You are on page 1of 12

ANALISIS RISIKO KANKER PAYUDARA BERDASAR RIWAYAT

PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN USIA MENARCHE


Breast Cancer Risk Analysis by the Use of Hormonal Contraceptives and Age of Menarche

Gusti Ayu Triara Dewi1, Lucia Yovita Hendrati2


1FKM UA, gekaradewi@gmail.com
2Departemen Epidemiologi FKM UA, hendratilucia@yahoo.com

Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,


Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kejadian kanker payudara terus mengalami peningkatan dan merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di dunia,
termasuk juga di Indonesia. Kanker payudara saat ini merupakan jenis kanker yang paling mendominasi di Indonesia.
Paparan estrogen yang tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada
perempuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan paparan estrogen melalui pemakaian alat kontrasepsi
hormonal dan usia menarche dengan kejadian kanker payudara pada perempuan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
observasional analitik dan menggunakan desain penelitian kasus kontrol. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara oleh dokter di RSUD Dr Soetomo tahun 2013. Populasi
kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh pasien perempuan yang melakukan pemeriksaan payudara di RSUD Dr Soetomo
pada tahun 2013, namun tidak didiagnosis menderita kanker payudara oleh dokter. Jumlah responden dalam penelitian
ini adalah sebanyak 90 responden yang ditarik dari populasi dengan menggunakan metode simple random sampling.
Variabel yang diteliti adalah pemakaian alat kontrasepsi hormonal dan usia menarche. Hasil analisis dengan menggunakan
uji regresi logistik ganda (α = 5%) menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi hormonal (p = 0,028; OR = 3,266)
dan usia menarche (p = 0,031; OR = 3,492) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian kanker payudara
pada perempuan di RSUD Dr Soetomo tahun 2013. Diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam menentukan durasi
pemakaian alat kontrasepsi hormonal serta menghindari pola hidup yang dapat mempercepat terjadinya menarche.

Kata kunci: kanker payudara, faktor risiko, kontrasepsi hormonal, usia menarche, estrogen

ABSTRACT
The number of cases of breast cancer is increasing every year and it’s a serious health problem in the world, including
in Indonesia. Breast cancer is type of cancer that is most dominant in Indonesia. High estrogen exposure is one of factor
that can increase the risk of breast cancer in women. This study was conducted to determine the relationship of estrogen
exposure through the use of hormonal contraceptives and age of menarche with breast cancer incidence in women. Type
of this study is observational analytic and use case control design. All of women breast cancer patients of Dr. Soetomo
Hospital in 2013 were the population of case. All of woman non breast cancer patients who done breast examination at
Dr Soetomo Hospital in 2013 were the population of control. The number of respondents in this study were 90 respondents
were drawn from population using simple random sampling method. The variables studied were the use of hormonal
contraceptives and age of menarche. The results of the analysis used binary logistic regression (α = 5%) indicated that the
use of hormonal contraceptives (p = 0,028; OR = 3,266) and age of menarche (p = 0,031; OR = 3,492) has an significant
correlation with incidence of breast cancer in women at Dr. Soetomo Hospital in 2013. It is expected that the community
can be more accurate in determining the duration of hormonal contraception usage and avoid lifestyle can accelerate the
occurrence of menarche.

Keywords: breast cancer, risk factor, hormonal contraceptives, age of menarche, estrogen

PENDAHULUAN
epidemiologi tersebut ditandai dengan adanya
Indonesia telah mengalami transisi epidemiologi pergeseran pola penyakit serta pola sebab kematian
dan juga menghadapi beban masalah ganda (double dalam masyarakat, yaitu menurunnya angka kejadian
bordens). Hal tersebut ditandai dengan adanya penyakit menular tertentu dan meningkatnya angka
kejadian penyakit menular serta tidak menular kejadian berbagai jenis penyakit tidak menular
secara bersamaan dalam masyarakat. Transisi (Noor, 2008).

12
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 13

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit oleh perempuan pada rentang usia 35 hingga 44
tidak menular yang angka kejadiannya memiliki tahun, yaitu dengan kejadian sebanyak 75 kasus
kecenderungan meningkat pada setiap tahunnya (Dinkes Kota Surabaya, 2011).
(Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2013). Data WHO Besarnya permasalahan mengenai kanker
pada tahun 2010 menyebutkan bahwa kanker payudara tersebut juga terlihat dari jumlah kasus
menempati urutan nomor dua sebagai penyebab kanker payudara yang ditemukan di RSUD Dr
kematian terbanyak, berada di bawah penyakit Soetomo. Jumlah kasus kanker payudara di RSUD
kardiovaskuler (Depkes RI, 2013). Kanker payudara Dr Soetomo terbilang cukup banyak dengan angka
menempati urutan pertama sebagai jenis kanker kejadian yang masih tinggi pada setiap tahunnya.
yang paling umum diderita oleh perempuan di dunia. Jumlah kasus kanker payudara di rumah sakit pusat
Kanker payudara memiliki kontribusi sebesar 25% rujukan untuk wilayah Indonesia bagian timur
dari total kasus baru kanker secara keseluruhan yang tersebut mengalami peningkatan pada dua tahun
terdiagnosis pada tahun 2012 (Globocan, 2013). terakhir, yaitu sebanyak 491 kasus pada tahun 2012
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada dan 574 kasus pada tahun 2013 (RSUD Dr Soetomo,
tahun 2007 menyebutkan bahwa kanker menempati 2014).
urutan ke tujuh sebagai penyebab kematian terbesar Sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi
di Indonesia (Depkes RI, 2011). Data Riskesdas mutasi genetik sebagai akibat dari adanya kerusakan
2007 juga menyebutkan bahwa angka nasional DNA pada sel normal (Damayanti, 2014). Kanker
kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk dengan angka merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal,
kejadian yang lebih tinggi pada perempuan dari pada menduplikasikan diri di luar kendali, dan biasanya
laki-laki, yaitu sebesar 5,7 per 1000 penduduk pada nama kanker didasarkan pada bagian tubuh yang
perempuan dan 2,9 per 1000 penduduk pada laki- menjadi tempat pertama kali sel kanker tersebut
laki (Depkes RI, 2013). tumbuh (Putri, 2009). Kanker payudara adalah
Kanker payudara merupakan salah satu jenis keganasan pada payudara yang berasal dari sel
kanker yang sering terjadi pada perempuan di kelenjar, saluran kelenjar, serta jaringan penunjang
Indonesia. Kanker payudara memiliki kontribusi payudara, namun tidak termasuk kulit payudara
sebesar 30% dan merupakan jenis kanker yang (Depkes RI, 2014).
paling mendominasi di Indonesia, mengalahkan Stadium dalam kanker merupakan deskripsi
kanker leher rahim atau kanker serviks yang mengenai kondisi kanker agar dapat ditentukan
berkontribusi sebesar 24% (Depkes RI, 2013). cara pengobatan yang tepat. Pada kanker payudara,
Penderita kanker yang terus meningkat diperkirakan dikenal stadium dini yang dimulai sebelum
akan menjadi penyebab utama peningkatan beban terjadinya kanker hingga stadium II, serta stadium
ekonomi karena biaya yang harus ditanggung cukup lanjut yang terdiri dari stadium III dan stadium IV
besar (Depkes RI, 2013). (Suryaningsih dan Sukaca, 2009). Stadium kanker
Data Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa angka payudara ketika pertama kali ditemukan digunakan
prevalensi nasional kanker adalah 4,3 per 1000 untuk memperkirakan penanganan secara tepat
penduduk dan bila angka tersebut diproyeksikan sehingga merupakan penentu keberhasilan dari
terhadap jumlah penduduk Jawa Timur dengan pengobatan kanker payudara tersebut.
populasi sekitar 38 juta jiwa, maka diperkirakan Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan
terdapat sekitar 160.000 penderita kanker di Jawa dengan berbagai pemeriksaan, misalnya dengan
Timur. Kanker payudara menempati urutan pertama menggunakan prosedur pemeriksaan berupa
sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita thermografi payudara, mamografi, biopsi payudara,
oleh penduduk usia produktif di Jawa Timur dengan duktografi, dan ultrasonography (USG) payudara
persentase sebesar 16,9% (Bappeda Jatim, 2013). (Suryaningsih dan Sukaca, 2009). Thermografi
Kanker payudara menempati urutan pertama payudara merupakan prosedur diagnosis yang
pada sepuluh besar penyakit kanker yang ditemukan didasarkan pada level kimia dan aktivitas pembuluh
dan diobati di Surabaya pada tahun 2011 dengan darah pada payudara dalam melakukan deteksi
persentase sebesar 36,92%. Kanker payudara yang secara dini dari keberadaan sel kanker payudara.
sebelumnya sering menyerang perempuan pada usia Thermografi payudara sangat sensitif dalam
lebih dari 50 tahun, saat ini telah mulai menyerang menggambarkan perubahan temperatur dan
kelompok usia yang lebih muda. Kejadian kanker pembuluh darah yang menjadi tanda keberadaan
payudara di Surabaya pada tahun 2011 didominasi sel abnormal pada payudara, namun apabila
14 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23

terdapat tumor, thermografi payudara tidak mampu terlambat, yaitu pada usia > 50 tahun, dan menarche
menunjukkan lokasi tumor sehingga sebaiknya dini, yaitu usia pertama kali mengalami menstruasi
dilakukan secara bersama dengan mamografi untuk < 12 tahun juga merupakan faktor risiko dari kanker
saling melengkapi hasil pemeriksaan. Mamografi payudara (Depkes RI, 2014).
merupakan metode pemeriksaan payudara dengan Gejala umum kanker payudara menurut
menggunakan sinar x kadar rendah dan umumnya Suryaningsih dan Sukaca (2009) adalah adanya
dianjurkan pada perempuan yang telah berusia lebih benjolan pada payudara yang dapat diraba dan
dari empat puluh tahun (Suryaningsih dan Sukaca, biasanya semakin mengeras, tidak beraturan, serta
2009). terkadang menimbulkan nyeri. Gejala lain yang
Duktografi merupakan bagian dari pemeriksaan tampak, misalnya perubahan bentuk dan ukuran,
mamografi yang dapat membantu memperlihatkan kerutan pada kulit payudara sehingga tampak
keadaan saluran susu pada payudara. Perempuan menyerupai kulit jeruk, adanya cairan tidak normal
yang mengalami kelainan payudara berupa puting berupa nanah, darah, cairan encer, atau air susu pada
yang mengeluarkan cairan tidak normal disarankan ibu tidak hamil atau tidak sedang menyusui yang
untuk melakukan pemeriksaan ini. Biopsi merupakan keluar dari puting susu. Gejala kanker payudara
sebuah prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan umumnya juga tampak dari adanya pembengkakan
mengambil sebagian kecil jaringan payudara untuk di salah satu payudara, tarikan pada puting susu atau
mengetahui ada tidaknya sel kanker pada payudara, puting susu terasa gatal, serta nyeri. Pada kanker
serta tingkat keganasan dari sel kanker tersebut. payudara stadium lanjut, dapat timbul nyeri tulang,
Pengambilan sebagian kecil jaringan pada payudara pembengkakan lengan, ulserasi kulit, atau penurunan
dilakukan dengan menggunakan jarum khusus yang berat badan (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).
dimasukan ke dalam payudara. (Suryaningsih dan Pertumbuhan jaringan payudara dipengaruhi
Sukaca, 2009). Ultrasonography (USG) payudara oleh beberapa hormon, yaitu hormon prolaktin,
umumnya digunakan untuk melakukan pemeriksaan hormon pertumbuhan, hormon progesteron, serta
atas ketidaknormalan pada payudara, misalnya kista hormon estrogen (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).
payudara, serta bentuk kista tersebut. Pemeriksaan Paparan hormon estrogen secara berlebihan dapat
USG payudara sebaiknya dilakukan bersama dengan memicu pertumbuhan sel secara tidak normal pada
mamografi untuk mendapatkan diagnosis yang bagian tertentu (Dinkes Provinsi Sumatera Barat,
tepat pada kelainan payudara (Rumah Sakit Kanker 2014).
Dharmais, 2002). Mekanisme terjadinya kanker payudara oleh
Penyebab timbulnya kanker payudara belum paparan estrogen masih menjadi kontroversi
diketahui secara pasti, namun bersifat multifaktorial karena terjadinya kanker payudara oleh paparan
atau banyak faktor. Beberapa hal yang dapat menjadi estrogen belum diketahui secara pasti disebabkan
penyebab kanker payudara, yaitu adanya kelemahan karena stimulasi estrogen terhadap pembelahan sel
genetik pada sel tubuh sehingga mempermudah epitel atau karena disebabkan oleh estrogen dan
timbulnya sel kanker, iritasi dan inflamasi kronis metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi kanker, mutagen (Sandra, 2011). Tingginya paparan estrogen
radiasi sinar matahari dan sinar-x, senyawa kimia, dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu
seperti aflatoxin B1, asbestos, nikel, arsen, arang, tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama
tarr, asap rokok, kontrasepsi oral, dan sebagainya, kali pada usia lebih dari 35 tahun, tidak menyusui,
serta makanan yang bersifat karsinogenik, misalnya menopause pada usia > 50 tahun, pemakaian
makanan kaya karbohidrat yang diolah dengan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang
digoreng, ikan asin, dan sebagainya (Suryaningsih lama, serta menarche pada usia < 12 tahun.
dan Sukaca, 2009). Berdasarkan data yang telah dijelaskan
Adapun faktor risiko terjadinya kanker sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti faktor
payudara, yaitu usia > 50 tahun, adanya riwayat risiko kanker payudara. Faktor risiko yang diteliti
kanker payudara pada keluarga, obesitas, kebiasaan terutama yang berhubungan dengan pengaruh
merokok, konsumsi alkohol, pemakaian alat paparan hormon estrogen pada tubuh terhadap
kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang kejadian kanker payudara. Penulis memilih beberapa
lama, paparan radiasi, tidak pernah melahirkan variabel yang berkaitan dengan paparan hormon
atau melahirkan pertama kali pada usia lebih dari estrogen dalam tubuh, yaitu riwayat pemakaian
35 tahun, serta tidak menyusui. Menopause yang kontrasepsi hormonal dan usia menarche.
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 15

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok
menganalisis risiko dari beberapa faktor yang kontrol. Kelompok kasus dalam penelitian ini adalah
berhubungan dengan paparan hormon estrogen, pasien perempuan yang didiagnosis menderita
yaitu riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan kanker payudara oleh dokter di RSUD Dr Soetomo
usia menarche terhadap kejadian kanker payudara tahun 2013, serta telah menikah dan memiliki alamat
pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun tempat tinggal di Surabaya. Kelompok kontrol
2013. dalam penelitian ini adalah pasien perempuan yang
melakukan pemeriksaan payudara di RSUD Dr
Soetomo pada tahun 2013, namun tidak didiagnosis
METODE
menderita kanker payudara oleh dokter, serta telah
Penelitian mengenai risiko kanker payudara ini menikah dan memiliki alamat tempat tinggal di
merupakan penelitian observasional karena peneliti Surabaya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
hanya melakukan pengamatan, tanpa memberikan 90 responden yang terdiri dari 45 responden dari
perlakuan tertentu terhadap subyek dari penelitian kelompok kasus dan 45 responden dari kelompok
ini. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kontrol.
analitik karena penelitian ini bertujuan menganalisis Sampel pada kelompok kasus dan kelompok
risiko kejadian kanker payudara berdasarkan riwayat kontrol ditarik dari populasi secara acak dengan
pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche. menggunakan teknik simple random sampling.
Rancang bangun yang digunakan adalah kasus Teknik simple random sampling tersebut digunakan
kontrol karena penelitian ini berangkat dari status karena populasi pada kelompok kasus maupun
penyakit, yaitu kanker payudara, selanjutnya dilihat kelompok kontrol relatif homogen. Adanya data
riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia seluruh unit secara lengkap memungkinkan dapat
menarche pada subyek penelitian. dibuatnya kerangka sampling penelitian. Sampel
Penelitian diawali dengan melakukan pada kedua kelompok diambil dari populasi dengan
pembagian kelompok menjadi dua, yaitu kelompok bantuan program Microsoft Excel.
kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel
kelompok yang sakit atau yang terkena kanker bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dalam
payudara, sedangkan kelompok kontrol merupakan penelitian ini adalah kejadian kanker payudara.
kelompok bukan penderita kanker payudara. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah riwayat
Tujuan dari pembentukan kelompok kontrol adalah pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche.
untuk memperkuat atau mengetahui ada tidaknya Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013
hubungan sebab akibat dalam penelitian. Dilakukan hingga Juli 2014, sedangkan waktu pengumpulan
perbandingan riwayat terpajan oleh faktor risiko data dilaksanakan pada bulan Mei 2014 hingga
antara kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam Juni 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui
penelitian kasus kontrol dan hasil perhitungan odds pengisian kuesioner yang dilakukan dengan
ratio pada penelitian kasus kontrol digunakan untuk melakukan wawancara langsung kepada responden
menggambarkan besarnya risiko relatif. mengenai riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah dan usia menarche. Diagnosis kanker payudara
seluruh pasien perempuan yang didiagnosis pada responden diketahui melalui data sekunder
menderita kanker payudara oleh dokter di RSUD yang berasal dari rekam medis pasien perempuan di
Dr Soetomo tahun 2013, serta telah menikah RSUD Dr Soetomo tahun 2013.
dan memiliki alamat tempat tinggal di Surabaya. Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh distribusi frekuensi usia, tingkat pendidikan, serta
pasien perempuan yang melakukan pemeriksaan pekerjaan dari responden penelitian. Analisis
payudara di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013, pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal
namun tidak didiagnosis menderita kanker payudara dan usia menarche terhadap kejadian kanker
oleh dokter, serta telah menikah dan memiliki alamat payudara dilakukan dengan menggunakan uji
tempat tinggal di Surabaya. regresi logistik ganda. Pengaruh serta besar risiko
Populasi kasus dan populasi kontrol ditarik diketahui dengan membandingkan dengan p value
beberapa untuk dijadikan sampel dalam penelitian. serta melakukan perhitungan odds ratio dengan CI:
Sampel dalam penelitian ini juga terdiri dari dua 95%.
16 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23

HASIL Distribusi responden penelitian berdasarkan


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr usia dapat dideskripsikan bahwa usia responden
Soetomo merupakan rumah sakit rujukan untuk penelitian pada kelompok kasus berkisar antara 23
wilayah Indonesia bagian timur sehingga jumlah tahun hingga 85 tahun. Rata-rata usia responden
kasus kanker payudara di RSUD Dr Soetomo cukup penelitian pada kelompok kasus adalah 49,82 tahun
tinggi pada setiap tahunnya. Jumlah kasus kanker dengan standar deviasi 11,696. Usia responden
payudara di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2011 penelitian pada kelompok kontrol berkisar antara
hingga 2013 dapat digambarkan dalam grafik pada 17 tahun hingga 61 tahun. Rata-rata usia responden
gambar 1. penelitian pada kelompok kontrol adalah 39,31 tahun
Jumlah kasus kanker payudara di RSUD Dr dengan standar deviasi 11,927.
Soetomo pada tahun 2011 adalah sebanyak 508 Distribusi responden penelitian berdasarkan
kasus. Jumlah kasus mengalami penurunan pada tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan
tahun 2012, yaitu menjadi 491 kasus. Pada tahun kelompok kontrol dibedakan menjadi 5 katagori
2013, kasus kanker payudara di RSUD Dr Soetomo tingkat pendidikan, yaitu perguruan tinggi, SMA atau
kembali mengalami peningkatan, yaitu sebanyak sederajat, SMP atau sederajat, SD atau sederajat, dan
574 kasus (RSUD Dr Soetomo, 2014). tidak tamat SD. Distribusi responden penelitian
Data mengenai riwayat pemakaian kontrasepsi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
hormonal diperoleh dengan melakukan wawancara tabel 1.
secara langsung kepada responden penelitian. Tabel 1 menunjukkan bahwa responden
Pertanyaan yang diajukan terkait dengan pernah penelitian dari kelompok kasus paling banyak
tidaknya responden penelitian memakai alat memiliki tingkat pendidikan SMA atau sederajat,
kontasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang demikian juga pada responden penelitian dari
dimaksud adalah kontrasepsi berupa pil, suntik, kelompok kontrol. Responden penelitian dari
maupun implant. Responden penelitian yang kelompok kasus paling sedikit memiliki tingkat
pernah memakai alat kontrasepsi hormonal tersebut pendidikan tidak tamat SD, demikian juga pada
selanjutnya diberi pertanyaan lanjutan mengenai responden penelitian dari kelompok kontrol.
jangka waktu pemakaian berbagai alat kontrasepsi Distribusi responden penelitian berdasarkan
hormonal tersebut untuk diakumulasikan. pekerjaan pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dibedakan menjadi 4 katagori pekerjaan,
yaitu pegawai negeri sipil, pegawai swasta,

Tabel 1. Distribusi Responden Penelitian


Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Kasus Kontrol
Pendidikan F % F %
Perguruan tinggi 4 8,9 11 24,4
SMA atau sederajat 16 35,6 22 48,9
SMP atau sederajat 14 31,1 6 13,3
SD atau sederajat 9 20,0 4 8,9
Tidak tamat SD 2 4,4 2 4,4
Jumlah 45 100,0 45 100,0

Tabel 2. Distribusi Responden Penelitian


Berdasarkan Pekerjaan
Kasus Kontrol
Pekerjaan
F % F %
Pegawai Negeri Sipil 2 4,4 4 8,9
Pegawai swasta 5 11,1 13 28,9
Wiraswasta 4 8,9 5 11,1
Gambar 1. Jumlah Kasus Kanker Payudara RSUD Ibu rumah tangga 34 75,6 23 51,1
Dr Soetomo tahun 2011 hingga 2013 Jumlah 45 100,0 45 100,0
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 17

wiraswasta, dan ibu rumah tangga. Distribusi Hasil analisis menunjukkan nilai p < 0,05
responden penelitian berdasarkan pekerjaan dapat (p = 0,028) yang berarti terdapat hubungan yang
dilihat pada tabel 2. bermakna antara pemakaian kontrasepsi hormonal
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan kejadian kanker payudara pada perempuan
penelitian dari kelompok kasus paling banyak di RSUD Dr Soetomo tahun 2013. Tabel 3
bekerja sebagai ibu rumah tangga, demikian juga menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,266 (CI
pada responden penelitian dari kelompok kontrol. 95%; 1,136–9,390) yang berarti bahwa perempuan
Responden penelitian dari kelompok kasus paling yang memakai alat kontrasepsi hormonal selama
sedikit bekerja sebagai pegawai negeri sipil, ≥ 5 tahun berisiko terkena kanker payudara 3,266
demikian juga pada responden penelitian dari kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan
kelompok kontrol. yang memakai alat kontrasepsi hormonal selama <
Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini 5 tahun.
salah satunya adalah riwayat pemakaian kontrasepsi Variabel bebas lain dalam penelitian ini adalah
hormonal. Riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal usia menarche. Usia menarche dikelompokkan
yang dimaksud adalah akumulasi lama pemakaian menjadi dua katagori yaitu usia pertama kali
pil, suntik, maupun implant yang pernah digunakan menstruasi < 12 tahun dan usia pertama kali
oleh responden penelitian. Pemakaian kontrasepsi menstruasi ≥ 12 tahun.
hormonal dikelompokkan menjadi 2 katagori, yaitu Berdasarkan wawancara yang dilakukan
pemakaian kontrasepsi hormonal selama < 5 tahun pada 90 responden, diketahui bahwa sebagian
dan ≥ 5 tahun. besar responden dari kelompok kasus mengalami
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada menstruasi pertama kali (menarche) pada usia
90 responden, diketahui bahwa sebagian besar ≥ 12 tahun, yaitu sebesar 51,1%. Sebagian besar
responden dari kelompok kasus pernah memakai responden dari kelompok kontrol juga mengalami
kontrasepsi hormonal selama < 5 tahun, yaitu menstruasi pertama kali (menarche) pada usia
sebesar 51,1%. Sebagian besar responden dari ≥ 12 tahun, yaitu sebesar 80,0%. Namun bila
kelompok kontrol juga pernah memakai kontrasepsi dibandingkan antara kelompok kasus dan kelompok
hormonal selama < 5 tahun, yaitu sebesar 77,8%. kontrol, persentase responden yang mengalami
Namun bila dibandingkan antara kelompok kasus menstruasi pertama kali (menarche) pada usia
dan kelompok kontrol, persentase responden yang ≥ 12 tahun pada kelompok kasus lebih rendah bila
pernah memakai kontrasepsi hormonal selama dibandingkan dengan kelompok kontrol.
< 5 tahun pada kelompok kasus lebih rendah bila Risiko kejadian kanker payudara sendiri
dibandingkan dengan kelompok kontrol. dikaitkan dengan usia menarche < 12 tahun.
Risiko kejadian kanker payudara sendiri Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada
dikaitkan dengan pemakaian kontrasepsi hormonal 90 responden, diketahui bahwa persentase usia
dalam jangka waktu lama, yaitu ≥ 5 tahun. menarche < 12 tahun pada kelompok kasus lebih
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 90 tinggi dari pada kelompok kontrol. Persentase usia
responden, diketahui bahwa persentase pemakaian menarche < 12 tahun pada kelompok kasus adalah
kontrasepsi hormonal ≥ 5 tahun pada kelompok sebesar 48,9%, sedangkan pada kelompok kontrol
kasus lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. adalah sebesar 20,0%.
Persentase pemakaian kontrasepsi hormonal ≥ 5 Hasil analisis menunjukkan nilai p < 0,05
tahun pada kelompok kasus adalah sebesar 48,9%, (p = 0,031) yang berarti terdapat hubungan yang
sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebesar bermakna antara usia menarche dengan kejadian
22,2%. kanker payudara pada perempuan di RSUD Dr

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Menarche
Kontrasepsi Kasus Kontrol Usia Kasus Kontrol
p p
Hormonal F % F % Menarche F % F %
≥ 5 tahun 22 48,9 10 22,2 < 12 tahun 22 48,9 9 20,0 0,031
0,028
< 5 tahun 23 51,1 35 77,8 ≥ 12 tahun 23 51,1 36 80,0
Jumlah 45 100,0 45 100,0 Jumlah 45 100,0 45 100,0
OR = 3,266; CI 95% (1,136–9,390) OR = 3,492; CI 95% (1,118–10,911)
18 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23

Soetomo tahun 2013. Tabel 4 menunjukkan nilai pasangan untuk tidak melakukan hubungan seksual
odds ratio sebesar 3,492 (CI 95%; 1,118-10,911) pada masa subur.
yang berarti bahwa perempuan yang mengalami Metode suhu basal dilakukan dengan melakukan
menstruasi pertama kali (menarche) pada usia < 12 pengukuran suhu tubuh perempuan pada pagi
tahun berisiko terkena kanker payudara 3,492 kali hari ketika bangun tidur untuk menentukan saat
lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang terjadinya ovulasi. Kenaikan suhu menandakan
mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada bahwa telah terjadi ovulasi, namun hal tersebut
usia ≥ 12 tahun. juga perlu diperhatikan secara cermat karena
kenaikan suhu tubuh juga dapat disebabkan karena
adanya infeksi pada tubuh. Metode suhu basal
PEMBAHASAN
juga membutuhkan kerja sama yang baik dengan
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal pasangan.
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya yang Metode pengamatan lendir serviks dilakukan
dapat dipilih dalam rangka mencegah terjadinya dengan melakukan pengamatan atas kepekatan lendir
pembuahan dan kehamilan (Rochmah dkk., 2009). serviks. Lendir serviks yang pekat menunjukkan
Metode kontrasepsi menurut Rochmah dkk. (2009) bahwa seorang perempuan berada pada masa tidak
dapat dibedakan menjadi metode rintangan dan subur. Metode ini tentunya tidak menimbulkan efek
metode ritme. Metode rintangan merupakan metode samping, namun membutuhkan kecermatan yang
pemakaian kontrasepsi dengan bantuan suatu alat, cukup baik dalam melakukan penilaian kepekatan
misalnya kondom pada laki-laki atau diafragma pada lendir serviks.
perempuan, IUD (intra uterine device), vasektomi Metode sanggama terputus dilakukan dengan
pada laki-laki atau tubektomi pada perempuan, pil mengeluarkan penis dari vagina sebelum terjadinya
pengontrol kehamilan, dan sebagainya. Metode ejakulasi sehingga metode ini membutuhkan kerja
ritme merupakan metode untuk mengontrol proses sama yang baik dengan pasangan. Metode ini
kehamilan yang sederhana dan alamiah, misalnya memiliki keunggulan, yaitu dapat dilakukan kapan
dengan tidak melakukan hubungan seksual pada saat saja tanpa harus memperhatikan masa subur atau
masa subur. masa tidak subur pada perempuan (Puspitasari,
Jenis kontrasepsi dapat dikelompokkan menurut 2008).
pemakainya, metodenya, serta tujuan pemakaiannya Proses laktasi atau menyusui juga dapat
(Puspitasari, 2008). Berdasarkan pemakainya, menjadi metode kontrasepsi sederhana karena
kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi untuk laki- dapat menurunkan kesuburan. Hisapan pada
laki dan kontrasepsi untuk perempuan. Kontrasepsi puting merangsang pengeluaran hormon oksitosin
untuk laki-laki, misalnya kondom dan vasektomi. dan prolaktin dari kelenjar pituitari lebih banyak.
Kontrasepsi untuk perempuan, misalnya diafragma, Hal tersebut akan mempercepat pengeluaran dan
tubektomi, pil, suntik, implant, IUD (intra uterine pembentukan air susu kembali. Pengeluaran hormon
device), dan sebagainya. prolaktin tersebut memberi umpan balik sehingga
Berdasarkan metodenya, kontrasepsi dibagi kadar hormon estrogen dalam tubuh menjadi lebih
menjadi kontrasepsi sederhana dan kontrasepsi rendah dan mengakibatkan paparan tubuh oleh
modern. Kontrasepsi sederhana disebut juga hormon estrogen juga dapat berkurang (Bahiyatun,
sebagai kontrasepsi alamiah atau tradisional. Contoh 2008).
dari jenis kontrasepsi sederhana adalah metode Kontrasepsi modern dibagi menjadi empat
kalender, metode suhu basal, metode pengamatan metode, yaitu metode mekanis, hormonal, kimiawi,
lendir serviks, metode sanggama terputus, dan dan operatif (Puspitasari, 2008). Metode mekanis
sebagainya. berupa pemakaian kondom pada laki-laki atau
Metode kalender disebut juga sebagai metode diafragma pada perempuan, IUD (intra uterine
pantang berkala. Metode ini dilakukan dengan device), dan kap serviks. Metode hormonal berupa
melakukan perhitungan masa subur dan masa tidak pemakaian pil, suntik, maupun implant. Metode
subur sehingga kurang cocok apabila digunakan kimiawi berupa pemakaian busa atau jeli pembunuh
pada perempuan dengan siklus menstruasi yang sperma, aerosol, dan sebagainya.
tidak teratur. Kelebihan dari metode kalender adalah Berdasarkan tujuan pemakaiannya,
tanpa efek samping dan tidak memerlukan biaya, kontrasepsi dibedakan menjadi kontrasepsi untuk
namun membutuhkan kerja sama yang baik dengan menunda kehamilan, kontrasepsi untuk mengatur
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 19

kehamilan, dan kontrasepsi untuk mengakhiri disarankan untuk tidak memilih pil KB kombinasi
kesuburan. Kontrasepsi untuk menunda kehamilan sebagai alat kontrasepsi pilihan. Perempuan yang
menggunakan metode atau alat kontrasepsi yang mendekati usia 40 tahun juga disarankan untuk tidak
memiliki jaminan tinggi untuk kembali fertil, memilih pil KB kombinasi sebagai alat kontrasepsi
misalnya dengan menggunakan kondom, pil, pilihan karena dapat meningkatkan risiko penyakit
suntik yang diulang setiap bulan, maupun metode kardiovaskuler.
sederhana yang dikombinasikan dengan kondom, Ada pula berbagai tanda bahwa pemakaian pil
diafragma, busa ataupun jeli pembunuh sperma, atau KB kombinasi tersebut tidak cocok untuk tubuh
pil. Kontrasepsi untuk mengatur kehamilan dapat sehingga dapat menimbulkan bahaya apabila
berupa pemakaian IUD (intra uterine device), suntik pemakaiannya dilanjutkan. Tanda tersebut, antara
yang diulang setiap 3 bulan, pil, atau implant. lain adanya pembengkakan atau nyeri pada kaki,
Kontrasepsi untuk mengakhiri kesuburan berupa kulit atau mata menjadi menguning, terjadi nyeri
tindakan medis operatif, yaitu vasektomi pada laki- perut, dada, atau lengan, sakit kepala, sesak nafas,
laki dan tubektomi pada perempuan. Hal tersebut atau terjadi gangguan penglihatan.
dapat dilakukan dengan pengikatan, penjepitan, Pil KB mini hanya mengandung hormon
atau pemotongan pada vas deferens pada laki-laki progesteron dan tidak mengandung hormon estrogen
ataupun saluran telur pada perempuan. seperti pada pil KB kombinasi. Hormon progesteron
Pemakaian alat kontrasepsi hormonal dapat pada pil KB mini mengakibatkan endometrium
meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Alat menjadi menipis dan lendir serviks menjadi pekat
kontrasepsi hormonal tersebut dapat berupa pil, yaitu sehingga sulit dilalui oleh spermatozoa. Tidak
pil KB kombinasi dan pil KB mini, suntik, maupun adanya kandungan hormon estrogen pada pil KB
implant atau norplan yang umumnya dikenal dengan mini menyebabkan efek samping yang umumnya
istilah susuk KB (Puspitasari, 2008). ditimbulkan oleh pil KB kombinasi menjadi
Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen berkurang. Efek samping dari pil KB kombinasi
dan progesteron untuk mencegah terjadinya ovulasi. yang dapat ditekan tersebut, antara lain sakit kepala,
Hormon progesteron menghambat seksresi FSH gangguan kardiovaskuler, tekanan darah tinggi,
(follicle stimulating hormone) sehingga menghambat penurunan produksi air susu, dan sebagainya.
pematangan sel telur. Hormon estrogen membantu Risiko kehamilan pada pemakaian pil
pembentukan endometrium atau membran mukosa KB mini lebih tinggi bila dibandingkan dengan
yang melapisi dinding uterus. Endometrium tetap pil KB kombinasi. Pemakaian pil KB mini juga
terbentuk, namun tidak ada sel telur yang matang meningkatkan risiko seorang perempuan untuk
sehingga kehamilan tidak dapat terjadi. mengalami kehamilan di luar kandungan serta lebih
Pil KB kombinasi memiliki berbagai macam sering menyebabkan ketidakteraturan pada siklus
jenis dan dikemas dengan jumlah yang berbeda pada menstruasi. Pil KB mini tidak disarankan dikonsumsi
tiap kemasan, yaitu 20 pil, 21 pil, atau 28 pil pada oleh perempuan yang sedang mengalami pendarahan
tiap kemasan. Pil KB kombinasi umumnya dikemas abnormal dari uterus ataupun perempuan yang
untuk pemakaian selama 21 hari dan diminum oleh pernah mengalami kehamilan di luar kandungan. Pil
akseptor KB setiap hari, dimulai dari hari ke-5 KB mini sebaiknya hanya diberikan pada perempuan
sampai hari ke-25, kemudian berhenti diminum yang sedang menjalani masa laktasi karena alat
selama beberapa hari sampai mendapat menstruasi. kontrasepsi ini tidak memiliki efek menurunkan
Pemakaian pil KB kombinasi yang dikonsumsi produksi air susu seperti pada pil KB kombinasi.
secara teratur merupakan alat kontrasepsi yang Alat kontrasepsi berupa suntik merupakan
sangat efektif dan mudah digunakan. penginjeksian hormon progestin sintetik ke dalam
Efek samping yang mungkin terjadi sebagai otot sehingga dapat menyebar sedikit demi sedikit
akibat dari pemakaian pil KB kombinasi ini adalah melalui aliran darah. Alat kontrasepsi berupa suntik
sakit kepala, jantung berdebar-debar, peningkatan berfungsi untuk mencegah terjadinya kehamilan
berat badan, peningkatan tekanan darah, rasa mual, dengan cara menghambat terjadinya ovulasi,
terjadi pendarahan antar menstruasi, penurunan membuat lendir serviks menjadi lebih pekat, serta
produksi air susu, dan sebagainya. Perempuan yang membuat endometrium menjadi tipis. Suntikan dapat
sebelumnya pernah mengalami serangan jantung, diulang setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali.
pendarahan otak, nyeri dada, penyumbatan pembuluh Alat kontrasepsi berupa suntik memiliki
darah, kanker payudara, serta gangguan fungsi hati beberapa kelebihan, yaitu bersifat efektif dan
20 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23

refersibel, tidak mengganggu proses laktasi dari tempat pelayanan kesehatan juga sebaiknya
karena tidak menurunkan produksi air susu, dan disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi
sebagainya. Kekurangan dari alat kontrasepsi berupa berupa implant.
suntik adalah terjadinya pendarahan yang banyak, Pemakaian alat kontrasepsi berupa implant tidak
gangguan menstruasi, peningkatan berat badan, rasa diperkenankan pada perempuan dengan berbagai
mual, sakit kepala, dan sebagainya. keadaan seperti pada kontraindikasi pemakaian alat
Alat kontrasepsi berupa suntik menjadi pilihan kontrasepsi berupa suntik. Keadaan tersebut, antara
dalam beberapa keadaan. Alat kontrasepsi berupa lain adanya dugaan bahwa perempuan tersebut
suntik sebaiknya dipilih oleh seorang perempuan mengalami kehamilan atau pendarahan abnormal
apabila pemakaian pil KB meningkatkan risiko dari uterus yang belum diketahui penyebabnya. Alat
komplikasi kardiovaskuler. Perempuan yang merasa kontrasepsi berupa implant juga sebaiknya tidak
kesulitan dalam menggunakan alat kontrasepsi secara diberikan pada perempuan dengan riwayat keganasan
teratur setiap hari atau perempuan yang menganggap ataupun gangguan kardiovaskuler. Apabila terjadi
bahwa kembalinya kesuburan tidak begitu penting pendarahan yang cukup banyak atau infeksi pada
juga dapat disarankan untuk menggunakan alat tempat dimasukkannya implant, menandakan bahwa
kontrasepsi berupa suntik. pemakaian implant tersebut dapat membahayakan
Pemakaian alat kontrasepsi berupa suntik sehingga sebaiknya segera pergi ke tempat pelayanan
tidak diperkenankan pada perempuan yang diduga kesehatan untuk mendapat penanganan secara tepat
mengalami kehamilan atau pendarahan abnormal (Puspitasari, 2008).
dari uterus yang belum diketahui penyebabnya. Pemakaian kontasepsi oral dalam jangka waktu
Alat kontrasepsi berupa suntik juga sebaiknya yang lama menyebabkan risiko terkena kanker
tidak diberikan pada perempuan dengan riwayat payudara menjadi semakin meningkat (Depkes RI,
keganasan ataupun gangguan hati. 2014). Risiko peningkatan kanker payudara tersebut
Implant merupakan alat kontrasepsi yang juga terjadi pada perempuan yang menggunakan
ditanamkan pada bawah kulit lengan atas bagian terapi hormon, seperti hormon eksogen. Hormon
dalam dan mengandung progestin levonorgestreal. eksogen tersebut dapat menyebabkan peningkatan
Implant terdiri dari dua atau enam batang kapsul risiko terkena kanker payudara (Putri, 2009).
dan setiap batangnya mengandung obat yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
akan berdifusi secara teratur ke dalam peredaran dilakukan, diketahui bahwa pemakaian alat
darah. Lama pemakaian implant umumnya adalah kontrasepsi hormonal memiliki hubungan yang
lima tahun dan setelah itu kandungannya akan signifikan terhadap kejadian kanker payudara
habis sehingga batang implant harus dikeluarkan pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun
melalui operasi kecil. Cara kerja implant dalam 2013. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
mencegah kehamilan hampir sama seperti cara dilakukan oleh Nani (2009) yang menyatakan bahwa
kerja alat kontrasepsi berupa suntik, yaitu dengan pemakaian kontrasepsi hormonal tidak memiliki
cara menghambat terjadinya ovulasi, membuat hubungan yang signifikan terhadap kejadian kanker
lendir serviks menjadi lebih pekat, serta membuat payudara.
endometrium menjadi tipis. Pemakaian kontrasepsi hormonal dapat
Implant memiliki beberapa kelebihan, yaitu menyebabkan terjadinya peningkatan paparan
bersifat efektif dan refersibel, serta pemakaiannya hormon estrogen pada tubuh (Nani, 2009). Adanya
tidak merepotkan karena hanya dipakai dalam lima peningkatan paparan hormon estrogen tersebutlah
tahun sekali. Kekurangan dari alat kontrasepsi yang dapat memicu pertumbuhan sel secara tidak
berupa implant adalah diperlukannya prosedur normal pada bagian tertentu, misalnya payudara.
pembedahan dalam pemasangan dan pengambilan
batang implant tersebut sehingga terkadang Usia Menarche
perempuan merasa enggan untuk menggunakan alat Sistem reproduksi perempuan dikendalikan
kontrasepsi berupa implant. oleh beberapa hormon. Hipotalamus menyekresikan
Pemakaian implant dapat disarankan pada hormon gonadotropin yang selanjutnya akan
perempuan yang tidak ingin memiliki anak lagi atau merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan
pada perempuan yang mengalami kesulitan untuk hormon FSH (Rochmah dkk., 2009). Kelenjar
pemakaian alat kontrasepsi secara teratur setiap pituitari yang terletak di otak bagian bawah akan
hari. Perempuan yang tinggal di daerah yang jauh merangsang ovarium memproduksi hormon
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 21

estrogen ketika seorang perempuan telah siap untuk dini. Pola konsumsi makanan secara berlebihan
memasuki masa pubertas (Gayatri, 2007). Hormon dapat meningkatkan kerja dari berbagai organ
FSH yang disekresikan oleh kelenjar pituitari tubuh sebagai suatu bentuk mekanisme tubuh dalam
tersebutlah yang merangsang pematangan folikel menetralisir keadaan agar keadaan tersebut dapat
di dalam ovarium sehingga merangsang ovarium kembali normal. Adanya peningkatan kerja pada
menyekresikan hormon estrogen. Hormon estrogen berbagai organ tersebut dapat memberi pengaruh
dihasilkan untuk pertama kalinya pada saat seorang pada organ seksual perempuan untuk bekerja
perempuan telah siap memasuki masa pubertas, yaitu secara maksimal. Pengaruh pada berbagai organ
pada usia sekitar 8 hingga 13 tahun (Suryaningsih tersebut dapat berupa peningkatan sekresi hormon
dan Sukaca, 2009). progesteron, estrogen, LH, dan FSH sehingga salah
Menstruasi merupakan siklus hidup normal satu gangguan yang dapat terjadi adalah datangnya
yang akan dilalui oleh seorang perempuan. Siklus siklus menstruasi yang terlalu cepat (Salirawati,
menstruasi tersebut berlangsung sekitar 28 hari 2014).
pada setiap bulan. Sekitar 5 hari pertama pada Berdasarkan hasil penelitian yang telah
fase menstruasi, hormon estrogen dan progesteron dilakukan, diketahui bahwa usia menarche memiliki
mengalami penurunan sehingga sel telur yang hubungan yang bermakna terhadap kejadian kanker
tidak dibuahi pada lapisan endometrium di uterus payudara pada perempuan di RSUD Dr Soetomo
mengalami peluruhan bersamaan dengan robeknya pada tahun 2013. Hal ini tidak sesuai dengan
endometrium melalui pendarahan, hal tersebut penelitian yang telah dilakukan oleh Oktaviana dkk.
mengakibatkan dinding uterus menjadi sangat tipis (2012). Penelitian tersebut menyatakan bahwa usia
(Rochmah dkk., 2009). menarche tidak memiliki hubungan yang bermakna
Menarche adalah istilah umum ketika seorang terhadap kejadian kanker payudara. Namun hasil
perempuan mengalami pendarahan pertama kalinya penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
yang berasal dari uterus atau sering disebut dengan dilakukan oleh Rianti dkk (2012), yang menyatakan
menstruasi pertama kali (Anggraini, 2014). Siklus bahwa usia menarche memiliki hubungan yang
menstruasi umumnya dialami pertama kali oleh bermakna terhadap kejadian kanker payudara.
perempuan ketika berusia 10 hingga 16 tahun. Siklus Usia menarche yang terlalu dini pada
menstruasi setelah seorang perempuan mengalami perempuan, yaitu kurang dari 12 tahun menyebabkan
menstruasi untuk pertama kali (menarche) mungkin paparan hormon estrogen pada tubuh menjadi lebih
belum teratur selama satu hingga dua tahun, dan cepat. Hormon estrogen dapat memicu pertumbuhan
setelah itu akan menjadi teratur seiring dengan sel pada bagian tubuh tertentu secara tidak normal
terjadinya proses ovulasi yang teratur pula (Gayatri, (Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2014). Mekanisme
2007). terjadinya kanker payudara oleh paparan estrogen
Usia menarche yang dini pada seorang masih belum diketahui secara pasti disebabkan
perempuan dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu karena stimulasi estrogen terhadap pembelahan sel
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan, epitel atau karena disebabkan oleh estrogen dan
dan faktor gaya hidup yang dapat memicu terjadinya metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai
menarche dini. Seorang perempuan yang mengalami mutagen sehingga dapat menyebabkan timbulnya sel
menarche dini kemungkinan akan memiliki anak kanker pada payudara (Sandra, 2011).
perempuan yang nantinya juga akan mengalami Usia menarche yang dini juga dapat
menarche dini. Perempuan yang hidup di daerah menyebabkan seorang perempuan mengalami
perkotaan juga kemungkinan berisiko mengalami masa menopause yang lebih dini pula. Hal ini
menarche dini yang lebih tinggi daripada perempuan menyebabkan paparan hormon estrogen berkurang
yang hidup di daerah pedesaan karena adanya pada usia yang relatif masih muda, padahal hormon
keadaan sosial ekonomi yang kompleks (Anggraini, estrogen juga berfungsi untuk mencegah serangan
2014). jantung dan melindungi tulang sehingga hal tersebut
Kurangnya aktivitas fisik dan pola makan dapat mengakibatkan peningkatan risiko seorang
yang berlebihan sehingga menyebabkan tubuh perempuan untuk mengalami gangguan jantung dan
menjadi gemuk juga dapat meningkatkan risiko tulang (Salirawati, 2014).
seorang perempuan untuk mengalami menarche
22 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23

SIMPULAN DAN SARAN Kartasura. http://download.portalgaruda.org/


Simpulan article.php?article=4351&val=426&title= (sitasi
16 Juli 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel Jawa Timur. Kanker Penyebab Kematian Nomor
bebas yang diteliti menunjukkan adanya hubungan Tujuh di Indonesia. http://bappeda.jatimprov.
yang bermakna dengan kejadian kanker payudara go.id/2011/04/03/kanker-penyebab-kematian-
pada perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun nomor-tujuh-di-indonesia/ (sitasi 7 Desember
2013. Variabel yang mempunyai hubungan yang 2013).
bermakna terhadap kejadian kanker payudara pada Bahiyatun. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
perempuan di RSUD Dr Soetomo pada tahun 2013 Nifas Normal. Jakarta: EGC. [sitasi 25 Juni 2014].
tersebut, yaitu riwayat pemakaian kontrasepsi http://books.google.co.id/books?id.
hormonal dan usia menarche. Selain itu, disimpulkan Damayanti, E. Replikasi DNA dan Abnormalitasnya
juga bahwa variabel yang memiliki hubungan pada Pertumbuhan Sel Tumor. http://www.
bermakna dan berisiko paling besar terhadap academia.edu/5085250/makalah._Replikasi_
kejadian kanker payudara pada perempuan di RSUD DNA (sitasi 3 Juli 2014).
Dr Soetomo pada tahun 2013 adalah usia menarche. Depkes RI. Buku Saku Pencegahan Kanker
Usia menarche yang terlalu dini, yaitu < 12 tahun Leher Rahim dan Kanker Payudara. https://
terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker docs.google.com/file/d/0Bwq8YAw3QBl-
payudara pada perempuan di RSUD Dr Soetomo UkNLbDdSQkxQMWM/edit?pli=1 (sitasi 25
pada tahun 2013. Juni 2014).
Depkes RI. Penderita Kanker Diperkirakan Menjadi
Saran Penyebab Utama Beban Ekonomi Terus
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Meningkat. http://www.depkes.go.id/index.
terdapat beberapa masukan kepada pihak yang php?vw=2&id=1937 (sitasi 7 Desember 2013).
terkait guna menurunkan risiko terjadinya kanker Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
payudara. Salah satu masukan yang diberikan 2007. http://www.k4health.org/sites/default/files/
adalah dengan melakukan upaya pencegahan dalam laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf
mengurangi risiko terjadinya menarche dini pada (sitasi 7 Desember 2011).
perempuan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan Dinkes Kota Surabaya, 2011. Laporan Tahunan
menjaga pola makan, yaitu dengan menghindari Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2011.
konsumsi makanan berlemak maupun makanan Surabaya; Dinkes Kota Surabaya.
cepat saji secara berlebihan, serta membiasakan Dinkes Provinsi Jawa Timur. Kegiatan Pengendalian
diri melakukan aktivitas fisik secara teratur Kanker di Jawa Timur. http://dinkes.jatimprov.
untuk mencegah terjadinya obesitas yang dapat g o . i d / c o n t e n t d e t a i l / 11 / 3 / 1 5 6 / k e g i a t a n _
mempercepat terjadinya menarche. Pengawasan pengendalian_kanker_di_jawa_timur.html (sitasi
terhadap faktor pemicu lain, seperti pengetahuan 5 Oktober 2013).
seksual yang tidak tepat sesuai usia anak juga perlu Dinkes Provinsi Sumatera Barat. Kenali Gejala Dini
dilakukan. Pemakaian kontrasepsi hormonal juga Kanker Payudara. http://dinkes.sumbarprov.go.id/
perlu dikonsultasikan secara lebih cermat kepada berita-177-penjelasan-lengkap-kanker-payudara.
dokter atau bidan yang berkompeten agar pemakaian html (sitasi 26 Juni 2014).
kontrasepsi hormonal tidak terlalu lama sehingga Gayatri. (2007) Buku Pintar Cewek Pintar. Jakarta:
risiko terjadinya kanker payudara dapat ditekan. Gagas Media. [sitasi 16 Juli 2014]. http://books.
google.co.id/books?id.
Globocan. Breast Cancer Estimated Incidence,
REFERENSI Mortality, and Prevalence Worldwide in 2012.
Anggorowati, L., 2013. Faktor Risiko Kanker http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.
Payudara Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, aspx (sitasi 18 Desember 2013).
Vol. 8, No. 2: 102-108. Nani, D., 2009. Hubungan Umur Awal Menopause dan
Anggraini, M.T,. Hubungan Antara Usia Saat Status Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan
Timbulnya Menarche dengan Usia Saat Kejadian Kanker Payudara. Jurnal Keperawatan
Terjadinya Menopause Wanita di Kecamatan Soedirman, Vol. 4, No. 3: 102–106.
Gst Ayu dan Lucia, Analisis Risiko Kanker Payudara… 23

Noor, N.N., 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo,
Jakarta: 35-287. 2014. Data Kunjungan Baru Pasien Rawat
Oktaviana, D.N., E. Damayanthi, dan Kardinah, Jalan RSUD Dr Soetomo tahun 2013 Wilayah
2012. Faktor Risiko Kanker Payudara pada Pasien Surabaya. Surabaya; Instansi Teknologi Informasi
Wanita di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, RSUD Dr Soetomo.
Jakarta. Indonesian Journal of Cancer, Vol. 6, Salirawati, D., Pengaruh Pola Konsumsi Pangan
No. 3: 105-111. Terhadap Terjadinya Menstruasi Dini dan
Puspitasari, N., 2008. Metode Kontrasepsi. Kesiapan Anak dalam Menghadapi Masa
Departemen Biostatistika dan Kependudukan Pubertas.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ua
Airlangga. Surabaya: 2-20. ct=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2
Putri, N., 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara. Aura Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2
Media. Yogyakarta: 13-48. FMenstruasi%2520Dini%2520KPP_0.doc&ei=z
Rianti, E., G.A. Tirtawati, dan H. Novita, 2012. IPGU7CcGdKVuASc6ID4Bg&us.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Risiko g=AFQjCNHZBZBB5U5WI_fFDhrwfc67A4CU3A
Kanker Payudara Wanita. Journal Health Quality, &sig2=f6wbHijcJWYB1goZWdjOQ&bvm=bv.7
Vol. 3, No. 1: 10-23. 1126742,d.c2E. (sitasi 16 Juli 2014).
Rochmah, S.N., S. Widayati, dan M. Arif. (2009) Sandra, Y., 2011. Melatonin dan Kanker Payudara.
Biologi SMA/ MA Kelas XI [sitasi 19 Juli Majalah Kesehatan Pharma Medika, Vol. 3, No.
2014]. http://download.bse.kemdikbud.go.id/ 2: 286-291.
fullbook/20090904004808.pdf. Suryaningsih, E.K., dan B.E. Sukaca, 2009. Kupas
Rumah Sakit Kanker Dharmais. (2002) Tuntas Kanker Payudara. Paradigma Indonesia.
Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini. Yogyakarta: 1-146.
[sitasi 29 Juni 2014]. http://books.google.co.id/
books?id.

You might also like