You are on page 1of 224

PERENCANAAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KOMPONEN


STRUKTUR DAN ARSITEKTUR GEDUNG APARTMENT
NEWTON THE HYBRID PARK

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma IV Program Studi Teknik Perawatan Perbaikan Gedung
Jurusan Teknik Sipil

Oleh :
MOCH. SAYID ASSAURY NIM. 101144018

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2014
“PERENCANAAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
KOMPONEN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR
GEDUNG APARTMENT NEWTON THE HYBRID
PARK”

Penulis :
Nama : Moch. Sayid Assaury NIM : 101144018

Ketua : Muchtar.,SST, MT
Anggota 1 : Gunawan Kusumahadi, SE.,MT
Anggota 2 : Elisabeth Marlailana, Ir.,MT

Tugas Akhir ini telah disidangkan pada tanggal 6 Febuary 2015 dan disahkan
sesuai dengan ketentuan

Pembimbing,

RR.Elisabeth Marlailana, Ir, MT.


NIP. 19540801 198903 2 001

Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Andri Budiadi.,BSCE.,M.Eng
NIP. 19630422 199601 1 001
PERENCANAAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
KOMPONEN STRUKTUR DAN ARSITEKTUR
GEDUNG APARTMENT NEWTON THE HYBRID PARK

Nama : Moch. Sayid Assaury

NIM : 101144018

Telah dilaksanakan Seminar Laporan Tugas Akhir

Pada tanggal, 6 February 2015

Tim Penguji:

Penguji, Penguji,

(Gunawan Kusumahadi, SE.,MT.) (Muchtar, SST.,MT.)

NIP : 19590608 198503 1 002 NIP : 19610623 199012 1 001


ABSTRAK

Standar operasional prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk


melaksanakan tugas pekerjaan, sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural, yang
disesuaikan dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
pengelolaan gedung. Berdasarkan indikator-indikator tersebut, perencanaan
standar operasional prosedur harus disesuaikan dengan fungsi operasional
gedung, oleh sebab itu dalam merencanakan standar operasional prosedur
terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, diantaranya merencanakan
pengelolaan gedung sebagai dasar untuk melakukan identifikasi komponen,
merencanakan program dan prosedur yang harus dilakukan dari perbaikan atau
pemeliharaan.

Tujuan dari merencanakan pengelolaan gedung yaitu untuk menentukan


para pihak yang akan melaksanakan, menentapkan dan merencanakan kegiatan
pemeliharaan atau perbaikan, lalu selanjutnya identifikasi komponen dilakukan
untuk mengetahui komponen yang terpasang pada gedung tersebut, dari segi
dimensi, jumlah, volume, spesifikasi teknis, metode pekerjaan dan karakteristik
bahan komponen yang digunakan, lalu merencanakan program pemeriksaan untuk
mengkategorikan kerusakan-kerusakan yang terdapat pada komponen, dengan
menggunakan metode analisis keandalan komponen. Hasil dari perencanaan
pemeriksaan tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan prosedur
perbaikan, yang di analisis bedasarkan aspek teknis dan non-teknis, hasil analisa
tersebut digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan preventif untuk
program pemeliharaan rutin, berkala dan jangka panjang.

Kata kunci :

Pengelolaan gedung, identifikasi komponen, program pemeriksaan, program


pemeliharaan, analisa keandalan komponen, program pemeliharaan, penyebab
kerusakan, aspek teknis dan non-teknis.
ABSTRACT

Standard operating procedure is a guideline or a reference to perform job


duties, in accordance with the functions and performance assessment tools based
on technical indicators, administrative and procedural, which is adapted to the
working procedures, work procedures and systems of work on building
management unit. Based on these indicators, planning standard operating
procedures should be adapted to the operational functions of the building, therefore
the standard operating procedures are planning stages that need to be done,
including building management plan as a basis for identifying the components,
programs and procedures to be made of repair or maintenance.

The purpose of the management plan of the building which is to determine


the parties who will implement, define and plan maintenance or repair activities,
and subsequent identification of the components was conducted to determine the
components installed on the building, in terms of dimensions, quantity, volume,
technical specifications, methods of work and the characteristics of the components
used, and planned inspection program to categorize defects contained in the
component, the component reliability analysis method. The results of the inspection
plan is used as a reference to determine the repair procedures, which in the analysis
based on the technical aspects and non-technical aspects, the analysis results are
used as a reference for planning preventive measures for routine maintenance
program, periodic and long term.

Keywords :

Building management, component identification, inspection programs, program


maintenance, component reliability analysis, maintenance programs, the cause of
the damage, the technical aspect and non-techincal aspect
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Tugas Akhir dengan topik “Perencanaan Standar Operasional
Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan Komponen Struktur dan Arsitektur
Gedung Apartment Newton the Hybrid Park”.

Berkat adanya bantuan secara moril maupun materil dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian tugas akhir ini maupun
dalam penyusunan laporan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :

1. Bapak, Ibu dan Adik yang senantiasa motivasi, do’a, dan dukungan
moril dan materil.

2. Ibu RR.Elisabeth Marlailana, Ir, MT. selaku dosen pembimbing yang


telah memberikan arahan dan masukan kepada penyusun pada saat
penyusunan Laporan Studi Kasus ini.

3. Bapak Mucthar, SST.,MT dan Bapak Gunawan Kusumahadi, SE.,MT.


Selaku dosen penguji atas masukannya pada penyusun.

4. Pihak-pihak PT. Tethagra Adyatama, yang telah memberikan data untuk


keperluan laporan.

Dengan keterbatasan ilmu dan wawasan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan
laporan penelitian tugas akhir ini.

Bandung, 1 February 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1. 2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1. 3 Ruang Lingkup .............................................................................................. 2
1. 4 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 3
1. 5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Bangunan Gedung ....................................................................... 5


2. 2 Komponen-Komponen Bangunan Gedung.................................................... 6
2. 3 Pemeriksaan Terdahap Komponen Struktur dan Arsitektur Bangunan ......... 10
2.3.1 Pemeriksaan Komponen Struktur ...................................................... 10
a. Pemeriksaan Visual ........................................................................ 12
b. Pemeriksaan/Pengujian Non Destructive Test ............................... 13
c. Pemeriksaan Penilaian Tingkat Keandalan .................................... 13
2.3.2 Pemeriksaan Komponen Arsitektur ................................................... 16
a. Pemeriksaan Visual ........................................................................ 17
b. Pemeriksaan Tingkat Keandalan ................................................... 20
2. 4 Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung ........................................... 22
2.4.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Berkala ................................................... 22
2.4.2 Program Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung................ 23
2.4.3 Waktu Pemeliharaan Bangunan Gedung ........................................... 25
2. 5 Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan, Perawatan dan Perbaikan ...... 26
2.5.1 Pengertian Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan, Perawatan
dan Perbaikan ..................................................................................... 26
2.5.2 Ruang Lingkup Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan,
Perawatan dan Perbaikan ................................................................... 26
2. 6 Manajemen Pemeliharaan dan Perawatan Gedung........................................ 38
2.6.1 Struktur Organisasi ............................................................................ 39
2.6.2 Uraian Tugas Pekerjaan ..................................................................... 40

BAB III METODOLOGI TUGAS AKHIR

3. 1 Metodologi Perencanaan Standar Operasional Prosedur ............................... 44

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN

4. 1 Perencanaan Pengelolaan Gedung ................................................................. 46


4. 2 Identifikasi Komponen dan Karakteristik Bahan .......................................... 52
4.2.1 Komponen Gedung ............................................................................ 53
a. Struktur.......................................................................................... 53
1. Kolom........................................................................................ 53
2. Balok ......................................................................................... 57
2. Pelat Lantai................................................................................ 61
b. Arsitektur ...................................................................................... 65
1. Dinding...................................................................................... 69
2. Pelapis Dinding ......................................................................... 72
3. Pelapis Lantai ................................................................................. 85
4. Penutup Langit-Langit ................................................................... 96
4.2.2 Karakteristik Bahan ........................................................................... 110
a. Struktur.......................................................................................... 111
1. Beton ......................................................................................... 111
2. Tulangan Baja ........................................................................... 112
b. Arsitektur ...................................................................................... 113
1. Keramik ..................................................................................... 113
2. Semen Instan atau Mortar ......................................................... 114
3. Cat ............................................................................................. 115
4. Gypsumboard dan Kalsiboard ................................................... 117
4. 2 Perencanaan Pemeliharaan dan Perbaikan..................................................... 118
4.2.1 Prosedur Teknis Pemeriksaan Komponen ......................................... 120
a. Pola Pemeriksaan ........................................................................... 129
b. Analisis Keandalan Komponen ..................................................... 136
c. Teknis Perbaikan Komponen ......................................................... 150
4.2.2 Prosedur Teknis Manajemen Pemeliharaan ....................................... 160
a. Pihak Manajemen Pengelola Gedung ............................................ 162
b. Pihak Penghuni Gedung................................................................. 172

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3. 3 Kesimpulan .................................................................................................... 176


3. 4 Saran .............................................................................................................. 177

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 179


DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Diagnosis penyebab kerusakan pada beton ................................................. 13


2.2 Keandalan dan rekomendasi komponen struktur ......................................... 14
2.3 Keandalan komponen arsitektur bangunan dan rekomendasi ..................... 21
4.1 Linier Responsibility Chart dalam Suatu Pengelolaan Gedung .................. 48
4.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Hubungan Kerja Pengelolaan Pemeliharaan
Gedung......................................................................................................... 50
4.3 List type, dimensi dan volume kolom ......................................................... 55
4.4 List type balok dan volume balok induk dan anak ...................................... 59
4.5 List dan dimensi balok induk dan balok anak ............................................. 60
4.6 List type pelat lantai dan tulangan lapis bawah-atas ................................... 62
4.7 List type, luasan dan volume pelat lantai..................................................... 63
4.8 Letak, fungsi dan jumlah area pada setiap lantai ......................................... 65
4.9 Fungsi, jumlah dan luas area ruangan LT 1-3 ............................................. 68
4.10 List fungsi, luasan dan total pemakaian bata ringan .................................... 70
4.11 Total kebutuhan pemakaian cat acrylic emulsion weathershield ................ 75
4.12 Sisa kebutuhan pemakaian cat dari setiap type............................................ 78
4.13 Total kebutuhan pemakaian, brand dan jenis keramik pada setiap lantai .... 80
4.14 Ukuran, jenis dan gambar motif keramik (unpolished) ............................... 82
4.15 Jumlah total sisa pemakaian keramik pada setiap area lantai ...................... 84
4.16 Spesifikasi bahan perekat plesteran untuk ubin keramik ............................. 86
4.17 Total kebutuhan bahan perekat ubin keramik pada setiap lantai ................. 87
4.18 Daya sebar untuk pekerjaan grout tile ......................................................... 87
4.19 Total kebutuhan bahan pengisi nat keramik ................................................ 88
4.20 Total pemakaian pada setiap type keramik dan satuan pemesanan ............. 89
4.21 Total luas area kebutuhan finisihing floorhardener ..................................... 94
4.22 Dosis pemakaian finisihing floorhardener bedasarkan fungsi area ............. 95
4.23 Total pemakaian, pemesanan dan selisih bahan kompon untuk plafond ..... 100
4.24 Total pemakaian, pemesanan dan selisih bahan cat dasar plafond .............. 104
4.25 Total pemakaian, pemesanan dan selisih cat akhir plafond exterior ........... 107
4.26 Total pemakaian, pemesanan dan selisih cat akhir plafond interior ............ 108
4.27 Perbandingan kuat tekan beton .................................................................... 112
4.28 Aplikasi pemakaian dan spesifikasi teknis premium mortar ....................... 115
4.29 Perbandingan antara gypsum dan kalsiboard .............................................. 117
4.30 Rentang waktu penetapan pemeriksaan berkala .......................................... 122
4.31 Spesifikasi teknis gedung apartemen newton the hybrid park..................... 124
4.32 Aspek pemeriksaan dan pola kerusakan stuktur dan arsitektur ................... 132
4.33 Kode kategori pengisian formulir checklist pemeriksaan komponen .......... 133
4.34 Kode pengisian formulir pemeriksaan komponen arsitektur ....................... 134
4.35 Total nilai maksimum pemeriksaan sub-komponen struktur....................... 135
4.36 Total nilai maksimum pemeriksaan sub-komponen arsitektur .................... 136
4.37 Contoh pengisian formulir keruskan sub-komponen struktur ..................... 139
4.38 Contoh pengisian formulir kerusakan sub-komponen arsitektur ................. 140
4.39 Nilai persentase pengkategorian kondisi kerusakan komponen struktur ..... 142
4.40 Nilai persentase pengkategorian kondisi kerusakan komponen arsitektur .. 142
4.41 Bobot nilai kondisi kerusakan sub-komponen struktur ............................... 144
4.42 Bobot nilai kondisi kerusakan sub-komponen arsitektur............................. 144
4.43 Nilai aktual faktor reduksi kerusakan struktur terhadap bobot nilai............ 147
4.44 Nilai aktual faktor reduksi kerusakan arsitektur terhadap bobot nilai ......... 148
4.45 Nilai bobot total kerusakan dan nilai keandalan komponen struktur .......... 148
4.46 Nilai bobot total kerusakan dan nilai keandalan komponen arsitektur ........ 149
4.47 Penilaian tingkat keandalan komponen struktur dan arsitektur ................... 150
4.48 Nilai keandalan komponen struktur dan arsitektur keseluruhan.................. 150
4.49 Pengelompokan kondisi kerusakan pada setiap sub-komponen .................. 152
4.50 Pengelompokan dan tindakan dari setiap kondisi kerusakan ...................... 157
4.53 Kekuatan Masa Layan Komponen Bedasarkan Spesifikasi ........................ 165
4.54 Perencanaan kegiatan dan program pemeliharaan harian ............................ 166
4.55 Perencanaan kegiatan dan program pemeliharaan bulanan ......................... 1
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Lokasi penelitian ............................................................................................ 3


2.1 Diagnosis kerusakan yang terjadi pada beton ................................................ 12
2.2 Organisasi unit perawatan.............................................................................. 39
3.1 Flowchart perencanaan standar operasional prosedur ................................... 44
4.1 Flowchart Tahap Awal Perencanaan Pengelolaan Gedung........................... 46
4.2 Bagan Struktur Organisasi Pengelolaan Gedung ........................................... 47
4.3 Garis Hubungan Kerja Pengelolaan Gedung ................................................. 52
4.4 Denah letak masing-masing tipe kolom ........................................................ 57
4.5 Perbedaan antara balok induk dan balok anak ............................................... 58
4.6 Pemakaian dimensi balok .............................................................................. 61
4.7 Denah ruang hunian dengan 3 kamar tidur .................................................... 66
4.8 Denah ruang hunian dengan 1 kamar tidur .................................................... 67
4.9 Denah ruang hunian dengan 2 kamar tidur type A ........................................ 67
4.10 Denah ruang hunian dengan 2 kamar tidur type B ........................................ 67
4.11 Denah ruang hunian dengan 2 kamar tidur type C ........................................ 68
4.12 Arah pelapisan mortar dan ukuran bata ringan .............................................. 72
4.13 Tahapan pekerjaan pelapis lantai ................................................................... 85
4.14 Proses pekerjaan floorhardener...................................................................... 91
4.15 Pola area pemakaian floorhardener lantai 3................................................... 92
4.16 Pola area pemakaian floorhardener lantai 2................................................... 93
4.17 Pola area pemakaian floorhardener lantai 1................................................... 93
4.18 Flowchart pekerjaan pemasangan plafond .................................................... 97
4.19 Polyfila bahan untuk kompon plafond ........................................................... 99
4.20 Cat dasar plafond ........................................................................................... 102
4.21 Cat akhir plafond untuk exterior .................................................................... 105
4.22 Cat akhir plafond untuk interior .................................................................... 106
4.23 Flowchart perencanaan pemeliharaan dan perbaikan.................................... 119
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
1. Lembar Revisi Proposal Seminar Tugas Akhir
LAMPIRAN 2
1. Denah Dimensi Kolom
2. List Letak Balok Induk dan Anak
3. List Letak dan Detail Penulangan Pelat Lantai
4. List Fungsi, Luas, dan Jumlah Ruangan LT 4 s.d Atap
5. Total Kebutuhan Pemakaian Semen untuk Plesteran dan Acian
6. List Jenis, Total Kebutuhan Cat dan Keramik pada Setiap Ruangan
7. Tahapan Pekerjaan Pelapis Lantai
8. Total Pemakaian Floorscreed dan Tile Adhesive pada Pelapis Lantai
9. Kebutuhan Bahan Grout Tile Keramik pada Setiap Area Lantai Ruangan
10. Spesifikasi, Brand dan Type Keramik pada Setiap Area Ruangan
11. Tipe dan Jenis Pemakaian Keramik Lantai pada Setiap Area
12. Tahapan Pekerjaan Pentutup Langit-Langit
13. Type, Luas dan Total Pemakaian Gypsum pada setiap Area Lantai

LAMPIRAN 3
1. Formulir Checklist Kelengkapan Alat dan Data Teknis Untuk
Pemeriksaan
2. Lembar Pencatatan Data Kegiatan Pemeliharaan, Perbaikan dan Pergantian
Komponen
3. Formulir Checklist Pemeriksaan Komponen Struktur
4. Formulir Checklist Pemeriksaan Komponen Arsitektur
5. Layout Laporan Pemeriksaan
6. Analisa Penyebab Kerusakan dari Sub-Komponen Struktur dan Arsitektur
7. Prosedur Perbaikan Bedasarkan Kategori Kerusakan
8. Perencanaan Tindakan Preventif Bedasarkan Penyebab Kerusa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan gedung merupakan suatu upaya
untuk mempertahankan kondisi komponen gedung agar tetap berfungsi
sebagaimana mestinya, karena pada gedung apartemen memiliki nilai
investasi yang tinggi, maka sangat diperlukan pemeliharaan untuk menjaga
kondisi terhadap komponen gedung agar tetap berfungsi dengan baik, oleh
sebab itu dalam melakukan pemeliharaan ataupun perbaikan diperlukan
pedoman standar operasional prosedur untuk melaksanakannya.
Menurut PERMEN PU No. 24 Tahun 2008, tentang pedoman
pemeliharaan, perawatan gedung dan lingkungan, dari sebuah gedung perlu
di susun sebuah standar operasional dan prosedur pemeliharaan dan
perawatan (SOP), sebagai upaya untuk menjaga keandalan komponen
bangunan gedung untuk tetap layak fungsi. Komponen-komponen yang
terdapat pada suatu bangunan gedung yaitu terdiri dari : arsitektural,
struktural, mekanikal – elektrikal dan tata ruang luar. Dari semua komponen
– komponen tersebut, perlu dilakukan pemeliharaan, karena dari selruruh
komponen tersebut, sebagai acuan atau dasar dari kebutuhan gedung untuk
beroperasional. Dalam merencanakan pedoman standar operasional prosedur
pemeliharaan untuk sebuah gedung harus disesuaikan dengan fungsi gedung,
karena masalah dan resiko kerusakan yang akan ditimbulkan dari sebuah
gedung dapat diketahui dari fungsional gedung tersebut.
Meskipun komponen mekanikal dan elektrikan memiliki peranan yang
sangat penting, yang di karenakan selalu digunakan dan dilakukan
pemeliharaan rutin harian, namun komponen struktur memiliki peranan yang
lebih penting terhadap bangunan gedung, karena komponen tersebut adalah
sebagai pembentuk wujud dari bangunan dan penyangga dari seluruh
komponen yang terpasang pada gedung, terutama pada komponen arsitektur
yang sangat bergantung dan berkaitan dengan komponen struktur, karena jika
salah satu komponen struktur terdapat kerusakan, maka akan berdampak pada
komponen yang lainnya terutama komponen arsitektur, oleh sebab itu
diperlukan suatu upaya untuk menjaga, mencegah dan memaksimalkan umur
layan komponen sesuai dengan yang telah direncanakan, mengingat dalam
tahap pemanfaatannya gedung akan menerima pengaruh fisik yang beraneka
ragam bentuk maupun besarannya, antara lain : pembebanan struktur, panas
matahari, curah hujan, kelembaban udara, terpaan angin. Pengaruh kimia juga
akan mempengaruhi keawetan, keindahan serta kekuatan yang terbatas pada
bahan bangunan tertentu. Bedasarkan hal tersebut, perencanaan standar
operasional prosedur pemeliharaan dan perbaikan ini dapat diharapkan
mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan pada komponen untuk mencapai
masa layan atau umur ekonomis dari komponen sebagaimana mestinya dan
kegiatan pemeliharaan atau perbaikan dapat berjalan sesuai dengan rencana.

1.2. Tujuan
Merencanakan standar operasional prosedur pemeliharaan dan perbaikan
dari komponen struktur dan arsitektur, serta memaksimalkan dan mengatur
pengelolaan pemeliharaan dan perbaikan dari komponen tersebut agar
berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dan kajian pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan pengelolaan pemeliharaan gedung, dari segi tugas
wewenang dan tanggung jawab pada setiap personel.
2. Mengidentifikasi komponen struktur yang diantaranya, kolom, balok dan
pelat lantai, lalu komponen arsitektur antara lain dinding, lantai dan
plafond, yang digunakan atau yang telah terpasang pada gedung
apartemen tersebut, bedasarkan dimensi, jumlah letak dan spesifikasi
teknis bahan, untuk merencanakan prosedur pemeriksaan dengan
menggunakan metode analisis keandalan untuk komponen struktur dan
arsitektur.
3. Menganalisis penyebab kerusakan pada komponen struktur dan
arsitektur, bedasarkan karakteristik bahan yang dikaitkan terhadap aspek
teknis dan non-teknis.
4. Merencanakan program dan prosedur pemeliharaan atau perbaikan,
bedasarkan tindakan preventif terhadap penyebab kerusakan.
1.4. Lokasi Penelitian
Alamat untuk penelitian lokasi penelitian tugas akhir ini di Jln Terusan
Buah Batu No. 11 Kota Bandung, untuk lebih jelasnya sebagaimana seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 1.1 mengenai lokasi proyek Apartment
Newton the Hybrid Park .

LOKASI PENELITIAN

Sumber : Google map


Gambar 1.1. Lokasi penelitian tugas akhir

Dengan luas area proyek sebesar 3,1 ha, terdapat tiga tower di proyek ini,
dengan jumlah lantai setiap tower sebanyak 23 lantai, tower tersebut bernama
tower A, tower B dan tower C.

1.5. Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang penyusunan yaitu
pentingnya perencanaan standar operasional prosedur pemeliharaan dan
perbaikan komponen gedung, tujuan penelitian, lokasi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka, berisi mengenai uraian-uraian yang dijelaskan
berdasarkan studi pustaka dan berbagai referensi dari berbagai buku, tulisan
ilmiah serta penelitian yang digunakan untuk pembahasan dasar teori sebagai
acuan dasar perencanaan standar operasional prosedur pemeliharaan dan
perbaikan komponen struktur dan arsitektur.
BAB III Metodologi Penulisan, bab ini memaparkan tentang tahapan atau
alur penulisan, kemudian memaparkan tentang kebutuhan referensi yang
diperlukan untuk merencanakan standar operasional prosedur pemeliharaan
dan perbaikan. Kegiatan atau alur penulisan dalam perencanaan standar
operasional prosedur tersebut diperjelas dengan adanya flowchart tahapan
penulisan yang dilakukan.
BAB IV Analisa Pembahasan, bab ini memaparkan seluruh tahapan
perencanaan standar operasional prosedur, bedasarkan hasil analisa dari
referensi yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan, seperti
merencanakan pengelolaan gedung, yang diperlukan untuk menentukan
tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap personel, dalam
mengidentifikasi komponen bedasarkan spesifikasi, ukuran dan letak, sebagai
acuan dasar dalam merencanakan pemeliharaan dan perbaikan, bedasarkan
program dan prosedur teknis pemeliharaan ataupun perbaikan.
BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini memaparkan kesimpulan mengenai
penulisan yang dilakukan, sehingga dapat diketahui manfaat dari fungsi
perencanaan standar operasional prosedur pemeliharaan dan perbaikan, untuk
tindakan pencegahan dari kerusakan-kerusakan. Lalu hasil berupa saran dapat
dilakukan bedasarkan hasil dari penulisan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.6. Pengertian Bangunan Gedung


Pengertian bangunan menurut PERMEN PU no 29 tahun 2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung yang menjelaskan mengenai
bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan di
dalam tanah, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Klasifikasi gedung yang terkandung dalam PERMEN PU ini adalah :
1. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat kompleksitas terdiri dari :
a. Bangunan gedung sederhana
b. Bangunan gedung tidak sederhana
c. Bangunan gedung khusus
2. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat kompleksitas terdiri dari :
a. Bangunan gedung permanent
b. Bangunan gedung semi permanent
c. Bangunan gedung darurat / sementara
3. Klasifikasi gedung berdasarkan lokasi
a. Bangunan gedung di lokasi padat
b. Bangunan gedung di lokasi sedang
c. Bangunan gedung di lokasi renggang
4. Klasifikasi gedung berdasarkan ketinggian
a. Bangunan gedung bertingkat tinggi
b. Bangunan gedung bertingkat sedang
c. Bangunan gedung bertingkat rendah
5. Klasifikasi gedung berdasarkan kepemilikan
a. Bangunan gedung milik negara
b. Bangunan gedung milik badan usaha
c. Bangunan gedung milik perorangan
Fungsi bangunan gedung menurut PERMEN PU NO 29 / PRT / 2006 tentang
persyaratan Teknis Bangunan Gedung adalah :
1. Fungsi hunian merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia tinggal yang berupa :
a. Bangunan hunian tunggal.
b. Bangunan hunian jamak.
c. Bangunan hunian campuran.
d. Bangunan hunian sementara.
2. Fungsi usaha merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha yang terdiri dari :
a. Bangunan perkantoran.
b. Bangunan perdagangan.
c. Bangunan perindustrian.
d. Bangunan perhotelan.
e. Bangunan wisata dan rekreasi.
f. Bangunan terminal.
g. Bangunan tempat penyimpanan.
3. Fungsi keagamaan merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia melakukan ibadah yang berupa :
a. Bangunan masjid termasuk mushola.
b. Bangunan gereja termasuk kapel.
c. Bangunan pura.
d. Bangunan vihara.
e. Bangunan kelenteng.

1.7. Komponen-Komponen Bangunan Gedung


Komponen gedung yaitu terdiri dari :
a. Struktur gedung
Yaitu elemen/komponen bangunan yang membentuk sistem dari
elemen-elemen yang lain untuk menyalurkan beban secara karakteristik.
Suatu struktur disebut andal apabila kemampuan dari struktur tersebut
memberikan rasa kenyamanan terhadap penghuni, ekonomis dalam
pembuatan dan operasional dan kuat dalam menahan pembebanan.
Struktur pada gedung dibagi menjadi 2 yaitu :
I. Struktur Bawah/Sub-structure
Yaitu struktur yang berfungsi untuk mendistribusikan beban
bangunan gedung terutama beban dari struktur atas, yang
selanjutnya disalurkan ke tanah. Yang harus diperhatikan
dalam pekerjaan struktur bawah adalah jenis tanah yang akan
ditempati dan struktur bawah yang akan dipergunakan, yang
sangat berpengaruh terhadap struktur bawah adalah pondasi.
Perencanaan struktur bawah meliputi bor pile dan pile cap.
Bor pile atau pondasi sumuran yang dilakukan dengan cara
dibor dan memberi tulangan baja dan coran beton, lalu pile cap
yaitu pengikat antar tiang pancang atau bor pile, fungsi lain
dari pile cap yaitu penerima beban dari kolom yang disebarkan
ke pondasi dibawahnya.
II. Struktur Atas/Upper-structure
Yaitu bagian dari struktur yang berfungsi menerima kombinasi
pembebanan, yaitu beban mati, beban hidup, berat sendiri
struktur dan beban lainnya yang telah direncanakan. Bagian-
bagian dari struktur atas antara lain kolom, balok, pelat lantai
dan shearwall.

b. Arsitektur
Perancangan sebuah bangunan gedung merupakan hasil dari proses
penciptaan karya arsitektural yang bertujuan mewadahi manusia untuk
melakukan berbagai aktivitasnya. Oleh sebab itu hasil dari rancangan
tersebut yaitu bangunan gedung yang sudah dibangunan dan dihuni
seharusnya mencitrakan kreativitas yang unik dan spesifik dalam aspek
fungsi, tata ruang, penampilan dan kinerjanya.
Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), wujud arsitektur
sebuah bangunan gedung dapat dievaluasi kualitasnya dengan
pendekatan objektif yang mengacu pada aspek-aspek terukur
berdasarkan standar-standar yang berlaku secara nasional maupun
internasional.
Berdasarkan PERMEN PU no 29/PRT/M/2006, penelitian kerja
bangunan merupakan penyelidikan terhadap tingkat pemenuhan terhadap
persyaratan kenyamanan dan kesehatan bangunan gedung akan
menentukan tingkat pemakaian dan produktivitas penghuni bangunan
dengan tujuan masing-masing.
Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pekerjaan dalam
bangunan adalah tata ruang bangunan. Untuk mendapatkan tata ruang
bangunan dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan terhadap :
a. Kebutuhan jenis ruang
b. Sifat hubungan kelompok ruang
c. Standar besaran ruang
d. Jenis dan besaran ruang
e. Penyusunan ruang

c. Mekanikal dan Elektrikal


Komponen mekanikal dan elektrikal lebih mengedepankan pada
fungsi. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun bangunan, apabila
tidak ditunjang dengan sistem ME (mekanikal & elektrikal) maka
bangunan tersebut tidak ada fungsinya. Maka sistem mekanikal dan
elektrikal termasuk salah satu komponen yang sangat penting. Jadi
intinya, suatu bangunan yang telah dirancang oleh para arsitek akhirnya
harus dipakai, dihuni dan dinikmati. Untuk itu suatu gedung haus
dilengkapi dengan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan gedung itu
sendiri, seperti perkantoran, rumah sakit, bank, bandara dan lain-lain.
Penggunaan sistem mekanikal dan elektrikal pada suatu gedung
tergantung dari maksud suatu gedung itu dibangun. ME suatu gedung
perkantoran mempunyai perbedaan dengan gedung rumah sakit, atau
bandara, pembangkit listrik atau pabik. Tetapi secara prinsip mempunyai
berbagai persamaan. Sistem ME yang digunakan dalam suatu gedung
antara lain :
a. Sistem Plumbing
b. Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)
c. Sistem transportasi vertikal (lift)
d. Sistem Elektrikal
e. Sistem penangkap petir
f. Sistem Fire Alarm (Fire Protection)
g. Sistem telepon
h. Sistem tata suara (sound system)
i. Sistem data
j. Sistem CCTV
k. Sistem MATV (Master Antena Televison)
l. BAS (Building Automatic sistem), sistem ini digunakan
untuk mengontrol suatu sistem tersebut diatas), terutama
menyalakan dan mematikan ac (AHU & fan) atau panel
listrik secara automatis. Tetapi sistem ini kadang masih
jarang digunakan pada kebanyakan gedung, sehingga yang
utama yang digunakan dalam sustu gedung adalah ke-11
sistem tersebut.
Sistem mekanikal dan elektrikal yang khusus untuk suatu gedung,
menjadi landasan dasar dalam menentukan sistem penggunaan
mekanikal dan elektrikal, contohnya seperti gedung rumah sakit
mempunyai sistem mekanikal dan elektrikal yang berbeda dan khusus,
diantaranya gedung rumah sakit memiliki instalasi gas (oksigen) dan
kompressor, oleh karena itu sistem tersebut tidak digunakan pada gedung
bandara atau mall/plaza. Kemudian sistem yang khusus untuk digunakan
pada bandara yaitu sistem FIDS (Flight Information Display System),
yang berfungsi untuk memudahkan pengunjung dan penumpang melihat
kedatangan pesawat yang akan lepas landas. Disamping itu dalam
menentukan suatu sistem ME sangat tergantung pada maksud dan fungsi
gedung, seperti untuk sistem AC, sistemnya akan berbeda jika gedung
tersebut digunakan untuk perkantoran, gedung perkantoran umumnya
menggunakan sistem AC Split, sedangkan untuk bandara atau mall
sistem AC yang digunakan memerlukan sistem yang skalanya besar,
biasanya digunakan sistem AC Central (terpusat).

1.8. Pemeriksaan Terhadap Komponen Struktur dan Arsitektur Bangunan


Komponen arsitektur dan struktur sangat berkaitan, karena komponen
struktur dan arsitektur tersebut bagian dari sebuah bangunan, komponen struktur
yang menahan beban pada gedung dan komponen arsitektur yang memberi
keindahan pada gedung, karena pada kedua komponen tersebut sangat berkaitan,
maka komponen arsitektur dan struktur perlu dijaga keandalannya dalam kondisi
yang prima agar memberikan kenyamanan pada penghuni gedung. Apabila salah
satu dari komponen arsitektur dan struktur tersebut terdapat kerusakan perlu
dilakukan perbaikan dan perawatan. Langkah pertama yang dilakukan untuk
perbaikan pada komponen arsitektur dan struktur yaitu pemeriksaan untuk
menganalisis kerusakan terjadi dan merencanakan perbaikan yang sesuai dengan
kerusakan.

2.3.1. Pemeriksaan Komponen Struktur


Pemeriksaan terhadap komponen struktur gedung dilakukan untuk
mengetahui kelayakan dan keamanan bangunan dan segi kekuatan.
Pemeriksaan yang akan dilakukan meliputi pemeriksaan lapangan dan
laboratorium. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan dan
keamanan struktur eksisting. Disamping itu, pemeriksaan ini juga
diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang metoda perbaikan
atau perkuatan bilamana diperlukan.
Komponen struktur yang didesain pada dasarnya harus memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar
b. Ekonomis dalam proses pelaksanaan
c. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan
d. Mudah dalam hal perawatan
Dalam mengevaluasi komponen struktur, terdapat beberapa kondisi
batas yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :
a. Kondisi batas ultimate, dapat disebabkan beberapa faktor
berikut :
1. Hilangnya keseimbangan lokal/global.
2. Hilangnya ketahanan lentur dan geser elemen elemen
struktur.
3. Ketidakstabilan struktur
4. Fatigue
b. Kondisi batas kemampuanan layanan yang menyangkut
berkurangnya fungsi struktur, yaitu berupa :
1. Defleksi yang berlebihan pada kondisi layan
2. Lebar retak yang berlebih
3. Vibrasi yang menggangu
c. Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan atau
keruntuhan akibat beban abnormal, dapat berupa :
1. Keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim
2. Kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan
3. Korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat
lingkungan

a. Pemeriksaan Visual
Pengamatan visual diperlukan sebagai tahapan awal untuk
mendefinisikan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan
pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi mengenai tingkat
kemampuan layanan (serviceability) komponen struktur (seperti
lendutan), baik tidaknya pengerjaan pada saat pembangunan
struktur/komponen strukur (seperti adanya bagian yang keropos)
dan jenis kerusakan yang dialami baik pada tingkat material (seperti
pelapukan beton) maupun tingkat struktural (seperti retak-retak
akibat lenturan pada struktur beton). Pada tahapan ini diperlukan
tenaga ahli yang terlatih yang dapat mendeteksi hal-hal tersebut.
Sebagai contoh tenaga ahli tersebut harus mampu membedakan
jenis-jenis retak yang mungkin terjadi pada struktur beton seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagnosis Kerusakan yang terjadi pada Beton

Untuk dapat membedakan jenis-jenis retak tersebut beserta


penyebabnya, perlu dilakukan penyelidikan yang mendalam
mengenai pola retak yang terjadi, bedasarkan pemeriksaan tersebut
bisa didapat dugaan-dugaan awal mengenai penyebab retak, seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 2.1 mengenai bentuk-bentuk gejala
yang dapat timbul yang berhubungan dengan jenis-jenis kerusakan
tertentu.
Tabel 2.1. Diagnosis Penyebab Kerusakan pada Beton

Sumber : Diadaptasi dari Artikel DD.Higgins “Diagnosing the Causes of Detects or Deterioration in Concrete Structures”

b. Pemeriksaan/Pengujian Non Destructive Test (NDT)


Pemeriksaan ini adalah teknik pengujian material tanpa merusak
benda uji.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metode
pengujian untuk struktur eksisting terdiri dari :
1. Tingkat kerusakan struktur
2. Waktu pengerjaan
3. Biaya yang tersedia
4. Tingkat keandalan hasil pengujian
5. Jenis permasalahan yang dihadapi
6. Peralatan yang tersedia
Kemungkinan besar jenis pengujian yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua hal diatas secara optimal, sehingga perlu adanya suatu
kompromi.

c. Pemeriksaan Penilaian Tingkat Keandalan


Setelah seluruh komponen struktur telah dilakukan pemeriksaan,
selanjutnya diberikan rekomendasi dari kondisi eksisting. Pemeriksaan
dan rekomendasi dari tingkat keandalan, dapat menggunakan rujukan
dari Dept. Pekerjaan Umum Tahun 2007, yang dapat dilihat pada Tabel
2.3, yaitu keandalan dan rekomendasi komponen struktur.
Tabel 2.3. Keandalan dan Rekomendasi Komponen Struktur

KONDISI KONDISI KOMPONEN STRUKTUR REKOMENDASI


Struktur secara keseluruhan dan secara individual, 1. Pemeriksaan
Baik dalam kondisi prima tanpa cacat/terdapat kerusakan secara berkala
(100%) dan semua aspek kekuatan dan kekakuan, telah 2. Pemeliharaan
terpenuhi secara sempurna Berkala
Struktur secara keseluruhan dan secara individual, 3. Pemeliharaan
Andal Sedang dalam kondisi baik walaupun terdapat berkala
100% - 95% (97%) cacat/kerusakan kecil, tetapi tidak mengurangi sedikit 4. Perbaikan
pun dari aspek kekuatan dan kekakuan struktur berkala
Struktur secara keseluruhan dan secara individual,
dalam kondsi baik walaupun terdapat cacat/kerusakan
Kurang
kecil, yang dapat menurunkan aspek kekuatan dan 5. Perbaikan
(95%)
kekakuan struktur, tetapi tidak akan mengurangi aspek
STRUKTUR

keselamatan struktur
Struktur secara keseluruhan dan individual dalam
kondisi tidak prima, dikarenakan terdapat
Baik cacat/kerusakan yang dapat menurunkan aspek
Kurang 6. Renovasi
(94 - 90%) kekuatan dan kekakuan struktur, yang akhirnya akan
Andal
berpotensi mengurangi aspek keselamatan struktur
< 95% -
dalam batas tetap aman
85%
Sama dengan kondisi diatas, namun tingkat
Kurang penurunan kekuatan dan kekakuan sudah dapat
7. Perkuatan
(89% - 85%) menyebabkan struktur gedung secara keseluruhan
menjadi kurang aman
Sebagian komponen struktur mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut telah menurunkan kekuatan dan
kekakuan struktur secara keseluruhan, sehingga 8. Perkuatan
Tidak Andal < 85%
kekuatan kekuatan sisa lebih kecil dari 85% kekuatan 9. Perombakan
awalnya, yang artinya struktur sudah dikategorikan
tidak aman.
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2007

Dari Tabel 2.3 didapat rekomendasi yang berdasarkan evaluasi


komponen eksisting struktur secara kesuluruhan. Rekomendasi-
rekomendasi tersebut yang akan dilaksanakan tersebut, seperti :
1. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan berkala ditunjukan untuk menjaga dan
mengetahui kekuatan dan kekakuan struktur agar selalu dalam
kondisi andal.
2. Pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance)
Preventive maintenance ditunjukan untuk mencegah
kerusakan dan menjaga agar komponen selalu dalam kondisi
yang prima.
3. Perbaikan berkala (Reactive Maintenance)
Terdapat kerusakan yang menggangu estetika dan keindahan
yang memerlukan perbaikan secara berkala, seperti terdapat
retak rambut pada selimut beton.
4. Perbaikan
Perbaikan yang ditunjukan untuk struktur yaitu untuk
kerusakan yang menurunkan kekuatan dan kekakuan struktur,
seperti retak struktural pada joint kolom-balok. Dapat dilakukan
perbaikan dengan dilakukan menambal/grouting, dengan bahan
yang telah ditentukan.
5. Renovasi
Renovasi adalah kegiatan memperbaiki komponen yang
telah rusak berat sebagian. Renovasi yang dilakukan pada
struktur yaitu perubahan dimensi dan penambahan perkuatan
struktur, namun tidak secara keseluruhan.
6. Perkuatan
Perkuatan yaitu mengembalikan kondisi kekuatan dan
kekakuan struktur seperti pada kondisi awal. Perkuatan struktur
dilakukan seperti renovasi, namun penambahan dan perubahan
dimensi dilakukan secara menyeluruh.
7. Perombakan
Perkuatan yaitu merubah sebagian desain struktur, seperti
penambahan kolom atau balok, namun tidak secara menyeluruh.

2.3.2. Pemeriksaan Komponen Arsitektur


Sebelum proses pemeriksaan/evaluasi terhadap komponen arsitektur
dilakukan, perlu dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tersedia data mengenai gedung yang akan di evaluasi,
seperti as build drawing dan spesifikasi komponen-
komponen.
2. Formulir untuk evaluasi keandalan komponen bangunan
3. Tenaga terlatih untuk evaluasi gedung.
Pemeriksaan terhadap komponen arsitektur gedung dilakukan untuk
mengetahui kelayakan dan kenyamanan penghuni gedung dari segi
keindahan. Pemeriksaan yang akan dilakukan meliputi pemeriksaan
lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan dan keandalan
komponen arsitektural. Adapun mutu yang harus dicapai dari
perencanaan dan pengerjaan arsitektural dari suatu gedung yaitu :
1. Estetika bangunan dan finishing
2. Bentuk dan dimensi serta kesesuaian organisasi ruang,
sirkulasi dalam bangunan, hubungan antar ruang, kondisi
eksterior dan interior gedung yang dapat menjamin fungsi
gedung, kenyamanan dan kesehatan gedung sesuai dengan
rencana yang diinginkan.
3. Keserasian tata letak gedung terhadap lahan bangunan serta
lingkungan sekitarnya, sesuai dengan KDB (Koefisien Dasar
Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan).
4. Ketepatan jumlah, kapasitas dan penempatan ruangan untuk
penempatan system pengamanan bangunan.
5. Ketepatan pemilihan bahan bangunan.
6. Ketepatan gedung pengaturan tata cahaya dan ventilasi.
Pemeriksaan terhadap komponen arsitektur mencangkup komponen-
komponen dan tingkat keandalan seperti berikut :
1. Kesesuaian fungsi, untuk tingkat berfungsinya semua ruang
yang tersedia.
2. Dinding, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan,
kebisingan suara, dan kesehatan.
3. Lantai, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan, kebisingan
suara dan kesehatan
4. Penutup atap, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan,
kebisingan suara, dan keselamatan.
5. Talang air hujan, untuk tingkat kenyamanan dan kesehatan
6. Plesteran dinding, untuk tingkat kenyamanan dan kesehatan
7. Plesteran lantai, untuk tingkat kenyamanan dan kesehatan
8. Pelapis dinding, untuk tingkat kenyamanan dan kesehatan
9. Pelapis lantai, untuk tingkat kenyamanan dan kesehatan
10. Pintu, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan dan kesehatan
11. Jendela, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan cahaya,
udara alami dan kesehatan
12. Lubang angin, untuk tingkat keselamatan, kenyamanan
cahaya, udara alami dan kesehatan
13. Penutup langit-langit, untuk tingkat kenyamanan
14. Tangga, kelengkapan fasilitas transportasi vertikal, untuk
tingkat keselamatan dan kenyamanan.

a. Pemeriksaan Visual
Pengamatan visual diperlukan sebagai tahapan awal untuk
mendefinisikan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan
pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi mengenai tingkat
keandalan komponen arsitektur. Dalam mengevaluasi keandalan
komponen arsitektural terdapat kategori untuk memudahkan dalam
menilai keandalan komponen arsitektur bangunan yaitu :
1. Komponen dalam kondisi “Baik” : A (Andal)
2. Komponen dalam kondisi “Sedang” : KA (Kurang Andal)
3. Komponen dalam kondisi “Kurang” : TA (Tidak Andal)
Untuk mengevaluasi kondisi komponen arsitektur, terdapat
kriteria-kriteria untuk menilai keandalan kondisi dari komponen
tersebut, yaitu :
a. Kesesuaian Fungsi
Jika “Andal” = “sesuai dengan fungsi”
Jika “Kurang Andal” = “masih sesuai dengan fungsi”
Jika “Tidak Andal” = “tidak sesuai dengan fungsi”

b. Dinding
Jika “Andal” = “tidak nampak retak, pecah atau
cacat lainnya”
Jika “Kurang Andal” = “retak rambut, bukan retak
struktur, tetapi mempengaruhi
estetika”
Jika “Tidak Andal” = “retak besar, belah, mempengaruhi
struktur”

c. Lantai
Jika “Andal” = “tidak nampak retak, pecah atau
cacat lainya”
Jika “Kurang Andal” = “retak ramut, bukan retak struktur,
tetapi mempengaruhi estetika”
Jika “Tidak Andal” = “retak besar, belah/pecah,
mempengaruhi struktur”

d. Penutup Atap
Jika “Andal” = “baik, tidak ada cacat”
Jika “Kurang Andal” = “tidak berlubang, buram < 50%”
Jika “Tidak Andal” = “berlubang, hancur, buram > 50%”

e. Talang Air Hujan


Jika “Andal” = “baik, tidak ada cacat, bisa
bisa menampung dan
mengalirkan air”
Jika “Kurang Andal” = “tidak berlubang, kadang-kadang
tersumbat”
Jika “Tidak Andal” = “tersumbat, air hujan tidak
tertampung”

f. Plesteran Dinding
Jika “Andal” = “baik tidak ada cacat”
Jika “Kurang Andal” = “terkelupas < 10%”
Jika “Tidak Andal” = “hilang/tidak tampak”

g. Plesteran Lantai
Jika “Andal” = “tidak nampak retak, pecah atau
cacat lainnya”
Jika “Kurang Andal” = “retak rambut, cat mengelupas”
Jika “Tidak Andal” = “retak besar, belah/pecah”
h. Pelapis Dinding
Jika “Andal” = “baik, tidak ada cacat”
Jika “Kurang Andal” = “buram, terkelupas < 10%”
Jika “Tidak Andal” = “hilang/tidak nampak”

i. Pelapis Lantai
Jika “Andal” = “tidak nampak retak, pecah, atau
cacat lainnya”
Jika “Kurang Andal” = “retak rambut, cat mengelupas”
Jika “Tidak Andal” = “retak besar, belah/pecah”

j. Pintu
Jika “Andal” = “berfungsi baik”
Jika “Kurang Andal” = “masih berfungsi”
Jika “Tidak Andal” = “tidak berfungsi”

k. Jendela
Jika “Andal” = “berfungsi baik”
Jika “Kurang Andal” = “masih berfungsi”
Jika “Tidak Andal” = “tidak berfungsi”

l. Lubang Angin
Jika “Andal” = “berfungsi baik”
Jika “Kurang Andal” = “masih berfungsi”
Jika “Tidak Andal” = “tidak berfungsi”

m. Penutup Langit-langit
Jika “Andal” = “baik, tidak cacat”
Jika “Kurang Andal” = “terkelupas < 10%
Jika “Tidak Andal” = “terkelupas > 10%

n. Tangga/Lift
Jika “Andal” = “berfungsi baik”
Jika “Kurang Andal” = “masih berfungsi”
Jika “Tidak Andal” = “tidak berfungsi”
b. Pemeriksaan Penilaian Tingkat Keandalan
Setelah seluruh komponen arsitektur dievaluasi, kemudian
untuk memberikan rekomendasi dari kondisi tersebut menggunakan
Tabel 2.3, yaitu tabel keandalan komponen arsitektur bangunan.

Tabel 2.3. Keandalan Komponen Arsitektur Bangunan dan Rekomendasi

Dari Tabel 2.3 didapat hasil alternatif rekomendasi evaluasi


yang akan dilaksanakan terhadap komponen arsitektural tersebut,
seperti :
1. Pemeliharaan berkala (preventive maintenance)
Preventive maintenance ditunjukan untuk mencegah
kerusakan dan menjaga agar komponen selalu dalam kondisi
yang prima.
2. Perbaikan dan perawatan berkala (corrective maintenance)
Corrective maintenance ditunjukan untuk melakukan
perbaikan, baik yang direncanakan maupun yang tidak
direncanakan.
3. Perbaikan (Reactive Maintenance)
Komponen yang sudah rusak dan memerlukan perbaikan
dan dari perbaikan tersebut biaya yang dikeluarkan selalu
lebih mahal.

4. Renovasi
Renovasi adalah kegiatan memperbaiki bangunan yang
telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan
sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik
arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah kegiatan memperbaiki bangunan
yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan
sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur
maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan
seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.

1.9. Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung


Pemeliharaan (maintenance) bangunan sangat diperlukan, karena setelah
bangunan selesai dibangun, bangunan akan masuk pada masa pemanfaatan. Pada
masa pemanfaatan, bangunan akan menerima pengaruh fisik yang beraneka ragam
bentuk, seperti : pembebanan strukur yang berlebih, panas matahari, curah hujan,
kelembaban udara dan terpaan angin. Oleh karena itu, sangat diperlukan
pemeliharaan pada suatu gedung, pemeliharaan pada suatu gedung akan membuat
umur bangunan tersebut menjadi lebih panjang, yang ditinjau dari aspek,
kekuatan, keamanan dan penampilan bangunan. Maka bahwa berhasil atau
tidaknya suatu pembangunan gedung dapat dilihat dari usia pemakaian bangunan
sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara pemeliharaan terhadap
bangunan itu sendiri.

2.4.1. Pelaksanaan Pemeliharaan Berkala


Pelaksanaan pemeliharaan bangunan sangat menentukan
keberhasilan dari perencanaan. Dengan demikian diperlukan suatu acuan
yang menjadi petunjuk teknis atau pedoman teknis yang dapat diikuti,
sehingga pelaksanaan pemeliharaan gedung dapat dilakukan sesuai
dengan sasarannya. Kajian teknis diperlukan untuk melakukan kajian
menyeluruh tentang teknis bangunan, sehingga bangunan dapat
digunakan sesuai dengan standar layak fungsi (SLF).

2.4.2. Program Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung


Program perawatan merupakan suatu usaha untuk memberikan
beban pekerjaan yang seimbang, dengan membagi kedalam tingkatan.
Adapun pemrograman dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu :
1. Program Jangka Pendek
Program jangka pendek atau bulanan ini dilakukan untuk
mengurangi beban pekerjaan pada program tahunan dan juga
dapat menghitung biaya pemeliharaan pekerjaan. Program
jangka pendek adalah pemeliharaan yang sifatnya berulang
setiap tahun. Secara garis besar biayanya dapat diestimasikan
sebagai berikut :
a. Total biaya tahunan dibagi kedalam pekerjaan rutin dan
emergency
b. Menentukan besaran biaya untuk pekerjaan yang akan
dikontrakkan.
c. Menentukan besaran biaya untuk pekerjaan yang
dilakukan secara swakelola.
2. Program Jangka Menengah
Program jangka menengah atau juga program tahunan
adalah program yang menghitung biaya pemeliharaan dengan
tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dalam bulanan. Tujuan dari program
tahunan adalah membuat program yang direncanakan dapat
diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan terakhir
dan juga besar anggarannya sehingga lebih akurat selama satu
tahun yang akan datang. Pertimbangan utama pada program
tahunan ini adalah sebagai berikut :
a. Penentuan jadwal pekerjaan yang disesuaikan dengan
kegiatan organisasi sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan kegiatan.
b. Mengelompokkan pekerjaan yang sejenis, sehingga
dapat dikerjakan bersama.
c. Menetapkan jadwal untuk pekerjaan yang akan
ditenderkan
d. Pembagian biaya sesuai dengan pekerjaan agar
pengendalian lebih mudah dilakukan.

3. Program Jangka Panjang


Program jangka panjang atau program lima tahunan ini
berisikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak terinci, hanya sebagai
kerangka kebijakan dalam menentukan besaran anggaran biaya
yang direncanakan, dan pemeliharaan jangka panjang ini
biasanya dibuat kedalam grafik Maintenance profil dengan
maksud untuk mengetahui tingkat kerusakan bangunan gedung
serta dapat diprediksi kerusakan-kerusakannya sampai umur
ekonomis bangunan. Tujuan dari program jangka panjang
adalah :
a. Menentukan anggaran pemeliharaan pada tingkat yang
masih umum untuk mencapai bangunan dalam kondisi
standar.
b. Mencegah besarnya fluktuasi pada anggaran tahunan
dengan cara perataan item-item besar pekerjaan dan sisa
dari pekerjaan yang tidak dapat ditangani pada saat itu
akan dikerjakan pada periode berikutnya.
c. Menentukan waktu yang tepat dan optimum untuk
pelaksanaan pekerjaaan perbaikan sehingga tidak
mengganggu penghuni/user.
d. Menentukan struktur dan staf organisasi pemeliharaan
dan apakah akan lebih menguntungkan apabila dengan
menggunakan tenaga kerja langsung untuk menangani
perbaikan, atau lebih baik pekerjaan penanganannya
diserahkan seluruhnya pada pihak ketiga.
Rencana pemeliharaan gedung jangka panjang adalah
rencana untuk melakukan pemeliharaan kedepan hingga sampai
dengan umur rencana gedung. Umur rencana gedung berbeda-
beda sesuai dengan jenis dan kualitas gedung.

2.4.3. Waktu Pemeliharaan Bangunan Gedung


Pemeliharaan ditinjau dari segi waktu dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Pemeliharaan Tahunan / Year to year maintenance
Pemeliharaan bangunan gedung yang sifatnya tidak rutin ada
setiap tahun, dapat direncanakan jauh sebelumnya dan tidak mendesak
untuk diperbaiki segera. Kegiatan ini dapat disebut sebagai
rehabilitasi, contohnya perbaikan yang dilakukan karena adanya:
a. Rencana perubahan organisasi atau pengembangan
organisasi yang memerlukan ruang tambahan
b. Rencana perbaikan struktur bangunan karena adanya
perubahan bangunan dan lain sebagainya.
2. Pemeliharaan Harian / Day to day maintenance
Pemeliharaan yang sifatnya berulang setiap tahun, besar
kerusakan dan biaya dapat diestimasikan berdasarkan pengalaman
sebelumnya antara lain menyangkut pemeliharaan atap, kebocoran
talang, saluran pembuang, pengecatan dinding dan lain-lain.
3. Pemeliharaan darurat / Emergency Maintenance
Pemeliharaan yang sifatnya mendesak akibat suatu hal yang tidak
diduga dan tidak rutin, antara lain kerusakan yang diakibatkan oleh
gempa, banjir, kebakaran, dan lain-lain.
1.10. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan, Perawatan dan
Perbaikan
Maintenance atau pemeliharaan pada gedung dimaksudkan sebagai gabungan
dari tindakan teknis dan administratif, yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memulihkan fungsi bangunan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya,
karena keberhasilan dari suatu bangunan yaitu dinilai dari kemampuan bangunan
untuk selalu pada kondisi yang diharapkan.
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu
laik fungsi (preventive maintenance).
Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative
maintenance)

2.5.1. Pengertian Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan,


Perawatan dan Perbaikan
Pedoman teknik pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung ini
dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam mengatur dan
mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung dalam rangka proses
pemanfaatan bangunan. Sedangkan tujuannya untuk dapat mewujudkan
bangunan gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi
persyaratan teknis : keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan serta kelestarian lingkungan.

2.5.2. Ruang Lingkup Standar Operasional Prosedur (SOP)


Pemeliharaan, Perawatan dan Perbaikan
Pekerjaan pemeliharaan menurut British Standard (BS. 3811) dalam
tulisan Joey Syafarua tahun 2011, dapat dilakukan ke dalam dua kondisi,
yaitu:
1. Pemeliharaan yang dilakukan dengan suatu perencanaan
(Planned Maintenance). Pemeliharaan ini dilakukan dengan
suatu analisis yang telah ditentukan dan merupakan suatu
pekerjaan rutin. Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua kategori :
a. Pemeliharaan (Preventive Maintanance)
Pemeliharaan ini bersifat proaktif dimana pemeliharaan
dilakukan untuk suatu kondisi yang dapat diperkirakan
sebelumnya. Pemeliharaan jenis ini bertujuan untuk
mempertahankan keutuhan fisik rencana dasar dan untuk
meminimalkan biaya pemeliharaan korektif.
b. Perbaikan (Corrective Maintanance)
Pemeliharaan ini bersifat reaktif dimana pemeliharaan
dilakukan untuk rencana jangka pendek, termasuk reparasi
minor, misalkan untuk satu tahunan atau dua tahunan.
Pemeliharaan ini melibatkan perbaikan–perbaikan untuk
mempertahankan fungsi dari peralatan, fungsi utilitas, dan
fungsi fasilitas bangunan.
2. Pemeliharaan yang dilakukan tanpa perencanaan (Unplanned
Maintenance). Pemeliharaan ini dilakukan apabila diperlukan
untuk mencegah akibat yang lebih besar, misalkan pemeliharaan
untuk kerusakan besar peralatan atau keselamatan kerja.
Kegiatan pemeliharaan selanjutnya dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan, yaitu:
1. Servis (Servicing)
Merupakan pelayanan kebersihan yang dilakukan secara
teratur dengan interval waktu tertentu dan biasanya disebut
dengan pemeliharaan harian.
2. Perbaikan (Rectification)
Merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal usia
gedung yang diakibatkan oleh kesalahan disain, ketidak
sesuaian komponen, kerusakan pada saat instalasi, dan
kesalahan pemasangan.
3. Penggantian (Replacement)
Merupakan kegiatan yang tidak bisa dihindari karena
kondisi layan material yang menurun pada tingkat yang
berbeda.
Disamping itu, ruang lingkup pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis
pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau
penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan
sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan
bangunan gedung untuk setiap komponen yaitu :
1. Arsitektural
a. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai
sarana penyelamat bagi pemilik dan pengguna
bangunan.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak
luar bangunan, sehingga tetap rapih dan bersih.
c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam
ruang serta perlengkapannya.
d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang
memadai dan berfungsi secara baik, berupa
perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat bantu kerja
(tools).
e. Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan
dekorasi yang benar oleh petugas yang mempunyai
keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
2. Struktural
a. Memelihara secara baik dan teratur unsur – unsur
struktur bangunan gedung dari pengaruh korosi, cuaca,
kelembaban dan pembebanan di luar batas kemampuan
struktur serta pencemaran lainnya.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur – unsur
pelindung struktur.
c. Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari
perawatan preventif (preventif maintenance)
d. Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan
fungsi kegiatan yang menyebabkan meningkatnya beban
yang bekerja pada bangunan gedung, di luar batas beban
yang direncanakan
e. Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur
yang benar oleh petugas yang mempunyai keahlian
dan/atau kompetensi di bidangnya.
f. Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan
penggunaan yang direncanakan.
Ruang lingkup kegiatan standar operasional perawatan gedung yang
diuraikan dibawah ini adalah berdasarkan PERMEN PU No.24 tahun
2008. Perawatan komponen yang diuraikan meliputi komponen
Arsitektural, Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing, antara lain :
1. Komponen Arsitektural
a. Lantai Keramik
Pemeliharaan dan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
lantai keramik adalah :
1. Perawatan
Untuk menjaga kebersihan dari debu dan kotoran pada
permukaan keramik digunakan sapu/mesin penghisap,
sikat, dan kemudian dipel. Pembersihan dilakukan setiap
hari.
Untuk pembersihan kotoran yang menempel, seperti
noda bercak tanah liat, dibersihkan dengan kain basah
dan disikat. Pembersihan dilakukan segera mungkin.
2. Perbaikan kecil
Pekerjaan yang termasuk dalam lingkup perbaikan
adalah : pembongkaran keramik yang rusak pecah dan
pemasangan yang baru, pelapisan nat dengan bahan
kedap air.
b. Dinding keramik
Biasanya dipasang pada dinding kamar mandi, wc, tempat
cuci, atau tempat wudhu.
1. Perawatan :
Bersihkan setiap hari sebanyak minimal 2 (dua) kali.
Gunakan bahan pembersih yang tidak merusak semen
pengikat keramik. Disarankan yang tidak mengandung
air keras atau asam kuat. Sikat permukaan keramik
dengan sikat plastik halus dan bilas dengan air bersih.
Gunakan disinfectant untuk membunuh bakteri yang ada
di lantai atau dinding yang bersangkutan minimal 2 (dua)
bulan sekali. Keringkan permukaan dengan kain pel
kering.
c. Plafon Akustik
Sebelum pekerjaan dimulai, siapkanlah peralatan kerja
selengkapnya:
1. absolute Sprayer, Activator, Enzyme /Deterjen, spons,
ember, kain majun, check mesin harus siap laik pakai,
bila kedapatan ada kabel yang terkelupas harus
diperbaiki dahulu, karena sangat berbahaya bagi
keselamatan.
2. Semprotkan formula enzyme / deterjen ke permukaan
plafon akustik, tunggu beberapa detik, kemudian
sapukan merata, gunakan extension poles pasang spons
(drop clothes), sehingga kotoran yang melekat akan
terangkat sampai ke pori-porinya. Ulangi lagi apabila
masih kotor.
3. Campurkan formula activator untuk memudahkan
pengangkatan kotoran kuat, tunggu beberapa detik lalu
disapukan dengan spons, dan spons yang telah kotor
dibilas air bersih setelah itu dapat digunakan lagi.
4. Untuk menjaga kebersihan lantai, jangan terlalu banyak
menggunakan cairan, gunakanlah secara bertahap atau
gunakan alas plastik di bawahnya.
5. Lakukan pembersihan setiap 2 (dua) bulan sekali.
d. Plafon Gypsum
Perhatikan plafon gipsum yang berada pada sisi luar
bangunan gedung, bila terkena air akibat atap yang bocor,
segera ganti dengan yang baru atau diperbaiki.
1. Perbaikannya :
a. Kupas/korek bagian yang telah rusak karena air.
b. Tutup dengan bahan serbuk gipsum (gypsum
powder) yang telah diaduk dengan air.
c. Ratakan dengan menggnakan kape atau plastik
keras hingga rata dengan permukaan di sekitarnya.
d. Tunggu hingga kering, kemudian ampelas dengan
ampelas no. 2.
e. Tutup dengan plamur.
e. Perawatan Kunci, Engsel dan Gerendel
1. Periksa keadaan kunci, grendel dan engsel pada pintu
yang tingkat penggunaannya tinggi, seperti pintu keluar,
pintu ruangan dan lain sebagainya.
2. Lumasi bagian yang bergerak dengan pelumas, sekaligus
menghilangkan karat yang terbentuk karena kotoran dan
cuaca/debu.
3. Lakukan pelumasan sekurangnya 2 (dua) bulan sekali.
4. Gunakan pelumas yang sesuai yaitu pelumas pasta atau
pelumas cair lainnya.
f. Perawatan sliding door, rolling door dan falding door.
1. Bersihkan sliding door, rolling door, falding door
dengan alat yang lembut untuk menghilangkan debu
yang melekat.
2. Gunakan kuas lebar 4” (10 cm) untuk permukaan dan
bagian lekuk yang ada pada permukaan pintu, agar
bersih.
3. Cuci dengan cairan sabun dan bilas dengan air bersih
serta keringkan.
4. Lakukan setiap 2 bulan sekali agar tampilan warna tetap
baik dan berkesan terpelihara.
5. Lumasi bagian yang bergerak dengan pelumas yang
berkualitas baik pada setiap bagian yang bergerak dan
pertemuan antar komponen pintu.
g. Perawatan kusen alumunium
1. Kusen aluminium harus diperlihara pada bagian karet
penjepit kaca (sealant).
2. Kusen aluminum ”harus dibersihkan” dengan finishing
powder coating setiap 1 (satu) buan sekali.
3. Pada tempat-tempat yang menghasilkan debu,
pembersihan dilakukan setiap hari.
4. Jangan menggunakan bahan pembersih yang korosif
kecuali dengan
h. Perawatan door closer
1. Buka tutup door closer, isi kembali minyak yang ada di
dalamnya.
2. Bila bocor ganti dengan seal karet yang berukuran sama
dengan yang telah ada.
3. Pasang kembali ke pintu dan kencangkan baut pengikat
secara baik.
i. Perawatan pintu dan jendela
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu debu dan kotoran
yang menempel dilakukan setiap hari. Pembersihan
kotoran dengan menggunakan alat pembersih kaca dan
glass cleaner 3 hari sekali. Untuk bagian yang sulit
menggunakan alat bantu (seperti stager), dilakukan tiga
bulan sekali.
2. Perbaikan
Kaca jendela dan pintu yang retak atau pecah harus
segera diganti.
2. Komponen Struktural
1. Pemeliharaan Pondasi Bangunan
Pondasi bangunan berfungsi menahan beban bangunan yang
ada diatasnya.
1. Pemeliharaan yang dilakukan :
a. Sekitar bangunan atau bagian yang dekat dengan
badan pondasi diusahakan agar bersih dari akar pohon
yang dapat merusak pondasi
b. Diusahakan agar tidak ada air yang menggenangi
badan pondasi
c. Dasar pondasi harus dijaga dari adanya penurunan
yang melebihi persyaratan yang berlaku.
d. Dasar pondasi harus dijaga sedemikian rupa sehingga
air yang mengalir di sekitar pondasi tidak mengikis
tanah sekitar pondasi, sehingga dasar pondasi
menjadi sama dengan permukaan tanah.
e. Untuk daerah yang banyak rayap, taburkan atau siram
sekitar pondasi dengan bahan kimia seperti :
1) Aldrien
2) Chlordane
3) Dieldrin
4) Heptaclor
5) Lindane
f. Campurkan dengan air, dengan perbandingan 0.5%
sampai dengan 2.0%.
g. Campurkan bahan kimia harus dilakukan sesuai
ketentuan agar tidak berdampak pada lingkungan
sekitar.
2. Struktur Bangunan Baja
Bagian bangunan yang menggunakan bahan ini biasanya
pada konstruksi kuda-kuda atau konstruksi atap bangunan
atau tiang dan bagian pelengkapnya seperti batang diagonal
antar tiang.
1. Pemeliharaan yang dilakukan :
a. Usahakan permukaan bahan struktur baja tidak
terkena bahan yang mengandung garam, atau bahan
lain yang bersifat korosif
b. Untuk bagian konstruksi yang terkena langsung
dengan air dan panas secara berganti-ganti dalam
waktu lama harus diberi lapisan cat atau besi yang
berkualitas baik
c. Usahakan pada titk pertemuan konstruksi tidak ada
air menggenang atau tertampung oleh sambungan
komponen.
d. Bersihkan kotoran pada lubang pembuangan air pada
konstruksi sehingga tidak terjadi karat atau oksidasi.
2. Cara pelaksanaan :
a. Bersihkan permukaan dari kotoran dan debu dengan
sabun atau deterjen atau bahan pembersih lain yang
tidak korosif atau dengan menggunakan sikat besi dan
amplas atau kertas gosok/sand paper.
b. Apabila permukaan yang kotor pada konstruksi dapat
mempergunakan metode sand blasting dengan
peralatan khusus.
c. Bersihkan permukaan baja sampai pada permukaan
asli.
d. Bilamana kondisi konstruksi tidak terlalu kotor, maka
bersihkan permukaan dan segera beri lapisan meni
yang sesuai dengan kondisi daerah dimana konstruksi
berada.
e. Beri lapisan meni/primary coat yang sesuai dengan
peruntukkannya sebanyak 2~3 kali lapisan.
f. Bila dikehendaki dapat dicat dengan cat besi yang
sesuai warna yang diinginkan
g. Untuk bagian tiang bagian bawah usahakan agar tidak
terjadi genangan air pada ujung tiang yang
bersangkutan. Apabila ini terjadi, maka bersihkan dan
berikan lapisan kedap air atau dapat dipergunakan
jenis cat emulsi yang menggunakan bahan tahan air
dan asam (misal:jenis cat pencegah bocor).
3. Struktur Bangunan Beton
Bagian bangunan yang menggunakan bahan ini biasanya
pada konstruksi tiang, lantai/plat lantai atau atap. Biasanya
kebocoran yang terjadi pada plat lantai karena adanya retak
rambut pada konstruksi plat, sehingga air kamar mandi atau
air hujan meresap ke dalamnya dan keluar ke bagian lain
bangunan sebagai kebocoran.
1. Pemeliharaan yang dilakukan :
a. Bersihkan kotoran yang menempel pada permukaan
beton secara merata
b. Cat kembali dengan cat emulsi atau cat yang tahan air
dan asam pada permukaannya.
c. Untuk bagian tiang bangunan yang rontok karena
terkena benturan benda keras, bersihkan dan buat
permukaan tersebut dalam keadaan kasar, kemudian
beri lapisan air semen dan plester kembali dengan
spesi/mortar semen-pasir.
d. Pada retakan plat atau dinding beton dapat digunakan
bahan Epoxy Grouts seperti:
1) Conbextra EP 10 TG untuk injeksi keretakan
beton dengan celah antara 0,25 – 10 mm.
2) Conbextra EP 40 TG mortar grouting untuk
mengisi keretan beton dengan celah antara 10
– 40 mm.
3) Conbextra EP 65 TG mortar grouting untuk
mengisi keretakan beton dengan celah antara
0,25 – 10 mm.
4. Dinding Bata Merah
Dinding berfungsi hanya sebagai partisi atau dapat bersifat
pula sebagai penahan beban (wall bearing).Di lapangan
kondisi dinding bata berbeda-beda. Kadang ditemui dinding
yang selalu dalam keadaan basah sehingga memungkinkan
tumbuhnya lumut dipermukaannya. Kondisi ini kerap terjadi
di daerah dengan muka tanah tinggi atau letak dinding
bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah seperti
diperbukitan (misal: villa/rumah peristirahatan). Hal tersebut
disebabkan mortar dinding yang diletakkan di antara batu
bata, tidak menggunakan mortar yang kedap air.
1. Pemeliharaan yang dilakukan :
a. Bila dinding rembes air atau selalu basah :
1) Hilangkan plesteran dinding terlebih dahulu
2) Ukur sekitar 15 sampai dengan 30 cm dari
sloofdinding yang ada ke arah vertikal.
3) Korek dengan sendok mortar atau alat pahat dsb.,
spesi yang terdapat di antara batu bata setebal
setengah dari ketebalan bata, dalam arah
horizontal sepanjang 1 (satu) meter.
4) Gantikan mortar yang telah dikorek dengan spesi
atau mortar kedap air (campuran: 1 PC : 3 Pasir).
5) Bila telah mengering lanjutkan ke arah horizontal
selanjutnya.
6) Bila telah selesai satu sisi dinding, lakukan pada
sisi yang lain hal serupa.
7) Kemudian plester kembali dinding dengan
campuran yang sesuai.
b. Bila dinding retak : diperiksa terlebih dahulu, apakah
keretakan disebabkan oleh faktor muai susut plesteran
dinding atau akibat dampak kegagalan struktur
bangunan gedung. Bila keretakan diakibatkan oleh
muai susut plesteran dinding, maka:
1) Buat celah dengan pahat sepanjang retakan
2) Isi celah dengan spesi atau mortar kedap air
(campuran: 1 PC : 3 Pasir)
3) Kemudian rapikan dan setelah mengering plamur
serta cat dengan bahan yang serupa.
4) Bila dinding basah karena saluran air bocor, maka
perbaiki saluran terlebih dahulu.
5. Dinding Beton
Pada bangunan yang menggunakan expose concerete seperti
pada dinding luar bangunan, lapisan luar kolom.
1. Pemeliharaan yang dilakukan :
1) Bersihkan permukaan expose concerete dengan
menggunakan sabun, bilas sampai bersih, lakukan
setiap 6 bulan sekali.
2) Lakukan pemberian cat transparan dengan warna
doff /-glossy pada permukaan yang ada sebanyak
dua lapis.
1.11. Manajemen Pemeliharaan dan Perawatan Gedung
Untuk tercapainya segi efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan perawatan,
sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal, maka diperlukan manajemen
pemeliharaan dan perawatan. Manajemen pemeliharaan dan perawatan gedung
merupakan suatu sistem pengelolaan berbagai kegiatan pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung, yang mencangkup berbagai elemen bangunan.
Penyelengaraan manajemen perawatan tergantung dari kebijakan suatu
instani atau perusahaan yang menetapkan melalui surat keputusan, antara lain :
1. Pembentukan suatu divisi atau unit yang akan menangani tindakan
perawatan
2. Penunjukan staf manager atau kepala yang akan memimpin divisi
atau unit yang dibentuk
3. Persetujuan anggaran biaya perawatan untuk satu tahun anggaran
4. Garis besar strategis instansi atau perusahaan, tanggung jawab
masing-masing bagian sesuai struktur organisasi yang ditetapkan.

2.6.1. Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan sistematika pembagian tugas-tugas,
kewewenangan dan tanggung jawab untuk menjalankan fungsi
manajemen secara utuh sesuai dengan perannya masing-masing dalam
mencapai sasaran.
Pada bangunan gedung bertingkat tinggi yang mengelola jasa atau
bisnis, sistem perawatannya menjadi bagian dari struktur organisasi
“Building Management” yaitu Chief Engineering (CE). Chief
Engineering membawahi beberapa supervisor, yang terjun langsung
dalam menangani permasalahan perawatan, bersama beberapa staf
pelaksana teknik, seperti yang diperlihatka pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Building Management Organization


2.6.2. Uraian Tugas Pekerjaan
Uraian tugas pekerjaan adalah uraian jenis dan uraian kegiatan
pekerjaan yang harus dilakukan atau ditangani dalam tiap bagian
termasuk mengenai tanggung jawab, rincian tugas, hubungan kerja dan
lain-lain. Uraian pekerjaan ini sebagai dasar atau acuan untuk menyusun
lingkup dan batasan pekerjaan serta keseimbangan dan tanggung jawab.
Tugas-tugas dan tanggung jawab tersebut antara lain :
1. Chief Engineering
a. Tugas dan tanggung jawab :
1) Pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan semua
fasilitas gedung, sehingga selalu dalam keadaan baik dan
siap digunakan.
2) Pemeliharaan dan perbaikan fisik agar performanya
tetap baik
3) Memeriksa kemungkinan mengoperasikan perangkat
secara efisien untuk menurunkan biaya perawatan
4) Memenuhi permintaan perbaikan dan membuat
anggaran biaya perbaikan
5) Menentukan jadwal pemeliharaan dan perbaikan semua
perangkat serta personilnya
6) Melakukan tindakan perbaikan bila terjadi kerusakan
7) Menentukan jam kerja untuk operator, perawatan dan
perbaikan
b. Aktifitas-aktifitas pokok
1) Pengoperasian perangkat gedung
a. Mengoperasikan perangkat gedung
b. Memeriksa kemungkinan efisiensi pengoperasian
peralatan
2) Pemeliharaan preventif terhadap gedung dan
perangkatnya
a. Investarisasi peralatan
b. Membuat rencana perawatan
c. Melaksanakan perawatan rutin sesuai dengan
prosedur
d. Membuat laporan perawatan
e. Memeriksa secara berkala hasil analisa terhadap
perangkat
f. Mengelola bahan kebutuhan untuk perawatan
3) Pemeliharaan korektif terhadap gedung dan
perangkatnya
a. Menangani perawatan dengan cepat
b. Membuat laporan
c. Membuat usulan pengantian perangkat sesuai
dengan peraturan yang berlaku
d. Memenuhi permintaan perbaikan
4) Pelayanan kebutuhan teknik dari pemakai
a. Memenuhi permintaan perbaikan
b. Memenuhi permintaan tambahan fasilitas
c. Menentukan tata letak dan tata ruang
2. Supervisor ME
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Pengoperasian semua perangkat dan fasilitas ME sesuai
dengan prosedur operasi
2) Melaksanakan pemeliharaan sesuai prosedur kerja
3) Melakukan tindakan perbaikan perangkat yang rusak
4) Melaporkan hasil unjuk kerja
b. Pengoperasian perangkat gedung :
1) Pengoperasian perangkat gedung :
a. Mengoperasikan perangkat gedung
b. Memeriksa kemungkinan efisiensi pengopersian
peralatan
c. Pemeliharaan preventif terhadap perangkat gedung :
1) Mengindentifikasi peralatan
2) Melaksanakan pemeliharaan rutin sesuai dengan
prosedur
3) Membuat laporan perawatan
4) Memeriksa secara berkala hasil analisa terhadap
perangkat
5) Mengelola bahan kebutuhan untuk / perawatan
d. Pemeliharaan korektif terhadap gedung
1) Menangani perawatan dengan cepat
2) Membuat laporan
3) Membuat usulan pergantian perangkat sesuai dengan
peraturan yang berlaku
3. Supervisor Engineering
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Perawatan dan perbaikan fisik gedung gedung agar
performansinya tetap baik
2) Memenuhi permintaan perbaikan atau tambahan fasilitas
dan membuat anggaran biaya
3) Melakukan tindakan perbaikan bila terjadi kerusakan
4) Menentukan jam kerja untuk petugas perawatan dan
perbaikan diluar jam kerja
5) Melaporkan hasil unjuk kerja
b. Aktifitas-aktifitas pokok :
1) Menangani perawatan dan perbaikan dengan cepat
2) Membuat laporan
3) Membuat usulan perbaikan konstruksi dan arsitektur
sesuai dengan peraturan yang berlaku
c. Pelayanan kebutuhan teknik dari pemakai :
1) Memenuhi permintaan perbaikan
2) Menentukan tata letak dan tata ruang
4. Pelaksana / Teknisi
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Membersihkan perangkat dari debu, kotoran dan karat
yang dapat menggangu kinerja
2) Memeriksa semua perangkat dan saran pendukung
secara periodik (harian, mingguan, bulanan, tahunan,
tiga bulanan, enam bulanan dan tahunan)
3) Pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal jam
kerja yang telah ditetapkan.
4) Melaksanakan perawatan dan perbaikan dan mengisi
borang (form) yang telah disediakan
5) Melaporkan kepada atasan bila menemukan kondisi
perangkat yang menunjukan kelainan atau rusak
6) Melaksanakan perintah kerja (work order)
BAB III
METODOLOGI

1.12. Metodologi Perencanaan Standar Operasional Prosedur


Metodologi diperlukan untuk merencanakan standar operasional prosedur,
yang berupa alur atau tahapan perencanaan standar operasional prosedur
pemeliharaan atau perbaikan pada komponen struktur dan arsitektur pada gedung
Apartment Newton the Hybrid Park, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.2.

MULAI

Referensi

Perencanaan pengelolaan
gedung

Identifikasi komponen struktur


dan arsitektur

Dimensi, jumlah, volume, spesifikasi


Karaktersitik bahan komponen
teknis bahan, metode pekerjaan

Perencanaan pemeliharaan dan


perbaikan

Program pemeliharaan dan Prosedur teknis pemeliharaan


perbaikan dan perbaikan

SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan Standar Operasional Prosedur

Langkah awal yang dilakukan dalam merencanakan standar operasional


prosedur pemeliharaan dan perbaikan yaitu, referensi sebagai acuan standar dan
data dalam merencanakan standar operasional prosedur. Referensi yang
dikumpulkan sebagai acuan untuk merencanakan standar oprasional prosedur
antara lain spesifikasi teknis, as build drawing, PERMENPU No.24 Tahun 2008
dan PBI 1971. Lalu setelah data tersebut di analisis, maka bedasarkan flowchart
tersebut langkah selanjutnya yaitu merencanakan pengelolaan gedung, yang
dilanjutkan mengidentifikasi komponen stuktur dan arsitektur bedasarkan, dimensi,
jumlah, volume, spesfikasi teknis bahan, metode pekerjaan dan karaktersitik
komponen, maka dengan mengidentifikasi dari masing-masing komponen tersebut
dapat merencanakan pemeliharaan dan perbaikan bedasarkan program dan prosedur
teknis pemeliharaan dan perbaikan. Bedasarkan flowchart tersebut, inti dari
perencanaan standar operasional prosedur terletak pada tahap perencanaan
pemeliharaan dan perbaikan, karena dari tahap perencanaan pemeliharaan dan
perbaikan tersebut dapat menentukan program dan prosedur teknis pemeliharaan-
perbaikan.
BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN
1.13. Perencanaan Pengelolaan Gedung
Setelah gedung memasuki tahap operasional dan pemeliharaan, owner
selaku pemilik gedung akan membentuk manajemen pengelolaan gedung
dengan memilih seseorang salah satu stafnya atau tenaga ahli dari pihak
owner tersebut untuk menjadi building manager, yaitu seseorang yang
berwenang menetapkan sasaran, tujuan, kebijakan, perencanaan,
pengawasan, pengendalian, pembiayaan, struktur organisasi dan pelaksanaan
pemeliharaan ataupun perbaikan gedung. Oleh sebab itu langkah dari seorang
building manager dalam menentapkan dan menentukan tindakan pada tahap
awal perencanaan pengelolaan gedung, dapat dilihat pada flowchart Gambar
4.1.
MULAI

Identifikasi ruang lingkup pekerjaan


pemeliharaan dan perbaikan

1. Apakah ruang lingkup pekerjaan


YA Apakah jumlah dan kemampuan staf dapat YA
pemeliharaan atau perbaikan terdiri Kerjakan sesuai dengan tugas dan
melakukan ruang lingkup pekerjaan
dari komponen struktur dan arsitektur tanggung jawab dari masing-masing staf
tersebut?
masih dapat dikelola sendiri?

TIDAK

Ruang lingkup pekerjaan yang dikelola


lebih dari 2 komponen dan kompleksitas TIDAK
dari ruang lingkup pekerjaan terlalu
berlebih, yang menyebabkan hasil dari
pekerjaan kurang memuaskan

Gunakan sub-kontraktor untuk membantu


atau menindaklanjuti pekerjaan
pemeliharaan atau perbaikan

SELESAI

Gambar 4.1 Flowchart Tahap Awal Perencanaan Pengelolaan Gedung


Dari flowchart tersebut terlihat bahwa saat building manager diberikan
tanggung jawab dan kepercayaan oleh owner, untuk menentapkan atau
menentukan pengelolaan pemeliharaan dan perbaikan gedung, maka tindakan
awal yang harus di analisis terlebih dahulu yaitu kompleksitas dan ruang
lingkup untuk pengelolaan pada gedung tersebut, yang diantaranya :
1. Fungsional dari gedung tersebut.
2. Berapa lantai dan tower yang harus dikelola.
3. Bagaimana kompleksitas perbaikan dari penyebab kerusakan yang
ditimbulkan.
Hal-hal tersebut dapat digunakan sebagai landasan fundamental untuk
pertimbangan terhadap ruang lingkup yang akan dikelola seorang building
manager, untuk menentukan ruang lingkup dari pekerjaan pengelolaan
pemeliharaan ataupun perbaikan terhadap komponen gedung. Lalu setelah
building manager menetapkan ruang lingkup pemeliharaan yang akan
dikelola bedasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, yaitu struktur dan
arsitektur maka building manager dapat menentukan struktur organisasi
untuk pengelolaannya, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Sumber : Building Maintenance and Management

Gambar 4.2. Bagan Struktur Organisasi Pengelolaan Gedung

Dari bagan struktur organisasi tersebut, building manager menetapkan


chief engineering yang menangani seluruh komponen gedung, maka chief
engineering terbagi menjadi 3 divisi departemen antara lain :
1. Chief engineering struktur dan arsitektur atau chief engineering sipil
2. Chief engineering mekanikal, elektrikal dan plumbing atau chief
engineering M/E
3. Chief engineering tata ruang luar
Masing-masing dari divisi tersebut memiliki pola bagian sub-divisi yang
sama dari bagian-bagian divisi departemen tersebut, yaitu chief engineering
mengepalai dari bagian komponen-komponen tertentu, seperti pada divisi
sipil engineering yaitu chief engineering yang berhak menganangani segala
kegiatan pemeliharan ataupun kerusakan yang berkaitan terhadap komponen
struktur dan arsitektur. Bedasarkan hal tersebut, maka dapat ditentukan
tanggung jawab dari setiap staff personel, dengan disusun menjadi sebuah
diagram linier tanggung jawab atau LRC (Linier Responsibility Chart), agar
berfungsi sebagai alat komunikasi bagi staff personel penglola manajemen
gedung, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Linier Responsibility Chart Dalam Suatu Pengelolaan Gedung
Supervisor Pelaksana
Building Adm. Adm. Chef
KEGIATAN Struktur & Struktur &
Manager Keuangan Teknik Engineering
Arsitektur Arsitektur
Menetapkan sasaran dan tujuan pengelolaan
a j j e f f
gedung
Menetapkan kebijakan pengelolaan gedung a f f e e f
Merencanakan pengelolaan gedung c,e j j a,e e,f f
Pengawasan & pengendalian pengelolaan
h j j a g j
gedung
Anggaraan pengelolaan gedung b,h a,i j c j f
Menetapkan struktur organisasi manajemen
g,h f f c f f
pengelolaan gedung
Administrasi pengelolaan gedung d,g,h a a i i i
Pelaksanaan pemeliharaan atau perbaikan
d,g,h j,h h a,g,i g f
gedung
Pengawasan & pengendalian pelaksanaan
d,g,h g,i i a,g f f
pemeliharaan dan perbaikan gedung

Keterangan wewenang dan tanggung jawab :


a. Tanggung jawab penuh f. Melaksanakan
b. Memberi pengesahan g. Mengawasi
c. Memberi persetujuan/rekomendasi h. Mendapat laporan
d. Mengetahui i. Membuat laporan
e. Memberi konsultasi j. Terlibat membantu

Dengan merencanakan dan menetapkan sebuah wewenang dan tanggung


jawab sebuah personel staff pengelola gedung tersebut, akan memudahkan
bagi staf personel pengelola gedung dalam menjalankan tugas, karena mereka
hanya melihat matriks tersebut lalu melakukan koordinasi dengan atasan dan
bahawan, terkait tugas, tanggung jawab dan hubungan kerja yang akan
dijabarkan secara rinci, yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Hubungan Kerja Pengelolaan Pemeliharaan Gedung
STAFF TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB HUBUNGAN KERJA
1. B.M – C.E : menyetujui dan merevisi program pemeliharaan dan perbaikan.
menyetujui dan merevisi anggaran biaya pemeliharaan dan
1. Mengawasi kinerja pemeliharaan gedung, seperti : perbaikan
mengawasi kinerja pemeliharaan rutin dan berkala yang sedang
 Apakah data-data teknis gedung tersimpan dengan baik.
atau telah dilakukan
 Apakah kegiatan pemeliharaan dan pemeriksaan dilakukan secara konsisten
2. B.M – Adm.Teknik : menerima laporan kegiatan pemeliharaan ataupun perbaikan
 Apakah terdapat kendala dalam menjalankan pemeliharaan
mengawasi dan memeriksa laporan pemeliharaan rutin dan berkala
 Terdapat kerusakan apa saja selama gedung beroprasional
Building mengawasi dan memeriksa laporan perbaikan, apabila terdapat
2. Menyimpan data-data administratif gedung, terkait IMB, Sertifikat Tanah, SLF dll.
Manager kerusakan
3. Membuat dan merevisi keputusan terkait dengan, program pemeliharaan atau pemeriksaan berkala dan rutin yang mengawasi dan memeriksa laporan hasil pemeriksaan berkala
direncanakan oleh chef engineering.
ataupun rutin yang telah dilakukan
4. Menyetujui dan merevisi anggaran biaya pemeliharaan dan perbaikan yang direncanakan oleh chef engineering.
3. B.M – Adm.Keuangan : memberikan biaya dan bonus terkait, upah staff engineering dan
5. Membuat anggaran biaya untuk upah staf adm.teknik, adm.keuangan dan chef engineering. adm.teknik,
6. Menyutujui atau merevisi usulan pergantian komponen dari chef engineering.
anggaran biaya pemeliharaan ataupun pebaikan.
membuat hasil laporan pengeluaran dari pemeliharaan dan
perbaikan

1. Adm.Teknik – C.E : menerima laporan kegiatan hasil pemeliharaan dan perbaikan


1. Merekap dan menyimpan laporan hasil pemeriksaan, perbaikan dan kegiatan pemeliharaan rutin atau berkala melaporkan keluhan dan masukan dari penghuni gedung
2. Menyimpan data-data teknis gedung. menerima dan menyimpan data teknis yang baru, jika ada
Administrasi
3. Menerima keluhan dan masukan dari penghuni gedung, yang akan disampaikan langsung kepada chef engineering. perubahan atau perbaikan
Teknik
4. Menerima laporan kegiatan hasil pemeliharaan atau perbaikan dari chef engineering 2. A.Teknik – A.Keu : menerima upah dan bonus dari Administrasi Keuangan
5. Melaporkan kegiatan hasil pemeliharaan atau perbaikan kepada B.M. 3. A.Teknik – B.M : memberikan laporan hasil kegiatan pemeliharaan ataupun
perbaikan
1. A.Keu – C.E : menerima laporan pengeluaran dari hasil pemeliharaan ataupun
perbaikan.
1. Merekap hasil pengeluaran dari program pemeliharaan atau perbaikan
memberikan biaya untuk program pemeliharaan dan perbaikan
2. Mengontrol keuangan untuk biaya pemeliharaan atau perbaikan
Administrasi yang telah ditetapkan
3. Memberikan upah kepada chef engineering dan adm.teknik, dengan besaran yang telah ditentukan oleh B.M
Keuangan memberikan upah dan bonus yang telah ditetapkan oleh B.M
4. Menerima biaya yang telah dianggarkan oleh B.M untuk pemeliharaan dan perbaikan
2. A.Keu – A.Teknik : memberikan upah dan bonus yang telah ditetapkan oleh B.M
5. Membuat laporan pengeluaran pemeliharaan atau perbaikan yang diberikan kepada B.M
3. A.Keu – B.M : memeberikan laporan hasil pengeluaran/cashflow kepada B.M
Tabel 4.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Hubungan Kerja Pengelolaan Pemeliharaan Gedung (Lanjutan)
STAFF TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB HUBUNGAN KERJA

1. C.E – Adm.Teknik : memberikan laporan kegiatan hasil pemeliharaan dan perbaikan


memenuhi permintaan perbaikan atau tambahan fasilitas dari
penghuni gedung
memberikan data teknis yang baru, jika ada perubahan atau
perbaikan pada komponen gedung
2. C.E – Adm.Keu : memberikan laporan pengeluaran biaya dari pemeliharaan atau
perbaikan
1. Membuat jadwal dan kegiatan pemeliharaan berkala atau rutin beserta personilnya.
menerima hasil upah dan bonus yang telah ditetapkan oleh B.M
2. Membuat laporan kegiatan dan biaya pengeluaran dari pemeliharaan atau perbaikan.
Chef 3. C.E – B.M : memberikan usulan terkait jadwal dan kegiatan pemeliharaan
3. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
Engineering berkala dan rutin
4. Memenuhi permintaan perbaikan ataupun tambahan fasilitas dari penghuni gedung
memberikan usulan pergantian komponen dengan ketentuan yang
5. Membuat usulan pergantian komponen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
berlaku
memberikan usulan rencana anggaran biaya untuk pemeliharaan
atau perbaikan
4. C.E – S.E : menerima laporan kegiatan hasil pemeriksaan, pemeliharaan atau
perbaikan
memberikan perintah kerja baik pemeliharaan ataupun perbaikan
menerima atau merevisi usulan perbaikan atau hasil unjuk kerja

1. Melaksanakan prosedur pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sesuai dengan yang telah ditetapkan
Supervisor 2. Melakukan tindakan perbaikan apabila terjadi kerusakan
1. S.E – C.E : memberikan laporan kegiatan hasil pemeriksaan, pemeliharaan
Engineering 3. Menentukan jam kerja untuk petugas pelaksana
atau perbaikan
Sturktur 4. Membuat usulan perbaikan dan melaporkan hasil unjuk kerja
melakukan perintah kerja baik pemeliharaan ataupun perbaikan
dan 5. Mengelola kebutuhan bahan untuk pemeliharaan atau perbaikan
memberi usulan perbaikan atau hasil unjuk kerja
Arsitektur 6. Membuat laporan hasil kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
7. Membuat laporan pengeluaran hasil kegiatan pemeliharaan atau perbaikan.

1. Memeriksa semua sarana pendukung secara periodik


Pelaksana
2. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan berkala atau rutindan mengisi formulir kegiatan yang telah disediakan
Struktur 1. Pelaksana – S.E : Melaporkan apabila menemukan kondisi komponen yang rusak
3. Melaporkan kepada supervisor engineering apabila menemukan kondisi komponen yang rusak
dan Melaksanakan perintah kerja
4. Melaksanakan perintah kerja
Arsitektur
5. Melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
Lalu setelah building manager menetapkan, sasaran, tujuan dan
kebijakan pengelolaan gedung dan menyeleksi dan memilih tenaga ahli untuk
mengisi jabatan dari bagan struktur organisasi tersebut, karena bedasarkan
flowchart dari tahap awal perencanaan pengelolaan gedung, maka seorang
building manager harus memiliki kriteria-kriteria khusus dalam memilih dan
mengawasi kinerja terhadap tenaga ahli, dalam melakukan pekerjaan
pengelolaan gedung, karena apabila kinerja dan kriteria-kriteria khusus yang
dimiliki oleh seorang building manager tersebut tidak sesuai, maka seorang
building manager berhak mengganti personel staffnya atau melakukan lelang
dalam untuk mengerjakan paket-paket pemeliharaan. Maka dengan
mengetahui alur dalam melakukan perencanaan untuk pengelolaan gedung,
maka dari bagan struktur organisasi tersebut, maka dapat diketahui uraian
tugas dan uraian hubungan kerja, yang dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.48 Garis Hubungan Kerja Pengelolaan Gedung

Maka dengan mengetahui dari tugas, tanggung jawab dan hubungan kerja
pada pengelolaan gedung, dapat dilakukan pengawasan terhadap kinerja dari
setiap personel.

1.14. Identifikasi Komponen dan Karakteristik Bahan


Setelah menetapkan pengelolaan pemeliharaan gedung, maka
selanjutnya yaitu mengidentifkasi setiap komponen dan karakteristik bahan
dari komponen gedung, karena hal tersebut sangat penting dalam
menentukan, menetapkan dan melaksanakan program dari pemeliharaan
ataupun perbaikan, hal tersebut bertujuan untuk menganalisis kemungkinan
resiko kerusakan yang terjadi dalam menentukan metode yang tepat untuk
pemeliharaan dan perbaikan.
Namun bedasarkan analisis sebelumnya yaitu perencanaan pengelolaan
gedung, maka seseorang yang bertanggung jawab dan menerima tugas untuk
mengidentifikasi seluruh komponen dari struktur dan arsitektur dari segi total
dimensi terpasang, spesifikasi teknis bahan komponen yang digunakan, letak
dari setiap komponen yang terpasang dan karaktersistik bahan yang
digunakan, yaitu chief engineering sipil yang memberikan tugas kepada staf
supervisor engineering dari sub-divisi struktur dan arsitektur untuk
mengidentifikasi, menghitung dan menghitung total komponen yang
terpasang pada gedung, kemudian hasil dari pekerjaan tersebut di check
kembali oleh chief engineering untuk di analisis, sebagai data untuk
menentukan perencanaan pemeliharaan dan perbaikan.

1.1.14.1 Komponen Gedung


Pada setiap item komponen struktur dan arsitektur yang digunakan pada
gedung apartemen ini, memiliki, ukuran, letak dan type yang berbeda, seperti
yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Struktur
Item komponen struktur antara lain, kolom, balok, dan pelat, ukuran, tipe
dan spesifikasi pada umumnya berbeda-beda, namun bahan penyusun dari
item komponen struktur yaitu beton bertulang.

1. Kolom
Desain komponen struktur yang digunakan pada gedung ini, terdapat
perubahan dimensi pada lantai-lantai tertentu, yang bertujuan untuk
mengurangi beban kolom dari yang disalurkan oleh kolom diatas, untuk
diterima oleh kolom yang dibawah, seperti yang diperlihatkan pada
Lampiran 2.1. Dari denah pengecilan kolom tersebut, didapatkan tipe
kolom, letak, total tinggi, ukuran, jumlah titik dari masing-masing tipe
dan volume, yang digunakan pada gedung apartemen ini, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.1. List Tipe, Dimensi dan Volume Kolom

TOTAL TINGGI UKURAN Tinggi x Luas JML TITIK


NO TYPE KOLOM LETAK Vol x Jml Titik Type (m3)
(m) (mm) (m3) TYPE
Lt Bsm - Lt 3 14,5 800 x 1500 17,4 52,2
Lt 4 - Lt 7 13,1 800 x1300 13,624 40,872
Lt 8 - Lt 12 16 800 x 1000 12,8 38,4
1 K4 Lt 13 - Lt 16 12,8 800 x 800 8,192 3 24,576
Lt 17 - Lt 20 12,8 700 x 700 6,272 18,816
Lt 21 - Lt 27 22,4 600 x 600 8,064 24,192
Lt 28 - Lt Atap 14,5 500 x 500 3,625 10,875
Lt Bsm - Lt 3 14,5 800 x 1500 17,4 34,8
Lt 4 - Lt 8 16,3 800 x1300 16,952 33,904
Lt 9 - Lt 12 12,8 800 x 1000 10,24 20,48
2 K4A Lt 13 - Lt 16 12,8 800 x 800 8,192 2 16,384
Lt 17 - Lt 20 12,8 700 x 700 6,272 12,544
Lt 21 - Lt 26 19,2 600 x 600 6,912 13,824
Lt 27 - Lt Atap 17,7 500 x 500 4,425 8,85
Lt Bsm - Lt 3 14,5 800 x 1500 17,4 87
Lt 4 - Lt 7 13,1 800 x1300 13,624 68,12
Lt 8 - Lt 12 16 800 x 1000 12,8 64
3 K4B Lt 13 - Lt 16 12,8 800 x 800 8,192 5 40,96
Lt 17 - Lt 20 12,8 700 x 700 6,272 31,36
Lt 21 - Lt 26 19,2 600 x 600 6,912 34,56
Lt 27 - Lt Atap 17,7 500 x 500 4,425 22,125
Tabel 4.1. List Tipe, Dimensi dan Volume Kolom (Lanjutan)

TOTAL TINGGI UKURAN Tinggi x Luas JML TITIK


NO TYPE KOLOM LETAK Vol x Jml Titik Type (m3)
(m) (mm) (m3) TYPE
Lt Bsm - Lt 4 17,7 800 x 1500 21,24 84,96
Lt 5 - Lt 10 19,5 800 x1300 20,28 81,12
Lt 11 - Lt 12 6,4 800 x 1000 5,12 20,48
4 K5 Lt 13 - Lt 14 6,4 700 x 1000 3,584 4 14,336
Lt 15 - Lt 20 19,2 600 x 1000 13,44 53,76
Lt 21 - Lt 23 9,6 500 x 900 5,76 23,04
Lt 24 - Lt Atap 27,3 500 x 700 9,555 38,22
Lt Bsm - Lt Dasar 7 600 x 1450 6,09 24,36
5 K6 Lt 2 - Lt 3 7,5 600 x1350 6,075 4 24,3
Lt 4 - Lt Roof 106,1 500 x 1350 71,6175 286,47
Dari tabel tersebut terdapat 5 tipe kolom yang digunakan pada
gedung tersebut. Pada umumnya, pengecilan ukuran setiap tipe kolom
hampir sama, perbedaanya hanya pada letak lantai. Tipe kolom yang
ukuran dan letaknya berbeda hanya pada kolom K6, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 4.4 untuk denah letak dari masing-masing
letak kolom.

Gambar 4.4. Denah Letak Masing-masing Tipe Kolom

Total keseluruhan titik kolom yang digunakan pada gedung


apartemen ini yaitu sebanyak 18 kolom, dengan mutu beton 35mpa.
Bentuk kolom yang digunakan pada apartement ini seluruhnya adalah
persegi.

2. Balok
Terdapat 2 jenis balok yang digunakan pada gedung apartemen ini
yaitu, balok induk dan balok anak. Jika melihat denah pembalokan pada
shop drawing¸ untuk membedakan balok induk dan balok anak, terlihat
pada kodenya, seperti yang tertera pada gambar shop drawing, kode dan
type untuk balok induk diawali oleh huruf “G”, dengan contoh balok
induk ukuran penampang 400x650mm dan letak di antara grid Q-R,
berkode “G9.152”. Begitupun untuk balok anak, kode pada denah
pembalokan yaitu diawali oleh huruf “B”, seperti “B5.181”, dan
seterusnya.
Balok induk, yaitu balok utama yang menerima pembebanan paling
besar yang disalurkan dari kolom lantai diatas, untuk disalurkan kembali
pada kolom dan balok dibawahnya, sedangkan fungsi balok anak, untuk
mengurangi dan menstabilkan beban berlebih pada balok induk. Oleh
karenanya balok anak tidak bertumpu pada kolom disampingnya.
Adapun pada Gambar 4.5, untuk memperjelas perbedaan balok induk
dan balok anak pada struktur gedung apartemen.

Gambar 4.5. Perbedaan Antara Balok Induk dan Balok Anak


Ukuran atau dimensi, tipe, panjang balok induk dan balok anak, yang
digunakan pada gedung apartemen ini berbeda-beda pada setiap
lantainya, seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 2.2 yaitu list
dimensi, panjang, type, grid setiap per lantai pada balok induk dan anak.
Dari list balok tersebut, dapat diketahui tipe-tipe dimensi balok induk dan
balok anak yang dapat dilihat pada Tabel 4.4, berserta total volume balok
pada setiap lantainya, yang akhirnya digunakan untuk melakukan
pemeriksaan atau evaluasi komponen struktur.
Tabel 4.4. List Tipe Balok dan Volume Balok Induk dan Anak

VOLUME BALOK (m3) TOTAL VOLUME TIPE BALOK YANG TERPAKAI


LANTAI
Induk Anak m3 Induk Anak
1 49,62 13,67 63,30 G9, G4, G3, G5, G13 B5, B3, B1, B7
2 41,52 10,11 51,63 G9, G4, G3, G5, G13 B5, B3, B1
3 40,90 12,47 53,36 G9, G4, G3, G5, G13 B5, B3, B1
4 39,78 10,73 50,51 G9, G4, G3, G5, G13 B5, B3
5 52,89 20,01 72,90 G9, G3, G5, G13 B2, B4, B5, B3, B1
6 52,89 20,01 72,90 G9, G3, G5, G13 B2, B4, B5, B3, B1
7 50,44 20,01 70,45 G9, G3, G5, G13 B2, B4, B5, B3, B1
8 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
9 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
10 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
11 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
12 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
13 54,87 18,43 73,30 G9, G3, G2, G6, G13 B2, B4, B5, B3, B1
14 55,10 13,78 68,87 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
15 54,70 14,74 69,44 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
16 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
17 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
18 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
19 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
20 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
21 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
22 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
23 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
24 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
25 58,99 19,16 78,15 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
26 61,08 19,18 80,26 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
27 54,56 16,03 70,60 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
28 59,47 18,09 77,56 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
29 59,47 18,09 77,56 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
30 59,47 18,09 77,56 G9, G3, G2, G6, G13, G5 B2, B4, B5, B3, B1
G9, G3, G2, G6, G13, G5, B2, B4, B5, B3, B1,
ATAP 60,47 19,29 79,76
G10 B9

Volume dan tipe balok pada setiap lantainya hampir memiliki kesamaan,
seperti yang dapat di lihat pada Tabel 4.4, tipe, ukuran dan volume balok induk
pada lantai 5-6 sama sekali tidak memiliki perbedaan, begitupun pada lantai 8-13,
16-25 dan 28-30. Jika melihat dari tabel list balok tersebut, terdapat 8 tipe balok
induk dan 6 tipe balok anak yang digunakan untuk pembalokan pada tower B, yang
artinya pada tower B menggunakan 14 tipe ukuran balok induk dan anak yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.5, mengenai ukuran
dimensi penampang yang digunakan pada balok induk dan anak.

Tabel 4.5. Type dan Dimensi Balok Induk dan Balok Anak
BALOK INDUK BALOK ANAK
Type Dimensi Type Dimensi
G2 250x550 B1 200x400
G3 300x500 B2 200x500
G4 300x600 B3 250x500
G5 300x650 B4 250x550
G6 300x700 B5 250x600
G9 400x650 B9 400x700
G10 400x700
G13 500x700

Pada dasarnya, saat perencanaan struktur pertimbangan-pertimbangan dasar


untuk ukuran balok tersebut didasari dari fungsi ruangan dan beban-beban yang
bekerja pada pelat lantai, seperti pada penggunaan balok tipe G13 yang berukuran
500x700, dikarenakan balok dan pelat lantai menerima beban lift, tangga, ramp
parkir dan shearwall di sisi-sisinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.6, sebagai contoh penggunaan dimensi balok pada struktur gedung.
Gambar 4.6. Pemakaian Dimensi Balok
Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada tipe balok G13, menerima
beban yang cukup besar dari samping-sampingnya, seperti beban dari
shearwall, eskalator dan lift, yang menimbulkan goyangan dan beban
yang berlebih pada balok tersebut, maka akan menyebabkan retak atau
patah pada area sekitar balok Pada balok G3, beban yang bekerja pada
samping balok cenderung lebih kecil, karena disamping balok tersebut
terdapat void dan akses jalan kaki untuk penghuni gedung.

3. Pelat Lantai
Sama seperti halnya kolom dan balok, luasan, tipe, dan volume pelat
lantai, yang digunakan pada gedung apartemen ini terdapat 10 tipe,
dengan masing-masing ketebalan pelat lantai antara 120mm, 150mm dan
170mm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 untuk list type,
tebal pelat, ukuran dan jarak antar tulangan yang digunakan pada gedung
apartemen ini.
Tabel 4.6. List Type Pelat Lantai dan Tulangan Lapis Bawah-Atas

SPESIFIKASI
DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
PELAT LANTAI
Jarak Tulangan Jarak Tulangan
Dia Tulangan Dia Tulangan
Tebal (mm) (mm)
Type
Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300
S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200
S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250
S17 120 D10 D10 200 300 D10 D10 300 250
S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400
S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250
S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250
S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250
S33 170 D10 D13 200 200 D10 D13 200 250
S34 150 D10 D13 200 200 D10 D13 200 300

Dari Tabel 4.6 tebal pelat lantai terbesar terdapat pada type S33,
dengan tebal pelat lantai sebesar 170mm, dan diameter tulangan terbesar
yang dipakai yaitu D13. Type pelat tersebut digunakan pada lantai atap.
Area pada tipe pelat lantai tersebut, digunakan untuk menyimpan resevoir
untuk kebutuhan air bersih. Type dan tebal pelat yang digunakan
bermacam-macam, tergantung dari fungsi beban dan ruangan yang
dipakai, oleh sebab itu, luasan dan volume pemakaian dari masing-masing
type pelat lantai tersebut akan berbeda-beda pada setiap lantainya, seperti
yang diuraiakan pada Tabel 4.7, list type, luas dan volume pelat pada
setiap lantai, kemudian untuk letak dan detail penulangan dari masing-
masing lantai type pelat lantai dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
Tabel 4.7. List Type, Luasan dan Volume Pelat Lantai

LANTAI LT 1 / Dasar LT 2 LT 3 LT 4
TOTAL TOTAL TOTAL
TIPE PELAT LANTAI S1 S3 S4 S5 S1 S3 S4 S1 S3 S4 S1 S3 S16
LUAS (m2) 27 165 114 213 519 27 120 252 399 27 240 252 519 231 48 240
VOLUME (m3) 3,24 24,75 17,1 31,95 77,04 3,24 18 37,8 59,04 3,24 36 37,8 77,04 27,72 7,2 28,8

LANTAI LT14 LT15 LT16 - LT25


TOTAL TOTAL TOTAL
TIPE PELAT LANTAI S3 S25 S27 S28 S29 S30 S25 S27 S28 S29 S30 S25 S27 S28 S29 S30
LUAS (m2) 40 296 144 38 9 6 533 296 144 38 9 6 493 326 144 48 9 6 5330
VOLUME (m3) 6 35,52 17,28 4,56 1,08 0,72 65,16 35,52 17,28 4,56 1,08 0,72 59,16 39,12 17,28 5,76 1,08 0,72 639,6

LANTAI LT5 - LT6 LT7 LT8 - LT13


TOTAL TOTAL TOTAL
TIPE PELAT LANTAI S1 S17 S25 S27 S28 S4 S5 S17 S25 S27 S28 S25 S27 S28 S29 S30
LUAS (m2) 16 36 322 112 47 1066 6 10 36 322 112 47 533 326 144 48 9 6 3198
VOLUME (m3) 1,92 4,32 38,64 13,44 5,64 127,92 0,9 1,5 4,32 38,64 13,44 5,64 64,44 39,12 17,28 5,76 1,08 0,72 383,76

LANTAI LT26 LT27 LT28 - LT30


TOTAL TOTAL
TIPE PELAT LANTAI S3 S25 S27 S28 S29 S30 S25 S27 S28 S29 S30 S25 S27 S28 S29 S30
LUAS (m2) 40 296 144 38 9 6 533 296 144 38 9 6 493 326 144 48 9 6
VOLUME (m3) 6 35,52 17,28 4,56 1,08 0,72 65,16 35,52 17,28 4,56 1,08 0,72 59,16 39,12 17,28 5,76 1,08 0,72

LANTAI LT ATAP
TOTAL
TIPE PELAT LANTAI S1 S3 S4 S5 S33 S34
LUAS (m2) 6 42 366 63 21 35 533
VOLUME (m3) 0,72 5,04 43,92 7,56 2,52 4,2 63,96
Pada umumnya, penggunaan type pola penggunaan pelat lantai, antara
lantai 14 s.d 30 hampir sama, dengan dominasi tipe-tipe pelat yang
digunakan antara lain : S3, S25, S27, S28, S29 dan S30. Type pelat lantai
tersebut diseragamkan, mengingat fungsi beban dan ruangan dipakai untuk
tempat hunian.

b. Arsitektur
Item komponen arsitektur antara lain, dinding, lantai, pentutup atap,
penutup langit-langit/plafond, pintu dan jendela, namun tahap pertama yang
perlu diidentifikasi terlebih dahulu yaitu fungsi ruang hunian, karena ruang
hunian pada gedung tersebut memiliki peranan yang sangat penting,
mengingat fungsi gedung tersebut yaitu apartemen.
Dalam mengidentifkasi komponen arsitektur, fungsi pada setiap ruangan
dari setiap lantai tentu berbeda-beda, hal tersebut akan berpengaruh dalam
melakukan tindak pemeliharaan ataupun perbaikan. Sebagai tahap awal
dalam mengidentifikasi komponen arsitektur, yaitu menentukan fungsi dan
jumlah ruangan pada setiap lantainya.
Pada gedung yang difungsikan sebagai apartemen ini, memiliki beberapa
area sebagai tempat hunian ataupun aktivitas untuk rutinitas bagi
penghuninya, dengan jumlah berbeda-beda pada setiap lantainya, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Letak, Fungsi dan Jumlah Area Pada Setiap Lantai

LETAK GRID
LANTAI AREA JUMLAH RUANGAN
horizontal vertikal
R-S-T 1-2-3 Lobby 1
S 3-4 Lobby Lift 1
1 S 4 Ruang Panel & Tempat Sampah 1
T-V 1-4 Restaurant 1
T-V 4-7 Tempat Ibadah 1
S 3-4 Lobby Lift 1
2 S 4 Ruang Panel & Tempat Sampah 1
T-V 1-4 Taman Kanak-Kanak 1
 area di lantai 2 difungsikan sebagai parkir mobil dan motor
Tabel 4.8. Letak, Fungsi dan Jumlah Area Pada Setiap Lantai (Lanjutan)

LETAK GRID
LANTAI AREA JUMLAH RUANGAN
horizontal vertikal
S 3-4 Lobby Lift 1
3
S 4 Ruang Panel & Tempat Sampah 1
 area di lantai 3 difungsikan sebagai parkir mobil dan motor
S 3-4 Lobby Lift 26
S 4 Ruang Panel & Tempat Sampah 26
Q-R 6-5 3 BR (Bedroom) 26
R-S 6-5 1.1 BR (Bedroom) 26
S-T 6-5 2 BR (Bedroom) Type A 26
4 s.d 30 T-V 6-5 2 BR (Bedroom) Type B 26
T-V 5-3 2 BR (Bedroom) Type C 26
T-V 2-1 2 BR (Bedroom) Type B 26
S-T 2-1 2 BR (Bedroom) Type A 26
R-S 2-1 2 BR (Bedroom) Type A 26
R-Q 2-1 2 BR (Bedroom) Type B 26
 area di lantai 4 s.d 30 difungsikan sebagai tempat hunian
Atap R-T 4-3 Ruang mesin lift 1
 area di lantai atap selain difungsikan sebagai ruang mesin lift, juga digunakan sebagai tempat jalur gondola dan
penyimpanan resevoir

Dari area setiap lantai tersebut, terlihat fungsi pemakaian untuk hunian
area gedung ini bermula pada lantai 4 s.d 30. Jumlah ruangan pada tabel
tersebut yaitu akmulasi dari setiap lantainya, oleh karena itu dapat diketahui
type-type ruang hunian pada gedung tersebut yaitu terdapat 5 type. Perbedaan
dari masing-masing type tersebut terletak pada penempatan ruangan dan
ukuran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.7, 4.8, 4.9, 4.10
dan 4.11 untuk denah ruang hunian.

Gambar 4.7. Denah Ruang Hunian dengan 3 Kamar Tidur


Gambar 4.8. Denah Ruang Hunian dengan 1 Kamar Tidur

Gambar 4.9. Denah Ruang Hunian dengan 2 Kamar Tidur Type A

Gambar 4.10. Denah Ruang Hunian dengan 2 Kamar Tidur Type B


Gambar 4.11. Denah Ruang Hunian dengan 2 Kamar Tidur Type C
Pada lantai 1 s.d 3 masih didominasi oleh tempat parkir kendaraan,
meskipun terdapat restoran, taman kanak-kanak dll. Kesesuaian fungsi dari
setiap area, harus berbanding lurus dengan fungsi ruangan dari setiap area
ataupun lantai, oleh karena itu fungsi dan luas ruangan dari setiap area perlu
diketahui, seperti dapat diperlihatakan pada Tabel 4.9 mengenai fungsi dan
luas ruangan dari setiap area lantai.
Tabel 4.9 Fungsi, Jumlah dan Luas Area Ruangan LT 1-3

LANTAI AREA JUMLAH LUAS /m²


Lobby 1 102,05
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat Sampah 1 8,85
Restaurant 1 161,78
1
 Dapur 1 56,08
Tempat Ibadah 1 62,00
Gudang 1 5,04
 Ruang depan gudang 1 11,24
 Tempat wudhu pria dan wanita 1 15,30
Lobby Lift 1 13,58
2 Ruang Panel & Tempat Sampah 1 8,85
Taman Kanak-Kanak 1 157,88
Lobby Lift 1 13,58
3
Ruang Panel & Tempat Sampah 1 8,85

Fungsi dan luas ruangan pada LT 4 s.d 30 dan atap dapat dilihat pada
Lampiran 2.4. Dari fungsi ruangan LT 4 s.d 30 tersebut pada umumnya
typical atau sama, dikarenakan fungsi yang digunakan yaitu tempat hunian,
perbedaannya terletak pada luas, jumlah dan type area ruangan.
Maka dengan mengetahui fungsi dari setiap area lantai, akan lebih
memudahkan pemeriksaan untuk menentukan tindakan pemeliharaan dan
perbaikan, di karenakan fungsional area ataupun ruangan dari setiap lantai
tidak boleh berubah ataupun bertambah, karena apabila dengan berubahnya
kesesuaian fungsi area ataupun ruangan, maka akan berdampak pada
kerusakan arsitektur ataupun struktur, namun dampak terbesar akan berimbas
pada kerusakan arsitektur, dikarenakan jika keseuaian fungsi berubah
perilaku pemakaian akan berubah, baik dari segi beban yang bekerja pada
area ataupun dari segi estetika ruangan, seperti halnya area hunian akan
berubah menjadi gudang, maka resiko kerusakan yang terjadi akan menjadi
lebih besar, seperti dari segi arsitektur pada lantai keramik menjadi lebih
beresiko terjadi keretakan atau cat dinding menjadi lebih cepat kotor dan
mengelupas, kemudian apabila dari segi struktur beban yang bekerja lebih
besar, yang beresiko menimbulkan lendutan pada balok atau retak struktur
pada kolom ataupun balok.

1. Dinding
Sebagai pembatas antara ruangan-ruangan, dinding tentu memiliki
luasan yang berbeda-beda, tergantung dari fungsi ruangan itu sendiri.
Spesifikasi dinding pada gedung ini sama halnya seperti umumnya, yaitu
menggunakan bata ringan atau hubble yang berukuran, panjang 60 cm,
tinggi 20 cm, tebal 10 cm, dan untuk tebal nat/spesi mortar sebesar 2 cm.
Dalam mengidentifikasi item komponen dinding perlu diketahui
jumlah pasangan bata yang digunakan pada setiap ruangan, di karenakan
untuk memudahkan perbaikan, seperti untuk kebutuhan komponen bata
ringan yang sudah retak/keropos, yang diperlukan pergantian. Untuk
lebih jelasnya seperti pada Tabel 4.10, yang menjelaskan luas ruangan
pada setiap lantai dan pemakaian jumlah bata ringan pada setiap lantai.
Tabel 4.10. List Fungsi, Luasan dan Total Pemakaian Bata Ringan

LUAS AREA UKURAN BATA


LANTAI AREA PEMAKAIAN BATA RINGAN (buah) TOTAL (buah)
(m2) RINGAN+MORTAR
Lobby 112,00 0,1364 821
Lobby Lift 32,00 0,1364 235
1 Ruang Panel 28,00 0,1364 205 4440
Tempat Sampah 21,20 0,1364 155
Restaurant 176,00 0,1364 1290
Lobby Lift 24,00 0,1364 176
Ruang Panel 21,00 0,1364 154
Tempat Sampah 15,90 0,1364 117
2 Taman Kanak- 2457
150,60 0,1364 1104
Kanak
Pembatas Void 45,00 0,1364 330
Dinding Luar 78,60 0,1364 576
Lobby Lift 34,88 0,1364 256
3 Ruang Panel 31,50 0,1364 231 661
Tempat Sampah 23,85 0,1364 175
* area LT-1 s.d LT-3 digunakan untuk tempat parkir mobil dan motor
* area LT-4 s.d LT-30 merupakan tempat hunian
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
Ruang Panel 22,40 0,1364 164
Tempat Sampah 26,96 0,1364 124
BR 6.3 164,48 0,1364 1206
BR 1.1 70,40 0,1364 516
4 BR 2.2 113,92 0,1364 835 6848
BR 4.2B 82,24 0,1364 603
BR 5.2C 86,40 0,1364 633
BR 2.3B 106,56 0,1364 781
BR 2.2A 87,68 0,1364 643
BR 2.2A 87,68 0,1364 643
* area LT-5 fungsi dan luas area sama dengan lantai LT-4 TOTAL BATA RINGAN LT-5 6848
Lobby Lift 8,40 0,1364 62
Ruang Panel 24,50 0,1364 180
BR 3 179,90 0,1364 1319
BR 1 77,00 0,1364 565
BR 2.A 124,60 0,1364 913
6 BR 2.B 89,95 0,1364 659 7490
BR 2.C 94,50 0,1364 693
BR C-2.B 116,55 0,1364 854
BR 2.A 95,90 0,1364 703
BR 2.A 95,90 0,1364 703
BR 1.A 95,90 0,1364 703
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
Ruang Panel 22,40 0,1364 164
Tempat Sampah 16,96 0,1364 124
BR 3 164,48 0,1364 1206
BR 1 70,40 0,1364 516
BR 2.A 113,92 0,1364 835
7 BR 2.B 82,24 0,1364 603 7554
BR 2.C 86,40 0,1364 633
BR 2.B 106,56 0,1364 781
BR 2.A 87,68 0,1364 643
BR 2.A 87,68 0,1364 643
BR 2.B 87,68 0,1364 643
BR 5.2.C 96,32 0,1364 706
* Pada LT-8 s.d LT-13 fungsi ruangan dan luas area sama dengan lantai LT-7 TOTAL BATA RINGAN LT-8 s.d LT-13 45326
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
14 Ruang Panel 22,40 0,1364 164 6773
Tempat Sampah 16,96 0,1364 124
BR 3 164,48 0,1364 1206
BR 1 70,40 0,1364 516
BR 2.A 113,92 0,1364 835
BR 2.B 82,24 0,1364 603
BR 2.C 86,40 0,1364 633
BR 2.A 87,68 0,1364 643
BR 2.A 87,68 0,1364 643
BR 2.B 87,68 0,1364 643
BR 2.C 96,32 0,1364 706
* Pada LT.15 fungsi ruangan dan luas area sama dengan lantai LT-14 TOTAL BATA RINGAN LT-8 s.d LT-15 6773
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
Ruang Panel 22,40 0,1364 164
Tempat Sampah 16,96 0,1364 124
BR 3 164,48 0,1364 1206
BR 1 70,40 0,1364 516
BR 2 A 113,92 0,1364 835
16 BR 2 B 82,24 0,1364 603 7554
BR 2 C 86,40 0,1364 633
BR 2 B 106,56 0,1364 781
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 B 87,68 0,1364 643
BR 2 C 96,32 0,1364 706
* Pada LT-17 s.d LT-25 fungsi ruangan dan luas area sama dengan LT-16 TOTAL BATA RINGAN LT-17 s.d LT-25 67988
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
Ruang Panel 22,40 0,1364 164
Tempat Sampah 16,96 0,1364 124
BR 3 164,48 0,1364 1206
BR 1 70,40 0,1364 516
BR 2 A 113,92 0,1364 835
26 BR 2 B 82,24 0,1364 603 6911
BR 2 C 86,40 0,1364 633
BR 2 B 106,56 0,1364 781
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 B 96,32 0,1364 706
BR 2 C 164,48 0,1364 1206
* Pada LT-27 fungsi ruangan dan luas area sama dengan LT-26 TOTAL BATA RINGAN LT-27 6911
Lobby Lift 7,68 0,1364 56
Ruang Panel 22,40 0,1364 164
Tempat Sampah 16,96 0,1364 124
BR 3 164,48 0,1364 1206
BR 1 70,40 0,1364 516
BR 2 A 113,92 0,1364 835
28 BR 2 B 82,24 0,1364 603 7554
BR 2 C 86,40 0,1364 633
BR 2 B 106,56 0,1364 781
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 A 87,68 0,1364 643
BR 2 B 87,68 0,1364 643
BR 2 C 96,32 0,1364 706
* Pada LT-29 fungsi ruangan dan luas area sama dengan LT-28 TOTAL BATA RINGAN LT-29 7554
Lobby Lift 8,40 0,1364 62
Ruang Panel 24,50 0,1364 180
Tempat Sampah 18,55 0,1364 136
BR 3 179,90 0,1364 1319
30 8262
BR 1 77,00 0,1364 565
BR 2 A 124,60 0,1364 913
BR 2 B 89,95 0,1364 659
BR 2 C 94,50 0,1364 693
BR 2 B 116,55 0,1364 854
BR 2 A 95,90 0,1364 703
BR 2 A 95,90 0,1364 703
BR 2 B 95,90 0,1364 703
BR 2 C 105,35 0,1364 772
Ruang Mesin
ATAP 79,12 0,1364 580 580
Lift

Pemakaian posisi bata ringan pada dinding gedung tersebut yakni di


tidurkan, maka perhitungan untuk luasan area pada setiap ruangan
dihitung dari panjang + tebal mortar menjadi 0,6 + 0,02m dan tinggi +
tebal mortar 0,2 + 0,02m pada bata ringan tersebut, dengan pelapisan
mortar pada samping kiri-kanan dan atas, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Arah Pelapisan Mortar dan Ukuran Bata Ringan


Sedangkan untuk perhitungan luas ruangan pada setiap lantai,
dengan mengukur panjang bentang dinding x lebar dinding. Lebar pada
dinding diambil dari tinggi per lantai.

2. Pelapis Dinding
Pelapis dinding berfungsi sebagai pelindung material bata ringan
dari cuaca dari luar dan selain memberikan keindahan pada gedung, dari
warna cat yang digunakan pada pelapis tersebut. Pemakaian pelapis
dinding pada gedung ini terdiri dari, plesteran, acian, cat dan keramik.
Namun sebelum dinding dilapis cat dan keramik, perlu terlebih dahulu
diplester untuk meratakan permukaannya, lalu setelah diplester
kemudian dilapis kembali oleh acian, untuk menghaluskan
permukaannya sebelum dilapis kembali oleh cat atau dipasang keramik.
Spesifikasi plesteran dan acian yang digunakan pada dinding gedung
ini yaitu semen instant dan merek yang digunakan yaitu Leicht Mix.
Spesifikasi pemakaian pada lapisan dinding yaitu, type Base LM-101
untuk plesteran dan Skimcoat LM-201 untuk acian. Bedasarkan sumber
yang diperoleh dari penyedia bahan plesteran dan acian tersebut, tebal
plesteran dan acian pada dinding di rekomendasikan, yaitu berkisar
antara 20mm untuk plesteran dan 2mm untuk acian. Keunggulan dari
semen instant yaitu, pemakaian untuk plesteran tidak perlu ditambah oleh
pasir pasang, hanya ditambah air bersih sebanyak 6-7 liter/zak untuk
plesteran dan 14-16 liter/zak untuk acian.
Perhitungan untuk kebutuhan pemakaian plesteran dan acian pada
setiap lantai maupun ruangan berbeda-beda, hal tersebut didasari oleh
luas dan tinggi dinding. seperti seperti yang dijelaskan pada Lampiran
2.5 yang memperlihatkan total kebutuhan zak semen dari setiap
lantainya.
Bedasarkan perhitungan kebutuhan pemakaian semen instan dari
Lampiran 2.5, yaitu : luasan area (m2) x 2sisi dinding (m2) / daya
sebar (m2). Perhitungan kebutuhan pemakaian semen menggunakan
daya sebar/m2, karena semen instan sudah di campur oleh pasir pasang
dan pemakaiannya hanya perlu di tambah air, dengan perbandingan-
perbandingan yang sudah tertera/ditentukan pada kemasan semen
tersebut.
Pentingnya mengetahui spesifikasi bahan pelapis dan kebutuhan
pelapis dinding yang digunakan, sangat berkaitan oleh perbaikan dan
pemeliharaan, karena dari spesifikasi bahan dan kebutuhan pemakaian
pelapis pada setiap area di gedung, akan lebih memudahkan untuk
melakukan perbaikan, seperti dalam menentukan spesifikasi bahan yang
akan digunakan untuk penambalan pada plesteran yang telah retak dan
cat yang telah mengelupas atau pudar, yang perlu pengecatan kembali.
Tujuan dari pelesteran dan acian pada dinding, selain pelindung bata
ringan terhadap cuaca yaitu untuk memudahkan proses pengecatan.
Maka saat proses pengacian, permukaan dinding harus benar-benar halus
dan rata, karena pekerjaan pengacian akan menentukan ketahanan dan
keawetan dari cat. Selain dari faktor dari acian yang menentukan
ketahanan dan keawetan cat dinding, pemilihan jenis cat perlu di
pertimbangkan untuk cat interior dan exterior.
Pemakaian jenis pelapis dinding selain cat pada gedung ini yaitu
keramik. Pertimbangan pemakaian pelapis dinding menggunakan
keramik yaitu untuk melindungi acian dinding dari air, minyak, asap dll,
lalu disamping itu agar dinding lebih mudah dibersihkan dari noda-noda
tersebut, oleh karena itu pemakaian keramik pada dinding hanya
digunakan pada area kamar mandi, tempat wudhu dan dapur. Spesifikasi
pemakaian keramik pada dinding gedung ini terdapat dua jenis ukuran
dan satu type yaitu, ukuran 300x600mm (unpolished) dan ukuran
200x250 (unpolished).
Selain keramik yaitu cat sebagai finishing dinding yang paling
dominan digunakan pada area seluruh ruangan gedung. Pemakaian cat
sebagai pelapis finishing dinding pada gedung ini terdapat tiga type yaitu,
cat exterior menggunakan type acrylic emulsion weathershield,
pemakaian pada interior terdapat dua type yaitu, untuk ruangan yang
intensitas pemakaiannya tinggi, seperti tempat ibadah, restoran, building
room, taman kanak-kanak menggunakan type acrylic emulsion dan
ruangan seperti, ruang panel, ruang mesin lift, tempat sampah, yang
disekitarnya terdapat banyak resiko gesekan pada dinding menggunakan
type cat acrylic enamel solvent base, maka untuk jelasnya, dapat dilihat
pada Lampiran 2.6, yang menperlihatkan type/jenis cat, kebutuhan
keramik per buah yang digunakan dan kebutuhan pemakaian cat/liter
atau keramik pada setiap ruangan.
Dari perhitungan Lampiran 2.6, dapat diketahui bahwa kebutuhan
pengecatan pada setiap lantai berbeda-beda, meskipun area tiap lantai
hampir semuanya typical. Perhitungan kebutuhan pemakaian cat
menggunakan acuan daya sebar teoritis dari brand cat. Daya sebar teoritis
cat yang digunakan pada gedung ini yaitu 10m2, dengan mengetahui total
kebutuhan untuk pemakaian cat pada setiap area lantai, selanjutntya maka
dapat menentukan kebutuhan per kaleng cat untuk memesannya ke
distributor cat. Kemasan cat yang tersedia di pasaran sangat beragam,
tergantung brand cat yang digunakan. Untuk cat yang digunakan pada
gedung ini yaitu Dulux Pentalite Weathershiled Pro untuk exterior,
dengan kemasan yang tersedia yaitu 20ltr dan 2,5ltr, kemudian Dulux
Pentalite Acrylic High Quality Interior Emulsion, dengan kemasan yang
tersedia yaitu 20ltr dan 2,5ltr, lalu yang terakhir yaitu Propan Decor
Acrylic Enamel Solvent Base, dengan kemasan yang tesedia yaitu 3,3ltr
dan 5,5ltr. Dari perhitungan total pemakaian cat dan keramik tersebut,
maka dapat ditentukan kebutuhan jumlah cat per kalengnya dan keramik
per buahnya untuk pemakaian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.11 untuk kebutuhan pemakaian type jenis cat pada setiap
lantainya.

Tabel 4.11.Total Kebutuhan Pemakaian Cat Acrylic Emulsion Weathershield


Cat Acrylic Emulsion Weathershield / (Dulux Weathershield Pro)
Satuan Pemakaian Cat Total Selisih Total
Total Kebutuhan
LANTAI Pemakaian Pemakaian Keterangan
2,5 liter 20liter 2,5 ltr dan 20 ltr
(ltr) (ltr)
1 8 klg 1 klg 38,01 40,00 1,99 LEBIH
2 5 klg - 12,36 12,50 0,14 LEBIH
3 - - - - - -
4 15 klg 3 klg 96,30 97,50 1,20 LEBIH
5 28 klg 2 klg 109,05 110,00 0,95 LEBIH
6 28 klg 2 klg 109,05 110,00 0,95 LEBIH
7 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
8 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
9 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
10 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
11 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
12 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
13 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
14 23 klg 2 klg 96,21 97,50 1,29 LEBIH
15 23 klg 2 klg 96,21 97,50 1,29 LEBIH
16 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
17 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
18 24 klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
19 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
20 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
21 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
22 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
23 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
24 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
25 24klg 3 klg 118,08 120,00 1,92 LEBIH
26 24klg 2 klg 96,21 100,00 3,79 LEBIH
27 22klg 2 klg 96,21 95,00 -1,21 KURANG
28 23klg 3 klg 118,09 117,50 -0,59 KURANG
29 24klg 3 klg 118,09 120,00 1,91 LEBIH
30 20klg 3 klg 129,15 110,00 -19,15 KURANG
ATAP - 1 klg 36,16 20,00 -16,16 KURANG
Cat Acrylic Emulsion / (Dulux Pentalite Acrylic High Quality Interior Emulsion)
Satuan Pemakaian Cat Total Selisih Total
Total Kebutuhan
LANTAI Pemakaian Pemakaian Keterangan
2,5 liter 20 liter 2,5 ltr dan 20 ltr
(ltr) (ltr)
1 7 klg 3 klg 75,75 77,50 1,75 LEBIH
2 4 klg - 8,23 10,00 1,77 LEBIH
3 3 klg - 7,50 7,50 0,00 CUKUP
4 - 11 klg 217,22 220,00 2,78 LEBIH
5 3 klg 11 klg 225,44 227,50 2,06 LEBIH
6 3 klg 11 klg 225,44 227,50 2,06 LEBIH
7 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
8 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
9 4 klg 12 kllg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
10 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
11 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
12 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
13 4 klg 12 klg 247,35 250,00 2,65 LEBIH
14 4 klg 11 klg 226,48 230,00 3,52 LEBIH
15 3 klg 11 klg 226,48 227,50 1,02 LEBIH
16 3 klg 12 klg 247,35 247,50 0,15 LEBIH
17 3 klg 12 klg 247,35 247,50 0,15 LEBIH
18 3 klg 12 klg 247,35 247,50 0,15 LEBIH
19 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
20 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
21 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
22 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
23 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
24 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
25 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
26 2 klg 11 klg 226,48 225,00 -1,48 KURANG
27 2 klg 11 klg 226,48 225,00 -1,48 KURANG
28 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
29 2 klg 12 klg 247,35 245,00 -2,35 KURANG
30 3 klg 13 klg 270,34 267,50 -2,84 KURANG
ATAP - - - - - -
Cat Acrylic Enamel Solvent Base / (Propan Decor Acrylic Enamel Solvent Base)
Satuan Pemakaian Cat Total Selisih Total
Total Kebutuhan
LANTAI Pemakaian Pemakaian Keterangan
3,3 liter 26 liter 3,3 ltr dan 26 ltr
(ltr) (ltr)
1 6 klg - 16,64 19,80 3,16 LEBIH
2 12 klg - 38,82 39,60 0,78 LEBIH
3 6 klg - 18,72 19,80 1,08 LEBIH
4 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
5 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
6 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
7 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
8 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
9 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
10 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
11 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
12 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
13 5 klg - 13,31 16,50 3,19 LEBIH
14 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
15 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
16 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
17 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
18 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
19 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
20 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
21 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
22 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
23 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
24 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
25 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
26 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
27 5 klg - 14,31 16,50 2,19 LEBIH
28 5 klg - 15,31 16,50 1,19 LEBIH
29 5 klg - 16,31 16,50 0,19 CUKUP
30 2 klg - 14,56 6,60 -7,96 KURANG
ATAP 2 klg - 53,54 6,60 -46,94 KURANG
Dari Tabel 4.11 maka dapat diketahui kebutuhan jumlah cat per
kaleng dari setiap satuannya pada masing-masing lantai. Dari tabel
tersebut terlihat pada lantai-lantai tertentu terdapat kebutuhan dari masing-
masing cat yang kurang, namun sebenarnya kekurangan dari cat tersebut
dapat ditutupi dengan sisa pemakaian dari masing-masing type cat pada
lantai sebelumnya, dengan menghitung estimasi kebutuhan cat per
kalengnya maka dapat menentukan sisa dari pemakaian cat tersebut. Untuk
mengetahui sisa dari pemakaian kebutuhan cat dari masing-masing type
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Sisa Kebutuhan Pemakaian Cat dari Setiap Type

SISA KEBUTUHAN SATUAN SISA PEMAKAIAN


TYPE CAT BRAND GAMBAR
PEMAKAIAN (ltr) PEMAKAIAN CAT (klg)

Acrylic Emulsion
Dulux Weathershield Pro 9,03 2,5 4
Weathershield

Cat Acrylic Dulux Pentalite Acrylic High


7,01 2,5 3
Emulsion Quality Interior Emulsion

Acrylic Enamel Propan Decor Acrylic


14,05 3,3 4
Solvent Base Enamel Solvent Base

Terlihat bahwa estimasi kebutuhan cat dari setiap lantai masih


terdapat sisa yang cukup banyak dari total kebutuhan cat pada setiap
lantainya. Namun dengan mengetahui total dari kebutuhan cat pada setiap
lantainya, maka untuk melakukan pemeliharaan atau perbaikan pada
pelapis dinding akan lebih mudah dalam menentukan jumlah kebutuhan
cat per kalengnya. Nilai dari kebutuhan cat/ltr adalah perhitungan teoritis
dari luasan efektif dinding/m2, maka untuk menentukan jumlah kebutuhan
cat/ltr adalah :
Total luas efektif dinding (m2) / daya sebar teoritis (10 m2/ltr) x 2 lapis
pengecatan
Maka dengan mengetahui jumlah kebutuhan pemakaian cat /liternya
dari setiap ruangan dan nilai kebutuhan pemakaian cat dari setiap ruangan
ditotalkan pada masing-masing lantainya, maka selanjutnya dapat
menentukan jumlah kebutuhan cat/kalengnya per lantai yaitu, jumlah
kebutuhan cat per lantai (ltr) / satuan cat per kaleng (ltr). Untuk
keperluan pemesanan ke distributor, menghitung kebutuhan cat per kaleng
perlu dipisahkan pada setiap masing-masing satuan cat per kalengnya
antara 2,5 ltr, 3,3 ltr 20 ltr dan 26 ltr.
Pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan pada pelapis dinding,
sama halnya dengan pelesteran dan acian, karena ketika perbaikan
dilakukan pada pelapis dinding, seperti penambalan/grouting pada bagian
yang terjadi keretakan, tentu perlu dilakukan kembali pengecatan ulang,
untuk menutup kembali bekas perbaikan tersebut. Oleh karena itu,
spesifikasi cat, type cat, brand cat dan jumlah cat yang digunakan pada
suatu area penting untuk diketahui sebelum melakukan perbaikan, karena
saat akan melakukan pengecatan untuk pemeliharaan ataupun perbaikan,
pemakaian spesifikasi cat harus yang telah digunakan sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan dari Lampiran 2.6, dapat di perkirakan
jumlah total pemakaian keramik pada setiap lantainya dan kebutuhan
untuk pemesanan keramik pada setiap lantainya, seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 4.13 untuk total kebutuhan pemakaian keramik, brand kramik
dan jenis keramik yang digunakan pada setiap area.
Tabel 4.13. Total Kebutuhan Pemakaian Keramik, Brand dan Jenis Keramik Pada Setiap Lantai

Ukuran 300x600mm Ukuran 250x250mm TOTAL Area Pemakaian, Brand dan Jenis Keramik
LANTAI (unpolished) (unpolished) PEMESANAN Area Pemakaian Keramik Brand dan Jenis Keramik
(buah)
Kebutuhan Satuan Kebutuhan Satuan 300x600mm 200x250mm 300x600mm 200x250mm
1 124 buah 7 box - - 140 Tempat Ibadah - Kia Ceramics Jenis Papagayo Cream -
2 - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - -
4 - - 535 buah 1 pallet + 21 box 544 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Beige
5 - - 532 buah 1 pallet + 21 box 544 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Beige
6 - - 532 buah 1 pallet + 21 box 544 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Beige
7 - - 497 buah 3 pallet + 7 box 512 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Grey
8 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
9 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
10 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
11 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
12 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
13 - - 598 buah 1 pallet + 24 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
14 - - 553 buah 1 pallet + 22 box 564 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Rose
15 - - 553 buah 1 pallet + 22 box 564 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Rose
16 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
17 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
18 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
19 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
20 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
Tabel 4.13. Total Kebutuhan Pemakaian Keramik, Brand dan Jenis Keramik Pada Setiap Lantai (Lanjutan)

Ukuran 300x600mm Ukuran 250x250mm TOTAL Area Pemakaian, Brand dan Jenis Keramik
LANTAI (unpolished) (unpolished) PEMESANAN Area Pemakaian Keramik Brand dan Jenis Keramik
(buah)
Kebutuhan Satuan Kebutuhan Satuan 300x600mm 200x250mm 300x600mm 250x250mm
21 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
22 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
23 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
24 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
25 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
26 - - 553 buah 1 pallet + 22 box 564 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Rose
27 - - 553 buah 1 pallet + 22 box 564 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Carmel Rose
28 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
29 - - 598 buah 1 pallet + 22 box 604 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Sahara Beige
30 - - 654 buah 5 pallet + 2 box 660 - Buliding Room, area : Kamar Mandi dan Dapur - Kia Ceramics Jenis Texere Blue
atap - - - - - - - -
Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa keramik yang digunakan yaitu
berjenis unpolished, yang berarti keramik jenis unpolished memiliki
tekstur yang tidak licin dan tidak mengkilap, apabila dirasakan oleh
permukaan tangan akan terasa kasar, oleh karena itu penempatan keramik
unpolished di area-area yang basah, adapun untuk gambar dan motif
keramik dinding dari berbagai ukuran yang digunakan pada gedung
tersebut, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Ukuran, Jenis dan Gambar Motif Keramik (Unpolished)

UKURAN KERAMIK DINDING BRAND DAN JENIS KRAMIK


GAMBAR MOTIF KERAMIK
300 x 600 mm 250 x 250 mm BRAND JENIS

Papagayo
  KIA
Cream

  KIA Carmel Grey

  KIA Sahara Beige


Carmel
  KIA
Beige

  KIA Texere Blue

  KIA Carmel Rose

Dengan mengidentifikasi motif dan jenis dari berbagai type keramik,


sangat dibutuhkan saat akan melakukan pemeriksaan, pemesanan
kembali untuk kebutuhan pergantian dari komponen tersebut.
Bedasarkan perhitungan dari kebutuhan pemakaian keramik pada
Tabel 4.13, dengan menggunakan satuan pallet dan box yang artinya 1
pallet = 124 buah keramik dan 1 box = 20 buah keramik. Dengan
mengetahui jumlah total pemesanan keramik pada setiap lantainya, maka
dapat dihitung sisa dari pemakaian keramik tersebut, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Jumlah Total Sisa Pemakaian Keramik Pada Setiap Area Lantai

TOTAL KEBUTUHAN TOTAL PEMESANAN (buah) TOTAL SISA PEMAKAIAN


LANTAI
Ukuran 300x600 Ukuran 250x250 Ukuran 300x600 Ukuran 250x250 Ukuran 300x600 Ukuran 250x250
1 124 0 140 0 16 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 535 0 544 0 9
5 0 532 0 544 0 12
6 0 532 0 544 0 12
7 0 497 0 512 0 15
8 0 598 0 604 0 6
9 0 598 0 604 0 6
10 0 598 0 604 0 6
11 0 598 0 604 0 6
12 0 598 0 604 0 6
13 0 598 0 604 0 6
14 0 553 0 564 0 11
15 0 553 0 564 0 11
16 0 598 0 604 0 6
17 0 598 0 604 0 6
18 0 598 0 604 0 6
19 0 598 0 604 0 6
20 0 598 0 604 0 6
21 0 598 0 604 0 6
22 0 598 0 604 0 6
23 0 598 0 604 0 6
24 0 598 0 604 0 6
25 0 598 0 604 0 6
26 0 553 0 564 0 11
27 0 553 0 564 0 11
28 0 598 0 604 0 6
29 0 598 0 604 0 6
30 0 654 0 660 0 6
ATAP 0 0 0 0 0 0
JUMLAH TOTAL SISA PEMAKAIAN KERAMIK LT-1 s.d LT-ATAP 16 205

Sebetulnya sisa pemakaian keramik dapat digunakan untuk


perbaikan, maka dianjurkan pada saat pemasangan keramik dinding
pemesanan keramik ke distributor dilebihkan dari kebutuhan, tentu hal
tersebut untuk mengantisipasi kerusakan pada keramik saat pemasangan
dan cadangan untuk suatu saat jika dibutuhkan untuk pergantian keramik
tersebut.
3. Pelapis Lantai
Fungsi utama pelapis lantai yang di samping sebagai tuntutan
estetika dan keindahan gedung yaitu untuk melindungi komponen pelat
lantai beton. Bahan yang digunakan untuk pelapis lantai pada gedung ini
yaitu keramik, granit dan floorhardener. Pemasangan granit pada untuk
pelapis lantai serupa seperti pemasangan keramik, namun pemakaian
floorhadener untuk pelapis lantai berbeda. Sebelum memasang ubin
keramik untuk pelapis lantai, terdapat 3 tahapan pekerjaan seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Tahapan Pekerjaan Pelapis Lantai


Dari Gambar 4.13 tersebut maka dapat diketahui tahapan-tahapan
pekerjaan pelapis lantai, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 2.7 untuk tahapan-tahapan pekerjaan pelapis lantai. Setelah
mengetahui tahapan pekerjaan keramik lantai, maka dapat dihitung
jumlah bahan/material dari setiap tahapan pekerjaan keramik bedasarkan
luas area dari masing-masing ruangan, yang pertama yaitu dari tahapan
pemasangan perekat/floorscreed dan pelesteran/tile adhesive, seperti
yang diperlihatkan pada Lampiran 2.8. Bedasarkan perhitungan
Lampiran 2.8 tersebut dapat diketahui bahwa daya sebar untuk
pemakaian perekat untuk peleseteran pelapis lantai berbeda, untuk
floorscreed LM-601 memiliki daya sebar 10m2 dan untuk tile adhesive
LM 701 memiliki daya sebar 2m2. Spesifikasi dan teknis pemakaian
untuk kedua bahan perekat ubin keramik tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Spesifikasi Bahan Perekat Pelesteran Untuk Ubin Keramik

SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN DAN PEMAKAIAN


TYPE BAHAN
BRAND Rasio Aplikasi Daya KETERANGAN
PEREKAT Rasio Air Packaging
Pencampuran Ketebalan Sebar/zak

1 ltr air + 4 kg 5 – 6 ltr air 10 m2 dengan


Leicht
Leicht Mix - 601 bubuk LM- untuk 1 zak 25 Kg/zak 2 - 3 mm ketebalan 2
Mix
601 LM-601 mm

1 ltr air + 8 kg 4 s.d 7 ltr air 2 m2 dengan


Leicht
Leicht Mix - 701 bubuk LM- untuk 1 zak 40 Kg/zak 10 - 50 mm ketebalan 10
Mix
701 LM-701 mm

Perhitungan kebutuhan pemakaian pelesteran keramik lantai yaitu


luas area ruangan (m2) / daya sebar (m2). Nilai luas area yang digunakan
dengan setiap type bahan sama, karena sesuai dengan tahapan metode
kerja pelesteran lantai, karena setelah pemasangan perekat lantai dengan
tebal 2 mm tersebut, kemudian ditambah kembali dengan pelesteran tile
adhesive. Kebutuhan pemakaian bahan perekat tersebut mengacu dari
daya sebar per zak nya bedasarkan spesifikasi teknis bahan, yang artinya
dengan type bahan Leicht Mix-601 dengan daya sebar 10m2 untuk 1 zak
semen instant, maka total kebutuhan per zak semen instant pada setiap
lantainya yaitu, dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Total Kebutuhan Bahan Perekat Ubin Keramik pada Setiap Lantai

TOTAL KEBUTUHAN (zak) Di Bulatkan Menjadi


LANTAI
LM - 601 LM - 701 LM - 601 LM - 701
1 32.51 162.57 33 zak 163 zak
2 17.30 86.48 17 zak 86 zak
3 1.80 9.00 2 zak 9 zak
4 97.20 520.52 97 zak 521 zak
5-6 231.80 1075.04 232 zak 1075 zak
7 114.17 570.84 114 zak 571 zak
8-13 565.34 2826.70 565 zak 2827 zak
14-15 206,44 1032,18 206 zak 1032 zak
16-25 1017,61 5088,06 1018 zak 5088 zak
26-27 204,94 80,00 205 zak 80 zak
28-30 339,20 1696,02 339 zak 1696 zak
TOTAL PEMAKAIAN LT 1 s.d LT 30 1768 zak 7896 zak

Maka dengan mengetahui kebutuhan per zak semen untuk pelesteran


lantai keramik pada setiap lantainya, selanjutnya menghitung kebutuhan
grout tile atau bahan pengisi nat keramik. Perhitungan kebutuhan untuk
bahan pengisi nat keramik seperti, pada perhitungan kebutuhan
pelesteran keramik yaitu bedasarkan daya sebar, namun perbedaannya
untuk perhitungan daya sebar grout tile ini berdasarkan ukuran masing-
masing dari keramik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Daya Sebar Untuk Pekerjaan Grout Tile

UKURAN KERAMIK DAN GRANIT DAYA SEBAR (m2)


Keramik 200 x 200 mm 1,98 (m2)
Keramik 300 x 300 mm 2,85 (m2)
Keramik 400 x 400 mm 3,85 (m2)
Granit 600 x 600 mm 5,85 (m2)

Spesifikasi bahan grout tile ini seperti yang gunakan pada pelesteran
lantai sebelumnya, yaitu semen instan premium mortar dengan brand
yang digunakan dari Leicht Mix. Teknis pemakaian grout tile ini dengan
rasio pencampuran yang cukup ditambah dengan air, perbandingannya
yaitu 1 ltr air + 3 kg bubuk grout tile dan di kemas dalam 1 kg/pack,
kelebihan dari bahan ini yaitu tersedia berbagai pilihan warna untuk
memperindah nat keramik.
Dengan mengetahui daya sebar dari spesifikasi bahan grout tile,
maka dapat dihitung kebutuhan bahan grout tile dari setiap area ruangan
dan kebutuhan pada setiap lantainya, yang berdasarkan ukuran keramik
dari setiap area lantainya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 2.9.
Maka bedasarkan perhitungan pada Lampiran 2.9 tersebut, dapat
diketahui bahwa pemakaian bahan pengisi untuk nat keramik tersebut,
lebih sedikit dibandingan dengan bahan pelesteran lantai sebelumnya.
Dari perhitungan tersebut maka, dapat menentukan total kebutuhan dari
keseluruhan area lantai gedung, seperti yang dapat dilihat pada Tabel
4.19.
Tabel 4.19. Total Kebutuhan Bahan Pengisi Nat Keramik

LANTAI TOTAL KEBUTUHAN Dibulatkan Menjadi


1 0,80 zak 0 zak
2 0,24 zak 0 zak
3 0,21 zak 0 zak
4 3,45 zak 3 zak
5 s.d 6 7,14 zak 7 zak
7 3,82 zak 4 zak
8 s.d 13 19,15 zak 19 zak
14 s.d 15 6,92 zak 7 zak
15 s.d25 34,47 zak 34 zak
26 s.d 27 6,93 zak 7 zak
28 s.d 30 11,49 zak 11 zak
MAKA TOTAL PEMAKAIAN LT-1 s.d LT 30 95 zak

Bedasarkan perhitungan sebelumnya pada Lampiran 2.9 tersebut


dapat disimpulkan, yaitu bahwa pada lantai 1 s.d lantai 3 kebutuhan
bahan tidak mencapai 2 semen zak, namun saat pemesanan untuk
pelaksanaan sebaiknya dilebihkan, yang artinya total pemakaian menjadi
97 zak, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan
resiko-resiko yang merugikan dalam pelaksanaan, dengan mengetahui
setiap kebutuhan bahan pelesteran atau perekat keramik dan pengisi
untuk nat keramik, maka selanjutnya bahan pelapis lantai yang terluar
yaitu keramik lantai. Pemakaian pelapis lantai pada gedung ini yaitu
keramik dan granite, dengan type, motif dan brand yang dipilih berbeda-
beda, untuk lebih jelasnya type, motif dan brand pelapis lantai yang
digunakan pada setiap area lantainya, dapat dilihat pada Lampiran 2.10.
Dengan mengetahui motif dan jenis pemakaian tipe-tipe keramik di
seluruh area gedung, maka dapat diketahui total pemakaian dari setiap
jenis dan tipe-tipe keramik pada setiap ruangan dan area lantainya, untuk
lebih jelasnya sperti yang diperlihatkan pada Lampiran 2.11.
Dari total jumlah perbuahnya pemakaian keramik pada setiap area
lantai gedung tersebut, maka selanjutnya dapat diketahui jumlah total
dari setiap masing-masing tipe pelapis lantai tersebut, guna untuk
pemesanan atau perbaikan dan pergantian keramik, untuk lebih jelasnya
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Total Pemakaian Pada Setiap Tipe-Tipe Keramik dan Satuan Pemesanan
TOTAL JUMLAH
UKURAN KERAMIK PEMAKAIAN SATUAN
TYPE KERAMIK TYPE GRANITE BRAND PEMESANAN
DAN GRANIT PEMESANAN
(buah) (buah)
Touch Stone
- NIRO GRANITE 600 x 600 mm 270,61 276 3 Box + 4 Pallet
Pebble GTU02
Wellington Grey - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 873,25 876 10 Box + 6 Pallet
Teakwood Gold - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 350,00 354 4 Box + 3 Pallet
Cypress Beige - KIA CERAMICS 300 x 300 mm 177,78 180 2 Box + 2 Pallet
Flinstone Grey - KIA CERAMICS 200 x 200 mm 400,00 420 5 Box
Stanza Crema - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 14703,75 14712 175 Box + 2 Pallet
Royal Calacatta Grey - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 968,50 972 11 Box + 8 Pallet
Valencia Beige - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 8790,00 8820 105 Box
Cedar Walnut - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 5965,50 5970 70 Box + 15 Pallet
Fossena Beige - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 15840,50 15876 189 Box
Papagayo Crema - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 18355,63 18480 220 Box
Terrazo Grey - KIA CERAMICS 400 x 400 mm 11382,81 11340 135 Box
Lopez Bone - KIA CERAMICS 200 x 200 mm 26802,50 26880 320 Box
Ridgeview Crema - KIA CERAMICS 200 x 200 mm 11082,50 11094 132 Box + 1 Pallet

Bedasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah terbanyak untuk


pemesanan yaitu pada keramik dengan type Lopez Bone dengan ukuran
200 x 200 mm. Hasil analisa perhitungan pada Lampiran 2.11, dapat
diketahui bahwa pemakaian keramik type lopez bone berada pada area
ruangan hunian dari lantai 4 s.d lantai 30. Acuan satuan dalam
pemesanan tersebut bedasarkan brand dari KIA Ceramics, dengan satuan
yaitu :
1 pallet = 6 pcs / buah keramik
1 box = 84 pallet / 504 buah keramik
Bedasarkan acuan pemesanan yang dikeluarkan dari brand KIA
Ceramics tersebut, satuan pada keramik lantai dan dinding berbeda-beda,
lalu satuan untuk kebutuhan pelapis lantai jenis granite diasumsikan
sama, dengan menggunakan satuan yang dikeluarkan dari brand KIA
Ceramics, dikarenakan brand dari Niro Granite tidak mengeluarkan
satuan-satuan untuk pemesanan.
Jumlah pemesanan saat pelaksanaan sebaiknya dilebihkan, hal
tersebut guna untuk menangunglangi kerusakan-kerusakan pada pelapis
lantai yang memerlukan pergantian. Sebetulnya untuk pergantian pada
type pelapis lantai tersebut dapat di pesan kembali pada penyedia jasa
keramik yang dipakai, namun dengan seiringnya waktu berjalan jenis dan
motif yang dipakai tersebut belum tentu diproduksi kembali, meskipun
diproduksi kembali belum tentu motif dan jenis tersebut sama dengan
yang dipesan sebelumnya, oleh karena itu cadangan-cadangan dari
keramik yang dipesan saat pekerjaan pelapis lantai tersebut sebaiknya
direncanakan untuk program pemeliharaan dan perbaikan untuk jangka
panjangnya.
Pemakaian floorhardener pada pelapis lantai yaitu menggunakan
bahan bubuk berbentuk bubuk campuran yang ditaburkan keatas beton
segar dan akan mengering bersamaan dengan beton, yang setelah itu akan
membentuk lapisan tipis yang keras, padat dan menyatu dengan beton,
maka akan menjadikan beton kuat terhadap gesekan dan tumbukan dari
lalu lintas kendaraan, oleh karena itu pemakaian floorhardener untuk
pelindung struktur digunakan pada ruang parkir, ruang genset dan ruang
lift. Pemakaian floorhardener pada gedung tersebut memiliki lapisan
pengeras setebal 2-3mm dari dasar beton, dengan brand yang digunakan
yaitu Ultrachem.
Prosedur pemakaian floorhadener untuk pelapis lantai yaitu setelah
beton dituang dan diratakan, namun sebelum menaburkan bubuk
floorhardener, usahakan kondisi beton yang telah dicor tersebut air
semen tidak boleh menggenang, hal tersebut merupakan salah satu
penyebab terjadinya keretakan permukaan beton yang otomatis
menyebabkan lapisan floorhardener ikut mengalami keretakan. Pada saat
pelaksanaan proyek gedung tersebut penaburan serbuk untuk
floorhardener dilakukan dengan cara manual dan diratakan dengan
menggunakan ruskam, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14 Proses Pekerjaan Floorhardener


Pemakaian jenis pelapis lantai floorhardener pada gedung ini hanya
digunakan pada 2 area, yaitu ruang parkir kendaraan dan ruang panel-
tempat sampah, dengan jenis spesifikasi lantai beton yang di finishing
floorhardener, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.15
untuk pola pemakaian floorhadener pada area-area lantai gedung
tersebut.
Gambar 4.15 Pola Area Pemakaian Floorhardener Lantai 3
Bedasarkan gambar tersebut pemakaian jenis pelapis lantai
floorhardener untuk area ruang panel dan tempat sampah seluruhnya
tipikal dari lantai dasar s.d lantai 30, baik luas area ruangan, pola ruangan
dan letak ruangan, namun pada area parkir kendaraan pola pemakaian
floorhadener yang di gunakan pada gedung tersebut berbeda-baeda
antara lantai 1 s.d 3, seperti yang perlihatkan pada Gambar 4.15
sebelumnya untuk pola pemakaian floorhadener lantai 3, kemudian untuk
lantai 2 berbeda dengan lantai 3, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.16.
Gambar 4.16. Pola Area Pemakaian Floorhardener untuk Lantai 2
Terlihat pada Gambar 4.16, bahwa untuk pemakaian floorhardener
pada lantai 2 berbeda dengan lantai lantai 3, hal tersebut dikarenakan
pemakaian floorhardener untuk area parkir terpotong oleh void lobby lift
dan area ruangan taman kanak-kanak, kemudian untuk pola pemakaian
floorhadener lantai 1 pun berbeda dengan lantai 2 dan 3, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Pola Area Pemakaian Floorhardener untuk Lantai 1


Terlihat pada Gambar 4.18, bahwa untuk pemakaian floorhardener
pada lantai 1 berbeda dengan lantai lantai 2, namun terlihat pola
pemakaian hampir sama dengan lantai 2, perbedaannya terletak pada luas
pemakaian floorhardener, hal tersebut dikarenakan pada pemakaian
floorhardener untuk lantai 1 yang pada grid horizontal terpotong oleh
area tempat ibadah, berbeda dengan lantai 2 yang pada grid tersebut
pemakaian floorhardener digunakan secara keseluruhan sampai batas
kolom.
Setelah mengetahui pola pemakaian floorhardener pada setiap area
lantainya, maka dapat diketahui total luas area pemakaian untuk
floorhardener tersebut dan dihitung kebutuhan secara keseluruhan untuk
pemakaian floorhardener tersebut, seperti yang dapat dilihat pada Tabel
4.21.
Tabel 4.21 Total Luas Area Kebutuhan Finisihing Floorhardener

TOTAL BERAT
TOTAL PEMAKAIAN
LANTAI AREA LUAS AREA SPESIFIKASI JENIS PELAPIS LANTAI KEBUTUHAN
(zak)
(kg)
Parkir Mobil - Concrete Slab Trowel Finishing Floor
LT-1 s.d LT.3 721,00 240,33 9,61 dibulatkan 10 zak
Motor Hardener 3 Kg
Ruang Panel & Concrete Slab Trowel Finishing Floor
LT-1 s.d LT.30 1468,27 293,65 11,75 dibulatkan 12 zak
Tempat Sampah Hardener 5 Kg

Perhitungan untuk pemakaian finishing lantai floorhardener,


berbeda dengan kebutuhan spesifikasi-spesifikasi lantai sebelumnya,
yang dikarenakan pemakaian pelapis untuk jenis floorhardener berupa
serbuk atau butiran-butiran yang ditebar secara manual. Namun
bedasarkan spesifikasi yang dikeluarkan dari brand floorhardener
sendiri, yaitu Ultrachem jumlah material yang digunakan disarankan
mengikuti patokan-patokan yang dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Dosis Pemakaian Finisihing Floorhardener Berdasarkan Fungsi Area

DOSIS KLASIFIKASI LOKASI


Tempat Parkir, Lorong,
3 kg/m2 Ringan
Garasi
Gudang, Ruang Mesin, Ruang
5 kg/m2 Sedang Panel, Jalan di area
pergudangan
Tempat turun naik barang,
kg/m2 Berat bengkel dan ruang produksi
mesin

Bedasarkan takaran atau dosis pemakaian untuk finisihing


floorhardener pada gedung tersebut sudah tepat, maka perhitungan untuk
pemakaian bahan finisihing floorhardener tersebut yaitu, dengan
mengacu berat total pemakaian (kg) / m2 yang bedasarkan fungsi area
ruangan, sebagai contoh apabila pemakaian tempat parkir dengan luas
700m2, maka perhitungan untuk kebutuhan pemakaian bahan finishing
floorhardener tersebut yaitu :
Luas area ruangan (m2) / takaran pemakaian (kg/m2)
Maka total kebutuhan untuk pemakaian finsihing floorhardener
tempat parkir tersebut yaitu 700m2 / 3 kg/m2 = 233 kg. Setelah
mengetahui total kebutuhan bahan untuk finishing floorhardener pada
setiap area lantai, maka kebutuhan untuk pemesanan yaitu perlu
mengetahui kemasan yang dijual oleh brand Ultrachem tersebut yaitu
sebanyak 25 kg/zak, maka untuk kebutuhan pemesanan yaitu :
Total kebutuhan finisihing floorhardener (kg) / 25 kg/zak
Perhitungan secara teoritis tersebut, pada umumnya memang selalu
tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan, yang disebabkan
pelaksanaan untuk finisihing floorhardener tersebut, masih sangat
konvensional yang dilakukan secara manual tersebut, karena apabila
penaburan tidak sesuai dengan ketentuan dan syarat yang telah
ditetapkan, seperti teralu tebalnya penaburan untuk finisihing
floorhardener tersebut, maka menyebabkan semen untuk floorhardener
yang telah dipesan tersebut menjadi hambur, atau jika pemakaian atau
penaburan teralu sedikit dan kurang sesuai dengan yang telah
disyaratkan, maka kekuatan dan kekerasan pada pelat beton tidak sesuai
dengan yang direncakan, akibatnya pelat beton menjadi cepat retak atau
beresiko terjadinya retak struktural, maka untuk pemeliharaan dan
perbaikan untuk jenis finishing lantai floorhardener perlu pengawasan
dan perencanaan yang teliti, guna untuk mendapatkan hasil yang optimal.

4. Penutup Langit-Langit
Fungsi plafond selain sebagai memberikan keindahan pada ruangan
gedung, juga berfungsi sebagai tempat untuk menyembunyikan beragam
instalasi listrik, instalasi AC, detektor asap/sprinkler, dll. Sebelum
merencanakan pemeliharaan dan perbaikan pada sub-komponen plafond,
langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu, mengetahui tahapan-
tahapan pekerjaan pemasangan pada plafond, guna untuk
mengidentifkasi pemakaian bahan dan spesifikasi teknis pada plafond
tersebut. Tahap pekerjaan plafond terbagi menjadi 3 jenis pekerjaan yang
diantaranya :
1. Marking Area
2. Pemasangan Rangka
3. Pemasangan Gypsumboard
Bedasarkan tahapan-tahapan tersebut, maka langkah-langkah atau
alur pekerjaan pemasangan plafond dapat dilihat pada flowchart
Gambar 4.18.
MULAI

Marking Elevasi Ketinggian

Pasang Wall Angle

Marking Titik Penggantung

Pasang Angle Clip dan


Hanger

Pasang Rangka C-Channel

Marking Titik Metal Furring

Pasang Metal Furring


dibawah C-Channel

Pasang Gypsumboard

SELESAI

Gambar 4.18. Flowchart Pekerjaan Pemasangan Plafond


Seperti yang terlihat pada flowchart tersebut, maka tahapan
pekerjaan dalam pemasangan plafond dapat diketahui, seperti yang akan
dijelaskan pada Lampiran 2.12. Perlunya mengetahui metode kerja
pemasangan plafond yaitu, untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan
yang terdapat pada plafond tersebut.
Pemeliharaan dan perbaikan pada komponen plafond, tidak terlepas
dari perbaikan dan pergantian bahan gypsum atau kalsiboard tersebut,
karena dengan seiringnya waktu, penutup langit-langi tersebut perlu
dilakukan penambalan atau pergantian, maka kebutuhan bahan atau
pemakaian bahan dan type penutup langit-langit yang digunakan pada
setiap ruangannya tersebut mutlak diketahui pada setiap area lantai,
adapun seperti pada Lampiran 2.13 yang memperlihatkan luas
pemakaian plafond dan total pemakaian plafond pada setiap area ruangan
lantai.
Dari perhitungan Lampiran 2.13 tersebut terlihat bahwa type dan
spesifikasi finishing penutup langit-langit yang digunakan pada gedung
tersebut terdapat 2 jenis yaitu AEP (Acrylic Emulsion Paint) dan
Weathershield. Type pelapis langit-langit gypsum digunakan pada area
yang tingkat kelembabannya rendah, karena plafond gypsum tidak tahan
terhadap air yang menjadikannya cepat lapuk, oleh karena hal tersebut
maka pemakaian gypsum pada gedung tersebut digunakan pada area
ruang keluarga dan kamar tidur, lalu untuk kalsiboard yaitu kebalikan
dari plafond gypsum, pada type pelapis langit-langit tersebut lebih tahan
terhadap suhu yang lembab, yang menjadikannya lebih cocok digunakan
pada area kamar mandi atau balkon pada gedung tersebut.
Setelah mengetahui jumlah total pemakaian dan finisihing yang
digunakannya, maka selanjutnya mengidentifikasi jumlah pemakaian
bahan untuk pekerjaan finisihing plafond, namun sebelum menghitung
jumlah pemakaian bahan finisihing tersebut, perlu diketahui terlebih
dahulu tahapan pekerjaan untuk finishing plafond yang terbagi menjadi
3 tahapan, antara lain:
1. Pengomponan yaitu berfungsi untuk menyamarkan sambungan
dan menutup lubang-lubang bekas sekrup.
2. Penghamplasan
3. Pengecatan.
Dengan mengetahui tahapan pekerjaan finisihing plafond, maka
pada tahapan pertama dapat di hitung pemakaian bahan, total kebutuhan
untuk pemesanan bahan pada dan sisa bahan pemakaian untuk pekerjaan
kompon plafond pada gedung tersebut, seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 4.23.
Perhitungan untuk pemakaian bahan untuk pekerjaan kompon
plafond, seperti perhitungan untuk kebutuhan pemakaian cat pada
dinding, yaitu dengan mengetahui daya sebar teoritis. Nilai dari daya
sebar teoritis berbeda-beda, tergantung dari spesifikasi teknis bahan yang
dicantumkan oleh brand tersebut. Brand yang digunakan untuk pekerjaan
kompon plafond pada gedung tersebut yaitu Polyfilla Pro, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19 Polyfilla Bahan Untuk Kompon Plafond


Teknis pemakaian bahan tersebut hanya perlu dicampur dengan air
bersih dengan rasio 0,5 liter air untuk 1 kg bubuk powder polyfilla.
Maksimum ketebalan untuk penambalan pada plafond disarankan tidak
lebih dari 50mm atau 5 cm, karena apabila ketebalan untuk menambal
tersebut lebih dari 50 mm, hal tersebut akan mengurangi waktu
pengeringan plester kompon plafond, dan kekuatan rekat yang dihasilkan
akan menjadi berkurang, hal tersebut akan memicu terjadinya kerusakan
pada cat plafond yang menjadi mudah mengelupas.
Tabel 4.23 Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Kompon Untuk Plafond

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN JUMLAH TOTAL


TOTAL PEMAKAIAN BAHAN KOMPON TOTAL SATUAN PEMESANAN SELISIH
AREA LANTAI PEMAKAIAN KOMPON PLAFOND PEMESANAN
(kg) PEMAKAIAN (ltr)
(m²) Daya Sebar (kg/m2) 5 (kg) 10 (kg) (kg)
LT. DASAR 245,72 16,85 14,58 1 1 15,00 0,42
LT.2 275,40 16,85 16,34 2 1 20,00 4,07
LT.3 18,00 16,85 1,07 - - 0,00 3,00
LT.4 293,08 16,85 17,39 1 1 15,00 0,61
LT.5 293,08 16,85 17,39 - 2 20,00 3,22
LT.6 293,08 16,85 17,39 1 1 15,00 0,82
LT.7 304,20 16,85 18,05 - 2 20,00 2,77
LT.8 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 4,72
LT.9 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 1,66
LT.10 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 3,61
LT.11 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 0,56
LT.12 304,20 16,85 18,05 - 2 20,00 2,50
LT.13 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 4,45
LT.14 287,09 16,85 17,04 1 1 15,00 2,41
LT.15 287,09 16,85 17,04 1 1 15,00 0,37
LT.16 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 2,32
LT.17 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 4,27
LT.18 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 1,21
LT.19 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 3,16
LT.20 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 0,11
LT.21 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 2,05
LT.22 304,20 16,85 18,05 - 2 20,00 4,00
LT.23 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 0,95
Tabel 4.23 Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Kompon Untuk Plafond (Lanjutan)

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN JUMLAH TOTAL


TOTAL PEMAKAIAN BAHAN KOMPON TOTAL SATUAN PEMESANAN SELISIH
AREA LANTAI PEMAKAIAN KOMPON PLAFOND PEMESANAN
(kg) PEMAKAIAN (ltr)
(m²) Daya Sebar (kg/m2) 5 (kg) 10 (kg) (kg)
LT.24 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 2,89
LT.25 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 4,84
LT.26 272,61 16,85 16,18 3 - 15,00 3,66
LT.27 272,61 16,85 16,18 1 1 15,00 2,48
LT.28 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 4,43
LT.29 304,20 16,85 18,05 1 1 15,00 1,38
LT.30 304,20 16,85 18,05 2 1 20,00 3,32

Maka total kebutuhan pemesanan bahan kompon plafond :

1. 5 kg : 39 buah

2. 10 kg : 32 buah

Maka sisa selisih pemakaian bahan kompon plafond dari seluruh lantai : 3.32 kg
Perhitungan untuk kebutuhan bahan kompon plafond, sebaiknya di
minimal sedikit mungkin, disamping selain untuk menghemat biaya juga
agar tidak banyak bahan yang tersisa dari pemakaian. Bahan untuk
kompon plafond tersebut, tidak dapat disimpan dalam rentang waktu
yang lama, oleh karena itu apabila untuk melakukan perbaikan pada
plafond, disarankan bahan untuk kompon tersebut membeli yang baru.
Setelah semua sambungan tertutup dan mengering, maka selanjutnya
di amplas untuk mendapatkan permukaan plafond yang halus sebelum
dicat. Pengecatan pada plafond terbagi menjadi 2 lapis pengerjaan yaitu,
cat dasar dan cat akhir. Cat dasar diperlukan untuk mendapatkan
permukaan yang halus dan agar warna yang dihasilkan pada cat akhir
menjadi optimal. Pemakaian cat dasar pada gedung tersebut
menggunakan brand dari Levis Paint, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Cat Dasar Plafond


Sesuai dengan spesifikasi teknis yang dicantumkan oleh brand
tersebut, cat dasar ini memiliki daya sebar 10 m2/liter untuk 1 lapis
pengecatan, dan untuk kemasan yang tersedia antara 2,5 liter, 5 liter, 10
liter dan 12 liter, maka dengan mengetahui spesifikasi teknis dari bahan
cat dasar tersebut, selanjutnya dapat di hitung untuk kebutuhan
pemakaian cat dasar pada gedung tersebut, seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Dasar Plafond

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT JUMLAH TOTAL


AREA TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) SELISIH PEMAKAIAN
PEMAKAIAN DASAR PEMESANAN
LANTAI (ltr) (ltr)
m² Daya Sebar (ltr/m2) 2,5 buah 5 buah 10 buah 12 buah (ltr)
LT. DASAR 245,72 10 24,572 1 2 26,50 1,93
LT.2 275,40 10 27,540 1 2 26,50 0,89
LT.3 18,00 10 1,800 1 2,50 1,59
LT.4 293,08 10 29,308 1 2 29,00 1,28
LT.5 293,08 10 29,308 1 2 29,00 0,97
LT.6 293,08 10 29,308 1 2 29,00 0,66
LT.7 304,20 10 30,420 1 1 2 31,50 1,74
LT.8 304,20 10 30,420 1 2 29,00 0,32
LT.9 304,20 10 30,420 1 1 2 31,50 1,40
LT.10 304,20 10 30,420 1 1 2 31,50 2,48
LT.11 304,20 10 30,420 2 2 29,00 1,06
LT.12 304,20 10 30,420 1 1 1 1 29,50 0,14
LT.13 304,20 10 30,420 3 36,00 5,72
LT.14 287,09 10 28,709 1 1 1 24,50 1,52
LT.15 287,09 10 28,709 1 1 1 1 29,50 2,31
LT.16 304,20 10 30,420 1 2 34,00 5,89
LT.17 304,20 10 30,420 1 2 26,50 1,97
LT.18 304,20 10 30,420 1 2 29,00 0,55
LT.19 304,20 10 30,420 3 2 31,50 1,63
LT.20 304,20 10 30,420 1 2 29,00 0,21
LT.21 304,20 10 30,420 1 2 34,00 3,79

Tabel 4.24. Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Dasar Plafond (Lanjutan)
LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT JUMLAH TOTAL
AREA TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) SELISIH PEMAKAIAN
PEMAKAIAN DASAR PEMESANAN
LANTAI (ltr) (ltr)
m² Daya Sebar (ltr/m2) 2,5 buah 5 buah 10 buah 12 buah (ltr)
LT.22 304,20 10 30,420 1 2 29,00 2,37
LT.23 304,20 10 30,420 1 2 29,00 0,95
LT.24 304,20 10 30,420 1 1 1 1 29,50 0,03
LT.25 304,20 10 30,420 1 1 2 31,50 1,11
LT.26 272,61 10 27,261 1 2 26,50 0,35
LT.27 272,61 10 27,261 2 2 29,00 2,08
LT.28 304,20 10 30,420 1 2 29,00 0,66
LT.29 304,20 10 30,420 2 2 44,00 14,24
LT.30 304,20 10 30,420 1 1 17,00 0,82

Maka total kebutuhan pemesanan bahan cat dasar plafond :

1. 2,5 ltr : 20 buah

2. 5 ltr : 17 buah

3. 10 ltr : 8 buah

4. 12 ltr : 54 buah

Maka sisa selisih pemakaian bahan cat dasar plafond dari seluruh lantai : 0,82 liter
Seperti pada perhitungan pemakaian bahan untuk kompon plafond,
pada perhitungan pemakaian bahan untuk cat dasar plafond pun,
disarankan di minimalisir sedikit mungkin, disamping selain untuk
menghemat biaya juga agar tidak banyak bahan yang tersisa dari
pemakaian, seperti halnya bahan untuk kompon plafond, bahan untuk cat
dasar plafond pun tidak dapat disimpan dalam rentang waktu yang lama,
karena jika hal tersebut dibiarkan, kecerahan warna yang dihasilkan oleh
bahan tersebut akan menjadi berkurang, oleh karena itu apabila untuk
melakukan pemeliharaan untuk pengecatan pada plafond, disarankan
bahan untuk membeli bahan cat dasar yang baru. Setelah seluruh plafond
dicat dasar, maka tunggu mengering selama 2 jam sebelum di lapis
kembali oleh cat akhir.
Pemakaian brand untuk cat akhir plafond pada gedung tersebut,
sama dengan pemakaian untuk cat dasar yaitu Levis Paint. Terdapat 2
jenis cat akhir yang digunakan pada plafond tersebut yaitu eksterior dan
interior, spesifikasi teknis dari masing-masing cat tersebut berbeda-beda,
adapun ilustrasi untuk cat akhir plafond yang digunakan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.21 dan Gambar 4.22.

Gambar 4.21. Cat Akhir Plafond Untuk Exterior


Gambar 4.22. Cat Akhir Plafond Untuk Interior
Perbedaan spesifikasi teknis pada cat akhir plafond untuk eksterior
dan interior yaitu dari daya sebar yang dimiliki dari masing-masing type
tersebut, cat akhir untuk interior memiliki daya sebar 10 m2/liter untuk 1
lapis dan exterior 12 m2/liter untuk 1 lapis, persamaan dari 2 type cat
akhir exterior dan interior tersebut yaitu dari kemasan yang disediakan
oleh brand, antara lain 2,5 liter dan 5 liter. Maka dengan mengetahui
spesifikasi teknis dari masing-masing cat akhir untuk plafond tersebut,
selanjutnya dapat dihitung untuk pemakaian pada plafond gedung
tersebut, seperti yang diperlihatkan pada Tabel. 4.25 untuk exterior dan
Tabel 4.26 untuk interior.
Tabel 4.25. Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Akhir Plafond Exterior

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT AKHIR EXTERIOR TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) JUMLAH TOTAL PEMESANAN SELISIH PEMAKAIAN
AREA LANTAI
m² Daya Sebar (ltr/m2) (ltr) 2,5 buah 5 buah (ltr) (ltr)
LT. DASAR 0,00 12 0,00 0,00 0,00
LT.2 0,00 12 0,00 0,00 0,00
LT.3 0,00 12 0,00 0,00 0,00
LT.4 22,50 12 1,88 1 2,50 0,63
LT.5 22,50 12 1,88 1 2,50 1,25
LT.6 22,50 12 1,88 1 2,50 1,88
LT.7 25,00 12 2,08 1 2,50 2,29
LT.8 25,00 12 2,08 1 2,50 2,71
LT.9 25,00 12 2,08 1 2,50 3,13
LT.10 25,00 12 2,08 1 2,50 3,54
LT.11 25,00 12 2,08 0,00 1,46
LT.12 25,00 12 2,08 1 2,50 1,88
LT.13 25,00 12 2,08 1 2,50 2,29
LT.14 22,50 12 1,88 0,00 0,42
LT.15 22,50 12 1,88 1 2,50 1,04
LT.16 25,00 12 2,08 1 2,50 1,46
LT.17 25,00 12 2,08 1 2,50 1,88
LT.18 25,00 12 2,08 1 2,50 2,29
LT.19 25,00 12 2,08 0,00 0,21
LT.20 25,00 12 2,08 1 2,50 0,62
Tabel 4.25. Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Akhir Plafond Exterior (Lanjutan)

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT AKHIR EXTERIOR TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) JUMLAH TOTAL PEMESANAN SELISIH PEMAKAIAN
AREA LANTAI
m² Daya Sebar (ltr/m2) (ltr) 2,5 buah 5 buah (ltr) (ltr)
LT.21 25,00 12 2,08 1 2,50 1,04
LT.22 25,00 12 2,08 1 2,50 1,46
LT.23 25,00 12 2,08 1 2,50 1,88
LT.24 25,00 12 2,08 1 2,50 2,29
LT.25 25,00 12 2,08 0,00 0,21
LT.26 22,50 12 1,88 1 2,50 0,83
LT.27 22,50 12 1,88 1 2,50 1,46
LT.28 25,00 12 2,08 1 2,50 1,88
LT.29 25,00 12 2,08 1 2,50 2,29
LT.30 25,00 12 2,08 0,00 0,21

Tabel 4.26 Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Akhir Plafond Interior

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT AKHIR INTERIOR TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) JUMLAH TOTAL PEMESANAN SELISIH PEMAKAIAN
AREA LANTAI
m² Daya Sebar (ltr/m2) (ltr) 2,5 buah 5 buah (ltr) (ltr)
LT. DASAR 245,72 10 24,57 2 4 25,00 0,43
LT.2 275,40 10 27,54 1 5 27,50 0,39
LT.3 18,00 10 1,80 1 2,50 1,09
LT.4 268,08 10 26,81 3 4 27,50 1,78
LT.5 270,58 10 27,06 3 4 27,50 2,22
LT.6 270,58 10 27,06 1 5 27,50 2,66
LT.7 279,20 10 27,92 1 5 27,50 2,24
LT.8 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,82
LT.9 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,40
Tabel 4.26 Total Pemakaian, Pemesanan dan Selisih Bahan Cat Akhir Plafond Interior (Lanjutan)

LUAS TOTAL AREA PEMAKAIAN BAHAN CAT AKHIR INTERIOR TOTAL KEBUTUHAN TOTAL SATUAN PEMESANAN (ltr/buah) JUMLAH TOTAL PEMESANAN SELISIH PEMAKAIAN
AREA LANTAI
m² Daya Sebar (ltr/m2) (ltr) 2,5 buah 5 buah (ltr) (ltr)
LT.10 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,98
LT.11 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,56
LT.12 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,14
LT.13 279,20 10 27,92 2 5 30,00 2,22
LT.14 264,59 10 26,46 1 5 27,50 3,27
LT.15 264,59 10 26,46 1 5 27,50 4,31
LT.16 279,20 10 27,92 1 5 27,50 3,89
LT.17 279,20 10 27,92 1 5 27,50 3,47
LT.18 279,20 10 27,92 1 5 27,50 3,05
LT.19 279,20 10 27,92 1 5 27,50 2,63
LT.20 279,20 10 27,92 1 5 27,50 2,21
LT.21 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,79
LT.22 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,37
LT.23 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,95
LT.24 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,53
LT.25 279,20 10 27,92 1 5 27,50 0,11
LT.26 250,11 10 25,01 1 5 27,50 2,60
LT.27 250,11 10 25,01 1 5 27,50 5,08
LT.28 279,20 10 27,92 2 4 25,00 2,16
LT.29 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,74
LT.30 279,20 10 27,92 1 5 27,50 1,32
Bedasarkan perhitungan total cat akhir untuk plafond tersebut, total
untuk kebutuhan pemesanan bahan cat akhir yaitu :
Cat akhir plafond untuk exterior :
1. 2,5 ltr : 22 buah
2. 5 ltr : 0 buah
Cat akhir plafond untuk interior :
1. 2,5 ltr : 37 buah
2. 5 ltr : 141 buah
Maka sisa selisih pemakaian bahan cat akhir plafond untuk exterior
sebanyak 0,21 liter dan interior sebanyak 1,82. Seperti pada perhitungan
pemakaian bahan untuk kompon dan cat dasar plafond, pada perhitungan
pemakaian bahan untuk cat akhir plafond pun, disarankan di minimalisir
sedikit mungkin, disamping selain untuk menghemat biaya juga agar
tidak banyak bahan yang tersisa dari pemakaian. Seperti halnya bahan
untuk kompon dan cat dasar plafond, bahan untuk cat akhir plafond pun
tidak dapat disimpan dalam rentang waktu yang lama, karena jika hal
tersebut dibiarkan, kecerahan warna yang dihasilkan oleh bahan tersebut
akan menjadi berkurang, oleh karena itu apabila untuk melakukan
pemeliharaan untuk pengecatan pada plafond, disarankan bahan untuk
membeli bahan cat akhir untuk plafond yang baru.
Dengan mengetahui jumlah pemakaian untuk bahan pelapis langit-
langit dan finishing tersebut, maka diharapkan akan lebih memudahkan
saat melakukan pemeliharaan dan perbaikan terhadap komponen plafond
tersebut, dikarenakan setelah mengetahui total luas pemakaian dan total
pemakaian bahan, tindakan untuk melakukan pemeliharaan ataupun
perbaikan akan menjadi lebih cepat tertangani.

1.1.14.2 Karakterisitik Bahan


Material atau bahan penyusun dari komponen, akan mempengaruhi
umur, kekuatan dan ketahanan dari suatu komponen gedung, oleh karena itu
spesifikasi bahan dari komponen menjadi penting untuk memperbaiki,
mengidentifikasi atau mengevaluasi komponen struktur dan arsitektur, karena
dengan mengidentifikasi pemakaian bahan penyusun dari setiap komponen
gedung yang antara lain struktur dan arsitektur, perlakuan untuk pemeliharaan
.ataupun perbaikan akan berbeda pula. Maka dalam sub-bab ini akan
dijelaskan bahan dari setiap sub-komponen dari struktur dan arsitektur.

a. Struktur
Saat gedung ini masih dalam tahap pelaksanaan, sebagai batching plant
beton, owner mempercayakan pada PT. Adhimix Precast Indonesia. Struktur
yang digunakan yaitu konstruksi beton bertulang, yang memiliki spesifikasi
mutu beton sebesar fc’35 mpa dan fc’30 mpa, dan tulangan sebagai rangka
struktur yaitu berjenis baja tulangan ulir, dengan mutu tulangan fy’400 mpa.
Rangka/tulangan dikencangkan dengan kawat bendrat, agar saat pekerjaan
pengecoran tulangan yang telah disusun tidak lepas

1. Beton
Sebagai bahan inti penyusun dari komponen struktur, memiliki
campuran terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah dan agregat-agregat
lainnya yang dicampur menjadi satu dengan semen dan air, yang akan
membentuk suatu massa yang seperti batuan.
Agregat kasar yang digunakan untuk beton mutu tinggi tersebut,
memiliki besar butir lebih dari 5mm. Butir permukaan pada agregat kasar
keras dan tidak berpori. Kemudian agregat kasar tersebut dicampur
dengan agregat halus. Pada agregat halus memiliki butir kurang dari
1mm. Butir permukaan pada butir agregat halus tajam dan tidak berpori.
Lalu agregat halus dan kasar tersebut dicampur dengan semen/pasta
beton dan air. Semen yang digunakan pada agregat campuran tersebut
yaitu semen portland, dengan klasifikasi jenis semen II yaitu semen yang
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dan memiliki ketahanan
terhadap sulfat yang cukup tinggi.
Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton dengan
kekuatan yang optimum perlu memilih bahan yang sesuai dan dicampur
secara tepat. Semen portland biasa memiliki kuat awal yang cukup lama.
Pada umumnya yang diharapkan dari semen portland biasa yaitu
kekuatan jangka panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.27 sebagai perbandingan kekuatan tekan beton dari berbagai umur.

Tabel 4.27 Perbandingan Kuat Tekan Beton

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365


Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland dengan kekuatan
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
tekan awal yang tinggi
Sumber : Peraturan Beton Indonesia 1971

Dari peraturan beton indonesia 1971 tersebut didapat, bahwa semen


portland biasa memiliki kekuatan jangka panjang yang lebih,
dibandingkan dengan semen portland dengan kuat tekan awal yang
tinggi. Maka semen dengan kuat tekan awal yang tinggi pun belum tentu
memiliki kekuatan jangka panjang yang diinginkan.

2. Tulangan Baja
Sebagai salah satu bahan penunjang struktur beton bertulang pada
gedung ini, tulangan yang dipakai untuk strukur beton bertulang yaitu
berjenis baja keras berulir dengan mutu fy’400. Bahan dasar penyusun
baja yaitu besi-karbon.
Fungsi tulangan baja pada struktur beton, yaitu menahan kekuatan
tarik dari strukutur beton, karena beton memiliki kekuatan tekan yang
besar dan lemah pada kekuatan tarik

b. Arsitektur
Tidak seperti struktur, pemakaian bahan penyusun dari arsitektur sangat
beragam. Hal tersebut dikarenakan komponen arsitektur yang memberikan
keindahan dari segi estetika pada gedung. Mengingat komposisi bahan
penyusun yang berbeda-beda, maka perlakuan dalam pemeliharaan ataupun
perbaikan akan berbeda pula

1. Keramik
Sebagai bahan pelapis beton, keramik memiliki sifat dan
karakteristik yaitu getas dan mudah patah, yang seperti halnya pada
porselen, keramik cina ataupun gelas. Namun disamping itu pula keramik
memiliki kekuatan, kekerasan dan kesetabilan pada temperature yang
tinggi, selain dari kesetabilan pada temperature yang tinggi, keramik
sangat sensitif pada kekuatan tekan dan tarik. Hal tersebut dikarenakan
volum, bentuk pori, ukuran dan butir keramik yang terlampau halus dan
kecil. Selain daripada itu, sifat keramik seperti halnya pada mika dan
gelas yaitu tidak dapat menghantarkan listrik.
Bahan dasar dari keramik yaitu porcelen yang melalui proses
pembakaran tanah lempung pada suhu yang tinggi.. Jenis dari keramik
yang digunakan pada gedung ini yaitu keramik lantai (ceramics tile) dan
homogenous tile (granite tile). Kedua jenis dari keramik tersebut
digunakan pada pelapis lantai dan dinding gedung tersebut.
Keramik lantai memiliki 2 lapisan bahan dasar, yaitu porselen dan
lapisan glasur sebagai warna dan teksturnya, secara kasat mata dapat
dilihat perbedaan dari kedua lapisan tersebut. Pada keramik lantai
memiliki finishing akhir yang berbeda yaitu unpolished dan polished.
Tipe keramik unpolished tersebut digunakan pada pelapis dinding di
gedung dan pada pelapis lantai digunakan unpolished dan polished.
Keramik lantai jenis polished yaitu memiliki permukaan yang
mengkilap, maka apabila permukaan keramik jenis polished ini terkena
cairan akan menjadi sangat licin, kemudian keramik lantai jenis
unpolished yaitu sifatnya berlawanan dengan polished. Keramik
unpolished memiliki tekstur yang dibuat tidak mengkilap dan jika
dirasakan dengan permukaan tangan akan terasa kasar. Kekurangan
keramik jenis unpolished yaitu memiliki permukaan pori yang lebih
besar, akibatnya lebih mudah menyerap air dan kotoran lebih sulit untuk
dibersihkan.
Pelapis lantai yang menggunakan granit (homogenous tile), yaitu
berbahan batu granit yang ditumbuk, dicetak kemudian dibakar dengan
suhu lebih tinggi dari keramik dan kemudian dipoles (polished) untuk
mendapatkan permukaan yang lebih halus, maka dengan proses tersebut
motif granit lebih lambat berubah dan variasi dari granit (homogenous
tile) lebih sedikit, karena disesuaikan dengan batu granit tersebut.
Pemasangan yang tepat pada pelapis lantai jenis ini maka akan
memberikan kesan yang mewah, oleh karena itu pemakaian pelapis lantai
jenis ini ditempatkan pada area lobby lantai dasar, karena dimana pada
area tersebut sebagai pintu masuk penghuni.

2. Semen Instan atau Mortar


Bahan penyusun dari mortar seperti halnya dengan beton, yaitu
semen dan agregat yang dicampur dengan air. Perbedaan komposisi
antara mortar dan beton yaitu terletak pada pemakaian jenis agregatnya.
Pada mortar agregat yang digunakan yaitu agregat halus, dengan
pengayakan yang lolos saringan 5mm sebanyak 85% atau lebih. Namun
pemakaian mortar pada gedung apartemen ini yaitu menggunakan, jenis
semen instant atau premium mortar, dengan brand yang digunakan yaitu
dari LeichtMix. Kelebihan dari semen instan ini yaitu lebih praktis dalam
pemakaiannya, hanya cukup ditambahkan air dengan perbandingan
tertentu untuk setiap peruntukannya. Pemakaian semen instant pada
gedung ini terdapat 3 type, yang peruntukannya berbeda-beda seperti
yang diperlihatkan pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Aplikasi Pemakaian dan Spesifikasi Teknis Semen Instant Premium Mortar

FUNGSI TYPE
SPESIFIKASI PREMIUM MORTAR GAMBAR
PEMAKAIAN SEMEN
a. Rasio pencampuran : 1 liter air + 4-4,5 kg bubuk semen instant atau
Leicht 8.8 – 10.4 liter air untuk 1 zak semen instant.
Pasangan
Mix LM- b. Kemasan : 40 kg/zak
dinding
301 c. Daya Sebar / zak : 10-12 m2 dengan tebal 3 mm
d. Tebal Pelesteran : direkomendasikan antara 2-3mm

a. Rasio pencampuran : 1 liter air + 6-7 kg bubuk semen instant atau


Leicht 5.6 – 7.3 liter air untuk 1 zak semen instant
Pelesteran
Mix LM- b. Kemasan : 40 kg/zak
dinding
101 c. Daya Sebar / zak : 2.5 m2 dengan tebal 10 mm
d. Tebal Pelesteran : direkomendasikan antara 10-15 mm

a. Rasio pencampuran : 1 liter air + 2.5–3 kg bubuk semen instant atau


Leicht
Acian 14.4 – 16 liter air untuk 1 zak semen instant.
Mix LM-
dinding b. Kemasan : 40 kg/zak
201
c. Daya Sebar / zak : 16.5m2 dengan tebal 2 mm

Melihat dari Tabel 4.28, pemakaian semen instant lebih cenderung


hanya ditujukan pada finishing dinding, oleh karena itu pemakaian bata
untuk pasangan dinding pun harus sesuai dengan yang direkomendasikan
yaitu menggunakan bata ringan, yang dikarenakan daya rekat semen
instant ini lebih tinggi. Komposisi dari semen instan ini seperti mortar
pada umumnya, namun bahan dasar semen tersebut dicampur dengan
pasir silika, zat aditif dan filler, yang menjadikannya semen tersebut
memiliki daya rekat yang lebih dari mortar pada umumnya.

3. Cat
Fungsi pemakaian cat sebagai bahan finishing akhir untuk dinding
dan plafond, untuk memberikan keindahan yang dihasilkan berupa
warna. Bahan penyusun dari cat terdapat 4 komponen, yaitu binder,
pigmen, solvent dan additive. Binder yaitu bahan dasar dari cat yang
merupakan komponen yang membentuk daya rekat, lalu solvent yaitu
cairan yang digunakan untuk membantu penguapan yang tidak menjadi
bagian pada lapisan cat kering, kemudian pigmen merupakan bahan baku
dalam cat yang memberikan warna pada cat, dan additive yaitu
komponen untuk memberikan sifat khusus yang dimiliki oleh binder,
pigment dan solvent, seperti untuk menghambat pertumbuhan bio-
organisme di dalam produk jadi cat.
Terdapat 3 type pemakaian cat pada gedung tersebut, antara lain cat
acrylic emulsion dan solvent based. Sifat dari cat acrylic emulsion yaitu
cat yang berbahan dasar air, yang menghasilkan warna tidak mengkilap,
sedangkan cat solvent based yaitu cat yang berbahan dasar minyak
memiliki sifat atau karakteristik yang lebih licin dan berwarna gloss atau
mengkilap, maka sesuai dengan analisis sebelumnya pemakaian cat type
solvent based tersebut digunakan pada area-area yang mudah kotor dan
terdapat banyak resiko gesekan, seperti ruang panel dan tempat sampah.
Kemudian sebelum cat yang diaplikasikan sebelum pengecatan akhir
atau cat emulsi, yaitu cat dasar atau alkali resisting primer memiliki
manfaat untuk menahan air yang masih terkandung pada dinding yang
akan dicat. Karakteristik cat dasar tersebut yaitu saat pengeringan air
akan terdorong keluar, maka apabila air yang terdorong keluar tersebut
mengandung alkali, maka akan menyebabkan dinding menjadi bernoda,
bergelombang atau terkelupas, meskipun dinding tersebut telah dilapis
kembali oleh cat akhir atau emulsi.
Pemakaian cat akhir atau emulsi yang digunakan pada gedung
tersebut, terdapat 2 lokasi pemakaiannya antara lain interior dan exterior.
Cat exterior atau weathershield lebih tahan terhadap perubahan cuaca,
jika dibandingkan dengan cat interior, hal tersebut dikarenakan
komposisi cat weathershield memiliki bahan dengan daya ikat baik,
seperti acrylic yang ditingkatkan sampai dengan 100% atau komponen
solvent pada cat di tingkatkan sampai minimum 30%, karena cat
weathershield lebih terekpose terhadap cuaca yang menjadikannya lebih
beresiko menghasilkan pertumbuhan bio-organisme pada dinding
ataupun cat.
4. Gypsumboard dan Kalsiboard
Bedasarkan analisis sebelumnya, pemakaian penutup langi-langit
pada gedung tersebut terdapat 2 type yaitu gypsumboard dan kalsiboard.
Komposisi bahan penyusun dari ke 2 type penutup langit-langit tersebut
berbeda, plafond gypsum berbahan batu putih atau biasa disebut dengan
asbes yang terbentuk karena pengendapat air laut, yang diolah kembali
dengan dipanaskan sampai dengan 175°C sehingga terbentuk material
bernama stucco yang kemudian dicampur oleh air mengandung zat
additif, dan diolah menjadi berbentuk papan dengan dilapisi oleh kertas
khusus dipermukaannya.
Kalsiboard memiliki komposisi dari bahan organik, semen, bahan
penguat dan alami, yang artinya bahan penyusun kalsiboard sudah bebas
asbes, dengan komposisi bahan tersebut kalsiboard antirayap dan tahan
terhadap air. Namun dari ke 2 type penutup langit-langit tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 4.29.
Tabel 4.29 Perbandingan Antara Gypsum dan Kalsiboard

TYPE PENUTUP
KELEBIHAN KEKURANGAN
LANGIT-LANGIT

1. Aman bagi kesehatan, karena bahan yang digunakan tidak


mengandung asbes. 1. Plafond menjadi sulit dibuka, tidak bisa rapi, jika
2. Dimensi stabil, karena saat proses pembuatannya dibuka dipastikan terdapat retak rambut atau
menggunakan pengeringan dengan temperature dan tekanan beresiko menjadi patah.
yang lebih tinggi dibandingkan dengan gypsum, maka muai 2. Mudah retak rambut, yang disebabkan kembang
KALSIBOARD
susut menjadikannya sangat kecil dan mencegah terjadinya susut yang tinggi. Apabila musim hujan kalsiboard
keretakan karena perubahan suhu atau iklim menjadi mengembang dan saat musim kemarau
3. Sisi sambungan yang sempurna rata menjadi menyusut, penyusutan tersebut yang
4. Permukaan lebih flexible, kalsiboard dapat dilengkungkan menjadikannya kalsiboard tersebut terdapat
sampai sudut tertentu, sehingga dapat digunakan untuk desain retak rambut.
lengkung arsitektur yang spektakuler.
1. Harga gypsum lebih murah dan tidak memerlukan pekerjaan
yang rumit
GYPSUMBOARD 2. Memiliki bentuk yang padat dan kering, sehingga sangat
1. Tidak tahan terhadap air dan kelembaban yang
mudah untuk proses pemasangan.
tinggi.
3. Pemeliharaan dan perbaikan lebih mudah
4. Kuat, tahan lama dan tidak terlihat sambungannya
5. Lebih tahan terhadap api

Berdasarkan perbandingan tersebut type kalsiboard yang digunakan


pada ruangan gedung tersebut yaitu pada ruangan memiliki tingkat
kelembaban, perubahan suhu yang drastis dan resiko terpapar percikan
air yang tinggi, seperti WC, dapur, teras atau balkon, sedangkan
pemakaian gypsumboard pada gedung tersebut digunakan pada ruangan
kamar dan ruang keluarga, karena area tersebut lebih kering, perubahan
suhu yang dihasilkan tidak cepat berubah drastis, karena berada ditengah-
tengah ruangan dan tidak beresiko menimbulkan percikan air yang tinggi.

1.15. Perencanaan Pemeliharaan dan Perbaikan


Setelah merencanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang dari setiap
personel pengelolaan gedung, yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi
komponen struktur dan arsitektur, yang bedasarkan dimensi, volume,
spesifkasi teknis bahan dan metode pekerjaan yang digunakan saat konstruksi
tersebut dan karakteristik bahan penyusun dari setiap komponen struktur dan
arsitektur gedung, maka hal tersebut akan menjadi acuan untuk merencanakan
metoda kerja, program pemeliharaan ataupun perbaikan dan menganalisis
penyebab kerusakan dari setiap komponen struktur dan arsitektur, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada flowchart Gambar 4.23.
MULAI

Menentukan program pemeliharaan


dan perbaikan

Pemeriksaan Pemeliharaan

5 tahun sekali 1 Tahun sekali Harian Bulanan Tahunan

Pemeriksaan berkala Pemeriksaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan berkala

Prosedur teknis pemeriksaan komponen

Terdapat
Prosedur teknis manajemen pemeliharaan
kerusakan

Prosedur teknis perbaikan

SELESAI

Gambar 4.23. Flowchart Perencanaan Pemeliharaan dan Perbaikan


Berdasarkan flowchart tersebut, maka pertama kali dalam merencanakan
pemeliharaan dan perbaikan untuk gedung, yaitu menentukan program
pemeliharaan dan perbaikan, namun sebelum menentukan program
pemeliharaan dan perbaikan tersebut, harus menentukan terlebih dahulu
struktur organisasi pengelolaan dan mengidentifkasi komponen struktur dan
arsitektur, yang bertujuan untuk mengetahui spesifikasi teknis bahan yang
digunakan, total dimensi komponen yang terpasang, letak dari komponen
yang terpasang tersebut dan metode pekerjaan yang dilakukan dalam
memasang komponen struktur dan arsitektur, hal tersebut bertujuan sebagai
landasan fundamental dalam menentukan program dan metode untuk
pemeliharaan dan perbaikan.
Dalam menentukan program perbaikan, langkah awal dalam
merencanakan program tersebut yaitu dengan menentukan metode
pemeriksaan, karena bedasarkan flowchart tersebut dalam menentukan
metode pemeriksaan akan menjadi landasan dasar dalam menentukan
program pemeliharaan dan prosedur teknis pemeliharaan yang akan
dilakukan.

1.1.15.1 Prosedur Teknis Pemeriksaan Komponen


Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap komponen struktur dan
arsitektur, terdapat tahapan persiapan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
komponen struktur dan arsitektur. Secara umum tahapan awal untuk
pemeriksaan komponen struktur dan arsitektur dapat dilihat pada flowchart
Gambar 4.24.
Gambar 4.24. Flowchart Pemeriksaan Tahap Awal Komponen Struktur dan Arsitektur
Langkah awal tahapan persiapan tersebut yaitu menentukan durasi
pemeriksaan selama operasional gedung tersebut. Patokan waktu yang
digunakan untuk menentukan durasi operasional gedung tersebut yaitu
setelah gedung tersebut mendapat sertifikat laik fungsi yang di terbitkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum. Berdasarkan peraturan menteri pekerjaan
umum Nomor:25/PRT/M/2007, bahwa gedung sebelum
dimanfaatkan/beroperasional harus diterbitkan sertifikat laik fungsi. Oleh
karena itu keberadaan sertifikat laik fungsi sebagai pendukung legal aspek
gedung yang akan beroperasional.
Berdasarkan referensi dari Departemen Pekerjaan Umun, masa berlaku
dari sertifikat laik fungsi yang digunakan pada gedung ini adalah selama 5
tahun. Dari masa berlaku SLF tersebut telah habis dapat diterbitkan kembali,
namun saat akan menerbitkan SLF yang baru perlu dilakukan pemeriksaan
ulang terhadap kondisi komponen gedung tersebut. Pemeriksaan ulang untuk
menerbitkan SLF umumnya dilakukan oleh badan hukum pemerintah, namun
sebaiknya lebih dianjurkan dilakukan oleh pihak gedung sendiri yang
didampingi oleh pihak pemerintah, karena pihak pemerintah yang berwenang
dalam menentukan sertifikasi laik fungsional gedung tersebut. Maka waktu
saat akan melakukan pemeriksaan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.30.

KEGIATAN TAHUN KE - 1
Tabel 4.30.
Masa Operasional (bln)
Rentang
1 2
Waktu
3
Penetapan
4 5 6
Pemeriksaan
7 8 9
Berkala
10 11 12
Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Rutin
KEGIATAN TAHUN KE – 2
Masa Operasional (bln) 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Rutin
KEGIATAN TAHUN KE – 3
Masa Operasional (bln) 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Rutin
KEGIATAN TAHUN KE – 4
Masa Operasional (bln) 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan Rutin
KEGIATAN TAHUN KE – 5
Masa Operasional (bln) 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pemeriksaan Berkala

Berdasarkan tabel tersebut, tanggal dan bulan dari setiap program


pemeriksaan dapat ditetapkan dan dipertimbangkan oleh setiap jajaran staff
yang berwenang dan bertanggung jawab atas program pemeriksaan dan
pemeliharaan untuk pengelolaan gedung, karena dengan adanya ketetapan
tanggal dan bulan dari setiap pemeriksaan, agar lebih memiliki rentang waktu
yang cukup untuk mematangkan persiapan pelaksaannya.
Meskipun kemampuan layan struktur telah direncakan selama 80 tahun,
namun perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala, oleh karena itu
bedasarkan rekomendasi dari Departemen Pekerjaan Umum tahun 2007
tersebut pemeriksaan berkala untuk struktur dapat dilakukan 5 tahun sekali,
yang bersamaan dengan diterbitkannya atau perpanjangan kembali SLF yang
baru.
Kemampuan layan arsitektur tentu jauh lebih singkat dibandingkan
dengan struktur dan kemampuan layan dari sub-komponen arsitektur tidak
seperti sub-komponen struktur, karena spesifikasi bahan dari masing-masing
sub-komponen arsitektur yang berbeda-beda, maka dalam rentang waktu 5
tahun untuk pemeriksaan berkala dapat dilakukan pemeriksaan rutin setiap
setahun sekali untuk, namun lebih diutamakan atau mengarah pemeriksaan
pada komponen arsitektur. Teknis dari pemeriksaan rutin tersebut dapat
dilakukan pada setiap pertengahan tahun, namun setelah memasuki tahun ke-
5 tidak perlu dilakukan pemeriksaan rutin, karena akan melakukan
pemeriksaan berkala. Perbedaan antara pemeriksaan rutin dan berkala yaitu
terletak pada fungsi kepentingan pemeriksaan, karena pemeriksaan berkala
ditujukan untuk penerbitan SLF yang baru, namun teknis dalam pemeriksaan
tetap tidak berbeda dengan pemeriksaan rutin.
Selanjutnya setelah cek durasi operasional gedung, kemudian cek
kelengakapan data teknis dan alat penunjang pemeriksaan. Keberadaan data
teknis dan alat penunjang pemeriksaan tersebut mutlak dilengkapi dan
keberadaannya harus selalu ada, karena data-data teknis tersebut akan
menjadi dasar acuan gedung untuk melakukan pemeliharaan rutin ataupun
jika akan melakukan perbaikan, selain untuk mendapatkan hasil yang optimal
dalam pemeriksaan. Formulir checklist kelengkapan alat penunjang dan
kelengkapan gambar as build drawing dapat dilihat pada Lampiran 3.1,
kemudian untuk data spesifikasi teknis komponen gedung tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.31.
Tabel 4.31 Spesifikasi Teknis Gedung Apartemen Newton The Hybrid Park

NO PEKERJAAN SPESIFIKASI KETERANGAN


1 Komponen Struktur
* Mutu Beton : fc' = 35 mpa
* Type : Struktur Kolom Beton Konvensional Batching : Adhimix Precast
1.1.1 Kolom
* Besi Beton : diameter 100mm s.d 36mm BJTD Plant Indonesia
* Mutu Besi : fy' = 40 mpa
* Mutu Beton : fc' = 30 mpa
Batching : Adhimix Precast
1.1.2 Balok dan Pelat LantaI * Type : Struktur Balok dan Pelat Lantai Beton Konvensional
Plant Indonesia
* Besi Beton : diameter 100mm s.d 36mm BJTD
2 Komponen Arsitektur
2.1 Pekerjaan Dinding
* Type : Bata Ringan Brand : Leicht Brick
* Ukuran : 600 x 200 x 100 mm
2.1.1 Pasangan Dinding
* Bahan Perekat : Semen Instant Brand : Leicht Mix LM-301
* Area : Seluruh Area
: Plesteran Tebal 10 mm Brand : Lecht Mix LM-101
* Type
Plester + Acian : Acian Tebal 3 mm Brand : Lecht Mix LM-201
2.1.2
* Bahan Perekat : Instant Mortar
* Area : Permukaan dinding pasangan bata ringan
: 300 x 600 mm Brand : KIA Ceramics
* Ukuran
: 250 x 250 mm Brand : KIA Ceramics
2.1.3 Keramik Dinding
* Jenis : Unpolished
* Bahan Perekat : Semen Instant
* Bahan : Acrylic Emulsion Brand : Dulux Pentalite
* Area : Dinding Dalam Basement
Cat Dinding * Bahan : Acrylic Emulsion Solvent Base Brand : Propan Decor
2.1.4
* Area : Dinding Dalam Ruang Panel dan Ruang Mesin Lift
* Bahan : Cat Weathershield Brand : Dulux Weathershield
* Area : Dinding Luar
2.2 Pekerjaan Lantai
* Bahan : Coating - Non Metalic Brand : Ultra Chem
* Jenis : 3kg / m2
* Area : Lantai Parkir, Pentup Atap
2.2.1 Lantai Floor Hardener
* Bahan : Coating - Non Metalic Brand : Ultra Chem
* Jenis : 5kg / m2
* Area : Ramp Parkir, Ruang Mesin Lift, Ruang Genset
* Jenis : Polished Brand : Niro Granite
* Ukuran : 600 x 600 mm
2.2.2 Homogeneous Tile
* Bahan Pengisi : Grout Semen Berwarna
* Bahan Perekat : Instant Mortar Brand : Lecht Mix LM-101
* Ukuran : 200 x 200 mm (Polished) Brand : KIA Ceramics
* Ukuran : 200 x 200 mm (Unpolished) Brand : KIA Ceramics
.2.2.3 Keramik
* Ukuran : 300 x 300 mm (Unpolished) Brand : KIA Ceramics
* Ukuran : 300 x 300 mm (Polished) Brand : KIA Ceramics
Tabel 4.31. Spesifikasi Teknis Gedung Apartemen Newton The Hybrid Park (Lanjutan)

* Ukuran : 400 x 400 (Polished) Brand : KIA Ceramics


* Bahan Pengisi : Grout Semen Berwarna Brand : Lecht Mix LM-801
Keramik * Bahan Perekat : Instant Mortar Brand : Lecht Mix LM-601
* Bahan Perata : Instant Mortar Brand : Lecht Mix LM-701
2.3 Pekerjaan Penutup Langit-langit
* Bahan : Gypsumboard Brand : Elephant
* Bahan : Kalsiboard Brand : Elephant
Penutup Langit-langit
* Rangka : Metal Hollow Brand : Casoline Gypsum
* Area : Ruangan
2.3.1
* Bahan Kompon : Plafond Brand : Polyfilla
* Bahan Cat Dasar : Plafond Brand : Levis
Bahan Plafond * Bahan Finsihing : Plafond Gypsum dan Kalsi Acrylic Emulsion Brand : Levis
* Bahan Finsihing : Plafond Gypsum dan Kalsi Weathershield Brand : Levis
* Area : Plafond

Setelah melakukan pemeriksaan kelengkapan alat dan data teknis terkait


as bulid drawing, spesifikasi teknis komponen dan laporan pemeliharaan
rutin terpenuhi, selanjutnya yaitu cek rekam jejak terhadap laporan perbaikan
dan pergantian komponen. Contoh formulir pencatatan untuk laporan
perbaikan dan pergantian komponen dapat dilihat pada Lampiran 3.2. Pada
contoh formulir untuk pergantian komponen tersebut lebih ditunjukan pada
komponen arsitektur, karena pada komponen struktur hanya dapat dilakukan
perbaikan, maka alur dalam pemeriksaan laporan perbaikan dan pergantian
komponen dapat dilihat pada flowchart Gambar 4.25.
Mulai

Cek Keberadaan Laporan Perbaikan Cek spesifikasi dan lokasi komponen yang diganti
atau Pergantian Komponen tersebut dari rekam jejak laporan

Cek kondisi spesifikasi teknis aktual dari


B TIDAK Ada YA komponen yang diganti tersebut

YA Sesuaikan kondisi aktual komponen tersebut


dengan data teknis komponen sebelumnya dan
formulir cheklist pemeriksaan
Cek rekam jejak pergantian komponen dari
Ada
laporan tersebut

TIDAK Sesuai TIDAK

C YA

Evaluasi pemeriksaan keseuaian spesifikasi


komponen struktur dan arsitektur dengan
menggunakan formulir cheklist pemeriksaan
(Lampiran 3.3, 3.4, 3.5)

TIDAK Sesuai

YA

Pemeriksaan Terhadap Pola Kerusakan dan


Kondisi Komponen Struktur dan Arsitektur
Secara Menyeluruh

Analisis Pengukuran Keandalan Komponen


Struktur dan Arsitektur

Selesai

Gambar 4.25. Flowchart Pemeriksaan Rekam Jejak Dari Laporan Pergantian Komponen

Dari flowchart tersebut dapat diketahui alur pemeriksaan rekam jejak


dari laporan perbaikan dan pergantian komponen. Rekam jejak dari laporan
perbaikan dan pergantian komponen tidak mutlak harus ada, namun jika suatu
komponen telah mengalami perbaikan atau pergantian, maka prioritas
pemeriksaan terlebih dahulu harus dilakukan terhadap komponen tersebut.
Dari flowchart tersebut menerangkan kondisi apabila terdapat rekam
jejak pergantian komponen, maka langkah pertama yang dilakukan yaitu cek
spesifikasi material yang diganti tersebut dan lokasi atau area terhadap
komponen yang diganti, kemudian cek kondisi aktual dilapangan spesifikasi
teknis komponen tersebut, apakah sesuai dengan yang tercantum di laporan.
Lalu sesuaikan kondisi aktual komponen yang telah diganti tersebut dengan
data teknis sebelumnya, seperti data spesifikasi teknis, as build drawing dan
formulir checklist pemeriksaan. Jika telah sesuai seluruhnya, maka
pemeriksaan yang dilakukan sebelumnya dapat dilakukan secara visual dan
menyeluruh pada setiap komponen dengan memperhatikan kesesuaian
spesifikasi teknis, apabila telah sesuai maka pemeriksaan dapat berlanjut
dengan pemeriksaan terhadap pola kerusakan dari setiap komponen struktur
dan arsitektur dengan menggunakan formulir checklist tersebut, kemudian
selanjutnya dapat menganalisis nilai dari keandalan dari keseluruhan
komponen.
Dari alur flowchart tersebut menerangkan kondisi apabila saat
pemeriksaan rekam jejak laporan terdapat pergantian komponen, selanjutnya
akan dijelaskan apabila dari pemeriksaan rekam jejak laporan hanya terdapat
perbaikan. Apabila melihat alur dari flowchart Gambar 4.25 kondisi tersebut
dapat lihat dengan symbol C, detail dari symbol tersebut dapat dilihat pada
flowchart Gambar 4.26.
Gambar 4.26. Flowchart Pemeriksaan Rekam Jejak Dari Laporan Perbaikan Komponen
Dari flowchart pemeriksaan rekam jejak laporan perbaikan komponen
terlihat bahwa prioritas antara cek kondisi aktual dan spesifikasi komponen
yang telah diperbaiki dengan evaluasi menyeluruh terhadap komponen sama,
namun lebih disarankan pemeriksaan agar lebih dititik beratkan pada kondisi
komponen yang telah diperbaiki, sesuai yang tertera dengan rekam jejak di
laporan perbaikan. Teknik dari pemeriksan selanjutnya tidak ada yang
berbeda dengan pemeriksaan rekam jejak dari laporan pergantian komponen,
yaitu pemeriksaan secara visual terhadap pola kerusakan yang menggunakan
formulir checklist pemeriksaan, yang kemudian hasil dari pemeriksaan
dianalisis dengan metode penilaian keandalan komponen secara keseluruhan.
Dari alur flowchart tersebut menerangkan kondisi apabila saat
pemeriksaan rekam jejak laporan terdapat perbaikan komponen, selanjutnya
akan dijelaskan apabila dari pemeriksaan rekam jejak laporan tidak terdapat
perbaikan ataupun pergantian. Apabila melihat alur dari flowchart
sebelumnya yaitu pada Gambar 4.25 kondisi tersebut dapat lihat dengan
symbol B, detail dari symbol tersebut dapat dilihat pada flowchart Gambar
4.27.

Gambar 4.27. Flowchart Kondisi Tidak Terdapat Rekam Jejak Dari Laporan
Perbaikan dan Pergantian Komponen
Dari flowchart kondisi apabila tidak terdapat rekam jejak perbaikan dan
pergantian komponen dari laporan tersebut, maka langkah selanjutnya dapat
langsung melakukan evaluasi menyeluruh terhadap komponen struktur dan
arsitektur, dengan menggunakan formulir checklist pemeriksaan seperti yang
diperlihatkan pada Lampiran 3.3 dan 3.4. Prosedur dalam melakukan
pemeriksaan terhadap masing-masing komponen akan dijelaskan pada sub-
bab berikut.

a. Pola Pemeriksaan
Secara umum pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada setiap
lantai terhadap seluruh kondisi komponen struktur dan arsitektur yang
terdapat kerusakan pada setiap area, yang dilakukan dengan pengamatan di
lapangan, maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada flowchart Gambar
4.28.
MULAI

Evaluasi pemeriksaan dilakukan secara visual


pada setiap individual komponen

Pemeriksaan Terhadap Pola Kerusakan dan Kondisi Pemeriksaan Komponen Struktur dan Arsitektur
Komponen Struktur dan Arsitektur (Tabel 4.8s dan dengan menggunakan Formulir Checklist
Tabel 4.38) Pemeriksaan (Lampiran 3.3 dan 3.4)

Catat kerusakan komponen sesuai bedasarkan kode


pada Tabel 4.39 pada formulir checklist pemeriksaan

Dokumentasikan kondisi aktual komponen hasil dari


pemeriksaan tersebut

Cek seluruh kode kategori kerusakan dari formulir


checklist hasil pemeriksaan

Kondisi komponen terdapat kerusakan yang Seluruh kerusakan Kondisi komponen tidak dapat kerusakan yang
TIDAK YA
mengganggu dan mengurangi fungsi berkategori A mengganggu dan mengurangi fungsi keandalan

Hasil dari pemeriksaan kerusakan susun ke dalam Laporkan dari kondisi dan nilai keandalan hasil
Laporan evaluasi hasil pemeriksaan pemeriksaan yang dibuat ke dalam laporan

Analisis nilai keandalan dari keseluruhan


komponen struktur dan arsitekur

Berikan nilai aktual keandalan komponen struktur


dan arsitektur ke dalam laporan tersebut

SELESAI

Gambar 4.28. Flowchart Prosedur Teknis Pemeriksaan Komponen


Dari flowchart tersebut langkah awal yang dilakukan untuk melakukan
evaluasi pemeriksaan komponen struktur dan arsitektur yaitu pemeriksaan
terhadap pola kerusakan yang kemudian dicatat pada formulir checklist
pemeriksaan yang dapat dilihat pada Lampiran 3.3 untuk formulir komponen
struktur dan Lampiran 3.4 untuk formulir komponen arsitektur. Pencatatan
kerusakan kondisi komponen disesuaikan dengan kode-kode kategori yang
dapat dilihat pada Tabel 4.33. Setelah dicatat kategori kerusakan tersebut,
kemudian di dokumentasikan kondisi kerusakan dengan menggunakan
kamera dan dicatat urutan kode foto tersebut sesuai dengan yang tertera pada
kamera. Setelah semua kondisi komponen terevaluasi, tercatat dan
terdokumentasikan, maka selanjutnya cek seluruhnya pada formulir checklist
pemeriksaan terlampir apakah semua yang tercatat pada formulir seluruhnya
pada kategori “A”. Apabila seluruh kondisi kerusakan dengan kategori “A”
tersebut, maka komponen dapat di kategorikan terdapat kerusakan yang tidak
mengurangi fungsi, kondisi tersebut seperti cat mengelupas, terdapat noda,
cat menggelembung, dll. Hasil dari evaluasi pemeriksaan terkait kondisi
komponen tersebut kemudian disusun dalam bentuk laporan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.5.
Berdasarkan flowchart tersebut keberadaan formulir checklist mutlak
sangat diperlukan, untuk mencatat kerusakan pada setiap individual masing-
masing komponen, namun dalam memeriksa kondisi tersebut diperlukan
kode, pola dan kondisi dari setiap kategori kerusakan komponen struktur dan
arsitektur, untuk lebih jelasnya seperti yang akan dijelaskan pada sub-bab
berikut.
Dalam melakukan tinjauan kondisi eksisting gedung di lapangan,
keberadaan as build drawing sangat diperlukan. Data tersebut digunakan
sebagai acuan untuk melihat lokasi titik tinjauan terhadap komponen struktur
dan arsitektur. Pemeriksaan yang dilakukan menyeluruh pada setiap
komponen struktur dan arsitektur pada setiap area lantai. Dalam pemeriksaan
tersebut perlu memperhatikan aspek-aspek pemeriksaan dan pola kerusakan
pada setiap komponen struktur dan arsitektur, yang bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi keseluruhan keandalan komponen struktur dan
arsitektur, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.32 untuk aspek
pemeriksaan struktur dan arsitektur.
Tabel 4.32. Aspek Pemeriksaan dan Pola Kerusakan Struktur dan Arsitektur

KOMPONEN ITEM PEMERIKSAAN ASPEK PEMERIKSAAN DAN POLA KERUSAKAN


1. Apakah terjadi patahan, pecah, terkelupas, keropos,
Kolom beton korosi pada beton atau hanya retak rambut pada pelapis
bertulang plesteran atau kolom tersebut miring, cat mengelupas,
bernoda atau kotor
STRUKTUR

2. Apakah balok dalam kondisi baik, pecah, terkelupas,


Balok beton keropos, korosi atau patah, retak struktur, retak rambut,
bertulang melendut atau retak rambut, cat mengelupas, bernoda
atau kotor.
3. Apakah terjadi cekungan/lendutan, patah, retak
Pelat Lantai struktur, retak rambut dan beton pecah, terkelupas,
keropos, korosi, cat mengelupas, bernoda atau kotor.
1. Apakah buram, bernoda atau kotor, cat
Cat pelapis dinding menggelembung, retak rambut pada plesteran, cat
ARSITEKTUR

mengelupas, pelestran mengelupas.

Keramik pelapis 2. Apakah buram, bernoda, retak rambut, belah sebagian,


dinding dan lantai pecah, hancur.

3. Apakah buram, berdebu, bernoda, cat menggelembung,


Penutup langit-langit cat mengelupas, plafond melendut, retak, sambungan
terlepas, berlubang

Dari Tabel 4.32 tersebut, dengan memperhatikan aspek-aspek


pemeriksaan dan pola kerusakan dari setiap komponen dan item
pemeriksaan, dimaksudkan untuk mempermudah tinjauan kondisi
kerusakan eksisting dari komponen struktur dan arsitekur, sebelum
mengevaluasi nilai keandalan dari setiap komponen struktur dan arsitektur.
Pemeriksaan yang dilakukan pada setiap lantainya, terhadap komponen
struktur dan arsitektur yang terdapat kerusakan, kemudian dicatat dengan
menggunakan formulir check list yang dapat dilihat pada Lampiran 3.3
dan 3.4, kemudian di dokumentasikan berupa foto-foto kerusakan yang
terdapat pada struktur, untuk memperjelas kondisi kerusakan yang terdapat
pada setiap item komponen struktur maupun arsitektur.
Tata cara pengisian formulir chekclist tersebut, perlu menggunakan
kode-kode kategori kerusakan, untuk mempermudah pengisian dan
memperjelas kondisi eksisting dari setiap komponen, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 4.33 untuk kode-kode tabel pengsian formulir check list
pemeriksaan pada komponen struktur dan arsitektur.
Tabel 4.33. Kode Kategori Pengisian Formulir Cheklist Pemeriksaan Komponen

ITEM KODE
KOMPONEN PERSENTASE KONDISI KERUSAKAN
PEMERIKSAAN PENGISIAN
Cat pelapis mengelupas, bernoda atau kotor 3% A
<5%
Retak rambut 0,1 - 0,6 mm B
STRUKTUR

>5%
KOLOM, <5%
BALOK DAN Retak struktural 0,7 mm C
PELAT >5%
<5%
Pecah, terkelupas, keropos, korosi pada beton D
>5%
Patahan 45 % E
Buram CPD.1
<5%
Bernoda/kotor CPD.2
Perbedaan warna CPD.3
Cat berkerut >5% CPD.4
Cat menggelembung CPD.5
Cat mengelupas dan pecah CPD.6
Retak rambut pada pelesteran dengan lebar < 0,3% <5% CPD.7
CAT PELAPIS
DINDING Retak pada pelesteran dengan lebar > 0,3% CPD.8
Cat menggelembung dan pelesteran mengelupas CPD.9
>5%
Pelesteran mengelupas sampai terlihat bata ringan CPD.10
Bata ringan terlihat retak namun tidak belah dan goyang > 10 % CPD.11
Bata ringan terdapat yang belah, pecah dan goyang > 10 % CPD.12
Terdapat pasangan bata ringan yang lepas dari pasangan
> 30 % CPD.13
dinding
ARSITE KTUR

Berdebu KPD.1
Buram <5% KPD.2
Bernoda/kotor KPD.3
Retak rambut 0,1 – 0,2 mm KPD.4
>5%
Terdapat keramik belah sebagian KPD.5
KERAMIK
Terdapat keramik belah seluruhnya <5% KPD.6
PELAPIS
DINDING Keramik belah sebgian yang diikuti retak rambut pada
>5% KPD.7
keramik yang sejenis
Keramik belah dan pecah sebagian yang menyebabkan
keramik lepas dari pasangannya, namun tidak diikuti oleh < 10 % KPD.8
keramik yang lain
Keramik pecah dan hancur seluruhnya yang menyebabkan
keramik lepas dari pasangannya dan diikuti oleh keramik >30 % KPD.9
yang lain
Buram KPL.1
Berdebu <5% KPL.2
KERAMIK
PELAPIS Bernoda/kotor KPL.3
LANTAI
Retak rambut 0,1 – 0,2 mm >5% KPL.4
Terdapat keramik belah sebagian <5% KPL.5
Belah sebagian yang diikuti retak rambut pada keramik

ARSITE KT
>5% KPL.6
yang sejenis
KERAMIK Terdapat keramik yang belah, goyang dan terasa bersuara

UR
PELAPIS KPL.7
ketika diinjak
LANTAI > 10 %
Keramik pecah dan terlepas dari pasangan seluruhnya yang
KPL.8
diikuti oleh pasangan keramik yang lain
Terdapat keramik yang hancur sampai terlihat plesteran
> 30 % KPD.9
lantai, yang diikuti oleh pasangan keramik yang lain
Buram <5% CPL.1
Berdebu CPL.2
Bernoda CPL.3
>5%
ARSITE KTUR

Cat pelapis menggelembung CPL.4


Cat pelapis mengelupas CPL.5
PENUTUP Plafond terlihat melendut, namun tidak retak <5% CPL.6
LANGIT-
Terdapat retak rambut pada permukaan plafond CPL.7
LANGIT
Terdapat retakan yang menyebabkan sambungan plafond >5% CPL.8
terlepas
Terdapat plafond yang belah sebagian dan menyebabkan
> 10 % CPL.9
lubang di sebagian plafond
Terdapat plafond yang belah, pecah dan hancur
seluruhnya, yang menyebabkan lubang di keseluruhan > 30 % CPL.10
plafond

Pengkategorian kondisi dari setiap komponen struktur dan arsitektur


tersebut bedasarkan simpulan dari aspek pemeriksaan dan pola kerusakan dan
tingkat kerusakan dari yang ringan s.d berat. Tidak seperti arsitektur,
pengkategorian kondisi kerusakan pada masing-masing item komponen
struktur sama, di karenakan bahan penyusun dari semua komponen struktur
yang menggunakan beton.
Bedasarkan Tabel 4.33 tersebut terdapat kode untuk pengisian kerusakan
terhadap komponen arsitektur, yang berbeda-beda pada setiap item
komponennya, hal tersebut karena dari setiap item komponen arstitektur
memiliki perbedaan dari spesifikasi teknis dan komposisi bahan yang
digunakan, yang mempengaruhi jenis-jenis kerusakan yang terjadi. Kode-
kode untuk pengisian formulir pemeriksaan arsitektur dapat dilihat pada
Tabel 4.34.
Tabel 4.34. Kode Pengisian Formulir Pemeriksaan Komponen Arsitektur
ITEM PEMERIKSAAN KODE PENGISIAN
Cat Pelapis Dinding CPD
Keramik Pelapis Dinding KPD
Keramik Pelapis Lantai KPL
Penutup Langit-Langit CPL
Pencatatan mengenai tingkat kerusakan yang telah ditentukan
sebelumnya, harus menyeluruh pada setiap individual sub-komponen struktur
dan arsitektur dari setiap lantainya. Oleh sebab itu saat pemeriksaan kondisi
eksisting komponen, perlu di lampirkan dokumentasi berupa foto-foto
kondisi kerusakan pada setiap individual sub-komponen, yang dicatat pada
formulir checklist pemeriksaan berupa kode. Penamaan kode untuk setiap
kondisi komponen dapat disesuaikan seperti kode atau urutan gambar pada
kamera, untuk memudahkan dalam menyusun gambar dari pemeriksaan,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.3 untuk formulir
checklist struktur dan Lampiran 3.4 untuk formulir checklist arsitektur.
Dari contoh formulir pemeriksaan tersebut, untuk setiap kondisi
komponen struktur dan arsitektur tersebut terlihat, pemeriksaan dilakukan
dengan pengamatan pada setiap lantai dan individual komponen, dengan
menyertakan atau mencatat kondisi komponen pada kolom kerusakan yang
berdasarkan kode pada setiap kerusakan sub-komponen dan kolom “KG”
yaitu kode gambar pada kamera. Format formulir pemeriksan pada setiap sub-
komponen struktur dan arsitektur berbeda-beda, yang dikarenakan ukuran,
jumlah, tipe dan letak grid pada setiap sub-komponen yang berbeda.
Pencantuman letak tinjauan pada formulir checklist pemeriksaan sub-
komponen struktur tersebut, bedasarkan jumlah baris dan kolom dalam
formulir pemeriksaan pada setiap sub-komponen, yang sebelumnya
diidentifikasi menggunakan gambar as bulid drawing. Metode pemeriksaan
kerusakan struktur dan arsitektur berbeda. Pada komponen struktur patokan
pemeriksaan kerusakan yaitu berdasarkan jumlah kerusakan yang terdapat
pada setiap masing-masing sub-komponen. Maka patokan nilai maksimum
pemeriksaan yaitu berdasarkan jumlah titik sub-komponen yang ditinjau,
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35. Total Nilai Maksimum Pemeriksaan Sub-Komponen Struktur
SUB-KOMPONEN STRUKTUR TOTAL SUB-KOMPONEN
KOLOM 1024 Titik
BALOK INDUK 1238 Titik
PELAT LANTAI 666 Titik

Pada komponen arsitektur dan struktur, patokan nilai maksimum


pemeriksaan yaitu berdasarkan luas kerusakan untuk komponen arsitektur
dan jumlah titik pemeriksaan per individual komponen untuk struktur.
Patokan nilai maksimum tersebut bedasarkan identifikasi pada masing-
masing sub-komponen, yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya.
Identifikasi nilai maksimum untuk setiap pemeriksaan tersebut, dilihat
berdasarkan gambar shop drawing yang dimiliki oleh gedung. Maka setelah
dilakukan identifikasi untuk nilai maksimum pemeriksaan yang telah
dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, maka untuk patokan nilai dari sub-
komponen arsitektur yaitu seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.36.
Tabel 4.36 Total Nilai Maksimum Pemeriksaan Sub-Komponen Arsitektur
SUB-KOMPONEN ARSITEKTUR NILAI SUB KOMPONEN
CAT PELAPIS DINDING 46984,16 (m2)
KERAMIK PELAPIS DINDING 7554,70 (m2)
KERAMIK PELAPIS LANTAI 16865,68 (m2)
PENUTUP LANGIT-LANGIT 8512,16 (m2)

Jumlah dan luasan pemeriksaan dari total titik area pemeriksaan pada
masing-masing sub-komponen struktur dan arsitektur pada formulir checklist
pemeriksaan tersebut menjadi acuan dasar dalam menentukan pengukuran
keandalan komponen struktur dan arsitektur secara keseluruhan.

b. Analisis Keanadalan Komponen


Definisi umum mengenai keandalan yaitu kemampuan suatu komponen
untuk tidak rusak atau terjadi kegagalan selama masa operasi, yang bilamana
jika suatu komponen berkerja dengan baik sesuai dengan yang direncanakan,
maka komponen tersebut telah dapat diandalkan. Maka secara garis besar
evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu untuk mengukur tingkat
keandalan komponen dan menentukan pemeliharaan atau perbaikan yang
disesuaikan dengan kondisi komponen eksisting gedung tersebut.
Pengukuran kondisi terhadap komponen struktur dan arsitektur
dilakukan setelah evaluasi kondisi komponen di lapangan, dengan
menggunakan data dari formulir checklist pemeriksaan yang dijelaskan
sebelumnya. Namun dalam melakukan penilaian kondisi komponen terdapat
beberapa tahapan-tahapan perhitungan, sebelum akhirnya menentukan
rekomendasi dari penilaian keseluruhan dari kondisi komponen eksisting.
Tahapan-tahapan analisis pengukuran keandalan komponen dapat dilihat
pada flowchart Gambar 4.29.
Mulai

Data dan kategorikan masing-masing jumlah


kerusakan sub-komponen dari formulir
checklist pemeriksaan

Hitung nilai persentase kerusakan, untuk


mengkategorikan tingkat kerusakan dari
masing-masing sub-komponen

Tentukan nilai bobot kerusakan (%) dari nilai


bobot faktor reduksi dan total jumlah
masing-masing kerusakan sub-komponen

Hitung nilai aktual faktor reduksi kerusakan


dari jumlah total pemeriksaan pada masing-
masing kategori kerusakan terhadap sub-
komponen

Hitung nilai bobot total kerusakan dari


masing-masing kondisi kerusakan sub-
komponen

Hitung nilai total bobot kerusakan untuk


mendapatkan nilai total keandalan dari
masing-masing sub-komponen

Hitung nilai rata-rata dari total nilai


keandalan sub-komponen untuk
mendapatkan nilai keandalan dari masing-
masing komponen

Kategorikan nilai keandalan dengan


menggunakan Tabel 2.3 untuk
menyimpulkan kondisi komponen struktur
dan Tabel 2.4 untuk komponen arsitektur
secara keseluruhan

Selesai

Gambar 4.29. Flowchart Analisis Keandalan Komponen


Dari flowchart tersebut yaitu gambaran umum mengenai prosedur untuk
pengukuran keandalan kondisi komponen struktur dan arsitektur. Tahapan
pengukuran terhadap kondisi keandalan dari komponen struktur dan
arsitektur memiliki perbedaan pada tahapan di awal, namun secara
keseluruhan analisis pengukuran tersebut memiliki prinsip yang sama,
perbedaan pada tahapan awal tersebut di latar belakangi oleh aspek
pemeriksaan dan patokan titik pemeriksaan yang berbeda terhadap masing-
masing sub-komponen.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam menganalisis keandalan dari
setiap masing-masing komponen, yaitu mengetahui total jumlah kerusakan
yang terdapat pada setiap sub-komponen, seperti yang di perlihatkan pada
Tabel 4.37 contoh rekapitulasi kategori kerusakan komponen struktur dari
hasil formulir checklist pemeriksaan dan Tabel 4.38 contoh rekapitulasi
kategori kerusakan pada sub-komponen arsitektur dari hasil formulir
checklist pemeriksaan.

Tabel 4.37. Contoh Pengisian Formulir Kerusakan Sub-Komponen Struktur

KOMPONEN STRUKTUR
KODE KONDISI
SUB-KOMPONEN JUMLAH KATEGORI KERUSAKAN
KERUSAKAN
A 421
B 239
KOLOM BETON C 127
D 23
E 4
JUMLAH TITIK PEMERIKSAAN KOLOM 1024
A 20
B 10
BALOK BETON C 5
D 0
E 0
JUMLAH TITIK PEMERIKSAAN BALOK 1238
A 0
B 20
PELAT LANTAI C 5
D 0
E 0
JUMLAH TITIK PEMERIKSAAN PELAT LANTAI 666
Tabel 4.38. Contoh Pengsian Formulir Kerusakan Sub-Komponen Arsitektur

SUB-KOMPONEN CAT PELAPIS DINDING


Kode Kategori Kerusakan Dinding Total Luas Kerusakan (m2)
 CPD.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
 CPD.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844
 CPD.3 (kondisi A > 5%) bwh 244
 CPD.4 (kondisi A > 5%) bwh 123
 CPD.5 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 CPD.6 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 CPD.7 (kondisi KA < 5%) ats 1231
 CPD.8 (kondisi KA < 5%) ats 345
 CPD.9 (kondisi KA > 5%) sdg 4234
 CPD.10 (kondisi KA > 5%) sdg 123
 CPD.11 (kondisi KA > 10%) bwh 213
 CPD.12 (kondisi KA > 10%) bwh 1345
 CPD.13 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231
Total Luas CPD (m2)
SUB-KOMPONEN KERAMIK PELAPIS DINDING
Kode Kategori Kerusakan Keramik Total Luas Kerusakan (m2)
 KPD.1 (kondisi A < 5%) sdg 656
 KPD.2 (kondisi A < 5%) sdg 23
 KPD.3 (kondisi A < 5%) sdg 610
 KPD.4 (kondisi A > 5%) bwh 1243
 KPD.5 (kondisi KA < 5%) ats 12
 KPD.6 (kondisi KA < 5%) ats 1876
 KPD.7 (kondisi KA < 5%) sdg 2509
 KPD.8 (kondisi KA > 5%) bwh 3142
 KPD.9 (kondisi TIDAK ANDAL) 3775
Total Luas KPD (m2)
SUB-KOMPONEN KERAMIK PELAPIS LANTAI
Kode Kategori Kerusakan Dinding Total Luas Kerusakan (m2)
 KPL.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
 KPL.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844
 KPL.3 (kondisi A > 5%) sdg 244
 KPL.4 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 KPL.5 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 KPL.6 (kondisi KA > 5%) sdg 4234
 KPL.7 (kondisi KA > 10%) bwh 213
 KPL.8 (kondisi KA > 10%) bwh 213
 KPL.9 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231
Total Luas KPL (m2)
Tabel 4.38. Contoh Pengsian Formulir Kerusakan Sub-Komponen Arsitektur (Lanjutan)

SUB-KOMPONEN PENUTUP LANGIT-LANGIT


Kode Kategori Kerusakan Plafond Total Luas Kerusakan (m2)
 CPL.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
 CPL.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844
 CPL.3 (kondisi A > 5%) sdg 244
 CPL.4 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 CPL.5 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 CPL.6 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 CPL.7 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 CPL.8 (kondisi KA > 5%) sdg 4234
 CPL.9 (kondisi KA > 10%) bwh 213
 CPL.10 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231
Total Luas CPL (m2)

Dalam mendata jumlah kerusakan pada komponen sub-komponen


struktur dan arsitektur perlu dipisahkan, seperti contoh pada komponen
struktur jumlah kerusakan kolom dari lantai basement s.d lantai atap di hitung
jumlah kerusakannya dari formulir checklist pemeriksaan dan di kategorikan
dengan kode A s.d E, begitupula dengan arsitektur dengan metode yang sama.
Setelah mendapatkan total jumlah dari kategori kerusakan, maka dapat
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan persentase dari setiap kondisi
kerusakan, yang bertujuan untuk mengkategorikan kondisi kerusakan
bedasarkan jumlah kerusakan dari formulir checklist pemeriksaan.
Perhitungan untuk mengkategorikan kondisi kerusakan tersebut yaitu,
jumlah total kategori kerusakan / total titik pemeriksaan sub-komponen
Agar lebih cepat dan praktis, perhitungan tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan software microsoft excel. Maka hasil dari
perhitungan untuk persentase kategori total kerusakan dari sub-komponen
struktur yaitu, dapat dilihat pada Tabel 4.39 dan Tabel 4.40.
Tabel 4.39. Nilai Persentase Pengkategorian Kondisi Kerusakan Komponen Struktur

KOMPONEN STRUKTUR KODE KATEGORI KONDISI


SUB- KODE JUMLAH KATEGORI
KONDISI A KONDISI B KONDISI C KONDISI D KONDISI E
KOMPONEN KERUSAKAN KERUSAKAN
A 421
B 239
KOLOM
C 127 41,11% 23,34% 12,40% 2,25% 0,39%
BETON
D 23
E 4
TOTAL JUMLAH TITIK
1024
PEMERIKSAAN
A 20
B 10
BALOK
C 5 1,62% 0,81% 0,40% 0,00% 0,00%
BETON
D 0
E 0
TOTAL JUMLAH TITIK
1238
PEMERIKSAAN
A 0
B 20
PELAT
C 5 0,00% 3,00% 0,75% 0,00% 0,00%
LANTAI
D 0
E 0
TOTAL JUMLAH TITIK
666
PEMERIKSAAN

Tabel 4.40. Nilai Persentase Pengkategorian Kondisi Kerusakan Komponen Arsitektur

SUB-KOMPONEN CAT PELAPIS DINDING


Kode Kategori Kerusakan Dinding Total Luas Kerusakan (m2) Persentase Kerusakan
 CPD.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
8,68%
 CPD.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844
 CPD.3 (kondisi A > 5%) bwh 244
 CPD.4 (kondisi A > 5%) bwh 123 3,41%
 CPD.5 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 CPD.6 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 CPD.7 (kondisi KA < 5%) ats 1231 8,34%
 CPD.8 (kondisi KA < 5%) ats 345
 CPD.9 (kondisi KA > 5%) sdg 4234
9,27%
 CPD.10 (kondisi KA > 5%) sdg 123
 CPD.11 (kondisi KA > 10%) bwh 213
3,60%
 CPD.12 (kondisi KA > 10%) bwh 1345
 CPD.13 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231 2,62%
Total Luas CPD (m2) 46984,16
Tabel 4.40 Nilai Persentase Pengkategorian Kondisi Kerusakan Komponen Arsitektur
(Lanjutan)

SUB-KOMPONEN KERAMIK PELAPIS DINDING


Total Luas Kerusakan
Kode Kategori Kerusakan Keramik Persentase Kerusakan
(m2)
 KPD.1 (kondisi A < 5%) sdg 656
 KPD.2 (kondisi A < 5%) sdg 23 17,06%
 KPD.3 (kondisi A < 5%) sdg 610
 KPD.4 (kondisi A > 5%) bwh 1243
16,61%
 KPD.5 (kondisi A > 5%) bwh 12
 KPD.6 (kondisi KA < 5%) ats 1876 24,83%
 KPD.7 (kondisi KA < 5%) sdg 2509 33,21%
 KPD.8 (kondisi KA > 5%) bwh 3142 41,59%
 KPD.9 (kondisi TIDAK ANDAL) 3775 49,97%
Total Luas KPD (m2) 7554,70
SUB-KOMPONEN KERAMIK PELAPIS LANTAI
Kode Kategori Kerusakan Lantai Total Luas Kerusakan (m2) Persentase Kerusakan
 KPL.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
 KPL.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844 25,63%
 KPL.3 (kondisi A > 5%) sdg 244
 KPL.4 (kondisi A > 5%) bwh 1234 7,32%
 KPL.5 (kondisi KA < 5%) ats 2343 13,89%
 KPL.6 (kondisi KA > 5%) sdg 4234 25,10%
 KPL.7 (kondisi KA > 10%) bwh 213
2,53%
 KPL.8 (kondisi KA > 10%) bwh 213
 KPL.9 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231 7,30%
Total Luas KPL (m2) 16865,68
SUB-KOMPONEN PENUTUP LANGIT-LANGIT
Kode Kategori Kerusakan Plafond Total Luas Kerusakan (m2) Persentase Kerusakan
 CPL.1 (kondisi A < 5%) sdg 234
 CPL.2 (kondisi A < 5%) sdg 3844 50,77%
 CPL.3 (kondisi A > 5%) sdg 244
 CPL.4 (kondisi A > 5%) bwh 1234
28,99%
 CPL.5 (kondisi A > 5%) bwh 1234
 CPL.6 (kondisi KA < 5%) ats 2343
55,05%
 CPL.7 (kondisi KA < 5%) ats 2343
 CPL.8 (kondisi KA > 5%) sdg 4234 49,74%
 CPL.9 (kondisi KA > 10%) bwh 213 2,50%
 CPL.10 (kondisi TIDAK ANDAL) 1231 14,46%
Total Luas CPL (m2) 8512,16

Dari hasil perhitungan persentase pengkategorian untuk kondisi


kerusakan, selanjutnya nilai persentase dari setiap kondisi dikaitkan dengan
nilai faktor reduksi dari setiap kerusakan. Hal tersebut untuk menentukan
nilai aktual dari faktor reduksi terhadap kerusakan. Namun sebelum
menentukan nilai aktual dari faktor reduksi tersebut, terlebih dahulu perlu
ditentukan bobot nilai dari setiap masing-masing kategori kondisi kerusakan
dari komponen struktur dan arsitektur. Perhitungan untuk menentukan bobot
nilai kategori kerusakan yaitu,
faktor nilai reduksi / total jumlah titik pemeriksaan
Nilai maksimum dari faktor reduksi kondisi setiap kerusakan yaitu
ketetapan, yang mengacu dari Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2007
mengenai penilaian kondisi keandalan gedung bertingkat. Bobot nilai yang di
didapat tersebut nantinya, untuk menentukan nilai aktual dari faktor reduksi
terhadap kondisi kerusakan dari masing-masing sub-komponen. Bobot nilai
dari setiap kondisi kerusakan tersebut berbeda pada setiap sub-komponen, hal
tersebut di karenakan jumlah titik pemeriksaan yang berbeda-beda pada
setiap sub-komponen. Bobot nilai dari setiap masing-masing sub-komponen
struktur dan arsitektur dapat dilihat pada Tabel 4.41 dan Tabel 4.42.

Tabel 4.41. Bobot Nilai Kondisi Kerusakan Sub-Komponen Struktur

NILAI
KODE BOBOT NILAI SUB-KOMPONEN STRUKTUR (%)
MAKSIMUM
KONDISI STRUKTUR NILAI
FAKTOR
BOBOT KOLOM BETON BALOK BETON PELAT LANTAI
REDUKSI
Cat pelapis mengelupas,
3% A 0,0029296875 % 0,0024232633% 0,0045045045 %
bernoda atau kotor
< 5% B1 0,0048828125 % 0,0040387722 % 0,0075075075 %
Retak rambut 0,1 - 0,6 mm
> 5% B2 0,0097656250 % 0,0080775444 % 0,0150150150 %
< 5% C1 0,0146484375 % 0,0121163166 % 0,0225225225 %
Retak struktural 0,7 mm
> 5% C2 0,0195312500 % 0,0161550889 % 0,0300300300 %
Pecah, terkelupas, keropos, < 5% D1 0,0244140625 % 0,0201938611 % 0,0375375375 %
korosi pada beton > 5% D2 0,0292968750 % 0,0242326333 % 0,0450450450 %
Retak struktural 0,7 mm > 25% C3 0,0341796875 % 0,0282714055 % 0,0525525526 %
Patahan 42% E 0,0410156250 % 0,0339256866 % 0,0630630631 %

Tabel 4.42. Bobot Nilai Kondisi Kerusakan Sub-Komponen Arsitektur


NILAI MAKSIMUM
SUB-KOMPONEN KODE NILAI BOBOT KONDISI STRUKTUR BOBOT NILAI SUB-KOMPONEN
FAKTOR REDUKSI
CPD.1 buram
Cat pelapis dinding 5% 0,0001064188441%
CPD.2 bernoda/kotor
KPD.1 Berdebu
Keramik pelapis
5% KPD.2 buram 0,0006618396495%
dinding
KPD.3 bernoda/kotor
Cat pelapis dinding 10% CPD.2.1 bernoda/kotor 0,0002128376883%
Tabel 4.42. Bobot Nilai Kondisi Kerusakan Sub-Komponen Arsitektur (Lanjutan)
SUB- NILAI MAKSIMUM KODE NILAI BOBOT NILAI SUB-
KONDISI STRUKTUR
KOMPONEN FAKTOR REDUKSI BOBOT KOMPONEN
Keramik pelapis KPD.4 Retak rambut 0,1 - 0,2 mm
10% 0,0013236792990%
dinding KPD.5 Terdapat keramik belah sebagian
CPD.6 cat mengelupas dan pecah
Cat pelapis
15% CPD.7 Retak rambut pada pelesteran lebar < 0,3% 0,0003192565324%
dinding
CPD.8 Retak pada pelesteran dengan lebar > 0,3%
Keramik pelapis KPD.5.1 Terdapat keramik belah sebagian
15% 0,0019855189485%
dinding KPD.6 Terdapat keramik belah seluruhnya
CPD.8.1 Retak pada pelesteran dengan lebar > 0,3%
Cat menggelembung dan pelesteran
Cat pelapis CPD.9
20% mengelupas 0,0004256753766%
dinding
Pelesteran mengelupas sampai terlihat bata
CPD.10
ringan

Keramik pelapis Belah sebagian yang diikuti retak rambut


20% KPD.7 0,0026473585980%
dinding pada keramik yang sejenis

Pelesteran mengelupas sampai terlihat bata


CPD.10.1
ringan
Cat pelapis Bata ringan terlihat retak namun tidak belah
30% CPD.11 0,0006385130648%
dinding dan goyang
Bata ringan terdapat yang belah, pecah dan
CPD.12
goyang.
Belah sebagian yang diikuti pada keramik lain
KPD.7.1
yang sejenis
Keramik pelapis Keramik belah dan pecah sebagian yang
30% 0,0039710378969%
dinding menyebabkan keramik lepas dari
KPD.8
pasangannya namun tidak diikuti oleh
keramik yang lain
Bata ringan terdapat yang belah, pecah dan
CPD.12.1
goyang
Cat pelapis
35% Terdapat pasangan bata ringan yang lepas 0,0007449319090%
dinding
CPD.13 dari
pasangan dinding
Keramik pecah dan hancur seluruhnya yang
Keramik pelapis menyebabkan keramik lepas dari
35% KPD.9 0,0046328775464%
dinding pasangannya
dan diikuti oleh keramik yang lain
SUB- NILAI MAKSIMUM KODE NILAI BOBOT NILAI SUB-
KONDISI STRUKTUR
KOMPONEN FAKTOR REDUKSI BOBOT KOMPONEN

KPL.1 buram
5% KPL.2 berdebu 0,0002964600301%
KPL.3 bernoda/kotor
KPL.3.1 bernoda/kotor
Keramik pelapis 10% 0,0005929200601%
lantai KPL4 Retak rambut 0,1 - 0,2 mm
KPL.4.1 Retak rambut 0,1 - 0,2 mm
15% 0,0008893800902%
KPL.5 Terdapat keramik belah sebagian
Belah sebagian yang diikuti pada keramik
20% KPL.6 0,0011858401203%
yang sejenis
Tabel 4.42. Bobot Nilai Kondisi Kerusakan Sub-Komponen Arsitektur (Lanjutan)

SUB- NILAI MAKSIMUM KODE NILAI BOBOT NILAI SUB-


KONDISI STRUKTUR
KOMPONEN FAKTOR REDUKSI BOBOT KOMPONEN
Terdapat keramik yang belah, goyang dan
KPL.7
terasa bersuara ketika diinjak
30% Keramik pecah dan terlepas dari pasangan 0,0017787601804%
KPL8 seluruhnya yang diikuti oleh pasangan
Keramik pelapis keramik yang lain
lantai
Terdapat keramik yang hancur sampai terlihat
35% KPL.9 pelesteran lantai, yang diikuti oleh pasangan 0,0020752202105%
keramik yang lain

SUB- NILAI MAKSIMUM KODE NILAI BOBOT NILAI SUB-


KONDISI STRUKTUR
KOMPONEN FAKTOR REDUKSI BOBOT KOMPONEN
CPL.1 Buram
5% CPL.2 Berdebu 0,0005873949738%
CPL.3 Bernoda/kotor
CPL.3.1 Bernoda/kotor
10% CPL.4 Cat pelapis menggelembung 0,0011747899476%
CPL.5 Cat pelapis mengelupas
CPL.5.1 Cat pelapis mengelupas

15% CPL.6 Plafond terlihat melendut namun tidak retak 0,0017621849213%


Terdapat retak rambut pada permukaan
CPL.7
Penutup Langit- plafond
Langit Terdapat retak rambut pada permukaan
CPL.7.1
plafond
20% 0,0023495798951%
Terdapat retakan yang menyebabkan
CPL.8
sambungan plafond terlepas

Terdapat retakan yang menyebabkan


CPL.8.1
sambungan plafond terlepas
30% 0,0035243698427%
Terdapat plafond yang belah sebagian dan
CPL.9
menyebabkan lubang disebagian plafond

Teradapat plafond yang belah, pecah dan


35% CPL.10 hancur seluruhnya yang menyebabkan lubang 0,0041117648165%
dikeseluruhan plafond

Setelah menghitung nilai bobot kerusakan dari masing-masing sub-


komponen, maka selanjutnya dapat menentukan nilai aktual faktor reduksi
kategori kondisi kerusakan. Perhitungan untuk menentukan nilai aktual faktor
reduksi kerusakan yaitu,
jumlah kategori kerusakan x bobot nilai kerusakan sub-komponen
Untuk menentukan bobot nilai pengkali untuk nilai faktor reduksi aktual,
mengacu dari nilai persentase pengkategorian terhadap kondisi kerusakan,
yang dimana nilai persentase kategori kerusakan sebelumnya, disesuaikan
dengan bobot nilai maksimum faktor reduksi, contoh apabila kolom pada
kode kondisi kerusakan C yaitu retak stuktural dengan jumlah pemeriksaan
terhadap kerusakan sebanyak 127 dan nilai persentase kerusakan sebesar
12,40%, maka kode nilai bobot yang digunakan adalah C2 yaitu dengan nilai
0,0195312500%, karena berdasarkan ketetapan nilai maksimum faktor
reduksi, persentase nilai kondisi dari kategori retak struktural tersebut lebih
dari 5%, maka dapat ditentukan nilai aktual faktor reduksi dari sub-komponen
kolom yaitu,
127 x 0,0195312500% = 2,48%
Begitupun dengan nilai persentase kategori kondisi-kondisi pemeriksaan
lainnya. Metode untuk menentukan bobot nilai pengkali untuk nilai faktor
reduksi aktual tersebut, juga berlaku pada sub-komponen arsitektur, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.43 dan Tabel 4.44.

KOMPONEN
Tabel 4.43. Nilai Aktual Faktor Reduksi STRUKTUR Struktur Terhadap Bobot Nilai
Kerusakan
TOTAL KERUSAKAN KODE NILAI AKTUAL FAKTOR REDUKSI BERBAGAI KONDISI KERUSAKAN (%)
SUB-
BOBOT
KOMPONEN KONDISI TOTAL KONDISI A KONDISI B KONDISI C KONDISI D KONDISI E
NILAI
A 421 A
421 x A 239 x B2 127 x C2 23 x D1 4xe
B 239 B2
KOLOM
C 127 C2
BETON
D 23 D1 = 1,23 % = 2,33 % = 2,48 % = 0,56 % = 0,16 %
E 4 E
A 20 A
20 x A 10 x B2 5 x C1 - -
B 10 B2
BALOK
C 5 C1
BETON
D 0 - = 0,05 % = 0,04 % = 0,06 % - -
E 0 -
A 0 -
PELAT - B x B1 - - -
B 20 B1
LANTAI
C 5 - - = 0,15 - - -
Tabel 4.44. Nilai Aktual Faktor Reduksi Kerusakan Arsitektur Terhadap Bobot Nilai

NILAI AKTUAL FAKTOR REDUKSI SUB-KOMPONEN CAT DAN KERAMIK PELAPIS DINDING
SUB- Kondisi ANDAL 100% - 90% Kondisi KURANG ANDAL 89% - 70% Kondisi TIDAK ANDAL < 70%
KOMPONEN Sedang (100 - Bawah (94% - Atas (89% - Sedang (84% - Bawah (79% -
di bawah 70%
95%) 90%) 85%) 80%) 70%)
CPD 0,868% 0,341% 1,668% 2,782% 1,080% 0,917%
KPD 1,706% 2,468% 3,725% 9,963% 12,477% 17,489%
KPL 2,563% 1,097% 2,084% 5,021% 0,758% 2,555%
CPL 5,077% 4,349% 11,010% 14,922% 0,751% 5,062%

Setelah mendapatkan nilai aktual faktor reduksi, maka nilai dari


keandalan dari masing-masing sub-komponen dapat ditentukan. Sebelum
menentukan nilai keandalan dari sub-komponen, perlu menentukan nilai
bobot total dari masing-masing kerusakan. Hal tersebut untuk mendapatkan
total nilai bobot kerusakan dari berbagai kategori kondisi kerusakan, yang
akhirnya dari total tersebut di dapat nilai selisih keandalan dari berbagai sub-
komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.45 untuk nilai
keandalan struktur dan Tabel 4.46 untuk nilai keandalan arsitektur.
Tabel 4.45. Nilai Bobot Total Kerusakan dan Nilai Keandalan Komponen Struktur
KOMPONEN STRUKTUR
NILAI TOTAL NILAI
KATEGORI PERSENTASE NILAI AKTUAL NILAI KEANDALAN
SUB- BOBOT BOBOT
KONDISI KERUSAKAN FAKTOR REDUKSI SUB- KOMPONEN
KOMPONEN KERUSAKAN KERUSAKAN
1 2 1 -2 = 3 Total dari 3 = 4 100% - 4 = 5
A 41,11% 1,23% 39,88%
B 23,34% 2,33% 21,01%
KOLOM BETON C 12,40% 2,48% 9,92% 72,72% 27,28%
D 2,25% 0,56% 1,68%
E 0,39% 0,16% 0,23%
A 1,62% 0,05% 1,57%
B 0,81% 0,04% 0,77%
BALOK BETON C 0,40% 0,06% 0,34% 2,68% 97,32%
D 0,00% 0,00% 0,00%
E 0,00% 0,00% 0,00%
A 0,00% 0,00% 0,00%
B 3,00% 0,15% 2,85%
PELAT LANTAI C 0,75% 0,11% 0,64% 3,49% 96,51%
D 0,00% 0,00% 0,00%
E 0,00% 0,00% 0,00%
TOTAL NILAI KEANDALAN KOMPONEN STRUKTUR 73,70%
Tabel 4.46. Nilai Bobot Total Kerusakan dan Nilai Keandalan Komponen Arsitektur

KATEGORI KONDISI KERUSAKAN NILAI AKTUAL NILAI


PERSENTASE NILAI BOBOT TOTAL NILAI
SUB- FAKTOR NILAI RATA-RATA KEANDALAN
KERUSAKAN KERUSAKAN BOBOT
KOMPONEN KATEGORI KONDISI REDUKSI KERUSAKAN SUB-
KERUSAKAN
1 2 KOMPONEN
1-2=3
Sedang (100 - 95%) 8,68% 0,868% 7,812%
ANDAL
Bawah (94% - 90%) 3,41% 0,341% 3,067%
Atas (89% - 85%) 8,34% 1,668% 6,673%
Cat pelapis KURANG
Sedang (84% - 80%) 9,27% 6,491% 4,711%
dinding ANDAL 2,782%
Bawah (79% - 70%) 3,60% 1,080% 2,521%
TIDAK
di bawah 70% 2,62% 1,703%
ANDAL 0,917%
27,259% 72,74%
Sedang (100 - 95%) 17,06% 1,706% 15,356%
ANDAL
Bawah (94% - 90%) 16,45% 2,468% 13,985%
Keramik Atas (89% - 85%) 24,83% 3,725% 21,107%
pelapis KURANG 22,548%
Sedang (84% - 80%) 33,21% 9,963% 23,248%
dinding ANDAL
Bawah (79% - 70%) 41,59% 12,477% 29,113%
TIDAK
di bawah 70% 49,97% 17,489% 32,480%
ANDAL
Sedang (100 - 95%) 25,63% 2,563% 23,063%
ANDAL
Bawah (94% - 90%) 7,32% 1,097% 6,219%
Keramik Atas (89% - 85%) 13,89% 2,084% 11,808%
pelapis KURANG 11,281% - 88,72%
Sedang (84% - 80%) 25,10% 5,021% 20,083%
lantai ANDAL
Bawah (79% - 70%) 2,53% 0,758% 1,768%
TIDAK
di bawah 70% 7,30% 2,55% 4,744%
ANDAL
Sedang (100 - 95%) 50,77% 5,08% 45,697%
ANDAL
Bawah (94% - 90%) 28,99% 4,35% 24,645%
Penutup Atas (89% - 85%) 55,05% 11,01% 44,041%
Langit- KURANG 26,725% - 73,27%
Sedang (84% - 80%) 49,74% 14,92% 34,818%
Langit ANDAL
Bawah (79% - 70%) 2,50% 0,75% 1,752%
TIDAK
14,46% 5,062% 9,400%
ANDAL di bawah 70%
TOTAL NILAI RATA-RATA KEANDALAN KOMPONEN ARSITEKTUR 63,03%

Setelah mendapatkan total nilai dari keandalan komponen struktur dan


arsitektur, maka nilai dari masing-masing komponen tersebut dapat di ukur
untuk tingkat keandalannya, yang terbagi menjadi, andal, kurang andal dan
tidak andal, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.47.
Tabel 4.47. Penilaian Tingkat Keandalan Komponen Struktur dan Arsitektur

TINGKAT KEANDALAN
KOMPONEN
Andal Kurang Andal Tidak Andal
STRUKTUR 100% - 95% < 95% - > 85% < 85%
ARSITEKTUR 100% - > 90% < 90% - > 75% < 75%

Berdasarkan tingkat keandalan tersebut, nilai keandalan pada komponen


struktur berada pada tingkat “tidak andal”, dengan nilai total keandalan
komponen struktur tersebut adalah 73,70%, yang artinya sebagian komponen
struktur telah mengalami kerusakan yang berakibat menurunkan kekuatan
dan kekakuan struktur secara keseluruhan, lalu untuk komponen arsitektur
berada pada tingkat “tidak andal”, dengan nilai total keandalan komponen
arsitektur tersebut adalah 63,03%, maka nilai keandalan gedung keseluruhan
dapat dilihat pada Tabel 4.48.
Tabel 4.48 Nilai Keandalan Komponen Struktur dan Arsitektur Keseluruhan
ARSITEKTUR 40% 63,08% 25%
STRUKTUR 60% 73,70% 44%
TOTAL NILAI KEANDALAN GEDUNG 69%

Dengan penilaian keandalan gedung secara keseluruhan, maka seluruh


komponen gedung tersebut berada pada kategori kurang andal, dengan
rekomendasi perbaikan yaitu perlu renovasi terhadap masing-masing sub-
komponen yang terdapat kerusakan dalam tidak andal/berat.

c. Teknis Perbaikan Komponen


Bedasarkan alur/flowchart perencanaan untuk program pemeriksaan baik
berkala atau rutin, hasil dari teknis pemeriksaan sebelumnya sangat
menentukan untuk merencanakan dan melaksanakan teknis perbaikan. Alur
dari teknis pemeriksaan lebih ditujukan untuk merencanakan dan menentukan
metode yang tepat untuk kerusakan, maka untuk merencanakan metode
tersebut, perlu direncanakan terlebih dahulu tahapan-tahapan yang akan
dilakukan, seperti yang dapat dilihat pada flowchart Gambar 4.30.
MULAI

Cek hasil pemeriksaan dari formulir


checklist

Buat laporan hasil pemeriksaan


bedasarkan layout pada Lampiran 3.5

TIDAK
Terdapat
Perencanaan manajemen pemeliharaan
kerusakan

YA

kategorikan kondisi kerusakan dari


setiap sub-komponen

Analisis penyebab kerusakan dari setiap


kategori

Aspek Teknis Aspek Non-Teknis

Rencanakan prosedur teknis untuk


perbaikan

Bedasarkan metode kerja, alat dan


bahan

SELESAI

Gambar 4.30. Flowchart Teknis Perbaikan Komponen

Bedasarkan gambar flowchart tersebut, langkah pertama dalam


merencanakan teknis untuk perbaikan komponen yaitu, cek hasil pemeriksaan
dari formulir checklist pemeriksaan, hal tersebut bertujuan untuk memeriksa
kerusakan yang terdapat pada masing-masing individu komponen, untuk
dibuat dalam bentuk pelaporan dengan layout yang telah disediakan
sebelumnya, seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3.5 untuk contoh
layout laporan hasil pemeriksaan tersebut. Setelah laporan hasil pemeriksaan
tersebut selesai, maka setiap kerusakan yang ditemui dari hasil pemeriksaan
dan di rekap bedasarkan jumlah dan luas total kerusakan sebelumnya, lalu di
di kelompokan bedasarkan kondisi kategori kerusakan ringan, sedang dan
berat sebelum di analisis penyebabnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.49.
Tabel 4.49. Pengelompokan Kondisi Kerusakan Pada Setiap Sub-Komponen
SUB-KOMPONEN KATEGORI KONDISI
KATEGORI KERUSAKAN GAMBAR
STRUKTUR KERUSAKAN

1. Cat pelapis mengelupas,


“Ringan”
bernoda atau kotor

Kolom, Balok dan


Pelat Lantai

2. Retak rambut 0,1 – 0,6 mm -


“Sedang”
3. Retak struktural -
4. Pecah, terkelupas, keropos,
-
korosi pada beton “Berat”
5. Patahan -
SUB-KOMPONEN KATEGORI KONDISI
KATEGORI KERUSAKAN GAMBAR
ARSITEKTUR KERUSAKAN
1. Buram -

2. Bernoda/kotor

Cat pelapis dinding “Ringan”

3. Perbedaan warna
4. Cat berkerut

5. Cat menggelembung

6. Cat mengelupas dan pecah

7. Retak rambut pada pelesteran


-
dengan lebar < 0,3 mm
8. Retak pada pelesteran dengan
“Sedang” -
lebar > 0,3 mm
9. Cat menggelembung dan
-
pelesteran mengelupas

10. Pelesteran dinding


mengelupas sampai terlihat
bata ringan.

11. Bata ringan terlihat retak,


namun tidak belah dan -
goyang
12. Bata ringan terdapat yang
“Berat” -
belah dan goyang
13. Terdapat pasangan bata
ringan yang lepas dari -
pasangan dinding
1. Berdebu -
2. Buram -

Keramik pelapis
“Ringan”
dinding dan lantai
3. Bernoda/kotor
4. Retak rambut 0,1 – 0,2 mm

5. Terdapat keramik belah


sebagian

6. Belah sebagian yang diikuti “Sedang”


retak rambut pada keramik
yang sejenis

7. Terdapat keramik yang belah,


goyang atau terasa bersuara
ketika diinjak

8. Keramik pecah dan terlepas


dari pasangan seluruhnya,
yang diikuti oleh pasangan
keramik yang lain
“Berat”
9. Terdapat keramik yang hancur
sampai terlihat pelesteran
-
lantai, yang diikuti oleh
pasangan keramik yang lain

1. Berdebu

2. Buram -

“Ringan”
Penutup langit-
langit/plafond

3. Bernoda/kotor

4. Cat pelapis menggelembung -

5. Cat pelapis mengelupas -


6. Plafond terlihat melendut,
“Sedang” -
namun tidak retak
7. Terdapat retak rambut pada
permukaan plafond

8. Terdapat retakan yang


menyebabkan sambungan -
plafond terlepas

9. Terdapat plafond yang belah


sebagian dan menyebabkan
lubang disebagian plafond

“Berat”

10. Terdapat plafond yang


belah, pecah dan hancur
seluruhnya yang
menyebabkan lubang
dikeseluruhan plafond

Tujuan mengelompokan kerusakan-kerusakan seperti yang diperlihatkan


pada Tabel 4.49, yaitu untuk menganalisis penyebab kerusakan-kerusakan
dari setiap sub-komponen struktur dan arsitektur, karena penyebab kerusakan
yang terjadi dari setiap sub-komponen berbeda-beda, bedasarkan spesfikasi
bahan, area pemakaian komponen, dan kondisi kategori kerusakan yaitu
kerusakan ringan, sedang, berat yang bertujuan untuk merencanakan metode
kerja, alat dan bahan untuk perbaikan.
Metode yang dilakukan untuk menganalisis penyebab kerusakan, terbagi
menjadi 2 aspek antara lain aspek teknis dan non-teknis, dari kedua aspek
tersebut dipisahkan dan digolongkan yang bertujuan untuk merencanakan
prosedur perbaikan dan manajemen pemeliharaan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran 3.6 untuk penyebab kerusakan dari sub-komponen
struktur dan arsitektur.
Maka bedasarkan analisis penyebab kerusakan yang dijelaskan pada
Lampiran 3.6 tersebut, selanjutnya dapat direncanakan prosedur perbaikan
bedasarkan kerusakan yang telah dianalisis penyebabnya, kemudian prosedur
perbaikan tersebut digolongkan menjadi metode kerja, alat dan bahan yang
digunakan, namun sebelum menggolongkan sumber daya untuk perbaikan
tersebut, perlu dilakukan analisa tindakan dari masing-masing kerusakan
terlebih dahulu, karena tidak semua kondisi kerusakan tersebut perlu ditindak
lanjuti sebagai perbaikan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.50.
Tabel 4.50. Pengelompokan dan Tindakan Dari Setiap Kondisi Kerusakan

SUB-KOMPONEN PENGELOMPOKAN KONDISI KERUSAKAN TINDAKAN DARI KONDISI KERUSAKAN


STRUKTUR RINGAN SEDANG BERAT RINGAN SEDANG BERAT
Cat pelapis mengelupas,
- - Pemeliharaan Berkala - -
bernoda atau kotor
1. Retak rambut 0,1 – 0,6 mm
Kolom, Balok dan - - - Perbaikan -
2. Retak struktural
Pelat Lantai
1. Pecah, terkelupas, keropos,
1. Perbaikan
- - korosi pada beton - -
2. Rehabilitasi
2. Patahan
SUB-KOMPONEN PENGELOMPOKAN KONDISI KERUSAKAN TINDAKAN DARI KONDISI KERUSAKAN
ARSITEKTUR RINGAN SEDANG BERAT RINGAN SEDANG BERAT
1. Buram, bernoda atau kotor 1. Pemeliharaan Rutin
- - - -
2. Perbedaan warna 2. Pemeliharaan Berkala
1. Cat berkerut Pemeliharaan berkala dan
Cat mengelupas dan pecah - Perbaikan -
2. Cat menggelembung perbaikan
Retak rambut pada pelesteran
- - - Perbaikan
dengan lebar > 0,3 mm
Retak pada pelesteran dengan
- - - Perbaikan -
Cat Pelapis lebar > 0,3 mm
Dinding Cat menggelembung dan
- pelesteran mengelupas sampai - - Perbaikan -
terlihat bata ringan
Bata ringan terlihat retak, namun
- - - - Perbaikan dan Rehabilitasi
tidak belah dan goyang
Bata ringan terdapat yang belah
- - - - Rehabilitasi
dan goyang
Terdapat pasangan bata ringan
- - - - Rehabiltasi
yang lepas dari pasangan dinding.
Tabel 4.50. Pengelompokan dan Tindakan Dari Setiap Kondisi Kerusakan (Lanjutan)

SUB-KOMPONEN PENGELOMPOKAN KONDISI KERUSAKAN TINDAKAN DARI KONDISI KERUSAKAN


ARSITEKTUR RINGAN SEDANG BERAT RINGAN SEDANG BERAT
1. Berdebu dan buram 1. Pemeliharaan Rutin
- - - -
2. Bernoda atau kotor 2. Pemeliharaan Berkala
- Retak rambut 0,1 – 0,2 mm - - Perbaikan
- Terdapat keramik belah sebagian - - Perbaikan
Belah sebagian yang diikuti retak
- rambut pada keramik yang - - Perbaikan
sejenis
Keramik pelapis Terdapat keramik yang belah,
dinding dan lantai - goyang dan terasa bersuara - - Perbaikan
ketika diinjak
Keramik pecah dan terlepas dari
- - pasangan seluruhnya, yang diikuti - - Rehabiltasi
oleh pasangan keramik yang lain
Terdapat keramik yang hancur
sampai terlihat pelesteran lantai,
- - - - Rehabiltasi
yang diikuti oleh pasangan keramik
yang lain.
1. Berdebu dan buram 1. Pemeliharaan Rutin
- - - -
2. Bernoda/kotor 2. Pemeliharaan Berkala
1. Cat pelapis menggelembung Pemeliharaan berkala dan
- - - -
2. Cat pelapis mengelupas perbaikan
Plafond terlihat melendut,
Penutup langit- - - - Perbaikan -
namun tidak retak
langit / plafond Terdapat retakan yang
- menyebabkan sambungan - - Perbaikan -
plafond terlepas
Terdapat plafond yang belah
- - sebagian dan menyebabkan lubang - - Rehabiltasi
disebagian plafond
Tabel 4.50. Pengelompokan dan Tindakan Dari Setiap Kondisi Kerusakan (Lanjutan)

SUB-KOMPONEN PENGELOMPOKAN KONDISI KERUSAKAN TINDAKAN DARI KONDISI KERUSAKAN


ARSITEKTUR RINGAN SEDANG BERAT RINGAN SEDANG BERAT
Terdapat plafond yang belah, pecah
Penutup langit- dan hancur seluruhnya yang
- - - - Rehabiltasi
langit / plafond menyebabkan lubang
dikeseluruhan plafond.
Dari analisis penyebab kerusakan yang dijelaskan pada Tabel 4.50
tersebut, maka selanjutnya dapat direncanakan prosedur perbaikan
bedasarkan kerusakan yang telah digolongkan kedalam beberapa kategori dan
dianalisis penyebabnya. Dalam merencanakan perbaikan, perlu di analisis
terlebih dahulu metode perbaikan, sebagai acuan dasar dalam
menindaklanjuti kerusakan sebelum menentukan alat dan bahan yang
digunakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.7.
Prosedur yang telah direncanakan pada Lampiran 2.7 tersebut mutlak
perlu dilakukan oleh pelaksana gedung pada setiap tahapannya, dari macam-
macam kerusakan yang dialami oleh sub-komponen. Dalam merencanakan,
merevisi dan melengkapi tahap-tahapan perbaikan tersebut, pengelola gedung
khususnya chef engineering perlu mempertimbangkan aspek-aspek dari
penyebab kerusakan terlebih dahulu seperti contoh kerusakan plafond yaitu,
plafond terlihat melendut atau melengkung yang disebabkan elevasi rangka
plafond khususnya panjang rod hangger terdapat yang tidak sesuai, yang
menyebabkan elevasi terhadap metal furring tidak sejajar, maka hal tersebut
disebabkan oleh pelaksanaan pengawasan yang tidak optimal saat pengerjaan,
atau terdapat hal lain yang disebabkan oleh aspek non-teknis, seperti
penghuni gedung yang memasang dekorasi ruangan dengan beban yang
berlebihan dan digantung pada plafond, akibatnya plafond menjadi
melengkung atau retak.

1.1.15.2 Prosedur Teknis Manajemen Pemeliharaan


Perencanaan teknis manajemen pemeliharaan, lebih diutamakan pada
tindakan preventif / pencegahan kerusakan terhadap komponen struktur dan
arsitektur. Dalam merencanakan prosedur teknis manajemen pemeliharaan
terdapat tahapan-tahapan yang perlu di analisa, seperti yang diperlihatkan
flowchart pada Gambar 4.31.
MULAI

Kategorikan kondisi kerusakan bedasarkan


tindakan dari kondsi RINGAN

Rencanakan tindakan preventive bedasarkan


penyebab kerusakan

Aspek teknis Aspek non-teknis

Rencanakan manajemen pengelolaan gedung


bedasarkan tugas, wewenang dan tanggung
jawab

Rencanakan peraturan bagi pihak penghuni


gedung

SELESAI

Gambar 4.31. Flowchart Perencanaan Prosedur Teknis Manajemen Pemeliharaan

Bedasarkan perencanaan prosedur perbaikan sebelumnya, tindakan


untuk prosedur teknis pemeliharan harus dimulai saat komponen berada pada
kategori kondisi “RINGAN”, yaitu dimana kondisi komponen tidak
mengurangi fungsi keandalan, kerusakan yang timbulkan sedikit
mengganggu fungsi estetika gedung, tetapi apabila dari kategori kondisi
“RINGAN” tersebut tidak ditindak lanjuti kerusakan akan semakin
bertambah, kemungkinan kerusakan yang terjadi dapat mengurangi fungsi
keandalan dari setiap komponen. Oleh sebab itu menjaga agar kerusakan yang
terjadi pada komponen tidak bertambah, harus merencanakan tindakan
preventif bedasarkan aspek-aspek penyebab kerusakan dari setiap komponen
struktur dan arsitektur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.8.
Bedasarkan perencanaan tindakan preventif terhadap aspek penyebab
kerusakan pada Lampiran 2.8 dapat disimpulkan bahwa, penyebab
kerusakan yang sangat berpengaruh yaitu dari kesalahan pada tahap
pelaksanaan pembangunan, karena dari penyebab tersebut tidak dapat
ditanggulangi atau diperbaiki, maka keputusan yang perlu dilakukan untuk
mencegah bertambahnya beratnya kerusakan yang ditimbulkan yaitu, perlu
adanya perencanaan yang baik dari manajemen pengelola gedung, sebagai
pihak yang bertanggung jawab atas operasional pemeliharaan, namun
disamping hal tersebut perlu adanya sinkronisasi dari pihak penghuni gedung
sebagai pihak pemakai dengan manajemen pengelola gedung, karena pihak
penghuni gedung ikut berpotensi menyebabkan resiko kerusakan. Maka
perencanaan pemeliharaan harus diatur terlebih dahulu dari pihak manajemen
pengelola gedung.

a. Pihak Manajemen Pengelola Gedung


Dari bagan struktur organisasi dengan tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang disusun oleh building manager, maka dapat diketahui tahapan
pertama dalam merencanakan prosedur pemeliharaan yaitu, setelah building
manager memberikan perintah kepada chef engineering untuk menyusun
standar operasional pemeliharaan, dengan alur seperti yang dapat dilihat pada
flowchart Gambar 4.32.
MULAI

Chef engineering merencanakan SOP


pemeliharaan

Hasil perencanaan diberikan terlebih


dahulu kepada B.M

TIDAK
Disetujui B.M A

YA

C.E menjalankan prosedur teknis dan


program pemeliharaan

Gambar 4.32. Flowchart Perencanaan Prosedur Teknis Pemeliharaan

Bedasarkan flowchart tersebut maka dapat diketahui bahwa, setelah chef


engineering selesai merencanakan prosedur teknis untuk pemeliharaan, perlu
disetujui terlebih dahulu oleh builiding manager sebelum prosedur tersebut
diaplikasikan atau dijalankan, jika usul prosedur pemeliharaan dari chef
engineering tersebut tidak disetujui oleh building manager, maka revisi yang
harus dilakukan oleh chief engineering terkait perencanaannya, seperti yang
diperlihatkan pada flowchart kondisi “A” pada Gambar 4.33.
A

Revisi

Cek kembali kesesuaian


perencanaan pemeliharaan
bedasarkan :

Tindakan preventif terhadap


penyebab kerusakan

Kegiatan dan program


pemeliharaan

Harian Bulanan Tahunan

Metode kerja, alat dan


bahan

SELESAI

Gambar 4.33. Flowchart Perbaikan Prosedur Teknis Pemeliharaan

Alur perbaikan untuk prosedur tersebut, dapat sebagai acuan building


manager untuk memeriksa kelayakan dan menyempurnakan perencanaan
prosedur teknis pemeliharaan. Bedasarkan flowchart tersebut, tahapan
pertama dalam menentukan kesesuaian dan kelayakan perencanaan
pemeliharaan yaitu, tindakan preventif yang harus dilakukan terhadap
penyebab kerusakan, karena ketika gedung telah beroperasional terdapat
kendala dan kerusasakan diluar ekspetasi, oleh sebab itu mutlak bagi chef
engineering untuk selalu memeriksa dan meninjau kondisi eksisting
komponen gedung, kinerja staf pengelola dan keluhan ataupun masukan dari
penghuni gedung. Setelah merencanakan tindakan preventif dari penyebab
kerusakan, selanjutnya yaitu merencanakan kegiatan dan program
pemeliharaan. Perencanaan kegiatan dan program pemeliharaan tersebut
terbagi menjadi 3 interval untuk waktu pelaksanaanya yaitu harian bulanan
dan tahunan. Kegiatan dan program pemeliharaan tersebut sebagian besar
direncanakan untuk area publik, seperti koridor, lobby lift, ruang panel,
restaurant, taman kanak-kanak dan tempat ibadah, namun selain perencanaan
kegiatan pemeliharaan yang ditujukan untuk area publik yaitu area hunian
yang bersifat privasi. Karena merencanakan kegiatan pemeliharaan untuk
area yang bersifat privasi tersebut memiliki prosedur yang berbeda untuk
pelaksanaannya, yang diantaranya yaitu perlu ijin dari pemilik ruangan untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.54, Tabel 4.55, Tabel 4.56 untuk perencanaan kegiatan dan program
pemeliharaan rutin dan berkala.
Namun sebelum merencanakan kegiatan pemeliharaan, perlu diketahui
terlebih dahulu masa layan dari setiap masing-masing sub-komponen, hal
tersebut ditujukan untuk mengukur kekuatan maksimal komponen
beroperasional, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.53.
Tabel 4.53. Kekuatan Masa Layan Komponen Bedasarkan Spesifikasi

JENIS DAN SPESIFKASI KOMPONEN MASA LAYAN (tahun)


Dinding bata ringan
1. Pelapis cat 5 Tahun
2. Pelapis keramik 15 Tahun
Pelapis lantai
1. Beton/Floorhardener 25 Tahun
2. Keramik 20 Tahun
3. Granite 20 Tahun
Penutup langit-langit
1. Plafond gypsum 30 Tahun
2. Plafond GRC (silicate) 35 Tahun
3. Beton expose (cat pelapis) 5 tahun

Sumber : Building Maintenance and Management

Prediksi kekuatan maksimal masa layan komponen tentu berdasarkan


aspek-aspek penyebab dari kerusakan dan fungsionalitas gedung tersebut,
karena jika fungsi suatu gedung memiliki intensitas kegiatan yang tinggi,
maka tidak menutup kemungkinan kekuatan dari masa layan tersebut dapat
berkurang.
Tabel 4.54. Perencanaan Kegiatan dan Program Pemeliharaan Harian

DURASI (bulan)
KOMPONEN KEGIATAN
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pemeliharaan kebersihan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
a. Cleaning service
1. Koridor dan lobby lift
 Dinding
 Lantai
 Plafond
2. Lobby lantai dasar
 Dinding
 Lantai
 Plafond
3. Ruang panel dan tempat
sampah
 Dinding
ARSITEKTUR

 Lantai*
 Penutup atap
4. Restaurant
 Dinding
 Lantai
 Plafond
5. Taman kanak-kanak
 Dinding
 Lantai
 Plafond
6. Tempat ibadah
 Dinding
 Lantai
 Plafond
7. Ruang Hunian
 Dinding
 Lantai
 Plafond
Tabel 4.54 Perencanaan Kegiatan dan Program Pemeliharaan Harian (Lanjutan)

DURASI (bulan)
KOMPONEN KEGIATAN
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pemeliharaan tata ruang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
STRUKTUR a. Pengelolaan tempat parkir
1. Area parkir

Tabel 4.55. Perencanaan Kegiatan dan Program Pemeliharaan Bulanan

KOMPONEN KEGIATAN DURASI (bulan)


Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Pemeliharaan kebersihan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
a. Cleaning service
1. Koridor dan lobby lift
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
2. Lobby lantai dasar
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
3. Ruang panel dan tempat sampah
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
ARSITEKTUR

4. Tempat ibadah
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
5. Restaurant
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
6. Area hunian
 Plafond 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
b. Pest control
1. Ruang panel dan tempat sampah 1x
2. Tempat ibadah 1x
3. Tempat parkir 1x
4. Taman kanak-kanak 1x
5. Restaurant 1x
6. Area hunian 1x
Tabel 4.56. Perencanaan Kegiatan dan Program Pemeliharaan Tahunan

KOMPONEN KEGIATAN DURASI (tahun)


Pengecatan ulang 1 2 3 4 5
a. Dinding
1. Interior
 Koridor dan lobby lift
 Lobby lantai dasar
 Ruang panel dan tempat
sampah
 Tempat ibadah
 Restaurant
 Taman-kanak-kanak
 Ruang hunian*
ARSITEKTUR

2. Exterior
 Koridor dan lobby lift
 Lobby lantai dasar
 Tempat ibadah
 Taman-kanak-kanak
 Ruang hunian*
b. Plafond
1. Interior
 Koridor dan lobby lift
 Lobby lantai dasar
 Tempat ibadah
 Restaurant
 Taman-kanak-kanak
 Ruang hunian*
2. Exterior
 Ruang hunian*

Dari perencanaan kegiatan pemeliharaan tersebut, maka dapat diketahui


bahwa teknis pemeliharaan rutin ataupun berkala lebih ditujukan pada
kegiatan pemeliharaan kebersihan dan perbaikan untuk bahan pelapis
komponen dinding dan penutup langit-langit/plafond, hal tersebut
dikarenakan prosedur pemeliharaan lebih bersifat pencegahan terhadap
kerusakan dan memberikan kenyamanan bagi penghuni gedung. Setelah
merencanakan kegiatan dan program pemeliharaan, maka selanjutnya
merencanakan metode kerja, alat dan bahan yang digunakan untuk
pelaksanaan dari kegiatan pemeliharaan tersebut, seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 4.64.
Tabel 4.57. Perencanaan Prosedur Kerja dan Sumber Daya Pemeliharaan

KEGIATAN PROSEDUR DAN SUMBER DAYA PEMELIHARAAN


KOMPONEN
PEMELIHARAAN METODE KERJA ALAT BAHAN

1. Bersihkan terlebih dahulu debu yang melekat pada dinding bercat minyak dengan menggunakan kain majun,
lalu untuk bagian atas gunakan rakbol.
1. Rakbol
2. Jika terdapat noda atau kotoran yang menempel pada dinding bercat minyak, gunakan larutan washing
2. Kain majun
Dinding pelapis compound dengan air secukupnya sapukan merata. Melakukan pekerjaan tersebut harus teliti, karena apabila 1. Washing compound
3. Spons
cat air yang digunakan terlalu berlebihan, dapat merusak permukaan cat. 2. Air bersih
4. Stick mop
3. Hilangkan noda yang menempel pada dinding tersebut mengunakan spons, lalu tunggu hingga kering dan
5. Ember
diulang kembali, kemudian keringkan dengan kain majun.
4. Bersihkan sisa-sisa larutan yang jatuh kelantai menggunakan stick mop.

Pemeliharaan
kebersihan 1. Bersihkan terlebih dahulu debu yang melekat pada dinding keramik dengan menggunakan kain majun.
Dinding pelapis 2. Jika terdapat noda atau kotoran yang menempel pada dinding keramik, gunakan washing compund dengan air 1. Washing compound
1. Kain majun
keramik secukupnya, lalu sapukan merata pada seluruh area pasangan keramik dinding yang bernoda. 2. Air bersih
3. Keringkan permukaan dinding pasangan keramik dengan kain majun.

1. Kosongkan dan bersihkan semua barang-barang, seperti tempat sampah/asbak dan benda-benda lain yang
berada pada lokasi kerja, lalu disingkirkan untuk sementara waktu dan ditempatkan kembali apabila pekerjaan
telah selesai. 1. Vaccum cleaner
2. Vacuum lantai keramik terlebih dahulu untuk menghilangkan debu 2. Stick mop
3. Basahi lantai keramik secara merata, dengan menggunakan bahan kimia chemical cleaner lalu dicampur 3. Ember
Keramik pelapis 1. Chemical cleaner
dengan air dan tunggu 5 menit. 4. Kain majun
lantai 2. Air bersih
4. Lakukan pembersihan di sudut-sudut lantai yang tidak terjangkau oleh mesin poles, apabila menggunakan sikat 5. Keranjang plastik
dorong, harus menggunakan sarung tangan untuk melindungi kulit tangan dari bahan kimia tersebut. 6. Sikat dorong
5. Jika setelah selesai membersihkan noda-noda pada keramik lantai, gunakan wet vacuum cleaner untuk 7. Sarung tangan
menghisap cairan kotoran pada lantai keramik.
6. Pel berulang kali dengan menggunakan stick mop katun, minimal 3 kali yang dibilas dengan air bersih.
Tabel 4.57. Perencanaan Prosedur Kerja dan Sumber Daya Pemeliharaan (Lanjutan)

KEGIATAN PROSEDUR DAN SUMBER DAYA PEMELIHARAAN


KOMPONEN
PEMELIHARAAN METODE KERJA ALAT BAHAN
1. Plafond silicate board
a. Gunakan alas plastik pada lantai untuk melindungi lantai keramik dari cairan bahan chemical cleaner.
b. Semprotkan bahan chemical cleaner ke permukaan plafond. 1. Tangga
c. Sapukan secara merata dengan menggunakan spons, lakukan berulang kali apabila kotoran masih 2. Plastik
Pemeliharaan Penutup langit- melekat. 3. Spons 1. Chemical cleaner
kebersihan langit d. Cairan bekas noda yang masih menempel pada plafond, bilas dengan air bersih, lakukan berulang kali 4. Kain majun 2. Air bersih
apabila sisa cairan pembersih masih melekat. 5. Sapu
e. Keringkan dan bersihkan dengan kain majun. 6. Ember
2. Plafond gypsum
a. Bersihkan permukaan plafond dengan menggunakan sapu dari debu dan kotoran yang melekat.
Pengawasan terhadap jumlah kendaraan yang terparkir di area tempat parkir, tidak boleh melebihi jumlah
Pemeliharaan
Struktur kapasitas tempat parkir. Gunakan formulir kegiatan pemeliharaan harian pada Lampiran 3.2 untuk mencatat 1. Alat tulis 1. Kertas
tata ruang
jumlah kendaraan yang terpakir setiap harinya.
1. Kerok seluruh lapisan cat lama dengan scrapper.
1. Ember
2. Haluskan permukaan dengan ampelas
2. Ampelas 2. Cat dasar dan cat
Cat pelapis 3. Bersihkan permukaan dinding dengan lap basah, untuk menghilangkan kotoran atau debu yang menempel.
3. Scrapper akhir.
dinding 4. Lapisi permukaan dinding dengan menggunakan cat dasar.
4. Lap bersih 3. Air bersih
5. Setelah seluruh permukaan dilapisi cat dasar, lapisi kembali dengan menggunakan cat akhir, sebanyak 2 lapis
5. Roll
pengecatan.
1. Gunakan alas plastik pada lantai untuk melindungi lantai keramik dari kotoran dan cat plafond.
Pengecatan 2. Kerok lapisan cat lama dengan menggunakan scrapper.
1. Scrapper
ulang 3. Bersihkan permukaan plafond dari debu dengan menggunakan sikat halus.
2. Plastik
4. Pasang solatip pada sisi-sisi dinding plafond, agar cat plafond tidak mengenai permukaan dinding.
3. Sikat halus
Plafond 5. Gunakan kuas rol untuk melakukan pengecatan awal pada plafond dengan menggunakan cat dasar.
4. Solatip 1. Cat dasar dan akhir
gypsum 6. Pola pengecatan pada plafond yaitu bentuk strip vertikal terlebih dahulu, lalu ditimpa dengan cat dari arah
5. Kuas rol
horizontal.
6. Ember
7. Tunggu selama 6 jam agar lapisan cat dasar tersebut mengering.
7. Tangga
8. Setelah seluruh permukaan plafond dilapisi oleh cat dasar, lapisi kembali dengan cat akhir.
9. Lakukan pola yang sama untuk pengecatan akhir.
Program dan prosedur kerja yang telah dibuat tersebut, kemudian
diberikan kembali kepada building manager untuk diperiksa. Bedasarkan
alur kerja chef engineering perencanaan tersebut harus sampai disetujui oleh
building manager, agar dapat di aplikasikan di lapangan. Setelah
perencanaan tersebut dinyatakan layak untuk diaplikasikan, maka langkah
chef engineering selanjutnya yaitu, dapat dilihat pada flowchart Gambar
4.34.

C.E memberikan prosedur untuk program


pemeliharaan harian, bulanan dan
tahunan pada staf S.E Struktur dan
Arsitektur

Staf S.E Struktur dan Arsitektur


menjalankan prosedur dan program
sesuai dengan instruksi dari C.E

Staf S.E Struktur dan Arsitektur harus


memberikan laporan kegiatan harian
pemeliharaan kepada C.E

C.E memberikan laporan hasil kegiatan


C.E harus mengcross-check kembali hasil
harian pemeliharaan tersebut kepada
dari kegiatan pemeliharaan tersebut
Adm.Teknik untuk di dokumentasikan

MULAI

Gambar 4.34. Flowchart Metode Kerja Chief Engineering

Dari alur kerja chief engineering untuk melaksanakan kegiatan dan


program pemeliharaan tersebut bahwa, chef engineering memerintahkan
kepada supervisor engineering struktur dan arsitektur untuk melaksanakan
kegiatan pemeliharaan. Saat chef engineering memerintah, kepada
supervisor engineering struktur dan arsitektur tidak berarti chef engineering
telah bebas tugas, chef engineering harus tetap mengawasi kinerja staf
bawahannya tersebut, apakah prosedur yang telah dirancang tersebut
berjalan sesuai rencana atau tidak, lalu chef engineering pun harus selalu
memeriksa kondisi exsisting di lapangan terkait dengan kegiatan-kegiatan
pemeliharaan yang sedang berlangsung, selain memeriksa kegiatan-
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh manajemen pengelola gedung
pun, chef engineering harus memeriksa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
penghuni gedung secara langsung, untuk mengantisipasi resiko kerusakan
komponen seperti yang telah dianalisis pada penyebab resiko kerusakan dari
aspek penghuni gedung, ataupun memeriksa kondisi kelayakan dari suatu
komponen, apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak, karena dengan
melihat bagan struktur organisasi, saran dari chef engineering untuk
melakukan perbaikan akan lebih efisien kepada building manager.
Dalam mengawasi kinerja pelaksanaan pemeliharaan, chef engineering
harus mengcross-check kembali hasil dari kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan, salah satunya dengan meminta kepada supervisor engineering
struktur dan arsitektur laporan kegiatan harian pemeliharaan, setelah
menerima laporan kegiatan pemeliharaan dari supervisor engineering, chef
engineering harus memeriksa hasil dari kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan, apakah telah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, lalu
setelah mengcross-check hasil dari kegiatan pemeliharaan yang telah
dilaksanakan tersebut, chef engineering harus memberikan laporan kegiatan
pemeliharaan harian tersebut kepada staf administrasi teknik untuk direkap
dan dilaporkan kepada building manager. Prosedur kerja terhadap chef
engineering tersebut harus dilakukan berulang-ulang, baik kegiatan yang
dilakukan adalah pemeliharaan, pemeriksaan ataupun perbaikan.

b. Pihak Penghuni Gedung


Sebagai gedung yang difungsikan menjadi apartemen yaitu area tempat
tinggal atau menetap dan melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari. Rumah
diarea berkomplek ataupun gedung bertingkat memiliki peraturan dan
prosedur yang berbeda bagi penghuninya, begitupun perencanaan pada
gedung tersebut, prosedur yang ditetapkan bagi penghuni itu sendiri, dapat
dilihat pada flowchart Gambar 4.35.
MULAI

Penghuni memesan ruang hunian

Penghuni melapor kepada adminstrasi


teknik untuk pendataan personality
penghuni

Penghuni diberikan peraturan dan


program kegiatan pemeliharaan yang akan
dilakukan pada area hunian

Penghuni diberikan batas waktu selama 1


minggu untuk memberikan kepastian.

TIDAK Jika terdapat keluhan perbaikan atau


YA
List oleh adm.teknik ruang hunian yang Apakah penghuni pergantian komponen, pengelola akan
akan dikelola tersebut. setuju menanggung biaya sebesar 30% dari total
biaya perbaikan tersebut

Jika terdapat keluhan perbaikan atau


pergantian komponen, pengelola akan
menanggung biaya sebesar 70% dari total
biaya perbaikan tersebut

SELESAI

Gambar 4.35. Flowchart Prosedur Peraturan Penghuni Gedung

Bedasarkan flowchart tersebut adalah, peraturan yang harus ditaati oleh


penghuni baru yang akan menetap pada gedung tersebut, penghuni harus
mengetahui dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak
pengelola gedung tersebut. Pada tahap pertama setelah penghuni baru tersebut
telah memenuhi persyaratannya kepada pihak pemasaran, maka pihak
penghuni harus melapor kepada staff administrasi teknik gedung untuk di data
personalitinya, setelah di data oleh staff administrasi teknik gedung, maka
staff adm.teknik memberikan peraturan-peraturan bagi penghuni gedung, di
antaranya :
1. Apabila penghuni akan menambah dekorasi ruangan yang bersifat
merubah atau menambah fungsi dari komponen gedung, harus
melapor terlebih dahulu pada staff administrasi teknik.
2. Menambah dan mengganti, atau yang bersifat mengeluarkan dan
memasukan furniture baru pada ruangan, penghuni harus terlebih
dahulu melapor 1 jam sebelumnya kepada administrasi teknik.
3. Apabila penghuni akan meninggalkan atau mengosongkan runagan,
dengan jangka waktu lebih dari 3 minggu berturut-turut, harap
konfirmasi terlebih dahulu kepada staff administrasi teknik.
4. Jika pihak penghuni gedung menyetujui pengelolaan pemeliharaan
dan perbaikan area huniannya diserahkan kepada pihak pengelola
gedung, maka apabila saat pihak manajemen pengelola gedung akan
melakukan kegiatan pemeliharaan ataupun perbaikan, harus ada
perwakilan dari pihak penghuni ruangan sebagai saksi.
5. Pihak pemilik ruangan atau penghuni tidak boleh meninggalkan
ruangan sebelum kegiatan yang dilakukan oleh pihak manajemen
pengelola gedung selesai.
6. Apabila pada point.4 dan point.5 tersebut telah terpenuhi, pihak
pengelola gedung tidak akan bertanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang bersifat kehilangan atau kerusakan terhadap furniture
yang dimiliki oleh pemilik ruangan, dengan alasan yang diakibatkan
oleh kegiatan rutin pemeliharaan atau perbaikan, tanpa ada
koordinasi terlebih dahulu kepada staff pengelola.
7. Apabila penghuni gedung memiliki kendaraan bermotor, harap
selalu menggunakan stiker yang telah disediakan oleh pengelola
gedung, yang bertujuan agar pihak pengelola mengetahui kendaraan-
kendaraan yang dimiliki oleh penghuni tetap gedung.
Lalu setelah penghuni mengetahui peraturan-peraturan yang harus
dipatuhi, maka program-program dan kegiatan pemeliharaan yang akan
dilakukan pada area hunianya, kegiatan-kegiatan pemeliharaan pada area
hunian dilakukan dengan metode dan sumber daya yang tercantum pada
Tabel 4.57. Kegiatan dan program pemeliharaan yang diberikan pada
penghuni gedung yaitu, kegiatan pemeliharaan kebersihan terhadap
komponen arsitektur. Setelah penghuni gedung mengetahui peraturan,
kegiatan dan program pemeliharaan yang ditawarkan kepada penghuni
gedung, maka penghuni gedung diberikan waktu selama 1 minggu untuk
memberi kepastian kepada pihak adm.teknik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.16. Kesimpulan
1. Standar operasional prosedur pemeliharaan dan perbaikan komponen
struktur dan arsitektur yaitu, langkah-langkah atau tata cara yang
diperlukan untuk melakukan perencanaan dan tindakan pemeliharaan atau
perbaikan terhadap komponen struktur atau arsitektur pada sebuah
gedung.
2. Dalam merencanakan standar operasional prosedur, perlu menentapkan
terlebih dahulu perencanaan pengelolaan gedung yang diantaranya
tindakan pada tahap awal, yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, sebagai
acuan awal untuk menentukan kompleksitas ruang lingkup pemeliharaan
pada komponen struktur dan arsitektur gedung, yang pada akhirnya
analisis tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
menentukan bagan struktur organisasi, beserta dengan tugas, wewenang
dan tanggung jawab dari para staf personel pengelola gedung.
3. Bedasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya pada identifikasi
komponen dan karakteristik bahan, saat akan melakukan perbaikan atau
pergantian pada komponen arsitektur, spesifikasi teknis bahan yang akan
digunakan harus sesuai atau yang setara dengan yang tercantum pada data
spesifikasi teknis komponen dan karakteristik bahan komponen yang
digunakan sebelumnya.
4. Metode analisa perhitungan keandalan terhadap komponen struktur atau
arsitektur, perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan nilai maksimum
komponen terpasang, apabila akan digunakan pada gedung lain.
5. Dalam menentukan kategori dan penyebab kerusakan harus bedasarkan
oleh sifat-sifat material dan karakteristik bahan dasar dari komponen, hal
tersebut menjadi landasan fundamental dalam merencanakan
pemeriksaan dengan menggunakan metode keandalan komponen, dengan
mengidentifikasi terlebih dahulu dimensi, jumlah, dan letak dari setiap
komponen yang terpasang pada gedung, yang tercantum ke dalam
identifikasi komponen struktur dan arsitektur.
6. Aspek yang paling berpengaruh terhadap kerusakan komponen yaitu,
aspek non-teknis terlihat dari hasil analisa penyebab kerusakan pada
komponen cenderung lebih disebabkan oleh aspek manajemen pengelola
gedung, yang kurang terkelola dengan baik.
7. Koordinasi atau komunikasi antara pihak penghuni dan pengelola gedung
harus selalu terjaga, maka dari bagan struktur organisasi tersebut terlihat
terdapat 1 staff administrasi teknis yang bertugas mengkoordinir, mendata
keluhan-keluhan atau masukan-masukan dari penghuni gedung, yang
akan disampaikan langsung kepada chef engineering untuk ditindak
lanjuti atau dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum dilakukan.
8. Perbaikan yang harus dilakukan oleh staf pelaksana pengelola gedung,
harus bedasarkan spesifikasi material yang telah dicantumkan dan di
analisis bedasarkan identifkasi komponen sebelumnya.

1.17. Saran
1. Pada tahap awal perencanaan pengelolaan gedung, analisis yang terkait
dengan kompleksitas dan ruang lingkup pemeliharaan, yang dilakukan
oleh building manager, harus selalu dipertimbangkan dan diperbaharui
dengan kondisi-kondisi yang terjadi dilapangan, terkait dengan
kerusakan atau permasalahan-permasalahan internal antar staf personel
pengelola gedung, karena analisis yang digunakan untuk pertimbangan
terhadap kompleksitas dan ruang lingkup untuk pengelolaan gedung
yang tercantum sebelumnya, hanya dapat menjadi gambaran awal dalam
merencanakan pengelolaan gedung.
2. Kategori kerusakan yang terdapat pada analisis metode keandalan yang
digunakan, harus lebih di lengkapi dan diperbaharui, agar hasil yang
dicapai dari perhitungan tersebut menjadi lebih akurat.
3. Dalam menganalisis penyebab kerusakan, harus di pertimbangkan
dengan aspek-aspek yang lain, agar tindakan preventif yang dilakukan
menjadi lebih efektif.
4. Building manager harus memilih orang-orang yang mengerti dan dapat
menganalisa resiko kerusakan komponen struktur dan arsitektur, untuk
mengisi jabatan chief engineering dan supervisor engineering, agar
koordinasi dan komunikasi dalam melakukan kegiatan pemeliharaan
ataupun perbaikan menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Pengawasan yang dilakukan oleh chief engineering dan supervisor
engineering terhadap kondisi gedung, harus dilakukan serutin mungkin
di lapangan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan resiko
kerusakan, mengingat pada lantai 1 s.d lantai 4 adalah area publik dengan
intensitas jumlah pengunjung sangat tinggi.
6. Peran staff administrasi teknik sebagai penghubung antara penghuni dan
pengelola gedung, harus dapat memberikan instruksi dan masukan
terhadap resiko-resiko kerusakan yang ditimbulkan terkait dengan
kebiasaan-kebiasaan penghuni.
7. Perlu ada kajian lanjutan yang meneliti terhadap sub-komponen
komponen struktur dan arsitektur untuk menyempurnakan standar
operasional prosedur pemeliharaan dan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

8. Wood, Brian. (2009). “Building Maintenance”. Wiley-Blackwell.

9. Lee, Reginald. (1986). “Building Maintenance Management Third


Edition”. William Collins Sons & Co.Ltd.

10. Krisologus, Yulianto. (2012). “Perawatan Bangunan I”. Polban.

11. Suprayitno, Totok. (2011). “Panduan Teknis Perawatan Bangunan


Sekolah”. Depdiknas.

12. Rosalina. (2011). “Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari Keandalan


Bangunan Gedung”. Tesis Universitas Sebelas Maret.

13. Laporan Antara. (2010). “Kajian Umum Pemeriksaan Keandalan dan


Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang”.

14. Winandi, Restita. (2009). “Kajian Manajemen Pemeliharaan Gedung Di


Universitas Lampung”. Rekayasa Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan,
Vol.13.

15. Japan International Cooperation Agency. (2007). “Tata Cara Evaluasi


Untuk Pemeliharaan Komponen Rumah Susun Sederhana Sewa”.
Departemen Pekerjaan Umum.

16. Surdia, Tata. (2005). “Pengetahuan Bahan Teknik”. Pradnya Paramita.

17. Amri, Sjafei. (2005). “Teknologi Beton A-Z”. UI-Press.

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2008). “Pedoman Pemeliharaan dan


Perawatan Bangunan Gedung”, Nomor 24.

19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2006). “Pedoman Persyaratan


Teknis Bangunan Gedung”, Nomor 29.

20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2010). “Pedoman Teknis


Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung”, Nomor 16.

21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2007). “Pedoman Sertifikat Laik


Fungsi Bangunan Gedung”, Nomor 25.

22. PT. Lagagenis Insuko. “Metoda Kerja Pekerjaan Plafond / Ceiling”.


23. PT. Keramika Indonesia Tbk. (2014). “Katalog Keramik Kia”.

24. Leichtmix. 20 Desember 2014. http://leichtmix.com/info-produk.html

25. Hebel. 5 Desember 2014. http://www.hebel.co.id/spesifikasi/panel/panel-


dinding/

26. Levisinfo. 20 Desember 2014.


http://www.levis.info/be/producten/muurverf-en-plafondverf/levis-
plafond/

27. Mitralka. “Jenis dan Penyebab Kerusakan Cat Tembok”. 20 Desember


2014. http://mitrarenovasirumah.com/jenis-dan-penyebab-kerusakan-cat-
tembok/

28. ANP-Belgium. “Hoe schilder je een pleisteren plafond”. 20 Desember


2014. https://www.youtube.com/watch?v=_lpJW3UajH4

29. Colora de verfwinkel. “Een plafond schilderen”. 20 Desember 2014.

30. https://www.youtube.com/watch?v=W152ZuTqsxM

31. British Gypsum. “Casoline MF Ceiling”. 20 Desember 2014.


https://www.youtube.com/watch?v=9m-uOuKKTNU

32. Expoy Floor Coating. “System Injeksi Beton”. 5 January 2015.


http://epoxyfloorindonesia.webs.com/injeksibeton.htm

33. Semen Tiga Roda. “Penyebab Bahan Material Dinding Bangunan Rumah
Retak”. 10 January 2015. http://www.sementigaroda.com/blog/problem-
problem-umum-pada-aplikasi-semen/
CURICULUM VITAE

Data Personal

Nama : Moch. Sayid Assaury

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 14 November 1992

Anak ke – : 1 dari 2 Bersaudara

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tinggi, Berat Badan : 162 cm, 50 kg

Golongan Darah : AB

Agama : Islam

Alamat : Jln. Nata Asri III Blok J-9 RT/RW 04/06

Kabupaten Bandung

Kontak

HP/Telepon : +628989193915 / 022-5431759

Email : limzsevensquad@gmail.com
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Denah Dimensi Kolom
List Letak Balok Induk dan Anak
LANTAI - 1 LANTAI - 2 LANTAI - 3 LANTAI - 4
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
Q-R G9.152 400 x 650 4 6-5-4 G4.5 300 x 600 5,98 6-5-4 G4.5 300 x 600 6,00 Q-R G9.69 400 x 650 4,20
6-5-4 G4.41 300 x 600 6,0 Q-R G9.63 400 x 650 4,00 Q-R G9.63 400 x 650 4,70 6-5-4 G4.26 300 x 600 6,08
Q-R G9.169 400 x 650 7,15 6-5-4 G5.12 300 x 650 6,85 6-5-4 G5.24 300 x 650 6,95 Q-R G9.155 400 x 650 5,55
4-3-2 G4.42 300 x 600 6,68 Q-R G9.82 400 x 650 5,50 Q-R G9.69 400 x 650 5,35 6-5-4 G5.29 300 x 650 6,95
Q-R G9.169 400 x 650 5,95 4-3-2 G4.5 300 x 600 6,68 6-5-4 G4.5 300 x 600 6,00 4-3-2 G4.11 300 x 600 6,98
2-1 G3.39 300 x 500 4,55 Q-R G9.73 400 x 650 5,45 Q-R G9.73 400 x 650 5,15 Q-R G9.114 400 x 650 5,6
Q-R G9.152 400 x 650 4 2-1 G3.9 300 x 500 4,55 2-1 G3.9 300 x 500 4,55 2-1 G3.2 300 x 500 4,55
6-5-4 G5.18 300 x 650 6,95 Q-R G9.63 400 x 650 4,00 Q-R G9.63 400 x 650 4,00 Q-R G9.35 400 x 650 4,05
R-S G9.158 400 x 650 6,50 1-2-3 G9.25 400 x 650 6,85 1-2-3 G9.32 400 x 650 7,0 3-2-1 G9.50 400 x 650 6,95
6-5-4 G4.18 300 x 600 6,95 4-5-6 G5.12 300 x 650 6,85 4-5-6 G5.24 300 x 650 6,8 R-S G9.115 400 x 650 6,7
R-S G13.166 400 x 650 3,67 R-S G9.77 400 x 650 6,50 R-S G9.77 400 x 650 6,50 3-2-1 G4.13 300 x 600 6,95
4-3 G4.46 300 x 600 5,10 R-S G13.101 500 x 700 3,72 R-S G13.101 500 x 700 3,72 R-S G13.101 500 x 700 3,72
4-3 G4.46 300 x 600 5,10 4-3 G4.5 300 x 600 5,10 R-S G13.101 500 x 700 3,72 R-S G13.102 500 x 700 2,77
R-S G13.166 400 x 650 3,67 R-S G13.101 500 x 700 3,72 2-1 G9.32 400 x 650 6,85 R-S G13.102 500 x 700 2,77
3-2-1 G9.171 400 x 650 6,95 R-S G9.69 400 x 650 6,50 S-T G9.77 400 x 650 6,50 R-S G13.101 500 x 700 3,72
R-S G9.164 400 x 650 6,50 S-T G9.69 400 x 650 6,50 1-2-3 G4.13 300 x 600 6,90 6-5-4 G4.16 300 x 600 6,95
6-5-4 G9.178 400 x 650 6,95 S G13.102 500 x 700 2,77 3-4 G4.2 300 x 600 5,10 R-S G9.96 400 x 650 6,70
S-T G9.158 400 x 650 6,5 S G13.102 500 x 700 2,77 3-4 G4.2 300 x 600 5,10 S-T G9.96 400 x 650 6,70
S-T G13.167 500 x 700 2,67 4-3 G4.5 300 x 600 5,10 S G13.102 500 x 700 2,77 6-5-4 G9.196 400 x 650 6,95
S-T G13.168 500 x 700 3,67 S-T G13.101 500 x 700 3,72 S G13.102 500 x 700 2,77 S-T G13.101 500 x 700 3,72
S-T G13.167 500 x 700 2,67 S-T G13.101 500 x 700 3,72 4-5-6 G4.9 300 x 600 6,95 S-T G13.101 500 x 700 3,72
S-T G13.168 500 x 700 3,67 4-5-6 G4.9 300 x 600 6,95 S-T G9.77 400 x 650 6,50 3-2-1 G5.30 300 x 650 6,95
3-2-1 G4.10 300 x 600 6,95 S-T G9.77 400 x 650 6,50 4-5-6 G9.33 400 x 650 6,95 S-T G9.115 400 x 650 6,70
S-T G9.164 400 x 650 6,5 4-5-6 G4.26 400 x 650 6,85 R-S G13.101 500 x 700 3,72 T-U G9.69 400 x 650 4,20
3-2-1 G5.78 300 x650 6,95 T-U G9.63 400 x 650 4,00 R-S G13.101 500 x 700 3,72 6-5 G3.17 300 x 500 4,55
T - T.9 G9.152 400 x 650 4 4-5-6 G4.26 400 x 650 6,85 1-2-3 G4.25 400 x 650 6,95 T-U G9.97 500 x 700 5,55
3-2-1 G4.5 300 x 600 5,975 T-U G9.67 400 x 650 5,85 T - T.9 G9.63 400 x 650 4,00 5-4-3 G4.24 300 x 600 6,98
T - T.9 G9.169 400 x 650 5,55 6-5 G3.8 300 x 500 4,55 1-2-3 G4.4 300 x 600 6,00 T-U G9.99 400 x 650 5,55
5-4-3 G4.5 300 x 600 6,675 T-U G9.82 400 x 650 5,45 T-U G9.69 400 x 650 5,55 3-2-1 G4.58 300 x 600 7,08
T - T.9 G9.152 400 x 650 3,75 5-4-3 G4.5 300 x 600 6,68 5-4-3 G4.5 300 x 600 6,68 T-U G9.35 400 x 650 4,20
6-5 G3.39 300 x 500 4,55 3-2-1 G5.22 300 x 650 6,85 T-U G9.67 400 x 650 5,45
6-5-4 G9.178 400 x 650 6,95 T-U G9.65 400 x 650 4,00 6-5 G3.9 300 x 500 3,05
3-2-1 G4.4 300 x 600 6,00

17
LANTAI 5 - 6 LANTAI - 7 LANTAI 8-13
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
Q G5.5 300 x 650 2,10 Q G5.5 300 x 650 2,1 Q G5.65 300 x 650 2
Q-R G13.57 500 x 700 4,20 Q-R G13.57 500 x 700 4,2 Q-R G13.143 500 x 700 4,652
R-S G13.58 500 x 700 6,70 R-S G13.58 500 x 700 6,7 R-S G13.144 500 x 700 7
S-T G13.58 500 x 700 6,70 S-T G13.58 500 x 700 6,7 S-T G13.169 500 x 700 7
T-U G13.57 500 x 700 4,20 T-U G13.57 500 x 700 4,2 T - T9 G13.143 500 x 700 4,651
T G5.6 300 x 650 2,1 T G5.6 300 x 650 2,1 U G5.66 300 x 650 2
6-5-4 G13.100 500 x 700 6,08 6-5-4 G13.100 500 x 700 6,075 6-5-4 G13.106 500 x 700 6,075
6-5-4 G9.197 400 x 650 6,95 6-5-4 G9.197 400 x 650 6,95 6-5-4 G9.132 400 x 650 6,95
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,60 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,6 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,6
6-5-4 G5.48 300 x 650 7,0 6-5-4 G5.48 300 x 650 6,95 6-5-4 G5.56 300 x 650 6,95
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,10 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,1 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,1
6-5-4 G9.117 400 x 650 6,95 6-5-4 G9.117 400 x 650 6,95 6-5-4 G9.134 400 x 650 6,95
6-5 G13.72 500 x 700 4,55 6-5 G13.72 500 x 700 4,55 6-5 G13.109 500 x 700 4,55
Q-R G5.92 300 x 650 5,55 Q-R G5.92 300 x 650 5,55 Q-R G6.2 300 x 700 6,9
R-S G13.94 500 x 700 3,72 R-S G13.94 500 x 700 3,715 R-S G13.148 500 x 700 3,715
S G13.96 500 x 700 2,77 S G13.96 500 x 700 2,77 S G13.149 500 x 700 2,77
S-T G13.95 500 x 700 3,72 S-T G13.95 500 x 700 3,715 S-T G13.150 500 x 700 3,715
T - T9 G3.4 300 x 500 5,55 T - T9 G3.4 300 x 500 5,547 T - T9 G3.26 300 x 500 5,649
U G5.8 300 x 650 1,60 U G5.8 300 x 650 1,6 U G5.8 300 x 650 2
4-3-2 G13.99 500 x 700 6,98 4-3-2 G13.99 500 x 700 6,975 4-3-2 G13.105 500 x 700 6,975
4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,3 4-3 G3.2 300 x 500 5,3
4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,3 4-3 G3.2 300 x 500 5,3
5-4-3 G13.71 500 x 700 7,00 5-4-3 G13.71 500 x 700 7 5-4-3 G13.108 500 x 700 7
Q-R G3.3 300 x 500 5,55 Q-R G3.3 300 x 500 5,55 Q-R G3.11 300 x 500 5,55
Q G3.56 300 x 500 1,90 Q G3.56 300 x 500 1,9 Q G5.7 300 x 650 1,9
R-S G13.94 500 x 700 3,72 R-S G13.94 500 x 700 3,715 R-S G13.155 500 x 700 3,715
S G13.96 500 x 700 2,77 S G13.96 500 x 700 2,77 S G13.149 500 x 700 2,77
S-T G13.95 500 x 700 3,72 S-T G13.95 500 x 700 3,715 S-T G13.150 500 x 700 3,715
T - T9 G5.91 300 x 650 5,55 T - T9 G5.91 300 x 650 5,55 T - T9 G6.5 300 x 700 5,55
2-1 G13.98 500 x 700 4,55 2-1 G13.98 500 x 700 4,55 2-1 G13.104 500 x 700 4,55
3-2-1 G9.197 400 x 650 6,95 3-2-1 G9.197 400 x 650 6,95 3-2-1 G9.197 400 x 650 6,95
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,1 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,1
3-2-1 G5.47 300 x 650 7,00 3-2-1 G5.47 300 x 650 7 3-2-1 G5.55 300 x 650 7
3-2-1 G13.74 500 x 700 6,10 3-2-1 G13.74 500 x 700 6,1 3-2-1 G13.74 500 x 700 7,2
Q-R G13.93 500 x 700 4,20 Q-R G13.93 500 x 700 4,2 3-2-1 G13.133 500 x 700 6,05
R-S G13.4 500 x 700 6,70 R-S G13.4 500 x 700 6,7 3-2-1 G13.107 500 x 700 6,7
S-T G13.5 500 x 700 6,70 S-T G13.5 500 x 700 6,7 Q G5.65 300 x 650 1,748
T - T9 G13.93 500 x 700 4,10 T - T9 G13.93 500 x 700 4,1 Q-R G13.145 500 x 700 4,1
U G5.6 500 x 650 1,90 U G5.6 500 x 650 1,9 R-S G13.146 500 x 700 7
S-T G13.147 500 x 700 7
T-U G13.145 500 x 700 4,651
U G5.66 300 x 650 1,65

18
LANTAI 14 LANTAI 15 LANTAI 16-25
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
Q G5.65 300 x 650 2,20 Q G5.65 300 x 650 2,20 Q G5.65 300 x 650 2,20
Q-R G13.110 500 x 700 4,95 Q-R G13.110 500 x 700 4,95 Q-R G13.110 500 x 700 5,05
R-S G13.111 500 x 700 7,20 R-S G13.111 500 x 700 7,40 R-S G13.111 500 x 700 7,40
S-T G13.169 500 x 700 7,20 S-T G13.169 500 x 700 7,40 S-T G13.169 500 x 700 7,40
T - T9 G13.112 500 x 700 4,90 T - T9 G13.112 500 x 700 4,90 T - T9 G13.112 500 x 700 5,05
U G5.66 300 x 650 2,2 U G5.66 300 x 650 2,2 U G5.66 300 x 650 2,2
6-5-4 G13.184 500 x 700 6,20 Q G5.65 300 x 650 2,20 6-5-4 G13.184 500 x 700 6,20
6-5-4 G9.134 400 x 650 6,80 6-5-4 G13.184 500 x 700 6,20 6-5-4 G9.134 400 x 650 6,80
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G9.134 400 x 650 6,80 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00
6-5-4 G5.56 300 x 650 6,7 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G5.56 300 x 650 7,0
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G5.56 300 x 650 6,70 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00
6-5-4 G9.134 400 x 650 6,95 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G9.134 400 x 650 6,80
6-5 G13.109 500 x 700 4,20 6-5-4 G9.134 400 x 650 6,80 6-5 G13.109 500 x 700 4,55
Q-R G6.2 300 x 700 5,75 6-5-4 G13.119 500 x 700 4,55 Q-R G6.2 300 x 700 5,75
R-S G13.170 500 x 700 3,72 Q-R G6.2 300 x 700 5,75 R-S G13.115 500 x 700 3,72
S G13.149 500 x 700 2,77 R-S G13.170 500 x 700 3,72 S G13.154 500 x 700 2,77
S-T G13.171 500 x 700 3,72 S G13.154 500 x 700 2,77 S-T G13.171 500 x 700 3,72
T - T9 G3.36 300 x 500 5,75 S-T G13.171 500 x 700 3,72 T - T9 G3.36 300 x 500 5,65
U G5.6 300 x 650 2,20 T - T9 G3.36 300 x 500 5,75 U G5.6 300 x 650 2,30
4-3-2 G13.105 500 x 700 7,50 U G5.66 300 x 650 2,2 4-3-2 G13.146 500 x 700 7,50
4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3-2 G13.146 500 x 700 7,50 4-3 G3.1 300 x 500 5,30
4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,30
5-4-3 G13.108 500 x 700 7,50 4-3 G3.2 300 x 500 5,30 5-4-3 G13.108 500 x 700 7,00
Q-R G3.35 300 x 500 5,65 5-4-3 G13.118 500 x 700 7,50 Q-R G3.35 300 x 500 5,55
Q G5.5 300 x 650 1,90 Q G5.5 300 x 650 1,90 Q G5.5 300 x 650 1,90
R-S G13.170 500 x 700 3,72 Q-R G3.35 300 x 500 5,65 R-S G13.115 500 x 700 3,72
S G13.154 500 x 700 2,77 R-S G13.170 500 x 700 3,72 S G13.154 500 x 700 2,77
S-T G13.150 500 x 700 3,72 S G13.154 500 x 700 2,77 S-T G13.116 500 x 700 3,72
T - T9 G6.5 300 x 700 5,55 S-T G13.171 500 x 700 3,72 T - T9 G6.6 300 x 700 5,35
2-1 G13.104 500 x 700 4,20 T - T9 G6.5 300 x 700 5,55 2-1 G13.121 500 x 700 4,85
3-2-1 G9.197 400 x 650 6,95 2-1 G13.104 500 x 700 4,85 3-2-1 G9.133 400 x 650 6,95
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G9.133 400 x 650 6,95 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10
3-2-1 G5.55 300 x 650 7,00 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G5.55 300 x 650 7,00
3-2-1 G13.74 500 x 700 7,20 3-2-1 G5.55 300 x 650 7,00 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10
3-2-1 G13.133 500 x 700 6,05 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G9.137 400 x 650 6,80
3-2-1 G13.107 500 x 700 6,70 3-2-1 G9.136 400 x 650 6,95 3-2-1 G13.122 500 x 700 7,20
Q G5.65 300 x 650 1,75 Q G5.65 300 x 650 1,65 Q G5.5 300 x 650 1,90
Q-R G13.145 500 x 700 4,10 Q-R G13.113 500 x 700 4,70 Q-R G13.120 500 x 700 5,10
R-S G13.146 500 x 700 7,00 R-S G13.146 500 x 700 7,40 R-S G13.146 500 x 700 7,40
S-T G13.147 500 x 700 7,00 S-T G13.183 500 x 700 7,40 S-T G13.147 500 x 700 7,40
T-U G13.145 500 x 700 4,65 T - T9 G13.120 500 x 700 5,10
3-2-1 G13.133 500 x 700 6,05 Q G5.66 300 x 650 1,85
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,00
3-2-1 G5.55 300 x 650 6,7
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,00
6-5-4 G9.135 400 x 650 6,95
Q G5.66 300 x 650 1,65
6-5 G13.104 500 x 700 4,20
Q-R G13.113 500 x 700 4,70
R-S G13.146 500 x 700 7,40
S-T G13.147 500 x 700 7,40
T - T9 G13.113 500 x 700 4,40
U G5.66 300 x 650 2,2
19
LANTAI - 26 LANTAI - 27 LANTAI 28-30
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
Q G5.65 300 x 650 2,40 Q G5.65 300 x 650 2,30 Q G5.65 300 x 650 2,30
Q-R G13.123 500 x 700 5,45 Q-R G13.123 500 x 700 5,65 Q-R G13.123 500 x 700 5,65
R-S G13.124 500 x 700 7,80 R-S G13.124 500 x 700 8,00 R-S G13.153 500 x 700 7,50
S-T G13.125 500 x 700 7,80 S-T G13.125 500 x 700 8,00 S-T G13.152 500 x 700 7,50
T - T9 G13.123 500 x 700 5,45 T - T9 G13.123 500 x 700 5,45 T - T9 G13.123 500 x 700 7,30
U G5.66 300 x 650 2,4 U G5.66 300 x 650 2,3 U G5.66 300 x 650 2,3
6-5-4 G13.37 500 x 700 6,70 6-5-4 G13.133 500 x 700 6,80 6-5-4 G13.138 500 x 700 6,80
6-5-4 G9.139 400 x 650 7,00 6-5-4 G9.139 400 x 650 7,10 6-5-4 G9.143 400 x 650 7,10
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00
6-5-4 G5.72 300 x 650 7,2 6-5-4 G5.72 300 x 650 7,2 6-5-4 G5.19 300 x 650 6,9
6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00 6-5-4 G2.10 250 x 550 7,00
6-5-4 G9.141 400 x 650 7,00 6-5-4 G9.141 400 x 650 7,10 6-5-4 G9.143 400 x 650 7,10
6-5 G13.128 500 x 700 5,35 6-5 G13.132 500 x 700 5,45 6-5 G13.132 500 x 700 5,45
Q-R G6.3 300 x 700 5,85 Q-R G6.3 300 x 700 5,85 Q-R G6.3 300 x 700 5,85
R-S G13.115 500 x 700 3,72 R-S G13.172 500 x 700 3,72 R-S G13.134 500 x 700 3,72
S G13.151 500 x 700 2,77 S G13.151 500 x 700 2,77 S G13.151 500 x 700 2,77
S-T G13.130 500 x 700 3,72 S-T G13.130 500 x 700 3,72 S-T G13.185 500 x 700 3,72
T - T9 G3.36 300 x 500 5,85 T - T9 G3.36 300 x 500 5,85 T - T9 G3.6 300 x 500 5,85
U G5.6 300 x 650 2,40 U G5.6 300 x 650 2,30 U G5.6 300 x 650 2,30
4-3-2 G13.36 500 x 700 7,60 4-3-2 G13.124 500 x 700 7,60 4-3-2 G13.137 500 x 700 7,60
4-3 G3.1 300 x 500 5,30 4-3 G3.1 300 x 500 5,30 4-3 G3.1 300 x 500 5,30
4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,30 4-3 G3.2 300 x 500 5,30
5-4-3 G13.147 500 x 700 7,60 5-4-3 G13.131 500 x 700 7,60 5-4-3 G13.131 500 x 700 7,60
R-S G13.129 500 x 700 3,72 Q-R G3.35 300 x 500 5,75 Q G5.5 300 x 650 2,30
S G13.151 500 x 700 2,77 R-S G13.134 500 x 700 3,72 Q-R G3.5 300 x 500 5,75
S-T G13.130 500 x 700 3,72 S G13.151 500 x 700 2,77 R-S G13.134 500 x 700 3,72
T - T9 G6.7 300 x 700 5,65 S-T G13.135 500 x 700 3,72 S G13.151 500 x 700 2,77
Q G5.9 300 x 650 2,30 T - T9 G6.7 300 x 700 5,65 S-T G13.135 500 x 700 3,72
Q-R G3.22 300 x 500 5,75 3-2-1 G9.140 400 x 650 7,10 T - T9 G6.7 300 x 700 5,65
2-1 G13.36 500 x 700 5,35 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 2-1 G13.136 500 x 700 5,30
3-2-1 G9.138 400 x 650 7,00 3-2-1 G5.71 300 x 650 6,90 3-2-1 G9.142 400 x 650 7,10
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10
3-2-1 G5.71 300 x 650 6,90 3-2-1 G9.140 400 x 650 7,10 3-2-1 G5.19 300 x 650 6,90
3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10 R-S G13.126 500 x 700 7,50 3-2-1 G2.9 250 x 550 7,10
3-2-1 G9.140 400 x 650 6,80 S-T G13.127 500 x 700 7,50 3-2-1 G9.142 ` 7,10
3-2-1 G13.38 500 x 700 7,20 T - T9 G13.123 500 x 700 5,50 2-1 G13.42 500 x 700 5,30
Q G5.65 300 x 650 2,20 U G5.66 300 x 650 2,30 Q G5.65 300 x 650 2,30
Q-R G13.123 500 x 700 5,30 Q-R G13.123 300 x 700 7,00
R-S G13.126 500 x 700 7,30 R-S G13.153 500 x 700 7,50
S-T G13.127 500 x 700 7,30 S- T G13.152 500 x 700 7,50
T - T9 G13.123 500 x 700 5,30 T - T9 G13.123 500 x 700 7,50
Q G5.66 300 x 650 2,20 U G5.66 300 x 650 2,30

20
ANTAI ATAP
LETAK GRID KODE BALOK DIMENSI (mm) PANJANG BALOK (m)
Q G5.65 300 x 650 2,30
Q-R G13.175 500 x 700 5,65
R-S G13.174 500 x 700 7,50
S-T G13.152 500 x 700 7,50
T - T9 G13.151 500 x 700 7,30
U G5.66 300 x 650 2,3
6-5-4 G13.142 500 x 700 6,80
6-5-4 G9.183 400 x 650 7,10
6-5-4 G10.97 400 x 700 7,00
6-5-4 G5.77 300 x 650 7,0
6-5-4 G2.12 250 x 550 7,00
6-5-4 G9.143 400 x 650 7,10
6-5 G13.123 500 x 700 5,45
Q-R G6.4 300 x 700 5,85
R-S G13.175 500 x 700 3,72
S G13.151 500 x 700 2,77
S-T G13.141 500 x 700 3,72
T - T9 G3.24 300 x 500 5,85
U G5.58 300 x 650 2,30
4-3-2 G13.36 500 x 700 7,60
4-3 G3.51 300 x 500 5,30
4-3 G3.51 300 x 500 5,30
5-4-3 G13.36 500 x 700 7,60
Q G5.9 300 x 650 2,30
Q-R G3.5 300 x 500 5,75
R-S G13.140 500 x 700 3,72
S G13.151 500 x 700 2,77
S-T G13.141 500 x 700 3,72
T - T9 G6.8 300 x 700 5,65
2-1 G13.123 500 x 700 5,30
3-2-1 G9.144 400 x 650 7,10
3-2-1 G2.11 250 x 550 7,10
3-2-1 G5.19 300 x 650 6,90
3-2-1 G2.11 250 x 550 7,10
3-2-1 G9.144 400 x 650 7,10
2-1 G13.142 500 x 700 5,30
Q G5.65 300 x 650 2,30
Q-R G13.151 500 x 700 7,00
R-S G13.123 500 x 700 7,50
S- T G13.123 500 x 700 7,50
T - T9 G13.151 500 x 700 7,50
U G5.66 300 x 650 2,30

21
LANTAI - 1 LANTAI - 2 LANTAI - 3 LANTAI - 4
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
6-5-4 B5.181 250 x 600 7,68 6-5-4 B5.86 250 x 600 7,55 6-5-4 B5.86 250 x 600 7,55 6-5-4 B5.100 250 x 600 7,55
4-3-2 B5.180 250 x 600 7,58 4-3-2 B5.81 250 x 600 8,00 4-3-2 B5.81 250 x 600 8,00 4-3-2 B5.213 250 x 600 7,80
2-1 B3.139 250 x 500 5,75 2-1 B5.121 250 x 600 5,50 2-1 B5.80 250 x 600 5,50 2-1 B5.41 250 x 600 5,65
Q1.R B1.2 200 x 400 2,98 6-5-4 B5.101 250 x 600 7,10 6-5-4 B5.101 250 x 600 8,00 1-2-3 B5.198 250 x 600 7,60
Q1.R B1.2 200 x 400 2,98 4-3 B3.2 250 x 500 2,30 4-3 B3.2 250 x 500 6,43 6-5-4 B5.73 250 x 600 7,60
4-3 B3.41 250 x 500 5,90 R-S B1.2 200 x 400 3,02 3-2-1 B5.85 250 x 600 7,60 1-2-3 B5.198 250 x 600 7,60
3-2-1 B5.184 250 x 600 7,55 S-T B1.3 200 x 400 3,47 S-T B1.3 200 x 400 3,62 6-5-4 B5.73 250 x 600 7,60
6-5-8 B7.15 300 x 600 7,55 S-T B1.4 200 x 400 3,02 S-T B3.129 250 x 500 5,43 6-5 B3.83 250 x 500 5,30
S-T B1.4 200 x 400 2,98 6-5-4 B5.101 250 x 600 7,60 3-2-1 B5.85 250 x 600 7,60 5-4-3 B5.141 250 x 600 8,15
S-T B1.4 200 x 400 2,98 4-3 B3.129 250 x 500 5,92 6-5-4 B5.101 250 x 600 8,00 3-2-1 B5.147 250 x 600 7,55
S-T B1.3 200 x 400 3,44 6-5 B3.54 250 x 500 5,50 6-5 B3.46 250 x 500 5,50
4-3 B3.129 250 x 500 4,47 5-4-3 B5.75 250 x 600 8,00 5-4-3 B5.82 250 x 600 8,00
6-5-8 B7.15 300 x 600 7,55 3-2-1 B5.145 250 x 600 7,55 3-2-1 B5.147 250 x 600 7,55
6-5-8 B5.184 250 x 600 7,55
6-5 B5.187 250 x 600 5,50
5-4-3 B5.186 250 x 600 8,00
3-2-1 B5.185 250 x 600 7,55

22
LANTAI 5-6 LANTAI -7 LANTAI 8 - 13
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
6-5 B2.1 200 x 500 6,70 6-5 B2.1 200 x 500 6,70 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 Q B5.1 250 x 600 2,30
6-5 B2.1 200 x 500 6,70 6-5 B2.1 200 x 500 6,70 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
Q B5.1 250 x 600 2,30 Q B5.1 250 x 600 2,30 Q B5.4 250 x 600 2,30
Q B5.4 250 x 600 2,30 Q B5.4 250 x 600 2,30 Q-R B3.8 250 x 500 6,00
Q-R B3.1 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00 5-4 B1.1 200 x 400 2,30
Q-R B3.8 250 x 500 6,00 Q-R B3.8 250 x 500 6,00 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60
T - T9 B3.6 250 x 500 6,00 T - T9 B3.6 250 x 500 6,00 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60
U B5.2 250 x 600 2,30 U B5.2 250 x 600 2,30 T - T9 B3.64 250 x 500 6,00
U B5.2 250 x 600 2,30 U B5.2 250 x 600 2,30 U B5.2 250 x 600 2,30
Q-R B3.2 250 x 500 6,00 Q-R B3.2 250 x 500 6,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
Q-R B3.161 250 x 500 6,00 Q-R B3.161 250 x 500 6,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
Q-R B3.66 250 x 500 6,00 Q-R B3.66 250 x 500 6,00 4-3 B3.46 250 x 500 6,00
R B1.2 200 x 400 3,00 R B1.2 200 x 400 3,00 R-S B1.2 200 x 400 3,00
4-3 B3.4 250 x 500 5,80 4-3 B3.4 250 x 500 5,80 4-3 B3.4 250 x 500 6,00
S-T B1.3 200 x 400 3,50 S-T B1.3 200 x 400 3,50 S-T B1.3 200 x 400 3,30
4-3 B3.68 250 x 500 5,80 4-3 B3.68 250 x 500 5,80 4-3 B3.5 250 x 500 6,00
R B1.4 200 x 400 3,00 R B1.4 200 x 400 3,00 S-T B1.4 200 x 400 3,00
T - T9 B3.58 250 x 500 6,00 T - T9 B3.58 250 x 500 6,00 T - T9 B3.64 250 x 500 6,00
T - T9 B3.57 250 x 500 6,00 T - T9 B3.57 250 x 500 6,00 T - T9 B3.79 250 x 500 6,00
3-2-1 B5.216 250 x 500 8,00 3-2-1 B5.216 250 x 500 8,00 T - T9 B3.59 250 x 500 6,00
3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 6,70 2-1 B2.1 200 x 500 6,70 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
2-1 B2.1 200 x 500 6,70 2-1 B2.1 200 x 500 6,70 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
Q1 B5.215 250 x 600 2,60 Q1 B5.215 250 x 600 2,60 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
T - T9 B3.66 250 x 500 6,00 T - T9 B3.66 250 x 500 6,00 3-2 B1.1 200 x 400 2,30
T - T9 B3.7 250 x 500 6,00 T - T9 B3.7 250 x 500 6,00 T - T9 B3.7 250 x 600 6,00
T - T9 B3.6 250 x 500 6,00 T - T9 B3.6 250 x 500 6,00 T - T9 B3.64 250 x 600 6,00
U B5.3 250 x 600 2,25 U B5.3 250 x 600 2,25 U B5.3 250 x 600 2,30
U B5.2 250 x 600 2,25 U B5.2 250 x 600 2,25 U B5.2 250 x 600 2,30
2-1 B2.1 200 x 500 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 3,00

i
LANTAI - 14 LANTAI - 15 LANTAI 16 - 25
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
Q B5.1 250 x 600 2,30 Q B5.1 250 x 600 2,30 Q B5.1 250 x 600 3,00
Q-R B3.1 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
Q B5.9 250 x 600 2,30 Q-R B3.21 250 x 500 6,00 Q B5.9 250 x 600 3,00
Q-R B3.21 250 x 500 6,00 5-4 B1.1 200 x 400 2,30 Q-R B3.21 250 x 500 6,00
5-4 B1.1 200 x 400 2,30 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,50 5-4 B1.1 200 x 400 2,30
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,50 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,50 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,50 T - T9 B3.106 250 x 500 6,00 T - T9 B3.6 250 x 600 6,00
T - T9 B3.106 250 x 500 6,00 U B5.2 250 x 600 2,30 U B5.2 250 x 600 3,00
U B5.2 250 x 600 2,30 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 4-3 B3.46 250 x 500 6,00 4-3 B3.4 250 x 500 6,00
4-3 B3.46 250 x 500 6,00 4-3 B3.119 250 x 500 6,00 R-S B1.2 200 x 400 3,00
4-3 B3.119 250 x 500 6,00 R-S B1.2 200 x 400 3,00 4-3 B3.4 250 x 500 6,00
R-S B1.2 200 x 400 3,00 4-3 B3.4 250 x 500 6,00 S-T B1.3 200 x 400 3,30
4-3 B3.4 250 x 500 6,00 S-T B1.3 200 x 400 3,30 4-3 B3.5 250 x 500 6,00
S-T B1.3 200 x 400 3,30 4-3 B3.5 250 x 500 6,00 S-T B1.4 200 x 400 3,00
4-3 B3.5 250 x 500 6,00 S-T B1.4 200 x 400 3,00 T - T9 B3.162 250 x 500 6,00
S-T B1.4 200 x 400 3,00 T - T9 B3.79 250 x 500 6,00 T - T9 B3.79 250 x 500 6,00
T - T9 B3.79 250 x 500 6,00 T - T9 B3.59 250 x 500 6,00 Q-R B3.119 250 x 500 6,00
T - T9 B3.59 250 x 500 6,00 4-3 B1.2 200 x 400 2,30 Q-R B3.119 250 x 500 6,00
3-2 B1.1 200 x 400 2,30 4-3 B1.8 200 x 400 1,50 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
T - T9 B3.148 250 x 500 6,00 T B1.7 200 x 400 2,30 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
U B5.218 250 x 600 2,30 S-T B1.4 200 x 400 3,00 Q B5.1 250 x 600 3,00
2-1 B2.5 200 x 500 3,00 2-1 B2.1 200 x 500 3,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
2-1 B2.4 200 x 500 3,00 2-1 B2.1 200 x 500 3,00 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
T - T9 B3.148 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
U B5.218 250 x 600 2,30 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,50 3-2 B1.1 200 x 400 2,30
2-1 B2.5 200 x 500 3,00 T - T9 B3.22 250 x 600 6,00
2-1 B2.4 200 x 500 3,00 U B5.10 250 x 600 3,00
U B5.200 250 x 600 2,30 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
Q-R B3.1 250 x 500 6,00 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
T - T9 B3.6 250 x 600 6,00
U B5.2 250 x 600 2,30

ii
LANTAI - 26 LANTAI - 27 LANTAI 28 - 30
LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG LETAK KODE DIMENSI PANJANG
GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m) GRID BALOK (mm) BALOK (m)
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
Q B5.1 250 x 600 3,00 Q B5.1 250 x 600 3,00 Q B5.1 250 x 600 3,00
Q-R B3.1 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
Q B5.9 250 x 600 3,00 Q B5.9 250 x 600 3,00 Q B5.9 250 x 600 3,00
Q-R B3.21 250 x 500 6,00 Q-R B3.21 250 x 500 6,00 Q-R B3.21 250 x 500 6,00
5-4 B1.1 200 x 400 2,30 5-4 B1.1 200 x 400 2,30 5-4 B1.1 200 x 400 2,30
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60
6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60 6-5-4 B4.14 250 x 550 7,60
T - T9 B3.6 250 x 600 6,00 T - T9 B3.6 250 x 600 6,00 T - T9 B3.6 250 x 600 6,00
U B5.2 250 x 600 3,00 U B5.2 250 x 600 3,00 U B5.2 250 x 600 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00 6-5 B2.1 200 x 500 3,00
Q-R B3.64 250 x 500 6,00 Q-R B3.64 250 x 500 6,00 Q-R B3.14 250 x 500 6,00
4-3 B3.4 250 x 500 6,00 4-3 B3.4 250 x 500 6,00 Q-R B3.120 250 x 500 6,00
R-S B1.2 200 x 400 3,00 R-S B1.2 200 x 400 3,00 4-3 B3.4 250 x 500 6,00
4-3 B3.120 250 x 500 6,00 4-3 B3.5 250 x 500 6,00 R-S B1.2 200 x 400 3,00
S-T B1.3 200 x 400 3,30 S-T B1.3 200 x 400 3,30 4-3 B3.5 250 x 500 6,00
4-3 B3.5 250 x 500 6,00 S-T B1.4 200 x 400 3,00 S-T B1.3 200 x 400 3,30
S-T B1.4 200 x 400 3,00 T - T9 B3.34 250 x 500 6,00 S-T B1.4 200 x 400 3,00
T - T9 B3.162 250 x 500 6,00 T - T9 B3.79 250 x 500 6,00 T - T9 B3.34 250 x 500 6,00
T - T9 B3.79 250 x 500 6,00 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 T - T9 B3.15 250 x 500 6,00
2-1 B2.5 200 x 500 3,00 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
2-1 B2.4 200 x 500 3,00 3-2 B1.1 200 x 400 2,30 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
Q B5.6 250 x 600 3,00 T - T9 B3.22 250 x 600 6,00 Q B5.1 250 x 600 3,00
Q-R B3.18 250 x 500 6,00 U B5.10 250 x 600 3,00 Q-R B3.1 250 x 500 6,00
3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 T - T9 B3.6 250 x 600 6,00 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60 U B5.2 250 x 600 2,30 3-2-1 B4.13 250 x 550 7,60
3-2 B1.1 200 x 400 2,30 3-2 B1.1 200 x 400 2,30
T - T9 B3.22 250 x 600 6,00 T - T9 B3.22 250 x 600 6,00
U B5.10 250 x 600 3,00 U B5.2 250 x 600 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 3,00 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 3,00 2-1 B2.1 200 x 500 3,00
T - T9 B3.6 250 x 600 6,00
U B5.2 250 x 600 2,30

iii
LANTAI - ATAP
LETAK GRID KODE BALOK DIMENSI (mm) PANJANG BALOK (m)
6-5 B2.5 200 x 500 3,00
6-5 B2.4 200 x 500 3,00
Q B5.6 250 x 600 3,00
Q-R B3.18 250 x 500 6,00
Q B5.129 250 x 600 3,00
Q-R B3.18 250 x 500 6,00
5-4 B1.1 200 x 400 2,30
6-5-4 B9.10 400 x 700 7,60
6-5-4 B4.60 250 x 550 7,60
T - T9 B3.6 250 x 600 6,00
U B5.7 250 x 600 3,00
6-5 B2.4 200 x 500 3,00
6-5 B2.5 200 x 500 3,00
Q-R B3.14 250 x 500 6,00
Q-R B3.120 250 x 500 6,00
4-3 B9.9 250 x 500 6,00
R-S B1.16 200 x 400 3,00
4-3 B3.5 250 x 500 6,00
S-T B2.5 200 x 400 3,30
S-T B1.6 200 x 400 3,00
T - T9 B3.34 250 x 500 6,00
T - T9 B3.15 250 x 500 6,00
2-1 B2.4 200 x 500 3,00
2-1 B2.5 200 x 500 3,00
Q B5.5 250 x 600 3,00
Q-R B3.18 250 x 600 6,00
3-2-1 B4.23 250 x 550 7,60
3-2-1 B4.15 250 x 550 7,60
3-2 B1.1 200 x 400 2,30
T - T9 B3.22 250 x 600 6,00
U B5.8 250 x 600 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 3,00
2-1 B2.1 200 x 500 3,00
T - T9 B3.19 250 x 600 6,00
U B5.7 250 x 600 3,00

iv
List Letak dan Detail Penulangan Pelat
Lantai

v
LANTAI 1
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS
Dia VOLUME
Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
Tulangan (m3)
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat (m2)
Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q-R 6-5-4 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 45 6,75
R-S-T 6-5-4 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 120 18
T-U 6-5 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 33 4,95
Q-R 4-3-2 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 45 6,75
S 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 18 2,16
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 9 1,08
T-U 5-4-3 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 48 7,2
Q-R 2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 36 5,4
R-S-T 3-2-1 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 120 18
T-U 3-2-1 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 45 6,75
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 519 77,04
LANTAI 2
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q-R 6-5-4-3-2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 126 18,9
T-U 6-5-4-3-2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 126 18,9
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 18 2,16
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 9 1,08
R-T 6-5-4 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 120 18
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 399 59,04
LANTAI 3
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q-R 6-5-4-3-2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 126 18,9
T-U 6-5-4-3-2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 126 18,9

6
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 18 2,16
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 9 1,08
R-T 6-5-4 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 120 18
R-T 3-2-1 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 120 18
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 519 77,04

LANTAI 4
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
Jarak Tulangan LUAS PELAT VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan
(mm) m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat
Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q-R 6-5-4 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 45 5,4
R-S-T 6-5-4 S16 120 D10 D10 300 200 D10 D10 250 200 120 14,4
T-U 6-5-4-3-2-1 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 126 15,12
Q-R 4-3-2 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 48 7,2
S 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 18 2,16
S-T 4-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 9 1,08
Q-R 2-1 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 33 3,96
R-S-T 3-2-1 S16 120 D10 D10 300 200 D10 D10 250 200 120 14,4
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 519 63,72
LANTAI 5-6
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
Jarak Tulangan LUAS PELAT VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan
(mm) m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat
Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2

7
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
Q1- R 4-3 S17 120 D10 D10 200 300 D10 D10 300 250 36 4,32
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 9 1,08
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q - Q1 1-2-3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 16 1,92
Q1- R 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 48 5,76
R-S 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 21 2,52
R-S 1-2-3 S27 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 14 1,68

LANTAI 5-6 (Lanjutan)


SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
S 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 42 5,04
S-T 1-2-3 S27 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 14 1,68
S-T 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 63,96
Total Luas-Volume LT 5-6
Luas (m2) Vol (m3)
1066 127,92
LANTAI 7
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52

8
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
Q1- R 4-3 S17 120 D10 D10 200 300 D10 D10 300 250 36 4,32
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 9 1,08
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q - Q1 3-2 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 6 0,9
Q - Q1 2-1 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 10 1,5
Q1- R 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 48 5,76
R-S 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 21 2,52
R-S 1-2-3 S27 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 14 1,68

LANTAI 7 (Lanjutan)
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
S 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 42 5,04
S-T 1-2-3 S27 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 14 1,68
S-T 1-2-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 64,44
LANTAI 8-13
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6

9
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52

LANTAI 8-13 (Lanjutan)


SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 63,96
Total Luas-Volume LT 8-13
Luas (m2) Vol (m3)
3198 383,76
LANTAI 14
SPESIFIKASI PELAT LUAS VOLUME
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI PELAT m2 m3

10
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52

LANTAI 14 (Lanjutan)
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 30 4,5
T9 - U 2-1 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 10 1,5
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 65,16
LANTAI 15
11
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 493 59,16

LANTAI 16-25
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6

12
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 63,96
Total Luas-Volume LT 16-25
Luas (m2) Vol (m3)
5330 639,6
LANTAI 26
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
LANTAI 26 (Lanjutan)

13
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI
LUAS VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm)
PELAT m2 m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 10 1,5
Q1- R 2-1 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 30 4,5
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 65,16
LANTAI 27
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48

14
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52

LANTAI 27 (Lanjutan)
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 493 59,16
LANTAI 28-30
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 5-4 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48

15
R-S 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 6-5-4 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
S-T 6-5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 6-5 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 6-5 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 36 4,32
R-S 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
S 4-3 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16

LANTAI 28-30 (Lanjutan)


SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
S-T 4-3 S29 120 D9 D9 100 300 D8 D8 250 250 9 1,08
S-T 3 S30 120 D8 D8 250 250 D8 D8 250 250 3 0,36
T - T9 5-4 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 24 2,88
T - T9 4-3 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
Q1- R 3-2 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
S 3-2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 70 8,4
R-S 3-2-1 S27 120 D8 D8 200 300 D8 D8 200 200 21 2,52
T - T9 3-2 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S25 120 D8 D8 250 200 D8 D8 300 400 30 3,6
T9 - U 2-1 S28 120 D8 D8 200 250 D8 D8 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 63,96
LANTAI Atap
SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
Q - Q1 6-5 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 10 1,2

16
Q1- R 6-5 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 30 3,6
Q1- R 5-4 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 4 0,48
R-S 6-5-4 S33 170 D10 D13 200 200 D10 D13 200 250 21 2,52
S 6-5-4 S34 150 D10 D13 200 200 D10 D13 200 300 35 4,2
S 6-5-4 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 35 4,2
S-T 6-5-4 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 21 2,52
T - T9 6-5 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 30 3,6
T9 - U 6-5 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 10 1,2
Q1- R 4-3 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 36 4,32
R-S 3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 3 0,36
S 4-3 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 18 2,16
S-T 4-3 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 9 1,08
S-T 3 S1 120 D10 D10 300 300 D10 D10 300 300 3 0,36

LANTAI Atap (Lanjutan)


SPESIFIKASI PELAT
LETAK GRID DETAIL LAPIS ATAS DETAIL LAPIS BAWAH
LANTAI LUAS
VOLUME
Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) Dia Tulangan Jarak Tulangan (mm) PELAT
m3
HORIZONTAL VERTICAL Type Tebal Pelat Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang Bentang m2
Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek Panjang Pendek
T - T9 5-4 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 24 2,88
T - T9 4-3 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 30 3,6
Q1- R 3-2 S3 150 D10 D10 250 150 D10 D10 250 200 18 2,16
Q - Q1 2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 10 1,2
Q1- R 2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 30 3,6
R-S 3-2-1 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 21 2,52
S 3-2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 70 8,4
S-T 3-2-1 S5 150 D10 D10 200 250 D10 D10 200 250 21 2,52
T - T9 3-2 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 4 0,48
T - T9 2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 30 3,6
T9 - U 2-1 S4 150 D10 D10 250 200 D10 D10 250 250 10 1,2
TOTAL LUASAN DAN VOLUME 533 63,96

17
List Fungsi, Luas, dan Jumlah Ruangan LT 4 s.d Atap

18
LUAS
LANTAI AREA JUMLAH
/m²
Lobby 1 102,05
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat
1 8,85
Sampah
Restaurant 1 161,78
* Dapur 1 56,08
1 Tempat Ibadah 1 62,00
* Gudang 1 5,04
Ruang depan
1 11,24
* gudang
* Tempat wudhu pria 1 7,65
Tempat wudhu
1 7,65
* wanita
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat
2 1
Sampah 8,85
Taman Kanak-Kanak 1 157,88
Lobby Lift 1 13,58
3 Ruang Panel & Tempat
1
Sampah 8,85

19
LANTAI AREA JUMLAH LUAS /m²
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat Sampah 1 8,85
BR 6.3 71,90
* R. Tidur 3 27,76
* R. Keluarga 1 30,67
* KM/WC 2 5,56
BR 1.1 30,87
* R. Tidur 1 8,16
* R. Keluarga 1 14,40
* KM/WC 1 3,60
* BALKON 1 2,16
BR 2.2 49,77
R. Tidur 2 17,54
R. Keluarga 1 25,97
KM/WC 1 3,36
BALKON 1 2,16
BR 4.2B 53,76
R. Tidur 1 17,98
R. Keluarga 1 22,88
KM/WC 1 3,00
BALKON 1 2,43
BR 5.2C 53,60
4 s.d 5 R. Tidur 2 18,09
R. Keluarga 1 33,06
KM/WC 1 3,84
BALKON 1 2,16
BR 2.3B 53,76
R. Tidur 1 17,98
R. Keluarga 1 22,88
KM/WC 1 3,00
BALKON 1 2,43
BR 2.2A 49,77
R. Tidur 2 17,54
R. Keluarga 1 25,97
KM/WC 1 3,36
BR 2.2A 49,77
R. Tidur 2 17,54
R. Keluarga 1 25,97
KM/WC 1 3,36
BALKON 1 2,16
BR 2.2A 49,77
R. Tidur 2 17,54
R. Keluarga 1 25,97
KM/WC 1 3,36
BALKON 1 2,16

20
LANTAI AREA JUMLAH LUAS /m²
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat
1 8,85
Sampah
BR 3 71,90
* R. Tidur 3 27,76
R.
1 30,67
* Keluarga
* KM/WC 2 5,56
BR 1 30,87
* R. Tidur 1 8,16
R.
1
* Keluarga 14,40
* KM/WC 1 3,60
* BALKON 1 2,16
BR 2.A 1 49,77
* R. Tidur 2 17,54
R.
1
* Keluarga 25,97
* KM/WC 1 3,36
* BALKON 1 2,16
BR 2.B 53,76
* R. Tidur 1 17,98
R.
1 22,88
* Keluarga
* KM/WC 1 3,00
* BALKON 1 2,43
BR 2.C 53,60
R. Tidur 2 18,09
6
R.
1 33,06
Keluarga
KM/WC 1 3,84
BALKON 1 2,16
BR C-2.B 46,29
R. Tidur 1 17,98
R.
1 22,88
Keluarga
KM/WC 1 3,00
BALKON 1 2,43
BR 2.A 49,77
R. Tidur 2 17,54
R.
1 25,97
Keluarga
KM/WC 1 3,36
BALKON 1 2,16
BR 2.A 49,77
R. Tidur 2 17,54
R.
1 25,97
Keluarga
KM/WC 1 3,36
BALKON 1 2,16
BR 1.A 30,87
R. Tidur 1 8,16
R.
1 14,40
Keluarga
KM/WC 1 3,60
BALKON 1 2,16

21
LANTAI AREA JUMLAH LUAS /m²
Lobby Lift 1 13,58
Ruang Panel & Tempat Sampah 1 8,85
BR 3 71,90
* R. Tidur 3 27,76
R.
1 30,67
* Keluarga
* KM/WC 2 5,56
BR 1 30,87
* R. Tidur 1 8,16
R.
1 14,40
* Keluarga
* KM/WC 1 3,60
* BALKON 1 2,16
BR 2.A 49,77
* R. Tidur 2 17,54
R.
1 25,97
* Keluarga
* KM/WC 1 3,36
* BALKON 1 2,16
BR 2.B 53,76
* R. Tidur 1 17,98
R.
1 22,88
* Keluarga
* KM/WC 1 3,00
* BALKON 1 2,43
BR 2.C 53,60
* R. Tidur 2 18,09
7 s.d 13 R.
1 33,06
* Keluarga
* KM/WC 1 3,84
* BALKON 1 2,16
BR 2.B 53,76
* R. Tidur 1 17,98
R.
1 22,88
* Keluarga
* KM/WC 1 3,00
* BALKON 1 2,43
BR 2.A 49,77
* R. Tidur 2 17,54
R.
1 25,97
* Keluarga
* KM/WC 1 3,36
* BALKON 1 2,16
BR 2.A 49,77
* R. Tidur 2 17,54
R.
1 25,97
* Keluarga
* KM/WC 1 3,36
* BALKON 1 2,16
BR 2.B 53,76
* R. Tidur 1 17,98
R.
1 22,88
* Keluarga
* KM/WC 1 3,00
* BALKON 1 2,43

22
23

You might also like