Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merupakan daerah yang dominasi penduduknya bekerja
pada sektor pertanian dengan sektor unggulan komoditi bawang merah. Sentra Bawang
merah Kabupaten Brebes merupakan sentra produksi terbesar di Indonesia selain di
Cirebon, Kuningan, Nganjuk, Probolinggo dan Bima. Namun potensi unggulan tersebut
tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraan petani yang diakibatkan rendahnya posisi
tawar petani. Salah satu penyebab rendahnya posisi tawar petani adalah akibat terjadinya
fluktuasi harga bawang merah yang disebabkan terjadinya over supply akibat panen raya,
masuknya bawang merah impor serta peran tengkulak. Faktor-faktor utama yang
mengakibatkan rendahnya posisi tawar petani seperti kurangnya akses serta jaringan pasar,
tertutupnya akses informasi harga pasar dan minimnya penguasaan teknologi. Penelitian ini
akan dilaksanakan selama 8 bulan dengan menggunakan pendekatan mix method dengan
strategi penelitian studi kasus. Analisis yang dilakukan adalah analisis kebijakan,
kapabilitas lokal, pemasaran dan transparansi usaha. Hasil dari analisis adalah temuan
studi berisi fakta-fakta di lapangan yang bermuara akhir pada sebuah kesimpulan yang
merupakan jawaban pertanyaan penelitian yaitu hasil identifikasi rantai nilai pemasaran
bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Kata kunci: Rantai nilai, posisi tawar petani, pengembangan ekonomi lokal
Fluktuasi harga bawang merah menjadi cenderung menggunakan jasa tengkulak. Guna
salah satu penyebab berkurangnya keuntungan menjustifikasi posisi tawar produsen sebagai bentuk
petani bawang merah di Kabupaten Brebes. penerapan issue keadilan dalam rantai pemasaran,
Fluktuasi harga bawang merah disebabkan maka akan ditelaah lebih lanjut jaringan mata rantai
terjadinya over supply akibat panen raya, masuknya pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes.
bawang merah impor (Agustian et al., 2005) serta Pendekatan yang dianggap tepat dalam
peran tengkulak. Penyebab yang lain di tingkat penelitian ini adalah pendekatan rantai nilai (value
produksi adalah fluktuasi harga pupuk, harga obat- chain). Menurut Campbell (2008) rantai nilai
obatan, harga bibit dan pengaruh iklim (Nurasa dan mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk
Darwis, 2007; Agustian et al., 2005; Saptana, et al., membawa suatu produk atau jasa dari tahap
2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan hingga penjualan di pasar. Analisis
penyebab fluktuasi harga bawang merah terbagi rantai nilai komoditas (Comodity Chain Analysis)
menjadi dua yaitu di tingkat hulu yang dikembangkan oleh French Research Institute
mempengaruhi produksi (pupuk, iklim, obat dll) dan (Approche filiere) sebagai suatu teknik untuk
di tingkat hilir yang mempengaruhi pemasaran menganalisis rantai pemasaran yang sudah ada yang
(faktor musim dan peran tengkulak). dapat menentukan pembuatan kebijakan publik,
Berdasarkan data Paguyuban Petani didalamnya terkandung analisis kuantitatif dari
Agropolitan, harga bawang merah di tingkat input dan output, harga dan penambahan nilai dalam
produsen di Brebes, pada 24 Mei 2012 tercatat rantai nilai komoditas. Tallec dan Bockel (2005)
Rp9.500/kg, sedangkan harga rata-rata di pasar menambahkan, proses analisis rantai nilai
tradisional Brebes tercatat Rp11.000/kg. Sementara komoditas terdiri dari pemetaan rantai nilai sebagai
itu, harga bawang merah secara nasional di tingkat langkah awal analisis rantai nilai untuk
eceran pada minggu ke-4 Mei 2012, berdasarkan mendapatkan gambaran keseluruhan tentang rantai
data dari Badan Pusat Statisik (BPS), tercatat nilai, aliran produk dan para pelaku rantai nilai serta
Rp18.690/kg. Rendahnya pendapatan yang diterima jenis interaksi antar pelaku (Tallec dan Bockel,
petani ditenggarai karena rendahnya posisi tawar 2005:4). Melalui analisis rantai nilai, peneliti dapat
(bargaining power) petani dibandingkan aktor mengetahui model rantai pemasaran eksisting serta
lainnya. Padahal petani adalah aktor kunci, yang menelaah komponen keadilan pada tiap elemen di
mengupayakan operasionalisasi proses produksi mata rantai. Sehingga dari hasil studi, peneliti bisa
hingga menghasilkan produk yang diinginkan, menghasilkan rekomendasi sebagai masukan bagi
faktanya justru sering sekali ditekan dalam pemangku kebijakan.
negosiasi harga dan mendapatkan keuntungan yang Secara umum, persoalan ketidakberdayaan
rendah. Banyak faktor yang mengakibatkan petani dibagi dua yaitu persoalan di tingkat hulu
rendahnya posisi tawar petani seperti kurangnya seperti tingginya harga pupuk, obat-obatan, masih
akses serta jaringan pasar, tertutupnya akses tradisionalnya cara bercocok tanam, minimnya
informasi harga pasar dan minimnya penguasaan penguasaan teknologi dan semakin berkurangnya
teknologi. kesuburan tanah serta persoalan di tingkat hilir
Rendahnya posisi tawar petani seperti fluktuatif harga yang disebabkan karena
mengakibatkan distribusi keuntungan yang tidak faktor komoditi musiman dan peran pengepul/
merata dan timpang serta menjadi peluang adanya tengkulak sebagai pengendali harga. Persoalan
ketergantungan pada pihak lain terutama dalam hal ketidakberdayaan petani dikarenakan fluktuatif
pemasaran. Ketergantungan tersebut dikarenakan harga salah satu penyebabnya adalah faktor
petani belum mampu melakukan pola pemasaran komoditi musiman (dua pola panen yaitu panen raya
profesional dan mengandalkan pemasaran melalui besar juni sd agustus dan panen raya kecil yaitu
berbagai saluran pemasaran, sehingga untuk sampai Desember & Januari). Pada saat supply besar,
ke konsumen harus melalui perantara seperti sedangkan demand sedikit mengakibatkan
tengkulak yang menekan produsen guna rendahnya harga pasar, begitupula sebaliknya.
mendapatkan keuntungan berlipat. Sedangkan persoalan akibat dominasi peran
Margin pemasaran yang tinggi pengepul mengakibatkan distribusi pendapatan yang
mengindikasikan belum terpenuhinya komponen tidak merata sehingga dibutuhkan pemerataan
keadilan pada praktek rantai pemasaran. Hal ini informasi mengenai harga dan pasar.
ditenggarai karena kurangnya transparansi usaha Berdasarkan hasil konsolidasi dan rapat
dan kurangnya kapabilitas lokal. Keberpihakan koordinasi Program Galang Kekuatan Bangsa Bagi
Pemerintah sudah teridentifikasi melalui penyediaan Masyarakat Petani yang diselenggarakan di Brebes
fasilitas pengeringan dan gudang namun kurang dirumuskan beberapa isu terkait rendahnya posisi
terkelola dengan baik sehingga belum tawar petani, yaitu sebagai berikut:
termanfaatkan optimal, akibatnya masyarakat
akan dipaparkan perbandingan antar strategi umumnya belum melakukan upaya pemasaran yang
penelitian. memadai sehingga pemasaran sangat konvesional
Analisis dilakukan berdasarkan kerangka dan mengalami ketergantungan pada para perantara
metodologi yang telah ditetapkan serta disesuaikan (mid-men). Hal ini memberikan peluang terciptanya
dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. ketidakadilan bagi pihak petani, kelemahan petani
Tahapan analisis data merupakan tahapan setelah justru menjadi kekuatan pihak lain yang
melakukan pengolahan atau kompilasi data. Untuk mendapatkan keuntungan berlipat. Ketidakadilan
studi ini jenis penelitian yang dianggap tepat adalah tersebut ditenggarai karena konsep perdagangan
deskriptif. Deskriptif statistik adalah teknik analisis bebas yang mengakibatkan pihak yang lebih besar
yang digunakan untuk menganalisis data dengan akan lebih kuasa dibanding pihak lain.
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan atau generalisasi
(Sugiyono, 2004). Definisi tersebut sepaham dengan
apa yang dikemukakan I G Ngurah Agung (1992)
bahwa teknik analisis ini mencoba mendeskriptifkan
dan menyajikan rangkuman data atau nilai-nilai
yang dihitung berdasarkan data yang tersedia atau
yang dikumpulkan kemudian. Dari hasil
pengumpulan data maka akan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan diagram yang kemudian
akan diinterpretasikan secara deskripsi.
Tabel 1
Kerangka Analisis Penelitian
Analisis Analisis Rantai
Kapabilitas Lokal Pemasaran
Mengetahuitingkat Mengetahui
kemandirian petani saluran
Mengetahui pemasaran yang
kapasitas individu terbentuk
Tujuan
dan organisasi Mengetahui
margin
keuntungan
Mengetahui Sumber: Survey Primer, 2016
transaksi usaha Gambar 1
Organisasi Saluran Gudang/Rumah Kemasan di Brebes
SDM
Variabel
Pemasaran
Sub
Gambar 2
Jalur Distribusi Bawang Merah Brebes
Sumber : Olahan data Kemendagri, Analisis, 2016
Gambar 3
Aliran Rantai Pemasaran Bawang Merah Brebes
Sumber : Olahan data Kemendagri, Analisis, 2016
potensi yang mereka miliki, serta mampu secara semangat para petani. Pada skala teknis, kerjasama
mandiri membuat rencana kerja untuk yang dapat dilakukan Koperasi dengan pihak luar
meningkatkan pendapatannya melalui baik swasta maupun pemerintah adalah program
penegmbangan usaha bawang merah. pengembangan pertanian baik berkaitan dengan
Ketiga, Gapoktan dianggap sebagai pelatihan, aplikasi teknologi pertanian sehat tepat
Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan sehingga dapat guna terutama untuk komoditas bawang merah
menerima Dana Penguatan Modal (DPM), yaitu maupun investasi usaha bidang pertanian. Namun
dana pinjaman yang dapat digunakan untuk tidak semua kecamatan di Brebes memiliki
membeli gabah petani pada saat panen raya, Gapoktan dan Koperasi Petani padahal dinilai
sehingga harga tidak terlalu jatuh. Dalam konteks sangat bermanfaat untuk melindungi petani dari
ini, Gapoktan bertindak sebagai “pedagang gabah”, pihak perantara, selain itu keberadaan Gapoktan dan
dimana ia akan membeli gabah dari petani lalu Koperasi yang sudah ada dinilai belum optimal
menjualkannya. sehingga masih belum mampu mengakomodir isu
anjloknya harga bawang merah dan fluktuasi harga
bawang merah.
Dalam rangka mengontrol mengontrol
pemasokan bawang terutama bawang Import, dan
mengendalikan harga bawang dibutuhkan
keterlibatan aktif para aktor dan organisasi lokal
yang ada termasuk peran BUMD di Kbaupaten
Brebes seperti Bank Jateng Cabang Brebes, Bank
Puspakencana, dan BPR BKK. Organisasi lokal
yang ada di Kabupaten Brebes tidak terlepas dari
beberapa hambatan salah satunya dalam
kepengurusan yang masih ganda, belum terpisah
Gambar 4 sehingga pembukuan dan konsentrasi masih terbagi,
Organisasi Lokal Pengembangan Bawang Merah selain itu belum semua anggota terlibat aktif dan
Brebes partisipatif. Kendala lainnya adalah belum adanya
Sumber : Olahan data Kemendagri, Analisis, 2016 sistem monitoring untuk menilai hasil yang dicapai.
Kinerjanyapun dinilai belum maksimal terkait
Salah satu bentuk kelembagaan Gapoktan dengan eksistensi mereka belum mampu melindungi
adalah koperasi kelembagaan. Koperasi Gapoktan petani dari pihak-pihak yang menekan harga beli.
adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak Hal ini mengindikasikan lemahnya kapasitas
sosial dan beranggotakan para petani yang organisasi lokal yang ada. Sehingga dibutuhkan
merupakan susunan ekonomi sebagai usaha bersama penguatan organisasi lokal melalui pengakuan pihak
berdasarkan asas kekeluargaan menuju terciptanya luar terhadap eksistensinya, hal ini bisa terjadi
kesejahteraan dan keberkahan petani. Tugas apabila individu didalamnya merupakan anggota-
Koperasi adalah mewujudkan pendapatan anggota yang aktif dan berkompetensi serta
masyarakat yang adil dan merata dengan cara organisasi dengan struktur organisasi yang tidak
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap tumpang tindih, memiliki pengurus sendiri-sendiri
potensi yang ada. Masih banyak upaya yang harus yang masing-masing menjalankan peran dan
dilakukan untuk menguatkan organisasi ini agar tanggung jawabnya, serta aturan dan visi misi yang
mampu menjadi wadah yang mengayomi terarah. Hal ini menjadi penting karena penguatan
anggotanya. Sehingga disadari bahwa perlu adanya organisasi lokal dapat memberikan dampak positif
peningkatan pengetahuan tentang koperasi bagi dimana organisasi tersebut sebagai wadah
Pengurus, Pengawas, dan Anggota. Keaktifan dan kerjasama dalam pencapaian tujuan bersama.
partisipasi anggota merupakan kunci untuk
menggerakkan organisasi ini guna mencapai tujuan Kesimpulan
yang diinginkan dan hal ini belum sepenuhnya Pembayaran secara adil merupakan salah
tercapai. Keaktifan anggota akan memberikan satu komponen penting dalam perdagangan yang
manfaat berupa terealiasinya program dan adil, hal ini dimaknai adanya proses pemberdayaan
terhimpunnya dana anggota untuk kesejahteraan petani untuk memiliki posisi tawar akan harga.
koperasi. Selain itu, usaha kerjasama dengan pihak Sehingga posisi tawar petani yang rendah
luar yang saling memperoleh keuntungan bersama mengakibatkan rendahnya harga yang diterima
perlu ditingkatkan. petani. Akibatnya petani hanya bisa menutupi biaya
Koperasi Gapoktan merupakan hasil produksi saat ini dan pemenuhan kebutuhan sehari-
kombinasi antara kesungguhan, komitmen dan hari saja. Keuntungan yang minim dan margin yang
Pameran
Pengecer
I regional
Pengecer
desa
Pedagang
Pedagang
Pedagang besar/
besar/menengah Konsumen
besar/menengah menengah
regional
Kota
Toko
PETANI II
Produsen Kecil
Pengecer
kota
IV
Tengkulak
III
Produsen besar
Exportir
Gambar 5
Model Rantai Nilai Pemasaran Bawang Merah Brebes yang Adil
Sumber : Analisis, 2016
Campbell, Ruth. 2008. “Kerangka Kerja Sebuah Sheng, Yap Kioe. Poverty Alleviation through
Rantai Nilai.” Competitiveness at the Rural Urban Linkages: Policy Implications.
Frontier. Vol 3,p3-4. USAID dan SENADA. (Homepage of Unescap) (online) Available at:
http://www.unescap.org/pdd/prs/
Gaile, Gary L. 1992. “Improving rural-urban ProjectActivities/Ongoing/Rural-Urban.pdf.
linkages through small town marketbased Diakses pada tanggal 5 Agustus 2010.
development. “Third World Planning Review,
Volume 14, No.2, pp.135-136. Tallec, Fabien dan Louis Bockel. 2005. Commodity
Chain Analysis – Constructing the
Gibb, Arthur. 1984. “Tertiary Urbanization: the Commodity Chain Functional Analysis and
Agricultural Market Center as a Flow Charts. FAO.
Consumption-related Phenomenon.” Regional
Development Dialogue. 5:1. Spring, 110-148. Zulkifli, Azzaino. 1982. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor : Fakultas Pertanian IPB.
Humphrey, John. 2005. Shaping Value Chains for
Development:Global Value Chains in
Agribusiness. Brighton, UK: GTZ, Institute of
Development Sudies,University of Sussex.