You are on page 1of 40

A.

FLUIDA SEBAGAI CONTINUUM

Zat (Fluida) terdiri dari molekul- molekul yang bergerak. Hanya tertarik pada
efek rata-rata dari sejumlah molekul yang dinamakan “MAKROSKOPIK”,
anggapan bahwa Fluida sebagai satu kesatuan Makroskopik artinya Fluida
sebagai “CONTINUUM”. Konsenkuensinya “Bahwa setiap property Fluida
diasumsikan mempunyai harga tertentu pada setiap titik dalam ruang” sebagai
“KONSEP MEDAN”. Artinya Setiap property fluida (h) merupakan fungsi dari
KEDUDUKAN/POSISI dan WAKTU.
MEDAN : η = η (x, y, z, t )
Dimana,
η adalah property fluida : density(ρ), kecepatan (V), tekanan (p), temperature (T).
x, y, z menyatakan posisi.
t menyatakan waktu.
 Medan SKALAR ; mis: density (ρ)
 Medan VEKTOR ; mis: kecepatan (V)
 Medan TENSOR ; mis: tegangan

1. ALIRAN VISCOUS

Aliran yang dimana viskositas fluida sangat berpengaruh sehingga menghasilkan


tegangan geser aliran pada dinding saluran.
Ʈyx ≠ 0

Gambar 1.1 Flow around a circular cylinder is viscous flow

Dimana,
A = titik Stagnasi
B = Titik Kecepatan Maksimum dan Tekanan Minimum
C = Titik Separasi

Terjadinya separasi bila momentum yang digunakan untuk menggerakkan


fluida sudah tidak mampu lagi mengatasi gaya gesek dan tekanan balik
(adverse pressure gradient) yang terjadi.

Gambar 1.2 Fenomena separasi pada permukaan lengkung


Wake adalah daerah bertekanan rendah yang dibentuk oleh terpisahnya
Boudary Layer bagian atas dan bagian bawah.
Wake akan semakin membesar maka Pressure Drag/ gaya hambat akibat
tekanan (FDp) yang besar, sebaliknya Wake mengecil maka Pressure Drag (FDp)
akan turun. Pressure Drag gaya hambat akibat tekanan.

2. ALIRAN INVISCID

aliran yang dimana viskositas fluida diasumsikan NOL (μ = 0), sehingga tegangan
geser tidak berpengaruh.
Ʈyx = 0

Gambar 1.3 Aliran Viscous dan Inviscid

Fluida viscous dan inviscid dipisahkan oleh sebuah batas yang dikenal
dengan boundary layer.
Daerah yang berada diantara permukaan padat (solid surface) dan
boundary layer adalah daerah yang dipengaruhi oleh efek viscous. Efek viscous
ini memberikan sumbangan terhadap adanya tegangan geser (shear stress). Profil
kecepatan aliran pada daerah ini semakin kecil akibat adanya tegangan geser
tersebut, hal ini ditunjukkan pada posisi x1 dan x2 pada posisi yC dan yC’ , dimana
uc > uc’.
Daerah di atas boundary layer dikenal sebagai daerah inviscid, dimana
pada daerah tersebut efek viscous tidak ada, sehingga tegangan gesernya
diabaikan. Profil kecepatan di daerah inviscid adalah pada arah y adalah konstan
dan harganya sama dengan kecepatan free stream-nya (U ∞).
Sebagai konsekuensi kondisi tanpa slip (no-slip condition), maka profil
kecepatan aliran pada posisi x1 dan x2 yang ditunjukkan dengan titik A dan A’
berharga nol.
Boundary Layer (BL) adalah lapisan tipis di dekat dinding padat yang
memisahkan daerah di dalam BL dimana tegangan geser sangat berpengaruh
(aliran viscous) dan daerah di luar BL dimana tidak ada pengaruh tegangan geser
(aliran inviscid).
aliran dimana viskositas fluida diasumsikan NOL (μ = 0), sehingga
tegangan geser tidak berpengaruh
du
 Didalam Boundary layer u = f(y) →Ʈ=μ ≠0 (μ≠0) → aliran
dy
viscous
du
 Diluar Boundary layer u = konstan terhadap y →Ʈ=μ =0
dy
(μ=0) → aliran inviscid

Gambar 1.4 Flow around a circular cylinder in inviscid flow


Dimana,
A= titik stagnasi
B=titik kecepatan maksimum dan tekanan minimum

Untuk aliran inviscid melewati body silinder:


 aliran simetri dalam sumbu x & y
 distribusi tekanan juga simetri dalam sumbu x & y (tidak ada
gesekan yang terjadi)

3. ALIRAN LAMINER

aliran yang dimana struktur aliran dibentuk oleh partikel-partikel fluida yang
bergerak secara berlapis-lapis, dimana setiap lapisan bergerak diatas lapisan
lainnya.

Gambar 1.5 Laminar flow


4. ALIRAN TURBULEN

aliran yang dimana partikel-partikel fluida bergerak secara bercampur aduk


(mixing) dan acak, setiap partikel menumbuk partikel lainnya sehingga terjadi
pertukaran energi.
Gambar 1.6 Steady turbulent flow

a. Bilangan Reynolds (Re)

 Bilangan tidak berdimensi


 untuk mengkarakteristikkan apakah aliran laminar ataukan turbulent
 Bilangan Reynolds sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida dan
kekentalan fluida

ρ⊽L
Re = μ

Dimana:
L = panjang karakteristik

b. Untuk aliran dalam Pipa

L = D (diameter pipa)

Gambar 1.7 Aliran dalam pipa


ρ⊽D
Re = μ
Bila
Re < 2300 maka aliran Laminar
Re = 2300 maka aliran Transisi
Re > 2300 maka aliran Turbulent

c. Aliran antara dua-plat paralel

L=h

Gambar 1.8 Aliran antara dua plat pararel

ρ⊽h
Re =
μ
Bila
Re < 1400 maka aliran Laminar
Re = 1400 maka aliran Transisi
Re > 1400 maka aliran Turbulent

Pada percobaan Osborne Reynolds untuk menunjukkan tiga rezim Laminar,


Transitional, atau Turbulent
Gambar 1.9 Flow Regime

5. Aliran Inkompresibel

aliran yang dimana variasi densitas fluida yang mengalir dapat diabaikan.
ρ = konstan

6. Aliran kompresibel

aliran yang dimana variasi densitas fluida yang mengalir cukup berarti dan tidak
dapat diabaikan.
ρ ≠ konstan

a. Bilangan Mach (M)

 bilangan tanpa dimensi


 untuk mengkarakteristikkan tingkat compressibility aliran


M= C

Dimana :
⊽ = kecepatan rata-rata aliran
C = kecepatan rambat bunyi local

Bila
M < 0,3 maka aliran inkompresibel
M > 0,3 maka aliran kompresibel

7. Aliran Internal

aliran yang dimana fluida yang mengalir dilingkupi secara penuh oleh suatu batas
padat , Oleh karena itu lapisan batas tidak dapat berkembang tanpa dibatasi oleh
permukaan. Seperti yang kita ketahui, permukaan benda bermacam-macam, ada
yang berbentuk kotak, bulat, segitiga, ataupun tidak teratur. Dengan begitu, akan
terdapat lekukan-lekukan benda yang dapat menghambat aliran fluida.
misal : aliran dalam pipa

Gambar 1.10 Pola aliran pada throttling dan control devices (a) gate valve, (b)
butterfly valve, (c) disk valve, (d) globe valves

8. Aliran Eksternal
aliran yang dimana fluida melingkupi suatu body padat , seakan-akan permukaan
benda lah yang dibatasi oleh aliran fluida tersebut. Dengan tidak dibatasi tersebut,
aliran fluida dapat bergerak lurus tanpa terhalangi oleh permukaan benda.
misal : aliran sungai, mobil yang bergerak.

Gambar 1.11 Aliran disekitar mobil – smoke visualization

B. KUALITATIF FLOW

Aliran kualitatif flow memiliki propertis :


Covergen streamtube Divergen streamtube
∂p
<0
∂x
farowable pressure gradient Adverse pressure gradient
Acelerated flow Dicelerated flow
∂v
<0
∂x

1. Kualitatif Dimensional Flow


A. Pressure Coefficient
Koefisien pressure murni bergantung pada bentuk permukaan dan angka aliran
reynolds. Aliran yang didasarkan pada suatu dimensikarakteristik D pola aliran
dan distribusi tekanan untuk aliran dua dimensi disekitar sebuah plat dengan
panjang tak terhingga L dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 2.1 aliran dua-dimensi melewati sebuah plat datar (a) pola aliran
dengan gaya-gaya gesekan normal terhadap arus bebas (b) distribusi tekanan
sesuai dengan pengukuran.

Aliran yang melewati sebuah silinder lingkaran atau sebuah bola dapat
dianalisa secara analitik menggunakan harga-harga pendekatan tertentu yang
berlaku untuk aliran laminer. Hasil-hasil eksperimen untuk aliran turbulen dapat
diuraikan dengan mengacu ke pertambahan dan pemisahan lapisan batas.

Gambar 2. 2 Koefisien-koefisien hambatan untuk bola dan silinder lingkaran


infinit . kurva 1: silinder ; kurva 2 dan 3.

Non dimension/dimensionless parameter of pressure distribution biasanya


around body surface. Agar memiliki fleksibelity yang benar maka :

Inviscid flow :

Sehingga persamaan (i) menjadi:

Untuk aliran inkompresibel v1 = v2 maka:

Bila :

Maka pesamaan (ii) menjadi persamaan Bernoulli. Maka asumsi tambahannya


menjadi:
Aliran Incompressible: v1 = v2

Persaman (ii) berbah menjadi:

Untuk asumsi :

Diperoleh :

Berarti tidak ada perpan & tidak ada perubahan energi dalam dari fluida :
Pressure Coefficient

Pressure coefficient di sepanjang kontur :


2
Pc−P Vc
Cp= =1− 2
1 V
PV 2
2
2 τ sin ∅ τ
Cp = 1 – (-2 Sin2 ∅ + + ¿
πRV ∞ 2 πRV ∞

Untuk =0

P V
Po = +
P 2
1 2
Po = P + PV
2

2
½ Pt V V ❑ =¿ Po −P
= γ manometer . ∆ h
= ρ manometer. g . ∆h
= ρh . SG. g . ∆h
1
Va(Po)a = Pa + ρ Va2
2
1
(Pt)a = Pa + ρ Va2
2

Sehingga V =
√ 2 p . H 2O . SG . g . ∆ h
pf

B. Lift Coefficient
Gejala tentang angkat yangh terjadi dalam sebuah fluida ideal (tidak
viskous) akibat penambahan sebuah vorteks bebas (sirkulasi) di seputar sebuah
silinder dalam suatu aliran rektilinier. Dalam fluidasejati (viskos). Efek ini dapat
terjadi pada bola pimpong, misalnya dengan membuat bola itu berputar ketika
terlontar di udara. Karena kecepatan relatif antara udara dan bola sama dengan nol
dipermukaan bola. Sebuah top spin menghasilkan gaya kebawah, sedangkan
bottom spin menghasilkan gaya keatas:

Gambar 2.3 efek bottom spin pada sebuah bola yang bergerai dalam fluida
viskous.
c c
1 1
CL= ∫C
c 0
pj. dx - ∫C
C 0
p,u dx

Dikonversikan ke koordinat polar :


Gaya dorong = gaya angkat cos( β−α ¿−hambatan sin ( β−α )
Dan momen gaya dorong adalah :
Momen gaya = (gaya angkat sin ( β−α ¿+hambatan cos ⁡( β−α ) ¿ r

x = R Cos ∅ , dx = -R sin ∅ d ∅
Dynamic pressure of free stream flow
L
Cl = 1 2
pV . Ap
2
L
= 1 2
pV . C ( spain )
2
L
= 1 2
pV . C (1)
2
L
= 1 2
pV . 2 RC ( 1 )
2

Apabila melakukan pengukuran measured : Pe , maka =


dL= ( Pcl−Pcv ) dA
= ( Pcl−Pcv ) dx ( 1 )
L= ∫ dL=∫ ( Pcl−Pcv ) dx (1 )
Gaya angkat untuk mengangkat bidang angkat umumnya didefinisikan dengan
persamaan :

Drag force (gaya hambat aerodynamic)

C. Momentum Integra Equation

FSX= ∫U p V 1 d

= ∫U pV 1 dA

Daftar naiknya lift diimbangi dengan naiknya drag. Aliran akan menjadi tidak
stabil karena surface . a/cd = sebuah alat untuk melihat apa yang terjadi

D. Based Continuity Equation (Incompressible)

Dari continuity untuk 2D-Incompressible flow :


∂u δv
+ =0
∂x δy
Suatu continous function didefinisikan sebagai : φ=φ ( x , y , t ) , sehingga :
∂φ −∂ φ
U= dan V =
∂y ∂x
Akan memenuhi continuty :
2 2
∂u ∂v ∂ .φ ∂ .φ
+ = - =0
∂x ∂ x ∂x ∂ y ∂y∂x
ω=ω ( x , y , t ) itu disebut : “stream function”

2. Stream Function (Continuity)

Didasarkan pada :
A. Conservation of mass (continuity equation)
Stream function (fungsi matematik untuk menggambar struktur streamline
dari suatu stream aliran. Selanjutnya bila dr adalah elemen panjang sepanjang
streamline, dan V adalah vektor kecepatan yang Tangential terhadap dr, maka :
V x dr = 0 = ( iu+jv) x (idx+jdy)
V x dr = k ( udy-vdx)
Jadi : udy – vdx = 0
Substitusi :
∂ω ∂ω
u= ; v=
∂x ∂x
∂ω ∂ω
dx + dy=0
∂x ∂x
Bila V = V(x,y,t) , maka : φ=φ ( x , y , t )
Untuk presentasi tiap-tiap waktu instant (sesaat) , maka : φ=φ ( x , y )
Secara matematis :
∂φ ∂φ
d φ= dx + dy
∂x ∂x

Berarti :
d φ=0 , maka φ=¿ adalah suatu konstanta, sepanjang suatu
streamline
φ2

∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1
Jika diferential dari φ adalah exact,maka integrasi dari d φ antara 2 titik
dimedan aliran , hanya tergantung batas integrasinya, φ 2−φ 1
Arti Fisis Dari :
φ2

∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1

Volumetric flowrate:
Penampang AB (antara φ 2 dan φ 1 )
y2 y2
∂φ
Q=∫ u dy =∫ dy
y1 y1 ∂x

Sepanjang AB, maka x = constant φ=φ( y)


∂φ
Sehingga d φ= dy ,maka :
∂y
φ2
Q=∫ dφ=φ 2−φ1
φ1

φ 3−φ 2=¿ Selisih dua harga stream function, adalah volumettric flowrate
persatuan panjang arah z.
Secara umum :
φ2

∫ dφ=φ 2−φ 1
φ1

Dimana : φB> φA
Adalah volumetrik flow rate antara streamline φB dan streamline φA
persatuan panjang searah sumbu kedalaman.
3. Differential Continuity Equation

Differential evaluation : point to point behaviour of flow

Gambar 2.4 Point to point behaviour of flow

Gambar 2.5 Point to point behaviour of flow

Fungsi kontinyu dengan menggunakan deret taylor linear pada bidang


yang sejajar dengan bidang ZOY, seperti pada image 2, diperoleh
∂u ∂ x
μ 1 = μ 0 - μ r = μ 0 +
∂x 2

∂u ∂ x
∂x 2
∂ρ ∂x
ρ 1 = ρ 0 - ρ r = ρ 0 +
∂x 2

∂ρ ∂x
∂x 2
Dan pada bidang yang sejajar dengan bidang ZOX didapat :
∂v ∂ y
v b = v 0 - v b = v 0 +
∂x 2

∂v ∂ y
∂x 2
∂ρ ∂ y
ρ b = ρ 0 - ρ u = ρ 0 +
∂y 2

∂ρ ∂y
∂y 2

Dan pada bidang yang sejajar dengan bidang XOY


∂ω ∂ z ∂ω ∂ z
ω b = ω 0 - ω b = ω 0 +
∂z 2 ∂z 2
∂ρ ∂z
ρ f = ρ 0 - ρ re = ρ 0 +
∂z 2

∂ρ ∂z
∂z 2
❑ ❑

Fungsi dasar : ∫ ρ dV +∫ ρ V . dA=0
∂t CV CS

Persamaan aliran massa melalui suatu area, adalah


Densitas x komponen normal dari kecepatan x luasan
Untuk luasan yang sejajar dengan bidang ZOY didapat, untuk bagian kiri
u
ρ −∂ u ∂ x
0 −∂ ρ dx 0 ¿ dy dz
−¿ ¿¿ ∂x 2
∂x 2
Atau
−ρ ∂ u dx ∂ ρ ∂ x ∂ ρ dx ∂ u dx
0 uo+ ρo +uo − ¿ dy dz
¿ ∂x 2 ∂ x 2 ∂x 2 ∂ x 2
Dan untuk bagian kanan
∂ ρ dx ∂ u dx
(
+ ρo+
∂x 2
uo+ )(
∂x 2
dy dz )
ρ ∂ u dx ∂ ρ dx ∂ ρ dx ∂ u dx
Atau 0 uo+ ρo +uo + ¿ dy dz
¿ ∂x 2 ∂ x 2 ∂x 2 ∂ x 2
Jika persamaan 3 dan 4 dijumlah, hasilnya

( ρo+ ∂∂ ux +uo ∂∂ ρx ) dx dy dz
Atau

( ∂∂ρux ) dx dy dz
Untuk luasan yang sejajar dengan bidang ZOX didapat, untuk bagian bawah
∂ ρ dy ∂u dy
(
− ρo−
∂y 2 )(
vo−
∂y 2
dx dz )
Atau ‘
ρ ∂ v dy ∂ ρ dy ∂ ρ dy ∂ v dy
0 uo+ ρo +vo − ¿ dx dz
−¿ ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2
Dan untuk bagian atas
∂ ρ dy ∂ v dy
(
+ ρo+
∂y 2 )(
vo+
∂y 2
dx dz)
Atau
ρ ∂ v dx ∂ ρ dy ∂ ρ dy ∂ v dy
0 uo+ ρo +vo + ¿ dx dz
¿ ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2 ∂y 2
Jika persamaan 7 dan 8 dijumlah, hasilnya

( ρo ∂∂ vx + vo ∂∂ ρy ) dx dy dz
Atau

( ∂∂ρvx ) dx dy dz
Sedangkan , untuk luasan yang sejajar dengan bidang XOY didapat, untuk bagian
depan
∂ ρ dz
(
− ρo−
∂z 2 )( ωo+ ∂∂ωz dz2 ) dx dy
Atau
−ρ ∂ ω dy ∂ ρ dz ∂ ρ dz ∂ ω dz
0 ω o+ ρo +ω o − ¿ dx dy
¿ ∂z 2 ∂ z 2 ∂z 2 ∂z 2
Dan untuk bagian belakang
∂ ρ dz
(
+ ρo+
∂z 2 )( ωo+ ∂∂ωz dz2 ) dx dy
Atau
ρ ∂ ω dz ∂ ρ dz ∂ ρ dz ∂ ω dz
0 ω o+ ρo +ω o + ¿ dx dy
¿ ∂z 2 ∂z 2 ∂z 2 ∂z 2
Jika persamaan 11 dan 12 dijumlah, hasilnya

( ρo ∂∂ωz +ω o ∂∂ ρz ) dx dy dz

Atau

( ∂∂ρωz ) dx dy dz
Jumlahkan persamaan 6, 10 dan 14, diperoleh

( ∂∂ρux + ∂∂ρvy + ∂∂ρωz ) dx dy dz


Atau

( ∂∂ρux + ∂∂ρvy + ∂∂ρωz ) d V


Persamaan ini adalah bagian dari persamaan 1 suku kanan, sehingga menjadi

ρ d V + Ρv . dA=0
∂t
Atau
∂ρ ∂ ρu ∂ ρv ∂ ρω
∂t
dV + +
∂x ∂ y (
+
∂z
dV =0 )
Atau
∂ρ ∂ ρu ∂ ρv ∂ ρω
[
∂t
dV + +
∂x ∂ y (
+
∂z
¿ dV =0 )
Karena d V ≠ 0 , maka
∂ ρ ∂ ρu ∂ ρv ∂ ρω
∂t
+ +
∂x ∂ y (+
∂z
=0 )
Atau
∂ρ
+V . ρV =0
∂t
Dengan V= ui +vj + wk
AERODINAMIKA PROFILE THEORY
Aerodynamics is the branch of science that deals with the study of forces
and resulting motions of solid bodies through the air or can be defined simply as
the way air moves around things (solid bodies).
Categories of Aerodynamics
 Velocity range – slow speed, high speed, supersonic or hypersonic
 Size and shape of object – small, large, complex 3D solid
 Physical properties of the fluid – dense, rarefied, viscous, inviscid
The important steps to consider when analysing an aerodynamic situation include;
 Flow field definition
 Calculation of velocity field around the object
 Calculation of flow pressure and shear distribution
 Integration of these distribution on the surface of the body
The major aim of the analyses is to determine or predict; lift, drag, thrust and
moment acting on the objects or vehicles that are in motion.
1. Lift – aerodynamic force that acts at right angle to the direction of motion
of the object, it opposes the weight of the object and hold the object in the
air. For aircraft most of the lift is generated by wings.
2. Drag – aerodynamic force that resists the motion of an object through the
fluid.
3. Thrust – aerodynamic force produced in the direction of motion of the
object and should overcome drag.
4. Weight – gravitational force that will be acting on the body (object).
5. Moment – aerodynamic torque produced by out of balance forces.
Gambar 3.1 – Aerodynamics forces of flight

Application of Aerodynamics
Aerodynamics applies in the following areas;
 Transport – Road (cars, vans, buses and trucks) and Rail (passenger and
cargo) in these fields aerodynamics aids not only in coming up with
designs that will reduce the energy consumption by mainly focusing on the
shape and size of the objects.
 Energy – the generation of electricity energy with use of wind turbines.
 Structures – aerodynamics places a critical role in the designing of bridges
and skyscrapers.
 Sports – aerodynamics has a lot of influence in many areas of sport which
include; formula 1 (racing cars), athletics, cycling (right posture), ball
games (reason why golf balls have dimples). It also aids in the designing
of sport equipment like helmets.
 Aircrafts – this is the field where aerodynamics has mainly evolved from
and it includes balloons, helicopters and space ships.

C. AIRFOIL THEORY
Air foil adalah sebuah profil benda dimana jika ada sebuah fluida yang
melewatinya akan menimbulkan dua buah gaya yaitu gaya angkat dan dorong,
jika kita melihat pada sayap pesawats eperti pada gambar di bawah ini fenomena
aliran yang melewati sepanjang garis y disebut wings sedangkan yang melewati
aliran x, z disebut airfoil.

Gambar 3.2 Airfoil pada sayap pesawat.

1. Airfoil nomenclature
Airfoil mempunyai beberapa bagian seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 3.3 Bagian-bagian Airfoil


Keterangan :
 Leading edge : Sisipangkal air foil dimana pada bagian ini awal masuknya
sudut serang dari aliran udara.

 Trailing edge : Sisi ujung air foil.

 Chord : Panjang dari air foil

 Thickness : Tebal maksimum dari air foil

 Chamber : Ruang sekaligus parameter untuk menentukan titik


keseimbangan dari air foil.
2. Airfoil Characteristics
Penentuan karakteristik airfoil bisa didapatkan dari nilai lift and drag coefficient
pada sudut serang tertentu seperti yang tertera pada gambar di bawah ini

Gambar 3.4 Lift coefficient air profil dengan variasi sudut serang

Gambar 3.5 Data experimental lift coefficient pada airfoil NACA 2412
Gambar 3.6 Drag coefficient pada airfoil 2412

Tabel 1. NilaiCoeficient lift dan drag pada setiap variasi sudut serang.

Dari gambar dan table diatas dapat kita ketahui bahwa pada kondisi kecepatan
konstan dan nilai Reynolds number yang sama nilai coefient lift dan drag berubah
seiring dengan perbedaan variasi sudut serang dan hal ini tentunya akan
mempengaruhi juga terhadapsetiapfenomena aliran aliran fluida yang melewati
profil.

3. Subsonic Incompresibleflow.over airfoils


Philosophy of theoretical solution : The Vortex sheet.
Sebuah fenomena dimana jika fluida melewati sebuah profil maka akan bergerak
melingkar karena adanya tekanan balik.
Gambar 3.7 Vortex sheet pada airfoils.

Gambar 3.8 Vortex filament

Untuk menganalisa vortex sheet pada profil dari gambar kita dapatkan sebuah
persamaan :
Dimana :
dV = Perubahankecepatan
ɤ = Panjang vortex
ds = Jarak vortex
r = Jari-jari vortex
sehingga perubahan velocity potensial :

Nilai velocity potensial yang melewatilembaran vortex dari a ke b

Sirkulasi yang melewati vortex

Sirkulasi yang melewatisepanjanggaris vortex

Dimana penjabaran tentang u dan s dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.9 Kecepatan tangensial yang melompati vortex sheet.

4. The Symetric Airfoil


Airfoil dapat kita simulasikan dengan menggunakan vortex sheet yaitu dengan
cara memasukkan kedalam koordinat z, x seperti yang terlihat pada gambar :

Gambar 3.10 Penempatan vortex sheet padaanalisis airfoil

Untuk chamber line agar menjadi streamline, komponen dari kecepatan normal
harus nol di sepanjang chamber line, sehingga free-stream velocity bisa digunakan
persamaan :

Dimana persamaan ini bisa diperlihatkan pada gambar

Gambar 3.11 Freestream velocity normal pada chamber line.


Viscous Flow : Airfoil Drag

Gambar 3.12 Gaya Drag yang terjadi pada airfoil


Dari gambar di atas nilai coefficient drag di dapatkan dari sebuah persamaan
Laminar :

Sedangkanuntukturbulent :

5. Supersonic Compresible Flow Over Airfoils.


Supersonic Pressure Coefficient Formula
Persamaan umum velocity potensial untuk menentukan aliran subsonic atau
supersonic

Untuk kasus supersonic flow

Dimana berdasarkan persamaan


Kita dapat mensubsitusi persamaan tersebut menjadi
Bila kita masukkan pada gambar

Gambar 3.13 Supersonic flow


Pressure coefficient bisa kita dapatkan

Dari persamaan di atas dapat kita gambarkan sebuah grafik mach number yang
membedakan Antara subsonic dengan supersonic

Gambar 3.14 Grafik hubungan Antara mach-number dengan coefficient pressure


Aplication to Supersonic Airfoils

Gambar 3.15 aliran linear supersonic yang melewati sebuah profil

Dari gambar di atas didapatkan sebuahpersamaan

Jika aliran supersonic melalui sebuah plat datar bisa dilihat pada gambar berikut

Gambar 3.16 Aliran Supersonic melewati sebuah airfoil dengan sudut serang
tertentu.

Dari gambar di atas bisa kita gunakan pendekatan pada kondisi freestream
didapatkan sebuah persamaan di bawah plat
Sedangkan pada kondisi di atas plat adalah

Dari sini bisa kita dapatkan normal force coefficient

Dari kedua persamaan di atas dapat kita subsitusikan

Sehingga nilai koefisien gaya aksial dapat diperoleh

Pada saat kondisi Ca sama dengan nol maka dapat kita tuliskan

Supersonic Airfoil drag


Nilai coefficient drag untuk aliran compressible pada kondisi laminar didapatkan

Sedangkan pada kondisi turbulent ialah


D. Wing Theory
This study mainly focuses on the development of aircraft and its associated
forces. Vortex refers to the region in a fluid in which the flow is rotating around an
axis line, which may be observed in line, which may be straight or curved.
Vortices form in stirred fluids and may be observed in phenomena such as smoke
rings, whirlpools in the wake of boat or the winds surrounding a tornado. Gbr 4.1
shows the vortex that is created by an aircraft wing.

Gambar 4.1 A vortex created by the passage of an aircraft wing, revealed by


smoke.

Vortex lift is a form of lift that is generated by delta wings operating at


high angles of attack. It captures vortices that are generated from the sharply
leading edge of the wing. The vortex, formed roughly parallel to the leading edge
of the wing is trapped by the airflows and remains fixed to the upper surface of
the wing. As the air flows around the leading edge, it flows over the trapped
vortex and is pulled in and down to generate the lift.
Vortices form because of the difference in pressure between the upper and
lower surfaces of a wing that will be operating at a positive lift. The particles of
air move from the lower wing surface around the wing tip to the upper surface
(from the region of high pressure to the region of low pressure) so that the
pressure become equal above and below the wing. These particles combine with
the approaching free–stream flow of air and an inward flow of air on the upper
wing surface and an inclined outward flow of air on the lower wing surface. The
flow is strongest at the wing tips and decreases to zero at the mid span point.

Gambar 4.2 Wing-tip vortices

When the air leaves the trailing edge of the wing the air from the upper
surface is inclined to that from the lower surface and helical paths or vortices will
result. A short distance downstream, the vortices roll up and combine into two
distinct cylindrical vortices that constitute the tip vortices.
Pressures must equal at the wing tips since pressure is a continuous function (Gbr
4.3a) the free stream flow combines with tip flow resulting in an inward flow of
air on the upper wing surface and an outward flow of air on the lower wing
surface (Gbr 4.3b)
The tip vortices trail back from the wing tips and they have a tendency to
sink and roll toward each other downstream. The vortices dissipate, their energy
being transformed by viscosity.
Gambar 4.4 Formation of wing – tip vortices

The tip vortices cause additional down-flow behind the wing within the
wingspan. For an observer fixed in the air, all the within the vortex system is
moving downward (downwash) whereas all the outside the vortex system is
moving upward (upwash). An aircraft flying perpendicular to the flight path of the
airplane creating the vortex pattern will encounter upwash, downwash, and
upwash in that order. The gradient, or change of downwash to upwash, can
become very large at the tip vortices and cause extreme motions in the airplane
flying through it. An airplane flying into a tip vortex also has a large tendency to
roll over. If the control surfaces of the airplane are not effective enough to
counteract the airplane roll tendency, the pilot may lose control or, in a violent
case, experience structural failure.

Gambar 4.5 Complete wing vortices system

You might also like