You are on page 1of 15

PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

MAKALAH:
PERENCANAAN AUDIT, TIPE PENGUJIAN AUDIT dan
MATERIALITAS
DOSEN PENGAMPU:
ARISTA FAUZI KARTIKA SARI

Disusun Oleh:
Kelompok I
RIZKA DWI AYUNIN TISNA ( 21601082166)
ALDA WULANDARI ( 21601082181)
EKA PUTRI WAHYUNING TYAS (21601082128)
FADEL BAHA ( 21601082191)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018

P a g e 1 | 15
i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini “Perencanaan Audit, Tipe Pengujian Audit dan Materialitas”, dengan
tepat waktu. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arista
Fauzi Kartika Sari selaku pengampu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I yang
telah memberikan arahan agar terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini kami buat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi I, serta harapan kami makalah ini bisa berguna bagi para
pembaca.
Kami menyadari betul bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam penyampaian dan juga isi. Untuk itu, kami berharap kepada semua pihak
untuk memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan atas makalah ini.

Malang, 24 Maret 2018

Penyusun

P a g e 2 | 15
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…………………………………………………. . 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 5
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………….... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PERENCANAAN AUDIT, TIPE PENGUJIAN AUDIT dan
MATERIALITAS
............................................................................................ 6

2.2 TAHAP – TAHAP PERENCANAAN AUDITING................ 7

2.3 PROSEDUR PERENCAAN AUDIT ...................................... 7


2.4 ELEMEN – ELEMEN PERENCANAAN AUDIT ................ 7
2.5 TIPE PENGUJIAN AUDIT..................................................... 8
2.6 KONSEP MATERIALITAS.................................................... 9
2.7 PENUNJUKKAN AUDITOR INDEPENDEN .................... 9
2.8 MEMBANGUN PEMAHAMAN DENGAN KLIEN........... 9
2.9 PERENCANAAN dan SUPERVISE..................................... 11
2.10 STRATEGI AUDIT MENYELURUH.............................. 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………… 14
B. Saran…………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 15

P a g e 3 | 15
iii

BAB I

A. Latar Belakang
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan.
Perencanaan menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan
pribadi untuk kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru
seperti komputer personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas
urutan dari bagian-bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam perencanaan audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan
audit,yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan
prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas,
mempertimbangkanrisiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi
signifikan, dan memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini
akan dibahaslebih rinci mengenai dua langkah pertama dalam perencanaan audit.
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan
bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi
auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak
adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus
didokumentasi- kan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan
keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar
auditor mudah dalam melakukan analsisis dan evaluasi lebih lanjut, sehingga
proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik berdasarkan
unsur-unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang
menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja
merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya,
auditor harus mengkumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk
mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Kertas
kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan
simpulan yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan
berfungsi mendukung laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga
KKA harus dijaga mutunya melalui proses review secara berjenjang.

P a g e 4 | 15
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud perencanaan audit?
2. Apa saja tahap perencanaan audit?
3. Apa saja proses perencanaan audit?
4. Apa saja elemen-elemen dalam audit
5. Apa saja tipe pengujian audit?
6. Apa yang di maksud materealistis?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui komponen-komponen perencanaan audit.

P a g e 5 | 15
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERENCANAAN AUDIT, TIPE PENGUJIAN AUDIT dan


MATERIALITAS

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh


auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan
rencana audit dan program audit menyeluruh. Keberhasilan perikatan audit sangat
ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor SA Seksi 310.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan


dan lingkup audit yang diharapkan. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan, antara lain :

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat entitas tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment)
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliuran atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh,
laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan
yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)

P a g e 6 | 15
2.2 TAHAP – TAHAP PERENCANAAN AUDITING

2.3 PROSEDUR PERENCAAN AUDIT


Isi Perencanaan Audit :
1. Hal – hal mengenai klien
Pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor dalam
mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus, menilai
kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview
dan dikumpulkan dalam organisasi.
2. Hal – hal yang mempengaruhi klien
3. Rencana kerja auditor

2.4 ELEMEN – ELEMEN PERENCANAAN AUDIT


Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai
dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen –
elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :
1. Pra Plan ( Perencanaan Awal)
Menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit, menerima
atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien
untuk diaudit, menetukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat
penugasan.
2. Memperoleh Informasi Mengenai Latar Belakang Klien
Auditor harus memiliki tentang ciri – ciri lingkungan kegiatan perusahaan
klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan
surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur –prosedur audit khusus.

P a g e 7 | 15
3. Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien
Dokumen hukum yang penting utnutk diperiksa oleh auditor yaitu : akta
pendirian perusahaan, anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan
komisiaris dan dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian.
4. Melaksanakan Prosedur Menurut Penelitian Persiapan
Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian
keseluruhan kegiatan pemeriksaan dapat tergambar di dalamnya.
5. Menentukan Materialitas dalam menetapkan risiko audit yang dapat
diterima
6. Memahami Struktur Pengawasan Intern dan Menilai Resiko Kendali
7. Mengembangkan Program Audit dan Rencana Audit

2.5 TIPE PENGUJIAN AUDIT


Untuk audit keuangan, Arens dan Loebbecke menjelaskan bahwa dalam
menyusun rencana audit secara menyeluruh, auditor memiliki 5 jenis pengujian,
antara lain :
1. Prosedur pemahaman atas pengendalian intern
Fungsi utamanya untuk memperkirakan risiko pengendalian dalam setiap
tujuan audit berkait.
2. Pengujian pengendalian intern
3. Pengujian substantif atas transaksi
Tujuannnya yaitu untuk menentukan apakah semua tujuan audit berkaitan
dengan transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi.
4. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakuo perbandingan – perbandingan dari jumlah
jumlah yang dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh
auditor. Pada tahap perencanaan auditor mungkin menghitung rasio
dengan menggunakan data intern, sedangkan pada tahap pengujian saldo
akhir, auditor akan menghitung kembali rasio itu dengan menggunakan
data setahun penuh.
5. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian terinci atas saldo memusatkan perhatian atas saldo – saldo akhir
buku besar untuk laporan realisasi pendapatan dan belanja serta neraca.

Prosedur pemahaman atas pengendalian intern dan pengujian


pengendalian intern digunakan untuk mengurangi resiko pengendalian (control
risk), sedangkan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo digunakan
untuk memenuhi resiko deteksi yang direncanakan.

P a g e 8 | 15
2.6 KONSEP MATERIALITAS
Adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan
perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.

2.7 PENUNJUKKAN AUDITOR INDEPENDEN


Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran
bahwa penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak
manfaat bagi auditor maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan
auditor merencanaan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dengan cepat dan efisien serta
dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum
tanggal neraca.

2.8 MEMBANGUN PEMAHAMAN DENGAN KLIEN


Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang
akan dilaksanakan untuk setiap kerjasama. Pemahaman tersebut mengurangi
risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan atau harapan pihak lain, baik dipihak
auditor maupun klien. Pemahaman tersebut harus mencakup tujuan kerjasama,
tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan kerjasama.
Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya,
lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor yakin
bahwa pemahaman dengan klien belum terbentuk, ia harus menolak untuk
menerima atau menolak untuk melaksanakan kerjasama.
Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umunya mencakup
hal – hal berikut ini :
1. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan
keuangan
2. Manajemen bertanggungjawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.
3. Manajemen bertanggungjawab untuk mengidentifikasi dan menjamin
bahwa entitas mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku
terhadap aktivitasnya.
4. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan
dan informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor
5. Pada akhir kerjasama, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi
auditor yang menegaskan respresentasi tertentu yang dibuat selama audit
berlangsung

P a g e 9 | 15
6. Auditor bertanggungjawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standart
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standart tersebut
mensyaratkan bahwa auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan
mutlak, tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, salah
saji material mungkin akan tetap tidak terdeteksi. Begitu pula, suatu audit
tidak didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak
material terhadap laporan keuangan. Jika, oleh karena sebab apa pun,
auditor tidak dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan
atau tidak merumuskan suatu pendapat, ia dapat menolak menyatakan
suatu pendapat atau menolak untuk menerbitkan suatu laporan sebagai
hasil kerjasama tersebut.
7. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern
yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat,
dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan. Suatu audit tidak
didesain untuk memberikan keyakinan atas pengendalian intern atau untuk
mengidentifikasi semua kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor
bertanggungjawab untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain
yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab setara akan menyadari
adanya kondisi yang dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.

Hal – hal tersebut diatas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan
(kerjasama). Pemahaman dengan klien juga mencakup hal – hal lain seperti
berikut ini :

1. Pengaturan mengenai pelaksanaan kerjasama (sebagai contoh : waktu,


bantuan klien berkaitan dengan pembuatan skedul, dan penyediaan
dokumen)
2. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern (jika
diperlukan)
3. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu
4. Pengaturan tentang fee dan penagihan
5. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau
klien, seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari
representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen
kepada auditor.
6. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan
akses ke kertas kerja auditor
7. Jasa tambahan yang disedikan oleh auditor berkaitan dengan pemenehan
persyaratan badan pengatur
8. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam
hubungannya dengan kerjasama.

P a g e 10 | 15
2.9 PERENCANAAN dan SUPERVISE

ISA PROSES AUDIT TAHAP 1 : MENERIMA dan MELANJUTKAN


PENUGASAN, STRATEGI AUDIT MENYELUH
MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN

Sebelum KAP memutuskan untuk menerima atau mempertahankan suatu


penugasan auditor harus :

1. Memutuskan dapat diterimanya kerangka pelaporan keuangan yang


disusulkan atau digunakan entitas
2. Menilai apakah KAP dapat mentaati ketentuan etika relevan
3. Dapatkan persetujuan manajemen bahwa ia memahami sepenuhnya akan
tanggungjawab berkenaan dengan :
a. Penyusunan laporan keuangan entitas sesuai dengan FRF yang
diterapkan
b. Pengendalian internal sebagaimana dianggap seperlu oleh
manajemen untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari
salah saji yang material, apakah yang disebabkan oleh kecurangan
atau kesalahan
c. Memberikan kepada auditor akses kepada semua informasi yang
relevan dan informasi tambahan yang dapat diminta auditor
d. Prosedur menerima dan melanjutkan penugasan

Penelian atas risioko penugasan ditahun pertama dan tahun – tahun selanjutnya,
membantu memastikan bahwa KAP :

1. Independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan


2. Kompeten untuk melaksanakan tugasnya dengan sumberdaya yang
diperlukan dan dalam batas waktu yang tersedia
3. Tidak mempunyai informasi baru mengenai klien yang dapat
menyebabkan KAP menolak penugasan.

Sesudah diputuskan untuk menerima atau melanjutkan penugasan maka


langkah selanjutnya adalah :

1. Memastikan apakah persyaratan awal atau prakondisi bagi suatu audit


2. Menegaskan pemahaman bersama antara auditor dan manajemen
mengenai syarat – syarat perikatan audit.

Menerima Penugasan
Langkah pertama dalam proses menerima atau melanjutkan klien adalah
menilai kemampuan KAP melaksanakan penugasan dan risiko terkait.

P a g e 11 | 15
Pengecekan Latar Belakang (Background Check)
Sebelum menghubungi pihak ke tiga untuk mengumpulkan informasi
mengenai calon klien, pastikan bahwa semua partner menyadari dan
memahami :

1. Kebijakan KAP untuk menjaga kerahasiaan informasi klien dan calon


klien
2. Ketentuan perundangan mengenai hak dan kerahasian pribadi
3. Kode etik berlaku

Prokondisi Untuk Suatu Audit


Untuk memastikan prokondisi bagi suatu audit memang ada, auditor wajib :

1. Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan (financial reporting


framework, FRF) yang digunakan untuk membuat laporan keuangan dapat
diterima
2. Dapat persetujuan manajemen bahwa ia sadar dan memahami sepenuhnya
akan tanggungjawab berkenaan dengan :
a. Penyusunan laporan keuangan entitas sesuai dengan FRF yang
diterapkan, termasuk ketentuan mengenai penyajian yang wajar
b. Pengetahuan internal sebagaimana dianggap perlu oleh manajemen
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang
material
Menyepakati syarat- syarat perikatan (kerjasama)

1. Jika manajemen membatasi lingkup kerja auditor akan mengakibatkan


penolakan opini atas laporan keuangan keuangan, auditor tidak
diperkenankan menerima penugasan dengan pembatasan, kecuali jika
diharuskan oleh ketentuan perundang – undangan
2. Auditor wajib menyepakati syarat – syarat dalam penugasan audit dengan
manajemen
3. Dalam audit yang berulang, auditor wajib menilai apakah situasi
mengharuskan syarat perikatan audit revisi dan apakah perlu
mengingatkan kembali entitas itu akan syarat perikatan audit yang ada
Kemutakiran Surat Penugasan

KAP mungkin menerima penugasan untuk beberapa perode audit, tentunya


dengan memperhatikan ketentuan tentang rotasi KAP. Jika tidak ada perubahan,
auditor wajib menilai apakah ada kebutuhan untuk mengingat kembali syarat –
syarat perikatan audit yang disepakati. Syarat – syarat ini disepakati kembali tanpa
perlu meminta surat perikatan audit baru untuk setiap periode.

P a g e 12 | 15
Namun, surat perikatan audit harus direvisi jika terjadi perubahan keadaan. Salah
satu hal yang merupakan perubahan keadaan adalah setiap perubahan syarat
penugasan atau diperlukannya syarat penugasan yang khusus untuk periode
tersebut.
Perubahan Syarat Penugasan

Jika manajemen meminta perubahan dalam syarat – syarat perikatan audit, auditor
perlu mempertimbangkan apakah permintaan mempunyai dasar dan apakah
implikasi terhadap lingkungan penugasan. Permintaan untuk mengubah syarat
perikatan audit, layak dipertimbangkan misalnya karena perubahan dalam situasi
yang dihadapi klien atau kesalahpahaman mengenai sifat dari jasa yang diminta
sebelumnya.
2.10 STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Tinjauan Umum

Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan dan iteratif yang dimulai


segera sesudah berakhirnya audit sebelumnya, dan berlangsung terus sampai
penyelesaian audit yang sedang berlangsung. Sebagai proses yang
berkesinambungan, perencanaan dilaksanakan pada ketiga tahap audit : menilai
risiko, menanggapi risiko dan pelaporan.

Perencanaan dilakukan pada dua tingkat. Tingkat pertama adalah strategi audit
secara menyeluruh. Tingkat kedua adalah rencana audit terinci.

Penyusunan audit secara menyeluruh dimulai pada awal penugasan, kemudian


diselesaikan dan dimutakhirkan sesuai informasi yang diperoleh dari :

1. Pengalaman dimasa lalu dengan entitas tersebut


2. Kegiatan – kegiatan pendahuluan
3. Pembahasan dengan klien mengenai perubahan – perubahan seja periode
yang lalu

Rencana audit terinci dimulai sedikit lebih belakangan, ketika prosedur


penilaian risiko spesifik direncanakan dan ketika ada cukup informasi
menegnai risiko yang dinilai untuk memberikan tanggapan audit yang tepat.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun strategi audit yang meyeluruh


bervariasi antara satu audit dengan audit lainnya dan tergantung dari :
1. Ukuran dan kompleksitas
2. Komposisi dan ukuran tim audit
3. Pengalaman dimasa lalu dengan entitas itu
4. Situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kesulitan

P a g e 13 | 15
KESIMPULAN

Penetpan perencanaan yang tepat meupakan pekerjaan yang cukup sulit


dalam melaksanakan audit yang efektif dan efisien. Tahapan-tahapan perencanaan
meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien,
melaksanakan prosedur analitis, menentukan pertimbangan awal, tingkat
meterialitas, mempertimbangkan resiko audit, mengembangkan strategi awal audit
untuk asersi-asersi signifikan, dan mendapatkan pengalaman mengenai struktur
pengendalian intern klien.
Dalam menyusun rencana audit secara menyeluruh, auditor memiliki 5
jenis pengujian yaitu : Prosedur pemahaman atas pengendalian intern, Pengujian
pengendalian intern, pengujian subtansif atas transaksi, prosedur analitis dan
pengujian terinci atas saldo.
Materialitas adalah dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi.

SARAN

Dalam bab ini di jelaskan tiga langkah tambahan dalam perencanaan audit,
setelah mempelajari bab ini pembaca dapat di harapkan dapat mengetahui dan
mempelajari tentang Auditing, Tipe pengujian dan Materealistis. Demikian
yang dapat kami jabarkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan materi makalah ini. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang budiman pada umumnya.

P a g e 14 | 15
DAFTAR PUSTAKA

https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/perencanaan-auditing/
https://www.e-akuntansi.com/2015/09/berbagai-macam-pengujian-audit.html
https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
awal/
https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/sa-seksi-310.pdf

A.A., Arens, Elder, dan Beasley, Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi,
Jilid 1 Edisi kedua belas, Erlangga, Jakarta, 2008.

P a g e 15 | 15

You might also like