Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH:
PERENCANAAN AUDIT, TIPE PENGUJIAN AUDIT dan
MATERIALITAS
DOSEN PENGAMPU:
ARISTA FAUZI KARTIKA SARI
Disusun Oleh:
Kelompok I
RIZKA DWI AYUNIN TISNA ( 21601082166)
ALDA WULANDARI ( 21601082181)
EKA PUTRI WAHYUNING TYAS (21601082128)
FADEL BAHA ( 21601082191)
P a g e 1 | 15
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
P a g e 2 | 15
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…………………………………………………. . 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 5
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………….... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PERENCANAAN AUDIT, TIPE PENGUJIAN AUDIT dan
MATERIALITAS
............................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 15
P a g e 3 | 15
iii
BAB I
A. Latar Belakang
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan.
Perencanaan menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan
pribadi untuk kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru
seperti komputer personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas
urutan dari bagian-bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam perencanaan audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan
audit,yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan
prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas,
mempertimbangkanrisiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi
signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini
akan dibahaslebih rinci mengenai dua langkah pertama dalam perencanaan audit.
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan
bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi
auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak
adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus
didokumentasi- kan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan
keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar
auditor mudah dalam melakukan analsisis dan evaluasi lebih lanjut, sehingga
proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik berdasarkan
unsur-unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang
menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja
merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya,
auditor harus mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk
mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Kertas
kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan
simpulan yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan
berfungsi mendukung laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga
KKA harus dijaga mutunya melalui proses review secara berjenjang.
P a g e 4 | 15
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud perencanaan audit?
2. Apa saja tahap perencanaan audit?
3. Apa saja proses perencanaan audit?
4. Apa saja elemen-elemen dalam audit
5. Apa saja tipe pengujian audit?
6. Apa yang di maksud materealistis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui komponen-komponen perencanaan audit.
P a g e 5 | 15
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat entitas tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment)
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliuran atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh,
laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan
yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)
P a g e 6 | 15
2.2 TAHAP – TAHAP PERENCANAAN AUDITING
P a g e 7 | 15
3. Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien
Dokumen hukum yang penting utnutk diperiksa oleh auditor yaitu : akta
pendirian perusahaan, anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan
komisiaris dan dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian.
4. Melaksanakan Prosedur Menurut Penelitian Persiapan
Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian
keseluruhan kegiatan pemeriksaan dapat tergambar di dalamnya.
5. Menentukan Materialitas dalam menetapkan risiko audit yang dapat
diterima
6. Memahami Struktur Pengawasan Intern dan Menilai Resiko Kendali
7. Mengembangkan Program Audit dan Rencana Audit
P a g e 8 | 15
2.6 KONSEP MATERIALITAS
Adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan
perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.
P a g e 9 | 15
6. Auditor bertanggungjawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standart
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standart tersebut
mensyaratkan bahwa auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan
mutlak, tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, salah
saji material mungkin akan tetap tidak terdeteksi. Begitu pula, suatu audit
tidak didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak
material terhadap laporan keuangan. Jika, oleh karena sebab apa pun,
auditor tidak dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan
atau tidak merumuskan suatu pendapat, ia dapat menolak menyatakan
suatu pendapat atau menolak untuk menerbitkan suatu laporan sebagai
hasil kerjasama tersebut.
7. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern
yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat,
dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan. Suatu audit tidak
didesain untuk memberikan keyakinan atas pengendalian intern atau untuk
mengidentifikasi semua kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor
bertanggungjawab untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain
yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab setara akan menyadari
adanya kondisi yang dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.
Hal – hal tersebut diatas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan
(kerjasama). Pemahaman dengan klien juga mencakup hal – hal lain seperti
berikut ini :
P a g e 10 | 15
2.9 PERENCANAAN dan SUPERVISE
Penelian atas risioko penugasan ditahun pertama dan tahun – tahun selanjutnya,
membantu memastikan bahwa KAP :
Menerima Penugasan
Langkah pertama dalam proses menerima atau melanjutkan klien adalah
menilai kemampuan KAP melaksanakan penugasan dan risiko terkait.
P a g e 11 | 15
Pengecekan Latar Belakang (Background Check)
Sebelum menghubungi pihak ke tiga untuk mengumpulkan informasi
mengenai calon klien, pastikan bahwa semua partner menyadari dan
memahami :
P a g e 12 | 15
Namun, surat perikatan audit harus direvisi jika terjadi perubahan keadaan. Salah
satu hal yang merupakan perubahan keadaan adalah setiap perubahan syarat
penugasan atau diperlukannya syarat penugasan yang khusus untuk periode
tersebut.
Perubahan Syarat Penugasan
Jika manajemen meminta perubahan dalam syarat – syarat perikatan audit, auditor
perlu mempertimbangkan apakah permintaan mempunyai dasar dan apakah
implikasi terhadap lingkungan penugasan. Permintaan untuk mengubah syarat
perikatan audit, layak dipertimbangkan misalnya karena perubahan dalam situasi
yang dihadapi klien atau kesalahpahaman mengenai sifat dari jasa yang diminta
sebelumnya.
2.10 STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Tinjauan Umum
Perencanaan dilakukan pada dua tingkat. Tingkat pertama adalah strategi audit
secara menyeluruh. Tingkat kedua adalah rencana audit terinci.
P a g e 13 | 15
KESIMPULAN
SARAN
Dalam bab ini di jelaskan tiga langkah tambahan dalam perencanaan audit,
setelah mempelajari bab ini pembaca dapat di harapkan dapat mengetahui dan
mempelajari tentang Auditing, Tipe pengujian dan Materealistis. Demikian
yang dapat kami jabarkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang budiman pada umumnya.
P a g e 14 | 15
DAFTAR PUSTAKA
https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/perencanaan-auditing/
https://www.e-akuntansi.com/2015/09/berbagai-macam-pengujian-audit.html
https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
awal/
https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/sa-seksi-310.pdf
A.A., Arens, Elder, dan Beasley, Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi,
Jilid 1 Edisi kedua belas, Erlangga, Jakarta, 2008.
P a g e 15 | 15