You are on page 1of 42

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, POLIS ASURANSI

DAN INVESTASI

2.1 Tentang Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan

untuk memindahkan risiko, dimana apabila terjadi risiko kematian pada seseorang

maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana yang disebut uang

pertanggungan. Dalam industri asuransi jiwa di Indonesia saat ini, dikenal jenis

asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life

(asuransi jiwa seumur hidup), endowment (asuransi jiwa tradisional dengan

kombinasi tabungan), serta polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked.

Asuransi jenis unit linked ini sangat populer dan hampir semua perusahaan

asuransi besar memiliki produk ini bahkan beberapa perusahaan asuransi asing

yang ada di Indonesia hanya menjual produk jenis unit linked tanpa menjual

produk asuransi tradisional lainnya. Asuransi jiwa unit linked selain memberikan

manfaat proteksi asuransi jiwa, juga sekaligus memberikan kesempatan untuk

berpartisipasi secara langsung dalam investasi khususnya dalam reksadana. 22

Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian resiko yang dilakukan

dengan cara pengalihan/transfer resiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini

adalah perusahaan asuransi. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan

hukum dan berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara universal yang

22
http://tentangasuransi. blogspot. com/2010/05/asuransi-adalah-salah-satu-bentuk. html

21
22

dianut oleh pihak pertama maupun pihak lain. Dari segi ekonomi, asuransi berarti

suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai untuk menutup atau memberi ganti

rugi kepada orang yang mengalami kerugian.

2.1.1 Pengertian asuransi jiwa

Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya asuransi sebagai

suatu kegiatan ekonomi agak sukar didefinisikan secara tepat. Setiap penulis

memberikan definisinya sendiri-sendiri, walaupun maksud dan tujuannya sama.

Pemberian definisi ini tertanggung juga dari sudut penglihatan si pemberi definisi

itu sendiri. Istilah Assurance (Inggris) dan Assurantie (Belanda) merupakan

terjemahan dari istilah asuransi atau pertanggungan. Istilah pertanggungan

umumnya dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum pergguruan tinggi hukum

di Indonesia. Akan tetapi kegiatan usaha maupun pendidikan hukum. Kedua

istilah tersebut dipakai dalam Undang-undang perasuransian dan juga buku-buku

hukum perasuransian. Sehingga terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara

penggunaan kata pertanggungan atau asuransi. 23

Untuk selanjutnya akan dikutip berbagai pandangan para sarjana yang

memberikan definisinya atau batasan tentang pengertian dari asuransi atau

pertanggungan jiwa itu sendiri. Antara lain seperti diungkapkan oleh Santosoe

Poedjosoebroto mendefinisikan asuransi atau pertanggungan jiwa, adalah sebagai

berikut:

Asuransi atau pertanggungan jiwa adalah suatu perjanjian, dimana


penanggung dengan menerima suatu premi mengikat dirinya terhadap
tertanggung untuk member suatu pembayaran kepada tertanggung atau

23
Abdulkadir Muhammad, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan. Cet. I. Alumni,
Bandung, h. 6. (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I).
23

tertunjuk, mana kala terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti yang harus
ada hubungannya dengan meninggalnya tertanggung tadi. 24

Dalam Pasal 246 KUHD, dirumuskan secara otentik mengenai pengertian asuransi

atau pertanggungan:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana


seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang
diharapakan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu.

Ketentuan Pasal 246 KUHD menunjukan bahwa KUHD lebih menitik

beratkan kepada asuransi atau pertanggungan kerugian yaitu golongan

pertanggungan yang pada umumnya mempunyai objek bersifat materiil. 25

Kalau diperhatikan dari definisi asuransi tersebut sesuai dengan Pasal 246

KUHD maka dapat dilihat 3 unsur:

1. Pihak terjamin (Verzekerde) berjanji membayar uang premi kepada pihak


penjamin (Verzekepaar).
2. Pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak
terjamin, sekaligus atau berangsur-angsur apabila terlaksana unsur ke-3.
3. Suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.26

Dari Pasal 246 KUHD tersebut dapat dilihat bahwa perjanjian asurnsi

merupakan perjanjian timbal balik, artinya hak dan kewajiban para pihak di dalam

perjanjian tersebut seimbang. Penanggung dengan menerima premi dari

tertangung dengan berkewajiban mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh

24
Santoso Poedjosoebroto, 1969, Beberapa Aspekta Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa
di Indonesia, Cet. II. Bharatara, Jakarta, h. 14.
25
Hadi Setia Tunggal, 2005, Dasar-Dasar Asuransi, Cet. I, Hervarindo, Jakarta, h. 23.
26
H. M. N Purwosutjipto, op, cit. h. 141.
24

tertanggung, sedangkan tertanggung berkawajiban untuk membayar premi dan

berhak mendapatkan penggantian pembayaran atas suatu peristiwa yang tak

tertentu.

Asuransi merupakan perjanjian bersyarat, hal ini karena pelaksanaan

kewajiban dari pihak tertanggung digantungkan pada terjadinya suatu peristiwa

tak tertentu yaitu suatu peristiwa yang tidak diharapkan dan tidak dapat

diperkirakan akan terjadinya.27

Definisi asuransi atau pertanggungan yang terdapat dalam rumusan Pasal

246 KUHD tersebut adalah merupakan definisi asuransi atau pertanggungan

kerugian yang obyeknya yaitu harta kekayaan sehingga tidak sesuai lagi bagi

asuransi atau pertanggungan jiwa karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan.28

Dalam KUHD, tidak dijumpai kata pertanggungan yang berbeda artinya

dengan kata asuransi. Judul dari Buku Kesatu BAB IX KUHD Pasal 302-308

berbunyi tentang asuransi atau pertanggungan jiwa akan tetapi tidak ada satu

pasalpun yang memuat rumusan definisi asuransi atau pertanggungan jiwa. 29

Sedangkan dalam KUHPerdata Buku III Bab XV Pasal 1774 ditegaskan

bahwa asuransi termasuk dalam golongan persetujuan untung-untungan, yaitu

suatu persetujuan yang hasilnya mengenai untung rugi bagi semua pihak maupun

bagi sementara, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Bentuk lainnya

adalah bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.

27
H. Man Suparman Sastrawidjaja, 2004, Hukum Asuransi, Cet. III, Alumni, Bandung,
h. 45.
28
H. M. N Purwosutjipto, op, cit. h. 141.
29
Abdulkadir Muhammad I,op, cit. h. 195.
25

Mengenai hal ini, Emmy Pangaribuan Simanjuntak tidak sependapat


apabila perjanjian asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung-
untungan. Dikatakannya bahwa dalam banyak hal ketentuan dalam Pasal
1774 KUHPerdata itu tidak tepat, sebab didalam perjanjian untung-
untungan itu para pihak secara sengaja dan sadar menjalani suatu
kesempatan untung-untungan dengan prestasi secara timbal balik tidak
seimbang. Perjanjian yang demikian ini dilarang oleh undang-undang
apabila itu merupakan suatu permainan atau perjudian dan undang-undang
tidak akan memberikan perlindungan kepadanya (Pasal 1778
KUHPerdata). Yang dibolehkan hanya mengenai perjanjian asuransi
(Pasal 1775-Pasal 1787 KUHPerdata). Alasan lainnya adalah bahwa dalam
perjanjian asuransi, penanggung didalam mempertimbangkan resiko yang
akan ditanggungnya, ia juga menerima suatu kontra prestasi yang disebut
premi dari tertanggung. Dengan mengutip pendapat Mr. T. J. Dorhout
Mees yang mengatakan bahwa Pasal 1774 KUHPerdata yang memasukkan
perjanjian asuransi ke dalam perjanjian untung-untungan hanyalah dalam
arti bahwa besarnya kewajiban penanggung dalam asuransi itu akan
ditentukan oleh kejadian-kejadian yang kemudian akan terjadi, maka hal
itu lebih memperkuat pendapatnya bahwa tidak tepat dikatakan bahwa
asuransi termasuk ke dalam perjanjian untung-untungan. 30

Dalam asuransi terkandung adanya suatu resiko yang terjadinya belum

dapat dipastikan. Di samping itu adanya pelimpahan atau pengalihan tanggung

jawab memikul beban resiko dari pihak yang mempunyai beban tersebut kepada

pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggung jawab. Sebagai kontra prestasi

dari pihak lain yang melimpahkan tanggung jawab ini, ia diwajibkan membayar

sejumlah uang kepada pihak yang menerima pelimpahan atau ambil alih tanggung

jawab yang disebut premi.

Dengan demikian pada hakekatnya asuransi merupakan suatu perjanjian

yang menimbulkan ikatan timbal balik, yang didalamnya mencakup unsur-unsur

yaitu :

30
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 7.
26

1. Asuransi itu pada asasnya adalah suatu perjanjian kerugian (schade

verzekering) atau indemniteits contract.

2. Adanya pihak-pihak yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung.

3. Asuransi itu merupakan perjanjian bersyarat.

4. Adanya premi yang dibayar oleh tertanggung.

Dari unsur-unsur tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa asuransi itu

merupakan suatu persetujuan timbal balik yang berarti masing-masing pihak

berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain, dimana dalam hal ini masing-

masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak penjamin

akan membayar sejumlah uang kepada terjamin, apabila suatu peristiwa akan

terjadi dimana masing-masing pihak tidak mengetahuinya kapan peristiwa

tersebut terjadi. Di sini harus terdapat hubungan sabab akibat diantara peristiwa

dan kerugian.

Asuransi dikatakan sebagai suatu perjanjian kerugian, dalam hal ini jelas

bahwa penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian karena pihak

tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan

kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemniteit).

Ada kalanya suatu ganti rugi itu tidaklah seluruh kerugian yang diderita.

Ini dapat terjadi apabila tidak seluruhnya harga objek asuransi itu diasuransikan,

sehingga masih ada resiko yang ditanggung oleh tertanggung sendiri. Oleh karena

itulah maka kita masih melihat adanya ketentuan yang ditarik lebih lanjut dari

prinsip indemniteit itu ialah, bahwa asuransi itu tidak boleh menjurus pada
27

pemberian ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang diderita (pasal 253

KUHD).

Asuransi juga dikatakan sebagai suatu perjanjian bersyarat artinya bahwa

kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan apabila peristiwa

tertentu atas mana diadakan asuransi itu terjadi. Jadi pelaksanaan kewajiban

mengganti rugi digantungkan pada satu syarat.

Dari definisi pasal 246 KUHD, Wirjono Projodikuro menarik beberapa unsur

yang ada dalam pasal 246 KUHD, yaitu :

1. Pihak terjamin membayar uang premi kepada pihak penjamin, sekaligus

atau berangsur-angsur.

2. Pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang kepada pihak

terjamin sekaligus atau berangsur-angsur, apabila terlaksana unsur ketiga.

3. Suatu peristiwa yang semula belu terang akan terjadi. 31

Dari beberapa unsur suatu perjanjian asuransi tersebut, menyebabkan para

pihak yang membuat suatu perjanjian asuransi akan dapat bersikap lebih tegas

terutama yang menyangkut syarat-syarat yang harus ada dalam perjanjian

asuransi. Hal ini sangat penting sekali adalah untuk menentukan hak dan

kewajiban yang akan timbul dari para pihak, pada saat perjanjian asuransi itu

sedang berlangsung maupun akan saat berakhirnya perjanjian asuransi tersebut.

Akhirnya pengertian asuransi atau pertanggungan jiwa yang lebih lengkap,

karena tidak hanya mencakup asuransi kerugian tetapi juga asuransi jiwa yang

31
Wirjono Prodjodikoro, 1982, Hukum Asuransi Indonesia, , Intermasa, Jakarta, hal. 5
28

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.

2.1.2 Penggolongan asuransi

Dalam Pasal 1774 KUH Perdata, asuransi dapat digolongkan sebagai

bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam

perjanjian untung-untungan (konsovereenskomst).

Asuransi dapat dikatakan sebagai perjanjian untung-untungan dikarenakan

asuransi mengandung unsur “kemungkinan”, di mana kewajiban penanggung

untuk menggantikan kerugian yang diderita oleh tertanggung tersebut

digantungkan pada ada atau tidaknya suatu peristiwa yang tidak tentu atau tidak

pasti (peristiwa belum tentu terjadi).

Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu:

1. Asuransi Kerugian (schade verzekering), yang memberikan penggantian

kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung.

2. Asuransi Jumlah (sommen verzekering), merupakan pembayaran sejumlah

uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenement

menimbulkan kerugian atau tidak.

Dalam praktek telah terjadi perkembangan penggolongan asuransi dimana

timbul yang disebut dengan Asuransi Varia, yang merupakan asuransi yang
29

mengandung unsur-unsur asuransi kerugian maupun asuransi jumlah, seperti

asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan.

Menurut sifat pelaksanaannya asuransi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Asuransi Sukarela, merupakan pertanggungan yang dilakukan dengan cara

sukarela, yang semata-mata dilakukan atas suatu keadaan ketidakpastian

atau kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas suatu yang

dipertanggungkan tersebut, misalnya Asuransi Kebakaran, Asuransi

Kendaraan Bermotor, Asuransi Pendidikan, Asuransi Kematian, dsb.

2. Asuransi Wajib, merupakan asuransi yang bersifat wajib yang dilakukan

oleh pihak-pihak yang terkait, dimana pelaksanaannya dilakukan

berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang ditetapkan oleh

Pemerintah, misalnya Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Asuransi

Kesehatan, dsb.

3. Asuransi Kredit, asuransi ini selalu berkaitan dengan dunia perbankan

yang menitikberatkan pada asuransi jaminan kredit berupa benda bergerak

maupun benda tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa resiko

yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang maupun pemberi

kredit khususnya Bank yang meliputi: Asuransi Pengangkutan Laut,

Asuransi Kendaraan Bermotor, dsb. Adapun fungsi daripada asuransi

kredit untuk:

a. Melindungan pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya

kembali kredit yang diberikan kepada para nasabahnya.


30

b. Membantu kegiatan, keamanan perkreditan baik kredit perbankan

maupun kredit lainnya diluar perbankan.

Dengan adanya asuransi kredit akan mendorong bank lebih giat membantu

para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya

Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha

perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :

1. Usaha Asuransi

a. Asuransi kerugian yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam

penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dn tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak

pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:

a). Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko

kebakaran.

b). Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung

atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami

tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan saat

pelayaran.

c). Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat

digolongkan kedala kedua asuransi diatas, missal: asuransi

kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan lain sebagainya.

b. Asuransi jiwa (life insurance) adalah suatu jasa yang diberikan oleh

perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan


31

jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa

memberikan:

a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.

b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal.

c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh

meninggalnya orang kunci.

d) Penghimpunan dana untuk persiapan pension

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

a) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)

Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai

tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan,

triwulanan, semesteran, dan tahunan).

b) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)

Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan

medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di

mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat

partisipasi.

c) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)

Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu.

Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah

pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.

c. Reasuransi (reinsurance) adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan

yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah


32

suatu system penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh

atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung

yang lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua

mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah

pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi.

Sedangkan reasuransi adalah proses untuk untuk mengasuransikan

kembali pertanggung jawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi

adalah :

a) Meningkatkan kapasitas akseptasi.

b) Alat penyebaran risiko.

c) Meningkatkan stabilitas usaha.

d) Meningkatkan kepercayaan.

Mekanisme untuk reasuransi antara lain:

a) Treaty dan facultative reinsurance

Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan

yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus

menerima jumlah yang ditawarkan.

b) Reasuransi proporsional

Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur

dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang

telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang

ditahan atau ditanggung oleh ceding company.

c) Reasuransi nonproporsional
33

Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak

membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di

treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan

yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat

yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company

dan reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk

menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.

2. Usaha Penunjang

a. Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan

dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi

asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

b. Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan

dalam penetapan reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi

dewan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

c. Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa

penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang

dipertanggungkan.

d. Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan

aktuaria.

e. Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan

dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama

penanggung.

Menurut The Chartered Insurance Institute London


34

1. Asuransi kerugian (property insurance) merupakan pertanggungan untuk

semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko. Jenisnya ada:

a. Asuransi kebakaran (fire insurance)

b. Asuransi pengangkutan (marine insurance)

c. Asuransi penerbangan (flight insurance)

d. Asuransi kecelakaan (accident insurance)

2. Asuransi tanggung gugat (liability insurance) adalah asuransi untuk

melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak

ketiga karena kelalaian tertanggung.

3. Asuransi jiwa (life insurance)

Asuransi jiwa terdiri atas:

a. Asuransi kecelakaan

b. Asuransi jiwa

c. Anuitas

d. Asuransi industri

4. Asuransi kerugian (general insurance)

Reasuransi (reinsurance)

2. 1. 3 Syarat sahnya perjanjian asuransi jiwa

Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjajian antara pihak

penanggung dengan pihak tertangggung. Oleh karena itu syarat untuk sahnya

perjanjian asuransi atau pertanggungan berlaku syarat umum yang ditetapkan

pada Pasal 1320 KUHPer bahwa setiap perjanjian berlaku sah apabila memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:


35

1. Kesepakatan mereka yang mengikat diri

Ada kesepakatan mereka yang mengikat dirinya, menghendaki persetujuan

kehendak atau kesepakatan seia sekata antara pihak-pihak mengenai pokok

perjanjian yang dibuat. Pokok perjanjian itu berupa objek perjanjian dan

syarat-syarat perjanjian. Apakah yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga

dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu secara timbal

balik. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya betul-betul atas

kemauan pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali dari pihak manapun.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Ada kecakapan untuk membuat suatu perikatan, dalam melakukan perjanjian

para pihak harus wenang melakukan perbuatan hukum. Artinya bahwa

mempunyai kewenangaan untuk melakukan perbuatan yang mempunyai

akibat hukum dan berwenang melakukan proses di depan pengadilan.

3. Suatu pokok persoalan tertentu

Dalam perjanjian harus ada suatu hal tertentu yang menjadi pokok perjanjian,

prestasi yang wajib dipenuhi dalam perjanjian, merupakan objek perjanjian.

Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan.

Kejelasan mengenai pokok persoalan tertentu dimaksudkan untuk

memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak.

4. Suatu sebab yang halal

Suatu perjanjian itu harus mempunyai sebab yang diperkenankan atau

diperbolehkan. Persetujuan tanpa sebab atau tidak diperbolehkan adalah tidak

sah. Suatu perjanjian itu harus mempunyai sebab yang diperkenankan atau

diperbolehkan. Persetujuan tanpa sebab atau tidak diperbolehkan adalah tidak


36

sah, yang dimaksud dengan klausula yang halal dalam Pasal 1320 KUHPer

adalah ‘isi perjanjian itu sendiri’ yang menggambarkan tujuan yang akan

dicapai oleh pihak-pihak. 32

Isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang maupun

kesusilaan.

Syarat pertama dan kedua disebut syarat-syarat subjektif, karena

mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian

sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat-syarat objektif karena

mengenai perjanjian sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan

itu.

Tidak terpenuhinya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut


menyebabkan cacat dalam perjanjian, dan perjanjian tersebut diancam
dengan kebatalan, baik dalam bentuk dibatalkan (jika terdapat
pelanggaran terhadap unsur subjektif) maupun batal demi hukum
(dalam tidak terpenuhinya unsur objektif), dengan pengertian bahwa
perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat dipaksakan
pelaksanaannya. 33

Disamping adanya syarat umum yang ditetapkan dalam Pasal 1320

KUHPer, perjanjian asuransi/pertanggungan juga harus memenuhi ketentuan

dalam Buku I Bab IX KUHD yaitu:

1. Syarat Indemnitas

Syarat indemnitas adalah syarat utama dalam perjanjian asuransi

atau pertanggungan karena merupakan syarat yang mendasar yaitu

32
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Cet III. PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 232. (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad II)
33
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,
Cet III. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 94.
37

adanya keseimbangan antara ganti keruguian yang dibayarkan oleh

penanggung dengan kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung yang

merupakan tujuan dari asuransi itu sendiri yaitu harus ditujukan kepada

ganti kerugian yang tidak boleh diarahkan bahwa pihak tertanggung

karena pembayaran ganti kerugian akan menduduki posisi yang lebih

menguntungkan, yang ingin dicapai oleh syarat indemnitas ini adalah

keseimbangan antara resiko yang dialihkan kepada penanggung dengan

kerugianyang diderita oleh tertanggung sebagai akibat dari terjadinya

peristiwa yang tidak tertentu. Jadi harus ada hubungan yang

berkesinambungan antara kepentingan dengan syarat indemnitas.

2. Syarat kepentingan

Setiap pihak yang mengadakan perjanjian asuransi/pertanggungan

harus mempunyai kepentingan, maksudnya pihak tertanggung

mempunyai keterlibatatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu

peristiwa yang belum tentu yang bersangkutan menjadi mederita

kerugian. Kepentingan diatur dalam Pasal 250 KUHD, yang menyatakan

bahwa apabila seseorang telah mengadakan perjanjian pertanggungan

untuk diri sendiri atau untuknya telah diadakan pertanggungan. Jika dia

tidak mempunyai kepentingan, penangung tidak berkewajiban untuk

menggantikan kerugian. Pasal 286 KUHD, menyatakan bahwa

pertanggungan dapat mengenai segala macam kepentingan yang dapat

dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak

dikecualikan oleh undang-undang. Jadi berdasarkan uraian tersebut


38

kepetingan harus ada pada tiap-tiap pertanggungan, jika tidak ada

kepentingan maka penanggung akan bebas dari kewajiban membayar

ganti rugi atau pertanggungan menjadi batal

3. Syarat kejujuran sempurna

Syarat ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian.

Oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, khusus mengenai itikad

baik dalam perjanjian asuransi atau pertanggungan dalam Pasal 251

KUHD, yang menyatakan bahwa: ‘setiap keterangan yang keliru atau

tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui

oleh si tertanggung, berapa pun itikad baik ada padanya, yang demikian

sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan

yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat-syarat

yang sama yang mengakibatkan batalnya perjanjian’.

Itikad baik ini maksudnya masing-masing pihak dalam perjanjian

mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi

yang selengkap-lengkapnya mengenai fakta-fakta yang sudah diketahui

oleh para pihak (terutama calon penanggung) ini akan dapat

mempengaruhi keputusan pihak lain untuk memasuki perjanjian atau

tidak, baik keterangan itu diminta maupun tidak.

4. Syarat subrogasi bagi penanggung

Syarat subrogasi bagi penanggung merupakan konsekuensi dari

syarat indemnitas karena mengingat tujuan dari perjanjian asuransi atau

pertanggungan adalah untuk memberikan ganti kerugian, apabila


39

peristiwa yang tidak diharapkan itu terjadi dalam perjanjian

asuransi/pertanggungan, maka tertanggung dapat menuntut penggantian

kerugian dari dua sumber. Sumber pertama dari penanggung dan sumber

kedua dari pihak ketiga yang telah menyebabkan kerugian itu.

Penggantian kerugian dari dua sumber ini jelas bertentangan dengan asas

indemnitas. Tidak adil jika tertanggung karena dengan terjadinya suatu

peristiwa yang tidak diharapkan menjadi diuntungkan artinya,

tertanggung disamping sudah mendapat ganti rugi dari penanggung

masih memperoleh pembayaran lagi dari pihak ketiga, Sebaliknya

apabila pihak ketiga juga membebaskan begitu saja dari perbuatannya

yang telah menyebabkan kerugian bagi tertanggung, sangatlah tidak

adil.34

Untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut,

undang-undang mengatur yaitu dalam Pasal 284 KUHD yang merumuskan

bahwa:

Seorang penanggung yang telah membayar kerugian suatu barang yang


dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang
terhadap orang-orang ketiga berhubungan dengan penerbitan kerugian
tersebut, dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap orang-orang
ketiga.

Syarat subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi syarat-syarat

atau faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tertanggung mempunyai hak-hak terhadap penanggung dan juga

mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.

34
H. Man Suparman Sastrawidjaja, op, cit. h. 60.
40

2. Adanya hak tersebut karena timbulnya kerugian sebagai akibat dari

perbuatan pihak ketiga. 35

Setelah pembayaran ganti rugi atas harta benda yang dipertanggungkan,

penanggungan menggantikan tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya

terhadap pihak ketiga sehubungan dengan kerugian tersebut. Hak subrogasi ada

pada penanggung untuk menuntut pihak ketiga.

Secara luas, seseorang yang mempunyai hak berarti mempunyai


kepentingan atas terlaksananya hak. Prinsip ‘kepentingan yang
diasuransikan’ merupakan dasar struktur asuransi. Prinsip tersebut berlaku
dalam setiap hal kecuali apabila seseorang mempertanggungkan jiwanya
sendiri, ia tidak akan memenuhi persyaratan kepentingan yang dapat
diasuransikan sebab pada waktu uang pertanggungan dibayarkan, ia sangat
mungkin telah meninggal dunia. Dengan demikian disamping
mengandung unsur proteksi (perlindungan), asuransi jiwa juga
mengandung unsur tabungan. Apabila tertanggung masih hidup hingga
akhir masa pertanggungan, tertanggung sendiri yang menerima kembali
premi yang telah dibayarkannya.36

2.1.4 Premi asuransi jiwa

Dalam pasal 246 KUHD terdapat kalimat ‘dengan mana seorang

penanggung menigkat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu

premi‘. Dari kalimat ini dapat dietahui bahwa premi adalah suatu unsur penting

dalam pertanggungan karena premi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh

35
ArselIdjrad dan Nicongani, 1985, Seri Hukum Dagang : 1 Profesi Hukum
Perasuransian di Indonesia, Cet I. Edisi I, Liberty. Yogjakarta, h. 22.

36
Merch dan Cammack, 1981, Dasar-dasar Asuransi,Cet I, Terjemahan Hasymi Ali,
Balai Aksara, Jakarta, h. 95.
41

tertanggung kepada penanggung dan apabila premi tidak dibayar, pertanggungan

dapat diputuskan atau setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan.

Menurut Pasal I UU No 2 tahun 1992, Premi adalah pembayaran dari

tertanggung kepada penanggung sehingga penanggung terikat untuk memberikan

klaim/ganti rugi kepada tertanggung karena kerusakan, kehilangan keuntungan

yang diharapkan atau akibat kecelakaan, atau tanggung jawab pihak ketiga yang

mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

Premi wajib dibayar oleh tertanggung setiap jangka waktu tertentu,

biasanya setiap bulan atau selama asuransi atau pertanggungan berlangsung.

Besarnya jumlah premi bergantung pada jumlah asuransi atau pertanggungan

yang disetujui oleh tertanggung saat diadakan perjanjian asuransi atau

pertanggungan.37

Menurut keterangan pemimpin cabang Prudential Life Assurance. Bapak

Johannes Paulus, premi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh

tertanggung atau pemegang polis sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam

polis yang diikuti dan menjadi syarat untuk mendapatkan perlindungan asuransi

jiwa. (wawancara 15 Maret 2012)

a. Penetapan jumlah premi

Besar jumlah premi yang harus dibayarkan oleh tertangung

ditentukan dengan suatu presentase dari jumlah yang dipertanggungkan

berdasarkan penilaian resiko yang dipikul oleh penanggung. Penetapan

besar jumlah premi diperjanjikan oleh pihak-pihak secara layak dan

37
Abdulkadir Muhammad I, op. cit. h. 197.
42

dicantumkan dalam polis. Besarnya jumlah premi dihitung sedemikian

rupa sehingga dengan penerimaan premi dari beberapa tertanggung,

penanggung berkemampuan membayar klaim kepada para

tertanggungnya, karena kemungkinan seseorang meninggal dunia pada

periode tertentu meningkat dengan bertambahnnya usia, jumlah premi juga

mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan usia. 38 Hali ini akan

mempengaruhi keputusan mengenai tingakat premi yang akan dikenakan

kepada calon tertanggung.

b. Cara pembayaran premi

Menurut Bapak Ridatha selaku kolektor, setiap tertanggung atau

pemegang polis akan diberikan pilihan pembayaran premi yang dapat

dilakukan yaitu:

1. Premi dapat dibayarakan secara bulanan, 3 bulanan atau tri wulan,

secara 6 bulanan atau semesteran atau sesuai dengan pembayaran dari

tertanggung atau pemegang polis dan 1 tahun (tahunan) dengan

besarnya premi minimal adalah Rp. 300. 000,00.

2. Dalam hal-hal tertentu atau sesuai dengan jenis asuransinya, premi

dibayarkan secara sekaligus 1 tahun, 5 tahun, pemegang polis

berkewajiban membayar premi asuransinya dibayar dimuka secara

penuh sebelum tanggal jatuh tempo kepada penanggung.

Pembayaran premi tersebut wajib dilunasi sebelum tanggal jatuh

tempo tiba. Apabila tertanggung belum melunasi pembayaran

38
Abdulkadir Muhammad I, op. cit. h. 75.
43

preminya hingga tanggal jatuh tempo maka polis dinyatakan

tertunggak (lapsed). Pada saat diadakan penawaran polis, seorang

calon tertanggung diberikan pilihan cara pembayaraan premi yaitu

penyetoran langsung ke kantor cabang prudential, penagihan langsung

oleh petugas yang ditunjuk oleh prudential sesuai dengan alamat

tertanggung atau melalui transfer atau penyetoran langsung ke

rekening Prudential pada Bank Permata atau Bank-bank lain

direkomendasi oleh perusahaan Prudential dan dengan perkembangan

zaman, pembayaran juga dapat dilakukan dengan transfer debit atau

kartu kredit. Melalui rekening tersebut perusahaan akan menarik

sejumlah uang sebagai pembayaran premi menurut jangka waktu yang

telah disepakati. Sebagai bukti telah terjadi pembayaran premi,

tertanggung harus mengirimkan bukti transfer atau bukti setoran bank

ke kantor prudential (wawancara 15 Maret 2013)

2.1.5 Polis asuransi

2.1.5.1 Pengertian polis asuransi jiwa

Polis asuransi merupakan dokumen yang berisi kesepakatan antara pihak

tertanggung dan penanggung (pihak asuransi) berkenan dengan resiko yang

hendak dipertanggungkan. Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau

surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis

untuk perjanjian asuransi disebut polis. 39

39
Sri Rejeki Hartono, op, cit. h. 122.
44

Pasal 255 KUHD merumuskan bahwa: “Suatu tanggungan harus dibuat

secara tertulis dalam sautu akta yang dinamakan polis”. Selanjutnya, Pasal 19 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 menentukan, polis atau bentuk

perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu

kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang dapat

menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya,

kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung

mengurus haknya.

Polis asuransi dibuat dengan itikad baik dari kedua belah pihak yang

mengadakan perjanjian dan dituliskan atau disebutkan dengan tegas dan jelas

mengenai hal-hal yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak, hak-hak masing-

masing pihak, sanksi atas pelanggaran perjanjian dan sebagainya. Redaksinya

harus disusun sedemikian rupa sehinga dengan mudah dapat ditangkap maksud

dari perjanjian itu, juga tidak memberi peluang untuk menyalahtafsirkannya.

Polis asuransi mempunyai standar khusus dalam isi maupun substansi

didalamnya, hal tersebut agar masing-masing pihak baik tertanggung maupun

penanggung mudah untuk memahami isi polis yang akan disepakati.

Menurut Pasal 258 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani

polis, berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak

yang berkepentingan atas polis tersebut (penanggung dan tertanggung).

2.1.5.2 Syarat-syarat polis asuransi

Undang-undang menentukan bahwa untuk setiap polis harus memenuhi

syarat-syarat minimal sebagaimana diatur dalam Pasal 256 KUHD sebagai syarat
45

umum. Disamping syarat-syarat umum, setiap jenis polis sesuai dengan jenis

asuransi masih harus ditambah syarat-syarat khusus juga. 40

Pasal 256 KUHD menentukan bahwa untuk setiap polis kecuali yang

mengenai suatu pertanggungan jiwa harus menyatakan:

1. Hari ditutupnya pertanggungan maksudnya suatu saat yang penting

sebagai waktu atau momentum terjadinya kata sepakat diantara para pihak,

secara formal dianggap sebagai sahnya suatu perjanjian.

2. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tangungan sendiri atau atas

tertanggung orang ketiga artinya dengan segera dapat diketahui dengan

jelas siapa yang mengadakan perjanjian asuransi, apakah tertanggung

langsung atau memalui perantara.

3. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang yang menjadi objek

perjanjian, terhadap bahaya apa barang itu dipertanggungkan. Dengan

rinci perlu diberikan semua penjelasan baik yang diketahui maupun yang

tidak diketahui mengenai setiap objek perjanjian asuransi dengan

kejujuran yang sempurna.

4. Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan ialah suatu jumlah

tertentu yang disebutkan yang menunjukkan suatu nilai untuk berapa

barang termasuk dipertanggungkan.41

40
Ibid.
41
Djoko Prakoso dan Ketut Murtika, 1989, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara,
Jakarta, h. 66.
46

5. Bahaya-bahaya yang dipertanggungkan oleh si penanggung dalam hal ini

ditentukan dengan tegas untuk bahaya apa barang termasuk

dipertanggungkan.

6. Saat pada mana bahaya mulai berlakunya untuk tanggungan si

penanggung dan saat berakhirnya itu. Ketentuan ini secara tegas sejak

kapan dan sampai batas waktu penanggung harus bertanggung jawab atas

perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

7. Premi pertanggungan tersebut dan mengenai premi ini secara terperinci

dijelaskan atas jumlah berapa saja tertanggung harus membayar kepada

tertanggung.

8. Pada umumnya semua keadaan yang kiranya penting bagi si penanggung

untuk diketahuinya, dan segala syarat yang diperjanjikan antara pihak.

Polis tersebut harus ditanda-tangani oleh tiap-tiap penanggung. Dalam hal

ini memberikan kesempatan kepada pihak untuk mengatur sendiri hal- hal

apa saja yang kiranya oleh mereka dianggap penting untuk diatur.

Pada dasarnya syarat-syarat tersebut adalah berfungsi sebagai ketentuan umum,

terkadang dianggap belum cukup. Maka timbul syarat khusus untuk memenuhi

kebutuhan masing-masing pihak yang melakukan perjanjian. Dengan

berkembangnya berbagai jenis risiko yang dapat timbul serta karena kebutuhan

proteksi yang makin luas, maka syarat khusus ini makin menjadi suatu kebutuhan

dan makin banyak digunakan oleh perusahaan asuransi.

Pada umumnya syarat-syarat tambahan atau khusus itu dibagi dalam dua

jenis yaitu:
47

a. Syarat-syarat yang bersifat larangan yaitu syarat-syarat dimana dinyatakan


bahwa pihak tertanggung dilarang melakukan suatu perbuatan tertentu
dengan ancaman bilamana larangan tersebut dilanggar oleh tertanggung
maka perjanjian menjadi batal.
b. Syarat-syarat lain yaitu semua syarat-syarat yang tidak mengandung
ancaman-ancaman batalnya perjanjian pertanggungan syarat untuk
melanjutkan pertanggungan dan sebagainya.42

2.1.5.3 Macam-macam polis asuransi jiwa

Pada saat ini telah berkembang berbagai jenis asuransi di masyarakat,

dalam manajemen resiko asuransi memungkinkan berbagi dan mentransfer resiko.

Hal ini merupakan cara terbaik untuk mengganti kerugian. Kebanyakan orang

tidak mengerti perbedaan mendasar pada jenis-jenis asuransi. Padahal untuk

menentukan program asuransi yang paling cocok dengan kebutuhan, harus

dipahami jenis-jenis asuransi tersebut.

Asuransi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Asuransi Tradisional

2. Asuransi Non-Tradisional

Asuransi jiwa diberikan untuk perorangan maupun kumpulan dan

diberikan dalam berbagai bentuk polis. Berikut ini penjelasan dari tiga jenis polis

asuransi jiwa yang utama.

1. Asuransi Jiwa Berjangka (term life insurance)

Merupakan asuransi jiwa yang memberikan manfaat kematian jika

tertanggung meninggal dalam suatu jangka waktu tertentu. Asuransi jiwa

berjangka merupakan jenis asuransi jiwa yang melindungi tertanggung hingga

42
Sri Rejeki Hartono,op. cit. h. 126.
48

akhir usia, biasanya ditanggung sampai umur 99 tahun. Berikut ini karakter

produk asuransi jiwa berjangka yakni:

a. Seluruh produk asuransi berjangka memberikan pertanggungan selama

satu jangka waktu tertentu yang disebut jangka waktu polis (policy

term).

b. Manfaat polis dapat dibayarkan hanya apabila.

c. Tertanggung meninggal dalam jangka waktu yang ditetapkan.

d. Polis masih inforce ketika tertanggung meninggal dunia.

e. Jika tertanggung masih hidup sampai berakhirnya jangka waktu yang

telah ditetapkan, polis tersebut dapat memberikan hak kepada

pemegang polis untuk melanjutkan pertanggungan asuransi. Jika

pemegang polis tidak melanjutkan pertanggungan itu, maka polis akan

berakhir dan perusahaan asuransi tidak berkewajiban memberikan

pertanggungan selanjutnya.

f. Perlindungan asuransi jiwa berjangka biasanya tersedia dalam bentuk

polis asuransi, namun dapat juga tersedia dalam bentuk sebuah rider

(asuransi tambahan) yang ditambahkan pada polis dasarnya tersebut.

Jenis-jenis pertanggungan asuransi jiwa berjangka terdiri dari:

a. Asuransi jiwa berjangka dengan uang pertanggungan tetap (level term

insurance) yang memberikan manfaat kematian dalam jumlah yang

sama selama jangka waktu polis tersebut.


49

b. Asuransi jiwa berjangka dengan uang pertanggungan menurun

(decreasing term life insurance) yang memberikan manfaat kematian

yang nilainya menurun selama jangka waktu pertanggungan.

Asuransi jiwa berjangka biasanya dibutuhkan oleh calon pemegang polis yang:

a. Membutuhkan proteksi sementara.

b. Memiliki penghasilan kecil namun membutuhkan proteksi.

c. Tertarik pada proteksi besar dan premi yang rendah.

2. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (whole-life insurance)

Merupakan asuransi jiwa yang memberikan pertanggungan asuransi jiwa

seumur hidup bagi tertanggung dan juga memiliki unsur tabungan.

Karakteristik asuransi jiwa seumur hidup adalah:

a. Memberikan pertanggungan seumur hidup kepada tertanggung selama

polis masih inforce.

b. Memberikan pertanggungan asuransi dan mengandung tabungan dalam

bentuk nilai tunai (cash value).

c. Memberikan pertanggungan seumur hidup dengan tarif premi tetap

(level premium rate) yang tidak meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia tertanggung.

d. Memberikan fleksibilitas kepada pemegang polis untuk mengubah isi

selama polis masih berlaku.


50

e. Pemegang polis dapat menggunakan nilai tunai sebagai jaminan untuk

pinjaman polis, dan berhak menarik dana dari nilai tunai polis jika

sudah terbentuk.

Asuransi jiwa seumur hidup biasanya dibutuhkan oleh calon pemegang

polis yang:

a. Memiliki kebutuhan dalam mempersiapkan warisan.

b. Membutuhkan perlindungan finansial jangka panjang

3. Asuransi Jiwa Dwiguna (endowment insurance)

Merupakan asuransi jiwa yang memberika manfaat polis yang dibayar

pada saat tertanggung meninggal, atau pada tanggal yang ditentukan jika

tertanggung masih hidup sampai tanggal tersebut.

Karakteristik asuransi jiwa dwiguna adalah:

a. Memberikan suatu jumlah manfaat tertentu apakah tertanggung hidup

sampai akhir jangka waktu pertanggungan atau meninggal selama

jangka waktu pertanggungan.

b. Memiliki tanggal jatuh tempo (maturity date), yaitu tanggal

pembayaran uang pertanggungan oleh perusahaan asuransi kepada

pemegang polis jika tertanggung masih hidup.

c. Dapat menghasilkan nilai tunai dengan lebih cepat.

d. Tarif premi biasanya tetap


51

Asuransi jiwa dwiguna biasanya dibutuhkan oleh calon pemegang polis

yang:

a. Ingin mempersiapkan dana pensiun

b. Ingin melakukan tabungan jangka pendek

c. Ingin mempersiapkan dana pendidikan anak

4. Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada

tertanggung yang menderita kerugian barang atau benda miliknya,

kerugian mana terjadi karena bencana atau bahaya terhadap mana

pertanggungan ini diadakan yaitu:

- Kehilangan nilai pakai

- Kekurangan nilainya

- Kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh tertanggung

Penanggung tidak harus membayar ganti rugi kepada tertanggung kalau

selama jangka waktu perjanjian objek pertanggungan tidak mengalami

bencana atau bahaya yang dipertanggungkan.

5. Asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang dengan nikmat

dari premi yang berhubungan dengan hdup atau matinya seseorang

termasuk juga perjanjian asuransi uang kembali dengan pengertian cacatan

dengan perjanjian dimaksud tidak termasuk perjanjian asuransi kecelakaan

(yang masuk dalam asuransi kerugian berdasarakan Pasal Ia Bab I

Saatblad 1941-101). Dalam asuransi jiwa penanggung akan tetap

mengembalikan uang yang diperjanjikan, kepada tertanggung apabila


52

tertanggung meninggalkan dalam masa berlaku perjanjian, atau pada saat

berakhirnya jangka waktu perjanjian keperluannya sukarela. 43

6. Asuransi sosial adalah asuransi yang memberikan jaminan kepada

masyarakat dan diselangarakan oleh pemerintah, yaitu:

- Asuransi kecelakaan lalu lintas (jasa raharja).

- Asuransi AsTek, AsKes, AsABRI

a. Polis ditaksir

Polis ditaksir atau valued merupakan polis yang jumlah harga

pertanggungannya ditaksir, didalam polis dicantumkan syarat valued at atau so

valued. Polis ini dapat berupa polis perjalanan atau polis waktu atau polis yang

lainnya.

Untuk harga pertanggungan Rp 10. 000. 000,- misalnya, maka di dalam

polis dicantumkan valued at Rp. 10. 000. 000,- atau Rp. 10. 000. 000,- so valued.

Berarti harga pertanggungan yang disetujui oleh penanggung dan tertanggung

adalah sebesar Rp. 10. 000. 000,- tidak menjadi soal apakah harga yang

sebenarnya (real value) lebih besar atau lebih kecil dari itu.

Bila dialami total loss, maka ganti rugi Rp. 10. 000. 000,- asalkan total

loss diakibatkan oleh resiko (bahaya) yang ditanggung oleh polis. Bila dialami

partial loss, maka ganti rugi sesuai dengan kerugian.

b. Polis tidak ditaksir

Polis tidak ditaksir atau unvalued policy merupakan kebalikan dari valued

policy. Harga pertanggungan yang dicantumkan dalam polis diperlukan sebagai

43
H. Man Suparman Sastrawidjaya, 2004, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian, PT Alumni, Bandung, h. 9
53

dasar untuk perhitungan premi asuransi dan batas maksimal ganti rugi. Bila harga

pertanggungan Rp. 5 juta dan harga yang sebenarnya (real value) hanya Rp. 4 juta

maka apabila dialami total loss maka ganti ruginya sesuai dengan real value. Jika

dialami partial loss Rp 1 juta, maka ganti rugi Rp 1 juta karena jumlah ini

merupakan kerugian yang sebenarnya. Bila barang yang rusak itu masih bisa

dijual Rp 500. 000,- maka ganti rugi Rp. 500. 000,-

Bila harga pertanggungan Rp. 5 juta dan harga sebenarnya Rp. 6 juta. Bila dialami

total loss, maka yang diganti Rp 5 juta. Kelebihan yang Rp. 1 juta dianggap tidak

diasuransikan.

c. Polis perjalanan

Polis perjalanan menjamin insurable interest selama dalam perjalanan dari tempat

pemberangkatan sampai dengan ke tempat tujuan. Kedua tempat itu harus

disebutkan namanya di dalam polis perjalanan, misalnya dari Tanjung Priok ke

London. Jalan yang ditempuh oleh alat pengangkut harus jalur yang lazim. Bila

ada penyimpangan yang diperlukan dalam perjalanan, penyimpangan itu harus

disebutkan dalam polis kontrak.

Polis perjalanan dapat digunakan untuk menanggung barang dalam perjalanan

maupun dalam alat pengangkut. Polis perjalanan yang digunakan dalam

pengangkutan melalui laut disebut voyage policy.

d. Polis waktu

Polis waktu merupakan polis yang terikat dengan jangka waktu, misalnya 6

bulan, 12 bulan atau lebih dari 12 bulan, yang lazim adalah 12 bulan. Premi

dibayar dimuka ketika polis dikeluarkan oleh penanggung.


54

2.1.5.4 Fungsi polis asuransi jiwa

Pada dasarnya setiap perjanjian pasti membutuhkan adanya dokumen.


Setiap dokumen secara umum mempunyai arti yang sangat penting karena
berfungsi sebagai alat bukti. Arti pentingnya dokumen sebagai alat bukti
tidak hanya bagi para pihak saja tetapi juga bagi pihak ketiga yang
mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung dengan perjanjian
yang bersangkutan. 44

Polis sebagai suatu akta yang formalitasnya diatur di dalam undang-

undang mempunyai arti yang sangat penting pada perjanjian asuransi baik pada

tahap awal, selama perjanjian berlaku dan dalam masa pelaksanaan perjanjian.

Jadi polis tetap mempunyai arti yang sangat penting di dalam perjanjian asuransi,

karena polis merupakan satu-satunya alat bukti bagi tertanggung terhadap

penanggung.

Pembuktian yang diatur dalam Pasal 258 KUHD tidak berlaku terhadap

pembuktian yang harus dipakai oleh penanggung terhadap tertanggung .

pihakpenanggung dapat membuktikan perjanjian pertanggungan itu dengan alat-

alat bukti yang diatur oleh hukum pembuktian. Jadi si penanggung dapat

mengemukakan semua alat-alat bukti misalnya surat dan persangkaan. 45

Persangkaan ini dapat diberikan oleh hakim dalam keadaan-keadaan

dimana tertanggung menerima suatu polis dengan isi yang telah tertentu tanpa

adanya bantahan dari pihaknya. Dari fakta ini maka hakim dapat menarik

kesimpulan bahwa polis itu menetapkan atau mengandung isi tentang perjanjian

pertanggungan itu secara baik dan benar.

44
Sri Rejeki Hartono, op, cit. h. 122.
45
Djoko Prakoso dan Ketut Mustika, loc. cit.
55

a. Fungsi umum polis

Perjanjian pertanggungan

Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk

mengganti kerugian yang mungkin akan dialami oleh tertanggung akibat peristiwa

yang tidak diduga sebelumnya, dengan prinsip :

1. Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum

terjadi atau mengalami kerugian.

2. Untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan. Bukti pembayaran

premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa

atas jaminan penanggung.

b. Fungsi polis bagi tertanggung

1. Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggung untuk mengganti kerugian

yang mungkin akan dideritanya yang ditanggung oleh polis.

2. Sebagai bukti (kwitansi) pembayaran premi kepada penanggung. sebagai

bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau tidak mematuhi

jaminannya

c. Fungsi polis bagi penanggung

1. Sebagi bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung

2. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung

untuk membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.

3. Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi (klaim) bila yang

menyebabkan kerugian tidak memenuhi syarat-syarat polis.


56

Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya ‘Hukum Asuransi

Indonesia’, maka dapat diketahui bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis

bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.

Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh

mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi

sehingga mempersulit tertanggung dan penanggung merealisasikan hak dan

kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Di samping itu, polis juga memuat

kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi

dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi.

2.2 Investasi

2.2.1 Pengertian investasi

Istilah investasi berasal dari bahasa latin yaitu investire yang artinya

memakai sedangkan dalam bahasa Inggris disebutkan dengan investment. Para

ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoritis tentang investasi.

Penanaman modal atau investasi diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan

dana yang dimiliki dengan menanamkannya ke usaha atau proyek yang produktif

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan harapan selain mendapatkan

pengembalian modal awalnya di kemudian hari, tentunya pemilik modal juga

akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari penanaman modal dimaksud.46

Dalam salah satu produk hukum nasional yaitu Undang- undang nomor 25

tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 1 disebutkan, penanaman

46
Jonker Sihombing, 2009, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni,
Bandung, h. 15.
57

modal adalah : “Segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam

modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di

wilayah Negara Republik Indonesia ”.

Fitzgeral mengartikan investasi adalah : “ aktivitas yang berkaitan dengan

usaha penarikan sumber- sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang

modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran

produk baru di masa yang akan datang ”.47

Kamaruddin Ahmad mendefinisikan investasi adalah “ menempatkan uang

atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu

atas uang atau dana tertentu”.48

Dalam Ensiklopedia Indonesia investasi diartikan sebagai : “ penanaman

uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung- gedung,

permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta

penyelenggaraannya). Dengan demikian cadangan modal barang diperbesar

sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti ”.

Komarrudin memberikan pengertian tentang istilah investasi dalam 3

pengertian yaitu :

a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat pernyataan

lainnya.

b. Suatu tindakan untuk barang- barang modal.

47
Salim H. S dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta h. 31.
48
Ibid.
58

c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan hasil

pendapatan dimasa yang akan datang 49

2.2.2 Tujuan investasi

Pada umumnya, investor memiliki beberapa faktor pertimbangan ketika

mencari tempat yang tepat untuk menginvestasikan dananya. Faktor keamanan,

tingkat keuntungan, dan apresiasi modal, adalah beberapa faktor yang

mempengaruhi keputusan berinvestasi dan juga pertimbangan usia, kondisi hidup,

dan tingkat kesejahteraan.

Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya didasarkan

pada tujuan tertentu yang kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Salah

satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan

investasi memang mencari keuntungan, tetapi bagi perusahaan tertentu

kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari

tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi

adalah sebagai berikut :

b. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara

lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.

c. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk

kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.

d. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui

pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.

49
Komarrudin dan Rosyidah Rakhmawati, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia
Dalam Menghadapi Era Global, Banyumedia, Jakarta, h. 3.
59

e. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk

produk yang dihasilkan.

f. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang

sejenis.

g. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

2.2.3 Manfaat Investasi

Investasi dimaksudkan sebagai kegiatan pemanfaatan dana yang dimiliki

dengan menanamkannya ke usaha atau proyek baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Dalam kaitannya dengan manfaat investasi bagi pembangunan ekonomi,

Dumairy menyebutkan bahwa : 50 “ Investasi merupakan langkah awal kegiatan

produksi. Dengan posisi ini, investasi pada hakikatnya juga merupakan langkah

awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika dari investasi mempengaruhi

tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya

pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara

senantiasa berusaha menciptakan klim yang dapat menggairahkan investasi”.

Setiap investasi akan memberikan kontribusi yang besar untuk

pertumbuhan ekonomi, karena investasi akan mendorong aktivitas perekonomian.

Kegiatan investasi akan menyerap dana-dana menganggur yang dimiliki oleh

masyarakat maupun perseroan sehingga tersalur ke aktivitas yang lebih produktif.

Secara lebih rinci manfaat investasi bagi pembangunan ekonomi yaitu :

50
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, h. 132.
60

a. Investasi dapat menjadi salah satu alternatif untuk memecahkan

kesulitan modal yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan

pembangunan nasional.

b. Industri yang dibangun dengan investasi akan berkontribusi dalam

perbaikan sarana dan prasarana yang pada gilirannya akan menunjang

pertumbuhan industry-industry turutan di wilayah sekitarnya.

c. Investasi turut serta membantu pemerintah memecahkan masalah

lapangan kerja, yakni akan menciptakan lowongan kerja untuk tenaga

kerja terampil maupun untuk tenaga kerja yang tidak terampil.

d. Investasi akan memperkenalkan teknologi dan pengetahuan baru yang

bermanfaat bagi peningkatan keterampilan pekerja dan efisiensi

produksi.

e. Investasi akan memperbesar perolehan devisa yang didapatkan dari

industri yang hasil produksinya sebagian besar ditujukan untuk

ekspor.51

Keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor terutama modal asing

ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan didasarkan pada

bukti-bukti dari keberadaan investasi asing atau perusahaan asing, bukti- bukti itu

adalah :52

a. Masalah gaji, perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih

tinggi dibandingkan gaji rata- rata nasional. Misalnya di Amerika,

51
Jonker Sihombing, 2008, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal.
Alumni, Bandung, h. 164.
52
Salim H. S dan Budi Sutrisno, op. cit, h. 85.
61

perusahaan asing membayar 4 % lebih tinggi pada tahun 1989 dan 6 %

lebih tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan domestik.

b. Perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat

dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika jumlah

lapangan kerja yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1,4 %

pertahun dari 1989 sampai dengan 1996. Bandingkan dengan 0. 8 %

yang diciptakan oleh perusahaan domestik.

c. Perusahaan asing tidak segan- segan mengeluarkan biaya di bidang

pendidikan, jumlah pelatihan dan di bidang penelitian di negara tempat

mereka menanamkan investasinya mencapai 12 % dari total

pengeluaran pelatihan dan penelitian.

d. Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan

perusahaan domestik.

Situasi keamanan di Indonesia merupakan daya tarik bagi investor untuk

menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga tidak menimbulkan keragu- raguan

bagi investor untuk menanamkan modalnya.

Daya saing dalam menarik investor asing bersifat relatif, artinya banyak

faktor yang mempengaruhi minat investor untuk investasi di luar masuk ke suatu

Negara. Yang lebih mendasar adalah kepastian hukum, peraturan- peraturan

pemerintah yang bersifat pasti, dan kestabilan politik.53

John W. Head mengemukakan tentang tujuh manfaat investasi, khususnya

investasi asing diataranya adalah :

53
Ismail saleh, 1990, Hukum dan Ekonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 6.
62

a. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah

sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup

mereka.

b. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara

tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan

perusahaan-perusahaan baru.

c. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan

penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk

berbagai keperluan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan

penduduknya.

d. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat

digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan

industri lain.

e. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan

memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor.

f. Menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan

untuk berbagai keperluan demi kepentingan penduduk negara tuan

rumah. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya

alam maupun sumber daya manusia agar lebih baik pemanfaatannya

daripada semula.54

54
Salim H. S dan Budi Sutrisno, op. cit, h. 87.

You might also like