You are on page 1of 43

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Saluran Transmisi

3.1.1. Umum

Fungsi saluran transmisi daya listrik tiga phasa saluran udara, adalah untuk

memindahkan daya yang besar ke pusat beban, dan pemakaian untuk industri

melalui saluran distribusi primer. Suatu sistem tranmisi terdiri dari tanah, menara

dan peralatan pada sisi pelayanan, termasuk saluran, pensaklaran, gardu induk,

antara pembangkit dan pusat beban. Peralatan dan saluran memegang peranan

utama untuk menaikkan dan mengintegrasikan atau menginterkoneksikan

sumber–sumber pembangkit.

Keputusan untuk membangun sistem transmisi dihasilkan dari hasil studi

perencanaan sistem untuk menentukan bagaimana sebaliknya menemukan

sistem yang dibutuhkan. Pada tingkatan ini diperlukan faktor–faktior berikur ini:

1. Tingkat tegangan

2. Jenis dan ukuran penghantar

3. Pengaturan saluran dan pengendalian tegangan

4. Korona dan rugi–rugi

5. Aliran beban yang sesuai dan stabilitas sistem

6. Perlindungan sistem

7. Pentanahan

8. Koordinasi isolsi

9. Rancangan mekanis

a. Perhitungan tekanan dan andongan

b. Komposisi penghantar
32

c. Jarak hantaran

d. Pemilihan perangkat keras

10. Rancangan struktur

a. Jenis menara

b. Perhitungan tekanan

3.1.2. Konstanta Saluran Transmisi

Untuk maksud analisa sistem, suatu saluran tranmisi yang diberikan

dapat digambarkan oleh resistansi, induktansi atau reaktansi induktif, kapasitans

atau reaktans kapasitif dan resistans bocor atau konduktans yang biasa

diabaikan.

3.1.2.1. Resistans

Resistans searah dari konduktor dinyatakan oleh persamaan :

l
Rdc = , dengan
A

 = resistivity conduktor

l = panjang konduktor

A = luas penampang konduktor

Dalam praktis ada beberapa saluran yang berbeda yang dipergunakan

untuk menghitung resistans, sebagai contoh dalam menghitung Satuan

Internasional (satuan SI) satuan l dalam meter, A dalam meter kuadarat, dan 

dalam ohm meter. Sedangkan dalam sistem tenaga di United States,  dalam

ohm–circular–mils per ft, l dalam ft atau A dalam circular mils.

Resistans dari suatu penghantar pada sembarangan temperatur dapat

dihitung dengan mempergunakan persamaan :


33

R2 T  t2
= o ; dengan :
R1 To  t1

R1 = resistansi konduktor pada temperatur t1

R2 = resistansi konduktor pada temperatur t2

t1, t2, = temperatur konduktor dalam derajat celcius

T0 = konstanta yang nilainya sama denga material

= 234,5 untuk annelead copper

= 241 untuk hard–drawn copper

= 241 untuk hard–drawn aluminium

Gejala arus bolak–balik yang cenderung mengalir pada lapisan, luar dari luasan

penampang penghantar disebut efek kulit, (Skin effec). Kulit adalah fungsi dari

ukuran penghantar, frekuensi dan resistans relatif dari material penghantar.

3.1.2.2. Induktans dan Reaktans Induktif

a. Saluran udara phasa tunggal

Equipatensial lines Magnetic flux lines

r r

Gambar 3.6. medan magnet dan medan listrik pada saluran fasa tunggal
34

Gambar 3.6. memperlihatkan suatu saluran udara phasa tunggal.

Diandaikan arus mengalir keluar dari penghantar a dan kembali dalam

penghantar b. Arus menyebabkan garis–garis gaya magnit yang konsentris

dengan penampang penghantar, sedangkan tegangan menyebabkan garis–garis

medan listrik yang melingkupi kedua pengahantar. Perubahan arus

menyebabkan perubahan fluks, yang menghasilkan induksi tegangan pada

rangkaian. Dalam rangkaian ac induksi tegangan disebut jatuh tegangan yang

besarnya sama dengan arus dikalikan dengan reaktansi (IX). Jika R adalah

resistans pada tiap penghantar, maka rugi total tegangan pada rangkaian yang

disebabkan oleh resistans adalah sebesar 2IR.

Oleh karena itu jatuh tegangan pada saluran phasa tunggal karena

impedans loop pada frekuensi 60 herz dinyatakan dengan persamaan :

Dm
VD = 2l (R + j0,2794 log10 ) I volt ................................ 3.2.
Ds

Dengan :

VD = jatuh tegangan karena impedansi saluran dalam volt

I = panjang saluran dalam mile

R = resistansi dari tiap penghantar dalam ohm per mile

Dm = ekivalen atau jarak rata–rata geometris (geometric mean

distance = GMD) antara pusat penghantar dalam incih

Ds = radius rata – rata geometris (Geometric mean radius =

GMR) atau self GMD dari suatu penghatar dalam inch,

= 0,7788 r untuk penghantar silinder

r = jari–jari penampang silinder dari penghantar dalam inch

I = arus phasa dalam ampere

Oleh karena itu induktansi dari penghantar dinyatakan oleh persamaan :


35

Dm
L = 2 x 10-7 ln H/m ......................................................... 3.3
Ds

Dm
L = 0.7411 log10 H/mile .................................................. 3.4
Ds

Dengan diketahui induktans, reaktians indukstif dapat dihitung denga n

persamaan :

Dm
XL = 2 fL = 2,02 x 10-3 f ln .............................................. 3.5
Ds

Dm
Atau XL = 4.567 x 10-3 f log10 ................................................... 3.6
Ds

Atau pada 60 Hz

Dm
XL = 0,2794 log10 /mi ...................................................... 3.7
Ds

Dm
XL = 0,1213 ln /mi ........................................................... 3.8
Ds

Dengan mempergunakan (GMR) (Ds) suatu penghantar, maka perhitungan dari

induktans dan reaktans induktif dapat dengan mudah dibuat. Tabel biasanya

memberikan GMR dari berbagai penghantar yang kita tinggal membacanya.

b. Saluran udara tiga phasa

Umumnya jarak Dab, Dbc, Dca antara penghantar dari satu saluran

transmisi tiga phasa adalah tidak sama. Untuk sembarangan konfigurasi

penghantar yang diberikan, nilai rata–rata dari induktans dan kapasirtasn dapat

dihitung melalui gambaran sistem dengan ekivalen jarak yang sama. Jarak

ekivalen dihitung dari :

Deg = Dm = (Dab x Dbc x Dca)1/3 ............................................... 3.9


36

Dalam prakteknya penghantar dari saluran tranmisi di tranpose, seperti

diperlihatkan gambar 3.7.

a Position 1
Conductor a Conductor c Conductor b
Ia
Dab Position 2
Conductor b Conductor a Conductor c
b Dca
Ib
Position 3
Dbc
Conductor c Conductor b Conductor r a
Ic
c

Gambar 3.7. Transposisi saluran tranmisi tiga phasa

Operasi tranposisi yakni perobahan posisi penghantar yang biasanya

dilakukan di gardu induk. Oleh karena itu induktansi perphasa diberikan oleh :

D eg
La = 2 x 10-7 ln H/m ........................................................ 3.10
Ds

Atau

Dm
L = 0.7411 log10 H/mile .................................................. 3.11
Ds

Dan reaktans induktif dapat dihitung sebagai berikut :

Dm
XL = 0,1213 ln /mi ........................................................... 3.12
Ds

Atau

Dm
XL = 0,2749 log10 H/mile ................................................... 3.13
Ds

3.1.2.3. Kapasitansi dan Reaktans Kapasitif

a. Saluran udara fasa tunggal


37

Gambar 3.8 memperlihatkan saluran fasa tunggal dengan dua

penghantar paralel yang identik a dan b,jari–jari luas penampang r, jarak dari

pusat penampang dengan pusat penampang sebesar D dan perbedaan potensial

sebesar Vab volt.

a +q -q b

r D r

Gambar 3.8. Kapasitansi dari saluran phasa tunggal

Can = 2 Cab Cbn = 2 Cab


N
a b

Gambar 3.9. Kapasitansi dari saluran phasa tunggal

Oleh karena itu kapasitansi saluran terhadap netral dapat dituliskan sebagai

berikut:

0 ,0388
Cn = CaN = CbN =  F/mi terhadap netral ...... (3.19)
log 10 ( D / r )

Ini dapat dengan mudah dibuktikan karena CN harus sama dengan 2Cab

dengan demikian kapasitans total diantara pengahantar c dapat dituliskan :

CN X CN C
Cab = = N ......................................................... 3.20
CN  CN 2

Dengan kapasitansi diketahui maka reaktans kapasitas antara satu phasa

penghantar dengan netral dapat dihitung dengan persamaan :

1
Xc = .......................................................................... 3.21
2fC N
38

Atau untuk f = 60 Hz, diperoleh:

Xc = 0,06836 log10 (D/r) M/mi terhadap netral ..................... 3.22

Dan subseptans saluran terhap netral adalah :

1
bc =  CN atau bc = ......................................................... 3.23
Xc

atau :

14 ,267
bc = mS/mi terhadap netral.............................. 3.24
log 10 ( D / r )

arus pemuatan dari saluran adalah : Ic = j Cab Vab.............................. 3.23

b. Saluran udara tiga phasa

Gambar 3.1. memperlihatkan potongan penampang dari saluran tiga

phasa yang membentuk segitiga sama sisi, jarak dari pusat penghantar ke pusat

penghantar dengan D.

Cn
D D
N N
N

Cn Cn

c b
Cn N Cn
D

Gambar 3.11. Konfigurasi saluran tiga phasa yang membentuk segitiga sama
sisi
39

Kapasitans saluran terhadap netral dapat dihitung dengan persamaan :

0 ,0388
Cn =  F/mi terhadap netral ............................ 3.26
log 10 ( D / r )

Persamaan ini identik dengan persamaan 3.19

Ditinjau dari sisi lain, jika jarak diantara pengahantar pada saluran tiga

phasa adalah tidak sama maka kapasitans saluran terhadap netral dapat dihitung

dengan persamaan:

0 ,0388
Cn =  F/mi terhadap netral ............................ 3.27
log 10 ( D / r )

Dimana : Deg = Dm = (Dab xDbc + Dca )

Arus pemuatan adalah : : Ic = j CN Van A/mi ....................................... 3.28

3.1.3. Tabel dari konstanta saluran

Tersedinya tabel konstanta saluran tanpa mempergunakan persamaan

untuk perhitungan. Konsep ini atas usulan dari W.A. Lewis, berdasarkan konsep

tersebut, persamaan 3.8 untuk reaktans induktif pada 60 Hz, yakni :

Dm
XL = 0,1231 ln /mi
Ds

Dapat dipecahkan menjadi :

1
XL = 0,1231 ln + 0.1231 ln Dm /mi ................................ 3.29
Ds

Dimana:

Ds = GMR, yang dapat diperoleh dari tabel untuk penghantar yang diberikan

Dm = GMD antara pusat–pusat penampang penghantar

Oleh karena itu persamaan 3.29 dapat ditulis kembali persamaan berikut:

Xl = xa – xd /mi...................................................................... 3.30
40

Dimana :

1
xa = Reaktans induktif pada jarak pemisah 1 ft = 0.1231 in /mi 3.31
Ds

xd = Faktor pemisah reakatans induktif

= 0.1231 in Dm /mi .................................................................... 3.32

untuk frekuensi yang diberikan, nilai dari xa tergantung hanya dari GMR, yang

mana fungsi dari jenis penghantar, sebaliknya xd hanya tergantung dari jarak

pemisah Dm. Jika jarak pemisah lebih dari 1 ft, xd mempulnyai nilai positif dan

langsung ditambahkan pada nilai xa. dari sisi lain, jika jarak pemisah kuran dari 1

ft,xd mempunyai nilai negatif dan dapat dikurangkan langsung dari nilai xa. Tabel–

tabel memberiklan nilai xa dan nilai xd langsung.

Sama halnya dengan persamaan 3.22 untuk retans kapasitif pada 60 Hz

yakni :

Xc = 0.06836 log10(D/r) M

Dapat dipisahkan menjadi :

Xc = 0.06836 log10------+ 0,06838 log10(D/r) M/mi ................. 3.33

Atau Xc = xa + xd M/mi ....................................................................... 3.34

Dimana :

1
xa = Reaktans induktif pada jarak pemisah 1 ft = 0.1231 in /mi 3.35
Ds

xd = Faktor pemisah reakatans induktif = 0.1231 in Dm /mi ............. 3.36

tersedianya tabel xa dan xd secara langsung. Nilai suku xd dapat ditambahkan

atau dikurangkan pada nilai xa tergantung pada besarnya D

3.1.4. Untai ekivalen untuk saluran transmisi


41

Saluran udara tranmisi udara aatau satu kabel dapat digambarkan

sebagai untai distribusi tetap sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 3.12.

Resistans, Induktans, Kapasitans dan Konduktans bocor dari satu untai distribusi

tetap adalah di distribusikan dengan seragam sepanjang saluran. Dalam gambar

L menyatakan induktans dari penghantar saluran terhadap netral perunit

panjang, r menyatakan resistans arus bolak–balik dari penghantar saluran unit

panjang. C adalah kapasitasi dari penghantar saluran terhadap netral perunit

panjang, dan G adalah koduktans bocor perunit panjang.

r L r L r L

C G C G C G

Gambar 3.12. Untaian Ekivalen saluran distribusi tetap

3.1.5. Saluran transmisi pendek (sampai dengan 50 mil, atau 80 km)

Dalam hal saluran transmisi pendek, kapasitansi dan resistansi bocor

terhadap tanah biasanya diabaikan, seperti diperlihatkan pada gambar 3.13. oleh

karena itu saluran tranmisi ini dapat diperlakukan sederhana, dimana impedans

tetapnya mengumpul pada satu tempat (lumped) dan dapat dinyatakan oleh ;

Z = R + jXl = zl = rl + jxl ...................................................... 3.37

Dimana :

Z = impedansi seri total perphasa dalam ohm

z = impedansi seri dari satu penghantar dalam ohm perunit panjang

Xl = reaktansi induktif total satu penghantar dalam ohm


42

x = reaktansi induktif dari satu penghantar dalam ohm perunit panjang

l = panjang saluran
r L

a a’

+ +
Seindeng end Vs Vs Seindeng end
(source) (source)
- -

N N
l

Gambar 3.13. Untaian Ekivalen saluran pendek

Arus masuk saluran dari sisi pengirim sama dengan arus keluar dari sisi

penerima. Gambar 3.14 dan 3.15 memperlihatkan diagram vektor (diagram

phasor) untuk saluran transmisi pendek yang dihubungkan masing–msing

dengan beban induktif dan beban kapasitif.

Vs

IR . Z

R IR . Xl
R VR
s IR . R

Is = Ir = I

Gambar 3.14. Diagram phasor dari saluran transmisi pendek yang dihubungkan
masing–masing dengan beban induktif
Vs

IR . Xl
I = Is = Ir
IR . Z
R
R s
IR . R

VR

Gambar 3.15. Diagram phasor dari saluran transmisi pendek yang dihubungkan
masing–masing dengan beban kapastif
43

Jika diperhatikan gambar maka :

Vs = VR + IR Z .......................................................................... 3.38

Is = IR =I .......................................................................... 3.39

VR = Vs – Is Z .......................................................................... 3.40

Dimana :

Vs = tegangan phasa (saluran ke netral) pada sisi pengiriman

VR = tegangan phasa (saluran ke netral) pada sisi penerima

IR = arus phasa pada sisi pengirim

Is = arus phasa pada sisi penerima

Z = impedansi seri total

Oleh karena itu, jika VR sebagai pedoman atau referens maka persamaan 3.38

dapat ditulis sebagai berikut :

Vs = VR + (IR cos R  j IR sin R) (R + jXL).................. 3.41

Dimana tanda positif dan negatif ditentukan oleh sudut faktor daya R pada sisi

penerima atau beban. Jika faktor daya mengikuti (lagging), tanda negatif

dipergunakan akan tetapi faktor daya mendahului (leading), tanda positif

dipergunakan.

Akan tetapi persamaan 3.40 yang dipakai,maka yang dipergunakan

sebagai referensi adalah Vs sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan

sebagai berikut :

VR = VS  (IS cos S  j IS sin S) (R + jXL) .................. 3.42

Dimana S adalah sudut faktor daya pada sisi pengiriman, yang ditentukan

sebelumnya, demikian pula tanda positif dan tanda negatif yang akan digunakan.

Juga dari gambar 3.14 Vr dipakai sebagai refrensi vektor.

Nilai dari Vs diperoleh dari persamaan berikut :


44

Vs = V R  I R cos  R  I Q sin  R  2
 IX cos  R  I Q sin  R 2
3.43

Dan  = s - R ................................................................................... 3.44

IX cos  R  I Q sin  R
Atau ...................................................... 3.45
VR  cos  R  IX sin  R

Konstanta umum atau parameter ABCD dapat ditentukan dengan memeriksa

gambar 3.13 diperoleh :

Vs  A B  VR 
I   C D I  .............................................................. 3.46
S   R 

Dan AD – BC = 1

Dimana A = 1 B = Z C= 0 D = 1 ............................................. 3.47

Sehingga diperoleh :

Vs  1 Z VR 
I   0 1  I  ............................................................... 3.49
S   R 
dan
1
Vs  1 Z VR  Vs  1  Z VR 
 I   0 1   I  I   0 1  I 
 S   R  S   R 

efesiensi tranmisi saluran pendek dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai

berikut:

output 3 VR I cos  R VR cos  R


= = = ................... 3.49
input 3 VS I cos  R VS I cos  R

Persamaan 3.49 dapat dipergunakan, baik saluran phasa tunggal maupun

saluran 3 phasa.

Efesiensi tranmisi dapat juga dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

output
=
output  rugi  rugi

Untuk saluran phasa tunggal :


45

VR cos  R
= ..................................................... 3.50
VR I cos  R  2 I 2 R

Untuk saluran tiga phasa:

3 VR cos  R
= ................................................ 3.51
3 VR I cos  R  3 I 2 R

3.1.5.1. Batasan daya ajeg

Andaiakan bahwa impedans dari saluran tranmisi pendek diberikan oleh Z

= Z   . Oleh karena itu daya aktif yang dikirim pada keadaan ajeg kesisi

penerimaan dari saluran tranmisi dapat dinyatakan oleh persamaa sebagai

berikut :

2
Vs x VR VR
PR = x cos ( - ) - x cos  ................... (3.52)
Z Z

dan sama halnya daya reaktif yang dikirim ke sisi penerimaan dapat dinyatakan

oleh persamaan berikut :

Vs x VR 2
VR
QR = Z x sin ( - ) - x sin  ....................... (3.53)
Z

Jika tegangan Vs dan VR adalan tegangan saluran terhadapa netral, maka

persamaan (3.52) dan (3.53) memberikan nilai PR dan QR perfasa. Pada sisi lain,

jika nilai PR dan QR yang diperoleh dikalikan 3, atau tegangan Vs dan VR yang

dipergunakan adalah nilai tegangan antara saluran, maka persamaan daya aktif

dan daya reaktif adalah tiga fasa, kemudian dikirim kesisi penerimaan saluran

untuk mengimbangi beban.

Jika semua variabel dalam persamaa dalam (3.52) dipegang tetap kecuali

 maka daya real (aktif) yang dikirim sebesar PR adalah fungsi dari , dan nilai PR

maksimum bila  = , PR maksimum tersebut juga disebut batas daya dalam


46

keadaan ajeg, daya maksimun yang diperoleh tersebut pada sisi penerimaan

untuk regulkasi dan dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :

2
VR V
PR max = 2
( s x Z  R ) .................................................... (3.54)
Z VR

Dimana VS dan VR adalah tegangan fasa (saluran terhadap netral), apakah

sistemnya fasa tunggal maupun tiga fasa.

Persamaan daya aktif maksimum tersebut dapat juga dituliskan sebagai berikut :

VR x cos 
2
Vs x VR
PR max = - ............................................. (3.55)
Z Z
Jika Vs = VR , maka :
2
VR
PR max = Z (1 - cos  ) ................................................ (3.56)
Atau
VR
PR max = ( )2 ( Z – R ) ................................................. (3.57)
Z

sama halnya dengan daya aktif diatas maka daya reaktif yang dikirim ke beban

diberikan oleh persamaan :

2
VR
QR = x sin  .................................................................. (3.58)
Z

Jika diperhatikan maka persamaan (3.37) dan (3.38) adalah bebas dari

tegangan Vs. tanda negatif dalam persamaan (3.38) menyatakan bahwa beban

menyerap daya reaktif mendahului (leading vars), yang berarti daya reaktif

tersebut akan kebeban, atau reaktif sumber adalah keterbelakang (leading vars)

yang berarti daya reaktifnya dari beban ke sumber. Daya tiga fasa total yang

dikirim pada saluran tiga fasa adalah tiga kali dari daya yang dihitung dengan

menggunakan persamaan diatas. Jika satuan tegangan dalam volt, maka daya

dapat dikatakan dalam watt dan var, sebaliknya jika satuan tegangan dalam kilo
47

volt (kV) maka daya dapat dinyatakan dalam megawatt (MW) dan megavar

(MVAR).

Dengan cara yang sama, daya aktif dan daya reaktif pada sisi pengiriman dari

saluran tranmisi dapat dinyatakan oleh persamaan :

2
V V x VR
Ps = s x cos - s x cos ( +  ).............................. (3.59)
Z Z
2
V V x VR
Qs = s x sin  - s x sin ( +  ) .............................. (3.60)
Z Z

Jika semua variabel yang ada pada persamaan (3.59), sebagaimana

sebelumnya dipegang tetap dengan pengecualian pada  , dengan demikian

daya aktif pada sisi pengiriman, Ps adalah funsi dari , dan mempunyai harga

maksimum bila  +  = 1800, oleh karena itu daya maksimum pada sisi

pengiriman, atau daya impfut maksimum dapat dinyatakan dalam persamaan

berikut :

2
V V x VR
Ps max = s x cos - s ............................................... (3.61)
Z Z
2
Vs x R V x VR
Qs max = 3
+ s ................................................ (3.62)
Z Z

Akan tetapi, jika Vs = VR maka

Vs
Ps max = ( ) 2 ( Z + R ) ....................................................... (3.63)
Z

Sama halnya dengan daya reaktif pada sisi pengiriman, daya reaktif infut (vars)

dapat diberikan oleh persamaan :

2
Vs
Qs = 2 sin  ..................................................................... (3.64)
Z
48

Sebagai kenyataannya, kedua persamaan (3.63) dan (3.64) adalah bebas dari

tegangan VR, dan persamaan (3.64) mempunyai tanda positif.

3.1.5.2. Persen Regulasi Tegangan

Regulasi tegangan dari saluran didefinisikan oleh kenaikan tegangan bila

beban penuh dilepas, yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

Vs  VR
Persen Regulasi tegangan = x 100 ....................... (3.65)
VR
Atau
VR ,NL  VR ,FL
Persen Regulasi tegangan = x 100 ............... (3.66)
VR ,FL

Dimana :

 Vs  = besaran tegangan fasa (saluran terhadap netral) pada sisi

pengiriman waktu beban nol.

 VR  = besaran tegangan fasa (saluran terhadap netral) pada sisi

penerimaan beban penuh.

 VR,NL  = besaran tegangan pada sisi penerimaan waktu beban nol.

 VR,NL  = besaran tegangan pada sisi penerimaan waktu beban penuh

dengan Vs

Akan tetapi jika beban dihubungakn dengan sisi penerimaan dari saluran :

 Vs  =  VR,NL 
dan
 VR  =  VR,NL 

suatu persamaan pendekatan untuk persen regulasi tegangan adalah :

( R cos  R  X sin  R )
Persen regulasi tegangan  IR x 100 (3,67)
VR

3.1.5.3. Gambaran impedansi gandeng saluran pendek


49

Gambaran 3.16 (a) memperlihatkan untai dari saluran x dan y, dimana

impedans masing–masing adalah Zxx dan Z yy serta impedansi gandeng Zyy.

Utaian ekivalennya diperlihatakan pada gambar 3.16 (b).

Zxx Zzz – Zzy 2

1 2
1
Zxy

Zxy

3
3 4
Zyy Zyy Zxy
4

(a) (b)

Gambar 3.16. gambaran dari impedansi gandeng antara dua untai

Kadang–kadang diperlukan untuk membuat identitas listrik dari dua

saluran seperti diperlihatkan pada gambar 3.17 berikut :

Zxy Zxx - Zyy

1 2

1:1

4
3
Zyy - Zxy

Gambar 3.17. Gambaran impedansi gandeng antara dua saluran dengan


memakai transformer yang mempunai perbandingan lilitan 1 : 1

Impedansi gandeng Zyy terdapat pada salah satu dua saluran yang

ditransfer ke salauran lainnya yang melalaui transformator yang mempunyai

perbadingan lilitan 1:1, teknik ini diperlukan juga untuk saluran tiga phasa.

3.1.6. Saluran transmisi menengah (sampai dengan 150 mil, atau 240 km)
50

Sehubungan dengan bertambahnya panjang saluran dan tingginya

tegangan maka menggunakan persamaan (rumus) untuk saluran transmisi

pendek atau analisisnya akan memberikan hasil yang tidak teliti. Oleh karena itu

efek dari arus bocor melalui kapasiansi harus diperhitungkan sebagai analisis

pendekatan yang lebih teliti. Jadi admintasi paralel (shunt) yang digambarkan

berkumpul pada berberapa titik sepanjang saluran, dapat digambarkan oleh

salah satu dari dua rangkaian, untaian nomial T atau untai nominal 

sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 3.19 dan 3.20 berikut :

R XL R XL
 j  j
Is 2 2 2 2 Is
a a
Iy

+ +
VS G Vy VS
- -

N N

(a)

Is 2 Is
a a
Iy

+ +
Y
VS Vy VS
- -

N N

(b)

Gambar 3.19 Untaian nominal T dari saluran tranmisi


51

Is I R + jXL I IR
a a
Iy1 Iy2

+ +
VS C/2 G/2 G C/2 G/2 VS
- -

N N

(a)

Is I I Is
a Z a
Iy1 Iy1

+ +
Y/2 Y/2
VS VS
- -

N N

(b)

Gambar 3.20 Untaian nominal  dari saluran tranmisi

Dalam gambar dinyatakan bahwa Z = z l

Untuk untaian nominal T seperti yang dipelihatkan pada gambar 3.19 :

VS = IS x Z + IR x ½ Z + VR

=  IR + (VR +IR x ½ Z) Y ½ Z + VR + IR x ½ Z
atau
VS = (1 + ½ Z Y) VR + ( Z + ¼ YZ2 ) IR ............................. 3.68

A
B
dan
IS = IR + (VR + IR x ½ Z) Y

atau
52

IS = Y x VR + ( 1 + ½ Z Y ) IR ........................................ 3.69

C D

sebaliknya dengan mengabaikan konduktans maka akan diperoleh :

IC = IY dan VC = VY

Menghasilkan

IC = VC x Y

VC = VR + IR x ½ Z

Oleh karena itu

VS = VC + IS x ½ Z

= VR + IR x ½ Z + [VR Y + IR (1 + ½ YZ)] ( ½ Z)
atau
VS = (1 + ½ ZY) VR + ( Z + ¼ YZ2 ) IR ............................... 3.70

C
D
Demikian pula,

IS = IR + IC

= IR + VC Y

= IR + ( VR + IR x ½ Z) Y
diperoleh :
IS = Y x VR + ( 1 ½ ZY ) IR ............................................... 3.71

C D
Oleh karena itu diperoleh :

A = 1 + ½ ZY .......................................................................... 3.72

B = Z + ¼ ZY2 .......................................................................... 3.73

C = Y .......................................................................... 3.74

D = 1 + ½ ZY .......................................................................... 3.75

Untuk untai –T,matrik parameter untai secara umum, dan matrik transfer menjadi

sebagi berikut:
53

A B  1  1 / 2 ZY Z  1 / 4 YZ 2 
C D   
   Y 1  1 / 2 ZY 

Oleh karena itu diperoleh :

Vs  1  1 / 2 ZY Z  1 / 4 YZ 2  VR 
I  =   I  ..................... 3. 76
S  Y 1  1 / 2 ZY   R 
dan
1
Vs  1 1 / 2 ZY Z  1 / 4 YZ 2  Vs 
I  =   Is  ........................ 3.77
S  Y 1  1 / 2 ZY   

untuk untaian nominal  seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.20 diperoleh :

VS = (VR x ½ Y + IR) Z . VR
Atau
VS = (1 + ½ YZ) VR + Z+ IR .................................... 3.78

A B
dan
IS = ½Y VS + ½YX x VR + IR ........................................... 3.79

masukkan persamaan 3.78 ke dalam persamaan 3.79, diperoleh :

IS = [(1 + ½YZ) VR +Z IR] ½Y +½Y x VR + IR


atau
IS = Y x ¼ Y2Z) VR + ( 1 + ½ YZ ) IR ............................ 3.80
C
D

sebaliknya konduktans diabaikan, diperoleh :

I = IC2 x IR dimana IC2 = ½ Y x VRI

Menghasilkan

I = ½ Y x VR x IR ............................................................ 3.81
Juga :
VS = VR x IZ ...................................................................... 3.82

dengan mensubsitusika persamaan 3.81 ke dalam persamaan 3.82 diperoleh :

VS = VR + (½ Y x VR + IR) Z
Atau
VS = (1 + ½ YZ) VR + Z x IR ............................................. 3.83

A B
54

dan
Ic1 = ½ YZ +VS

dengan mensubsitisakan persamaan 3.83 ke dalam persaman 3.84 diperoleh :

Ic1 = ½ Y ( 1 + ½YZ)VR + ½Y x ZIR ...................................... 3.85

dan karena

IS = IR + IC ....................................................................... 3.86

dengan mensubsitusikan persamaan 3.81 ke dalam persamaan 3.86 diperoleh:

IS = ½ YVR + IR + ½Y (1 + ½ YZ)+VR + ½ YZ IR
atau
IS = Y x ¼ Y2Z)VR + ( 1 ½ YZ ) IR .................................... 3.87
C
D
oleh karena itu akhirnya diperoleh :

A = 1 + ½ YZ ........................................................... 3.88

B = Z ...................................................................... 3.89

C = Y + ¼ YZ2.......................................................... 3.90

D = 1 + ½ YZ ........................................................... 3.91

Untuk untai nominal –, matriks parameter untai umum menjadi :

A B  1  1 / 2 ZY Z 
C D  =   ......................... 3.92
  Y  1/ 4Y Z 1  1 / 2 ZY 
2

Oleh karena itu diperoleh :

Vs  1  1 / 2 ZY Z  VR 
I  =     ................... 3.93
 S   Y  1/ 4Y Z 1  1 / 2 ZY  I R 
2

dan
Vs  1 1 / 2 ZY Z  1 Vs 
I  =   Is  ................. 3.94
 S   Y  1/ 4Y Z 1  1 / 2 ZY 
2
 

Untai nominal –T dan untai nominal -  tidak ekivalen satu terhadap yang

lain, tidak semudah membuktikan hubungan transformasi delta wye. Hasil ini
55

tidak seperti yang diharapkan karena dua pendekatan yang berbeda yang dibuat

untuk untai yang sederhana, tidak ada satupun yang benar dan mutla. Hasil yang

teliti dapat diperoleh dengan pemecahan saluran ke dalam beberapa segemen,

masing–masing diberikan dalam bentuk untai nominal – T atau –  yang

segmen – segmen tersebut dikasde untuk memperoleh hasil akhir.

Rugi daya pada saluran akan diberikan oleh persamaan sebagai berikut :

Ploss = I2R ............................................................................................. 3.95

Yang mana variabel pendekatannya adalah kuadrat arus melalui saluran. Daya

reaktif yang diserap dan suplay saluran akan diberikan oleh persamaan berikut :

QL = I2 XL ................................................................................... 3.96

Dan

QL = V2 b ................................................................................... 3.97

Variabel pendekatan untuk QL adalah pangkat dua dari arus pada saluran,

sebaliknya variabel pendekatan untuk Qc juga pangkat dua dari tegangan. Hasil

dari kenaikan transmisi akan menurunkan daya reaktif yang diserap oleh

saluran untuk beban berat, dan menaikkan daya reaktif yang disuplay dari beban

ringan.

Persen regulasi tegangan untuk saluran tranmisi jarak menengah seperti

yang diberikan pada buku Stevenson adalah sebagai berikut :

Vs / A  VR ,F ,L
Persen Regulasi Tegangan =  100 % 3.98
VR ,F ,L

Dimana :

VS = besar tegangan phasa pada ujung sisi pengiriman (saluran terhadap

netral)
56

VR,FL = besar tegangan phasa pada ujung sisi penerima (saluran terhadap

netral) pada waktu beban penuh dengan tegangan Vs tetap

A = besar dari konstanta saluran A

3.1.7. Saluran transmisi jarak panjang (di atas 150 mil atau 240 km)

Analisis yang lebih teliti dari saluran transmisi memerlukan parameter

dari saluran yang digambarkan tidak mengumpul hanya pada satu tempat seperti

sebelumnya, tetapi di distribusikan merata sepanjang saluran.

Gambar 3.21 memperlihatkan saluran transmisi jarak panjang dengan

parameter yang di distribusikan merata sepanjang saluran serta bagian

tambahan setebal z dx pada jarak x dari ujung sisi penerima, impedansi serinya

adalah sebesar x dx dan admintans paralel (shunt) adalah sebesar y dx, dimana

z dan y masing–masing adalah impedans dan admintans perunit panjang.

Jatuh tegangan dalam bagian tambahan setebal dx adalah sebesar :

dVx = (Vx + dVx) – Vx = dVx


atau
dVx = Ix z dx .................................................................... 3.99

sama halnya dengan perubahan arus pada bagian tambahan dapat dituliskan

sebagai berikut :

dIx = Vx y dx ................................................................... 3.100

dVx

Is IX + dlx IR
a a
Z dXx
+ +
X + dXx Vx
VS VS
- -

N N
X=1 Z=0

dx
t
57

Gambar 3.21 Hubungan satu phasa dengan netral dari saluran transmisi

Oleh karena itu diperoleh :

dVx
= zIx ........................................................................... 3.101
dx
dan
dI x
= yVx ......................................................................... 3.102
dx

difressial persamaan 3.101 dan 3.102 terhadap x diperoleh :

d 2 Vx dI
2
= z x ................................................................... 3.103
dx dx
dan
d2Ix dVx
= y .................................................................... 3.104
dx 2 dx

subsitusitusikan nilai–nilai dIx/dx dan dVx/dx dari persamaan 3.101 dan 3.102

masing–masing ke dalam persamaan 3.104 dan 3.103 akan diperoleh :

d 2 Vx
= yzVx ........................................................................ 3.105
dx 2

d2Ix
= yzIx........................................................................... 3.106
dx 2

pada x = 0, Vx = VR dan Ix = IR. Oleh karena itu penyelesaian persamaan

diffrensial orde dua 3 .105 dan 3.106 akan diberikan oleh pesamaan berikut :

z
V(x) = {cos  (yz) . x } VR +{    sinh (yz) . x} IR.......... 3.107
y

A B
58

Sama halnya :

y
I(x) = { ( ) sinh (yz) x } {cosh  (yz). x} IR .................... 3.108
z

C D

Persamaan 3.107 dan 3.108 dapat dituliskan kembali sebagai berikut :

V(x) = (cosh x) VR + (Zc sinh x) IR ...................................... 3.109

I(x) = (YC sinh x) VR + (cosh x) IR ...................................... 3.110

Dimana :

 = konstanta propagasi perunit panjang =  (yz)

Zc = impedansi karakteristik surja dari saluran perunit panjang =  (yz)

YC = admintasnis karakteristik surja dari saluran perunit panjang =  (yz)

Selanjutnya,  =  + j ........................................................................ 3.111

Dimana

 = konstanta atenuasi (ketetapan pengukuran dalam tegangan dan arus

perunit panjang dalam arah lintasan) dalam satuan nepers perunit

 = konstanta perubahan phasa dalam radian persatuan panjang

(perubahan sudut phsa antara dua tegangan atau arus pada dua titik

dengan jarak tak terhingga persatuan panjang.

Bila x = l maka pesamaan 3.109 dan 3.110 akan menjadi :

V(S) = (cosh x) VR + (Zc sinh x) IR ...................................... 3.112

I(S) = (YC sinh x) VR + (cosh x) IR ...................................... 3.113

Persamaan 3.112 dan 3.113 dapat ditulis dengan bentuk matrik sebagai berikut :
59

Vs  cosh l Z c sinh l  VR 


I  = Yc sin l Z cosh l I  .................................. 3.114
 S  c  R 
dan :
1
VR  cosh l Z c sinh l  VR 
I  = Yc sin l Z cosh l   ............................... 3.115
 R   c  I R 
atau
1
VR  cosh l  Z c sinh l  VR 
I  =  Yc sin l Z cosh l   ............................ 3.116
 R   c  I R 

oleh karena

V(R) = (cosh x) VS + (Zc sinh x) IS....................................... 3.117

I(R) = -(YC sinh x) VS + (cosh x) IS ..................................... 3.118

Dalam penyataan dengan konstanta ABCD,

Vs  A B VR  A B VR 


I  = C D  I  = C D  I  .................................. 3.119
 S   R    R 
dan

Vs   A B VR   A B VR 


I  =  C D I  =  C D I  .................... 3.120
 S   R    R 
dimana :
A = cosh l = cosh  (YZ) = cos  ..................................... 3.121

Z
B = Zc sinh l =    sinh  (YZ) = YZ cos  ............... 3.122
Y

Z
C = Yc sinh l =    sinh  (YZ) = YZ cos  ............... 3.123
Y

D = A = cos l = cosh  (YZ) = cos  ................................ 3.124

 =  (YZ) ............................................................................. 3.125

e l  e  l
sinh l = ............................................................. 3.126
2
60

e l  e  l
cosh l = ............................................................. 3.127
2

Persamaan 3.112 dan 3.125 dapat mempergunakan tabel fungsi

hiperbolik kompleks atau kalkulator saku yang mempyai fungsi kompleks. Kalau

tidak dapat mempergunakan persamaan ekpansi sebagai berikut :

sinh l = sinh (l + jl ) = sinh l cosh l + j cosh l sinh l..... 3.128

cosh l = cosh (l + jl ) = cosh l sinh l + j sinh l sinh l..... 3.129

selanjutnya dengan subsitusi untuk l dan Zc dalam persamaan Y dan Z yaitu

masing–masing sebagai admintans shunt total saluran perphasa dan impedansi

seri total saluran perphasa, dalam hal ini akan menghasilkan persamaan 3.119

menjadi :

Z Z
VS = {cosh  (YZ)} VR + ( ( )sinh ( )} IR ............ 3.130
Y Y
Dan
Z
IS = {( ) sinh  (YZ)} VR + (cosh  (YZ)IR.............. 3.131
Y

Atau kemungkinan lain

sinh XY 
VS = {cosh  (YZ)} VR + ( Z} IR ................ 3.132
XY 
Dan

sinh XY 
IS = { } YVR + (cosh  (YZ)IR ................. 3.133
XY 
Faktor–faktor yang ada dalam kurung persamaan 3.130 dam 3.133 dapat

diperoleh dengan mudah memakai grafik Woodruff, yang tidak dibahas disini, tapi

dapat dibaca pada buku Electric Power Transmission, Woodruff, L.F.

Parameter ABCD dapat diuraikan dalam bentuk deret berhingga sehingga

sebagai berikut :
61

YX Y X 2 2 3
Y X 3 Y4X4
A = 1+ + + + ..... 3.314
2 24 720 40 . 320

YX Y 2 X 2 Y 3 X 3 Y4X4
B = 1+ + + + ............... 3.314
6 120 5040 362.880

YX Y 2 X 2 Y 3 X 3 Y4X4
C = 1+ + + + ............... 3.314
2 24 720 40 . 320

Dimana:

Z = Impedansi seri total dari saluran perphasa zl = (r +jxl ) l 

Y = Adminansi shunt total dari saluran perphasa

= yl = (g +jb ) l S

Secara praktis bisanya tidak lebih dari 3 faktor yang diperlukan dari

persaamaan 3.134 sampai 3.136. Wedy menganjurkan nilai pendekatan untuk

konstanta ABCD dari saluran transmisi udara yang panjangnya kurang dari 500

km sebagai berikut:

A = 1 + ½ YZ .......................................................... 3.137

B = Z (1 + 1/6 YZ .................................................... 3.138


dan
C = Y ( 1 + 1/6 YZ ................................................... 3.139

Akan tetapi kesalahan akan menjadi cukup besar untuk diabaikan pada aplikasi

yang pasti :

3.1.6.1. Untaia ekivalen dari saluran transmisi jarak panjang

Dengan mempergunakan nilai–nilai parameter ABCD yang berlaku

untuk saluran transmisi, memungkinkan untuk mengenmbangkan untai ekivalen

 dan untai ekivalen –T yang sebenarnya diperlihatkan seperti dalam gambar

3.22 berikut:
62
Zr

+ +
Yn/2 Yn/2
VS VS
- -

(a)

Zr/2 Zr/2

+ +
Y/2
VS VS
- -

(b)

Gambar 3.22. Untai ekivlen  dan T dari saluran transmisi jarak pajang

Untuk untai  :

Z = B = ZC Sinh  ..................................................... 3.140

= ZC Sinh l..................................................... 3.141

Sinh YZ 
= Z ................................................... 3.142
YZ 
dan
Yn A 1 cosh   1
= = ......................................... 3.143
2 B Z C sinh 
atau
2 tanh1/2 l 
Y = .................................................. 3.144
ZC
atau
63

Yn Y 2 tanh1/2 l 
= = ......................................... 3.145
2 2 ZC
untuk untaian ekivalen T :
ZT A 1 cosh   1
= = ......................................... 3.146
2 C YC sinh 
atau
ZR = 2 Zc tanh ½ l ..................................................... 3.147
Atau
Zr Z 2 tanh1/2 l 
= = .............................................. 3.148
2 2 ZC
dan
YT = C = Yc sin  ................................................... 3.149
Atau
2 sinh l
YT = ......................................................... 3.150
ZC
Atau

2 sinh YZ 
YT = Y ................................................ 3.151
YZ 

3.1.6.2. Tegangan datang dan tegangan pantul pada saluran transmisi


jarak panjang

Sebelumnya telah dibahas tentang propagasi kontans seperti yang

diberikan oleh persamaan berikut :

 =  + j perunit panjang ..................................................... 3.152


dan juga

e l  e l
cosh l = ................................................................. 3.153
2

e l  e l
sinh l = .................................................................. 3.154
2
64

Tegangan dan arus pada sisi pengiriman dan sebelumnya sudah dibahas

sebagai berikut :

V(S) = (cosh x) VR + (Zc sinh x) IR ...................................... 3.112

I(S) = (YC sinh x) VR + (cosh x) IR ...................................... 3.113

Dengan mensubsitusikan persamaan 3.152 – 3.154 ke dalam persamaan 3. 112

dan 3. 113 akan diperoleh :

VR  I R Z C VR  I R Z C
Vs = el ejl + e-l e-jl ................... 3.155
2 2

VR . YC  I R VR  YC  I R
Is = el ejl + e-l e-jl ............... 3.156
2 2

Dalam persamaan 3.155 suku pertama dan suku ke dua masing–masing

disebut tegangan datang dan tegangan pantul, yang berperan sebagai

gelombang berjalan yang merupakan fungsi dari l. Tegangan datang akan

bertambah besar, baik besaran maupun fasenya sesuai dengan bertambah

besarnya jarak l dari sisi ujung penerimaan demikian pula tegangan datang akan

menurun baik besaran maupun fasenya sesuai dengan penuruan fase dari sisi

ujung pengiriman ke sisi ujung penerimaan. Sebaliknya tegangan pantul akan

menurun baik besaran maupun fasanya sesuai dengan jarak kenaikan l dari sisi

ujung penerimaan ke ujung pengiriman. Oleh karena itu untk setiap saluran yang

diberikan dengan panjang l, tegangan adalah sesuai dengan jumlah tegangan

yang datang dan tegangan pantul. Disini faktor e1 akan berubah sesuai dengan

fungsi dari l, sebaliknya ejl selalu mempunyai besaran satu dan memyebabkan

pergeseran fasa sebesar  radian perunit panjang saluran.


65

Dari persamaan 3.155 bila kedua fasor adalah lebih besar dari 1800,

maka akan menjadi pergerseran, hal tersebut terjadi bila saluran tidak dibebani,

dimana :

IR = 0 dan  = 0 dan bila x – ½  radian atau ¼ panjang gelombang.

Panjang gelombang  di defenisikan sebagai jarak l sepanjang saluran

antara dua titik yang menghasilkan pergeseran phasa 2  radian ataau 3600

untuk gelombang datang dan gelombang pantul. Jika  adalah pergeseran

phasa dalam radian permil, maka panjang gelombang :

2
= .................................................................................. 3.157

karena kecepatan propogasi adalah :

v =  f mi/sec .......................................................................... 3.158

dan pendekatan sama dengan kecepatan cahaya sebesar 186.000 mi/secon,

pada frekuensi 60 Hz, panjang gelombang adalah :

Sebaliknya pada frekuensi 50 Hz kecepatan gelombang mendekati 6000

km. Jika suatu saluran terbatas dengan impedansi karakteristiknya ZC maka

impedans menjadi imajiner mengangtikasnustusaluran yang takberhingga, dalam

hal ini ada gelombang pantul dari kedua hal yakni tegangan dan arus, oleh

karena itu :

Vr = IR ZC

Dalam persamaan 3.115 dan 3.156 dan salura disebut satu saluran

yang tak berhingga.

Dalam buku stevenson diberikan nilai khusus dari Z sebesar 400 ohm

untuk sirkit tunggal dan 200 ohm untuk sirkit gnda yang paralel. Sudut phasa dari

ZC biasanya antara 0 – 150.


66

3.1.7. Penghantar Berkas

Pengahantar berkas dipergunakan untuk saluran transmisi dengan

tegangan diatas345kV. Sebagai penggganti satu penghantar perphasa yang

luas penampangnya, dipergunakan dua atau lebih penghantar dengan jumlah

luasan yang salingmendekati.

Penghantar berkas yang dipergunakan untuk tegangan ektra tinggi

biasanya terdiri dari dua, tiga atau empat subpenghantar seperti diperlihatkan

pada gambar 3.24 berikut ;


d
d d d d
d

d d

a b c

d d d

a a’ a a’ a a’

D12 D12

D31

Gambar 3.24. Susunan penghantar bekas : (a). Dua sub penghantar berkas (b) Tiga sub
penghantar berkas (c) Empat sub penghantar berkas, (d) penampang melintang
penghantar berkas untuk saluran tiga phasa sirkit tunggal dengan konfigurasi menara
mendatar.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pengahantar berkas:

(1). Mereduksi reaktans induktif dari saluran

(2). Mereduksi gradien tegangan dari permukaan penghantar

(3). Menaikkan tegangan kristis korona, sehingga mengurangi rugi korona, radio

intrerfrens, televisi intereren dan audible noise.

(4). Dapat menyalurkan daya besar


67

(5). Lama dan besaran getaran frekuensi tinggi

Kerugian yang diperoleh dengan mempergunakan penghantar berkas :

(1). Menaikkan pembebanan angin dan es

(2). Retengan issolator gantungan lebih kompleks

(3). Menaikkan biaya

(4). Menaikkan jarak bebas pada struktur

(5). Menaikkan pemuatan KVA

Jika sub penghantar di transpose maka arus akan terbagi merata pada

penghantar berkas. GMR dari penghantar berkas yang terdiri dari dua, tiga, dan

empat sub penghantar masing – masing dapat dinyatakan dengan persamaan

berikut :

Dua : Dsb = (Ds x d)1/2.............................................................. 3.159

Tiga : Dsb = (Ds x d2)1/3 ............................................................ 3.160

Empat : Dsb = 1,09(Ds x d3)1/4 ..................................................... 3.161

Dengan :

Dsb = GMR penghantar berkas

Ds = GMR subpenghantar

d = GMR jarak antara penghantar

oleh karena itu induktans rata – rata adaalah :

Deg
La = 2 x 10-7 il b
H/m ................................................ 3.162
Ds
Dan induktive adalah :
Deg
XL = 0,1213il b
ohm /m.............................................. 3.16
Ds

Dimana : Deg = Dm = (D12D23D31 ........................................................... 3.164


68

Modifikasi dari GMR penghantar berkad yang dipergunakan dalam

perhitungan kapasitans, yang terdiri dari dua, tiga dan empat sub penghantar

masing-masing dapat dinyatakan sebagai persamaan sebagai berikut :

Dsb = (Rd)1/2.................................................................... 3.165

Dsb = (Rd2)1/3 .................................................................. 3.166

Dsb = 1.09 (R)d3)1/4 ......................................................... 3.167


Sehingga :
DsbC = Modifikasi GMR untuk penghantar berkas

r = Jari – jari luar dari subpenghantar

d = jarak antara penghantar

oleh karena itu kapasitans antara saluran dengan netral dapat dinyatakan

dengan persamaan :

2  x 8,8538 x 10 12
Cn = F/m 3.168
 D eg b

ln  C 
Ds
 

55,63 x 10 12
Atau : Cn = F/m 3.169
 D eg b

ln  C 
Ds
 

3.2. Teori Matlab

MATLAB adalah suatu program komputer yang dapat melakukan

perhitungan matematika. MATLAB adalah suatu bahasa pemograman

sederhana dengan fasilitas yang jauh lebih hebat dan lebih mudah digunakan

dari bahasa seperti Basic, Pascal.

Cara termudah untuk menggambarkan MATLAB adalah menganggapnya

sebagai sebuah kalkulator. Seperti umumnya sebuah kalkulator biasa, dimana


69

MATLAB sanggup mengerjakan perhitungan sederhana seperti pengurangan,

penjumlahan, perkalian dan pembagian. Seperti kalkulator saint, MATLAB dapat

menangani bilangan kompleks, akar dan pangkat, logaritma, operasi trigonometri

seperti sinus, cosinus dan tangen. Seperti kalkulator yang dapat diprogram,

MATLAB dapat digunakan untuk menyimpan dan memanggil data, dapat juga

membuat, menjalankan dan menyimpan sederetan printah untuk

mengotomatisasi perhitungan suatu persamaan penting, dan dapat melakukan

perbandingan logika dan mengatur urutan sederetan printah.

Seperti kalkulator terbaik yang ada saat ini, MATLAB memungkinkan

untuk menggambarkan data dengan berbagai cara, mengerjakan aljabar matrik,

memanipulasi polynominal, mengintegralkan fungsi, memanipulasi persamaan

secara simbol dan lain–lain.

Melalui kemampuan grafisnya, MATLAB banyak menyediakan banyak

pilihan untuk visualisasi data. MATLAB adalah suatu lingkungan tempat

membuat aplikasi dimana kita dapat membuat antar muka grafis (Grafical User

Interfeface atau GUI) dan menyediakan pendekatan visual untuk menyelesaikan

masalah–masalah tertentu.

Sesungguhnya matlab menyediakan lebih banyak lagi fasilitas dan jauh

lebih komplit dari kalkulator manapun. Lebih lagi matlab juga menyediakan

sekelompok alat penyelesaian masalah untuk masalah–masalah khusus, yaitu

yang dinamakan toolbox, symbolic math toolbox, bahkan kita dapat membuat

toolbox kita sendiri.

3.2.1. Ruang Kerja MATLAB


70

Saat kita bekerja dalam jendela Command, MATLAB mengingat perintah–

perintah yang kita berikan dan nilai–nilai dari variabel yang kita buat. Perintah

dan variabel itu dikatakan tinggal dalam ruang kerja MATLAB, dan dapat

dipanggil kapanpun kita menghendakinya dengan cara mengetikkan nama

filenya pada prompt.

3.2.2. Variabel

MATLAB mempunyai aturan penamaan variabel. Nama variabel harus

terdiri dari satu kata tanpa spasi. Nama variabel dibedakan antara huruf kecil

dan huruf kapital. Panjang maksimal nama variabel adalah 31 karakter, dan

karakter setelah karakter ke-31 diabaikan. Nama variabel harus diawli dengan

huruf, diikuti dengan sembarang bilangan, huruf, atau garis bawah. Karakter–

karakter tanda baca tidak diperbolehkan karena banyak diantaranya mempunyai

arti tersendiri dalam MATLAB. Aturan MATLAB mempunyai beberapa variabel

khusus, adalah:

Tabel 2.1. Variabel aturan-aturan Matlab

Variabel
Nilai
khusus

ans Nama variabel untuk hasil apapun.

pi Perbandingan antara keliling lingkaran dengan garis

flops tengahnya.

inf Jumlah operasi floating point

nan Tak berhingga, misalnya 1/0

i dan j Bukan suatu bilangan, misalnya 0/0

nargin i=j= 1
71

nargout Jumlah argumen input suatu fungsi

realmin Jumlah argumen output suatu fungsi

realmax Bilangan real positif terkecil yang dapat digunakan.

Bilangan real positif terbesar yang dapat digunakan.

3.2.3. Fungsi – Fungsi Matematika Umum.

Seperti kalkulator sain biasa, MATLAB mempunyai beberapa fungsi

umum yang penting untuk matematika, teknik dan ilmu pengetahuan. Sebagai

tambahan atas fungsi–fungsi tersebut, MATLAB juga menyediakan ratusan

fungsi dan algoritma yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan tertentu.

Fungsi–fungsi umum yang dimiliki MATLAB ditunjukkan dalam tabel berikut.

Sebagian besar fungsi–fungsi tersebut digunakan dengan cara yang hampir

sama, bila kita menuliskannya secara matematis.

Tabel 2.2. Fungsi-fungsi Matematika Umum

Fungsi–fungsi Umum

abs (x) harga mutlak atau besarnya bilangan kompleks

acos (x) inverse cosinus

acosh (x) inverse cosinus hiperbolik

angle (x) sudut suatu bilangn komplek pada empat kuadran

asin (x) inverse sinus

asinh (x) inverse sinus hiperbolik

atan (x) inverse tangen

atan2 (x) inverse tangen untuk empat kuadran

atanh (x) inverse tangen hiperbolik

ceil (x) pembulatan kearah plus tak berhingga


72

conj (x) konjugat bilangan kompleks

cos (x) cosinus

cosh (x) cosinus hiperbolik

exp (x) eksponensial: ex

fix (x) pembulatan kearah nol

floor (x) pembulatan kearah minus tak berhingga

god (x,y) faktor persekutuan terbesar bilangan bulat x dan y

imag (x) bagian imajiner suatu bilangan kompleks

log (x) logaritma natural

log10 (x) logaritma biasa

real (x) bagian real suatu bilangan kompleks

rem (x,y) sisa pembagian: rem (x,y) menghasilkan sisa pembagian x/y

round (x) pembulatan kearah bilangan bulat terdekat

sign (x) menghasilkan tanda dari argumen, misalnya sign (1.2) = 1, sign

sin (x) (0)–0

sinh (x) sinus

sqrt (x) sinus hiperbolik

tan (x) akar kuadrat

tangen

3.2.4. Komentar dan Tanda Baca

Semua teks setelah tanda persen (%) dalam baris itu dianggap sebagai

statemen komentar ddan tidak dikerjakan oleh MATLAB.

3.2.5. Operasi Array


73

Semua komputasi yang dikerjakan sejauh ini hanya melibatkan bilangan

tunggal yang disebut scalar. Operasi scalar memang merupakan dasar

matematika. Namun jika dalam sesaat kita ingin melakukan operasi yang sama

pada beberapa bilangan, perulangan operasi scalar akan menghabiska waktu

dan tentu saja tidak praktis. Untuk mengatasi ini MATLAB menyediakan operasi

array pada data.

3.2.6. Kontrol Program

Bahasa pemrograman dan kalkulator yang dapat diprogram memberikan

fasilitas untuk mengatur jalannya perintah–perintah dalam program dengan

didasarkan pada struktur pengambilan keputusan. Jika kita pernah menggunakan

fasilitas kontrol ini, maka hal ini bukanlah hal baru bagi kita. Namun jika kontrol

program merupakan suatu hal baru bagi kita, materi ini mungkin agak rumit. Jika

itu terjadi materi ini pelan–pelan kita pelajari.

You might also like