Professional Documents
Culture Documents
Zat (Fluida) terdiri dari molekul- molekul yang bergerak. Hanya tertarik pada
efek rata-rata dari sejumlah molekul yang dinamakan “MAKROSKOPIK”,
anggapan bahwa Fluida sebagai satu kesatuan Makroskopik artinya Fluida
sebagai “CONTINUUM”. Konsenkuensinya “Bahwa setiap property Fluida
diasumsikan mempunyai harga tertentu pada setiap titik dalam ruang” sebagai
“KONSEP MEDAN”. Artinya Setiap property fluida (h) merupakan fungsi dari
KEDUDUKAN/POSISI dan WAKTU.
MEDAN : η = η (x, y, z, t )
Dimana,
η adalah property fluida : density(ρ), kecepatan (V), tekanan (p), temperature (T).
x, y, z menyatakan posisi.
t menyatakan waktu.
Medan SKALAR ; mis: density (ρ)
Medan VEKTOR ; mis: kecepatan (V)
Medan TENSOR ; mis: tegangan
1. ALIRAN VISCOUS
Dimana,
A = titik Stagnasi
B = Titik Kecepatan Maksimum dan Tekanan Minimum
C = Titik Separasi
2. ALIRAN INVISCID
aliran yang dimana viskositas fluida diasumsikan NOL (μ = 0), sehingga tegangan
geser tidak berpengaruh.
Ʈyx = 0
Fluida viscous dan inviscid dipisahkan oleh sebuah batas yang dikenal
dengan boundary layer.
Daerah yang berada diantara permukaan padat (solid surface) dan
boundary layer adalah daerah yang dipengaruhi oleh efek viscous. Efek viscous
ini memberikan sumbangan terhadap adanya tegangan geser (shear stress). Profil
kecepatan aliran pada daerah ini semakin kecil akibat adanya tegangan geser
tersebut, hal ini ditunjukkan pada posisi x1 dan x2 pada posisi yC dan yC’ , dimana
uc > uc’.
Daerah di atas boundary layer dikenal sebagai daerah inviscid, dimana
pada daerah tersebut efek viscous tidak ada, sehingga tegangan gesernya
diabaikan. Profil kecepatan di daerah inviscid adalah pada arah y adalah konstan
dan harganya sama dengan kecepatan free stream-nya (U ∞).
Sebagai konsekuensi kondisi tanpa slip (no-slip condition), maka profil
kecepatan aliran pada posisi x1 dan x2 yang ditunjukkan dengan titik A dan A’
berharga nol.
Boundary Layer (BL) adalah lapisan tipis di dekat dinding padat yang
memisahkan daerah di dalam BL dimana tegangan geser sangat berpengaruh
(aliran viscous) dan daerah di luar BL dimana tidak ada pengaruh tegangan geser
(aliran inviscid).
aliran dimana viskositas fluida diasumsikan NOL (μ = 0), sehingga
tegangan geser tidak berpengaruh
du
Didalam Boundary layer u = f(y) →Ʈ=μ ≠0 (μ≠0) → aliran
dy
viscous
du
Diluar Boundary layer u = konstan terhadap y →Ʈ=μ =0
dy
(μ=0) → aliran inviscid
3. ALIRAN LAMINER
aliran yang dimana struktur aliran dibentuk oleh partikel-partikel fluida yang
bergerak secara berlapis-lapis, dimana setiap lapisan bergerak diatas lapisan
lainnya.
ρ⊽L
Re = μ
Dimana:
L = panjang karakteristik
L = D (diameter pipa)
L=h
ρ⊽h
Re =
μ
Bila
Re < 1400 maka aliran Laminar
Re = 1400 maka aliran Transisi
Re > 1400 maka aliran Turbulent
5. Aliran Inkompresibel
aliran yang dimana variasi densitas fluida yang mengalir dapat diabaikan.
ρ = konstan
6. Aliran kompresibel
aliran yang dimana variasi densitas fluida yang mengalir cukup berarti dan tidak
dapat diabaikan.
ρ ≠ konstan
⊽
M= C
Dimana :
⊽ = kecepatan rata-rata aliran
C = kecepatan rambat bunyi local
Bila
M < 0,3 maka aliran inkompresibel
M > 0,3 maka aliran kompresibel
7. Aliran Internal
aliran yang dimana fluida yang mengalir dilingkupi secara penuh oleh suatu batas
padat , Oleh karena itu lapisan batas tidak dapat berkembang tanpa dibatasi oleh
permukaan. Seperti yang kita ketahui, permukaan benda bermacam-macam, ada
yang berbentuk kotak, bulat, segitiga, ataupun tidak teratur. Dengan begitu, akan
terdapat lekukan-lekukan benda yang dapat menghambat aliran fluida.
misal : aliran dalam pipa
Gambar 1.10 Pola aliran pada throttling dan control devices (a) gate valve, (b)
butterfly valve, (c) disk valve, (d) globe valves
8. Aliran Eksternal
aliran yang dimana fluida melingkupi suatu body padat , seakan-akan permukaan
benda lah yang dibatasi oleh aliran fluida tersebut. Dengan tidak dibatasi tersebut,
aliran fluida dapat bergerak lurus tanpa terhalangi oleh permukaan benda.
misal : aliran sungai, mobil yang bergerak.
B. KUALITATIF FLOW
Gambar 2.1 aliran dua-dimensi melewati sebuah plat datar (a) pola aliran
dengan gaya-gaya gesekan normal terhadap arus bebas (b) distribusi tekanan
sesuai dengan pengukuran.
Aliran yang melewati sebuah silinder lingkaran atau sebuah bola dapat
dianalisa secara analitik menggunakan harga-harga pendekatan tertentu yang
berlaku untuk aliran laminer. Hasil-hasil eksperimen untuk aliran turbulen dapat
diuraikan dengan mengacu ke pertambahan dan pemisahan lapisan batas.
Inviscid flow :
Bila :
Untuk asumsi :
Diperoleh :
Berarti tidak ada perpan & tidak ada perubahan energi dalam dari fluida :
Pressure Coefficient
Untuk =0
P V
Po = +
P 2
1 2
Po = P + PV
2
2
½ Pt V V ❑ =¿ Po −P
= γ manometer . ∆ h
= ρ manometer. g . ∆h
= ρh . SG. g . ∆h
1
Va(Po)a = Pa + ρ Va2
2
1
(Pt)a = Pa + ρ Va2
2
Sehingga V =
√ 2 p . H 2O . SG . g . ∆ h
pf
B. Lift Coefficient
Gejala tentang angkat yangh terjadi dalam sebuah fluida ideal (tidak
viskous) akibat penambahan sebuah vorteks bebas (sirkulasi) di seputar sebuah
silinder dalam suatu aliran rektilinier. Dalam fluidasejati (viskos). Efek ini dapat
terjadi pada bola pimpong, misalnya dengan membuat bola itu berputar ketika
terlontar di udara. Karena kecepatan relatif antara udara dan bola sama dengan nol
dipermukaan bola. Sebuah top spin menghasilkan gaya kebawah, sedangkan
bottom spin menghasilkan gaya keatas:
Gambar 2.3 efek bottom spin pada sebuah bola yang bergerai dalam fluida
viskous.
c c
1 1
CL= ∫C
c 0
pj. dx - ∫C
C 0
p,u dx
x = R Cos ∅ , dx = -R sin ∅ d ∅
Dynamic pressure of free stream flow
L
Cl = 1 2
pV . Ap
2
L
= 1 2
pV . C ( spain )
2
L
= 1 2
pV . C (1)
2
L
= 1 2
pV . 2 RC ( 1 )
2
FSX= ∫U p V 1 d
= ∫U pV 1 dA
Daftar naiknya lift diimbangi dengan naiknya drag. Aliran akan menjadi tidak
stabil karena surface . a/cd = sebuah alat untuk melihat apa yang terjadi
Didasarkan pada :
A. Conservation of mass (continuity equation)
Stream function (fungsi matematik untuk menggambar struktur streamline
dari suatu stream aliran. Selanjutnya bila dr adalah elemen panjang sepanjang
streamline, dan V adalah vektor kecepatan yang Tangential terhadap dr, maka :
V x dr = 0 = ( iu+jv) x (idx+jdy)
V x dr = k ( udy-vdx)
Jadi : udy – vdx = 0
Substitusi :
∂ω ∂ω
u= ; v=
∂x ∂x
∂ω ∂ω
dx + dy=0
∂x ∂x
Bila V = V(x,y,t) , maka : φ=φ ( x , y , t )
Untuk presentasi tiap-tiap waktu instant (sesaat) , maka : φ=φ ( x , y )
Secara matematis :
∂φ ∂φ
d φ= dx + dy
∂x ∂x
Berarti :
d φ=0 , maka φ=¿ adalah suatu konstanta, sepanjang suatu
streamline
φ2
∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1
Jika diferential dari φ adalah exact,maka integrasi dari d φ antara 2 titik
dimedan aliran , hanya tergantung batas integrasinya, φ 2−φ 1
Arti Fisis Dari :
φ2
∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1
Volumetric flowrate:
Penampang AB (antara φ 2 dan φ 1 )
y2 y2
∂φ
Q=∫ u dy =∫ dy
y1 y1 ∂x
φ 3−φ 2=¿ Selisih dua harga stream function, adalah volumettric flowrate
persatuan panjang arah z.
Secara umum :
φ2
∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1
Dimana : φB> φA
Adalah volumetrik flow rate antara streamline φB dan streamline φA
persatuan panjang searah sumbu kedalaman.
3. Differential Continuity Equation
∂u ∂ x
∂x 2
∂ρ ∂x
ρ 1 = ρ 0 - ρ r = ρ 0 +
∂x 2
∂ρ ∂x
∂x 2
Dan pada bidang yang sejajar dengan bidang ZOX didapat :
∂v ∂ y
v b = v 0 - v b = v 0 +
∂x 2
∂v ∂ y
∂x 2
∂ρ ∂ y
ρ b = ρ 0 - ρ u = ρ 0 +
∂y 2
∂ρ ∂y
∂y 2
∂ρ ∂z
∂z 2
❑ ❑
∂
Fungsi dasar : ∫ ρ dV +∫ ρ V . dA=0
∂t CV CS
( ρo+ ∂∂ ux +uo ∂∂ ρx ) dx dy dz
Atau
( ∂∂ρux ) dx dy dz
Untuk luasan yang sejajar dengan bidang ZOX didapat, untuk bagian bawah
∂ ρ dy ∂u dy
(
− ρo−
∂y 2 )(
vo−
∂y 2
dx dz )
Atau ‘
ρ ∂ v dy ∂ ρ dy ∂ ρ dy ∂ v dy
0 uo+ ρo +vo − ¿ dx dz
−¿ ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2
Dan untuk bagian atas
∂ ρ dy ∂ v dy
(
+ ρo+
∂y 2 )(
vo+
∂y 2
dx dz)
Atau
ρ ∂ v dx ∂ ρ dy ∂ ρ dy ∂ v dy
0 uo+ ρo +vo + ¿ dx dz
¿ ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2
Jika persamaan 7 dan 8 dijumlah, hasilnya
( ρo ∂∂ vx + vo ∂∂ ρy ) dx dy dz
Atau
( ∂∂ρvx ) dx dy dz
Sedangkan , untuk luasan yang sejajar dengan bidang XOY didapat, untuk bagian
depan
∂ ρ dz
(
− ρo−
∂z 2 )( ωo+ ∂∂ωz dz2 ) dx dy
Atau
−ρ ∂ ω dy ∂ ρ dz ∂ ρ dz ∂ ω dz
0 ω o+ ρo +ω o − ¿ dx dy
¿ ∂z 2 ∂ z 2 ∂z 2 ∂z 2
Dan untuk bagian belakang
∂ ρ dz
(
+ ρo+
∂z 2 )( ωo+ ∂∂ωz dz2 ) dx dy
Atau
ρ ∂ ω dz ∂ ρ dz ∂ ρ dz ∂ ω dz
0 ω o+ ρo +ω o + ¿ dx dy
¿ ∂z 2 ∂z 2 ∂z 2 ∂z 2
Jika persamaan 11 dan 12 dijumlah, hasilnya
( ρo ∂∂ωz +ω o ∂∂ ρz ) dx dy dz
Atau
( ∂∂ρωz ) dx dy dz
Jumlahkan persamaan 6, 10 dan 14, diperoleh
Application of Aerodynamics
Aerodynamics applies in the following areas;
Transport – Road (cars, vans, buses and trucks) and Rail (passenger and
cargo) in these fields aerodynamics aids not only in coming up with
designs that will reduce the energy consumption by mainly focusing on the
shape and size of the objects.
Energy – the generation of electricity energy with use of wind turbines.
Structures – aerodynamics places a critical role in the designing of bridges
and skyscrapers.
Sports – aerodynamics has a lot of influence in many areas of sport which
include; formula 1 (racing cars), athletics, cycling (right posture), ball
games (reason why golf balls have dimples). It also aids in the designing
of sport equipment like helmets.
Aircrafts – this is the field where aerodynamics has mainly evolved from
and it includes balloons, helicopters and space ships.
C. AIRFOIL THEORY
Air foil adalah sebuah profil benda dimana jika ada sebuah fluida yang
melewatinya akan menimbulkan dua buah gaya yaitu gaya angkat dan dorong,
jika kita melihat pada sayap pesawats eperti pada gambar di bawah ini fenomena
aliran yang melewati sepanjang garis y disebut wings sedangkan yang melewati
aliran x, z disebut airfoil.
1. Airfoil nomenclature
Airfoil mempunyai beberapa bagian seperti pada gambar dibawah ini
Gambar 3.4 Lift coefficient air profil dengan variasi sudut serang
Gambar 3.5 Data experimental lift coefficient pada airfoil NACA 2412
Gambar 3.6 Drag coefficient pada airfoil 2412
Tabel 1. NilaiCoeficient lift dan drag pada setiap variasi sudut serang.
Dari gambar dan table diatas dapat kita ketahui bahwa pada kondisi kecepatan
konstan dan nilai Reynolds number yang sama nilai coefient lift dan drag berubah
seiring dengan perbedaan variasi sudut serang dan hal ini tentunya akan
mempengaruhi juga terhadapsetiapfenomena aliran aliran fluida yang melewati
profil.
Untuk menganalisa vortex sheet pada profil dari gambar kita dapatkan sebuah
persamaan :
Dimana :
dV = Perubahankecepatan
ɤ = Panjang vortex
ds = Jarak vortex
r = Jari-jari vortex
sehingga perubahan velocity potensial :
Dimana penjabaran tentang u dan s dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :
Untuk chamber line agar menjadi streamline, komponen dari kecepatan normal
harus nol di sepanjang chamber line, sehingga free-stream velocity bisa digunakan
persamaan :
Sedangkanuntukturbulent :
Dari persamaan di atas dapat kita gambarkan sebuah grafik mach number yang
membedakan Antara subsonic dengan supersonic
Jika aliran supersonic melalui sebuah plat datar bisa dilihat pada gambar berikut
Gambar 3.16 Aliran Supersonic melewati sebuah airfoil dengan sudut serang
tertentu.
Dari gambar di atas bisa kita gunakan pendekatan pada kondisi freestream
didapatkan sebuah persamaan di bawah plat
Sedangkan pada kondisi di atas plat adalah
Pada saat kondisi Ca sama dengan nol maka dapat kita tuliskan
When the air leaves the trailing edge of the wing the air from the upper
surface is inclined to that from the lower surface and helical paths or vortices will
result. A short distance downstream, the vortices roll up and combine into two
distinct cylindrical vortices that constitute the tip vortices.
Pressures must equal at the wing tips since pressure is a continuous function (Gbr
4.3a) the free stream flow combines with tip flow resulting in an inward flow of
air on the upper wing surface and an outward flow of air on the lower wing
surface (Gbr 4.3b)
The tip vortices trail back from the wing tips and they have a tendency to
sink and roll toward each other downstream. The vortices dissipate, their energy
being transformed by viscosity.
Gambar 4.4 Formation of wing – tip vortices
The tip vortices cause additional down-flow behind the wing within the
wingspan. For an observer fixed in the air, all the within the vortex system is
moving downward (downwash) whereas all the outside the vortex system is
moving upward (upwash). An aircraft flying perpendicular to the flight path of the
airplane creating the vortex pattern will encounter upwash, downwash, and
upwash in that order. The gradient, or change of downwash to upwash, can
become very large at the tip vortices and cause extreme motions in the airplane
flying through it. An airplane flying into a tip vortex also has a large tendency to
roll over. If the control surfaces of the airplane are not effective enough to
counteract the airplane roll tendency, the pilot may lose control or, in a violent
case, experience structural failure.