 pukul 13.00-13.30 di Presentation Hub,
Marina Bay Sands. Ketua Tim Percepatan Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata
Prioritas pada kesempatan ini mengisi slot tersebut dan memaparkan potensi dan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


118
2016
promosi pariwisata Indonesia pada Destination Showcase dengantema “Tresures of
Archipelago: Exploring 10 New Destination Beyond Bali”.
Halal in Travel – Asia Summit 2016, Pada penyelenggaraan tahun ini, ITB Asia
menjalin kerjasama dengan Crescenrating, otoritas wisata halal terkemuka di dunia.
Crescenrating menjadi tuan rumah Halal in Travel - Asia Summit 2016 yaitu
konferensi dan workshop untuk berbagi wawasan mengenai wisata halal. Pada
kesempatan kali ini Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal,
diundangsebagai salah satu panelissesi 1 dengan tema National Strategies on
Developing Halal Tourismyang dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2016 pukul
14.00 – 14.45 di Level 3, Marina Bay Sands. Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner yang
dibagikan kepada 90 industri, selama 3 hari B to B di pavilion Indonesia telah terjadi
1.578 appointment dengan jumlah 71.553 pax, potential transaksi USD20,15Juta
(IDR262 Miliar dgn kurs 13.000).

Promosi Wonderful Indonesia di Marina Bay Sands, Singapura – ITB Asia

Partisipasi pada ITB Asia 2016 sampai dengan berakhirnya pameran berjalan dengan
lancar dan sukses. Pavilion Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan dengan
exhibitor lainnya termasuk Singapura sebagai tuan rumah dan Finlandia sebagai
Official Country Partner. Luasnya lahan yang disewa Kemenpar merupakan
tindaklanjut dari arahan Menteri untuk menyatukan industri Indonesia dalam satu
pavilion.
WORLD TRAVEL MARKET (WTM) 2016
ExCel London-Inggris
7 s.d 9 November 2016
Kementerian Pariwisata menyewa lahan seluas 383.5 m2, booth No. AS600,
berbentuk empat sisi terbuka (island), terletak tepat di depan pintu masuk S10, dan
bersebelahan dengan booth Filipina. Konstruksi paviliun Indonesia dibuat 2 (dua)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


119
2016
lantai, dengan bangunan di lantai 2 seluas 50 m2. Lantai dasar dimanfaatkan untuk
memfasilitasi 53 meja bisnis bagi 24 travel agent/tour operator dan 38 hotel/resort
dari Indonesia, 1 (satu) information counter yang digunakan oleh Kementerian
Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Perum Perhutani, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sulawesi Tenggara, dan ASITA, serta 1 (satu) counter khusus Garuda Indonesia.
Lantai 2 (dua) paviliun Indonesia dimanfaatkan untuk VIP lounge dan meeting room.

Gambar 3.37 Promosi Wonderful Indonesia Di Excel London-Inggris - World Travel Market
(Wtm)
Pemutaran video Wonderful Indonesia di Boulevard Screen ExCel London (double
sided), dan di West Podium Digital di West Entrance ExCel London. Pemasangan
image Wonderful Indonesia di S10 Hall Entrance sebesar 12x4 m2 dan Boulevard 96-
5 sebesar 12x3 m2. Pemasangan image Wonderful Indonesia di WTM Publications
Preview, Business Magazine, 1 (satu) halaman advert di Catalogue, Catalogue
Bookmark, Route Planner, Review, dan Online Advertisers Guide; Dari total 50
perusahaan yang berpartisipasi pada WTM London 2016, masing-masing peserta
mendapatkan rata-rata 30 potensial appointment, rata-rata new contac sebanyak 18
perusahaan, hasil penjualan rata-rata sebesar 2.132 pax, dan perkiraan rata-rata
transaksi masing-masing peserta sebesar USD 1.316.391,28. Mengingat World Travel
Market merupakan pameran pariwisata Internasional, sehingga untuk menghitung
ekspektasi penerimaan devisa menggunakan expenditure per visit 2015 sebesar USD
1.208,79. Ekspektasi penerimaan devisa yang dihasilkan sebesar Rp. 2,1 Trilyun.

Promosi Wonderful Indonesia Di Excel London-Inggris - World Travel Market (Wtm)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


120
2016
Partisipasi Indonesia pada WTM London 2016, dinilai sangat efektif bagi promosi
pariwisata Indonesia karena terdapat peningkatan jumlah perkiraan transaksi yang
dihasilkan industri pariwisata selama berlangsungnya WTM London 2016 sebesar
43% dibandingkan tahun sebelumnya. Promosi branding Wonderful Indonesia
menjamur hampir di seluruh kota London melalui pemasangan image dan logo
Wonderful Indonesia di 400 taxi, serta feature, image, dan logo Wonderful Indonesia
yang dipasang di official media WTM London seperti TTG Daily News, WTM Preview,
WTM Review, WTM Route Planner, Business Magazine, Catalogue, Catalogue
Bookmark, dan pemutaran video Wonderful Indonesia di beberapa titik strategis di
ExCel London.

DIVING EQUIPMENT & MARKETING ASSOCIATION (DEMA) SHOW 2016


Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat
16 s.d 19 November 2016
DEMA Show merupakan Pameran International tahunan untuk industri selam,
olahraga air, dan industri perjalanan sekaligusm enjadi ajang reuni yang sangat
dinantikan para divers dan instruktur divers dari seluruh dunia.Pameranini dihadiri
oleh 616 peserta pameran yang terdiri dari 34 National Tourism Organization, 250
penyedia perlengkapan selam, 190 dive operators, 120 liveaboard dan resorts, 12
media cetak/elektronik dan 10 sekolah/sertifikasi selam, yang merupakan
perusahaan – perusahaan terkemuka dalam penyediaan perlengkapa nmenyelam,
daerah-daerah tujuan wisata, pakaian olahraga air serta pelayanan terkait olahraga
menyelam.

Gambar 3.43 Promosi Wonderful Indonesia Di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat

DEMA juga menjadi sponsor seminar yang memiliki keterkaitan dengan isu-isu
industridan ekonomi terkini terkait dunia selam (diving). DEMA Show juga dihadiri

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


121
2016
oleh agen-agen pelatihan menyelam dan para exhibitor yang mensponsori seminar-
seminar. DEMA Award Party, salah satu kegiatan yang diyakini menjadi salah satu
kegiatan yang wajib untuk dihadiri tahun ini karena merupakan ajang jejaring bagi
berbagai pihak premier industry. Terdapat juga IRC (Image Resource Center),
merupakan area exclusive yang khusus menyajikan berbagai informasi terkait
dengan aktivitas fotografi.

Promosi Wonderful Indonesia Di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat


(Wtm)
Secara umum, berdasarkan kuesioner kepada pengunjung Paviliun Indonesia yang
berusia antara 40-50 tahun terkait kegiatan DEMA Show 2016 adalah sebagai berikut:
43% pengunjung mengatakan bahwa mereka pernah berkunjung ke Indonesia dan
57% belum pernah; 70% pengunjung menyatakan antusiasme untuk mengunjungi
Indonesia khususnya yang gemar diving, danmelihatkebudayaan Indonesia, 30%
yang belum pernah ke Indonesia menyatakan minatnya untuk berkunjung; 80%
pengunjung mengatakan bahwa atraksi bahari yang dimiliki Indonesia sangat bagus
dan 20% lainnya mengatakan bagus; 70% pengunjung mengatakan bahwa paviliun
Indonesia secara keseluruhan sangat bagus, dan 30% Biasa saja. Sehingga secara
keseluruhan kami simpulkan bahwa keikutsertaan Indonesia pada DEMA Show
selanjutnya menjadi sebuah keharusan dan sebuah kesempatanuntuk
memperkenalkan serta mempromosikan kekayaan bahari Indonesia kepada para
pengunjung pameran yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat, Amerika Selatan
& Eropa.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


122
2016
CHINA INTERNATIONAL TRAVEL MART (CITM) 2016
Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai, Tiongkok
11-13 November 2016

Gambar 3.38 Promosi Wonderful Indonesia Di Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai,
Tiongkok
Pertemuan dengan CYTS yang merupakan BUMN terbesar di Tiongkok dalam bidang
pariwisata, yang membahas kerjasama investasi dan MOU peningkatan kunjungan
wisman 500.000 sampai dengan 1 juta oleh CYTS. Dari sisi industri pariwisata
Kementerian Pariwisata juga menyampaikan apresiasi dan terimakasih karena
hubungan antara pelaku pariwisata kedua negara semakin baik sejak Asosiasi Travel
Agents kedua negara bekerjasama untuk saling memberikan daftar travel agents yang
resmi dan legal.
Pada kesempatan ini Kemenpar menyampaikan terimakasih dan apresiasi atas
performansi wisman Tiongkok ke Indonesia yang mengalami peningkatan significant
dengan pertumbuhan diatas 20 persen periode Januari sampai dengan September
2016. Bahkan Tiongkok telah menjadi ranking 1 untuk jumlah kedatangan wisman ke
Indonesia pada periode dimaksud. Mengingat 75 % wisman yg datang ke Indonesia
melalui udara maka saat ini Kementerian Pariwisata melakukan upaya yang agresif
untuk meningkatkan konektivitas dengan mendorong banyak penerbangan asing
untuk terbang ke Indonesia. Oleh karena itu kami juga mendorong maskapai
penerbangan Tiongkok untuk terbang ke berbagai destinasi di Indonesia baik reguler
maupun charter. Untuk hal ini Kementerian Pariwisata siap untuk memfasilitasi dan
berkoordinasi dengan lembaga terkait.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


123
2016
Promosi Wonderful Indonesia Di Shanghai New International Expo Center (SNIEC), Shanghai, Tiongkok

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada para peserta, sebagai bahan
evaluasi, diperoleh informasi perkiraan transaksi selama kegiatan China International
Travel Mart 10.000 orang. Apabila dengan asumsi pengeluaran wisman China
perkunjungan sebesar US$ 1059 maka total devisa yang diharapkan adalah US$
10.590.000 atau Rp. 137.670.000.000 (dengan kurs US$ 1 = Rp.13.000). Jadi
ekspektasi devisa yang dihasilkan adalah sebesar Rp. 137 milyar. Berdasarkan
masukan dari industri peserta, efektifitas dan hasil kegiatan CITM 2016 umumnya
dianggap sangat baik, mengingat China masuk ke dalam Free Visa. Dari segi
penampilan pavilion, desain dan konstruksi pavilion Indonesia tahun ini sangat
menarik. Aktifitas di pavilion yang sangat beragam dan menarik, membuat pavilion
Indonesia banyak sekali dikunjungi pengunjung pameran.
PEMASANGAN BRANDING WONDERFUL INDONESIA DI PASAR FILIPINA

Gambar 3.39 Billboard, EDSA Corner Lion St, Mandaluyong City

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


124
2016
Gambar 3.40 Billboard, Pasig City, E. Rodriguez Jr. Gambar 3.41 Billboard, Madaluyong City, Robinson

Gambar 3.42 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia di Amsterdam-Belanda

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


125
2016
Schiphol Airport Schiphol Airport

Exhibition site Berlin

Exhibition site,
Subway Route U2, Berlin
Entrance North on the left and right side
Gambar 3.43 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia Di Pasar Jerman

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


126
2016
Maxi Tram - Malvern Depot (VIC) Mega Tram - Essendon Depot (VIC)

5 Car Maxi Tram - Brunswick Depot (VIC)


Billboard - 240 Kings Way, West Melbourne (VIC)
Gambar 3.44 Pemasangan Branding Wonderful Indonesia Di Pasar Australia

Kendala yang Dihadapi dan Upaya yang Akan Dilakukan


Meskipun kunjungan wisman terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya,
dibandingkan dengan kompetitor, posisi Indonesia masih tertinggal. Hal ini terlihat
pada grafik dibawah ini:

Grafik 3.8 Perbandingan Kunjungan Wisman Antara Indonesia dan Negara Kompetitor

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


127
2016
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa secara jumlah kunjungan, Indonesia masih
berada di atas Vietnam, namun kalah apabila dibandingkan dengan Singapura dan
Thailand. Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kunjungan wisman ke
Indonesia dibandingkan negara-negara kompetitor, misalnya:
1. Belum tercukupinya seat capacity untuk masuk ke Indonesia;
2. Aksesibilitas yang minim menuju beberapa destinasi-destinasi wisata di
Indonesia;
3. Kurangnya jalur distribusi yang dimiliki oleh industri-industri pariwisata
Indonesia dan;
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai di beberapa objek wisata.

Dengan demikian, diperlukan terobosan dan strategi yang lebih baik lagi dalam upaya
meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia. Adapun upaya yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Membuat perjanjian kerjasama dengan beberapa maskapai penerbangan
Internasional untuk menambah seat capacity dan frekuensi penerbangan dari
negara-negara pasar ke Indonesia;
2) Bekerja dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki
aksesibilitas ke destinasi-destinasi wisata di Indonesia;
3) Bekerja dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memperbaiki sarana dan
prasarana yang ada di destinasi-destinasi wisata di Indonesia; dan
4) Membuat perjanjian kerjasama dengan Wholeseller (Tour Operator / Travel
Agent) berskala internasional untuk memperbanyak paket-paket wisata ke
Indonesia serta bekerja sama dengan Tourism Exchange Indonesia (TXI) dalam
membuat market place digital sebagai tempat pelaku bisnis pariwisata dalam
memasarkan produk secara online.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


128
2016
6. MENING KAT NYA JUM LAH PE NERIM AAN DEVISA

MENINGKATNYA JUMLAH PENERIMAAN DEVISA


6

Jumlah penerimaan devisa dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran wisatawan


mancanegara di Indonesia. Dalam mengembangkan kepariwisataan nasional,
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diupayakan sejalan
dengan peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia,
sehingga penerimaan devisa negara dari kegiatan kepariwisataan pun meningkat.
Indikator keberhasilan sasaran, berikut target dan realisasinya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.39 Target dan realisasi Jumlah Penerimaan Devisa Tahun 2016
CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI
(%)
Meningkatnya jumlah penerimaan
9 172 176-184 106.97
devisa (Triliun Rp)
*angka estimasi
Berdasarkan data tersebut diatas, jumlah penerimaan devisa wisatawan
mancanegara melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp176-184 trilliun (13.8
miliar USD) atau pencapaian devisa sebesar 106.97% dari target yang ditetapkan
(Rp.172 triliun).
Tabel 3.40 Perbandingan Target Dan Realisasi Jumlah Penerimaan Devisa
Tahun 2014 - 2016
2016* 2015 2014
INDIKATOR
CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN
KINERJA UTAMA REALISASI REALISASI REALISASI
(%) (%) (%)
Meningkatnya 176-184 106,97 163 113,2 US$ 11,17 93,05
jumlah Atau miliar
penerimaan US$ 11,9
devisa (Triliun Rp) miliar
*angka estimasi

Bila dilihat perbandingan antara penerimaan devisa pariwisata dengan komoditi


ekspor lainnya dari tahun 2013-2016 adalah sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


129
2016
Tabel 3.41 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya
Tahun 2013 – 2016

2013 2014 2015 2016


No.
Jenis Nilai Juta Jenis Nilai Juta Jenis Nilai Juta Jenis
Nilai Juta US$
Komoditi US$ Komoditi US$ Komoditi US$ Komoditi

Minyak dan Minyak dan Minyak & Gas Minyak & Gas
1 32.633,2 30.318,8 18,574.4 10,752.2
Gas Bumi Gas Bumi Bumi Bumi
Minyak Minyak Kelapa
2 Batu Bara 24.501,4 Batu Bara 20.819,3 16,427.0 12,136.1
Kelapa Sawit Sawit
Minyak Minyak
3
Kelapa Sawit
15.839,1
Kelapa Sawit
17.464,9 Batu Bara 14,717.9 Pariwisata* 10,134.8

4 Pariwisata 10.054,1 Pariwisata 11.166,1 Pariwisata 12,225.9 Batu bara 10,101.9

5 Karet Olahan 9.316,6 Pakaian Jadi 7.450,9 Pakaian Jadi 6,410.9 Pakaian Jadi 5,118.6
Barang
Peralatan perhiasan dan
6 Pakaian Jadi 7.501,0 Karet Olahan 7.021,7 4,510.4 3,854.3
Listrik barang
berharga
Makanan Peralatan
7 Alat Listrik 6,418,6 6.486,8 Karet Remah 3,564.1 3,784.2
Olahan Listrik
Kertas dan
Makanan
8 5.434,8 Alat Listrik 6.259,1 Barang dari 3,546.3 Bahan Kimia 2,934.6
Olahan
Kertas
Barang
Kertas dan
perhiasan dan
9 Tekstil 5.293,6 Tekstil 5.379,7 3,319.9 Barang dari 2,775.8
barang
Kertas
berharga
Kertas dan
Kayu Olahan
10 Barang dari 3.802,2 3.914,1 Bahan Kimia 3,174.0 Karet Remah 2,591.5
Kertas

11 Kayu Olahan 3.514,5 Bahan Kimia 3.853,7 Benang Pintal 1,927.6 Benang Pintal 1,558.7
Kertas dan
Furnitur dan Furnitur dan
12 Bahan Kimia 3.501,6 Barang dari 3.780,0 1,352.2 1,055.6
kayu kayu
kertas
Sumber : Litbangjakpar & BPS

Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor:


a. Selisih Nilai Tukar Mata Uang Asing
Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah
yang akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing
tersebut turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara.
Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2016
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


130
2016
Tabel 3.42 Nilai Tukar Mata Uang tahun 2016

Mata Tahun 2016


Uang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1 AUD 9,737.58 9,638.48 9,879.97 10,099.89 9,816.98 9,874.64 9,875.06 10,035.97 9,958.90 9,918.87 10,031.91 9,850.03

1 BND 9,691.04 9,611.28 9,602.18 9,760.60 9,792.68 9,852.81 9,706.26 9,768.51 9,650.98 9,411.15 9,439.15 9,343.35

1 CAD 9,766.59 9,787.01 9,969.36 10,265.78 10,377.37 10,354.66 10,051.36 10,124.45 10,025.03 9,835.58 9,900.33 10,044.46

1 CHF 13,803.32 13,614.52 13,430.53 13,673.39 13,706.17 13,766.20 13,334.88 13,554.10 13,465.48 13,194.95 13,377.68 13,160.30

1 CNY 2,119.61 2,069.41 2,028.03 2,035.38 2,055.20 2,028.20 1,964.67 1,979.89 1,966.07 1,934.72 1,946.60 1,939.49

1 DKK 2,022.23 2,010.35 1,967.37 2,007.83 2,038.41 2,017.70 1,949.62 1,982.12 1,974.30 1,930.20 1,933.25 1,902.90

1 EUR 15,090.66 15,003.83 14,670.96 14,944.21 15,162.55 15,006.06 14,502.32 14,748.35 14,703.53 14,360.88 14,385.22 14,150.01

1 GBP 20,017.13 19,340.79 18,773.46 18,849.45 19,508.19 18,993.27 17,310.15 17,266.27 17,257.86 16,084.19 16,540.42 16,738.90

1 HKD 1,785.37 1,736.72 1,699.73 1,699.19 1,728.54 1,720.54 1,691.35 1,697.42 1,691.31 1,678.12 1,716.14 1,729.34

100 JPY 11,760.71 11,780.30 11,678.64 12,012.21 12,312.91 12,652.69 12,530.94 12,989.37 12,874.52 12,549.74 12,328.41 11,570.41

1 KRW 11.54 11.10 11.13 11.49 11.43 11.43 11.52 11.84 11.83 11.56 11.45 11.32

1 KWD 45,679.01 45,036.71 43,812.49 43,687.93 44,499.53 44,293.89 43,400.69 43,657.42 43,500.72 43,028.36 43,823.13 43,905.51

1 MYR 3,197.30 3,231.01 3,238.16 3,379.43 3,318.64 3,271.04 3,264.59 3,266.96 3,191.88 3,118.30 3,072.75 3,006.98

1 NOK 1,573.94 1,570.95 1,555.19 1,601.71 1,630.67 1,607.20 1,547.49 1,583.51 1,597.31 1,596.34 1,582.71 1,567.02

1 NZD 9,074.69 8,957.36 8,879.54 9,080.23 9,122.93 9,381.46 9,329.24 9,514.33 9,590.31 9,321.60 9,521.30 9,440.72

1 PGK 4,611.55 4,442.51 4,310.19 4,239.84 4,271.78 4,291.82 4,149.14 4,163.70 4,139.76 4,108.28 4,197.78 4,230.48

1 PHP 292.13 283.69 282.99 284.55 286.93 287.31 278.64 282.10 276.19 269.17 270.56 269.52

1 SAR 3,701.98 3,603.83 3,517.90 3,514.37 3,578.00 3,561.03 3,497.90 3,510.44 3,497.33 3,470.40 3,548.89 3,577.17

1 SEK 1,626.37 1,595.41 1,579.75 1,622.08 1,631.43 1,609.42 1,530.58 1,553.40 1,537.06 1,480.38 1,459.34 1,456.75

1 SGD 9,691.04 9,611.28 9,602.18 9,760.60 9,792.68 9,852.81 9,706.26 9,768.51 9,650.98 9,411.15 9,439.15 9,343.35

1 THB 384.07 379.51 374.59 375.53 378.79 378.20 374.38 379.03 377.78 371.36 376.83 374.92

1 USD 13,889.05 13,515.70 13,193.14 13,179.86 13,419.65 13,355.05 13,118.82 13,165.00 13,118.24 13,017.24 13,310.50 13,417.67

Sumber : Bank Indonesia

b. Jumlah wisatawan mancanegara


Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang
mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa
wisatawan mancanegara.
Tabel 3.43 Jumlah Wisatawan Mancanegara
TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN (juta)
2012 8,04
2013 8,80
2014 9,44
2015 10,41
2016 12,02

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


131
2016
c. Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara
Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap
jumlah devisa yang diterima oleh negara. Rata-rata pengeluaran wisatawan
mancanegara pada tahun 2016 adalah sebesar 131,64 USD per hari atau
sebesar 1.103,81 USD per kunjungan.

Tabel 3.44 Rata-rata Pengeluaran Per Orang ( Wisatawan Mancanegara)


Rata-Rata Pengeluaran Per Orang (USD)
Tahun
Per Hari Per Kunjungan
2012 147,22 1.133,81
2013 149,31 1.142,24
2014 154,42 1.183,43
2015 141,65 1.208,79
2016 131,64 1.103,81

Tabel 3.45 Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dengan


Penerimaan Devisa
Jumlah Wisatawan Jumlah Penerimaan Devisa
Tahun
Mancanegara (Juta) (Miliar Usd)
2012 8,04 9,12
2013 8,80 10,05
2014 9,44 11,17
2015 10,41 12,23
2016 12,02 12,34(1)
1) Data sementara devisa wisman (diluar wisman Mobile Positioning Data)

d. Lama tinggal wisatawan mancanagera


Semakin lama wisatawan mancanegara tinggal di Indonesia, semakin besar
pula devisa yang dihasilkan oleh negara. Untuk tahun 2016 rata-rata lama tinggal
wisatawan mancanegara adalah sebanyak 8.39 hari, hal ini tidak mengalami
peningkatan atau penurunan dari tahun sebelumnya.

Tabel 3.46 Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 2012 – 2016


Tahun Rata-Rata Lama Tinggal (hari)
2012 7,70
2013 7,65
2014 7,66
2015 8,53
2016 8,39
7.
8. MENING KAT NYA JUM LAH PE RJALANAN WISATAWAN (WI SNUS MENING KAT NYA JUM LAH PE RJALANAN WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS )

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


132
2016
MENINGKATNYA JUMLAH PERJALANAN WISATAWAN
7
NUSANTARA (WISNUS)

Jumlah perjalanan wisatawan nusantara sangat berpengaruh terhadap potensi


pendapatan negara dan penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat setempat dimana
destinasi berada. Wisatawan Nusantara adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 (enam)
bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji),
serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria :
1. Mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial tidak memandang
apakah menginap atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial ataupun
perjalanannya lebih kurang dari 100 km (PP);
2. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi
menginap di hotel /penginapan komersial, walaupun jarak perjalanannya kurang
dari 100 km (PP);
3. Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial tetapi
menginap di hotel dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi
jarak perjalanannya lebih dari 100 km.

Data jumlah wisatawan nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul
Perjalanan) yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS. Data hasil survei
ini kemudian diolah dan dipublikasikan oleh BPS setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan
selang waktu perbedaan data adalah 3 (tiga) bulan sejak bulan publikasi yang
kemudian diolah kembali oleh Kementerian Pariwisata. Indikator keberhasilan dari
sasaran tersebut di atas, berikut target dan realisasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.47 Target dan Realisasi Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara Tahun 2016

NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)


10 Jumlah perjalanan wisatawan 260 263,6 101,4
nusantara (Juta Perjalanan)
Sumber : Litbangjakpar & BPS

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian dari indikator kinerja jumlah
perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) yang pada tahun 2016 ditargetkan sebesar

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


133
2016
260 juta perjalanan, telah melampaui target dengan mencapai 263,6 juta perjalanan
atau 101,4 %. Pencapaian ini didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan
nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah
baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan
semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara.

Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara

Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2016 ditargetkan


sebesar 260 juta perjalanan, telah melampaui target dengan capaian 263,68 juta
perjalanan atau 101,4% mengalami kenaikan sebesar 1,53% dibandingkan tahun
2015. Pencapaian tersebut didorong adanya beberapa liburan ganda dan liburan
nasional. Selain itu faktor lain yang mendukung adalah munculnya kelas menengah
baru, pertumbuhan telekomunikasi yang cukup pesat serta teknologi informasi, dan
semakin banyaknya konektivitas penghubung antar pulau melalui angkutan udara.
Perkembangan capaian indikator Jumlah perjalanan wisatawan nusantara,
dibandingkan dengan Realisasi dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun 2014-
2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel.3.48 Angka Pertumbuhan Perjalanan Wisatawan Nusantara
JUMLAH
TARGET PERJALANAN WISNUS
TAHUN PERJALANAN +/- (%)
(JUTA)
WISNUS(JUTA)
2014 250,00 251,20 0.46%
2015 255,00 255,05 1,53%
2016 260.00 263,68 3,38%
Sumber : Litbangjakpar dan BPS

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


134
2016
Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 Jumlah
perjalanan wisatawan nusantara selalu mengalami peningkatan, peningkatan
terendah berada pada tahun 2014 sebesar 0,46%, sedangkan peningkatan tertinggi
pada tahun 2016 sebesar 3,38%.

Grafik 3.9 Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara

Jumlah sebaran wisatawan nusantara berdasarkan lokasi dapat diketahui hingga level
provinsi. Provinsi dengan jumlah wisatawan tertinggi berturut-turut adalah Jawa
Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta. Keempat provinsi ini terletak di pulau
Jawa, dan merupakan pusat aktivitas serta relatif berkembang dengan baik. Jawa
Tengah dan Jawa Barat merupakan pusat budaya di pulau Jawa, sedangkan Jakarta
dan Jawa Timur adalah pusat bisnis di Indonesia. Indonesia memiliki potensi untuk
mampu melaksanakan diversifikasi tujuan wisata, mengingat potensi wisata yang
dimiliki di berbagai provinsi di Indonesia. Performansi pasar wisatawan nusantara
berdasarkan data provinsi asal adalah sebagai berikut:

Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


135
2016
Tabel dan grafik di atas menggambarkan performansi pasar wisatawan nusantara
pada tahun 2016 yang berdasarkan pada data provinsi asal. Data di atas
menggambarkan bahwa 10 besar provinsi yang teratas adalah Jawa Timur, Jawa
Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Lampung, dan Banten. Provinsi tersebut merupakan daerah asal yang paling banyak
mengunjungi tujuan-tujuan wisata atau objek wisata.
Berdasarkan informasi dari hasil Kajian Data Pasar Wisatawan Nusantara Tahun
2016 ini, diketahui bahwa jumlah perjalanan penduduk Indonesia yang bertujuan ke
Provinsi Jawa Timur merupakan yang tertinggi hingga mencapai sekitar 17,22 persen.
Kemudian diikuti oleh wisatawan nusantara yang bertujuan mengunjungi wilayah-
wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang masing-masing sekitar 16,21 persen
dan 14,91 persen. Kondisi tersebut hampir sama dengan pola yang terjadi menurut
daerah asal, dimana Pulau Jawa sangat mendominasi. Provinsi di luar Pulau Jawa
yang menjadi tujuan favorit wisatawan nusantara adalah Provinsi Bali yang mencapai
sekitar 4,05 persen dari seluruh perjalanan yang dilakukan oleh wisnus di Indonesia.
Kemudian disusul oleh wisatawan dengan tujuan wilayah-wilayah di Provinsi
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Lampung yang masing-masing sekitar 3,86
persen; 3,77 persen; dan 2,67 persen.
Jumlah perjalanan dan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara setiap tahunnya
akan mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata Nasional
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.49 Perbandingan Pendapatan PDB 2012 – 2016
PDB Pariwisata (miliar Rp)
No. Sektor
2012 2013 2014*) 2015*) 2016**)
1. Pertanian 32.512,3 36.391,1 47.423,6 56.669,7 56.601,69
2. Pertambangan & 16.347,0 18.304,8 20.126,8 23.055,5 24.022,03
Penggalian
3. Industri 84.191.0 94.091,1 101.532,4 116.260,8 121.182,40
4. Listrik, gas dan air 1.930,3 2.119,3 3.240,1 3.594,4 3.867,17
5. Konstruksi 35.369,3 37.020,7 39.994,7 44.629,3 47.735,05
6. Perdagangan 19.640,6 21.671,8 30.945,7 35.658,7 36.934,75
7. Restoran 24.904,6 26.375,7 30.304,5 979,1 36.169,46
8. Hotel 30.023,3 36.894,3 51.207,8 18.832,0 61.118,26
9. Angkutan Darat 21.898,1 25.417,4 16.866,7 20.474,7 20.130,98

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


136
2016
PDB Pariwisata (miliar Rp)
No. Sektor
2012 2013 2014*) 2015*) 2016**)
10. Angkutan Air 3.142,6 2.021,5 1.793,1 8.994,1 2.140,13
11. Angkutan Udara 14.529,9 17.502,6 21.520,9 59.085,4 25.685,93
12. Jasa Penunjang 6.090,3 6.891,5 9.329,2 38.219,8 11.134,72
Angkutan
13. Komunikasi 7.202,6 7.743,3 12.077,4 13.575,5 14.414,79
14. Jasa Lainnya 28.458,5 32.579,8 32.719,7 36.455,3 39.052,08
Total 326.240,7 365.025,0 419.082,5 476.484,4 500.189,3
PDB Nasional Harga 8.241,86 9.083,97 10.302,34 11.045,78 12.406,81
Berlaku (Triliun Rp)
Persentase kontribusi 3,96% 4,02% 4,07% 4,31% 4,03%

PDB Pariwisata yang dihasilkan dari pariwisata nasional mengalami peningkatan


yang cukup signifikan tiap tahunnya. Pada tahun 2014 pariwisata menghasilkan PDB
394,52 triliun rupiah, di tahun 2015 sebesar 461,36 triliun rupiah dan pada tahun
2016 PDB yang dihasilkan adalah 500,19 triliun rupiah. Peningkatan angka pada
tahun 2015 dan tahun 2016 terdapat kenaikan sebesar 38,83% dari tahun
sebelumnya.

Pencapaian pada sasaran ini di dorong oleh beberapa faktor di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Timing promosi pada saat liburan ganda dan liburan nasional
Adanya libur nasional merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya
peningkatan wisatawan nusantara. Seiring dengan banyaknya libur nasional dan
dengan adanya kebijakan pemerintah dalam Surat keputusan Bersama
keputusan bersama menteri agama, menteri ketenagakerjaan, dan menteri
pendayagunaan aparatur dan reformasi birokrasi republik indonesia Nomor 150
tahun 2015 Nomor 2/SKB/Men/VI/2015 Nomor 01 tahun 2015 Tentang Hari
libur nasional dan cuti bersama tahun 2016 yang mengakibatkan lonjakan
wisatawan nusantara yang tampak di bulan tertentu, misalnya saat libur Idul Fitri
di bulan Juli 2016. Sehingga strategi promosi yang dilaksanakan oleh Deputi
Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara memperhatikan kalendar dan Surat
Keputusan Bersama tersebut.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


137
2016
“TIMING PROMOSI”
KALENDER HARI LIBUR NUSANTARA TAHUN 2016

JUM
BLN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 HK HL
LAH
JAN 20 11 31
FEB 20 9 29
MAR 21 10 31
APR 21 9 30
MEI 21 10 31
JUN 22 8 30
JUL IF IF 19 12 31
AGU 22 9 31
SEP 21 9 30
OKT 21 10 31
NOP 22 8 30
DES Natal Natal 21 10 31
JUMLAH 251 115 366

LIBUR SEKOLAH :

1. LIBUR SEKOLAH SEMESTERAN DIPERKIRAKAN TANGGAL 21 DESEMBER 2015 – 2 JANUARI 2016


2. LIBUR KENAIKAN KELAS SELAMA 2 MINGGU DIPERKIRAKAN TANGGAL 27 JUNI – 9 JULI 2016
LIBUR GANDA
LIBUR NASIONAL BERTEPATAN WEEKEND (SABTU/MINGGU)
LIBUR NASIONAL
Libur Weekend

Keterangan : HK = Hari Kerja


HL = Hari Libur

Gambar 3.45 Kalendar Ganda Tahun 2016

Pada hari-hari biasa ataupun libur sabtu-minggu pergerakan wisatawan


nusantara 2016 tidak nampak peningkatannya, sedangkan pada hari libur
nasional atau hari libur ganda lonjakan pergerakan wisatawan nusantara yang
cukup significant.
Tumbuhnya masyarakat kelas menengah (middle class) baru akibat dari naiknya
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang menembus angka $3.000 sejak 2010
menjadi tantangan tersendiri bagi industri pariwisata nasional sebagai dampak
adanya peningkatan pertumbuhan pariwisata dan kesadaran masyarakat akan
nilai lebih untuk pengembangan destinasi pariwisata yang ada di daerah mereka
sendiri. Tetapi pada masa sekarang ini masih saja ditemukan kecenderungan
kelas menengah baru yang lebih memilih berwisata ke luar negeri, sehubungan
dengan transportasi yang lebih terjangkau dibandingkan jika bepergian ke
beberapa wilayah di Indonesia.
Faktor yang mendukung munculnya kelas menengah baru di Indonesia ditandai
dengan adanya peraturan liberalisasi dan deregulasi Indonesia mempunyai efek
yang signifikan pada sistemnya yaitu keuangan, perbankan dan produksi
membantu untuk stimulasi perubahan struktural dalam pekerjaan dan
menciptakan berbagai pekerjaan kelas menengah. Peningkatan dalam jenis-jenis

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


138
2016
pekerjaan menjadi faktor utama dalam kenaikan kelas menengah baru di
Indonesia, dan pertumbuhan kelas menengah adalah tujuan target
perkembangan ekonomi Indonesia.
Pola konsumsi dan gaya hidup orang-orang kelas menengah tersebut diutamakan
dalam majalah mingguan dan bulanan dan muncul dalam talk shows di TV:
profesional bankir muda diperlihatkan memakai jenis setelan ternama,
mengendarai mobil-mobil mahal, dan makan di restoran Italia, Perancis, dan
Jepang yang mewah. Para anggota kelas menengah yang baru akan diuji berdasar
konsumsi dan gaya hidup mereka sebagai indikator dari budaya kelas, yang
secara spesifik fokus pada kemunculan mereka dan pertumbuhannya di Jakarta
saat ini, terutama untuk pertumbuhan pariwisata nasional yang secara eksplisit
juga telah dijadikan nawacita dalam Pemerintahan saat ini.
Wacana luas dari sektor gaya hidup di Indonesia ditingkatkan melalui iklan
komersial, jurnalisme majalah fashion dan gaya hidup budaya internasional/luar.
Lebih penting lagi, bagaimanapun, adalah bahwa dalam kehidupan sehari-hari,
orang satu menilai orang lain dari masyarakat Indonesia dengan cara gaya hidup,
seperti hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan “style” berpakaian. Dalam
pengertian ini, keanggotaan kelas masyarakat Indonesia sangat dievaluasi
melalui pola konsumsi dan gaya hidup seseorang.
Demokratisasi di Indonesia dilihat sebagai middle class secara signifikan
berkembang berkat pertumbuhan ekonomi rezim yang cepat. Sehubungan hal
tersebut pertumbuhan pariwisata pun meningkat seiring dengan tumbuhnya
penduduk middle class. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang
dilakukan oleh Kementerian Pariwisata.
2. Strategi Pemasaran
Sehubungan dengan Strategi marketing (pemasaran) yang digunakan oleh
Kementerian Pariwisata pada umumnya dan Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Nusantara adalah untuk marketing strateginya
menggunakan Destinasi-Originasi-Timeline (DOT), untuk Strategi Promosi
menggunakan Branding-Advertising-Selling (BAS), Strategi Media menggunakan
Paid-Owned-Social+Endorser (POSE), dan untuk strategi waktu promosi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


139
2016
menggunakan Pre-On-Post (POP). Penjelasan masing-masing strategi dijabarkan
dalam penjelasan di bawah ini.
Destinasi-Originasi-Timeline (DOT)
Destinasi yang digunakan adalah produk-produk dari wisata alam, wisata bahari,
dan wisata buatan. Dilakukan beberapa upaya berkaitan dengan destinasi, yaitu :
selling melalui direct promotion (pendukungan event berskala nasional, voucher
wisata, dan incentive), diferensiasi melalui keunggulan dan keunikan setiap daya
tarik objek wisata dengan adanya program sadar wisata, dan juga upaya
marketing mix melalui 7P : Product (produk), Price (harga) Promotion (promosi),
Place (lokasi), Process (proses/pelayanan), Physical Evidence (lingkungan fisik).
Originasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : segmentasi dengan
pembagian pasar berdasarkan kekuatan ekonomi dan jumlah perjalan yang tinggi
(dijelaskan dalam tabel 3.26.). Timeline melalui branding Pesona Indonesia
sebagai identitas pariwisata nusantara, promosi yang dilakukan oleh
Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara dalam rangka
menggerakkan pasar wisata nusantara. Strategi ini memperhatikan kalender hari
libur nasional pada tahun 2016.

Gambar 3.46 Portofolio Strategi Pariwisata

Gambar di atas adalah portofolio produk strategi pariwisata Deputi Bidang


Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara dengan produknya adalah alam
(nature) dengan porsi 35 %, budaya (culture) porsi 69 %, dan buatan manusia
(man made) porsi 5 %.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


140
2016
Dalam pencapaian pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara, sangat
didukung oleh berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata
khususnya oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara
melalui kerangka strategi Pemasaran : Branding – Advertising – Selling (BAS)
dengan berbagai jalur media (POS+E = Paid Media, Owned media, Social media, +
Endorser). Di bawah ini adalah penjelasan dari kerangka strategi dimaksud :

KONSEP KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU

MARKETING PROMOTION MEDIA PROMOTION


STRATEGY STRATEGY STRATEGY TIMING Timing Promosi
Paling Penting

O B P P 1. International Event
2. Regional Event
: H-2 Bulan
: H-1 Bulan
3. Regional Event (Border) : H-1 Minggu

D A O O
Origin
Branding Paid Media Pre Event
Event
Based

T S S P
Destination Advertising On Event
Owned Media
Program
Based

Timeline Selling Social Media Post Event

E
+

Endorser

Gambar 3.47 Konsep Komunikasi Pemasaran Terpadu

Branding-Advertising-Selling (BAS)
Branding yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Nusantara adalah memperkenalkan Pesona Indonesia sebagai simbol dan konten
pariwisata pada daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan
nusantara. Advertising yang dimaksud dalam hal ini adalah memulai ketertarikan
tentang produk-produk atau objek daya tarik wisata (ODTW) pada daerah asal
wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara. Sedangkan untuk
Selling merupakan upaya Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Nusantara mulai mempromosikan produk yang berisi tentang insentif penjualan pada
daerah asal wisatawan nusantara dan daerah tujuan wisatawan nusantara.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


141
2016
BRANDING, ADVERTISING DAN SELLING BRANDING, ADVERTISING DAN SELLING

BRANDING
Origin
Destinasi Brand Awareness memperkenalkan PESONA INDONESIA sebagai
simbol dan sebagai konten Pariwisata pada Daerah Asal Wisnus Pasar (Market Alokasi Anggaran Alokasi Anggaran
[DAW] dan Daerah Tujuan Wisnus [DTW]. Area) (Semester I - 2016) (Semester II - 2016)
Timeline : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend)

ADVERTISING
Origin
Branding 30% 20%
Destinasi Mulai membuat ketertarikan tentang produk-produk atau ODTW
(Objek Daya Tarik Wisata) pada DAW dan DTW.
Timeline : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend)
Advertising 30% 30%

LET’S GO TO
RADJA
SELLING Selling 40% 50%
AMPAT Origin
PROMO
3D2N Destinasi : Mulai mempromosikan produk berisi tentang insentif penjualan
16 ORANG/TRIP
pada DAW dan DTW.
JELAJAH
Timeline : Low,Peak & High Seasone serta Liburan akhir minggu (weekend)
PESONA
INDONESIA TOTAL 100% 100%

Gambar 3.48 Branding Advertising

Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE)


Paid Media menggunakan media berbayar nasional, lokal originasi, dan destinasi
wisatawan nusantara untuk menciptakan awareness, convergence, media content :
elektronik, online, cetak, dan sosial media. Own Media yang telah dibuat oleh Deputi
Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara merupakan sumber dari
segala informasi daerah Gambar lll. Portofolio
tujuan wisata, Strategi
website Pariwisata
destinasi, dan event. Own Media yang
dimiliki adalah www.indonesia.travel, www.parekraf.go.id, serta media sosial yang
dimiliki oleh pemerintah daerah yang bekerja sama contohnya adalah
www.rajaampat.go.id. Social Media yang digunakan adalah sosial media sesuai origin
sebagai sarana untuk menciptakan keterikatan dengan target pasar melalui
e-marketing, www.indonesia.travel, dan www.parekraf.go.id. Sedangkan untuk
Endorser yaitu dengan pendukungan iklan, expert, selebrity, atau public figure.
PAID MEDIA, OWNED MEDIA,SOCIAL MEDIA+ENDORSER

paid media owned media sosial media endorser

+
Paid Media Owned Media Sosial Media Endorser
Menggunakan media Menggunakan media Menggunakan sosial media Pendukung iklan,
berbayar Nasional dan yang telah di miliki sesuai origin sebagai sarana Expert, Selebriti,
lokal Originasi dan sebagai sumber dari untuk menciptakan
Public Figure.
keterikatan dengan target
Destinasi wisnus untuk segala informasi DTW, Contoh : Pevita
pasar melalui i-marketing,
menciptakan website destinasi dan www.indonesia,travel dan Pearce.
awareness, event. www.kemenpar.go.id ; FB:
Convergence, media www.indonesia,travel indonesia.travel; Twitter:
content : elektronik, www.kemenpar.go.id @indtravel; Google+:
online, cetak, dan Contoh : indonesia.travel; Instagram:
indtravel; youtube :
sosmed www.rajaampat.go.id indonesia.travel

Gambar 3.49 Paid Media-Owned Media-Sosial Media-Endorser (POSE)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


142
2016
Implementasi Promosi Media Elektronik Implementasi Promosi Media Ruang

TVC Wonderful Indonesia

Implementasi Promosi Media Online


Implementasi Promosi Media Cetak
WEBSITE PORTAL MEDIA NASIONAL
www.Indonesia.travel
MOBILE APPS
PESONA INDONESIA

SEARCH ENGINE MARKETING

Gambar 3.50 Implementasi Promosi di media

Media Publikasi yang bekerja sama adalah beberapa Televisi nasional, Televisi
Berlangganan, dan radio yang mempunyai misi memperkenalkan branding Pesona
Indonesia ke seluruh Indonesia pada khususnya. (terlihat pada daftar paid media di
atas)
Pre-On-Post (POP)
Melalui Pre Event merupakan upaya promosi, misalnya berpromosi H-7 di tradisional
media dan digital, kegiatan selling dan lain sebagainya. On Event adalah pendukungan
melalui promotion item (umbul-umbul, T-Shirt, Payung, Baliho, dan bahan promosi
lainnya). Sedangkan untuk Post Event merupakan pelaporan kegiatan dalam bentuk
penulisan artikel (advertorial), testimony, dan lain sebagainya sebagai wujud
apresiasi untuk kegiatan yang dilaksanakan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


143
2016
Berikut adalah implementasi dari promosi yang dilakukan oleh Deputi Bidang
Pengbangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, yang dalam hal ini secara langsung
dilaksanakan oleh Asdep Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara.
PRE, ON, POST (POP) EVENT
MEDIA ONLINE

IMPLEMENTASI BRANDING LOGO PI&WI PADA WEBSITE


PESONA.INDONESIA.TRAVEL (50:50)

1. Komposisi branding PI/WI


50:50
• Perubahan yang di
lakukan adalah
mengganti format logo
pesona Indonesia yang
tadinya statis dengan
Pre Event On Event Post Event logo animasi yang
Promosi melalui Pendukungan Laporan menampilkan logo
POS misalnya melalui kegiatan melalui pesona dan wonderful
berpromosi H-7 promotion item POS berbentuk tampil secara bergantian.
di tradisional (umbul umbul, T penulisan artikel,
media & digital, Shirt, Payung, (advertorial),
kegiatan selling Baliho dsb) testimony dsb
dsb 2. Posisi CEO Message
• Posisi CEO message
ditempatkan di posisi atas
pada frame pertama
home page.

MEDIA ONLINE
MEDIA ONLINE

IMPLEMENTASI BRANDING LOGO PI&WI PADA MATERI PUBLIKASI DI MEDIA


ONLINE NASIONAL
Implementasi logo branding pada
dari awal sudah
social media

menggunakan logo Wonderful


Materi publikasi akan tayang di 10 Indonesia pada profile picture
media online premium nasional. maupun pada cover photo masing-masing

Ditayangkan berdasarkan event social media. Begitu pula dengan


pariwisata yang akan datang. pembagian slot untuk
Baik berupa banner ads atau
memposting konten pada masing-
masing social media sudah menerapkan
advertorial.
komposisi 50:50.

MEDIA PROMOSI (lanjutan) MEDIA PROMOSI (lanjutan)


Media Cetak
Cetak Media Online
1. Pencetakkan booklet Pesona Wisata dengan berbagai tema, sebagai berikut : Jenis : Sosial media activation, Banner Ad, Video Ad
a. Regional Jumlah : >120.000.000 impressions, >2.000.000 views
b. Special Interest
Waktu penayanangan : 109 hari (seluruh media)
c. Pariwisata
2. Pencetakan bahan promosi lainnya Periode penayangan : Januari– Desember 2016

Publikasi
Jenis : Half Page Full Colour, Full Page Full 1. Paid : Kompas, Liputan6, Okezone, Republika, Antara, Kapanlagi, Tribunnews,
Colour, Double Page Full Colour Elshinta, Vivanews, Merdeka.com, Suara.com
Jumlah : 30 kali tayang,
Waktu penayangan : 1 - 2 kali tayang per media 2. Own : Indonesia.travel
Periode penayangan : Januari – Desember 2016

Media : 3. Sosial Media : Facebook, Twitter, Instagram, Google+, Youtube


1. Koran Nasional : Sindo, Tempo, Koran Jakarta, Bali Post, Sinar 4. Endorser : 3 Artis : Pevita Pearce, Raffi Ahmad dan Raisa
Pagi, Media Indonesia
2. Majalah Nasional : Gatra, Paradiso, Get Lost, Bandara, Alo
Indonesia, Travel Club, Panorama
3. Inflight Magazine : Colours, Linkers, Lionmag, Sriwijaya

Bentuk : display dan advertorial

MEDIA PROMOSI
MEDIA PROMOSI (lanjutan)
Media Ruang
Media Elektronik Jenis : Pemasangan di Kereta Bima Eksekutif (TVC di KA TV, dan Coverseat),
Jenis : TV Commercials, TV Event Pariwisata, Vignettes, Bumper in, Bumper out, Commuterline Jabodetabek, Branding Pilar, Panel Bus Trans Jakarta,
Panel Bus Damri, DOOH (Videotron), KM Kelud, serta materi event-
Running Text, Super impuse, Talk Show, Peliputan, Bioskop dan Radio event di Billboard.
(beberapa kota) Jumlah : >70 Spot
Jumlah : 22.000 spots, 15 TVC Detinasi Pariwisata, Bioskop (14 Kota, 55 Studio) Periode penayangan : Januari – Desember 2016
: 60% prime time : 40 % regular time, antara pukul 06.00 -23.00 local time
Periode penayangan : Januari – Desember 2016 Jenis dan Lokasi :
a. Billboard : - Bandara : Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Padang, Medan,
Aceh, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak,
Regional Coverage : TV Nasional (iNews TV, RCTI, Global TV, Metro TV, Indosiar, SCTV, Trans Mataram, Kupang, Denpasar, Makassar, Manado,
TV, Trans 7, Kompas TV) Kendari, Palu , Gorontalo, Surabaya
- Pelabuhan : Aceh, Medan, Batam, Lampung, Banten, Makassar,
Kaltim, Bali, Mataram, Kupang.
b. Videotron : Jakarta, Bogor , Bandung, Cipularang, Yogyakarta , Semarang,
Surabaya, Malang, Padang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Denpasar
c. TVC KA Eksekutif : 42 jurusan Kereta api eksekutif di Pulau Jawa
d. Trans Jakarta : DKI Jakarta
e. Damri Bandara : Jabodetabek, Purwakarta
f. Stasiun KA (Papan Iklan) : Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Jember, Banyuwangi, Jakarta, Solo,
Bandung
g. Commuterline : Jabodetabek
h. KM Kelud
i. T-Banner : Pemasangan pada event – event Pariwisata Nusantara
j. Souvenir & Merchandise : Untuk mendukung event – event Pariwisata Nusantara
berupa: T-shirt, Topi, Shopping Bag, Payung, Power Bank dll.

Gambar 3.51 Implementasi Promosi di media (lanjutan)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


144
2016
9. MENING KAT NYA JUM LAH PE NGE LUARAN WIS AT AWAN NUS ANTARA (WIS NUS)

MENINGKATNYA JUMLAH PENGELUARAN WISATAWAN


8
NUSANTARA (WISNUS)

Jumlah Pengeluaran per wisatawan nusantara/kunjungan, yaitu rata-rata


pengeluaran setiap wisatawan nusantara pada setiap perjalanan wisata ke daerah di
Indonesia. Destinasi pariwisata tidak hanya diharapkan untuk menarik wisatawan
mancanegara yang berkualitas, namun juga wisatawan nusantara yang berkualitas.
Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran setiap wisatawan
nusantara (per orang) per kunjungan ke daerah di Indonesia yaitu Rp. 914,300.
Terjadinya peningkatan rata-rata pendapatan yang berpengaruh terhadap ketahanan
daya beli masyarakat Indonesia, khususnya pada kelas ekonomi menengah beberapa
tahun belakangan ini. Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu mengarahkan potensi
wisatawan Indonesia yang berkualitas (berdaya beli tinggi) untuk melakukan wisata
di dalam negeri dan membeli produk kepariwisataan lokal.
Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dipengaruhi oleh jumlah serta pengeluaran
wisatawan nusantara di Indonesia. Semakin besar belanja wisatawan nusantara
terkait dengan pariwisata, maka aktvitas ekonomi suatu daerah semakin meningkat
pula kesejahteraan masyarakat.
Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah
sebagai berikut :

Tabel 3.50 Target dan Realisasi Jumlah Pengeluran Wisatawan Nusantara Tahun 2016
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
11 Jumlah pengeluaran wisatawan 223.6 241.08 107.8
nusantara (Triliun Rupiah)
Sumber : Litbangjakpar & BPS

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai total penerimaan dari
pengeluaran wisatawan nusantara melampaui target yang diharapkan dengan
capaian sebesar 107.8 % dengan nilai 241.08 triliun rupiah.
Peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan nusantara disebabkan oleh hal-hal
berikut:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


145
2016
1) Banyaknya event di dalam negeri yang menarik wisatawan untuk berwisata di
dalam negeri;
Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah pengeluaran per wisatawan
nusantara/kunjungan adalah sebagai berikut :
a) Meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan nusantara;
b) Mulai dikembangkannya daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata
nasional;
c) Beraneka ragamnya produk souvenir di suatu daerah pariwisata;
d) Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama di Kawasan Asia; dan
e) Pengelolaan destinasi yang cukup baik pada masa sekarang ini, dengan
sadarnya masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam menjaga
kelestarian dan kebersihan sekitar destinasi pariwisata.
2) Terpromosinya dengan baik event di dalam negeri dalam berbagai media; dan
Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya
didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a) Naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar 263.6 perjalanan
atau meningkat dibandingkan dengan jumlah perjalanan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 255.05 perjalanan.

Tabel 3.51 Perbandingan Realisasi Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara tahun 2014-2016

2016 2015 2014


INDIKATOR
NO CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN
KINERJA REALISASI REALISASI REALISASI
(%) (%) (%)
11 Jumlah 241.08 107.8 224.65 117 213.94 120.30
pengeluaran
wisatawan
nusantara
(Triliun
Rupiah)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


146
2016
Grafik 3.10 Jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara

Dari tabel di atas terlihat bahwa sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2016
Indikator Kinerja Pengeluaran Wisatawan Nusantara selalu mengalami
peningkatan dan selalu melampaui dari target yang telah ditetapkan.
b) Meningkatnya rata-rata jumlah pengeluaran wisatawan nusantara, sebesar Rp.
914.300,- atau meningkat 3.79 % dibandingkan dengan jumlah rata-rata
pengeluaran tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 880.940,-. Selengkapnya
tercantum pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 3.52 Rata-Rata Jumlah Pengeluaran Wisnus Tahun 2014 - 2016


TAHUN RATA2 PE-NGELUARAN +/-(%)
(RP. RIBU)

2014 851.68 19.74


2015 880.94 3.44
2016 914.30 3.79

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


147
2016
Grafik III.5 Grafik Rata-Rata Pengeluaran
Grafik 3. 11 Rata-rata pengeluaran Wisatawan Nusantara

Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung performansi ini di antaranya adalah :


Layanan Sistem Informasi Pasar Wisnus
Layanan Sistem Informasi Pasar Wiasatawan Nusantara adalah sebuah sistem
informasi yang disusun untuk mengetahui profil wisatawan nusantara secara
periodik dan akurat melalui pendekatan analisa perilaku pengguna seluler. Selain itu
juga dapat mengestimasikan pergerakan wisatawan nusantara melalui analisis go
location dan mendefinisikan profil wisatawan nusantara berdasarkan origin, gender,
length of stay, status sosial ekonomi, kelompok umur, dan minat.
Sistem Layanan ini menghasilkan 3 (tiga) output baik kebijakan dan program
mencakup; Management Information System (MIS) berupa Dashboard Wisnus dan
Customer Service System (CSS) berupa SMS Location Based Advertising (LBA) dan
Digital Survei.
Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Layanan sistem informasi adalah Memberikan
data dan informasi profile wisatawan nusantara sebagai dasar pengambilan
keputusan secara lebih cepat, terperinci, dan akurat.

Gambar 3.52 Dashboard Layanan Informasi Pasar Wisatawan Nusantara

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


148
2016
Keberhasilan Layanan Sistem Informasi Pasar Wisnus adalah:
1. Penyediaan data wisnus real time di 7 titik (Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan).
2. Pengiriman SMS Promosi Location Based Advertising (LBA).
3. Pelaksanaan Digital Survei.

Gerhana Matahari Total (GMT)


Gerhana Matahari Total 2016
berlangsung serentak di hampir
seluruh wilayah Indonesia pada
tanggal 9 Maret 2016. Gerhana
Matahari Total (GMT) dengan
kondisi gerhana 100% melintasi 12
Provinsi di wilayah Indonesia yakni
Bengkulu, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku
Utara. Sementara wilayah lainnya di seluruh Indonesia mengalami kondisi Gerhana
Matahari yang bervariasi antara 60% hingga 90%.

Gambar 3.53 Gerhana Matahari Total (GMT)

Gerhana Matahari Total tahun 2016 memiliki keistimewaan tersendiri bagi Indonesia,
karena di tahun tersebut jalur totalitas Gerhana Matahari melewati Indonesia, dan
Indonesia merupakan satu-satunya negara yang dapat mengamati fenomena GMT
dari daratan. Adapun fenomena Gerhana Matahari Total dengan durasi terlama

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


149
2016
berlangsung di kota Maba (3 menit 17 detik), Luwuk (2 menit 50 detik), dan Ternate
(2 menit 45 detik).
Tujuan dukungan promosi pada event Gerhana Matahari Total 2016 yakni untuk
mempromosikan fenomena GMT 2016 sebagai daya tarik wisata yang dapat
mendorong pergerakan wisatawan. Adapun target kunjungan wisatawan selama
event Gerhana Matahari di seluruh Indonesia adalah 100.000 wisman dengan
prediksi penerimaan devisa mencapai 1,56 triliun rupiah dan 5.100.000 perjalanan
wisnus dengan prediksi nilai transaksi ekonomi mencapai 3,8 triliun rupiah.
Sementara target kunjungan wisatawan Gerhana Matahari Total di 12 propinsi yakni
10.000 wisman dengan prediksi penerimaan devisa sebesar 156 milyar rupiah dan
50.000 pergerakan wisnus dengan prediksi nilai transaksi ekonomi mencapai37,3
milyar rupiah.
Dalam rangka memeriahkan event nasional Gerhana Matahari Total 2016, telah
digelar 74 aktivitas yang tersebar di 12 Propinsi, diantaranya pertunjukkan seni
budaya, pesta kembang api, lomba fotografi, pameran kuliner khas daerah, seminar
pariwisata, dan ritual keagamaan.

Gambar 3.54 Kegiatan Gerhana Matahari Total di Belitung, Provinsi Bangka Belitung

Festival Pesona Palu Nomoni


Festival Pesona Palu Nomoni 2016 merupakan
sarana expose dan promosi potensi wisata
budaya yang berada di Wilayah Kota Palu dan
menjadi ruang ekspresi bagi keberagaman
budaya di Kota Palu. Festival Pesona Budaya
Teluk Palu 2016 yang dicanangkan oleh

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


150
2016
Pemerintah Kota Palu ini memiliki beberapa agenda dan rencana strategis, yang
antara lain untuk mengekspose potensi pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif di
Kota Palu untuk mendorong kota ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan
khususnya di Pulau Sulawesi dan di Kawasan Timur Indonesia.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan dan memacu iklim investasi
ekonomi di sektor industri pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif di Kota Palu dan
Propinsi Sulawesi Tengah serta mendorong peningkatan jumlah pengunjung dan
wisatawan nusantara. Menjadi ruang promosi wisata dengan keanekaragaman
budaya dan kultur adat istiadat yang ada di Kota Palu. Sarana dan media edukasi
lingkungan budaya dan ekonomi kreatif bagi masyarakat Kota Palu serta keragaman
kultural dan perdamaian. Selain itu juga untuk membangun dan menggalang
kemitraan dengan pelaku wisata, budaya dan ekonomi kreatif, pihak sponsor,
perusahaan, perhotelan, perbankan dan sektor informal di Kota Palu.
Kegiatan yang dilaksanakan di antaranya adalah Instalasi obor, atraksi Gimba, dan
Lalove (seruling adat) sepanjang 7,2 km Teluk Palu, ritual adat dan budaya Kaili,
Panggung Seni Budaya Nusantara dan Alat Transportasi Dokar (Delman).

Gambar 3.55 Peresmian dan Pembukaan Acara Palu Nomoni


Festival Bahari kepri
Festival Bahari Kepri merupakan bagian
dari rangkaian kegiatan Sail Selat Karimata
pada tahun ini merupakan gelaran Sail
Indonesia ke delapan, Sail Pertama pada
tahun 2009. Pada tahun 2016, Pemerintah

Gambar 3.56 Pembukaan Festival Budaya


Kepri oleh Bapak Menteri Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


151
2016
Indonesia menggelar Sail Selat karimata yang akan berpusat di Kabupaten Kayong
Utara, Provinsi Kalimantan barat. Bersamaan dengan ini diadakan juga Festival bahari
Kepri di Ibukota Provinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, pada tanggal 20-30
Oktober 2016
Pemerintah Provinsi Kepri bertekad untuk menjadikan momentum Festival Bahari
Kepri tersebut menjadi titik dimulainya pembangunan pariwisata yang menjadikan
Kepulauan Riau sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia. Sehingga sebagai
kawasan cross border, Kepulauan Riau dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia serta
meningkatkan nilai ekonomi di berbagai sektor.
Tujuan dari kegiatan ini adalah momentum untuk menjadikan Kepri sebagai pintu
gerbang wisata bahari Indonesia serta mengoptimalkan peran Nongsa Point Marina
dan Bandar Bintan Telani sebagai entry dan exit point yacht di Kepulauan Riau.

Pesta Kesenian Bali (PKB)


Tema PKB ke–38 tahun 2016 : “KARANG AWAK” artinya Mencintai Tanah
Kelahiran. Ini memberikan makna yang amat mendalam dalam membangun dan
meningkatkan kualitas diri agar dapat menggerakkan roda kehidupan untuk
menghadapi persaingan globalisasi dalam tatanan yang harmonis dan saling
menghargai.
Presiden Joko Widodo secara resmi melepas pawai Pesta Kesenian Bali ke - 38 di
depan Museum Rakyat Bali atau Museum Bajrasandi di Lapangan Renon, Denpasar.
Presiden Joko Widodo membuka pawai dengan memukul kul-kul berukuran sekitar 2
meter (alat kesenian Bali yang terbuat dari kayu). Dalam sambutannya, Presiden
menyampaikan bahwa Pesta Kesenian Bali bukan semata-mata pesta kesenian rakyat.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


152
2016
Gambar 3.57 Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke - 38 oleh Presiden Joko Widodo &
Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menutup Pesta Kesenian Bali ke 38

Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba


Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-
71 RI tahun ini dipusatkan di Danau
Toba, Sumatera Utara dengan tajuk
"Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau
Toba". Kota Balige benar-benar
berpesta Karnaval Kemerdekaan
Gambar 3.58 Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba
Pesona Danau Toba (KKPDT) 2016
yang dipusatkan di kotaitu benar-benar semarak. Seluruh warga Kabupaten Tobasa
tumpah ruah di puncak peringatan HUT ke-71 RI yang dihadiri Presiden Joko Widodo
dan Ibu Negara Iriana Widodo. Mengenakan “ulos raja” Ragidup Sirara warna gelap
dan ornamen putih, orang nomor satu di Tanah Air itu ikut pawai sepanjang 3,5 km.
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Widodo serta para menteri telah
meninggalkan titik akhir karnaval sekitar 500 meter sebelum titik akhir di Simpang
Sibulele, Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Presiden kemudian melepas
rombongan karnaval, ditandai dengan pemukulan Gondang Teluse banyak tujuh kali.
Masyarakat setempat ikut menghitung tabuhan gendang, mulai dari satu sampai
tujuh, menggunakan bahasa lokal.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


153
2016
Nusa Dua Fiesta
Menteri Pariwisata Arief Yahya hadir dan membuka Nusa Dua Fiesta 2016 di
Peninsula, Nusa Gede, Nusa Dua, Bali. Jika tahun 2015 lalu mengambil tema Love,
Peace, and Harmony, maka tahun ini temanya menjadi “Bring the World to Bali.”
Event dalam Nusa Dua Fiesta semakin beragam. Dari event buatan (pertunjukan
musik, Nusa Dua 10K Bali Cultural Run, Tennis Nusa Dua Open, Cross Culture Cycling,
Hero Waste Fun Walk dan Nusa Dua Golf Tournament), event budaya (pawai budaya,
pertunjukan kesenian tradisional, dll), event MICE (pameran-pameran, Celebrity
Cooking Workshop), yang digelar selama 9 (sembilan) hari non stop.
Tercatat jumlah kunjungan harian rata-rata sebanyak 14 ribu orang. Pada hari
keempat pelaksanaan NDF mencetak rekor kunjungan hingga 26.700 orang. Tercatat
selama 4 hari saja perhelatan, sebanyak 59.494 orang berkunjung ke venue pulau
Peninsula.

Gambar 3.59 Pembukaan acara Nusa Dua Fiesta oleh Menteri Pariwisata

Tomohon International Flower Festival


Tomohon International Flower Festival
merupakan salah satu kegiatan promosi
kreatif di Kota Tomohon dalam upaya untuk
meningkatkan pergerakan wisatawan
mancanegara dan nusantara dan menjadi
Gambar 3.60 Tomohon International Flower ajang promosi untuk masyarakat jawa
tengah terutama untuk masyarakat kota tomohon dan dapat meningkatkan
pergerakan wisatawan. Dalam kegiatan Tomohon International Flower Festival ini
akan menampilkan parade kendaraan yang dihias dengan bunga dari berbagai
provinsi di indonesia, instansi pemerintah, serta swasta. Dipilihnya kota Tomohon
sebagai lokasi perhelatan Tomohon International Flower Festival untuk menegaskan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


154
2016
posisi dan mempromosikan potensi wisata kota bunga tomohon serta industri
pendukung sebagai pusat industri bunga di Indonesia Timur, sekaligus sebagai
destinasi wisata lingkungan, baik ecotourism maupun agrotourism.
Meski tergolong mungil, Kota Tomohon rupanya cukup tenar di kalangan turis. Ini
karena sejak 2008, Kota Tomohon di Sulawesi Utara tersebut menjadi tempat
digelarnya festival bunga kelas dunia yakni Tomohon International Flower Festival
(TIFF). Pada awalnya, festival ini digelar 2 tahun sekali yaitu 2008, 2010, 2012, dan
2014. Mulai pada tahun 2015, pemerintah mencanangkan TIFF sebagai agenda
tahunan yang bisa dinikmati wisatawan dalam rangka mengangkat citra budaya dan
pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara khususnya Kota Tomohon.
Tema yang diusung pada TIFF tahun ini adalah “ENCHANTING TOMOHON” dimulai
dengan penampilan Tari Tarian Adat serta Drum Band dan Tournament of Flowers
alias pawai bunga. Tournament of Flowers dan Flower Fashion Carnival start dari eks
Rindam Kakaskasen Finish di Stadion Babe Palar Walian.
Ada lebih dari 30 kendaraan dihias bunga dengan indah, 4 Kendaraan di antaranya
berasal dari negara tetangga seperti; Australia, Singapura, Jepang, Tiongkok, serta
dari Sekretariat ASEAN. Tak sedikit turis yang berderet sepanjang jalan untuk melihat
dan memotret kendaraan berhias bunga yang menarik perhatian tersebut.
Ada tiga agenda utama dalam festival ini yaitu Tournament of Flowers, Kontes Ratu
Bunga, Pameran Bunga/Holtikultura dan Pagelaran Seni Budaya Nusantara. Kegiatan
ini dilaksanakan di bawah koordinasi Pemerintah Kota dan melibatkan Kementerian
Pariwisata RI, Kementerian Pertanian RI, Kementerian Perindustrian dan
Kementerian Perdagangan RI, serta dukungan sponsor dari berbagai pihak, baik
BUMN/BUMD serta Perusahaan Swasta.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


155
2016
Deep & Extreme Indonesia
Pameran Deep & Extreme Indonesia, diselenggarakan di Cendrawasih Hall, Jakarta
Convention Center untuk yang ke-10 kalinya, yang bertema “Toward the Regencies’
Potential”, yang dibuka oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia dan dihadiri oleh.
Dalam Pameran Deep & Extreme Indonesia 2016 ini, kita dapat menjumpai beragam
operator dan lembaga selam, organisasi pemerintah, dewan promosi pariwisata, agen
perjalanan, kapal operator selam, alat dan aksesoris selam, peralatan olahraga air,
perlengkapan fotografi bawah laut serta memfasilitasi penjual dan pembeli.
Kegiatan Deep & Extreme Indonesia 2016 mendapat sambutan baik dari masyarakan
luas, hal ini terlihat dari para pengunjung yang berkunjung terus meningkat setiap
harinya. Dari hari pertama dibukanya pameran hingga hari terakhir penutupan
pameran berjumlah sekitar 9000 orang pengunjung.
Pada booth pameran Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, selain disi dari
kementerian juga diisi dari dinas lain yang telah didukung oleh kementrian, berikut
daftar dan laporan booth yang didukung oleh Kementerian Pariwisata diantanya:
1. Raja Ampat Biodiversity, dengan jumlah pengunjung ke booth sekitar 1000 orang
pengunjung
2. Hamu Eco Resort, dengan jumlah pengunjung ke booth sekitar 1500 org
pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang di tawarkan di booth
ini sekitar 30 orang pengunjung yang deal.
3. Salvador Dive Operator, dengan jumlah pengunjung sekitar 1200 orang
pengunjung dan jumlah deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini
sekitar 4 group / 38 orang pengunjung.
4. Go Scuba, dengan jumlah pengunjung sekitar 1300 orang pengunjung dan jumlah
deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini sekitar 5 – 7 group.
5. Sea World Club, dengan jumlah pengunjung sekitar 1000 orang pengunjung dan
jumlah deal untuk penawaran wisata yang ditawarkan di booth ini sekitar 50
orang pengunjung.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


156
2016
Gambar 3.61 Menteri Pariwisata berfoto di booth Kementerian Pariwisata
pada Kegiatan Deep & Extreme Indonesia 2016

SKIF (Shotokan Karate-Do International Federation Indonesia) World


Championship XII
Kejuaraan SKIF pertama kali diadakan di Tokyo - Jepang pada tahun 1983.Pada tahun
2000, Indonesia menjadi tuan rumah The VII SKIF Karate World Championship di
Bali, Indonesia dan diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Ibu
Megawati Soekarnoputri (SKIF Dan VIII). Lebih dari 1.600 peserta dari 56 negara
menghadiri acara tersebut dan dianggap sebagai acara terbaik dalam sejarah SKIF.
Tahun ini, SKIF Indonesia mendapat kehormatan untuk dipercaya sebagai tuan
rumah untuk The XII SKIF Karate World Championship. Selain Jepang, Indonesia akan
menjadi satu-satunya negara yang menjadi tuan rumah SKIF World Championship
lebih dari sekali. Akan ada lebih dari 2.000 karateka (berusia 10 sampai lebih dari 75
tahun) dari lebih dari 100 negara yang berpartisipasi di acara ini.
Maksud dan tujuan dari SKIF XII ini adalah :
1) Mempertahankan International Event dengan semangat Karateka Indonesia
untuk tetap terlaksana dan menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun
mancanegara.
2) Meningkatkan hubungan Multilateral Indonesia dengan berbagai negara melalui
International Event yang diselenggarakan di Indonesia.
3) Meningkatkan prestasi para Karateka dan menjadi wahana pencitraan Indonesia
sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan menarik serta bedaya saing
sesuai dengan branding Wonderful Indonesia.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


157
2016
4) Menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata olahraga bertaraf
regional,nasional dan international dalam rangka membangun masyarakat
berjiwa sehat dan sportif.
Acara Farewell Party SKIF (Shotokan Karate-Do International Federation Indonesia)
World Championship XII dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2016 di Hall D2,
JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Target audiens dai SKIF ini adalah :
a) Delegasi Peserta SKIF dari berbagai negara undangan
b) Pendamping, tim supporter dan keluarga peserta SKIF domestik dan
mancanegara
c) Reporter/media dalam dan luar negeri
d) Pemirsa dalam dan luar negeri melalui media
e) Komunitas dan masyarakat umum
Jumlah peserta dari delegasi yang difasilitasi adalah sebanyak 135 negara dengan
pengunjung potensial mencapai +/- 4,000 (athletes, officials, families and supporters)

Gambar 3.62 Pembukaan Acara SKIF (Shotokan Karate-Do International Federation Indonesia)
World Championship XII oleh Wakil Presiden, Jusuf kalla

HARI PERS NASIONAL


Hari Pers Nasional menjadi ajang silaturahmi, promosi dan penyatuan pemikiran
untuk kemajuan pers pada khususnya dan kemajuan bangsa pada umumnya.
Kegiatan ini merupakan agenda tahunan terbesar dan paling bergengsi bagi
komponen pers Indonesia. Hari Pers Nasional dimaknai sebagai Pesta Raya Rakyat
yang memiliki Pers yang merdeka sebagai salah satu pilar demokrasi.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


158
2016
Para Peserta dalam kegiatan Opening Ceremony ini adalah Masyarakat Pers nasional
dan daerah dari 34 Provinsi yang terdiri dari Media TV, Media Radio, Media Cetak,
Media Online, Kantor Berita, Instansi Terkait, serta Pemerintah Provinsi/Kabupaten-
Kota se NTB dan Pemerintah Provinsi lainnya yang menjadi tamu undangan dan akan
dibuka oleh Presiden RI pada 9 Februari 2016. Selain itu juga di hadiri dari berbagai
kementerian serta Kepala TNI dan Polri, diantaranya Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menko Pemberdayaan Manusia dan kebudayaan, Menkoinfo, Menteri
Pariwisata, Menteri PU dan Perumahan Rakyat, Menko Maritim dan Sumber Daya,
Mendagri, dan para Duta Besar perwakilan negara sahabat
Kegiatan Hari Pers Nasional dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo. Dihadiri sekitar
2.000 insan pers dari seluruh Indonesia dimana di isi oleh serangkaian acara yang
berlangsung dalam Hari Pers Nasional terdiri dari:
a. SAIL OF JOURNALIST
Menggunakan KRI Makassar milik TNI AL, berangkat dari Pangkalan Armada
Timur di Ujung Surabaya, pada tanggal 5 Februari, tiba dan berlabuh di Pantai
Senggigi tanggal 6 Februari. Diikuti 200 peserta, terdiri dari 150 wartawan dan
pelajar berprestasi. Diharapkan Ketua DPD RI, Menko Maritim dan Sumber Daya
Alam, serta KSAL ikut dalam pelayaran. Sepanjang perjalan diisi sejumlah kegiatan,
seperti seminar bertema kemaritiman dan jurnalisme juga workshop penulisan.
Kegiatan lain adalah atraksi dari Korps Marinir TNI AL.
b. PAMERAN PERS DAN ALUTSISTA
Diselenggarakan di Lombok City Center (LCC) sejak tanggal 5 Februari hingga 9
Februari. Pameran diikuti berbagai media massa nasional dan daerah, juga instansi
pemerintah dan sejumlah perusahaan. Korps Marinir TNI AL juga diharapkan ikut
memamerkan alutsista dan menampilkan berbagai atraksi kemampuan tempur
dan penguasaan medan. Di arena pameran juga akan dilaksanakan pasar murah
kerjasama panitia dengan Artha Graha Peduli (AGP).
c. KONVENSI PERS DAN SEMINAR
Mengangkat sejumlah persoalan yang dihadapi pers nasional, juga membahas
berbagai upaya agar posisi dan peran pers nasional semakin positif dalam proses
pembangunan nasional, khususnya dalam mendorong gagasan poros maritim dan
meningkatkan sektor pariwisata nusantara.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


159
2016
Tema konvensi, Refleksi Nasional Menjawab Tantangan Pembangunan Poros
Maritim dan Menghadirkan Kesejahteraan. Keynote speaker Menko Maritim dan
Sumber Daya Rizal Ramli.
d. ACARA PUNCAK
Diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok.
Mandalika merupakan salah satu dari 10 destinasi wisata baru yang telah
dicanangkan pemerintah. Selain mendengarkan amanat Presiden RI, dalam acara
puncak ini juga akan diserahkan penghargaan Anugerah Adinegoro, Anugerah
Kebudayaan dan Spirit of Journalism. Selain itu juga akan ditandatangani sejumlah
inisiatif seperti pencanangan Induk Koperasi Wartawan, dan pembangunan
Politeknik Pariwisata NTB, dan sebagainya. Presiden meletakkan batu pertama
pembangunan Politeknik Pariwisata NTB dan mencanangkan nama jalan Pers
Nasional di Lombok.
Dalam Kegiatan Hari Pers Nasional disepakati berbagai MoU lintas Kementerian
dan Lembaga dalam mengelola pengembangan infrastruktur khususnya Pariwisata
Lombok.

Tour de Singkarak
Perpaduan antara event promosi pariwisata
dan olahraga prestasi dalam bentuk lomba
balap sepeda internasional terbukti telah
memberikan kontribusi yang besar bagi
percepatan pertumbuhan dan pengembangan
Gambar 3.63 Start Tour de Singkarak wilayah dan pengembangan kepariwisataan di
Sumatera Barat serta kabupaten/ kota yang ada didalamnya. Selama 8 tahun terakhir
ini kita dapat melihat peningkatan yang luar biasa pembangunan infrastruktur,
sarana prasarana, usaha dan fasilitas pariwisata di berbagai daerah di Sumatera
Barat, demikian juga peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat terus
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa kali mengalami terpaan
bencana gempa bumi, Tour de Singkarak-pun mampu menjadi salah satu akselerator
pemulihan ekonomi Sumatera Barat. Tour de Singkarak telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat sejak penyelenggaraan pertamanya di Tahun 2009.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


160
2016
Perkembangan dapat dilihat diantaranya dari jumlah Kabupaten/ Kota yang turut
serta mendukung event ini dan jumlah peserta/ atlit/ klub sepeda dari dalam dan
luar negeri yang meningkat dari tahun ke tahun. Sejak Tahun 2009, Tour de
Singkarak telah masuk dalam kalender balap sepeda tahunan dunia Union Cycliste
Internationale (UCI) dan tercatat dengan Grade 2.2 Asia Tour. Adapun tujuan dari
kegiatan Tour de Singkarak yaitu dalam rangka promosi Wonderful Indonesia dan
Pesona Indonesia melalui sport-touris.
Tour de Singkarak 2016 dilaksanakan di
Sumatera Barat mulai tanggal 6 sampai
dengan 14 Agustus 2016, yang terdiri dari 8
stage dan menempuh jarak total 1102.7 KM
dimana akan dimulai atau start dari
Kabupaten Solok, selanjutnya akan melintasi Start Tour de Singkarak

dan 17 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat dan berakhir di Kota Padang,


Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Sebanyak 19 tim yang ambil bagian di ajang ini
diantaranya Trengganu Cycling Team (Malaysia), Singha Infinite Cycling Team
(Singapura), Black Inc Cycling Team (Laos), Korail Cycling Team (Korea), Kinan
Cycling Team (Japan), St. George Merida Cycling Team (Australia), Pishgaman Cycling
Team (Iran) dan lainnya.

KENDALA DAN UPAYA YANG AKAN DILAKUKAN


Kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian 2 (dua) sasaran
yang telah ditetapkan pada tahun 2016 antara lain:
1. Belum optimalnya kerjasama pemerintah pusat dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam pengelolaan event-event pariwisata untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara.
2. Masih minimnya infrastruktur menuju tempat-tempat wisata, menjadi
permasalahan wisatawan dalam pencapaian target sasaran wisatawan nusantara;
3. Belum optimalnya promosi event-event pariwisata ke masyarakat luas, sehingga
belum sampainya informasi akan adanya event tersebut.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


161
2016
10. MENING KAT NYA KAP ASIT APRO FESIONALISME SDM PARIWIS ATA

MENINGKATNYA KAPASITAS DAN PROFESIONALISME


9
SDM PARIWISATA

Dengan meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM diharapkan kualitas


pelayanan dalam bidang kepariwisataan menjadi lebih baik, meningkatnya daya
saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
Asia (MEA).
Sasaran dari meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata adalah
peningkatan kualitas pelayanan untuk wisatawan baik mancanegara maupun
nusantara. Kualitas pelayanan yang baik terhadap wisatawan diharapkan
memberikan impresi yang baik dan menimbulkan keinginan untuk kembali
berkunjung. Di samping itu, sasaran tersebut juga berdampak pada meningkatnya
daya saing SDM pariwisata Indonesia terutama dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA).
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan indikator kinerja berupa Jumlah tenaga
kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi dan jumlah lulusan pendidikan tinggi
kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata.
A. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pariwisata yang Disertifikasi (Orang)
Sasaran meningkatnya kapasitas dan profesionalisme SDM pariwisata dapat
dilihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pariwisata yang disertifikasi pada
tahun 2016. Indikator keberhasilan sasaran, serta target dan realisasi dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.53 Target dan Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2016
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
12 Jumlah tenaga kerja di sektor 35.000 35.150 100.4
pariwisata yang disertifikasi (orang)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Tenaga Kerja di
Sektor Pariwisata Yang disertifikasi mencapai target 100,4%.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


162
2016
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah tenaga kerja di sektor
pariwisata yang disertifikasi, bila dibandingkan Realisasi dengan Target setiap
tahunnya sejak Tahun 2014-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.54 Realisasi Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pariwisata Tahun 2016
INDIKATOR 2016 2015 2014
KINERJA REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN
UTAMA (%) (%) (%)
Jumlah tenaga 35.150 100.4 17.500 100 0 -
kerja di
sektor
pariwisata
yang
disertifikasi
(orang)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Tenaga Kerja
di Sektor Pariwisata yang disertifikasi pada tahun 2016 mencapai target 100,4%.
Peningkatan target sertifikasi kompetensi SDM kepariwisataan pada tahun 2016
mengalami kenaikan 100% dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, hal
ini dikarenakan tingginya kebutuhan SDM bidang pariwisata yang kompeten dan
bersertifikat. Strategi yang dilakukan Kementerian Pariwisata dalam mencapai
target tersebut adalah dengan melakukan sertifikasi kompetensi terhadap SDM
pendidikan tinggi pariwisata diluar kementerian pariwisata.
Kegiatan Sertifikasi Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh 28 Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) pihak ke 3 (tiga) pada bidang pariwisata yang
bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
Bidang Pariwisata yang melaksanakan sertifikasi tersebut antara lain:
Tabel 3.55 Lembaga Sertifikasi Profesi
BIDANG BIDANG YANG
NAMA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
DISERTIFIKASI
1. LSP Pramuwisata Indonesia 1. Hotel & Restoran
2. LSP SPA Nasional 1. Biro Perjalanan Wisata (BPW)
3. LSP COHESPA 1. MICE
4. LSP Jasa Boga 1. SPA

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


163
2016
BIDANG BIDANG YANG
NAMA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
DISERTIFIKASI
5. LSP Pariwisata Jakarta 1. Tour Leader
6. LSP Hotel dan Restoran 1. Jasa Boga
7. LSP Hotel dan Pariwisata 1. Kepemanduan Wisata Selam
8. LSP Pariwisata Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Arung
Jeram,
9. LSP Pariwisata Bali 1. Kepemanduan Ekowisata
10. LSP Pariwisata Bali Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Outbound
11. LSP SPA Tirtanirwana Indonesia 1. Kepemanduan Wisata Gunung
12. LSP Pariwisata Bunaken 1. Kepemanduan Wisata Mancing
13. LSP Pariwisata Lancang Kuning 13. Kepemanduan Wisata Museum
Nusantara
14. LSP Crew Kapal Pesiar & Kapal Niaga
Internasional (CKPNI)
15. LSP Anging Mamiri
16. LSP Phinisi
17. LSP MICE
18. LSP Wiyata Nusantara

19. LSP Pariwisata Nasional


20. LSP Pariwisata Bhakti Persada
21. LSP Archipelago

22. LSP Air Transport & Distribution


Agency (ATDA)
23. LSP Rafflesia
24. LSP KOPI

25. LSP Pariwisata Bali Internasional


26. LSP Pemandu Wisata Nusantara
(PENTARA)
27. LSP Pariwisata Flores
28. LSP Pariwisata, Aestetika dan SPA
(PARAS)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


164
2016
Tabel 3.56 Job Titles Yang Disepakati Dalam Mutual Recognition Agreement (MRA)
dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan

23. Public Area


FRONT OFFICE FOOD PRODUCTION
Cleaner

1. FO Manager 12. Demi Chef TRAVEL AGENCIES


2. FO Supervisor 13. Commis Chef 24. General Manager
3. Receptionist 14. Chef de Partie 25 Assisstant General
Manager
4. Telephone 15. Commis Pastry 26. Senior Travel
Operator Consultant
5. Bell Boy 16. Baker 27 Travel Consultant

FOOD AND BEVERAGE 17. Butcher TOUR OPERATION


6. F & B Director HOUSE KEEPING 28 Product Manager
7. F & B Outlet 18. Executive Housekeeper 29 Sales and
Manager Marketing
Manager
8. Head Waiter 19. Laundry Manager 30 Credit Manager

9. Bartender 20. Floor Supervisor 31 Ticketing Manager


10. Waiter 21. Laundry Attendant 32 Tour Manager
11. Executive Chef 22. Room Attendant

Kendala dan Upaya yang dilakukan


Dalam melaksanakan sertifikasi, terdapat beberapa kendala baik dari industri
pariwisata maupun dari pihak Lembaga sertifikasi Profesi (LSP) beberapa
diantaranya adalah :
1. Dari pihak industri mengalami kendala, dimana industri pariwisata tersebut
enggan mendaftarkan para tenaga kerjanya untuk disertifikasi, hal ini karena
mengingat waktu untuk melaksanakan sertifikasi menghambat pelaksanaan
pekerjaan dan hal lain yang membuat para pengusaha industri pariwisata adalah
ketika para tenaga kerja setelah mendapat sertifikasi akan meminta kenaikan
upah ataupun mencari pekerjaan, sehingga sangat merugikan bagi pihak industri
pariwisata. Kementerian pariwisata telah melakukan upaya melalui sosialisasi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


165
2016
kepada para pengusaha pariwisata bahwa dengan melakukan sertifikasi
terhadap SDM bidang pariwisata dapat meningkatkan kualitas dari para tenaga
kerja pariwisata.
2. Kurangnya jumlah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk melaksanakan
kegiatan sertifikasi profesi terhadap SDM, hingga sampai saat ini ketersediaan
Lembaga sertifikasi profesi baru ada 28 LSP. Upaya yang dilakukan adalah
dengan memberi dukungan kepada masayarakat atau pelaku pariwisata untuk
mendirikan LSP setiap tahunnya.
B. Jumlah Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di
Industri Pariwisata (Orang)
Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya kualitas dan kuantitas
lulusan Pendidikan Tinggi Pariwisata adalah banyaknya lulusan pendidikan tinggi,
yaitu: Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali,
Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, Akademi Pariwista (Akpar) Makassar, yang
terserap di pasar tenaga kerja. Semakin besar jumlah lulusan yang terserap di pasar
tenaga kerja, maka semakin baik kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi
pariwisata yang saat ini dikelola oleh Kementerian Pariwisata. Jumlah lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, dihitung
jumlah lulusan pendidikan tinggi pariwisata yang tersalurkan di industri pariwisata
baik di dalam dan luar negeri. Semakin tinggi jumlah lulusan yang dihasilkan maka
semakin tinggi jumlah tenaga kerja yang kompeten dan mampu memenuhi tuntutan
lapangan kerja sektor pariwisata.
Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan realisasinya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.57 Target dan Realisasi Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan di
Industri Pariwisata (Orang) Tahun 2016
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN (%)
13 Jumlah lulusan pendidikan tinggi 1,800 1,786 99,2
kepariwisataan yang tersalurkan di
industri pariwisata (orang)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa capaian dari indikator kinerja Jumlah
Lulusan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Yang Tersalurkan Di Industri Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


166
2016
mencapai target 99,2%.
Untuk melihat perkembangan capaian indikator Jumlah lulusan pendidikan tinggi
kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata, bila dibandingkan Realisasi
dengan Target setiap tahunnya sejak Tahun 2014-2016, dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 3.58 Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi Kepariwisataan yang Tersalurkan
di Industri Pariwisata
INDIKATOR 2016 2015 2014
KINERJA REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN
UTAMA (%) (%) (%)
Jumlah lulusan 1.786 99,2 1.750 100 1.685 113,09
pendidikan
tinggi
kepariwisataan
yang
tersalurkan di
industri
pariwisata
(orang)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Jumlah Lulusan
pendidikan tinggi kepariwisataan yang tersalurkan di industri pariwisata pada tahun
2016 sebesar 1.786, terjadi peningkatan jumlah dibanding tahun 2015 sebesar 1.750
dan pada tahun 2014 sebesar 1.685 lulusan. Namun secara persentase capaian sesuai
target yang telah ditetapkan sebelumnya terjadi penurunan.
Keberhasilan capaian di atas tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan standar mutu Sumber Daya Manusia dalam industri pariwisata. Hal ini
diharapkan mampu untuk diimplementasikan dalam dunia kerja, sehingga dapat
meningkatkan mutu dan citra baik dari industri pariwisata Indonesia. Berbagai
kegiatan tersebut, antara lain :

Penerimaan Mahasiswa Baru


Penerimaan mahasiswa baru pendidikan tinggi pariwisata dilingkungan kementerian
pariwisata tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan system online melalui
website http://. sbmstapp.kemenpar.go.id. yang dapat di akses dari seluruh wilayah
Indonesia dengan memilih lokasi ujian dan lokasi pendidikan sesuai dengan tempat

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


167
2016
yang di inginkan. Pendaftaran mahasiswa tahun ini mengalami kenaikan yang sangat
signifikan dari tahun tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel terlampir.
Tabel 3.59 Perguruan Tinggi Pariwisata
No. Perguruan Tinggi Pariwisata Peserta Diterima Persentase
Mendaftar
1 Sekolah Tinggi Pariwisata 6,790 681 10.03%
Bandung
2 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 2,072 640 30.89%
3 Akademi Pariwisata Medan 1,079 393 36.42%
4 Politeknik Pariwista Makassar 956 445 46.55%
Total 10,897 2,159 19.81%

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sebesar 10.897 peserta telah mendaftar ke
empat sekolah tinggi, akademi serta politeknik pariwisata di Indonesia dan 19,81%
diantaranya atau sebesar 2.159 peserta didik telah diterima pada tahun 2016.

Gambar 3.64 Sidang Senat Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru

Wisuda
Pendidikan tinggi pariwisata dibawah naungan kementerian pariwisata
melaksanakan wisuda sekali dalam setahun. Jumlah lulusan pendidikan tinggi
pariwisata tahun 2016 sejumlah 1.786 lulusan dengan perincian sebagai berikut.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


168
2016
Tabel 3.60 Wisudawan/i Pendidikan Tinggi Pariwisata
No Nama Pendidikan TInggi Jumlah Lulusan
1 Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung 684
2 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 603
3 Akademi Pariwisata Medan 287
4 Politeknik Pariwisata Makassar 212
Total 1.786

Gambar 3.65 Wisuda Sekolah Tinggi Pariwisata


Bursa Kerja
Merupakan sebuah wadah untuk mempertemukan para penyedia lapangan kerja
serta para pencari kerja, dengan tujuan untuk menyerap para lulusan ke dalam
industri kerja.
Tabel 3.61 Bursa Kerja Perguruan Tinggi Pariwisata
Lowongan
No. Perguruan Tinggi Pariwisata Industri Pelamar Persentase
Pekerjaan
1 Sekolah Tinggi Pariwisata 49 9,645 3,360 34.84%
Bandung
2 Sekolah Tinggi Pariwisata Bali 28 7,359 2,262 30.74%
3 Akademi Pariwisata Medan - - - -
4 Politeknik Pariwista Makassar 24 809 800 98.89%
Total 101 17,813 6,422 36.05%

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


169
2016
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pelaksanaan bursa kerja tahun 2016
hanya dilaksanakan oleh 3 Pendidikan Tinggi Pariwisata dilingkungan Kementerian
Pariwisata, karena Akademi Pariwisata Medan tidak melaksanakan bursa kerja
dikarenakan mengalami penghematan anggaran. Pada bursa kerja tersebut diikuti
oleh 101 industri dengan lapangan kerja yang dibutuhkan 17.813, sedangkan jumlah
peserta yang hadir dan melamar dalam kegiatan bursa kerja tersebut hanya 6.422
atau 36.05% pelamar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia di bidang
pariwisata.

Gambar 3.66 Bursa Kerja STP Bandung

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


170
2016
Kendala dan upaya yang akan dilakukan
Kendala dan upaya yang akan dilakukan antara lain adalah:
1. Kurang optimalnya ruang kelas dan sarana praktek mahasiswa, untuk itu akan
dilakukan penyesuaian antara ruangan kelas yang tersedia dengan jumlah
mahasiswa yang akan diterima di tahun-tahun berikutnya.
2. Masih rendahnya kemampuan berbahasa Inggris, IT dan Manajemen para
mahasiswa. Untuk kendala ini Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan
Kepariwisataan melalui Pendidikan Tinggi Pariwisata, pada tahun ini akan
melaksanakan program peningkatan kwalitas mahasiswa melalui Program short
course Bahasa Inggris berbasis TOEIC di seluruh satuan kerja, sedangkan untuk
bidang IT akan dilakukan program praktikum berbasis IT dilingkugan pendidikan
tinggi, sedangkan untuk manajemen akan dilakukan peningkatan mutu
pendidikan melalui review kurikulum dan modul bidang manajemen.
3. Kurangnya minat para dosen dalam melakukan penelitian, untuk itu perlu
diberikan insentif untuk melakukan penelitian yang menunjang keilmuan
kepariwisataan dan bekerja sama dengan lembaga penelitian lainnya, baik
pemerintah atau swasta.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


171
2016
10. TERLA KSANA NYA / TERWUJ UDNYA PE LAKSA NAAN REFORMAS I BIR OKRASI DI LI NGKUNGAN KEME NTERIAN PARIWISATA

TERLAKSANANYA/ TERWUJUDNYA PELAKSANAAN


10
REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PARIWISATA

Sasaran terlaksananya/ terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan


Kementerian Pariwisata, dapat dilihat dari presentase Indeks Reformasi Birokrasi.
Indeks Reformasi Birokrasi merupakan penilaian kemajuan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di Kementerian Pariwisata. Nilai ini merupakan nilai komulatif dari 8 area
perubahan sebagaimana Permenpan No. 11 Tahun 2015 tentang Roadmap
Reformasi Birokrasi. Indikator keberhasilan dari sasaran di atas, berikut target dan
realisasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.62 Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2016
CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI
(%)
14 Indeks Reformasi Birokrasi 75% 74,82% 99,76
(Persentase)

Dari tabel diatas, Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata tahun 2016
adalah sebesar 74,82% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya sebesar 75%
atau dengan capaian sebesar 99,76%, Hasil penilaian ini sesuai dengan Surat Menteri
PAN dan RB Nomor B/114/M.RB.06/2017 tanggal 16 Februari perihal Hasil Evaluasi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2016.

Dalam prosesnya, penilaian diatas terlebih dahulu dilakukan oleh Inspektorat pada
bulan Maret-Juni 2016 melalui PMPRB, hasilnya dievaluasi kembali oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada bulan Juli-Agustus
2016, hasilnya baru akan menjadi hasil final Indeks Reformasi Birokrasi Tahun2016.
Rincian penilaiannya terlihat pada tabel berikut:

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


172
2016
Tabel 3.63 Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi

Nilai Nilai %
No Komponen Penilaian Bobot
2015 2016 Capaian
A Pengungkit

1 Manajemen Perubahan 5,00 3,58 4,00 80%


2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 2,71 3,34 67%
3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 4,01 67%
4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,47 3,76 75%
5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 7,84 8.91 59%
6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 4,61 77%
7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,99 7,42 62%
8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,05 4,44 74%
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 35,83 40,49 67,48%
B Hasil
Kapasitas Dan Akuntabilitas Kinerja
1 20,00 14,64 15,35 76,75%
Organisasi
2 Pemerintah Yang Bersih Dan Bebas KKN 10,00 6,79 9,69 96,90%

3 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,23 9,29 92,90%

Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,66 34,33 85,82%

Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 65,23 74,82 74,82%

Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa nilai Indeks Reformasi Birokrasi


Kementerian Pariwisata Tahun 2016 mengalami peningkatan dari Indeks RB Tahun
2015, yaitu sebesar 9,59 point serta kenaikan predikat dari “B” menjadi “BB”. Berikut
perkembangan capaian Indeks Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dari
tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.64 Perbandingan Target dan Realisasi Indeks Reformasi Birokrasi Tahun 2014-2016
2016 2015 2014
INDIKATOR
REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN REALISASI CAPAIAN
KINERJA UTAMA
(%) (%) (%)
Indeks 74,82 99,76 65.23 92.10 60.23 70.86
Reformasi
Birokrasi
(Persentase)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


173
2016
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai Indeks RB terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya, yaitu sebesar 5 point (21,24%) pada tahun 2015, dan 9,59 point (7,66%)
pada tahun 2016.
Untuk meningkatkan terlaksananya/terwujudnya pelaksanaan reformasi birokrasi di
lingkungan kementerian pariwisata, telah dilakukan upaya-upaya perbaikan pada 8
area perubahan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2016 untuk
mendukung keberhasilan pencapaian sasaran tersebut sebagai berikut:

1) Bidang Manajemen Perubahan


Salah satu sumber permasalahan birokrasi adalah perilaku negatif yang
ditunjukkan dan dipratikkan oleh para birokrat. Perilaku ini mendorong
terciptanya citra negatif birokrasi. Perilaku yang sudah menjadi mental model
birokrasi yang dipandang lambat, dan berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka,
inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, fokus perubahan reformasi
birokrasi ditujukan pada perubahan mental aparatur. Perubahan mental
model/model perilaku aparatur diharapkan akan mendorong terciptanya
budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan
akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas dalam rangka menjawab tantangan tersebut sesuai dengan kegiatan
mikro yang mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi yang
menjadi kewajiban Kementerian Pariwisata di bidang area manajemen
perubahan antara lain:
a) Penyempurnaan Road Map RB Kementerian Pariwisata 2015-2019 dengan
Nomor Kepmenpar Nomor KM.126/ UM.001/MP/2015)
b) Pelaksanaan assesmen dan penetapan agen perubahan masing-masing unit
Eselon II lingkup Kemenpar
c) Pembentukan Tim Program Management Office (PMO) Tingkat Pusat dan
UPT dengan tujuan agar perubahan dapat dikelola dengan baik dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan serta pembentukan Tim Agen Perubahan
Per Unit Eselon II Kemenpar (dalam proses)
d) Bimbingan Teknis Manajemen Perubahan kepada TIM PMO dan Pegawai
terkait di Tingkat Pusat dan UPT

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


174
2016
e) Penetapan Nilai Budaya Kerja Kementerian Pariwisata dengan megacu pada
3 nilai Revolusi Mental yaitu Integritas, Etos Kerja, dan Gotong royong,
serta telah dilakukan pencanangan Budaya kerja oleh Menteri Pariwisata
yang dihadiri oleh 500 orang pegawai Kementerian Pariwisata.

2) Bidang Penguatan Peraturan Perundang-undangan


Permasalahan lain yang menjadi faktor penyebab munculnya perilaku negatif
aparatur adalah peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih,
disharmonis, dapat diinterprestasikan berbeda atau sengaja dibuat tiidak jelas
untuk membuka kemungkinan penyimpangan. Kondisi seperti ini seringkali
dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan
negara. Karena itu perlu dilakukan perubahan/ penguatan terhadap sistem
perundang-undangan yang lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.
Untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan kegiatan mikro yang mengacu
pada program prioritas nasional reformasi birokrasi di Bidang Perundang-
undangan antara lain;
a) Penetapan Tim Deregulasi Kementerian Pariwisata
b) Telah dilakukan inventarisasi peraturan bidang Pariwisata khususnya yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata (Th.2000-2016) serta telah
dilakukan identifikasi dan analisis atas peraturan yang dinilai tidak
harmonis;
c) Dari hasil identifikasi dan analisis, telah dilakukan revisi 5 peraturan, dan
pencabutan 4 Peraturan
d) Evaluasi atas implementasi beberapa regulasi produk Kementerian
Pariwisata, sebagai bahan masukan kepada Tim Deregulasi
e) Telah disusun Permen dan SOP tentang tata cara penyusunan Peraturan di
lingkungan Kementerian Pariwisata
f) Peraturan dan SOP Penyusunan Peraturan telah diimplementasikan dan
telah dilakukan evaluasi atas implementasinya

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


175
2016
3) Bidang Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan pemerintah dipandang belum berjalan secara efektif dan
efisien. Struktur yang terlalu gemuk dan memiliki banyak hirarki menyebabkan
timbulnya proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan
keputusan, dan akhirnya menciptakan budaya feodal pada aparatur. Karena itu
perubahan pada sistem kelembagaan akan mendorong efisiensi, efektivitas dan
percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan lam birokrasi.
Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong
terciptanya budaya/ perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan
birokrasi yang efektif dan efisien.
Pembenahan sistem dalam pelaksanaan restrukturisasi kelembagaan ASN,
dilakukan dengan kegiatan antara lain:
a) Analisis Jabatan
b) Analisis Beban Kerja
c) Monitoring dan evaluasi organisasi

4) Bidang Penguatan Tatalaksana (Bussiness Process)


Kejelasan proses bisnis/tata kerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah
juga sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang
seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa proses
yang pasti karena tidak terdapat sistem tata laksana yang baik. Hal ini kemudian
mendorong terciptanya perilaku hirarki, feodal, dan kurang kreatif pada
birokrat/aparatur. Karena itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat
diperlukan dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan sekaligus juga untuk mengubah mental aparatur.
Pembangunan sistem dalam penerapan e-government dilakukan melalui
penerapan aplikasi e-office dalam administrasi persuratan, penerapan e-
commando dalam pemberian intruksi pimpinan, dan penerapan aplikasi e-
performance dalam pengukuran kinerja, dengan kegiatan-kegiatan antara lain:
a) Telah dilakukan review dan revisi terhadap SOP dan telah mulai
diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


176
2016
b) Optimalisasi pemanfaatan e-government melalui aplikasi persuratan (e-
office) dan aplikasi untuk koordinasi (e-commando)
c) Penyusunan aplikasi bersama penerimaan mahasiswa baru melalui satu
pintu (website Kementerian Pariwisata)-aplikasi SBM STAPP dan telah
diimplementasikan mulai penerimaan mahasiswa Tahun 2016
d) Penyusunan rancangan aplikasi untuk penghitungan pergerakan perjalanan
wisatawan nusantara (dalam proses)

5) Bidang Penguatan Sistem SDM Aparatur Sipil Negara


Perilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh bagaimana setiap instansi
pemerintah membentuk SDM Aparaturnya melalui penerapan sistem
manajemen SDM-nya dan bagaimana Sistem Manajemen SDM yang tidak
diterapkan secara nasional. Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan
dengan baik mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan hingga
pemberhentian akan berpotensi menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal
ini akan berpengaruh pada kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan. Karena itu, perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu
dilakukan untuk memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu
menghasilkan pegawai yang profesional.
Perbaikan Berkelanjutan Sistem Perencanaan Kebutuhan Pegawai ASN
dilaksanakan melalui kegiatan antara lain :
a) Telah disusun Kepmen tentang pelaksanaan lelang jabatan pimpinan
tertinggi secara terbuka
b) Penyusunan rencana diklat PNS berkelanjutan
c) Penilaian indikator kinerja individu
d) Penyusunan informasi jabatan seluruh pegawai
e) Penyusunan standar kompetensi jabatan 1 Unit Eselon I (Sekretariat
Kementerian), sedangkan unit lainnya masih dalam proses
f) Penyempurnaan aplikasi database pegawai SIMPEG, sehingga saat ini
SIMPEG dapat diakses oleh pegawai, serta data yang ada telah dimanfaatkan
untuk membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan (BAPERJAKAT)
g) Penyempurnaan kode etik pegawai Kemenpar (dalam proses)

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


177
2016
6) Bidang Penguatan Pengawasan
Dalam rangka peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
yang menjadi tanggungjawab kementerian pariwisata dan sebagai langkah riil
untuk meminimalisir berbagai penyimpangan yang terjadi serta untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Pariwisata
perlu dilakukan peningkat dan penguatan peran dan fungsi pengawasan. Karena
lemahnya peran dan fungsi pengawasan akan mendorong tumbuhnya perilaku
koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama semakin menjadi,
sehingga berubah menjadi kebiasaan. Karena itu perubahan perilaku koruptif
aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau penguatan pengawasan.
Dalam rangka mencapai kondisi tersebut telah dilakukan kegiatan mikro yang
mengacu pada program prioritas nasional reformasi birokrasi di Bidang
Penguatan Pengawasan yaitu;
a) Telah ditetapkan Permen tentang penanganan gratifikasi, whistleblowing
system, benturan kepentingan, dan pengaduan masyarakat, serta telah
diimplementasikan dengan membentuk unit pengendalian gratifikasi/UPG
b) Telah dibentuk Tim Penilai Internal, dan telah ditetapkan Unit Kerja
percontohan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)-Politeknik Pariwisata
Makassar
c) Laporan keuangan Kementerian Pariwisata tahun anggaran 2015
memperoleh predikat Opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP), dengan Surat Ketua BPK RI Nomor 55/S/I-IV/05/2016 tanggal 26
Mei 2016)

7) Bidang Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai
sumber yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi
pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan
kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan
outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat
penerapan sisitem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi lebih
berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


178
2016
segala sumber-sumber yang dipergunakannya. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut reformasi birokrasi Bidang Penguatan Akuntabilitas akan
melaksanakan kegiatan prioritas nasional yaitu “Pembangunan/ Pengembangan
teknologi Informasi dalam manajemen Kinerja” dan kegiatan pendukung untuk
mewujudkan kinerja yang terstruktur dan saling mendukung mulai dari tingkat
pimpinan tertinggi yang dijabarkan ke struktur di bawahnya sampai dengan
staf, sedangkan untuk pengukuran kinerja ditetapkan indikator-indikator sesuai
dengan level kinerjanya. Melalui beberapa kegiatan antara lain;
f) Telah disusun RENSTRA Kemenpar 2015-2019, dengan mengacu pada
indikator kinerja utama yang telah disempurnakan
g) Telah dilakukan reviu dan penyempurnaan IKU tingkat Kementerian dan
setiap satker lingkup Kemenpar
h) Penyusunan perjanjian kinerja tingkat Unit Eselon I dan II
i) Monev kinerja seluruh unit kerja dilingkungan Kemenpar dengan
menggunakan aplikasi e-performance (per triwulan)
j) APIP telah melakukan monev kepada seluruh unit kerja Eselon I di
Lingkungan Kemenpar
k) Penyusunan LAKIP Kemenpar Tahun 2015 dan telah mendapatkan hasil
penilaian “BB”
l) Publikasi dokumen Renstra, IKU, PK, dan LAKIP melalui website
Kementerian Pariwisata

8) Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Pelayanan publik menjadi aspek lain yang selalu menjadi sorotan
masyarakat. Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya
mampu mendoronng peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah,
berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau serta menjaga
profesionalisme para petugas pelayanan. Oleh Karena itu, perlu dilakukan
penguatan terhadap sistem manajemen pelayanan publik agar mampu
mendorong perubahan profesionalisme para penyedia pelayanan serta
peningkatan kualitas pelayanan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik, Kementerian Pariwisata melakukan kegiatan antara lain :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


179
2016
a) Melakukan survey kepada stakeholder Kementerian Pariwisata
b) Pengembangan sistem pelayanan melalui e-Service
c) Evaluasi pelayanan publik Kepariwisataan serta identifikasi jenis-jenis
pelayanan publik Kementerian Pariwisata (dalam proses)
d) Pengembangan media promosi pariwisata berbasis digital melalui e-
marketing, penambahan spot promosi pariwisata dilokasi strategis,
penambahan promosi di channel TV luar negeri
e) Penerimaan mahasiswa baru melalui satu pintu (website Kementerian
Pariwisata)
f) Penyempurnaan SOP Informasi Publik
g) Pemanfaatan IT dalam layanan informasi pergerakan perjalaan wisnus

Selain itu, reformasi birokrasi kepariwisataan secara internal juga dilakukan oleh
Kementerian Pariwisata melalui digitalisasi program untuk pemantauan media, e-
procurement, e-office, Electronic Control Management Direction and Order (e-
CoManDO), serta seleksi bersama masuk sekolah tinggi, akademi, dan politeknik
pariwisata.

Kementerian Pariwisata juga melakukan digitalisasi


di dalam birokrasi untuk membangun sinergi di
dalam intansi Kementerian Pariwisata itu sendiri.

Gambar 3.67 e-Goverment Kementerian Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


180
2016
Dalam rangka lebih meningkatkan kualitas birokrasi serta mampu lebih
menumbuhkan budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata di tahun-tahun
berikutnya, terdapat beberapa hal yang masih perlu disempurnakan yaitu:
1) Membangun komitmen bersama mulai dari pimpinan sampai ke seluruh pegawai;
2) Penguatan Sistem Pengawasan;
3) Penguatan integritas aparatur di seluruh Kementerian pariwisata;
4) Pengintegrasian sistem perencanaan dan penganggaran;
5) Menerapkan penganggaran berdasarkan kinerja organisasi, dan menurunkannya
sampai ke level individu, sehingga dapat dijadikan dasar ukuran kinerja individu
dan dasar untuk memberlakukan rewards and punishment.

Hasil Survey Reformasi Birokrasi


Tabel 3.65 Hasil Survey Reformasi Birokrasi
Rata-Rata Kementerian
KETERANGAN Skala 2015 2016
2016
Survey/Indeks Persepsi 4,00 2,61 3,81 3,30
Korupsi
Indeks Pelayanan 4,00 2,90 3,72 3,22

Jika upaya yang sudah dilakukan di atas dikaitkan dengan hasil reformasi birokrasi
yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau pihak penerima layanan dari
Kementerian Pariwisata, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Indeks persepsi anti korupsi
Indeks persepsi anti korupsi merupakan persepsi penerima layanan terhadap
integritas petugas pemberi layanan. Integritas ini ditinjau tidak hanya dari
sistem layanan yang mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku
pemberi layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan layanan yang lebih
cepat, kesediaan menerima gratifikasi, ketersediaan sarana pengaduan dan
sebagainya. Hasil survei atas indeks persepsi anti korupsi menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan 1,20 poin dibanding tahun sebelumnya dari sebesar 2,61
menjadi 3,81 dalam skala 4. Indeks tersebut berada diatas indeks rata-rata
Kementerian yaitu sebesar 3,30.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


181
2016
Untuk meningkatkan Indeks persepsi anti korupsi Kementerian Pariwisata telah
melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a) Telah ditetapkan keputusan Menteri Pariwisata Nomor:
KM.52/PS.101/MP/2016 tentang Kebijakan pengawasan intern
Kementerian Pariwisata sebagai bentuk komitmen pimpinan terhadap
pelaksanaan good governance dan clean government.
b) Kegiatan sosialisasi pengendalian gratifikasi pada STP Bandung dengan
tujuan untuk menciptakan lingkungan instansi atau organisasi yang sadar
dan terkendali dalam penangangan praktek gratifikasi. Sehingga prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas semakin terimplementasi.
c) Telah dilakukan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah
(SPIP) dilingkungan Kementerian Pariwisata sebagaimana telah ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 tahun 2016 tentang
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dilingkungan
Kementerian Pariwisata.
d) Membangun sistem penanganan pengaduan internal wistleblowing system
(WBS) dilingkungan Kementerian Pariwisata yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Pariwisata No. 3 Tahun 2015 tentang tata cara
penanganan pengaduan internal dilingkungan Kementerian Pariwisata.
e) Pencanangan pembangunan zona integritas di tahun 2015.
f) Penunjukan unit kerja Politeknik Pariwisata Makassar sebagai unit kerja
yang mempunyai predikat wilayah bebas korupsi.
g) Menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata No.4 tahun 2015 tentang
penanganan benturan kepentingan dilingkungan Kementerian Pariwisata.
h) Pengelolaan pengaduan masyarakat dengan baik dan benar dapat
mencegah terjadinya penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, untuk itu Menteri
Pariwisata menetapkan Peraturan Menteri No. 2 tahun 2015 tentang
penanganan pengaduan masyarakat dilingkungan Kementerian Pariwisata.
i) Menerbitkan Surat Edaran No:UM.001/21/2/SESMEN/KEMPAR/2015
tentang pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa secara elektronik
dilingkungan Kementerian Pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


182
2016
2) Indeks kualitas pelayanan publik
Indeks kualitas pelayanan publik merupakan persepsi penerima beberapa
layanan utama Kementerian Pariwisata, yaitu layanan terhadap promosi serta
fasilitasi kepariwisataan.
Hasil survey atas indeks kualitas pelayanan publik Kementerian Pariwisata
menunjukkan peningkatan sebesar 0,82 poin dari tahun sebelumnya yaitu dari
sebesar 2,90 menjadi 3,72 dalam skala 4. Indeks tersebut berada diatas indeks
rata-rata Kementerian yaitu sebesar 3,22.

Grafik 3.12 Indeks Kualitas Pelayanan Publik

Kementerian Pariwisata telah melakukan berbagai upaya untuk kemajuan


pelaksanaan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa
permasalahan yang menghambat, diantaranya:
a) Perubahan yang seharusnya dilaksanakan oleh agent of change belum
terlihat;
b) Sistem pengendalian penyusunan peraturan perundangan sudah berjalan
tetapi masih ada beberapa produk kebijakan yang tidak didukung oleh
policy paper
c) Evaluasi atas pelaksanaan sistem pengendalian penyusunan peraturan
perundang-undangan belum dilakukan secara berkala

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


183
2016
d) Telah dilakukan identifikasi terkait peraturan perundangan yang tidak
harmonis tetapi belum ke seluruh peraturan
e) Ada beberapa Perpres terkait tujuan wisata baru yang belum diselesaikan
oleh kemenpar
f) Belum terlihat kesesuaian antara struktur organisasi dengan kinerja
organisasi;
g) Hasil evaluasi atas Bisnis proses dan SOP belum menunjukan efisiensi dan
efektifitas;
h) Penggunaan e-performance belum terintegrasi (antara keuangan, kinerja
dan kinerja individu);
i) Belum dilakukan asessment pada seluruh pegawai;
j) Belum ada kebijakan internal terkait promosi terbuka, (masih berupa
draft);
k) Pemberian tunjangan kinerja belum berdasarkan pada capaian kinerja
individu;
l) Sistem aplikasi kepegawaian masih dalam pengembangan sehingga belum
dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan terkait manajemen
SDM
m) Kebijakan tentang SPIP belum terlihat implementasinya dalam SOP,
penempatan SDM, dll;
n) Belum dilakukan monev dan atas implementasi beberapa kebijakan
integritas, seperti WBS, Benturan kepentingan, dll;
o) Belum terdapat unit kerja yang yang ditetapkan sebagai “menuju
WBK/WBBM”;
p) Permasalahan Bidang Akuntabilitas:
a) Komitmen dan Kepedulian Pimpinan terhadap Implementasi
Manajemen Kinerja di Unit Kerja masing-masing;
b) Monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja sudah dilaksanakan tetapi
belum optimal;
c) Pemanfaatan sistem e-performance belum maksimal;
d) Indikator kinerja secara berjenjang belum dilakukan secara
menyeluruh;

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


184
2016
e) Hasil Monev Rencana aksi belum ditindaklanjuti untuk perbaikan.
f) Evaluasi kinerja internal belum mampu memicu perubahan kinerja
organisasi.

Rekomendasi Peningkatan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi


Dalam rangka peningkatan nilai indeks Reformasi Birokrasi di Kementerian
Pariwisata, Tim Evaluasi Kementerian PAN & RB memberikan rekomendasi sebagai
berikut:

Gambar 3.68 Penguatan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi

11. ENING KAT NYA KUALIT AS KINE RJA ORG ANI SASI KEMENTE RIAN PARIWISATA

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


185
2016
11 MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA ORGANISASI
KEMENTERIAN PARIWISATA

Indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran Meningkatnya


Kualitas Kinerja Organisasi Kementerian Pariwisata adalah Opini Laporan Keuangan
Kementerian Pariwisata, yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata, yang merupakan hasil evaluasi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam uraian sebagai berikut:
A. OPINI KEUANGAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dinyatakan bahwa untuk
mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara, keuangan
negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Upaya konkrit dalam mewujudkan
Akuntabilitas dan Transparansi di lingkungan Kementerian Pariwisata selaku
instansi pemerintah yang melaksanakan penggunaan dana APBN berkewajiban
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan negara serta
melaksanakan pengintegrasian pelaporan keuangan dan kinerja yang
merupakan konsekuensi logis dari penerapan anggaran berbasis kinerja.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas pengelolaan
keuangan adalah opini laporan keuangan Kementerian/Lembaga yang
diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yaitu secara berurutan dari
penilaian yang paling rendah, yaitu: (1) Tidak diyakini kewajaran (Adverse); (2)
Tidak memberikan pendapat (Disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian
(WDP); dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Penilaian ini diukur melalui
kriteria pemberian opini atas audit laporan keuangan oleh BPK yang meliputi:
kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan
pengungkapan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


186
2016
Sesuai Amanat Reformasi Birokrasi, Kementerian Pariwisata telah
melaksanakan Penguatan, Pengendalian Pelaksanaan APBN dalam rangka
Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara yang efektif dan
efisien menuju good governance dan clean government.

Capaian indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata adalah sebagai


berikut :
Tabel 3.66 Target dan Realisasi Opini Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata
CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI
(%)
15 Opini Laporan Keuangan Kementerian WDP WTP -
Pariwisata

Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator kinerja Opini Laporan Keuangan
Kementerian Pariwisata pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata berhasil
memperoleh predikat Opini Laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
atas laporan keuangan tahun anggaran 2015, atas target WDP yang ditetapkan
sebelumnya.

Kementerian Pariwisata telah berhasil memperoleh predikat Opini Laporan


Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ditahun 2016 atas laporan keuangan
tahun anggaran 2015, berdasarkan Surat Ketua BPK RI Nomor 55/S/I-IV/05/2016
tanggal 26 Mei 2016 perihal penyampaian LHP atas LKPP Tahun 2015

Beberapa penghargaan yang diterima Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016,


adalah sebagai berikut:
1) Penghargaan atas penyajian saldo kas bendahara pengeluaran pada laporan
keuangan dengan tingkat akurasi tinggi untuk tahun 2015 (untuk tahun 2016
dilaporkan tahun 2017);
2) Terbaik pada dua kategori “Anugerah Media Humas 2016” yaitu cinderamata dan
profil lembaga humas;
3) Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2016 Tingkat Pratama, sebagai
kementerian yang memiliki komitmen dalam upaya mewujudkan kesetaraan
gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


187
2016
Untuk melihat perkembangan indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian
Pariwisata apakah mengalami peningkatan atau penurunan, perlu dibandingkan
capaian indikator di tahun 2014-2016. Perbandingannya terlihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3.67 Perbandingan Opini Laporan Keuangan tahun 2014 - 2016
INDIKATOR 2016 2015 2014
KINERJA CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN
REALISASI REALISASI REALISASI
UTAMA (%) (%) (%)
Opini - WTP - Disclaimer -
Masih
Laporan
dalam
Keuangan
proses
Kementerian
audit BPK
Pariwisata

Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2015 capaian Opini mengalami peningkatan
yang signifikan, dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP. Pada
saat penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2016 ini, Laporan Keuangan
masih dalam proses audit oleh BPK, sehingga belum dapat diketahui apakah Opini
WTP berhasil dipertahankan oleh Kementerian Pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


188
2016
Untuk meningkatkan pencapaian laporan
keuangan dengan opini WTP di Tahun 2016,
telah ditempuh berbagai strategi antara lain
terlihat pada gambar.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan dalam rangka percepatan
akuntabilitas dan peningkatan kualitas
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Reinventarisasi
Dalam rangka reinventarisasi, Sekretariat
Kementerian telah melakukan:
1) Penatausahaan Aset BMN
a) Meningkatkan Pengelolaan dan
penatausahaan BMN terutama aset
tetap
b) Melakukan Koordinasi/Kerjasama
yang baik antar semua elemen baik
internal maupun eksternal terkait
dalam penatusahaan dan
pengelolaan BMN.
c) Melakukan penataan BMN berupa
penelusuran dan reinventarisasi
terutama terhadap Aset yang tidak
ditemukan keberdaannya.
d) Merencanakan kebutuhan dan
penganggaran Barang Milik Negara
secara tepat.
e) Melaksanakan pengadaan Barang
Milik Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


189
2016
f) Melaksanakan pengelolaan BMN dengan menjalankan 3 prinsip yaitu tertib
administrasi, tertib hukum dan tertib fisik.
g) Mengelola barang persediaan harus di kelola dengan baik
h) Melakukan pengawasan dan pengendalian Barang Milik Negara yang ada
dalam pengawasannya.
i) Melaksanakan inventarisasi Barang Milik Negara secara berkelanjutan.
j) Melaporkan Barang Milik Negara secara berjenjang dan tepat waktu, dari
tingkat satker ke tingkat kementerian.
k) Pengelolaan BMN perlu ditingkatkan terutama :
a) Aset Tetap tanah, bangunan, jalan, jaringan dan irigasi.
b) Penggunaan Kendaraan Roda 6, 4, dan 2 perlu tertata secara jelas
c) Kepedulian pegawai terhadap fasilitas kantor yang berupa peralatan
sebagai penunjang Tusi agar merasa memiliki dan bertanggung jawab
menjaganya.
d) Khusus peralatan kantor yang bersifat mobile seharusnya ditunjuk
sebagai penanggung jawab pengguna.

Peningkatan Kapasitas SDM

Dalam rangka meningkatkan Kapasitas SDM, Sekretariat Kementerian telah


melakukan:
1) Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016
Penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran
didasari adanya kebutuhan atas tenaga pengelola keuangan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi Bendahara Pengeluaran di
lingkungan Kementerian Pariwisata.

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,


menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja negara dalam pelaksanaan APBN pada
kantor/satker kementerian/lembaga.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


190
2016
Pada tanggal 18 Januari 2016, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden
Nomor 7 tahun 2016 tentang sertifikasi bendahara pada satuan kerja pengelola
APBN. Pasal 2 Perpres Nomor 7 tahun 2016 tersebut menyebutkan bahwa PNS,
anggota TNI, anggota POLRI yang diangkat sebagai bendahara penerimaan,
bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu pada satker
pengelola APBN harus memiliki sertifikat bendahara.

Berdasarkan hal itu, Biro Perencanaan dan Keuangan Kementerian Pariwisata


memandang pentingnya mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan
mampu menjabat sebagai bendahara, maka bekerjasama dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Anggaran Kementerian Keuangan diselenggarakanlah
kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di
Lingkungan Kementerian Pariwisata.

Kegiatan Bimbingan Teknis Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Tahun 2016 di


Lingkungan Kementerian Pariwisata dilaksanakan pada tanggal 17-31 Juli 2016
di hotel New Ayuda, Jalan Raya Puncak Km.17, Cipayung, Megamendung, Jawa
Barat. Adapun peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang.

2) Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan


Pelaksanaan Pembekalan Kemampuan
Teknis Pengelola Keuangan merupakan
kegiatan rutin yang setiap tahun
dilaksanakan dalam rangka mendukung
terwujudnya tertib administrasi
pelaksanaan keuangan negara sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
Sesuai harapan tersebut diperlukan pengelolaan keuangan negara yang baik dan
transparan, prinsip tersebut mencakup adanya perencanaan kas yang baik, serta
menghindari adanya dana kas yang belum digunakan (idle cash).

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance, pengelolaan keuangan


negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


191
2016
serta memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik, antara
lain akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, profesionalitas dan keterbukaan.
Untuk melaksanakan tanggungjawab tersebut dibutuhkan sumber daya manusia
yang kompeten di bidang pengelolaan keuangan.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan informasi dan
kebijakan baru yang di keluarkan setiap tahun oleh Kementerian Keuangan
dalam penatausahaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan. Terbitnya
kebijakan dan peraturan-peraturan baru di bidang keuangan diharapkan dapat
menjadi momentum dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara.

Oleh karena itu dalam upaya mengeliminir permasalahan dan mengantisipasi


perubahan tersebut maka diperlukan pemahaman dan implementasi yang sama
terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk
mengatasi permasalah tersebut maka diperlukan suatu kegiatan Pembekalan
Kemampuan Teknis Pengelola Keuangan yang diharapkan adanya persamaan
persepsi dalam melaksanakan dan mengimplementasikan peraturan-peraturan
dan ketentuan yang berlaku terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

Kegiatan Pembekalan Kemampuan Teknis Pengelola keuangan ini merupakan


salah satu Implementasi SPIP, yang bertujuan untuk :

1) Meningkatkan kemampuan dan wawasan serta ketrampilan para pengelola


keuangan khususnya para Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu di lingkungan
Kementerian Pariwisata dalam persamaan persepsi pelaksanaan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


192
2016
penatausahaan pengelolaan keuangan sehingga lebih mudah mengendalikan
dan mengelimir resiko sedini mungkin.
2) Mewujudkan tertib administrasi dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Kementerian Pariwisata, dan
3) Untuk menjamin adanya transparansi dan akuntabilitas pengelola keuangan,
sehingga perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia yang memadai,
terutama aparat pengelola keuangan.

3) Kegiatan Pembinaan Pengelola BMN Barang/Jasa di Lingkungan


Kementerian Pariwisata
Kementerian Pariwisata telah
beberapa kali mengalami
perubahan Struktur Organisasi
Dalam penyampaian laporan BMN
sering menemukan laporan yang
berbeda terutama dalam
penyampaian volume dan harga
sehingga sulit untuk menggabungkan laporan yang disampaikan oleh UPT.
Sehubungan hal tersebut di atas, maka sangat perlu untuk diadakan pembinaan
berupa sosialisasi peraturan kepada para pengelola BMN agar tercapai satu
sinergi terhadap pelaksana pembukuan BMN guna memperoleh keseragaman
penyampaian laporan di lingkungan Kementerian Pariwisata . Hasil dari
kegiatan ini berupa Penyusunan Laporan BMN Semester I, II dan Tahunan
sudah menggunakan aplikasi SIMAK BMN Pengelola BMN dan mampu
menyusun laporan BMN dengan menggunakan aplikasi yang baru. Sistem
Akuntansi Barang Milik Negara diselenggarakan dengan tujuan untuk
menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN serta pengelolaan / pengendalian barang milik Negara yang
dikuasai oleh suatu unit akuntansi pengguna barang. Disamping menghasilkan
informasi sebagai dasar penyusunan neraca Kementerian Pariwisata juga
menghasilkan informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


193
2016
pengelolaan barang milik Negara dan kebutuhan-kebutuhan manajerial
Kementerian Pariwisata.

Sistem Pengendalian

Dalam rangka meningkatkan Sistem Pengendalian, Sekretariat Kementerian telah


melakukan:
1) Implementasi Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis web
Dalam rangka mewujukan Laporan Keuangan yang akurat, akuntabel dan
transparan, pada tahun 2016 Kementerian Pariwisata mulai menggunakan
Aplikasi e-Rekon-LK yang didesain oleh Kementerian Keuangan. Dengan
penggunaan Aplikasi e-Rekon-LK diharapkan terwujudnya: a)
Penyederhanaan proses dalam pelaksanaan rekonsiliasi, b) Membantu
Kementerian dalam menyusun/mengkompilasi Laporan Keuangan dengan
menciptakan single database, c) Keseragaman laporan di tiap level unit
akuntansi, d) Percepatan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Pariwisata.

2) Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan


Salah satu upaya untuk mempercepat proses penyelesaian rekomendasi atas
temuan Badan Pemeriksa Keuangan dan Inspektorat, maka perlu dilakukan
upaya penyelesaian, pemantauan dan evaluasi atas temuan-temuan hasil
pemeriksaan pada satker-satker/Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Pariwisata. Pemantauan dilakukan terhadap unit kerja yang
memiliki temuan yang menimbulkan kerugian negara, baik hasil pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan maupun Inspektorat. Hal-hal yang dilakukan antara
lain:

a) Melalui Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.38/OT.001/MP/2016


tanggal 23 Maret 2016 tentang Tim Penyelesaian Kerugian Negara di
Lingkungan Kementerian Pariwisata telah dibentuk Tim Penyelesaian
Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Pariwisata untuk membantu
menteri dalam memroses penyelesaian kerugian negara terhadap

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


194
2016
Bendahara, Pegawai Negeri Bukan Bendahara, pejabat lain di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan/atau pihak ketiga yang pembebanannya
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Mengklasifikasi data temuan terkait kepatuhan terhadap peraturan


perundang-undangan dan sistem pengendalian internal (SPI);

c) Koordinasi dengan unit terkait seperti Badan Pemeriksa Keuangan, Badan


Pengawas Keuangan dan Pembangunan dan Kementerian Keuangan terkait
tindak lanjut temuan;

d) Penatausahaan dokumen terkait tindak lanjut temuan

3) Implementasi SPIP
Kegiatan evaluasi hasil penilain
risiko merupakan kegiatan
penilaian atas risiko yang telah
teridentifikasi untuk dilakukan
pengendalian terhadap
kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran Instansi Pemerintah.
Kegiatan evaluasi hasil penilaian risiko menjadi dasar kegiaatan pengendalian
yang akan dilakukan, yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko,
serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Untuk
menindaklanjuti hasil tersebut, maka dilakukan Identifikasi risiko dan Analisis
risiko. Setelah teridentifikasi, selanjutnya memperkirakan seberapa sering
kemungkinan risiko terjadi (probability/likehood) dan dampak yang
ditimbulkan jika risiko terjadi (impact/consequencies), sehingga perlu dibuat
perencanaan didalam memetakan risiko.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1)
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kementerian Pariwisata
wajib menyelenggarakan SPIP. Sekretariat Kementerian sebagai perangkat dari

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


195
2016
Kementerian Pariwisata, dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata wajib melakukan
pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan dengan menerapkan ke
lima unsur SPIP yaitu Lingkungan pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan
Pengendalian, Informasi dan komunikasi serta Pemantauan Pengendalian
Intern.
Mengingat telah terjadi perubahan nomenklatur dari Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif menjadi Kementerian Pariwisata sebagaimana di atur
dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pariwisata, maka dipandang perlu untuk mereview Permenparekraf Nomor
PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru yaitu Kementerian
Pariwisata.
Hasil mapping risiko :
a) Penyusunan Renja K/L → 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di
kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 13 Infokom, 13 Monitoring
b) Penyusunan RKA-K/L → 8 risiko yang di identifikasi, 8 risiko yang di
kendalikan, 7 kegiatan pengendalian, 7 Infokom, 7 Monitoring
c) Revisi DIPA → 5 risiko yang di identifikasi, 5 risiko yang di kendalikan, 3
kegiatan pengendalian, 0 Infokom, 0 Monitoring
d) Penyusunan Laporan Keuangan → 22 risiko yang di identifikasi, 4 risiko
yang di kendalikan, 5 kegiatan pengendalian, 5 Infokom
e) Penyelesaian Permasalahan Perbendaharaan → 8 risiko yang di identifikasi,
8 risiko yang di kendalikan, 23 kegiatan pengendalian, 17 Infokom, 17
Monitoring
f) Pemberian Bantuan Hukum → 2 risiko yang di identifikasi, 2 risiko yang di
kendalikan, 4 kegiatan pengendalian, 2 Infokom, 2 Monitoring
g) Penyediaan dan Penyajian Informasi Parekraf → 6 risiko yang di
identifikasi, 6 risiko yang di kendalikan, 12 kegiatan pengendalian, 11
Infokom, 12 Monitoring

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


196
2016
h) Pelayanan Infromasi Publik → 6 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di
kendalikan, 15 kegiatan pengendalian, 14 Infokom, 14 Monitoring
i) Pengecekan Pemeliharaan Ruang Kerja Gedung Kantor → 7 risiko yang di
identifikasi, 7 risiko yang di kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9
Infokom, 9 Monitoring
j) Penyusunan Laporan BMN → 10 risiko yang di identifikasi, 6 risiko yang di
kendalikan, 9 kegiatan pengendalian, 9 Infokom, 9 Monitoring
k) Penyelenggaraan Seleksi Penerimaan CPNS → 5 risiko yang di identifikasi, 5
risiko yang di kendalikan, 8 kegiatan pengendalian, 8 Infokom, 8 Monitoring

Kegiatan Rapat Pendampingan


Penilaian Risiko Sekretariat
Kementerian Pariwisata di
selenggarakan pada hari Selasa
tanggal 31 Mei 2016 bertempat
di Hotel Alila Pecenongan,
Jakarta. Hasil rapat
pendampingan penilaian risiko
Biro-Biro di lingkungan Sekretariat Kementerian dengan BPKP akan menjadi
bahan dalam dokumen Rencana Tindak Pengendalian (RTP).
Review Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Rencana Kerja

Dalam rangka meningkatkan Rencana Kerja Sekretariat Kementerian telah


melakukan:

1) Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran

Rapat Penyusunan RKA-K/L Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2017,


diperlukan sebagai acuan bagi K/L dalam penerapan Penganggaran Berbasis

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


197
2016
Kinerja (PBK), mewujudkan
pengelolaan keuangan negara
yang tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan
dan bertanggungjawab dengan
memperhatikaan rasa keadilan
dan kepatutan, mempermudah
proses pendokumentasian dan pelaksanaan anggaran bagi K/L dan sebagai
pedoman bagi K/L dalam melaksanakan program, kegiatan dan anggaran.

Tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan aktivitas tersebut adalah menyusun
dokumen rencana kerja dan anggaran (RKA-K/L) sesuai hasil kesepakatan
Rakornis untuk selanjutnya akan di bahas dan telaah oleh Kementerian Keuangan
dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. Masing–
masing unit eselon I di lingkungan Kementerian Pariwisata melakukan
penyusunan RKAKL beserta dengan data dukungnya yaitu Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang Pagu Anggaran dan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang
Alokasi Anggaran.

RKAKL yang telah disusun beserta dengan data dukungnya akan digunakan
sebagai bahan penelaahan dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan.

RKAKL yang telah ditelaah akan menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) yang akan direview dan diteliti oleh Aparat Pengawas Internal (APIP)
Kementerian Pariwisata yang terdiri dari Inspektorat Kementerian dan Biro
Perencanaan dan Keuangan. Setelah itu akan dilakukan penelaahan oleh
Kementerian Keuangan dan ditetapkan untuk menjadi pedoman pelaksanaan
kegiatan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


198
2016
Dokumen RKAKL Kementerian Pariwisata telah disusun dengan menerapkan
pendekatan penganggaran, yaitu penganggaran terpadu, penganggaran berbasis
kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah serta klasifikasi anggaran
untuk mewujudkan sistem penganggaran yang lebih rasional, transparan dan
akuntabel menuju sistem pengelolaan keuangan Negara yang profesional sesuai
dengan amanat UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

RKAKL ini nantinya akan diproses lebih lanjut untuk menjadi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan menjadi pedoman dalam hal
pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Pariwisata. Setelah DIPA ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, Kementerian Pariwisata akan menerbitkan Petunjuk
Operasional Kegiatan yang menjadi acuan dalam hal pelaksanaan program dan
kegiatan bagi Kementerian Pariwisata

Pemanfaatan Laporan

Dalam rangka meningkatkan Pemanfaatan Laporan Sekretariat Kementerian telah


melakukan:
1) Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Eselon I, Satuan Kerja
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 (Unaudited) dan Laporan Keuangan
Tingkat Kementerian Triwulan I,II III Dan IV Tahun 2016 (Audited)
Dana Unit Akuntansi Pembantu Penguna
Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang
(UAPA/B) merupakan bagian dari anggaran
Kementerian Negara/Lembaga yang digunakan
untuk melaksanakan urusan yang menurut
peraturan perundang-undangan menjadi urusan
Pusat. Pertanggungjawaban dan pelaporan Dana
Unit Akuntansi Pembantu Penguna
Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B-Es.I) dan
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) mencakup aspek
manajerial dan aspek akuntabilitas. Aspek manajerial terdiri dari perkembangan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


199
2016
realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi,
dan saran tindak lanjut. Aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 233/PMK.05/2011 Tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,
masih belum dipahami sepenuhnya oleh
pelaksana pengelola keuangan Satuan Kerja,
sering terjadi ketidaksesuaian baik dari sisi
penyusunan, penyajian maupun penyampaian.
Setelah dilakukan evaluasi masih banyak LK Satker semesteran/tahunan baik
dalam penyusunan, penyajian, maupun penyampaiannya belum sepenuhnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Guna mendukung terwujudnya Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata
tahun 2015 yang berkualitas, sehingga Opini kedepan dapat lebih baik, sangat
diperlukan peran SDM penyusun laporan keuangan yang professional. Oleh
karena itu Biro Perencanaan dan Keuangan – Sekretaris Kementerian Pariwisata
berupaya menyelenggarakan Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat
Kementerian, Satuan Kerja, dan Eselon I (UNAUDITED) sebagai salah satu upaya
meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata sehingga
dapat meraih opini WTP.
Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian, Satuan Kerja, dan
Eselon I Tahun 2015 (UNAUDITED) ini mempunyai maksud dan tujuan sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kompetensi dan sikap profesional para petugas akuntansi
dalam mengaplikasikan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Berbasis Akrual
untuk mendukung penyusunan Laporan Keuangan sesuai prinsip-prinsip
akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan, guna

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


200
2016
mewujudkan tertibnya penyajian, penyampaian dan pelaporan kepada unsur
terkait ;
b. Tercapainya kesamaan persepsi dan terwujudnya kelancaran administrasi
serta kemudahan dalam pengendalian pengelolaan keuangan sehingga laporan
keuangan Kementerian Pariwisata dapat tersusun dengan baik, berjenjang,
transparan, akuntabel dan tepat waktu sebagaimana diamanatkan dalam
undang undang.;
c. Terwujudnya fungsi Manajemen, di Lingkungan Kementerian Pariwisata
melalui penyajian Laporan Keuangan Kementerian yang lengkap, tepat waktu
dan berjenjang, dengan berpedoman kepada sistem dan prosedur yang
berlaku.

2) Reviu RKA-KL dan Laporan Keuangan

Kegiatan Reviu
RKA-KL dilakukan
setelah
dilaksanakannya
Penelitian RKA-KL
melalui verifikasi atas
kelengkapan dan
kebenaran dokumen yg
dipersyaratkan,
kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaan penganggaran, yang
difokuskan meneliti konsistensi pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL
sesuai dengan sasaran kinerja dalam Renja K/L dan RKP, kesesuaian total pagu
dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L,
kesesuaian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu anggaran K/L, kepatuhan
dalam pencantuman tematik APBN pada level keluaran dan kelengkapan
dokumen pendukung RKA-KL.

Setelah selesai dilaksanakan penelitian Reviu RKA-KL yakni penelahaan


atas penyusunan dokumen rencana keuangan yang bersifat tahunan berupa

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


201
2016
RKA-KL oleh auditor APIP yang kompeten untuk memberikan keyakinan
terbatas bahwa RKA-KL telah disusun berdasarkan RKP, Renja K/L dan Pagu
Anggaran serta kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang
direncanakan, dalam upaya membantu Menteri untuk menghasilkan RKA-KL
yang berkualitas. Adapun tujuan dari Reviu RKA-KL adalah untuk memberi
keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan, bahwa
informasi dalam RKA-KL sesuai dengan RKP, Renja K/L dan Pagu Anggaran
serta kesesuaian dengan standar biaya dan dilengkapi dokumen pendukung
RKA-KL. Ruang lingkup reviu RKA-KL difokuskan pada: konsistensi
pencantuman sasaran kinerja dalam RKA-KL dengan Renja dan RKP;
kesesuaian total pagu dan rincian sumber dana dalam RKA-KL dengan pagu
anggaran K/L; kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran
antara lain: penerapan SBM dan SBK, keseuaian jenis belanja, serta hal-hal
yang dibatasi/dilarang; kelengkapan dokumen pendukung RKA-KL antara lain:
RKA Satker, TOR/RAB, dan dokumen pendukung terkait lainnya.

Peran APIP yang strategis dalam proses perencanaan penganggaran


dengan melakukan reviu RKA-K/L dan dokumen pendukungnya merupakan
wujud dari quality assurance, sehingga dapat meminimalisasi adanya
kekeliruan dalam pelaksanaan anggaran dan meminimalisasi terjadinya
pemborosan atau penggunaan anggaran-anggaran yang tidak mendukung
tupoksi. Oleh karena itu, kompetensi dan pengetahuan APIP dalam
perencanaan anggaran menjadi penting untuk ditingkatkan karena dengan
APIP yang kompeten, maka hasil reviu RKA K/L akan menjadi lebih optimal
yang pada akhirnya akan mendorong satuan kerja untuk menghasilkan
RKA/KL yang berkualitas.

Setelah Inspektorat melakukan Reviu selanjutnya dibuatkan


rekomendasi atas kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan
yang disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan
yang belum atau tidak dilaksanakan. Laporan hasil reviu disusun dalam bentuk
Laporan Hasil Reviu (LHR). Laporan hasil reviu disampaikan oleh pimpinan
APIP K/L kepada pimpinan unit eselon I.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


202
2016
3) Zona Integritas
Menindaklanjuti Peraturan
Menteri Pemberdayaan
Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor
52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunar
Zona integritas menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Instansi Pemerintah,
serta dalam rangka melakukan penguatan sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat melayani
masyarakat dengan cepat, tepat dan profesional, serta bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN), Kementerian Pariwisata mencoba berupaya
untuk membangun pilot project unit kerja percontohan wilayah bebas korupsi,
yang diusulkan oleh Sekretaris Kementerian kepada Kementerian PANRB
melalui surat nomor PS. 101/I/16/SESMEN/KEMPAR/2016 tgl 29 Juli 2016
tentang usulan Politeknik Pariwisata Makassar menjadi Zona Integritas
menuju wilayah Bebas dari Korupsi. Berdasarkan hasil penilaian tim penilai
Internal Kementerian Pariwisata, Politeknik Pariwisata Makassar memperoleh
angka penilaian sebesar 85,85 terdiri dari komponen pegungkit 48,72 dan
hasil 33,13 , sedangkan untuk satuan kerja dilingkungan Kementerian
Pariwisata lainnya akan segera di lakukan penilaian lebih lanjut.
Sebagai langkah awal pembangunan zona integritas tersebut, telah dilakukan
pencanangan pembangunan zona integritas pada tanggal 26 Oktober 2015,
bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor
Kementerian Pariwisata.
Dalam kegiatan tersebut, dipimpin langsung oleh Menteri Pariwisata, dan
dihadiri seluruh jajaran Kementerian Pariwisata mulai dari Staf Ahli Menteri,
pejabat Eselon I, II, III, IV, sampai dengan staf, serta dihadiri oleh Inspektur
Jenderal Kementerian Perhubungan dan Kemenko Maritim, Ketua Ombudsman

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


203
2016
RI, perwakilan dari Kementerian PAN dan RB, serta perwakilan dari Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Untuk mendukung pembangunan zona integritas di atas, telah disusun terlebih
dahulu beberapa hal sebagai berikut:
a) Tim Penyusun Dokumen Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya
Anti Korupsi Kementerian Pariwisata sesuai SK Menteri Pariwisata No.
SK 433/OT.001/SESMEN/ KEMPAR/2015 tanggal 27 Juli 2015.
b) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penangaan Gratifikasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Pedoman
ini telah dilakukan sosialisasi kepada para pegawai pada tanggal 18
Desember 2015.
c) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan di lingkungan Kementerian Pariwisata.
d) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penanganan Pengaduan Internal di lingkungan Kementerian Pariwisata.

4) Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Dekonsentrasi


Dalam rangka pengendalian dan identifikasi kendala dan permasalahan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan Dekonsentrasi, telah dilakukan
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan yang didanai melalui dana
dekonsentrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata. Selain itu dengan
adanya perubahan pada sistem pelaporan pertanggungjawaban dana
dekonsentrasi maka telah dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri
Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Dekonsentrasi Kementerian Pariwisata sehingga telah diterbitkan Peraturan
Menteri baru mengenai pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi yaitu Peraturan
Menteri Pariwisata Nomor 20 Tahun 2016.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


204
2016
Taat Aturan

Dalam rangka meningkatkan ketaatan terhadap peraturan Sekretariat Kementerian


telah melakukan:
1) Meningkatkan pengelolaan PNBP
Berdasarkan amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak, mempunyai peranan dan kedudukan yang
sangat penting dan strategis dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
pembangunan nasional serta untuk memberikan landasan hukum yang kuat,
adil, tegas dan jelas dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai
salah satu sumber penerimaan Negara.
Mengingat pentingnya peran PNBP perlu Kementerian Pariwisata perlu
meningkatkan pengelolaan PNBP melalui Pemantauan laporan realisasi
anggaran pendapatan secara intensif, Sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP dan menetapkan
target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2016.

2) Kegiatan Penyelesaian Masalah Perbendaharaan


Dilaksanakan dengan mengadakan pemantauan
tindak lanjut penyelesaian tuntutan ganti rugi di
UPT/SKPD dan Sosialisasi Pedoman Penyelesaian
Kerugian Negara kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), auditor, bendahara sebagai dasar
untuk menyelesaikan masalah temuan, piutang dan
langkah-langkah untuk meningkatkan opini laporan
keuangan.
Kerugian negara yang dilakukan oleh Bendahara
dilakukan proses/upaya pengembalian melalui Tuntutan Perbendaharaan,
sedangkan kerugian negara yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil Non
Bendahara dan Pejabat Lain serta pihak ketiga dilakukan proses/upaya
Tuntutan Ganti Rugi (TGR).

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


205
2016
Tuntutan Perbendaharaan (TP) pada hakikatnya adalah kegiatan untuk
mengembalikan kekurangan perbendaharaan sebagai akibat dari kesalahan/
kelalaian/kealpaan seorang bendaharawan. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) adalah
kegiatan untuk mengembalikan kerugian negara sebagai akibat langsung atau
tidak langsung dari perbuatan melanggar hukum ataupun melalaikan kewajiban
seorang pegawai negeri sipil (dalam kedudukannya sebagai
demikian/alszonadig).
Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi mempunyai
arti yang penting dalam rangka pengamanan keuangan negara, karena di
samping sebagai usaha untuk mendapatkan penggantian atas kerugian negara,
kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menegakkan disiplin dan tanggung
jawab para pegawai negeri umumnya dan para pengurus/pengelola keuangan
negara pada khususnya termasuk para Bendaharawan bila dalam jabatannya
melakukan perbuatan melawan hukum atau melalaikan kewajiban dan secara
langsung merugikan negara, diwajibkan mengganti kerugian tersebut.

3) Implementasi Sistem Akuntansi Instansi berbasis Akrual


Penerapan akuntansi berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata di tahun
2016 merupakan tahun kedua dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara. Dengan penerapan akuntansi berbasis
akrual pemerintah akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain
meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan dan pertanggungjawaban
Pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance, clean government,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Pemerintah pada seluruh
tahapan siklus anggaran antara lain dalam pengelolaan sumber daya ekonomi,
pengendalian defisit anggaran dan penentuan besaran biaya penyelenggaraan
pemerintahan dan menjadi salah satu alat dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi. Monitoring dan evaluasi implementasi akuntansi
berbasis akrual pada Kementerian Pariwisata dilakukan terhadap seluruh
satuan kerja pusat dan daerah secara periodik selama tahun 2016, meliputi
penelaahan dan analisa setiap komponen Laporan Keuangan yaitu Laporan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


206
2016
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.

Reward & Punishment


Dalam rangka menerapkan Reward & Punishment Sekretariat Kementerian telah
melakukan:
1. Disiplin Pegawai
Penundaan kenaikan gaji berkala/kenaikan pangkat bagi pegawai yang tidak
disiplin.
2. Pemberian besaran Uang Persediaan (UP) Kepada unit eselon I berdasarkan hasil
evaluasi tingkat kecepatan pengembalian pertanggungjawaban Tahun
sebelumnya.

KENDALA DAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


Kendala dan upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target Opini Laporan
Keuangan tahun 2016, sebagai berikut:
1) Belum optimalnya komitmen para pejabat pusat dan daerah dalam mendorong
kualitas laporan keuangan dan percepatan penyelesaian temuan sehingga
terkesan lambat dalam menindaklanjuti temuan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK. Untuk itu telah dilakukan koordinasi dengan Instansi lain
terkait permasalahan yang ditemui pada saat pelaksanaan, dalam hal ini
Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) dan Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait proses pengadaan barang dan jasa
serta Kementerian Keuangan terkait proses pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan.
Dalam rangka menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan BPK, telah dilakukan
upaya sebagai berikut :
a) Membentuk Tim Pengelola Perbaikan Sistem PNBP untuk memperbaiki
Sistem Pengelolaan PNBP;
b) Melakukan koordinasi dengan Menteri Keuangan serta Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan untuk penetapan saldo aset persediaan hasil likuidasi;
c) Melaksanakan pembenahan menyeluruh atas pengelolaan Aset Tetap;

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


207
2016
d) Sudah dibuat laporan tim inventarisasi aset tentang rencana aksi
penyelesaian tindak lanjut temuan BPK yaitu maping database SIMAK,
sinkronisasi SIMAK dan SAI, sinkronisasi LK BMN dengan LK DJKN,
pendampingan Inventarisasi aset rusak berat, hilang, dikuasai pihak lain,
pendampingan penyusunan laporan hasil Inventarisasi aset tetap, usulan
penghapusan/hibah aset tetap, pendampingan tindak lanjut usulan hasil
inventarisasi aset dan perbaikan database SIMAK komprehensif.
e) Membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) dan Tim
Reinvetarisir asset.
2) Kualitas operator penyusun Laporan Keuangan pada masing-masing satuan
kerja belum optimal, sehingga laporan keuangan belum disajikan dan
diungkapkan secara lengkap (full disclosure). Untuk itu telah dilaksanakan
bimbingan teknis Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang diikuti seluruh satuan
kerja pusat dan daerah (UPT/SKPD) di lingkungan Kementerian Pariwisata.
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan para Penanggung Jawab kegiatan belum
sepenuhnya taat terhadap peraturan pengelolaan keuangan negara sehingga
temuan berulang pada pengadaan barang/jasa dan pelaksanaan perjalanan
dinas masih terjadi. Untuk itu telah disusun petunjuk teknis pengelola keuangan
dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang
tercantum dalam DIPA.
4) Inventarisasi barang milik negara belum selesai. Kondisi ini berpotensi
mempengaruhi kinerja akuntabilitas Kementerian Pariwisata khususnya opini
keuangan, mengingat permasalahan barang milik negara ini merupakan
penyumbang terbesar opini disclaimer yang diperoleh Kementerian Pariwisata.
5) Kompetensi SDM Auditor belum memadai, sehingga dibutuhkan percepatan
peningkatan kapasitas auditor di lingkungan Kementerian Pariwisata, agar
dapat menjawab tantangan audit internal yang semakin besar sebagai akibat
meningkatnya anggaran Kementerian Pariwisata di tahun-tahun berikutnya
secara signifikan.
6) Melaksanakan percepatan proses pengadaan barang/jasa dengan melakukan
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara rutin
dan menginventarisasi permasalahan yang dihadapi.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


208
2016
7) Melakukan In House Training dan pendampingan dengan instansi terkait
(Kementerian Keuangan dan BPKP)
8) Menyusun petunjuk teknis DAK dan petunjuk teknis lainnya sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam DIPA
9) Penerapan reward and punishment belum ada sehingga para pelaksana kurang
termotivasi untuk meningkatkan kinerja di lingkungan unit kerja masing-
masing.

C. PREDIKAT SAKIP KEMENTERIAN PARIWISATA


Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang terselenggara secara
manual atau komputerisasi yang dirancang dan ditetapkan untuk tujuan
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja
pada instansi pemerintah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif.
Penentuan Predikat SAKIP adalah berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan
oleh Kementerian PAN dan RB setiap tahunnya. Evaluasi akuntabilitas kinerja
mencakup review dan evaluasi atas aspek perencanaan kinerja, aspek
pengukuran kinerja, aspek pelaporan kinerja, dan aspek evaluasi kinerja
internal, serta aspek capaian kinerja output dan outcome serta kinerja lainnya.
Capaian Indikator Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.68 Target dan Realisasi Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata
CAPAIAN
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI
(%)
16 Predikat SAKIP Kementerian Pariwisata A BB 94,00
(Nilai) (80) (75,20)

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator kinerja Predikat SAKIP
Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dengan target A (Memuaskan) dapat
direalisasikan dengan peringkat BB (Sangat Baik). Nilai akuntabilitas kinerja tahun
2016, diperoleh berdasarkan hasil evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh
Kementerian PAN & RB dan disampaikan kepada Kementerian Pariwisata melalui
surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


209
2016
Nomor B/614/M.AA.05/2017 tanggal 16 Februari 2017 perihal Hasil Evaluasi atas
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016.

Berdasarkan surat tersebut di atas, hasil evaluasi menunjukan bahwa Kementerian


Pariwisata memperoleh nilai 75,20 dengan predikat BB (Sangat Baik). Penilaian
tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja
birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil di
Kementerian Pariwisata sudah menunjukkan hasil yang baik.

Untuk melihat perkembangan capaian indikator Predikat SAKIP Kementerian


Pariwisata, bila dibandingkan Realisasi dengan Target pada Perjanjian Kinerja (PK)
setiap tahunnya sejak Tahun 2014-2016, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.69 Perbandingan Capaian tahun 2014 s.d. tahun 2016 terhadap
Perjanjian Kinerja (PK)
INDIKATOR 2016 2015 2014
KINERJA UTAMA REALISASI % REALISASI % REALISASI %
Predikat SAKIP BB 4,33 BB - B -
Kementerian (75,20) (72,08) (73,97)
Pariwisata

Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian pada tahun 2016 dengan nilai sebesar 75,20
naik sebesar 3,12 dari nilai 72,08 pada tahun 2015. Sedangkan capaian tahun 2015
dengan nilai sebesar 72,08 turun sebesar 1,89 dari nilai 73,97 pada tahun 2014,
namun tingkat Akuntabilitas Kinerja tahun 2015 Kementerian Pariwisata mengalami
peningkatan dari predikat B (Baik) menjadi predikat BB (Amat Baik) dari tahun
sebelumnya.

Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB terhadap
Kementerian Pariwisata meliputi 5(lima) komponen besar managemen kinerja yaitu
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja dan
Capaian Kinerja, dengan penilaian sebagai berikut :

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


210
2016
Tabel 3.70 Hasil Penilaian Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2016
Nilai
Komponen Yang Dinilai Bobot
2015 2016
a. Perencanaan Kinerja 30 21,57 23,23
b. Pengukuran Kinerja 25 17,60 18,11
c. Pelaporan Kinerja 15 12,42 12,46
d. Evaluasi Kinerja 10 6,28 6,69
e. Capaian Kinerja 20 14,21 14,71
Nilai Hasil Evaluasi 100 72,08 75,20
Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB BB

Berdasarkan hasil evaluasi di atas dapat dilihat peningkatan pada setiap komponen
dibanding tahun 2015, Untuk komponen perencanaan kinerja dengan nilai 21,57
menjadi 23,23, komponen pengukuran kinerja dengan nilai 17,60 menjadi 18,11,
komponen pelaporan kinerja dengan nilai 12,42 menjadi 12,46, komponen evaluasi
kinerja dengan nilai 6,28 menjadi 6,69, komponen capaian kinerja dengan nilai 14,21
menjadi 14,71.

Hasil evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Kementerian Pariwisata dengan
uraian sebagai berikut :
1) Kementerian Pariwisata telah menyusun dokumen Renstra yang telah dilengkapi
dengan tujuan dan indikator kinerja/ukuran keberhasilan yang telah berorientasi
hasil (outcome), indikator kinerja yang baik/memenuhi kriteria SMART dan
target tahunan kinerjanya. Dokumen Renstra juga telah selaras dengan dokumen
RPJMN dan telah digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Rencana
Kinerja Tahunan;
2) Dalam rangka pengukuran kinerja organsiasi Kementerian Pariwisata telah
menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan sebagai ukuran
keberhasilan suatu organisasi, dan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun
ukuran kinerja tingkat Eselon III dan IV sebagai turunan kinerja berjenjang belum
sepenuhnya dilaksanakan pada seluruh unit kerja serta pengukuran capaian
kinerja mulai dari pejabat Eselon IV ke atas belum dikaitkan dengan
(dimanfaatkan) sebagai dasar pemberian reward dan punishment, dan ukuran

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


211
2016
(indikator) kinerja individu belum mengacu pada Indikator Kinerja Utama (IKU)
unit kerja organisasi/atasannya;
3) Pemantauan atas hasil kinerja seluruh unit kerja sudah cukup efisien dan efektif
karena sudah sepenuhnya menggunakan teknologi informasi. Keberadaaan
sistem informasi kinerja berbasis elektronik (e-performance) sangat diperlukan
bagi Kementerian Pariwisata agar dapat memonitor dan mengendalikan kinerja
semua unit kerja termasuk kinerja individu sehingga dapat memberi masukan
untuk perbaikan yang berkelanjutan;
4) Secara umum Kementerian Pariwisata telah berhasil memenuhi berbagai target
kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan PermenPAN & RB Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi


atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terjadi
perubahan terhadap sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi
kinerja, perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.71 Perubahan Pembobotan tahun 2015/2016 terhadap tahun 2014

KOMPONEN 2016 2015 2014


NO
SAKIP
BOBOT NILAI BOBOT NILAI BOBOT NILAI
1. Perencanaan 30 23,23 30 21,57 35 26,13
Kinerja
2. Pengukuran 25 18,11 25 17,6 20 14,08
Kinerja
3. Pelaporan 15 12,46 15 12,42 15 12,04
Kinerja
4. Evaluasi Kinerja 10 6,69 10 6,28 10 7,05
5. Capaian Kinerja 20 14,71 20 14,21 20 14,67
Nilai Hasil 100 75,20 100 72,08 100 73,97
Evaluasi
Tingkat BB BB B
Akuntabilitas
Kinerja

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perubahan pada komponen perencanaan


kinerja pada tahun 2014 dengan bobot 35% sedangkan pada tahun 2015/2016
menjadi 30% dan untuk komponen pengukuran kinerja pada tahun 2014 dengan
bobot 20% menjadi 25% pada tahun 2015/2016.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


212
2016
Disamping perubahan sistem pembobotan dalam menentukan nilai hasil evaluasi
kinerja, perubahan juga dilakukan terhadap penyebutan pada predikat dan kategori,
perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.72 Perubahan Penyebutan Predikat dan Kategori


2015/2016 2014
BOBOT RANGE INTERPRETASI BOBOT RANGE INTERPRETASI
NILAI NILAI
AA >90 -100 Sangat AA >85-100 Memuaskan
Memuaskan
A >80 – 90 Memuaskan A >75-85 Sangat baik
BB >70 – 80 Sangat Baik B >65-75 Baik
B >60 – 70 Baik CC >50-65 Cukup Baik
CC >50 – 60 Cukup C >30-50 Agak Kurang
(Memadai)
C >30 - 50 Kurang D 0-30 Kurang
D 0 - 30 Sangat Kurang - - -

Berdasarkan uraian diatas serta dalam rangka lebih mengefektifkan budaya kinerja di
lingkungan Kementerian Pariwisata, Kementerian PAN dan RB memberikan
rekomendasi sebagai berikut:
1) Memanfaatkan dokumen rencana aksi sebagai jalur alternatif perbaikan dalam
mengarahkan dan mengorganisasi kegiatan organisasi dan memantau
pencapaian rencana aksi tersebut;
2) Memanfaatkan pengukuran capaian kinerja mulai dari pejabat Eselon IV ke atas
sebagai dasar pemberian reward dan punishment, dan menyusun kinerja individu
sesuai tugas, fungsi dan perannya berdasarkan sasaran kinerja atasannya
berdasarkan perjanjian kinerja yang telah ditetapkan dengan melibatkan unit
yang menangani kepegawaian dan perencanaan kinerja;
3) Menyempurnakan aplikasi agar dapat mengintegrasikan informasi kinerja dan
keungan, sehingga dapat memberikan informasi, khususnya tentang capaian
kinerja secara berkala dan menuangkannya dalam Rencana Aksi yang membantu
memudahkan pimpinan dalam penentuan strategi serta pengambilan keputusan;

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


213
2016
4) Meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja internal untuk
mempercepat pelaksanaan manajemen kinerja serta mendorong tumbuhnya
budaya kinerja di lingkungan Kementerian Pariwisata melalui pemanfataan
berbagai dokumen yang sudah disusun, seperti penilaian kinerja secara periodik,
mekanisme reward dan punishment kinerja dan sebagaianya.

Dalam upaya meningkatkan capaian indikator Predikat SAKIP Tahun 2016,


Kementerian Pariwisata telah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan Renja K/L
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanan Pembangunan Nasional, penyusunan RAPBN berpedoman kepada
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan memperhitungkan ketersediaan
anggaran. RKP merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan
sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN dan dasar pelaksanaan kegaitan-
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui
Kementerian/Lembaga. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional yang
memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga,
kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif. RKP kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Renja K/L merupakan dokumen perencanaan yang berisi program dan kegiatan
suatu Kementerian/Lembaga sebagai penjabaran dari Rencana Strategis K/L

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


214
2016
(Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran. Penyusunan Renja
K/L oleh Kementerian/Lembaga dilaksanakan setelah dikeluarkannya surat yang
ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan
tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga yang merupakan pagu anggaran
yang didasarkan atas kebijakan umum serta Tema dan Prioritas Pembangunan
Nasional. Pagu Indikatif tersebut merupakan batas tertinggi alokasi anggaran
yang dirinci menurut program dan kegiatan prioritas yang pendanaannya terdiri
atas rupiah murni, PHLN, dan PNBP.
Berkenaan dengan telah diberlakukannya penerapan Penganggaran Berbasis
Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) secara penuh
yang menggunakan struktur program dan kegiatan hasil restrukturisasi, maka
mekanisme penyusunan Renja K/L menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Dalam upaya peningkatan kinerja dan pencapaian visi dan misi Kementerian
Pariwisata, Sekretariat Kementerian dengan mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
telah mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja Kementerian (Renja K/L)
Tahun 2016. Dengan adanya Renja K/L ini, diharapkan sasaran dari masing-
masing program dan kegiatan akan semakin tampak dan jelas karena masing-
masing telah dilengkapi dengan indikator dan rencana tingkat capaian (target)
secara kuantitatif. Untuk menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja
Kementerian Pariwisata Tahun 2016 yang bersifat indikatif.
2. Perjanjian Kinerja (PK)
Perbaikan governance dan sistem
manajemen merupakan agenda
penting dalam reformasi
pemerintahan yang sedang
dijalankan oleh pemerintah. Sistem
manajemen pemerintahan yang
berfokus pada peningkatan
akuntabilitas dan sekaligus
peningkatan kinerja berorientasi pada hasil (outcome) dikenal sebagai Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Sistem AKIP

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


215
2016
diimplementasikan secara “self assesment” oleh masing-masing instansi
pemerintah. Ini berarti instansi pemerintah tersebut merencanakan,
melaksanakan, mengukur dan memantau kinerjanya secara mandiri serta
melaporkan kepada instansi yang lebih tinggi. Dalam sistem yang mekanisme
pelaksanaan demikian perlu adanya evaluasi dari pihak yang lebih independen
agar diperoleh umpan balik
yang obyektif untuk perbaikan
akuntabilitas dan kinerja
instansi pemerintah.
Seiring dengan kebijakan
pemerintah untuk melihat
sampai sejauh mana suatu
instansi pemerintah
melaksanakan dan memperlihatkan kinerja organisasinya, serta sekaligus untuk
mendorong adanya peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka perlu
dilakukan pengukuran kinerja. Salah satu dokumen untuk mengukur kinerja
perlu dilakukan perjanjian kinerja, dokumen tersebut merupakan salah satu
subkomponen dari komponen Perencanaan Kinerja. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu
berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan
tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya
terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


216
2016
tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap
tahunnya.
3. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Kementerian memiliki dua
fungsi utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana
bagi Kementerian Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja
kepada seluruh para stakeholders (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/Daerah,
Pelaku/industri pariwisata). Kedua, laporan akuntabilitas kinerja merupakan
sumber informasi bagi internal Kementerian Pariwisata untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini
memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam laporan akuntabilitas kinerja
Kementerian tahun 2015 harus dapat memenuhi kebutuhan bagi pengguna baik
eksternal dan internal.

Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Pariwisata pada Tahun Anggaran 2016
telah menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang mulai dari
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja tingkat eselon II, eselon I, dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2015.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


217
2016
4. Reviu Indikator Kinerja Utama (IKU)
Kinerja dari suatu organisasi adalah
gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan
organisasi sebagai penjabaran dari
visi, misi, yang mengindikasikan
tingkat keberhasilaan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program dan kebijakan yang
ditetapkan. Untuk mengetahui tingkat kemajuan kinerja organisasi diperlukan
suatu indikator atas keberhasilan yang diraih.
Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu tujuan, sasaran, atau kegiatan yang mencerminkan tugas pokok
dan fungsi organisasi. Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator
Kinerja Utama (IKU) atau yang
dikenal dengan Key Performance
Indicators (KPI). Setiap organisasi
atau K/L memiliki IKU yang
berbeda-beda, tergantung pada
tujuan, fungsi dan strategi masing-
masing organisasi.
Kebijakan penyusunan IKU di
lingkungan Kementerian Pariwisata telah dilakukan di tahun 2016 sesuai
Keputusan Menteri Pariwisata Nomor KM.109/UM.001/MP/2016 tentang
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Pariwisata, pada dasarnya
terintegrasi dengan berbagai dokumen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), yang meliputi dokumen Rencana Strategis
(Renstra), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L), Perjanjian Kinerja
(PK), Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP), sedangkan IKU
itu sendiri merupakan subkomponen dari komponen Pengukuran Kinerja yang
tidak terpisah dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


218
2016
Setiap Instansi pemerintah menurut Peraturan Kemen PAN dan RB Nomor.
PER/09.M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007, wajib menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis untuk
masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama
(IKU) instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi
indikator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome).

5. E-Performance
Dalam rangka meningkatkan kualitas
akuntabilitas kinerja dan
menindaklanjuti amanah dalam Road
Map Reformasi Birokrasi, perlu
adanya sistem yang mampu
mendorong tercapainya kinerja
organisasi dengan tujuan untuk
memudahkan proses
Sosialisasi Sistem Informasi pemantauan
e-Performance dan pengendalian kinerja, yang salah satunya
di DI Yogyakarta

melalui pemanfaatan aplikasi berbasis web yaitu aplikasi sistem akuntabilitas


kinerja instansi Pemerintah e-Performance (E-SAKIP). Aplikasi ini telah
disempurnakan dan mulai triwulan II telah dapat dioperasikan dengan
melakukan input data oleh petugas yang ditunjuk sebagai operator, dari seluruh
satuan kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata.
Server khusus untuk aplikasi e-Performance ditempatkan pada ruangan Billing
Cabinet Server di lantai 21 Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan. Untuk mengakses dapat dilakukan melalui Web
www:\\eperformance.kemenpar.go.id. Masuk ke web ini, langsung dapat melihat
capaian kinerja kementerian sampai
dengan capaian eselon II per
triwulan, tanpa login melalui user
name atau password. Aplikasi ini
menampilkan proses perencanaan
kinerja, penganggaran kinerja,
keterkaitan kegiatan/sub kegiatan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


219
2016
dalam pencapaian target kinerja dan monitoring serta evaluasi pencapaian
kinerja dan keuangan. Dokumen yang digunakan untuk menginput data:
dokumen Renstra, IKU, Perjanjian Kinerja, DIPA/POK dan realisasi anggaran
serta realisasi kinerja, dengan aplikasi ini publik dapat melihat capaian kinerja
kementerian sampai dengan eselon II per triwulan.
Dengan adanya aplikasi e-Performance diharapkan pengukuran kinerja dapat
dilakukan setiap triwulan, sebagaimana diharapkan baik oleh Kementerian
Pariwisata maupun oleh Kementeria PAN & RB agar dapat meningkatkan kinerja
dan mendorong percepatan tercapainya target kinerja per triwulan. Diharapkan
aplikasi e-Performance dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena merupakan
salah satu rencana aksi bidang Penguatan Akuntabilitas yang harus dipenuhi
untuk meningkatkan Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan
selanjutnya berdampak pula pada penilaian yang menjadi syarat peningkatan
besaran tunjangan kinerja aparatur negara di lingkungan Kementerian
Pariwisata.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


220
2016
LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
221
2016
LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
222
2016
Grafik 3.13 Hasil Pengukuran Kinerja melalui aplikasi e-Performance

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


223
2016
6. Simplifikasi Regulasi Bidang Pariwisata
Kementerian Pariwisata telah melakukan simplifikasi regulasi terhadap
Peraturan Perundang-undangan bidang Pariwisata sebanyak 5 naskah
peraturan di tahun 2016, sebagai berikut:
a) Mencabut Kepmen Budpar No. KEP-10/MNKP/2000 tentang Usaha Jasa
Manajemen Hotel Jaringan Internasional;
b) Menggabungkan 13 (tigabelas) Permen Budpar tentang Tata Cara
Pendaftaran Usaha Pariwiata menjadi 1 (satu) Peraturan Menteri
Pariwisata No. 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata;
c) Mencabut Permen Parekraf No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Sertifikasi Usaha Pariwisata;
d) Mencabut Permen Parekraf No.7 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Permen Parekraf No. 1 Tahun 2014 Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha
Pariwisata;
e) Mencabut Permen Parekraf No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.

Peraturan Perundang-undangan bidang Pariwisata dapat diunduh melalui


website www.kemenpar.go.id pada menu JDIH.

KENDALA DAN UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


Kendala dan upaya yang telah dilakukan dalam pencapaian target kinerja dalam
pelaksanaan kegiatan tahun 2016, sebagai berikut:
1. Praktek pengukuran kinerja pihak yang sudah menyepakati Perjanjian atau
Kesepakatan Kinerja, belum sepenuhnya dikaitkan dengan sistem reward and
punishment. untuk itu telah dilakukan pengukuran melalui sistem informasi
e-performance, yang hasilnya telah disampaikan kepada seluruh satker di
lingkungan Kementerian Pariwisata berupa laporan capaian kinerja yang
dilengkapi dengan nilai tingkat kepatuhan dalam melakukan input data.
2. Evaluasi kinerja internal yang sebelumnya dilakukan secara manual saat ini telah
di implementasikan dengan memanfaatkan sistem informasi e-performance
sesuai anjuran Tim Evaluasi dari Kementerian PAN & RB.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


224
2016
3. Penurunan kapasitas Inspektorat, sebagai akibat bergesernya Kementerian
Pariwisata menjadi Kementerian Klaster III, dalam hal ini Inspektur Jenderal
(eselon I) menjadi Inspektorat (eselon II). Kondisi ini berpotensi menimbulkan
permasalahan kecepatan proses audit internal Kementerian Pariwisata. Untuk itu
perlu peningkatan peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam
proses perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan proses
pertanggungjawaban anggaran.
4. Belum adanya mekanisme standar untuk koordinasi pengendalian perencanaan
dan program lintas deputi. Kondisi ini akan secara langsung mempengaruhi
kualitas perencanaan, monitoring dan evaluasi menjadi kurang valid. Untuk itu
perlu mengimplementasikan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) secara menyeluruh agar dalam penyelenggaraan kegiatan di
lingkungan Kementerian Pariwisata dapat mencapai tujuannya secara efisien dan
efektif.
5. Kurangnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan program dan kegiatan,
Kementerian Pariwisata telah menerapkan sistem informasi e-Government dalam
rangka mendukung percepatan pencapaian target kinerja Kementerian
Pariwisata

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


225
2016
3.2. ANGGARAN 2016
Berdasarkan Surat Menkeu Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 perihal
Perubahan Pagu Anggaran Belanja K/L dalam APBN-P TA 2016, Kementerian
Pariwisata mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 4.224.362.267.000,00 (empat
triliun dua ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus
enam puluh tujuh ribu rupiah). Akan tetapi dalam perjalanannya, sesuai Instruksi
Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 perihal Langkah-Langkah
Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, Kementerian
Pariwisata diminta untuk melakukan blokir mandiri (self blocking) anggaran sebesar
Rp 800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah), sehingga anggaran setelah self
blocking sebesar Rp 3.424.362.266.000,00 (tiga triliun empat ratus dua puluh empat
miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus enam puluh enam ribu rupiah).

Sehingga Pagu Kementerian Pariwisata Tahun 2016 adalah sebagaimana tercantum


pada tabel berikut:

Tabel 3.73 Rekapitulasi APBN Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


226
2016
Terkait dengan realisasi anggaran 2016, posisi sampai dengan tanggal 12 Januari
2017, daya serap berdasarkan realisasi pembayaran, adalah sebesar Rp
3.299.652.832.689,00 (tiga triliun dua ratus sembilan puluh sembilan milyar enam
ratus lima puluh dua juta delapan ratus tiga puluh dua ribu enam ratus delapan
puluh sembilan rupiah), atau sebesar 96,4% terhadap anggaran setelah self blocking,
sebagaimana terinci pada tabel 1, 2 dan 3 :
Realisasi anggaran Kementerian Pariwisata Tahun 2016 dapat dilihat sebagaimana
tabel dibawah ini :
Tabel 3.74 Rekapitulasi Realisasi Anggaran
Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per unit Eselon I

Tabel 3.80. Rekapitulasi Realisasi Anggaran


Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Program

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


227
2016
Tabel 3.75 Rekapitulasi Realisasi Anggaran
Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Jenis Belanja

Grafik 3.14 Anggaran Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Jenis Belanja

Tabel 3.76 Rekapitulasi Realisasi Anggaran


Kementerian Pariwisata Tahun Anggaran 2016 per Satker Pusat dan Daerah

NO SATKER PAGU REALISASI % SISA ANGGARAN

SATKER KANTOR
1 1.899.341.225.000 1.588.978.235.745 83,66% 310.362.989.255
PUSAT

2 SATKER UPT 224.664.726.000 190.160.318.260 84,64% 34.504.407.740

SATKER
3 DEKONSENTRASI 85.714.720.000 72.975.373.778 85,14% 12.739.346.222
(DK)
TOTAL 2.479.340.591.000 2.102.336.219.932 84,79% 377.004.371.068

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


228
2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pagu anggaran Kementerian Pariwisata
sebesar Rp.4.224.362.266.000,- sampai dengan akhir Desember 2016 telah terserap
sebesar Rp.3.299.779.282.489,- atau sebesar 78,11%. Terdapat sisa dana sebesar
Rp.1.724.582.983.511,- atau sebesar 21,89%, termasuk pagu self blocking sebesar
Rp.800.000.000.000,- sehingga jika termasuk pagu self blocking sehingga realisasi
menjadi Rp.4.099.799.282.489,- atau 96,4%.

Sehubungan dengan realiasi penyerapan anggaran sebagaimana digambarkan di atas,


beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi, adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Surat Menkeu Nomor S-522/MK.02/2016 tanggal 23 Juni 2016
Pagu Anggaran Kementerian Pariwisata sebesar Rp 4.224.362.267.000,00
(empat triliun dua ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta
dua ratus enam puluh tujuh ribu rupiah), sesuai Instruksi Presiden Nomor 8
Tahun 2016 tanggal 26 Agustus 2016 perihal Langkah-Langkah Penghematan
Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, Kementerian
Pariwisata diminta untuk melakukan blokir mandiri (self blocking) anggaran
sebesar Rp 800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah), sehingga
anggaran setelah self blocking sebesar Rp 3.424.362.266.000,00 (tiga triliun
empat ratus dua puluh empat miliar tiga ratus enam puluh dua juta dua ratus
enam puluh enam ribu rupiah), mengakibatkan terdapat beberapa kegiatan
prioritas tidak dapat dilaksanakan atau tidak mencapai target. Kementerian
Pariwisata berupaya melakukan terobosan sehingga pelaksanaan kegiatan
prioritas tahun 2016 tetap dapat dilaksanakan.
2. Rencana penyerapan anggaran yang telah disusun mengalami perubahan
sehingga perlu disesuaikan kembali dengan alokasi anggaran yang ada.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA


229
2016
B
A
B 4 PENUTUP

Pariwisata merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor


lain, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
seperti kementerian/lembaga terkait juga Pemerintah Daerah. Untuk itu,
Kementerian Pariwisata terus menggerakkan dan memberikan stimulus kepada
pemangku kepentingan bidang pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang
menjanjikan peningkatan nilai tambah ekonomi terhadap sebuah produk khususnya
asset kepariwisataan nasional baik alam, budaya maupun khusus/buatan. Apalagi,
potensi pariwisata di Indonesia sangat besar. Salah satu dampak langsung
pengembangan pariwisata adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang
berdampak pada penerimaan devisa negara, pertumbuhan hotel, pengurangan angka
pencari kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Capaian kinerja Kementerian Pariwisata pada Tahun 2016 mengalami


peningkatan dari tahun sebelumnya, yang ditunjukkan melalui beberapa hal
strategis sebagai berikut:

a. Pertama, Capaian sektor pariwisata dapat dilihat antara lain: melalui beberapa
indikator jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 12,02 Juta atau

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 230


2016
100,2% dari target tahun 2016. Jumlah tersebut meningkat sebesar 15,54% dari
kunjungan wisman tahun 2015, serta menghasilkan devisa sebesar Rp 176-184
triliun (prognosa) atau 102.3% dari target tahun 2016. Kemenpar
optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat. Berdasarkan
data World Economic Forum (WEF) daya saing-pariwisata Indonesia pada 2015
meningkat dari ranking 70 dari 130-an negara di dunia, menjadi rangking 50
dunia.

b. Kedua, hingga akhir tahun 2016 jumlah wisnus yang melakukan perjalanan
sebanyak 263.68 juta atau di atas target yang ditetapkan sebesar 260 juta
perjalanan wisnus. Dari jumlah perjalanan wisnus tersebut total uang yang
dibelanjakan mencapai Rp 241.08 triliun dengan perhitungan pengeluaran per
perjalanan setiap wisnus sebesar Rp 914.300.

c. Ketiga, kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar


4,23% atau melampaui target 5%, sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja
(langsung, tidak langsung, dan ikutan) sebanyak 12 juta atau di atas target 11,7
juta tenaga kerja.

Capaian kinerja Kemenpar pada tahun 2016 ini menjadi modal positif dalam rangka
pencapaian target sektor pariwisata di tahun 2017 yang penuh harapan dan
tantangan.

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 231


2016
Perolehan Penghargaan dan Promosi Wonderful Indonesia Tahun 2016

1|P a g e
2|P a g e
3|P a g e
4|P a g e
5|P a g e
6|P a g e
7|P a g e
8|P a g e
9|P a g e

You might also like