Professional Documents
Culture Documents
BAB II
DAN INVESTASI
untuk memindahkan risiko, dimana apabila terjadi risiko kematian pada seseorang
maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana yang disebut uang
pertanggungan. Dalam industri asuransi jiwa di Indonesia saat ini, dikenal jenis
asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life
kombinasi tabungan), serta polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked.
Asuransi jenis unit linked ini sangat populer dan hampir semua perusahaan
asuransi besar memiliki produk ini bahkan beberapa perusahaan asuransi asing
yang ada di Indonesia hanya menjual produk jenis unit linked tanpa menjual
produk asuransi tradisional lainnya. Asuransi jiwa unit linked selain memberikan
dengan cara pengalihan/transfer resiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini
hukum dan berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara universal yang
22
http://tentangasuransi. blogspot. com/2010/05/asuransi-adalah-salah-satu-bentuk. html
21
22
dianut oleh pihak pertama maupun pihak lain. Dari segi ekonomi, asuransi berarti
suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai untuk menutup atau memberi ganti
suatu kegiatan ekonomi agak sukar didefinisikan secara tepat. Setiap penulis
Pemberian definisi ini tertanggung juga dari sudut penglihatan si pemberi definisi
umumnya dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum pergguruan tinggi hukum
pertanggungan jiwa itu sendiri. Antara lain seperti diungkapkan oleh Santosoe
berikut:
23
Abdulkadir Muhammad, 1983, Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan. Cet. I. Alumni,
Bandung, h. 6. (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I).
23
tertunjuk, mana kala terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti yang harus
ada hubungannya dengan meninggalnya tertanggung tadi. 24
Dalam Pasal 246 KUHD, dirumuskan secara otentik mengenai pengertian asuransi
atau pertanggungan:
Kalau diperhatikan dari definisi asuransi tersebut sesuai dengan Pasal 246
Dari Pasal 246 KUHD tersebut dapat dilihat bahwa perjanjian asurnsi
merupakan perjanjian timbal balik, artinya hak dan kewajiban para pihak di dalam
24
Santoso Poedjosoebroto, 1969, Beberapa Aspekta Tentang Hukum Pertanggungan Jiwa
di Indonesia, Cet. II. Bharatara, Jakarta, h. 14.
25
Hadi Setia Tunggal, 2005, Dasar-Dasar Asuransi, Cet. I, Hervarindo, Jakarta, h. 23.
26
H. M. N Purwosutjipto, op, cit. h. 141.
24
tertentu.
tak tertentu yaitu suatu peristiwa yang tidak diharapkan dan tidak dapat
kerugian yang obyeknya yaitu harta kekayaan sehingga tidak sesuai lagi bagi
asuransi atau pertanggungan jiwa karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan.28
dengan kata asuransi. Judul dari Buku Kesatu BAB IX KUHD Pasal 302-308
berbunyi tentang asuransi atau pertanggungan jiwa akan tetapi tidak ada satu
suatu persetujuan yang hasilnya mengenai untung rugi bagi semua pihak maupun
bagi sementara, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Bentuk lainnya
27
H. Man Suparman Sastrawidjaja, 2004, Hukum Asuransi, Cet. III, Alumni, Bandung,
h. 45.
28
H. M. N Purwosutjipto, op, cit. h. 141.
29
Abdulkadir Muhammad I,op, cit. h. 195.
25
jawab memikul beban resiko dari pihak yang mempunyai beban tersebut kepada
pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggung jawab. Sebagai kontra prestasi
dari pihak lain yang melimpahkan tanggung jawab ini, ia diwajibkan membayar
sejumlah uang kepada pihak yang menerima pelimpahan atau ambil alih tanggung
yaitu :
30
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Hukum Pertanggungan, Seksi Hukum Dagang
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 7.
26
berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain, dimana dalam hal ini masing-
masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Pihak penjamin
akan membayar sejumlah uang kepada terjamin, apabila suatu peristiwa akan
tersebut terjadi. Di sini harus terdapat hubungan sabab akibat diantara peristiwa
dan kerugian.
Asuransi dikatakan sebagai suatu perjanjian kerugian, dalam hal ini jelas
tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan
Ada kalanya suatu ganti rugi itu tidaklah seluruh kerugian yang diderita.
Ini dapat terjadi apabila tidak seluruhnya harga objek asuransi itu diasuransikan,
sehingga masih ada resiko yang ditanggung oleh tertanggung sendiri. Oleh karena
itulah maka kita masih melihat adanya ketentuan yang ditarik lebih lanjut dari
prinsip indemniteit itu ialah, bahwa asuransi itu tidak boleh menjurus pada
27
pemberian ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang diderita (pasal 253
KUHD).
tertentu atas mana diadakan asuransi itu terjadi. Jadi pelaksanaan kewajiban
Dari definisi pasal 246 KUHD, Wirjono Projodikuro menarik beberapa unsur
atau berangsur-angsur.
pihak yang membuat suatu perjanjian asuransi akan dapat bersikap lebih tegas
asuransi. Hal ini sangat penting sekali adalah untuk menentukan hak dan
kewajiban yang akan timbul dari para pihak, pada saat perjanjian asuransi itu
karena tidak hanya mencakup asuransi kerugian tetapi juga asuransi jiwa yang
31
Wirjono Prodjodikoro, 1982, Hukum Asuransi Indonesia, , Intermasa, Jakarta, hal. 5
28
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
dipertanggungkan.
bunga selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam
digantungkan pada ada atau tidaknya suatu peristiwa yang tidak tentu atau tidak
yaitu:
timbul yang disebut dengan Asuransi Varia, yang merupakan asuransi yang
29
Kesehatan, dsb.
kredit untuk:
Dengan adanya asuransi kredit akan mendorong bank lebih giat membantu
1. Usaha Asuransi
jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak
kebakaran.
pelayaran.
c). Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat
b. Asuransi jiwa (life insurance) adalah suatu jasa yang diberikan oleh
memberikan:
partisipasi.
adalah :
d) Meningkatkan kepercayaan.
b) Reasuransi proporsional
c) Reasuransi nonproporsional
33
2. Usaha Penunjang
dipertanggungkan.
aktuaria.
penanggung.
semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko. Jenisnya ada:
a. Asuransi kecelakaan
b. Asuransi jiwa
c. Anuitas
d. Asuransi industri
Reasuransi (reinsurance)
penanggung dengan pihak tertangggung. Oleh karena itu syarat untuk sahnya
pada Pasal 1320 KUHPer bahwa setiap perjanjian berlaku sah apabila memenuhi
perjanjian yang dibuat. Pokok perjanjian itu berupa objek perjanjian dan
syarat-syarat perjanjian. Apakah yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga
dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu secara timbal
kemauan pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali dari pihak manapun.
Dalam perjanjian harus ada suatu hal tertentu yang menjadi pokok perjanjian,
sah. Suatu perjanjian itu harus mempunyai sebab yang diperkenankan atau
sah, yang dimaksud dengan klausula yang halal dalam Pasal 1320 KUHPer
adalah ‘isi perjanjian itu sendiri’ yang menggambarkan tujuan yang akan
kesusilaan.
mengenai perjanjian sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan
itu.
1. Syarat Indemnitas
32
Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Cet III. PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 232. (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad II)
33
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,
Cet III. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 94.
37
merupakan tujuan dari asuransi itu sendiri yaitu harus ditujukan kepada
2. Syarat kepentingan
untuk diri sendiri atau untuknya telah diadakan pertanggungan. Jika dia
dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak
oleh si tertanggung, berapa pun itikad baik ada padanya, yang demikian
kerugian dari dua sumber. Sumber pertama dari penanggung dan sumber
Penggantian kerugian dari dua sumber ini jelas bertentangan dengan asas
adil.34
bahwa:
34
H. Man Suparman Sastrawidjaja, op, cit. h. 60.
40
terhadap pihak ketiga sehubungan dengan kerugian tersebut. Hak subrogasi ada
premi‘. Dari kalimat ini dapat dietahui bahwa premi adalah suatu unsur penting
dalam pertanggungan karena premi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh
35
ArselIdjrad dan Nicongani, 1985, Seri Hukum Dagang : 1 Profesi Hukum
Perasuransian di Indonesia, Cet I. Edisi I, Liberty. Yogjakarta, h. 22.
36
Merch dan Cammack, 1981, Dasar-dasar Asuransi,Cet I, Terjemahan Hasymi Ali,
Balai Aksara, Jakarta, h. 95.
41
yang diharapkan atau akibat kecelakaan, atau tanggung jawab pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
pertanggungan.37
Johannes Paulus, premi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh
tertanggung atau pemegang polis sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam
polis yang diikuti dan menjadi syarat untuk mendapatkan perlindungan asuransi
37
Abdulkadir Muhammad I, op. cit. h. 197.
42
dilakukan yaitu:
38
Abdulkadir Muhammad I, op. cit. h. 75.
43
hendak dipertanggungkan. Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau
39
Sri Rejeki Hartono, op, cit. h. 122.
44
secara tertulis dalam sautu akta yang dinamakan polis”. Selanjutnya, Pasal 19 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 menentukan, polis atau bentuk
perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu
kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang dapat
mengurus haknya.
Polis asuransi dibuat dengan itikad baik dari kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian dan dituliskan atau disebutkan dengan tegas dan jelas
mengenai hal-hal yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak, hak-hak masing-
harus disusun sedemikian rupa sehinga dengan mudah dapat ditangkap maksud
polis, berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak
syarat-syarat minimal sebagaimana diatur dalam Pasal 256 KUHD sebagai syarat
45
umum. Disamping syarat-syarat umum, setiap jenis polis sesuai dengan jenis
Pasal 256 KUHD menentukan bahwa untuk setiap polis kecuali yang
sebagai waktu atau momentum terjadinya kata sepakat diantara para pihak,
2. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tangungan sendiri atau atas
3. Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang yang menjadi objek
rinci perlu diberikan semua penjelasan baik yang diketahui maupun yang
40
Ibid.
41
Djoko Prakoso dan Ketut Murtika, 1989, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara,
Jakarta, h. 66.
46
dipertanggungkan.
penanggung dan saat berakhirnya itu. Ketentuan ini secara tegas sejak
kapan dan sampai batas waktu penanggung harus bertanggung jawab atas
tertanggung.
ini memberikan kesempatan kepada pihak untuk mengatur sendiri hal- hal
apa saja yang kiranya oleh mereka dianggap penting untuk diatur.
terkadang dianggap belum cukup. Maka timbul syarat khusus untuk memenuhi
berkembangnya berbagai jenis risiko yang dapat timbul serta karena kebutuhan
proteksi yang makin luas, maka syarat khusus ini makin menjadi suatu kebutuhan
Pada umumnya syarat-syarat tambahan atau khusus itu dibagi dalam dua
jenis yaitu:
47
Hal ini merupakan cara terbaik untuk mengganti kerugian. Kebanyakan orang
1. Asuransi Tradisional
2. Asuransi Non-Tradisional
diberikan dalam berbagai bentuk polis. Berikut ini penjelasan dari tiga jenis polis
42
Sri Rejeki Hartono,op. cit. h. 126.
48
akhir usia, biasanya ditanggung sampai umur 99 tahun. Berikut ini karakter
satu jangka waktu tertentu yang disebut jangka waktu polis (policy
term).
pertanggungan selanjutnya.
polis asuransi, namun dapat juga tersedia dalam bentuk sebuah rider
Asuransi jiwa berjangka biasanya dibutuhkan oleh calon pemegang polis yang:
pinjaman polis, dan berhak menarik dana dari nilai tunai polis jika
sudah terbentuk.
polis yang:
pada saat tertanggung meninggal, atau pada tanggal yang ditentukan jika
yang:
- Kekurangan nilainya
a. Polis ditaksir
valued. Polis ini dapat berupa polis perjalanan atau polis waktu atau polis yang
lainnya.
polis dicantumkan valued at Rp. 10. 000. 000,- atau Rp. 10. 000. 000,- so valued.
adalah sebesar Rp. 10. 000. 000,- tidak menjadi soal apakah harga yang
sebenarnya (real value) lebih besar atau lebih kecil dari itu.
Bila dialami total loss, maka ganti rugi Rp. 10. 000. 000,- asalkan total
loss diakibatkan oleh resiko (bahaya) yang ditanggung oleh polis. Bila dialami
Polis tidak ditaksir atau unvalued policy merupakan kebalikan dari valued
43
H. Man Suparman Sastrawidjaya, 2004, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian, PT Alumni, Bandung, h. 9
53
dasar untuk perhitungan premi asuransi dan batas maksimal ganti rugi. Bila harga
pertanggungan Rp. 5 juta dan harga yang sebenarnya (real value) hanya Rp. 4 juta
maka apabila dialami total loss maka ganti ruginya sesuai dengan real value. Jika
dialami partial loss Rp 1 juta, maka ganti rugi Rp 1 juta karena jumlah ini
merupakan kerugian yang sebenarnya. Bila barang yang rusak itu masih bisa
Bila harga pertanggungan Rp. 5 juta dan harga sebenarnya Rp. 6 juta. Bila dialami
total loss, maka yang diganti Rp 5 juta. Kelebihan yang Rp. 1 juta dianggap tidak
diasuransikan.
c. Polis perjalanan
Polis perjalanan menjamin insurable interest selama dalam perjalanan dari tempat
London. Jalan yang ditempuh oleh alat pengangkut harus jalur yang lazim. Bila
d. Polis waktu
Polis waktu merupakan polis yang terikat dengan jangka waktu, misalnya 6
bulan, 12 bulan atau lebih dari 12 bulan, yang lazim adalah 12 bulan. Premi
undang mempunyai arti yang sangat penting pada perjanjian asuransi baik pada
tahap awal, selama perjanjian berlaku dan dalam masa pelaksanaan perjanjian.
Jadi polis tetap mempunyai arti yang sangat penting di dalam perjanjian asuransi,
penanggung.
Pembuktian yang diatur dalam Pasal 258 KUHD tidak berlaku terhadap
alat bukti yang diatur oleh hukum pembuktian. Jadi si penanggung dapat
dimana tertanggung menerima suatu polis dengan isi yang telah tertentu tanpa
adanya bantahan dari pihaknya. Dari fakta ini maka hakim dapat menarik
kesimpulan bahwa polis itu menetapkan atau mengandung isi tentang perjanjian
44
Sri Rejeki Hartono, op, cit. h. 122.
45
Djoko Prakoso dan Ketut Mustika, loc. cit.
55
Perjanjian pertanggungan
mengganti kerugian yang mungkin akan dialami oleh tertanggung akibat peristiwa
bukti otentik untuk menuntut penanggung bila lalai atau tidak mematuhi
jaminannya
3. Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi (klaim) bila yang
Indonesia’, maka dapat diketahui bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis
Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh
kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Di samping itu, polis juga memuat
2.2 Investasi
Istilah investasi berasal dari bahasa latin yaitu investire yang artinya
ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoritis tentang investasi.
dana yang dimiliki dengan menanamkannya ke usaha atau proyek yang produktif
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan harapan selain mendapatkan
Dalam salah satu produk hukum nasional yaitu Undang- undang nomor 25
46
Jonker Sihombing, 2009, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni,
Bandung, h. 15.
57
modal adalah : “Segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam
modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
usaha penarikan sumber- sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang
modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran
atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu
uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung- gedung,
pengertian yaitu :
lainnya.
47
Salim H. S dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta h. 31.
48
Ibid.
58
pada tujuan tertentu yang kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Salah
satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan
kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari
tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
49
Komarrudin dan Rosyidah Rakhmawati, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia
Dalam Menghadapi Era Global, Banyumedia, Jakarta, h. 3.
59
sejenis.
dengan menanamkannya ke usaha atau proyek baik secara langsung maupun tidak
langsung.
produksi. Dengan posisi ini, investasi pada hakikatnya juga merupakan langkah
50
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, h. 132.
60
pembangunan nasional.
produksi.
ekspor.51
bukti-bukti dari keberadaan investasi asing atau perusahaan asing, bukti- bukti itu
adalah :52
51
Jonker Sihombing, 2008, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal.
Alumni, Bandung, h. 164.
52
Salim H. S dan Budi Sutrisno, op. cit, h. 85.
61
perusahaan domestik.
Daya saing dalam menarik investor asing bersifat relatif, artinya banyak
faktor yang mempengaruhi minat investor untuk investasi di luar masuk ke suatu
53
Ismail saleh, 1990, Hukum dan Ekonomi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 6.
62
mereka.
perusahaan-perusahaan baru.
penduduknya.
industri lain.
rumah. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya
daripada semula.54
54
Salim H. S dan Budi Sutrisno, op. cit, h. 87.