You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT INDERA
1. JUDUL
Kegiatan I : “Reseptor Rasa”
Kegiatan II : “Menghitung Waktu Sensasi”
Kegiatan III : “Uji Kepekaan”
Kegiatan IV : “Reseptor Visual”
2. TEORI
Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan
luar. Alat indra manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima
indra yaitu indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra
pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit)
(Chambell, 2004).

1. Indra Penglihat (Mata).


Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan
sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali
benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat.Mata merupakan indra
penglihat yang menerima rangsang berupa cahaya (fotooreseptor).
2. Indra Pendengar (Telinga)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita.Telinga merupakan indra pendengaran yang
menerima rangsang berupa suara (fonoreseptor). Selain berungsi sebagai
indra pendengaran, telinga juga sebagai alat keseimbangan.
3. Indra Pembau (Hidung)
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan
sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Serabut-serabut saraf
penciuman terdapat pada bagian atas selaput lendir hidung. Serabut-
serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk
gas di udara (kemoreseptor).
4. Indra Pengecap (Lidah)
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan
rasa dari makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Bagian lidah yang
berbintil-bintil disebut papila adalah ujung saraf pengecap. Setiap bintil-
bintil saraf pengecap tersebut mempunyai kepekaan terhadap rasa tertentu
berdasarkan letaknya pada lidah. Pangkal lidah dapat mengecap rasa pahit,
tepi lidah mengecap rasa asin dan asam serta ujung lidah dapat mengecap
rasa manis.
5. Indra Peraba (Kulit)
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain
sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang peka terhadap rangsang fisik
(mekanoreseptor). Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam,
misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam
reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi;
serta pengatur suhu tubuh.
Terdapat berbagai bentuk impuls yang dapat diterima oleh indra, yaitu:
1. Rangsang Kimia diterima oleh Kemoreseptor
Pada proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi
interaksi antara bahan kimia dengan kemoreseptor membentuk
kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks tersebut mengawali
proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan
segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel
berikutnya sehingga akhirnya timbul tanggapan (Villee, 1999).
2. Rangsang Mekanik diterima oleh Mekanoreseptor
Proses peneriman rangsang mekanik dinamakan mekanoresepsi.
Mekanisme mekanoresepsi adalah sebagai berikut; Rangsang mekanik
yang menekan reseptor menyebabkan membrane mekanoreseptor
meregang. Peregangan membrane mekanopreseptor tersebut
menimbulkan perubahan konformasi protein penyusun pintu ion Na+.
Pintu ion Na+ terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang
mendepolarisasikan mekanoreseptor (campbell, 2004).
Mekanoresepsi memiliki reseptor untuk menerima rangsang
tekanan, suara, dan gerakan. Bahkan insekta juga mempunyai
mekanoreseptor pada permukaan tubuhnya, yang dapat memberikan
informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat berada dalam
ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara. Variasai reseptor akan
akan tampak semakin jelas apabila kita mengalami mekanoreseptor
pada vertebrata (Subowo, 1992).
3. Rangsangan Suhu diterima oleh Termoreseptor
Termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah
serta perubahan suhu lingkungan. Peningkatan suhu secara ekstrem
akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat
berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu
penyelenggaraan berbagai reaksi metabolik yang penting dalam tubuh
spesies. (Wijaya, 2007)
4. Rangsang Cahaya diterima oleh fotoreseptor
Tanpa adanya cahaya kehidupan akan gelap gulita. Ini sama
pentingnya dengan keberadaan inra untuk menangkap cahaya. Mulai
mikroorganisme dan makroorganisme ternyata juga dapat mendeteksi
cahaya. Struktur fotoreseptor berfariasi, dari yang paling sederhana
berupa eye-spot hingga struktur yang rumit dan terorganisasi dengan
baik seperti yang dimiliki vertebrata (Dellmann & Esther, 1992).
3. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
 4 buah pinggan kecil, berisi:
a. Larutan asam cuka 33%
b. Larutan aspirin atau kina lemah
c. Larutan NaCl 10%
d. Larutan gula tebu 5%
 Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
 Peta rasa
 Kertas hisap/saring
Kegiatan II (Menghitung Waktu Sensasi)
 4 buah pinggan kecil, berisi:
a. Gula putih
b. Garam dapur atau NaCl
c. Pil kina
d. Asam sitrat
 Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas)
 Peta rasa
 Kertas hisap/saring
 Stopwatch
Kegiatan III(Uji Kepekaan)
 Tusuk gigi
 Kain untuk menutup mata
 Jepit kain
 Buah apel
 Bawang merah
 Bawang putih
Kegiatan IV (Reseptor Visual)
 Penentu bintik buta
 Penggaris panjang
 Kertas gambar besar
 Pasak/jarum lurus
4. CARA KERJA
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
 Meminta pasangan praktikan berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya
dengan kertas hisap (sebaiknya relawan tutup mata)
 Mencelupkan aplikator ke dalam larutan asam, buanglah kelebihan larutan
dengan menekannya pada sisi pinggan
 Menyentuhkan aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi tengah, dan
belakang lidah pasangan
 Menuliskan tanda (+) pada daerah peta rasa yang sesuai jika ia merasakan
larutan tersebut. Tuliskan tanda (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika
daerah tertentu yang disentuh tidak sensitive terhadap larutan yang diuji
 Mengulangi prosedur di atas dengan menggunakan ketiga larutan lainnya,
satu demi satu
Kegiatan II (Menghitung Waktu Sensasi)
 Membersihkan rongga mulut dengan berkumur air tawar
 Mengeringkan permukaan lidah dengan kertas filter atau kertas tissue dan
mempertahankan agar lidah diluar mulut (sebaiknya relawan tutup mata)
 Meletakkan sedikit gula pada lokasi manis, sambil menghidupkan
stopwatch. Ketika sensasi telah terasa segera mematikan stopwatch.
Mencatat waktunya
 Mengkumurkan dengan air tawar lagi, tetapi lidah tidak dikeringkan
 Mengulangi kegiatan 3 dan 4 setelah beberapa menit, mencatat rata-rata
waktunya
 Selanjutnya mengulangi kegiatan di atas dengan menggunakan bahan
sebagai berikut: bubuk asam sitrat, garam dapur (NaCl) dan bubuk
kina/mexaguer
Kegiatan III (Uji Kepekaan)
 Memotong apel, bawang merah dan bawang putih menjadi potongan-
potongan kecil yang mudah dimakan dengan ukuran yang sama
 Meminta teman kalian untuk membantu dalam percobaan ini. Tanpa
melihat atau membaui (tutup mata dan hidung), teman tersebut akan
menentukan jenis makanan hanya dari rasanya dengan cara:
a. Menutup mata teman tersebut dengan kain dan memasang jepit
pakaian pada hidungnya. Jepit pakaian yang sudah lemah pernya lebih
baik untuk digunakan karena tidak akan menjepit terlalu keras
b. Menggunakan tusuk gigi untuk memasukkan sepotong apel ke dalam
mulut teman, dan member petunjuk agar ia mengunyah pelan-pelan,
lalu menentukan jenis makanan yang ia makan. Sangat penting bagi
berhasilnya percobaan, jangan sampai teman kalian mengetahui jenis-
jenis makanan sebelum percobaan mulai
 Sesudah teman tersebut menentukan jenis makanan, melepaskan jepit
pakaian dari hidungnya dan mengulangi lagi langkah diatas. Menyuruh ia
membandingkan rasa makanan itu juga, sebelum dan sesudah tercium
baunya
 Mengulangi kegiatan 2 dan 3 dengan menggunkan potongan bawang
merah dan bawang putih
Kegiatan IV (Reseptor Visual)
a. Menentukan Jarak Bintik Buta Dari Mata
 Memegang penentu bintik buta (titik hitam sebelah kanan tanda +) pada
jarak 20 inchi di depan wajah sejajar dengan mata kanan anda
 Menutup mata kiri anda, memfokuskan mata pada tanda positif, dengan
perlahan menggerakkan penentu bintik buta tersebut mendekati wajah
anda
 Pada jarak tertentu bintik hitam akan menghilang dari pandangan anda.
Tepat pada saat menghilangnya titik hitam dari pandangan, mengukur
jarak antara alat penentu bintik buta tersebut dengan mata anda (dalam
cm)
 Membandingkan dengan jarak yang diperoleh oleh praktikan lainnya
b. Peta Bintik Buta
 Membuat pada kertas gambar garis sejajar AB dan CD sepanjang 33
cm dengan jarak di antaranya 1 cm
 Membuat titik/lingkaran hitam pada titik A dari garis AB
 Menyediakan sepotong kertas tebal segi empat panjang dengan salah
satu ujungnya diberi tanda bintik hitam seukuran dengan titik A
 Meletakkan kertas gambar pada meja danmerekatkan ujung-ujungnya.
Duduk dengan dagu yang ditopang oleh penopang dagu/ tumpukkan
buku sehingga kedudukan kepala stabil
 Menutup mata kiri dan memfokuskan mata kanan memandang titik A.
Sementara menggerakkan kertas petunjuk perlahan sepanjang garis AB
dari A ke B sehingga tidak tampak titiknya (titik 1). Mengukur jarak A
dan1. Melanjutkan menggerakkan hingga bintik hitam terlihat kembali
(titik 2). Mengukur pula jarak A dan 2
 Mengulangi menggerakkan dari B menuju A. Memfokuskan mata tetap
pada A. Mengukur pula jarak B dan 2 (bayangan hilang) dan B dengan
1 (bayangan muncul lagi)
 Mengulangi operasi 5 dan 6 pada garis CD
 Menentukkan titik tengah dari 1-2 pada AB dan 3-4 pada CD dan
menarik garis EF melalui kedua titik tersebut. Menggerakkan petunjuk
sepanjang EF dan menentukkan titik 5 dab 6 pada tempat hilang dan
munculnya kembali bayangan
 Menghubungkan titik1-3-6-4-2-5-1, daerah yang terlingkupi garis-garis
ini adalah peta bintik buta subyek anda
c. Menentukan Titik Pandangan Dekat
Jarak dari mata ke obyek terdekat yang dapat difokuskan dengan jelas
disebut titik pandang dekat.
 Menutupkan satu mata dengan tangan dan memfokuskan satu mata
yang lain pada jarum lurus yang dipegang tangan anda jauh-jauh
 Mendorong perlahan-lahan mendekati mata anda sehingga benda
tampak kabur
 Menyegera pasangan anda untuk mengukur jarak dari mata ke jarum
yang kabur. Hal ini adalah titik pandang terdekat anda
 Mengulangi proses tadi dengan mata yang lain dan membandingkan
keduanya
5. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
Nama Peta rasa
Manis Pahit Asam Asin
Arif + + + -
Fitri + + + +
Silvia + + + +
Khoy + + + +
Kegiatan II (Menghitung Waktu Sensasi)
No Nama Gula Pil kina Garam
1 Arif 6 detik 5 detik 3 detik
2 Fitri 2 detik 6 detik 3 detik
3 Silvia 4 detik 5 detik 6 detik
4 Khoy 5 detik 3 detik 4 detik

Kegiatan III(Uji Kepekaan)


 Saat meutup hidung
No Nama Pengulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Arif - + + + + + + + + +
2 Fitri + + + + + + + + + +
3 Silvia + + + + + + + + + +
4 Khoy + + + + + + + + + +

 Saat tidak menutup hidung


No Nama Pengulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Arif + + + + + + + + + +
2 Fitri + + + + + + + + + +
3 Silvia + + + + + + + + + +
4 Khoy + + + + + + + + + +
Kegiatan IV (Reseptor Visual)
a. Jarak Bintik Buta Dari Mata
No Nama Jarak bintik buta Ket
1 Arif 2,2 cm
2 Fitri 1,5 cm
3 Silvia 3 cm
4 Khoy 2 cm

b. Peta Bintik Buta


No Nama Bentuk peta bintik buta Ket
1 Arif Segi 6 Normal
2 Fitri V Tidak normal
3 Silvia V Tidak normal
4 Khoy V Tidak normal

c. Titik Pandangan Dekat


No Nama Titik pandang dekat Ket
1 Arif 9,5 cm
2 Fitri 10 cm
3 Silvia 7,5 cm
4 Khoy 9,2 cm

6. PEMBAHASAN
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu
reseptor yang terutama terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000
kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada
polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglottis. Kuncup kecap
terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla
fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil
menuju ke sel-sel reseptor. Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4
jenis sel, yang dapat dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel
tipe 2 panjang dengan mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya
belom diketahui, mereka dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga
merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang
menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang
yang mungkin merupakan precursor dari sel-sel yang lebih spesifik dalam
kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf sensorik yang paling dekat
dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar untuk penempatan
penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira, 1995).
Dalam percobaan indra pengecap ini, letak rasa pada lidah sebagian
tidak sesuai dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa factor, antara lain
kondisi tubuh yang kurang sehat (sakit) sehingga biasanya semua rasa akan
terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang sebelumnya masih tertinggal di lidah
sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan sebelumnya. Cunkup rasa
manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua bagian lidah, tapi
intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam percobaan ini
cunkup rasa pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup rasa, rasa
asam.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima
oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di
mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga
uap makann dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan
makanan seakan-akan kehilangan rasanya.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor
kimia (kemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkingan yang terdapat
pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam
kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kucup rasa/tunas pengecap.
Kuncup rasa kebenyakan terdapat pada permukaan lidah. Ada juga
beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang mulut dan
lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi empat
macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.
Pada hasil pengamatan, didapati bahwa daerah sensasi rasa manis
terletak dibagian depan, rasa asin dibagian tepi, rasa asam di bagian kedua sisi
lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah. Kuncup rasa
kebanyakkan terdapat pada permukaan lidah,ada juga beberapa yang
ditemukan pada langit-langit lunak dibelakang mulut dan lengkung langit-
langit. Akan tetapi, memetakan percobaan semacam ini pun menunjukkan
adanya daerah rasa yang sangat tumpang tindih dan sangat bervariasi pada
setiap orang
Pada lidah terdapat tiga papil pengecap, yaitu :
 Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di sluruh
permukaan lidah.
 Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh
suatu saluran pada daerah dekat pangkal lidah.
 Papil berbentuk palu, erdapat pada daerah tepi-tepi lidah.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh semua tester memiliki reseptor rasa
yang berbeda-beda.
Kegiatan II (Menghitung Waktu Sensasi)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang lokasi reseptor
pengecap pada masing–masing anggota kelompok di ketahu bahwa tidak ada
hasil yang signifikan, hanya sangat kecil sekali perbedaan pada masing–
masing anggota.
Percobaan dilakuan dengan menguji sensasi rasa manis, asin, dan pahit
pada anggota kelompok. Setelah melakukan percobaan didapat bahwa pada
percobaan rasa asin anggota yang dapat menangkap rasa paling cepat adalah
Arif dan Fitri yaitu hanya selama 3 detik mereka dapat merasakan rasa pada
tepi lidah bagian depannnya. Pada percobaan rasa manis yang paling cepat
ialah Fitri sedangkan yang paling lama ialah Arif. Pada percobaan yang
terakhir yaitu dengan menggunakan rasa pahit adalah yang paling lama yaitu
Fitri sedangkan yang paling cepat adalah Khoy. Hal yang menyebabkan
terjadinya perbedaan waktu sensasi pada tiap oarng yaitu cepat atau
lambatnya proses jalnnya impuls pad tiap-tiap orang.
Kegiatan III (Uji Kepekaan)
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam
udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung,
pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari
sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris
dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya.
Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf
pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa
sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.
Dalam praktikum pembau ini, menghitung berapakah waktu yang
dibutuhkan oleh praktikan untuk ketidak pekaan (kelelahan) pembabau atau
yang disebut dengan Olfactor Fatigue Times (OFT) dan waktu yang
dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau atau yang disebut
Olfactor Recovery Times (ORT). Dalam percobaan ini, menggunakan buah
apel, bawang merah dan bawang putih sebagai sumber bau rasa, dan hasilnya
praktikan tidak bisa membau jenis makanan tersebut, tapi bisa merasakannya,
hal ini mungkin dikarenakan sedang sakit dank arena buah yang dipakai
sebagai percobaan baunya kurang menyengat.

Dalam percobaan ini didapati dalam hasil pengamatan yang dilakukan


perlakuan mata dan hidung tertutup ada praktikan yang keliru dalam
menentukan antara buah apel, bawang putih dan bawang merah. Namun pada
perlakuan hanya mata tertutup semuanya dapat menebak dengan benar. Ini
disebabkan karena reseptor pembau dan pengecap saling berhubungan dan
bekerja sama, jika indra pembau ditutup maka praktikan akan salah menebak,
karena indra pembau atau pencium menerima stimulus berupa gas, sedangkan
indra pengecap menerima stimulus berupa cairan. Hanya ada 2 sel reseptor
yang dapat dibedakan dalam epitel olfaktori, berdasarkan strukturnya. Akan
tetapi, berdasarkan fungsinya, ada tujuh macam kelompok sel-sel reseptor.
Dengan gabungan ketujuh reseptor itu, kita dapat mengenal 400 macam bau.
Kegiatan IV (Reseptor Visual)
a. Jarak Bintik Buta Dari Mata
Di dalam bola mata, persisnya pada bagian retina, yaitu bagian bola
mata sebelah belakang, terdapat bintik buta yang merupakan bagian dari
retina yang tidak memiliki sel-sel penangkapcahaya Sehingga cahaya yang
kebetulan jatuh pada daerah bintik buta atau blind spot ini,tidak akan
menghasilkan gambar Bagian mata yang tidak menagndung sel reseptor
disebut bintik buta. Jika cahaya jatuh pada bintik buta, maka tidak ada
pesan yang akan dikirim ke otak. Untuk mengetahui jarak bintik buta
seseorang, serta menemukan letak proyeksi bintik buta. Dilakukan
percobaan danmenghasilkan bahwa bintik buta hamper sama antara mata
kiri dan mata kanan. Rumus nodaadalah jarak objek hilang ± jarak objek
munul kembali. Jarak normal bintik buta adalah, untuk benda kabur 40
cm dan untuk muncul kembali 28 cm, atau hasil dari keseluruhan lebih
dari 14cm.
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter
pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang
jatuh pada retina mata. Refleks pupil dapat dilihat dari mengecil dan
membesarnya pupil. Akomodasi adalah perubahan dalam lekukan lensa
mata dalam menanggapi satu perubahan dalam melihat jarak dan
kemampuan berakomodasi disebut tempo akomodasi.
Dalam percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak pandang
maka pupil mata akan semakin kecil, hal ini karena daya akomodasi mata
diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan syaraf parasimpatis
menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya akan mengendurkan
gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatkan daya
bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya
biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata
frekuensi impuls parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar
objek tetap dilihat dengan jelas.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi berbedanya jarak bintik buta tiap
tester, yaitu seringnya tester belajar di tempat yang terlalu terang atau
sering melihat monitor terlalu dekat, hal ini yang menyebabkan
berbedanya bintik buta hingga mata kita mengalami minus atau plus.
Bintik buta juga adalah jarak dimana kita tidak dapat melihat suatu
benda atau benda yang kita lihat terlihat kabur dan hal ini wajar karena
tiap orang memiliki bintik buta,tinggal tergantung orang tersebut untuk
memelihara matanya agar tidak berdampak lebih yang akan menyebabkan
mata kita buta.
b. Peta Bintik Buta
Percobaan peta bintik buta tersebut dilakukan pada setiap praktikan
yang deperoleh praktikan yang memiliki penglihatan yang normal
berdasarkan peta bitiknya yaitu Adi, ika dan Nur Sedangkan penglihatan
yang tidak normal yaitu Indri dan Puja.
Gambar pada percobaan tersebut menghilang karena pada jarak
tersebut bayangan objek jatuh pada bintik buta yang tidak memiliki sel
batang dan sel kerucut yang peka terhadap cahaya dan berfungsi sebagai
fotoreseptor. Akibatnya rangsangan cahaya yang jatuh pada bintik buta
tidak dapat diubah menjadi impuls dan tidak dikirimkan ke saraf optik
sehingga tidak ada kesan melihat atau objek seolah-olah menghilang.
Salah satu tanda menjadi hilang dari pandangan karena keterbatasan.
Terutama pada bintik buta mata, yang tidak memiliki sel-sel batang dan
sel-sel kerucut tepat di jalur keluar sehingga bila bayangan benda jatuh
tepat di bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata
karena bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya.
Bintik buta adalah suatu daerah di retina mata yang merupakan jalur
syaraf penglihatan menuju ke otak, dan tepat di jalur keluar tersebut tidak
terdapat sel peka cahaya sehingga bila bayangan benda jatuh tepat di
bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata karena
bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya.Ada perbedaan
antara pengamatan dengan menggunakan mata kanan dan mata kiri. Mata
kanan lebih peka dari pada mata kiri. Namun, dilihat secara umum, tidak
terdapat perbedaan yang terlalu signifikan dari beberapa pengukuran.
Sehingga dapat dikatakan bahwa antara mata kanan dan mata kiri tidak
ada perbedaan. Perbedaan di atas dapat disebabkan karena kurang
ketelitian dalam pengukuran maupun kurangnya konsentrasi.
c. Titik Pandangan Dekat
Dalam kegiatan ini praktikan melakukan pengujian jarak pandang
terdekat, pada hasil pengamatana jarak yang didapatkan berkisar ± 7-10
cm penglihatan menjadi kabur. Pada dasarnya jarak penglihatan mata
normal yaitu 25 cm. kesimpulannya mata praktikan masih tergolong mata
normal atau belum ada kelainan pada mata
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurang atau tidak jelasnya
pandangan kita pada suatu benda baik dalam jarak dekat maupun jauh
yaitu: kelelahan mata seperti penerangan pada ruangan, serta jarak
pandang ke layar monitor, cahaya yang berlebihan, serta pengaruh sinar
UV.
7. KESIMPULAN
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
Dari hasil percoaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa setiap manusia
atau individu memiliki reseptor yang berbeda-beda tergantung pada proses
jalannya impuls.
Kegiatan II (Menghitung Waktu Sensasi)
Manusia memiliki 4 macam modalitas cita rasa dasar yang spesifik,
yaitu: manis pada ujung lidah, asin pada tepi depan, asam pada tepi belakang,
dan pahit pada pangkal lidah, akibat dari taste bud yang berbeda-beda yaitu
lokasi reseptor pengecap tidak sama pada tiap orang dan waktu sensasi
reseptor pengecap berbeda pada tiap orang.
Kegiatan III (Uji Kepekaan)
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kepekaan dari
masing-masing individu berbeda yang dikarenakan cepat lambatnya jalannya
impuls.
Kegiatan IV (Reseptor Visual)
a. Jarak Bintik Buta Dari Mata
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa jarak
bintik buta tiap manusia berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
b. Peta Bintik Buta
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa mata
individu tersebut normal atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan peta
bintik buta. Dimana apabila peta berbentuk huruf V maka tidak normal.
Sebaliknya apabila peta tersebut berbentuk segi6 maka normal.
c. Titik Pandangan Dekat
Dari hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa titik
pandang setiap individu berbeda-beda.
8. JAWABAN PERTANYAAN
Kegiatan I (Reseptor Rasa)
1. Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan di atas sehingga
anda dapat merasakan manis, pahit, asam dan lain sebagainya!
Jawaban:
 Tranduksi rasa manis
Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gua pada porus perasa.
Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada
sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan
teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase.
Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP.
Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya
enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar
sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini
akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan
selanjutnya akan diteruskan ke otak.
 Tranduksi rasa asin
Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na
mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi
mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh
otak.
 Tranduksi rasa pahit
Transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran.
Pelekatan ini akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya
yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan
membuat IP3 yang merupakann senyawa yang larut dalam sitoplasma
yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat
terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma.
Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi
sinaps.
Kegiatan III(Uji Kepekaan)
1. Mengapa orang yang sedang pilek bila makan sesuatu tidak mempunyai
rasa?
Jawaban:
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima
oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek,
di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu,
sehingga uap makann dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga
hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Alat indera pada manusia 9.1. http://www.crayonpedia.org/mw/Alat_
Indra _Pada_Manusia_9.1, (online), diakses tanggal 03 Desember 2013
Anonim. 2013. Biologi kelas 2 indera pengelihat .http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/
sponsor/Sponsor Pendamping/Praweda/Biologi/0087%20Bio%20210a.htm,
(online), diakses tanggal 03 Desember 2013
Tenzer, Amy. 2003. Knowledge Antomi. Malang.Jurusan Biologi UM

You might also like