You are on page 1of 19

SKENARIO

Teknik Sampling

Drg. Lia ingin melakukan penelitian epidemiologi tentang karies gigi pada
masyarakat perkebunan tembakau di desa Sido Makmur. Pekerja perkebunan
tembakau adalah 95% perempuan, usia 30-40 th, sebagian besar merekatidak lulus
SD. Pekerja tembakau tersebut berjumlah 750 orang. Penelitian ini dilakukan
karena laporan mandor perkebunan yang mengatakan bahwa pekerja sering tidak
masuk bekerja karena sakit gigi. Teknik sampling yg sesuai dengan kondisi
masyarakat tersebut adalah ?

1
STEP 1

CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS

1. Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada rakyat.


Pengertian yang lain epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
penyebaran atau perluasan suatu penyakit di dalam suatu kelompok
penduduk atau masyarakat.
2. Teknik Sampling : Bagian dari metodologi statistika yang berhubungan
dengan pengambilan sebagian dari populasi. Teknik Sampling adalah cara
untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel
yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.

2
STEP 2

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah informasi yang menyatakan bahwa sebagian besar pekerja tidak


lulus SD merupakan variable dalam teknik sampling?
2. Apakah faktor yang menyebabkan sakit gigi sehingga sebagian pekerja
tidak masuk kerja.
3. apakah penelitian ini dilakukan terhadap individu atau terhadap
kelompok?
4. apakah tujuan dan manfaat dari teknik sampling?
5. Apakah perbedaan dari macam macam teknik sampling ? jenis teknik
sampling yang mana yang sesuai dengan masalah di skenario?

3
STEP 3

BRAINSTORMING

1. Pekerja tidak lulus SD merupakan sebuah variable.


2. Faktor yang dapat menyebabkan sakit gigi adalah jenis pekerjaan, karena
jenis pekerjaan tertentu akan berakibat terhadap penyakit-penyakit
tertentu. Salah satu contohnya adalah faktor lingkungan yang berhubungan
dengan penyakit misalnya bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda
benda fisik yang menimbulkan kecelakaan.
Masyarakat perkebunan tembakau (nikotin yang terkandung dalam
tembakau)  karies  sakit gigi. Nikotin yang terkandung dalam
tembakau dapat berefek pada kesehatan sistemik dan rongga mulut.
3. Teknik Sampling, terbagi 2 bagian:
1. Probability Sampling adalah sebuah teknik sampling yang memberikan
kesempatan / peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi sample.
2. Non-Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan / peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sample.

Penelitian yang dilakukan terhadap sebuah kelompok, dilakukan pada


seluruh penduduk perkebunan tembakau di desa Sido Makmur

4. Tujuan sampling adalah menggunakan sebagian obyaek penelitian yang


diselidiki tersebut untuk memperoleh informasi tentang populasi.
Manfaat menggunakan metode sampling antara lain :
1. Dari segi biaya akan menjadi lebih murah
2. Dari segi waktu akan lebih cepat, sehingga hasilnya up to date
3. Dari segi tenaga akan lebih hemat
4. Variabel yang diteliti dapat lebih banyak dan mendalam, sehingga
kedalaman serta ketepatan informasi akan lebih baik

4
5. Walaupun hanya menggunakan sebagian saja dari subjek atau objek
penelitian, tetapi hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.

5. Probability sampling, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


1. Tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan atau
probabilitas yang sama untuk menjadi sampel. jadi nilai probabilitas
tiap unit populasi untuk terpilih sebagai unit sampel adalah sama, tidak
= 0 dan atau tidak = 1.
2. Random sampling merupakan salah satu asumsi pemakaian statistik
inferensial.
3. Jika menggunakan teknik random sampling dapat dilakukan
generalisasi dengan tingkat validitas generalisasi sangat baik. Dengan
kata lain, jika tujuan penelitian adalah untuk melakukan generalisasi,
maka teknik sampling yang terbaik adalah random sampling.

Non-Probability sampling, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kesempatan atau probabilitas setiap unit atau individual populasi


untuk menjadi sampel tidak sama. Dengan demikian, ada unit populasi
yang nilai probabilitasnya untuk terpilih menjadi unit sampel adalah =
0 atau = 1.
2. Jika pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonrandom, maka
penggunaan statistika inferensial parametrik dipertanyakan
keabsahannya.
3. Jika menggunakan teknik nonrandom sampling, dan dilakukan
generalisasi terhadap populasinya, maka tingkat validitas
generalisasinya kurang baik. Dengan kata lain, generalisasi hanya
berlaku untuk sampel yang digunakan saja.

5
STEP 4

MAPPING

Penduduk

Masalah Faktor
Kesehatan

Penelitian
Epidemiologi

Jenis Penelitian
Epidemiologi

Teknik Sampling

Probability Nonpropability

6
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor faktor yang dapat


mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan di suatu wilayah
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis penelitian
epidemiologi dan mahasiswa mampu menentukan teknik yang sesuai
untuk masalah pada skenario.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis teknik
sampling dan mahasiswa mampu menentukan teknik yang sesuai untuk
masalah pada skenario

7
STEP 7

REPORTING OF LEARNING OBJECTIVE

LO 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor faktor yang


dapat mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan di suatu wilayah

Penyebaran masalah kesehatan menunjukkan kepada pengelompokkan masalah


menurut keadaan waktu (variabel time), menurut keadaan tempat (variabel place)
danmenurut keadaan orang (variabel men/person).
Variabel orang : meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Umur ; angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur, keadaan itu berkaitan dengan :
a. Fungsi dari proses umur, perkembangan. Imunisasi dan keadaan
fisiologis
b. Perubahan kebiasaan makan tiap-tiap golongan umur atau dengan
perjalanan waktu
c. Perubahan daya tahan tubuh
d. Penyakit-penyakit tertentu yang menyerang umur-umur tertentu
2. Jenis kelamin : dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya
penyakit-penyakit yang menyerang jenis kelamin tertentu . Misalnya
penyakit kanker payudara pada wanita, kanker prostat pada pra. Perbedaan
faktor ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam atau dari luar
orang yang bersangkutan.
Faktor dari dalam dianataranya adalah :
a. Keturunan (herediter)
b. Perbedaan hormonal
Faktor dari luar diantaranya adalah:
a. Perokok Peminum alkohol
b. Pekerja berat
c. Pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya
3. Jenis pekerjaan: tertentu akan berakibat terhadap penyakit-penyakit
tertentu. Diantaranya adalah:

8
a. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan penyakit misalnya:
bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang
menimbulkan kecelakaan
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress, misalnya ; ulkus
peptikum, hipertensi dan sebagainya
c. Penyakit cacing tambang yang bekerja dipertambangan
4. Penghasilan : akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk
memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan
lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan
5. Golongan etnik: tertentu akan menderita penyakit tertentu dan keadaan
tersebut berkaitan dengan:
a. Kebiasaan makan
b. Susunan genetika
c. Gaya hidup
6. Status Perkawinan : Dari penelitian-penelitian menunjukkan terdapat
hubungan antara angka kesakitan dan angka kematian antara status
perkawinan, kematian bagi yang tidak kawin lebih tinggi dari pada yang
kawin, keadaan ini disebabkan karena:
a. orang- orang yang tidak kawin kebanyakan kurang sehat
b. orang-orang yang tidak kawin lebih banyak berhubungan dengan
penyebab penyakit
c. perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup

Variabel tempat : Penyebaran penyakit menurut keadaan tempat lebih


menekankan kepada kondisi geografis. Karena variasi geografis tertentu akan erat
kaitannya dengan penyakit-penyakit tertentu. Ada beberapa faktor sebagai berikut:
1. Lingkungan fisik, kimiawi, biologis, sosial dan ekonomi yang
berbedabeda dari suatu tempat.
2. Karakteristik penduduk
3. Kebudayaan, yang terlihat dari kebiasaan, pekerjaan, keluarga,
pemeliharaan kesehatan perorangan
4. Higiene sanitasi lingkungan

9
5. Tersedianya unit-unit pelayanan medis

Variabel Waktu: perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan


adanya perubahan-perubahan dari faktor etiologis, yang dapat dibedakan menjadi:
1. Fuktuasi jangka pendek. Dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu, bulan, orang yang terserang bersamaan
dengan waktu inkubasi rata-rata pendek.
2. Perubahan-perubahan secara siklus. Dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari,
beberapa bulan (musiman), tahunan atau beberapa tahun. Contoh kongkrit
adalah kasus penyakit DHF di jakarta akan meningkat setiap lima tahunan.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam waktu
periode panjang. Keadaan tersebut biasanya berkaitan dengan perubahan
demografi (kependudukan), untuk masalah ini erat kaitannya dengan
keluarga berencana dan program kesehatan lainnya.

Faktor – faktor yang menyebabkan suatu penyakit dapat dilihat dari


segitiga epidemiologi, dimana dapat diketahui bahwa perubahan pada satu
komponen akan mengubah keseimbangan ketiga komponen. Dari hasil interaksi
antara tiga faktor host, agent, dan environmental penyakit berpeluang untuk
terjadi dan kemudian berkembang dan menyebar. Model ini cocok untuk
menerangkan penyakit infeksi (Wahyudin,2009).

Gambar. Segitiga Epidemiologi

10
Host adaah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial
sehingga manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya
penyakit yaitu manusia kemungkinan terpakan dan kemungkinan rentan/resisten.
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaanya atau ketidakberadaannya
diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau
memengaruhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa golongan biotis
(unsur hidup) dan golongan abiotis (unsur mati). Environmental adalah seagala
sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia (Wahyudin,2009).

Sedangkan model jaring sebab – akibat (web of causation) menjelaskan


bahwa penyebab penyakit terdiri dari berbagai faktor yang majemuk, faktor atau
komponen tersebut saling terkait dan membentuk jaringan sebab – akibat yang
cukup rumit (Wahyudin,2009).

Gambar. Penyebab Penyakit Jaring Sebab – Akibat

Model roda menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya


sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada
bagian intinya dan faktor lingkungan biologi, sosial, fisik yang mengelilingi host
(manusia). Ukuran komponen roda bersifat relatif, bergantung pada masalah
spesifik penyakitnya. Dalam model roda diperlukan pengkajian dari berbagai
faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak menekankan pada
pentingnya agent sebagai penyebab penyakit. Model ini mementingkan adanya
hubungan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Besarnya peran dari masing –

11
masing lingkungan sangat bergantung pada penyakit. Misalnya, faktor lingkungan
sosial sangat berperan dalam menyebabkan stres mental/kejiwaan manusia, faktor
lingkungan biologis berperan menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh agent,
dan faktor genetik berperan besar menimbulkan penyakit keturunan
(Wahyudin,2009).

Gambar. Penyebab Penyakit Model Roda

LO 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis penelitian


epidemiologi dan mahasiswa mampu menentukan teknik yang sesuai untuk
masalah pada skenario.

Macam-Macam Penelitian Epidemiologi

1. Penelitian Observasional

Adalah suatu penelitian epidemiologi dimana pengamatan terhadap fenomena


kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya, tanpa adanya intervensi atau
perlakuan dari peneliti. Pada penelitian ini baik deskriptif ataupun analitik
kedalaman analisis mekanisme sebab akibat tidak dapat diperoleh. Hasil yang
didapat berupa dugaan-dugaan saja.

a. Penelitian diskriptif

12
Suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi diskriptif terhadap
fenomena kesehatan masyarakat yang berupa risiko ataupun efek. Pada penelitian
ini peneliti hanya berusaha memotret gambaran suatu fenomena atau masalah
kemudian menyajikan se diskriptif mungkin fenomena tersebut tanpa mencoba
menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi.

Penelitian deskriptif umumnya dilakukan untuk menggambarkan status


kesehatan masyarakat pada suatu saat. Pengukuran prevalensi suatu event yang
terjadi di rumah sakit (misalnya flebitis) juga dilakukan dengan metode ini.
Penelitian jenis ini biasanya mengandalkan data yang sudah ada (data sekunder)
atau dapat juga data primer yang diperoleh melalui suatu survei (misalnya survei
kepuasan pasien terhadap pelayanan persalinan di rumahsakit).
Penelitian deskriptif biasanya hanya merupakan suatu awal dari penelitian
epidemiologik yang lebih mendalam. Di banyak negara, penelitian deskriptif
tentang status kesehatan masyarakat dilakukan oleh biro pusat statistik nasional.
Penelitian deskriptif Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif biasanya
meliputi angka kejadian penyakit pada suatu populasi, penyebaran dan frekuensi
penyakit, morbiditas, dan mortalitas dalam suatu populasi. Deskripsi data dapat
dikelompokkan menurut (1) ciri karakteristik individu (umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, pekerjaan, status sosio-ekonomik, status perkawinan, status
kesehatan, dsb); (2) tempat (rumahsakit, puskesmas, kecamatan, pedesaan, dsb);
dan (3) waktu (musim, siklus, dsb).
Sebuah penelitian deskriptif dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : (1)
Memberikan masukan kepada para pemberi pelayanan kesehatan, perencana
kesehatan, administrator kesehatan tentang pengalokasian sumberdaya dalam
rangka perencanaan kesehatan yang lebih efisien di masa mendatang, (2)
Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
adalah faktor risiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak akan diuji lebih lanjut pada
studi analitik.

b. Penelitian analitik

Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menggali bagaiman dan mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi yaitu dengan melakukan analisis hubungan antar

13
fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor risiko, maupun antar
efek. Dari analisis hubungan tersebut dapat didekati seberapa besar kontribusi
faktor risiko tertentu terhadap kejadian efek yang dipelajari. Ini dibagi lagi
menjadi 3 antara lain:

• Penelitian Kohort (Cohort)

Pada penelitian Kohort dilakukan perbandingan antara kelompok terpapar


dengan kelompok tidak terpapar kemudian dilihat akibat yang ditimbulkannya.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan waktu secara longitudinal, atau
“period time approach”. Karena faktor risiko diidentifikasi lebih dulu dan yang
ingin diketahui adalah efeknya, maka penelitian ini disebut penelitian prospektif
yaitu mengikuti perkembangan faktor risiko sampai terjadi suatu efek tertentu
yang berhubungan dengan kesakitan.

• Penelitian Kasus Kontrol (Case Control)

Pada penelitian kasus kontrol dilakukan perbandingan antara kelompok


populasi yang menderita penyakit dengan yang tidak menderita penyakit
kemudian dicari faktor penyebabnya. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan waktu secara longitudinal, atau “period time approach”. Karena yang
diketahui adalah efek dan yang ingin diketahui adalah faktor risiko maka sifat
penelitian ini disebut penelitian retrospektif yaitu melihat kembali kebelakang
kejadian yang berhubungan dengan kesakitan.

• Penelitian Cross Sectional

Merupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor-faktor


risiko dengan efek dengan pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu waktu
tertentu. Disebut juga penelitian transversal karena model yang digunakan adalah
“Point time Approach”. Pendekatan suatu saat bukan dimaksudkan semua subjyek
diamati pada saat yang sama melainkan tiap subyek hanya diamati satu kali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabek pada saat
pemeriksaan.

2. Penelitian eksperimental

14
Ialah penelitian epidemiologi yang membandingkan data dari kelompok yang
diberi perlakuan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan. Peneliti
memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek
perlakuan tersebut diobeservasi, baik secara individual ataupun kelompok. Dalam
kaitan fungsi penelusuran patogenesis penyakit, penelitian intervensi mempunyai
potensi untuk mengungkap mekanisme sebab akibat antara faktor resiko
(penyebab penyakit) dengan efek (penyakit atau status kesehatan tertentu).

Penelitian Epidemiologi yang Tepat Sesuai Skenario

Penelitian epidemiologi yang tepat sesuai skenario di atas adalah


Epidemiologi Analitik. Hal ini karena penelitian yang dilakukan juga harus
menganilisis sebab akibat juga, tidak hanya mengetahui frekuensi dan distribusi
saja seperti pada Epidemiologi Deskriptif. Penelitian ini juga membutuhkan
hipotesa yang bisa ditentukan dengan penelitian Epidemiologi Analitik.

LO 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis teknik


sampling dan mahasiswa mampu menentukan teknik yang sesuai untuk
masalah pada skenario

Non Probability Sampling

a) Sampling sistematis

Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik


penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu,
yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

b) Quota sampling

Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik
untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai

15
jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini
jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu
terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling.
Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan
melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota
peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel
secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak
20 orang.

c) Sampling aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,


yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya
penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan
setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai
jumlah yang diharapkan terpenuhi.

d) Purposive sampling

Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik


penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128),
pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang
dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang

16
disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-
kriteria kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh

Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel


bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f) Snowball sampling

(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball
sampling.

Teknik sampling yang cocok untuk skenario ini adalah menggunakan


teknik Simple Random Sampling, karena setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian epidemiologi tentang
karies gigi di wilayah perkebunan tembakau tersebut sehingga data yang diperoleh
tidak bias. Teknik ini dilakukan pada anggota populasi yang dianggap homogen,
sesuai dengan di skenario mayoritas 95% yaitu perempuan, serta pada rentang
usia yang sama santara 30-40 tahun.

17
KESIMPULAN

Pada kasus di skenario dapat disimpulkan bahwa penelitian


epidemiologi yang tepat sesuai skenario di atas adalah Epidemiologi Analitik. Hal
ini karena penelitian yang dilakukan juga harus menganilisis sebab akibat juga,
tidak hanya mengetahui frekuensi dan distribusi saja seperti pada Epidemiologi
Deskriptif. Penelitian ini juga membutuhkan hipotesa yang bisa ditentukan dengan
penelitian Epidemiologi Analitik.

Teknik sampling yang cocok pada skenario ini adalah menggunakan


teknik Simple Random Sampling, karena setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian epidemiologi tentang
karies gigi di wilayah perkebunan tembakau tersebut sehingga data yang diperoleh
tidak bias. Teknik ini dilakukan pada anggota populasi yang dianggap homogen,
sesuai dengan di skenario mayoritas 95% yaitu perempuan, serta pada rentang
usia yang sama santara 30-40 tahun.

18
DAFTAR PUSTAKA

Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research
activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.

Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sumatera Utara : USU digital library

Notoatmodjo S, 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.

Rothman, K.J., 1995. Epidemiologi Modern. Yayasan Essentia Medika, Jakarta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Penerbit Alfabeta

Wahyudin, R. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC

19

You might also like