You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk
meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan
salah satu unsur penting. Kekurangan gizi, terutama pada anak-anak akan
menghambat proses pembangunan.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Lingkungan disini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang
mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir
hayatnya. Gizi anak merupakan faktor biologis dalam faktor lingkungan,
memegang peranan penting dalam tumbuh kembang.
ASI dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas anak karena disamping
nilai gizinya tinggi juga mengandung zat imunologis yang melindungi anak
dari berbagai macam infeksi.
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut
merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang,
anak secara fisik maupun psikososial. Namun sebagian orang tua belum
memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan
dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama
anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai
pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian
yang sama (Nursalam, 2005:31-32). Aspek tumbuh kembang pada masa anak
merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga
kesehatan khususnya di lapangan. Biasanya penanganan lebih banyak
difokuskan pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya
diabakan.Sering terjadi setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul
masalah berkaitan dengan tumbuh kembangnya, misalnya anak mengalami
kemunduran dalam kemampuan otonominya (Nursalam, 2005 : 45 ).
Imunisasi merupakan salah satu usaha pencegahan terjangkitnya bayi dari
berbagai penyakit yang berbahaya, sejak tahun 1977 pemerintah Indonesia
sudah mencanangkan program imunisasi untuk setiap bayi di Indonesia,
disebut program imunisasi wajib, yakni imunisasi yang harus diberikan pada
anak sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Imunisasi ini juga dimaksudkan
sebagai salah satu program untuk menunjang kesehatan dan tumbuh kembang
bayi/balita di Indonesia.
Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya,
hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-
2009. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka
Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Depkes
menargetkan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup.
Gizi kurang Pada tahun yang sama prevalensi gizi kurang pada anak balita
akan diturunkan dari 25,8 persen menjadi 20 persen dan umur harapan hidup
dinaikkan dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun (Depkes, 2007).
Oleh karena itu, pelayanan dan pemantauan kesehatan yang komprehensif
terhadap bayi/balita di Indonesia sangat diperlukan guna meningkatkan derajat
kesehatan dan pencapaian kesehatan bayi/balita.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai tumbuh kembang anak sehat serta
program kesehatan yang menunjang bagi kesehatan bayi/balita.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian tumbuh kembang anak sehat dan
imunisasi.
b. Untuk mengetahui tahapan dan ciri-ciri dari tumbuh kembang anak
sehat.
c. Untuk mengetahui pola dan teori tumbuh kembang anak sehat.
d. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat imunisasi.
e. Untuk mengetahui jenis dan manfaat imunisasi.
f. Untuk mengetahui cara pemberian dan jadwal imunisasi.
g.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Tumbuh Kembang Anak Sehat
a. Pengertian
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan
adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini,
Yupi:2004). Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/ dimensi
akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler
(Mansjoer, 2000:580). Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran
fisik keseluruhan atau sebagian yang dapat diukur, dimana grafik
pertumbuhan meliputi tinggi, berat badan dan diameter pada lipatan
kulit (Suriadi, 2001:1). Pertumbuhan adalah bertambah besar dalam
aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat
interseluler (Hassan, 2007:387).
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan menitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah
ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi
dan pembelajaran (Supartini, Yupi: 2004). Perkembangan adalah
digunakan untuk menunjukkan bertambahnya ketrampilan dan fungsi
yang kompleks dalam pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam
mempergunakan tangan kanannya dan berbentuk pula kepribadiannya
(Hassan, 2007:387).
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar
sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan
menyintesis protein-protein baru.Menghasilkan penambahan jumlah
berat secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Perkembangan (development), adalah perubahan secara
berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,
meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan, atau kedewasaan dan pembelajaran (Wong, 2000).

b. Tahapan Tumbuh Kembang


Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan
berlangsung sampai dewasa.
1) Tahap prenatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang
terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini
terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu
organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku,
dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.
2) Tahap postnatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam
beberapa fase berikut:
a) Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa
neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada
masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh,
dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan
frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian
denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran
jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga
dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
b) Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu Usia 1-4 bulan, Usia 4-8
bulan, Usia 8-12 bulan.
c) Masa anak 2-12 tahun
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan
dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya
mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga
akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2
cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi
susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga
seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan
lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan
orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan
naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan
lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.
d) Masa remaja (adolesen) : 10-18 tahun
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena
masa ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin
mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah
perubahan bentuk tubuh.
Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah
kematangan identitas seksual yang ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa
krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan
dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan
bantuan dari orang tua.
c. Ciri-ciri Tumbuh Kembang
Menurut Nursalam (2005:32-33) menjelaskan bahwa pada
umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi
dan dewasa. Sebagaimana pada usia 2 tahun besar kepala
hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian
secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang
ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi
permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi,
timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditanda dengan
adanya masa-masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan
adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat. Dan masa
prasekolah dan masa sekolah dimana pertumbuhan berlangsung
lambat.

d. Teori Tumbuh-Kembang
Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah
sadar dan pakar psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud
lah yang menekankan pentingnya arti perkembangan psikososial
pada anak. Freud menerangkan bahwa berbagai problem yang
dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau
hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar
psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar
gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan
kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang
secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam
perkembangan menuju kedewasaan.

1) Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat
kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar
mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika
anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi
agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat
tergangtung dari hubungan ibu–anak pada fase ini. Bila
terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan
terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah
makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada
fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral.
Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka
persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini
meskipun belum berhasil dituupi biasanya kelak akan muncul
kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.
2) Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase
ini anak menunjukkan sifat ke-aku-annya. Sikapnya sangat
narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya
sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu
tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah
perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula
hanya mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya,
hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan
mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih
sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan
dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi
bermain sendiri, ia belum bisa berbagi atau main bersama
dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

3) Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu
fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun.
Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur
3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan
hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini
kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn
kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak
pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak
yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal
lebih suka berkelompok dengan anak sejenis.
4) Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase
laten yang terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk
ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi,
yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai
tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. Anak belajar
untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru ini.
Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan
lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang
sedang dialami si anak.
5) Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada
fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak
menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul
pada fase ini disebabkan karena si anak belum dapat
menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara
anak yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu
sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut
Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang,
yaitu:
1) Genetika
a) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
b) Keluarga, Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh
gemuk atau perawakan pendek
c) Umur, Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja
merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat
dibandingkan dengan masa lainnya.
d) Jenis kelamin, Wanita akan mengalami pubertas lebih
dahulu dibandingkan laki-laki.
e) Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
sindrom down.
2. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu
saat janin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi
pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga
menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk
metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
3. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
4. Faktor prenatal
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin, terutama selama trimester akhir kehamilan
b) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan
dapat menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot
c) Toksin, zat kimia, radiasi
d) Kelainan endokrin
e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seks
f) Kelainan imunologi

f. Skrining dan Pengawasan Tumbuh Kembang


Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue
dengan pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante
Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau
secara terus menerus. Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya
kita berharap dapat mengetahuinya secara dini kelainan pada anak
kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat kita ambil.
Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu
berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan
tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui.
1) Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa
merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan
berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2) Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur
tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan
pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3) Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu
yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan
yang terbatas, yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom
21 yang lebih. Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri.
4) Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi
normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik
atau karena kelainan endokrin.
5) Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan
pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak
berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6) Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai
oleh intelegensia yang rendah (IQ<70) yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
7) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH). Merupakan gangguan dimana anak mengalami
kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai
dengan hiperaktivitas.

2. Imunisasi
a. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpapar dengan penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut
karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam
tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan
sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman (Mulyani,
2013).
Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan
mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit
infeksi pada bayi dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata
“imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu
penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari penyakit lain,
diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit
tersebut maka ia tidak menjadi sakit (Hadinegoro, 2011).
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa.
Pada anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan
pada usia 60 tahun terjadi penuaan sistem imun nonspesifik seperti
perubahan fungsi sel system imun, dengan demikian usia lanjut lebih
rentan terhadap infeksi penyakit autoimun dan keganasan (Mulyani,
2013).

b. Tujuan Imunisasi
Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain :
1) Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu di dunia.
2) Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan
mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak.
3) Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas
dan mortilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.
4) Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita
suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya.

Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain :


1) Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu di dunia.
2) Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan
mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
bayi dan anak.
3) Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas
dan mortilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
tertentu.
4) Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita
suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya.

c. Manfaat Imunisasi
Menurut Mulyani, (2013) manfaat imunisasi adalah :
1) Bagi keluarga : dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat
psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung
pembentukan keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menghadapi dan menjalani anak-anaknya di masa kanak-kanak
dengan tenang.
2) Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang
ditimbulkan oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan
kecacatan atau kematian.
3) Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan nasional.

d. Jenis-jenis Imunisasi
Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh imunisasi
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif
(Aziz, 2008).
1) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory, sehingga
apabila benar–benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon.
2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang di duga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.

e. Jenis Imunisasi Dasar


1) BCG (Bacille Calmette-Guerin), Perlindungan penyakit : TBC/
Tuberkulosis. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi
tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya atau
tuberkulosis berat.
a) Kandungan : Mycobacterium bovis yang dilemahkan,
b) Waktu pemberian : Umur : usia < 2 bulan, apabila BCG
diberikan di atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji
tuberkulin negatif.
c) Kontraindikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm.Menderita
inveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau dengan
resiko tinggi infeksi HIV Menderita gizi buruk Menderita
demam tinggi.
d) Efek samping Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak
timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau
leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

2) Polio
a) Perlindungan Penyakit : Poliomielitis/Polio (lumpuh layuh).
b) Waktu Pemberian : Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru
lahir sebagai Dosis awal, kemudian diteruskan dengan
imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis
terpisah berturutturut dengan interval waktu 6-8 minggu.
c) Kontraindikasi Demam (>38.5 0C) Muntah atau diare
Keganasan, HIV (Human Immunodeficiency Virus) Efek
samping Diperkirakan terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik
yang berkaitan dengan vaksin terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV
(Oral Polio Vaksin) yang diberikan. Resiko terjadi paling
sering pada pemberian pertama dibandingkan dengan dosis-
dosis berikutnya. Setelah vaksinasi sebagian kecil resipien
dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot..

3) Campak
a) Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai
dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ditemukan
spesifik enantem (Koplik’s spot) diikuti dengan erupsi
mukopapular yang menyeluruh.
b) Penyebab : campak disebabkan oleh virus campak yang
termasuk dalam family Paramyxovirus. Virus ini sensitif
terhadap panas, dan sangat mudah rusak pada suhu 370C.
c) Waktu pemberian : pemberian diberikan pada umur 9 bulan,
secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara
intramuscular.
d) Efek samping
Efek samping pemberian imunisasi campak berupa demam >
39,50C yang terjadi pada 5-15% kasus dijumpai pada hari ke 5-
6 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.Ruam dapat
dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10
berlangsung selama 2-4 hari.
e) Reaksi yang berat dapat ditemukan gangguan fungsi sistem
saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati timbul pada 30
hari setelah imunisasi.

4) Hepatitis B
a) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan oleh virus hepatitis.
b) Cara Pemberian dan dosis :
Sebelum digunakkan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis
0,5 ml atau 1 buah Hb PID, pemberian suntikan secara intra
muscular, sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian vaksin
sebanyak 4 dosis, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari.
c) Efek samping Kejadian pasca imunisasi pada hepatitis B jarang
terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang
tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orang
tua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang
tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin,
jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam
bila diperlukan, boleh mandi atau cukup disekdar dengan air
hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau
jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seeperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat yang disertai kejang.

5) DPT/HB/Hib
Komposisi tiap dosis (0,5 ml) vaksin mengandung :
Zat aktif :
toxoid difteri murni 20 Lf (≥ 30 IU)
toxoid tetanus murni 5 Lf (≥ 60 IU)
Bordetella pertussis inaktif 12 OU (≥ 4 IU)
HbsAg 10 mg
Konjugat Hib 10 mg
Zat tambahan :
Al 3+ sebagai Aluminium phosphate 0,33 mg
Thimerosal 0,025 mg

a) Indikasi :
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, & infeksi
Haemophilus influenzae tipe b sec. simultan.

b) Kontra indikasi
Hipersensitif thdp komponen vaksin, atau reaksi berat
terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya, yang
merupakan kontraindikasi absolut terhadap dosis berikutnya.
Kejang atau kelainan saraf serius lainnya merupakan
kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi
vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DTP, vaksin
Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah.
Vaksin tidak akan membahayakan individu yg sedang atau
sebelumnya telah terinfeksi virus hepatitis B.Vaksin ini
harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu antara +2 oC
dan +8oC. Vaksin ini tidak boleh beku.
Jenis dan angka kejadian ikutan tidak berbeda secara
bermakna dengan vaksin DTP, Hepatitis B dan Hib yg
diberikan secara terpisah.

c) Kejadian Ikutan
Beberapa reaksi lokal sementara seperti : bengkak, nyeri
dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat
timbul setelah imunisasi. Pemberian asetaminofen pada saat
dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya
demam.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik.Reaksi lokal dapat
terjadi dalam 24 jam, yaitu nyeri pada lokasi penyuntikkan,
bersifat ringan &sementara, sembuh dengan sendirinya dalam
dua - tiga hari,tidak memerlukan tindakan medis lebih lanjut.
Reaksi sistemik ringan, termasuk demam, jarang terjadi setelah
penyuntikkan vaksin Hib.

f. Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0 bulan Hepatitis B 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-HiB 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-HiB 2, Polio 3

4 bulan DPT-HB-HiB 3, Polio 4

9 bulan Campak

Tabel. 1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar


Umur Jenis Imunisasi Interval minimun stlh imunisasi
dasar

18 bulan (1,5 DPT-HB-HiB 12 bulan dari DPT-HB-HiB 3


tahun)
Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama
24 bulan (2
tahun)

Tabel. 2 Jadwal Imunisasi Tambahan pada Balita

g. Sasaran imunisasi
Seseorang yang beresiko untuk terkena penyakit dapat dicegah
denganpemberian imunisasi diantaranya:
1) bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja.
2) calon jemaah haji/ umroh.
3) orang tua, manula.
4) orang yang berpergian keluar negeri.

h. Pokok – pokok kegiatan imunisasi.


Menurut Mulyani (2013) pokok-pokok kegiatan imunisasi
digolongkan 3diantaranya :
1) Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap) : Imunisasi
BCG;Imunisasi DPT/HB/Hib 4 x; Imunisasi polio 4 x; Imunisasi
campak 2 x.
2) Pencegahan penyakit untuk anak sekolah dasar :Imunisasi DT;
Imunisasi Td pada anak SD kelas 2 dan 3.
3) Pencegahan lengkap terhadap WUS, ibu hamil dan PUS/calon
mempelai wanita : imunisasi TT 5 x.

i) Tempat Pelayanan Imunisasi


Sekarang ini, untuk mengoptimalkan pelayanan imunisasi, dan
mencapaikeberhasilan program imunisasi telah tersedia tempat yang
digunakan sebagaitempat pemberian imunisasi.Imunisasi dapat
dilakuakan di posyandu, puskesmas, rumah sakit, praktekdokter,
polindes, dan tempat lain yang sudah disediakan. dibawah ini
tempatpelayanan kesehatan yang dapat melayani imunisasi (Mulyani,
2013) :
1) Praktek dokter/tim kesehatan atau rumah sakit swasta
2) Pos pelayanan terpadu
3) Rumahsakit bersalin, BKIA, atau rumah sakit pemerintah, dan
Puskesmas.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidananpada Bayi/Balita Sehat


I. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Pada saat kondisi kesehatan kronik
terjadimempengaruhi tumbuh
kembang anak dari satu tahapke
tahap berikutnya. (Narendra.dkk
2005 : 64)
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis : Bayi/Balita/Anak sehat

2) Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

b. Riwayat Kesehatan Klien


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini yang
disebabkan pasien dibawa berobat kerumah sakit.

b) Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi

2) Riwayat Kesehatan yang Lalu


a) Riwayat kehamilan dan kelahiran
b) Riwayat imunisasi
c) Riwayat alergi
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya diketahui karena
mungkin ada hubungannya dengan penyakit yang diderita
pasien saat ini dan bisa sebagai informasi untuk membantu
penegakan diagnosis.
e) Riwayat operasi/pembedahan
f) Riwayat tumbuh kembang

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Riwayat penyakit menular

2) Riwayat penyakit menurun


3) Riwayat penyakit menahun

d. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuhan Dasar Keterangan
PolaNutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
Pola Personal
Hygiene
Pola Aktivitas

e. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga

2) Keadaan lingkungan rumah dan sekitarnya


3) Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah : - 1 bulan: 86/54 mmHg
- 6 bulan: 90/60 mmHg
- 1 tahun: 96/65mmHg
- 2 tahun: 99/65 mmHg
- 4 tahun : 99/65 mmHg
(Engel 1999:68)

Nadi : - Usia 1-12 bulan :110x


permenit
- Usia 2- 5 tahun : 100-115x
permenit
(Sacharine,1996:100)
Pernapasan : - Usia 1- 12 bulan : 25-30x
permenit
- Usia 2- 5 tahun : 20-25x
permenit
(Sacharine,1996:101)
Suhu : 36,5-37,5 ˚ C
(Sacharine,1996:97)
Antropometri : Tinggi badan :
Berat badan :
Lila :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :

b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : rambut bersih,lembut,kulit kepala
bersih,tidak ada lesi
Wajah : tidak tampak oedem
Mata : conjungtiva berwarna merah muda,sclera
tampakberwarna putih.
Telinga : tidak tampak pengeluaran secret
Hidung : tidak tampak pengeluaran secret atau
serumen
Mulut : tampak simetris, membran mukosa lembab,
tidak tampak stomatitis,gigi tampak bersih
dan lengkap, gusi tidak tampak odema
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar
tyroid,getah bening,maupun vena jugularis
Dada : tampak simetris,tidak tampak retraksi
dinding dada
Abdomen : tampak simetris,tidak terdapat bekas luka
operasi
Genetalia eksterna : laki – laki : tampak normal
perempuan : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas :tampak sama panjang,tidak tampak oedema,
jari-jari lengkap

Palpasi
Kepala : tidak teraba lesi atau tumor
Wajah : tidak teraba oedema pada wajah
Mata : tidak teraba oedema
Telinga : tidak teraba benjolan atau masa
Hidung : tidak teraba polip
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis,
kelenjar tyroid dan getah bening
Abdomen : tidak teraba massa,benjolan
Genetalia eksterna : tampak normal
Anus : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak teraba oedema
Auskultasi
Dada : terdengar bunyi vesikuler diseluruh lapang
paru,dan tidak ada bunyi tambahan.
Abdomen : terdengar bising usus 4 sampai 5 kali
permenit di setiap kuadran

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : bayi/balita. ……… usia ……. Dengan bayi/balita sehat
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang
telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,
atau bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
R : Informed konsen , hak pendamping untuk mengetahui keadaan
bayinya

2. Berikan KIE personal hygiene bayi/balita/anak


R : Menjaga personal hygiene untuk memberikan rasa nyaman dan
mencegah infeksi

3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi


R : Pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi dapat
mencegah bayi/balita/anak terkena penyakit.

4. Anjurkan ibu untuk memberikan stimulasi tumbuh kembang yang


sesuai dengan usia anak
R : Stimulasi yang sesuai dengan usia anak dapat meningkatkan
pencapaian tumbuh kembang bayi/balita/anak yang optimal

5. Berikan mainan yang bersifat edukatif kepada bayi/balita/anak


R : Dengan memberikan mainan yang bersifat edukatif kepada
bayi/balita/anak dapat mengembangkan kemampuan pola pikir
bayi/balita/anak

6. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya


pemberianimunisasi.
R: Pendidikan imunisasi diberikan bertujuan untuk memberikan
kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.

Dinkes Jombang.2007. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang


Anak Ditingkat Pelayanan Dasar.Jombang:Dinkes Jombang.

. 2010. Laporan UCI Kumulatif Tahun 2010 Kabupaten


Jombang. Jombang:Dinkes Jombang.

Marimbi, Hanung. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
Pada Balita. Nuha Medika : Yogyakarta

Djiwandono, Sri Esti Wuryani.2005.Konseling dan Terapi Dengan Anak dan


Orang Tua.Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.
.2010.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data.Jakarta:Salemba Medika.

IDAI.2008.Pedoman Imunisasi Di Indonesia.Jakarta:Satgas Imunisasi.

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.


Jakarta:Salemba Medika.

Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
Pada Balita. Yogyakarta:Nuha Medika.

Nasir.2009.Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Nursalam. 2008.Asuhan Keperawatan Bayi dan anak (Untuk Perawat dan Bidan).
Jakarta : Salemba Medika

. 2009. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati, Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset.

Puskesmas Cukir, KIA.2010. Laporan Uci Kumulatif Perdesa Tahun


2010.Jombang:Puskesmas Cukir.

Saryono.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi


Pemula.Jogjakarta:Mitra Cendikia.

You might also like