You are on page 1of 21

PHYLUM NEMATHELMINTHES

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata yang
diampu oleh Dra. Ammi Syulasmi, M.S. , dan Rini Solihat, S.Pd., M.Si.

oleh:

Kelompok 1

Pendidikan Biologi A 2017

Amalia Karim (1702574)

Dimas Caesaria Novianto (1701869)

Mauli Novilda Afifa (1702363)

Vanni Destianti Kurnia (1705682)

Vira Berliani (1701410)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul Laporan
Phylum Nemathelminthes.

B. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa
Tanggal : 10 April 2018
Waktu : 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Hewan
Departemen Pendidikan Biologi UPI.

C. Tujuan
1. Mengenal keanekaragaman hewan Phylum Nemathelminthes.
2. Observasi morfologi dan struktur tubuh hewan Phylum Nemathelminthes.
3. Mengelompokan hewan-hewan Phylum Nemathelminthes ke dalam
classis yang berbeda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri.
4. Observasi dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classis.

D. Landasan Teori
1. Pengertian Phylum Nemathelminthes
Nemathelminthes merupakan kelompok hewan cacing yang
memiliki tubuh bulat panjang dengan ujung yang runcing. Secara bahasa,
kata Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, yaitu “Nema” yang
artinya benang, dan “helmintes” yang artinya cacing. Nemathelminthes
sudah memiliki rongga pada tubuhnya walaupun rongga tersebut bukan
rongga tubuh sejati. Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut
pseudoceolomata. Cacing ini memiliki tubuh meruncing pada kedua
ujung sehingga disebut cacing gilig. Ukuran tubuh Nemathelminthes
umumnya miksroskopis, namun ada juga yang mencapai ukuran 1 m.
Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup parasit pada tubuh manusia,
hewan, atau tumbuhan, namun ada pula yang hidup bebas. Ukuran dari
cacing betina lebih besar dari cacing jantan.
2. Struktur dan Fungsi Tubuh
Tubuh dari cacing ini tidak memiliki segmen dan lapisan luar
tubuhnya licin serta dilindungi oleh kutikula agar tidak terpengaruh oleh
enzim inangnya. Tubuhnya dilapisi oleh tiga lapisan (tripoblastik), yaitu
lapisan luar (ektodermis), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam
(endoderm). Kulit hewan ini tidak berwarna dan licin.

Gambar 1. Struktur Tubuh Nemathelminthes (Sumber : Abdul


Hadi, 2015)
Nemathelminthes telah memiliki organ saluran pencernaan yang
lengkap, yaitu mulut, faring, usus, dan anus. Mulut terdapat pada ujung
depan dan anus terdapat pada ujung belakang. Setelah makanan dicerna,
sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan
pada rongga tubuhnya. Tubuhnya belum memiliki sistem pembuluh
darah, sehingga tidak memiliki sistem respirasi, pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi melalui proses difusi, yaitu perpindahan zat dari
tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah.
3. Sistem Organ Nemathelminthes
a. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dari Nemathelminthes terdiri atas mulut, faring,
usus, dan anus. Makanan masuk ke dalam tubuh melalui mulut pada
bagian depan tubuh, kemudian masuk ke faring, dan dicerna di usus,
setelah dicerna, sari makanan tersebut akan diedarkan ke seluruh
tubuh oleh cairan pada rongga tubuh pseudocoelomata, kemudian
sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri atas 2 saluran utama yang akan bermuara
pada sebuah lubang ditubuh bagian ventral. Dengan sel Renette pada
Nemathelminthes primitif, dan sistem H pada Nemathelminthes yang
telah maju.
c. Sistem Reproduksi
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual,
sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan
betina terpisah pada individu yang berbeda, artinya setiap individu
hanya memiliki satu organ kelamin. Fertilisasi (pertemuan sperma dan
ovum) terjadi di dalam tubuh, kemudian akan menghasilkan telur
yang sangat banyak (ribuan). Kumpulan telur ini akan membentuk
kista yang dapat bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang buruk.
d. Sistem sirkulasi (peredaran darah) dan sistem pernapasan
Tidak ada, sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi
secara difusi, yaitu dengan mekanisme pertukaran zat dari tempat
yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.
e. Sistem Persarafan
Sistem saraf terdiri atas cincin saraf, tali saraf longitudinal baik ke
arah anterior maupun posterior yang mengelilingi esofagus dan
memiliki 6 cabang saraf utama. Beberapa tali saraf utama lainnya
yaitu sepasang tali saraf lateral dan ventral, tali saraf dorsal semuanya
dihubungkan dengan tali-tali saraf transversal.
f. Sistem Gerak
Gerak disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat pada dinding
tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal, dan membujur
sepanjang tubuh. Terbagi menjadi empat kuadran, dua kuadran
terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada sisi ventral. Kontraksi dan
relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh cacing memendek dan
memanjang. Koordinasi gerak dari keempat kuadran otot
menyebabkan cacing bergerak dengan cara meliuk-liuk.
4. Ciri-Ciri Nemathelminthes
a. Merupakan cacing dengan tubuh bulat panjang seperti benang dengan
kedua ujung tubuh yang runcing.
b. Tubuh bersimetri bilateral, dan tidak memiliki appendages.
c. Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik) yaitu lapisan tubuh luar
(ektoderm), tengah (mesoderm), dan lapisan tubuh dalam (endoderm).
d. Tubuhnya memiliki rongga, namun bukan rongga tubuh sejati
sehingga rongga ini disebut Pseudocoelomata.
e. Kulitnya halus, licin, tidak berwarna dan dilapisi oleh kutikula yang
elastis dan tersusun oleh protein, berfungsi melindungi dari enzim
pencernaan inang.
f. Sistem pencernaannya sudah lengkap. Terjadi secara ekstrasel pada
alat pencernaan. Sisa pencernaaan dikeluarkan melalui anus,
g. Alat ekskresi dengan sel Renette atau sistem H.
h. Belum memiliki sistem sirkulasi dan sistem respirasi (pernapasan).
i. Respirasi dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh.
j. Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan pusat sistem
saraf.
k. Berumah dua, fertilisasi secara internal, dan tidak dapat melakukan
reproduksi aseksual.
l. Hidup bebas atau parasit.
5. Klasifikasi Nemathelminthes
a. Classis Nematoda
Nematoda merupakan cacing benang yang umumnya berukuran
miksroskopis. Kata Nematoda berasal dari bahasa yunani, “Nema”
artinya benang, dan “toda” artinya bentuk. Hal ini karena nematoda
memiliki tubuh silindris dengan kedua ujung yang runcing sehingga
disebut cacing benang. Mereka telah memiliki sistem pencernaan
yang lengkap dengan faring berkembang dengan cukup baik. Dinding
tubuhnya tersusun atas tiga lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar,
tengah, dan dalam dan tubuhnya telah memiliki rongga tubuh
pseudocoelomata. Memiliki intestine (usus) atau pencernaan makanan
lengkap, tetapi tidak memiliki proboscis (belalai). Sistem ekskresi
merupakan jalur tabung pengeluaran yang akan membuang limbah
melalui rongga tubuh.

Gambar 2. Struktur Tubuh Classis Nematoda (Sumber: Bitar,


2017)
Nematoda dapat hidup bebas di perairan atau daratan, ada juga
yang hidup parasit dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Saat
ini Nematoda masih merupakan masalah yang besar bagi kesehatan
manusia, hewan ternak, dan tumbuhan yang sangat merugikan.
Nematoda merupakan hewan yang banyak terdapat di air dan tanah,
sehingga tidak jarang menimbulkan infeksi pada manusia, apalagi
bagi mereka yang tidak menjaga kebersihan dengan baik. Contohnya
adalah Ascaris lumbricoides, Ascaris suillae, Ascaris megdocephala,
Ancylostoma duodenale, Necator Americanus, Wuchereria brancofti,
Enterobius vermicularis, dan lain-lain.
b. Classis Acanthocephala
Berasal dari bahasa yunani, yaitu “Acanthos” bermakna duri dan
“kephale” berarti kepala. Disebut juga cacing berkepala duri. Salah
satu hewan invertebrata yang hidup parasit. Struktur tubuhnya
berbentuk silinder dengan panjang antara 1 hingga 2 cm, akan tetapi
tidak semua memiliki bentuk yang sama.
Gambar 3. Struktur Tubuh Acanthocephala (Sumber: Bitar, 2017)
Acanthocephala memiliki karakteristik dengan adanya proboscis
(belalai) di bagian anterior yang merupakan pengait untuk
menempelkan dirinya pada bagian dinding mukosa usus dari hospes,
karena cacing ini tidak memiliki saluran pencernaan, dan tidak
memiliki intestine. Acanthocephala menyerap semua nutrisi melalui
dinding tubuh mereka. Cacing kelas ini hidup dalam usus vertebrata
dan biasanya melekat pada dinding usus dengan proboscis dengan kait
duri. Hospes perantara Crustacean dan Insecta. Contohnya adalah
Neoechinorhyncus emydis.

Selain classis di atas, terdapat pula classis lainnya yang sudah jarang
ditemukan, yaitu :
a. Rotifera
Hidup di air tawar dan laut, berukuran 0,4 - 2 mm, nagian kepala
dikelilingi silia, disebut corona. Memiliki kutikula, umumnya
memiliki bintik mata, dan alat pencernaan sempurna. Contohnya
Asplacha, Philodina, dan Rotaria.
b. Gastrotricha
Hidup di air tawar dan laut, ukurannya hampir sama dengan
Rotifera, tidka memiliki corong, silia hanya terdapat pada bagian
tertentu. Memiliki kutikula, umumnya dilengkapi spikula dan sisik.
Bagian posterior memiliki tabyng pelekat, alat pencernaan sempurna.
Tubuh memanjang, transparan, dan tak berwarna. Contohnya
Chaetonotus, Dasydytes, dan Cephalodasys.
c. Kinorhyncha
Panjang tubuh kurang dari 1 cm, memiliki ruas tubuh +13-14 yang
bersatu disebut zonite.

E. Alat Dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum mengobservasi Phylum
Nemathelminthes.
No. Alat Jumlah
1 Mikroskop binokuler 1 unit
2 Set alat bedah 1 set
3 Kamera Handphone 1 unit
4 Loupe 1 unit
5 Jarum Pentul 1 set

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum mengobservasi Phylum


Nemathelminthes.
No. Bahan Jumlah
1 Preparat awetan melintang otot Ascaris suillae 1 unit
2 Preparat awetan melintang alat reproduksi 1 unit
Ascaris suillae
3 Preparat awetan Ancylostoma duodenale 1 unit
4 Spesimen Ascaris suillae betina 1 unit
5 Spesimen Ascaris suillae jantan 1 unit
6 Awetan basah Ascaris suillae 1 unit
7 Awetan basah Ascaris lumbricoides 1 unit
8 Alkohol 70 % secukupnya
F. Langkah Kerja
Diagram 1. Langkah Lerja Pengamatan Morfologi Cacing Perut (Ascaris
suillae).

Disiapkan cacing perut Digunakann loupe untuk


(Ascaris suillae) yang telah membedakan bagian
dibius dalam alkohol 70%. anterior dan posterior tubuh.

Ditentukan mulut yang


Dibedakan hewan jantan terlentak diantara tiga bibir
dan betina denga diukur pada bagian anterior, garis
dan dibandingkan panjang lateral (linea lateralis) di
cacing jantan dan betina. kanan-kiri (lateral), dan
anus yang terletak di
bagian ventral anterior.

Dicari cacing yang


bengkok seperti kait pada
ujung posterior yang
mencirikan cacing jantan.
dan dibandingkan dengan
cacing betina.
Diagram 2. Langkah Kerja Pengamatan Anatomi Cacing Perut (Ascaris
suillae) dan Ancylostoma duodenale..

Dibedah cacing jantan dan Ditentukan sistem reproduksi


betina pada bagian ventral betina: vulva - vagina - uterus
dari anterior ke posterior, - oviduct - ovary dan sistem
ditentukan bagian sistem reproduksi jantan: testis -
pencernaan: mulut - intestine vesikula seminalis - saluran
- anus. ejakulasi.

Digunakan mikroskop untuk


mengamati bagian-bagian
dari sayatan melintang tubuh
Digunakan mikroskop untuk
Ascaris suillae. (Dinding
mengamati bagian-bagian
tubuh, pseudocoelum, saluran
tubuh dari Ancylostoma
intestine, saraf dorsal dan
dudenale
ventral, saluran ekskresi
kanan dan kiri, dan sistem
reproduksi_.

G. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Pengamatan Anatomi Phylum Nemathelminthes.
Alat
Nama Simetri Bentuk Warna Intes- Parasit
No. Mulut Anus Repro- Classis
Spesies Tubuh Tubuh Tubuh tine pada…
duksi
Memanjang,
Ascaris Putih Usus
1. Bilateral silindris, √ √ √ Terpisah Nematoda
suillae kekuningan babi
gilig
Memanjang,
Ascaris Usus
2. Bilateral silindris, Merah bata √ √ √ Terpisah Nematoda
lumbricoides manusia
gilig
Memanjang,
Ancylostoma Usus
3. Bilateral silindris, Merah bata √ √ √ Terpisah Nematoda
duodenale manusia
gilig
Tabel 4. Klasifikasi Phylum Nemathelminthes.

No. Klasifikasi Gambar Observasi Gambar Referensi

1. Regnum : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Classis : Nematoda
Ordo : Ascaridida
Familia : Ascariidae
Genus : Ascaris Gambar 4.1.1 Gambar 4.2
Species : Ascaris suillae Ascaris suillae Ascaris suillae
(Dokumentasi (Pandani, 2015)
Kelompok 1A, 2018)

Gambar 4.1.2
Ascaris suillae Betina
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)

Gambar 4.1.3
Ascaris suillae Jantan
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
Gambar 4.1.4
Sayatan Melintang
Otot Ascaris suillae
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)

Gambar 4.1.5
Sayatan Melintang
Alat Reproduksi
Betina Ascaris suillae
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)
2. Regnum : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Classis : Nematoda
Ordo : Ascaridida
Familia : Ascariidae
Genus : Ascaris Gambar 5.1 Gambar 5.2
Species : Ascaris Ascaris lumbricoides Ascaris lumbricoides
lumbricoides (Dokumentasi (Dr. D.Y. Patil
Kelompok 1A, 2018) Vidyapeeth, 2009)
3. Regnum : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Classis : Nematoda
Ordo : Rhabditida
Familia : Rhabditoidea
Genus : Ancylostoma Gambar 6.1 Gambar 6.2
Species : Ancylostoma Preparat awetan Ancylostoma
duodenale Ancylostoma duodenale
duodenale (De Agostini, 2018)
(Dokumentasi
Kelompok 1A, 2018)

H. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap preparat awetan, awetan basah,
dan spesimen. Maka terdapat banyak hewan Nemathelminthes. Hewan-
hewan yang ditemukan pada sampel digolongkan ke dalam dua classis
berdasarkan ada tidaknya intestine dan probosis, antara lain :
1. Classis Nematoda
a. Ascaris suillae
Cacing Ascaris suillae masuk ke dalam classis Nematoda, ia hidup
sebagai parasit yang hidup dalam usus halus babi. Memiliki tubuh
seperti silinder yang meruncing pada bagian anterior dan posterior.
Simetri tubuh bilateral. Tubuhnya terbentuk dari tiga lapisan germinal
dan sudah terdapat rongga tubuh semu. Tubuhnya berwarna putih
kekuningan. Pada bagian anterior cacing terdapat bibir yang terdiri
dari tiga bagian, satu bibir dorsal dan dua bibir ventrolateral.
Sistem pencernaan cacing Ascaris suillae sudah lengkap, ia
memiliki mulut, faring, intestine, dan sudah terdapat anus.
Intestinenya berbentuk lapisan tunggal sel tabung dengan mikrovili,
sudah memiliki sistem ekskresi berupa dua saluran longitudinal yang
masing-masing terletak pada garis lateral tubuhnya. Saluran ekskresi
memiliki bukaan keluar tubuhnya berupa satu pori yang terletak di
dekat ujung anterior bagian dinding ventral. Jaringan sarafnya berupa
cincin yang menyelubungi faring dan terdapat dua sumbu saraf utama.
Pada cacing Ascaris suillae alat reproduksi hewan jantan dan
betina berada pada individu yang berbeda. Dari hasil pengamatan
morfologi yang dilakukan oleh kelompok kami, ukuran cacing betina
lebih besar (47 cm) daripada cacing jantan (21 cm), tetapi dilihat dari
ukuran tubuhnya tidak cukup maka dapat dibedakan dengan
mengamati bagian posteriornya.
Pada cacing jantan bagian posterior melengkung ke arah ventral
dan terdapat tonjolan yaitu spikula kopulatori. Cacing jantan memiliki
organ reproduksi berupa testis, vas deferens, vesikula seminalis,
saluran ejakulatori, dan spikula kopulatori. Testis memiliki bentuk
seperti saluran halus tunggal yang menggulung. Vas deferens
menghubungkan testis dengan saluran yang lebih besar yaitu vesikula
seminalis. Bagian vesikula seminalis dihubungkan dengan saluran
ejakulatori yang akan membuka pada bagian kloaka.
Cacing betina memiliki organ reproduksi berupa vulva, vagina,
uterus, oviduk, dan ovary. Vulva berupa celah yang terdapat pada
sepertiga tubuhnya dari ujung anterior. Vulva terhubung dengan
saluran pendek (vagina) dan terbagi menjadi dua saluran besar yaitu
uterus. Uterus berhubungan dengan oviduk dan ovari. Ovari cacing
berupa saluran kecil yang panjang membungkus uterus.
Cacing bereproduksi secara seksual dalam usus halus babi. Cacing
betina akan mensekresikan feromon yang menarik cacing jantan.
Cacing jantan dapat merespon adanya senyawa feromon dengan
papila. Fertilisasi terjadi secara internal pada bagian oviduk cacing.
b. Ascaris lumbricoides
Cacing ini berbentuk gilig, hidup sebagai parasit, tidak punya
segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus, bergerak
dengan gerakan seperti cambuk struktur tubuhnya Cacing ini hidup di
dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan
jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit.
Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.
Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait
yang menyembul dari anus disebut spikula yang berfungsi untuk
membuka pori kelamin cacing betina dan memindahkan sperma saat
kawin, Tubuhnya ditutup oleh kutikula yang tebal. Di bagian anterior
terdapat 3 buah bibir yaitu 1 bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral.
Species ini memiliki serabut-serabut otot longitudinal dan memiliki
rongga di antara dinding tubuh dan alat pencernaan yang disebut
pseudocolom.
Alat pencernaan dari species pada filum ini sudah lengkap yang
terdiri dari mulut, buccal cavity, faring, intestin, rectum, dan anus.
Alat ekskresi berupa sel sistem H dengan saluran utama yang
lubangnya terbuka tepat di bawah mulut. Sistem saraf pada species ini
terdiri dari cincin saraf yang dihubungkan dengan 6 buah tali saraf
longitudinal ke arah anterior dan posterior serta tali-tali saraf
transversal. alat reproduksinya terpisah atau berumah dua dan
reproduksi terjadi secara internal.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan,
umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tercemar telur Ascaris lumbricoides.
Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah,
saat telur in tertelan orang, larvanya akan masuk ke peredaran darah
kemudian ke jantung, paru-paru, trakea dan ke intestine manusia.
Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah sepuluh hari
bermigrasi lewat aluran udara ke kerongkongan tempat dimana
mereka akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan
betinanya menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama
feses. Telur dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk
memulai siklus baru.
c. Ancylostoma duodenale
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan
dipertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai
parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus
manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari
cacing perut, berbentuk gilig, termasuk dalam kelas Nematoda karena
sudah memiliki anus, intestine dan mulut dan tidak memiliki probosis.
Cacing tambang Ancylostoma duodenale memiliki ujung anterior
melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 sampai 4 pasang kait
kitin atau gigi pada sisi ventralnya, kait kitin berfungsi untuk
menempel pada usus inangnnya. Pada ujung posterior cacing tambang
jantan terdapat bursa kopulas yang ini digunakan untuk menangkap
dan memegang cacing betina saat kawin sedangkan pada cacing
betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat
bagian tengah tubuhnya.
2. Classis Acanthocephala
Dalam praktikum tidak terdapat spesimen Acanthocephala.

I. Hasil Diskusi
1. Dapatkah anda menemukan persamaan yang dimiliki setiap Species yang
Anda temukan ? tuliskan persamaan-persamaan tersebut !
Jawaban :
Setiap species memiliki simetri tubuh bilateral, bentuk tubuh
memanjang, silindris dan gilig. Tidak mempunyai silia atau parapodia.
Mempunyai rongga antara dinding tubuh dan intestine yang disebut
pseudocoel. Tubuh diselimuti kutikula, tidak bersegmen. Mempunyai alat
pencernaan makanan lengkap terdiri atas mulut – intestine – anus.
2. Dapatkah anda menemukan perbedaan yang dimiliki oleh setiap spesies
tersebut sehingga dimasukan pada classis yang berbeda ? tuliskan
perbedaan-perbedaannya !
Jawaban :
Tiap species memiliki warna tubuh dan inang definitif yang
berbeda. Tidak ada perbedaan pada bentuk tubuh dan saluran
pencernaannya karena 3 spesies yang kita amati berasal dari classis yang
sama.
3. Tuliskan ciri khas dari tiap classis pada kolom berikut
Classis Ciri Khas
- Memiliki belalai (proboscis) berduri
Acanthocephala
- Tidak memiliki intestine
- Memiliki intestine
Nematoda
- Tidak memiliki belalai (proboscis).

4. Tuliskan kegunaan dan manfaat dari species-species Nemathelminthes


yang anda temukan!
Jawaban :
Berperan sebagai parasit. Belum diketahui apa dampak positif dari
species ini karena hewan ini merugikan sebab hidup sebagai parasit pada
inangnya.
5. Dari teori perkuliahan atau buku sumber yang anda peroleh mengenai
Phylum Nemathelminthes, lengkapilah tabel berikut ini :
Pencernaan Sistem
Filum Ekskresi Pernapasan Reproduksi
Makanan Syaraf
Pencernaan Menggu- Berdifusi Terdiri dari Reproduksi
ekstrasel. Sisa nakan sel melalui cincin saraf Generatif :
pencernaan Renette permukaan yang dihu- Fertilisasi
dikeluarkan (pada tubuh bungkan Internal.
melalui anus. Nemathel- (Obligat dengan 6 Persatuan
Alat minthes Aerob dan buah tali antara gamet
pencernaan yang Fakultatif saraf longi- jantan dan
lengkap terdiri primitif) Aerob ). tudinal : gamet betina.
atas mulut, dan Sistem Proses Tidak memiliki
intestine dan H (pada stimulus - bentuk larva.
anus. Nemathel- respon :
Memperoleh minthes Stimulus
makanan yang telah
Sel. Sensoris
Nemathelminthes

secara maju).
saprozoik.
TS
Transversal

TS
Longitudinal

Cincin saraf

Respon

TS
Transversal

TS
Longitudinal

Efektor
J. Kesimpulan
1. Keanekaragaman pada Phylum Nemathelminthes yang telah kami amati
yang terdiri dari classis Nematoda dan Acanthocephala yaitu : Ascaris
suillae, Ascaris lumbricoides, dan Ancylostoma duodenale.
2. Phylum Nemathelmintes merupakan hewan multiseluler yang mempunyai
bentuk gilig dan bilateral simetris, tidak memiliki appendages, tidak
bersegmen, silia atau parapodia, memiliki tiga lapisan sel (tripoblastik),
berkutikula, memiliki pseudocoeloem atau rongga semu, alat pencernaan
lengkap dari mulut sampai anus, alat ekskresi dengan sel Renette untuk
Nemathelmintes primitif atau sistem H untuk Nemathelmintes yang telah
maju. Belum memiliki organ peredaran darah, respirasi melalui
permukaan tubuh, pusat sistem saraf pada cincin saraf yang mengelilingi
esofagus. Berumah dua, fertilisasi secara internal, dan tidak dapat
melakukan reproduksi aseksual. Dapat hidup bebas atau parasit.
3. Phylum Nemathelmintes memiliki dua classis yaitu, Nematoda dan
Acanthocephala. Persamaan ciri pada setiap dua classis Nemathelmintes
ini adalah pada simetri tubuh, bentuk tubuh, memiliki mulut, anus, dan
alat reproduksinya. Sedangkan perbedaan berada pada ada tidaknya
intestine dan proboscis juga pada dimanakah atau apakah inang yang ia
parasiti .
4. Dalam Phylum Nemathelminthes memiliki dua classis yaitu, Nematoda
dan Acanthocephala. Pada classis Nematoda ia memiliki intestine (usus)
tetapi tidak memiliki proboscis (belalai), sebaliknya pada classis
Acanthocephala ia memilliki proboscis yang berduri, tetapi tidak
memiliki intestine.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Abdul. (2015). Pengertian, Ciri dan Klasifikasi Nemathelminthes. [online].


Diakses dari: http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Ciri-Struktur-
Tubuh-Klasifikasi-Nemathelminthes-adalah.html
Wiwin. (2017). Pengertian Acanthocephala. Definisi arti “Acanthocephala” I
Kamus Biologi. [online]. Diakses dari:
http://www.klasifikasi.id/pengertian-acanthocephala-kamus-biologi/
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Tubuh Nemathelminthes


Hadi, Abdul. (2015). Pengertian, Ciri dan Klasifikasi Nemathelminthes. [online].
Diakses dari: http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Ciri-Struktur-
Tubuh-Klasifikasi-Nemathelminthes-adalah.html
Gambar 2. Struktur Tubuh Classis Nematoda
Bitar. (2017). Nemathelminthes : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Dan
Klasifikasi Beserta Peranannya Lengkap. [online]. Diakses dari:
http://www.gurupendidikan.co.id/nemathelminthes-pengertian-ciri-
struktur-tubuh-dan-klasifikasi-beserta-peranannya-lengkap/
Gambar 3. Struktur Tubuh Acanthocephala
Bitar. (2017). Nemathelminthes : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Dan
Klasifikasi Beserta Peranannya Lengkap. [online]. Diakses dari:
http://www.gurupendidikan.co.id/nemathelminthes-pengertian-ciri-
struktur-tubuh-dan-klasifikasi-beserta-peranannya-lengkap/
Gambar 4.2 Ascaris suillae
Pandani. (2015). Cacing yang menyebabkan anemia pada manusia. [online].
Diakses dari: http://pak.pandani.web.id/2018/03/cacing-yang-
menyebabkan-anemia-pada.html
Gambar 5.2 Ascaris lumbricoides
Vidyapeeth, Patil. (2014). A case of coinfection of Ascaris lumbricoides. [online].
Diakses dari: http://www.mjdrdypu.org/article.asp?issn=0975-
2870;year=2014;volume=7;issue=6;spage=787;epage=789;aulast
Gambar 6.2 Ancylostoma duodenale
Agostini, De. (2018). Old Worm Hookworm. [online]. Diakses dari:
https://www.agefotostock.com/age/en/Stock-Images/Rights-Managed/
DAE-10152177

You might also like