Professional Documents
Culture Documents
EL – 5A POLMED
2
5. Berdasarkan system Rel ( Busbar) : .............................................................................. 58
KOMPONEN (BAGIAN-BAGIAN) SIPIL DAN MEKANIKAL GARDU INDUK .............. 59
Komponen sipil dan mekanikal pada switch yard. ................................................................ 59
KOMPONEN (BAGIAN-BAGIAN) LISTRIK GARDU INDUK ........................................... 60
1. SWITCH YARD (SWITCHGEAR) : ........................................................................... 60
2. TRANSFORMATOR DAYA : ..................................................................................... 60
3. NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR) : ................................................... 61
4. CIRCUIT BREAKER (CB) : ....................................................................................... 61
5. DISCONNECTING SWITCH (DS) : .......................................................................... 61
6. LIGHTNING ARRESTER (LA) : ................................................................................ 61
7. CURRENT TRANSFORMATOR (CT) : ..................................................................... 62
8. POTENTIAL TRANSFORMATOR (PT) : .................................................................. 62
9. TRANSFORMATOR PEMAKAIAN SENDIRI (TPS) : ............................................. 62
10. REL BUSBAR : ........................................................................................................ 62
11. GEDUNG KONTROL (CONTROL BUILDING) : ................................................. 62
12. PANEL KONTROL : ................................................................................................ 62
13. PANEL PROTEKSI : ................................................................................................ 63
14. SUMBER DC GARDU INDUK : ............................................................................. 63
15. PANEL AC/DC GARDU INDUK :.......................................................................... 63
16. CUBICLE 20 KV (HV CELL 20 KV) : .................................................................... 63
17. SISTEM PROTEKSI : .............................................................................................. 64
18. KOMPONEN LISTRIK PENUNJANG : ..................................................................... 64
SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL. ........................................................................ 65
Sistem Satu Fasa Radial ............................................................................................................ 66
Sistem Tiga Fasa Empat Kawat – Radial .................................................................................. 70
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG BESAR ............................................... 75
1. Sejarah Penyediaan Tenaga Listrik ................................................................................... 75
2. Peranan Tenaga Listrik ..................................................................................................... 76
3. Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik ..................................................... 77
4. Jaringan Listrik.................................................................................................................. 77
5. Alat Pengukur dan Pembatas (APP).................................................................................. 79
GANGGUAN PADA SYSTEM TENAGA LISTRIK .............................................................. 81
REFRENSI .................................................................................................................................. 88
EL – 5A POLMED
3
GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Gangguan pada sistem tenaga listrik adalah segala macam kejadian yang
menyebabkan kondisi pada sistem tenaga listrik menjadi abnormal. Salah satu yang
menyebabkan kondisi ini adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat
dibagi menjadi :
2. Gangguan tidak simetris, misalnya : satu fasa ke tanah, hubung singkat dua fasa dan
hubung singkat dua fasa ke tanah.
1. Gangguan Simetris
Gangguan simetris merupakan gangguan dimana besar magnitude dari arus gangguan
sama pada setiap fasa. Gangguan ini terjadi pada gangguan hubung singkat tiga fasa.
Hanya saja ketika gangguan simetris terjadi, tidak terjadi busur dikarenakan konduktor
tidak menyentuh tanah. Sehingga persamaannya menjadi :
Misalnya gangguan terjadi pada fasa a, fasa b dan fasa c seperti gambar dibawah
Misalnya gangguan terjadi pada fasa a dan fasa b seperti gambar dibawah
IA+IB +IC = 0
IA = 0
E = EB = EC
Karena sistemnya seimbang maka urutan negative dan urutan nol tidak ada,
sehingga diperoleh :
EL – 5A POLMED
4
Va = Vf – Ia1Z1 = 0
𝑉𝑓
𝐼𝑎1 = 𝐼𝑎 = 𝐼𝑓 =
𝑍1
𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓 3∅ =
𝑍1
Dimana
EL – 5A POLMED
5
2. Gangguan Asimetris
Kebanyakan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan tidak
simetris. Pada gangguan ini magnitude dari tegangan serta arus yang mengalir pada
setiap fasa berbeda.
Untuk gangguan ini dapat dianggap fasa a mengalami gangguan dapat digambarkan pada
gambar di bawah ini :
EL – 5A POLMED
6
Kondisi terminalnya adalah sebagai berikut
Ib = 0 ; Ic = 0 ; Va = IaZf
Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen simetris arus :
Va0 = -Ia0*Z0
Va1 = Vf – Ia1*Z1
Va2 = -Ia2*Z2
Va = Ia.Zf
Dari persamaan a:
Maka :
Va = Vf - Ia1(Z1 + Z2 + Z0)
EL – 5A POLMED
7
Sehingga diperoleh :
Vf = Ia1( Z1 + Z2 + Z0 + 3 x Zf)
𝑉𝑓
I = 1/3 I =
a1 a 𝑍1 +𝑍2 +𝑍0 +3𝑍𝑓
3𝑉𝑓
Ia1 = If = 𝑍
1 +𝑍2 +𝑍0 +3𝑍𝑓
Keterangan :
EL – 5A POLMED
8
b. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa
Misalnya gangguan terjadi pada fasa a dan fasa b seperti gambar dibawah
Ia = 0 ; Ib = -Ic ; Vb – Vc = Zf x Ib
IA0 = 0
IA1 = - IA2
VA1 = Vf – IA1.Z1
VA1 = IA1. Z2
𝑉𝑓
𝐼𝐴1 =
𝑍1 + 𝑍2
Keterangan :
EL – 5A POLMED
9
c. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah
Gangguan dua fasa ke tanah terjadi ketika dua buah fasa dari sistem tenaga listrik
IN = (𝐼𝐴 + 𝐼𝐵 + 𝐼𝐶 )
IN = 3𝐼𝐴𝑂
EL – 5A POLMED
10
Substitusi dari persamaa diatas :
IN = (𝐼𝐵 + 𝐼𝐶 )
VA1 = 𝑉𝑓 − 𝐼𝐴1 𝑍1
VA2 =−𝐼𝐴2 𝑍1
VA2 =−𝐼𝐴0 𝑍0
Sehingga :
𝑉𝑓 − 𝐼𝐴1 𝑍1 = −𝐼𝐴2 𝑍2
𝐼𝐴1𝑍1 − 𝑉𝑓
𝐼𝐴2 =
𝑍2
Serta :
𝑉𝑓 − 𝐼𝐴1 𝑍1 = −𝐼𝐴0 𝑍0
𝐼𝐴1𝑍1 − 𝑉𝑓
𝐼𝐴0 =
𝑍0
Didapatkan :
𝑉𝑓 (𝑍0 + 𝑍2 )
𝐼𝐴1 =
𝑍1 𝑍2 + 𝑍1 𝑍0 + 𝑍0 𝑍2
EL – 5A POLMED
11
𝑉𝑓 (𝑍0 + 𝑍2 )
𝐼𝐴1 =
𝑍 𝑍
𝑍1 + 𝑍 0+ 2𝑍
0 2
1. Gardu Induk ( GI )
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Gardu
Induk (GI) ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem
pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam
upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan
distribusi tegangan menengah memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah
kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan
terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV,
telekomunikasi, dan telepon.
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan kompleks, karena konsumen
yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karakteristik yang berbeda. Sistem distribusi
harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan
konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karakteristiknya, terdapat konsumen
perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari
saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan
ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis
konsumen.
EL – 5A POLMED
12
Pada jaringan distribusi primer terdapat 4 jenis dasar yaitu :
1. Sistem radial
2. Sistem hantaran penghubung (tie line)
3. Sistem loop
4. Sistem spindel
1. Sistem Radial
Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.2 adalah sistem distribusi yang
paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang
menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
EL – 5A POLMED
13
2. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan
penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lainlain). Sistem ini
memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over
Switch / Automatic Transfer Switch, setiap penyulangterkoneksi ke gardu pelanggan
khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan
listrik akan di pindah ke penyulang lain.
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic
Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap penyulang terkoneksi ke
gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami
gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.
EL – 5A POLMED
14
3. Jaringan LOOP
Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar di bawah
ini dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian
tingkat keandalannya relatif lebih baik.
4. Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan
dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang
tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah
Gardu Hubung (GH).
EL – 5A POLMED
15
Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah
penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola
Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang
menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM). Namun
pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam
sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk
mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau
tegangan menengah (TM).
EL – 5A POLMED
16
SISTEM DISTRIBUSI PARALEL
Untuk memperbaiki kekurangan dari sistem radial terbuka diatas maka dipakai konfigurasi
sistem radial paralel, yang menyalurkan tenaga listrik melalui dua saluran yang diparalelkan.
Pada sistem ini
titik beban dilayani oleh dua saluran, sehingga bila salah satu saluran mengalami gangguan,
maka saluran yang satu lagi dapat menggantikan melayani, dengan demikian pemadaman tak
perlu
terjadi. Kontinuitas pelayanan sistem radial paralel ini lebih terjamin dan kapasitas
pelayanan bisa lebih besar dan sanggup melayani beban maksimum (peak load) dalam batas
yang diinginkan. Kedua saluran dapat dikerjakan untuk melayani titik beban bersama-sama.
Biasanya titik beban hanya dilayani oleh salah satu saluran saja. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kontinuitas pelayanan pada konsumen.
Keuntungannya
a. Kontinuitas pelayanan lebih terjamin, karena menggunakan dua sumber
b. Kapasitas pelayanan lebih baik dan dapat melayani beban maksimum
c. Kedua saluran dapat melayani titik beban secara bersama
d. Bila salah satu saluran mengalami gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat
menggantikannya, sehingga pemadaman tak perlu terjadi.
e. Dapat menyalurkan daya listrik melalui dua saluran yang diparalelkan
Kelemahannya
a. Peralatan yang digunakan lebih banyak terutama peralatan proteksi
b. Biaya pembangunan lebih mahal
EL – 5A POLMED
17
Gambar
EL – 5A POLMED
18
KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI
A. Pendahuluan
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban),
merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga listrik ini,
prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi
listrik,disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu
induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu
distribusi
dalam daya yang besar (melalui jaringan distribusi). Pada gambar 1 dibawah ini dapat
dilihat, bahwa tenaga listrik yang dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik, Gardu Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran
Distribusi, dan kemudian ke beban (konsumen tenaga listrik).
EL – 5A POLMED
19
Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit pembangkit yang
akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energy listrik dan harus mampu
menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan konsumen. Sistem transmisi
berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi
dengan jarak yang jauh ke sistem distribusi, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk
menghantarkan energi listrik ke konsumen, seperti ditunjukkan pada gambar 2 dibawah
ini.
EL – 5A POLMED
20
B. Perbedaan Jaringan Distribusi Dengan Jaringan Transmisi
Untuk membedakan antara jaringan transmisi dan jaringan distribusi dapat dilihat pada
tabel 1 yang dipandang dari berbagai segi sudut pandang.
EL – 5A POLMED
21
(a) (b)
Gambar 3.
Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit tenaga
listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan
yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit pembangkit, unit transmisi dan
unit distribusi. Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.
EL – 5A POLMED
22
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara langsung,
maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik terletak di pingiran kota dan
pada umumnya berupa Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD). Untuk menyalurkan
tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi
primer dan jaringan distribusi sekunder. Jika sistem pendistribusian tenaga listrik
EL – 5A POLMED
23
dilakukan secara tak langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga
listrik adalah Gardu Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi
dan menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung.
Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari
jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan
distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan
sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan,
mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat
mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.
EL – 5A POLMED
24
Gambar 6 Jaringan distribusi primer 20 kV
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang
harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus
dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di
daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan
konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara
dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan
sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan
estetika dan alas an pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.
Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan
terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi
skunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu Pembagi ini tergantung
pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa
transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.
EL – 5A POLMED
25
Gambar 7. Gardu distribusi jenis tiang
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR) merupakan
jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen. Oleh karena itu
besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V dan 130/400 V
untuk sistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130 V dan 230 V
merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan
tegangan fasa dengan fasa.
EL – 5A POLMED
26
Gambar 8. Jaringan distribusi sekunder 220 V
EL – 5A POLMED
27
1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit
yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasikan sinkron dengan
pembangkitlain guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit
tenaga termis dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang
memiliki kapasitas air yang setiap saat mampu untuk menggerakkannya.
3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik
yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna
menanggulangi kekurangan daya listrik.
b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga
pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alatalat pengaman dan alat
pemutus tegangan (air break switch) pada setiap wilayah beban.
c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan
cepat.
a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan
minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan
stabilitas tegangan (voltage regulator) yang bekerja secara otomatis untuk menjamin
kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan nominal
sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967). Untuk itu untuk
daerah beban yang terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator untuk
menstabilkan tegangan.
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan
lebih (over voltage) dalam waktu singkat.
Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi bila tersedia modal
(investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan peralatan-peralatan
yang mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan sistem yang berkesinambungan
sesuai jadwal yang ditentukan, seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru
karena kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping peren-canaan
awal yangkurang memenuhi syarat. Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility)
biaya untuk sistem distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang
diperlukan untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian yang
paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu kontinuitas
aliran tenaga listrik pada konsumen.
EL – 5A POLMED
29
KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI
A. Pendahuluan
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari
berbagai segi, antara lain adalah :
1. Berdasarkan ukuran tegangan
2. Berdasarkan ukuran arus
3. Berdasarkan sistem penyaluran
4. Berdasarkan konstuksi jaringan
5. Berdasarkan bentuk jaringan
EL – 5A POLMED
30
c. Tegangan Lebih
Pada sistem jaringan tenaga listrik seringkali terjadi perubahan tegangan yang lebih
tinggi dari tegangan maksimumnya, baik lebih tinggi untuk sesaat yang berupa tegangan
lebih peralihan (transient over voltage) maupun lebih tinggi secara bertahan yang berupa
tegangan lebih stasioner. Pada umumnya tegangan lebih ini ditimbulkan oleh dua sebab,
yaitu disebabkan kerana sistem itu sendiri dan sebab luar sistem. Tegangan lebih yang
disebabkan oleh sistem itu sendiri biasanya terjadi karena :
a. Adanya gangguan hubung singkat (short circuit) pada kawat penghantar jaringan.
b. Putusnya kawat penghantar yang panjangnya melebihi batas tertentu.
c. Adanya kerja hubung yang terjadi karena penutupan atau pembukaan saklar (switch)
dengan cepat, atau tak serempaknya pemutusan saklar pemutus jaringan pada rangkaian
tiga fasa. Tegangan lebih yang disebabkan dari luar sistem, biasanya terjadi karena
d. Adanya gangguan yang disebabkan peristiwa alamiah yang tidak dapat dikendalikan
oleh manusia, seperti sambaran petir.
Tegangan lebih yang disebabkan karena sambaran petir ini berjalan dengan cepat
dengan bentuk gelombang yang berubah-ubah (tak periodik), sehingga dikenal dengan
tegangan lebih peralihan (transient over voltage). Sedang untuk tegangan lebih yang
disebabkan dari sistem itu sendiri biasanya bertahan cukup lama yang berbentuk sama
dengan tegangan sistem, sehingga dikenal dengan tegangan lebih stasioner atau
tegangan lebih periodik. Besarnya tegangan lebih periodik ini dapat mencapai 120
sampai 200 % dari tegangan nominalnya, sedangkan dari tegangan lebih peralihan bisa
mencapai hingga 500 % dari tegangan nominalnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh
EL – 5A POLMED
31
panjang jaringan, sehingga besarnya dibatasi oleh rambatannya sepanjang jaringan
tersebut melalui beberapa tiang. Karena besarnya tegangan lebih peralihan ini, maka
perencanaan isolasi dari peralatan jaringan kebanyakan berdasarkan tegangan lebih
peralihan tersebut. Hal ini dilakukan agar peralatan jaringan dapat mengatasi gangguan
tegangan lebih tersebut. Makin dekat peralatan
jaringan dengan pusat gangguan (sumber petir), makin besar kemungkinan terkena
sambaran petir. Oleh karena itu kemampuan menahan tegangan sistem bagi peralatan-
peralatan jaringan harus lebih tinggi.
EL – 5A POLMED
32
disalurkan, jarak penyaluran, bentuk/konfiguarsi jaringan, keandalan (realibility) sistem,
biaya peralatan, dan standarisasi peralatan yang digunakan untuk setiap perubahan
tegangan tertentu. Sehingga penentuan tegangan merupakan bagian dari perencanaan
sistem secara keseluruhan.
EL – 5A POLMED
33
Tegangan nominal merupakan tegangan dasar atau tegangan perencanaan yang
dapat dipergunakan dan disalurkan secara berkesinambungan sehingga peralatan jaringan
dapat bekerja dengan baik tanpa mengalami gangguan. Pada jaringan distribusi untuk
sistem Ketenger (Jawa Tengah) tegangan nominal untuk jaringan distribusi primer
ditetapkan sebesar 23 kV untuk tegangan line-toline, dan tegangan 13,283 kV untuk
a. Jaringan Distribusi AC
Keuntungannya
a. Mudah menstransformasikan tegangannya, naik maupun turun.
b. Dapat mengatasi kesulitan dalam menyalurkan tenaga listrik untuk jarak jauh.
c. Dapat langsung digunakan untuk memparalelkan beberapa Pusat Pembangkit
Tenaga Listrik.
d. Dapat menyalurkan tiga atau empat tegangan dalam satu saluran, karena
menggunakan sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa ini mempunyai kelebihan
dibandingkan sistem satu fasa, yaitu :
EL – 5A POLMED
34
a. Daya yang disalurkan lebih besar
b. Nilai sesaat konstan
c. Medan magnit putarnya mudah diadakan
Kerugiannya
a. Untuk tegangan tinggi sering terjadi arus pemuatan (charging current).
b. Memerlukan stabilitas tegangan untuk kondisi dan sifat beban yang berubah-ubah.
c. Memerlukan tingkat isolasi yang tinggi untuk tegangan tinggi.
d. Terjadinya efek kulit (skin effect), induktansi, dan kapasitansi untuk tegangan
tinggi.
b. Jaringan Distribusi DC
Jaringan distribusi arus searah (DC) dewasa ini jarang digunakan, walaupun ada
biasanya untuk daerah-daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan
jalan menyearahkan terlebih dahulu arus bolak-balik ke arus searah dengan alat
penyearah Converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus
searah digunakan alat Inverter. Walaupun demikian, sistem distribusi DC ini mempunyai
keuntungan maupun kerugiannya, yaitu
Keuntungannya
a. Isolasinya lebih sederhana,
b. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi, karena faktor dayanya = 1
c. Tidak ada masalah stabilisasi dan perubahan frekuensi untuk penyaluran jarak jauh.
d. Tidak ada masalah arus pengisian (charging current) untuk tegangan tinggi,
e. Dianggap ekonomis bila jarak penyaluran lebih besar dari 1000 km untuk saluran
udara, dan lebih besar 50 km untuk saluran bawah tanah.
Kerugiannya
a. Pengubahan arus AC ke DC atau kebalikannya menggunakan peralatan Converter
atau Inverter, memerlukan biaya yang tinggi karena peralatan tersebut harganya
mahal.
b. Pada saat beban naik dan jarak penyaluran makin panjang, maka tegangan drop
makin tinggi. Dari kedua sistem ini yang banyak digunakan dewasa ini adalah sistem
distribusi arus bolak-balik (AC).
EL – 5A POLMED
35
D. Berdarkan Sistem Penyaluran
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu dengan :
a. saluran udara (overhead line) dan
b. saluran bawah tanah (underground cable).
Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat
penghantar yang ditompang pada tiang listrik. Sedangkan saluran bawah tanah
merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanamkan di
dalam tanah.
a. Konstruksi Horizontal
Keuntungannya
a. Tekanan angin yang terjadi, terfokus pada wilayah cross-arm (travers)
b. Dapat digunakan untuk saluran ganda tiga fasa
Kerugiannya
a. Lebih banyak menggunakan cross-arm (travers)
b. Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih berat.
c. Lebih banyak menggunakan isolator
EL – 5A POLMED
38
b. Faktor penggunaan konduktor 100 %
c. Makin panjang jaringan (dari Gardu Induk atau Gardu Hubung) kondisi tegangan
tidak dapat diandalkan
d. Rugi-rugi tegangan lebih besar
e. Kapasitas pelayanan terbatas
f. Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.
Sistem radial pada jaringan distribusi merupakan sistem terbuka, dimana tenaga listrik
yang disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan
secara terpisah satu sama lainnya. Sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana
diantara sistem yang lain dan paling murah, sebab sesuai konstruksinya sistem ini
menghendaki sedikit sekali penggunaan material listrik, apalagi jika jarak penyaluran
antara gardu induk ke konsumen tidak terlalu jauh.
Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan, karena penyaluran tenaga
kistrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan model ini
sewaktu mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama
sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Oleh sebab itu kontinuitas pelayanan
pada sistem radial terbuka ini kurang bisa diandalkan. Selain itu makin panjang jarak
saluran dari gardu induk ke konsumen, kondisi tegangan makin tidak bisa diandalkan,
EL – 5A POLMED
39
justru bertambah buruk karena rugi-rugi tegangan akan lebih besar. Berarti kapasitas
pelayanan untuk sistem radial terbuka ini sangat terbatas.
Untuk memperbaiki kekurangan dari sistem radial terbuka diatas maka dipakai
konfigurasi sistem radial paralel, yang menyalurkan tenaga listrik melalui dua saluran
yang diparalelkan. Pada sistem ini titik beban dilayani oleh dua saluran, sehingga bila
EL – 5A POLMED
40
salah satu saluran mengalami gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat
menggantikan melayani, dengan demikian pemadaman tak perlu terjadi. Kontinuitas
pelayanan sistem radial paralel ini lebih terjamin dan kapasitas pelayanan bisa lebih
besar dan sanggup melayani beban maksimum (peak load) dalam batas yang diinginkan.
Kedua saluran dapat dikerjakan untuk melayani titik beban bersama-sama. Biasanya titik
beban hanya dilayani oleh salah satu saluran saja. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kontinuitas pelayanan pada konsumen.
EL – 5A POLMED
41
h. Faktor penggunaan konduktor lebih rendah, yaitu 50 %
i. Keandalan relatif lebih baik
Kelemahannya
a. Keterandalan sistem ini lebih rendah
b. Drop tegangan makin besar
c. Bila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan akan lebih jelek
Sistem rangkaian tertutup pada jaringan distribusi merupakan suatu sistem penyaluran
melalui dua atau lebih saluran feeder yang saling berhubungan membentuk rangkaian
berbentuk cincin. Sistem ini secara ekonomis menguntungkan, karena gangguan pada
jaringan terbatas hanya pada saluran yang terganggu saja. Sedangkan pada saluran yang
lain masih dapat menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam rangkaian yang tidak
terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga listrik dapat terjamin dengan
baik. Yang perlu diperhatikan pada sistem ini apabila beban yang dilayani bertambah,
maka kapasitas pelayanan untuk sistem rangkaian tertutup ini kondisinya akan lebih
jelek. Tetapi jika digunakan titik sumber (Pembangkit Tenaga Listrik) lebih dari satu di
dalam sistem jaringan ini maka sistem ini akan benyak dipakai, dan akan menghasilkan
kualitas tegangan lebih baik, serta regulasi tegangannya cenderung kecil.
d. Sistem Network/Mesh
Sistem network/mesh ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan
secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini merupakan
pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang paling
baik serta dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber
tenaga listrik. Selain itu junlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder.
Keuntungannya
a. Penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara terus-menerus
(selama 24 jam) dengan menggunakan dua atau lebih feeder
b. Merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu
c. Tingkat keterandalannya lebih tinggi
d. Jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder
e. Dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki tingkat
EL – 5A POLMED
42
kepadatan yang tinggi
f. Memiliki kapasitas dan kontinuitas pelayanan sangat baik
g. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan
mengganggu kontinuitas pelayanan
Kelemahannya
a. Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi
b. Setting alat proteksi lebih sukar
e. Sistem Interkoneksi
Keuntungannya
a. Merupakan pengembangan sistem network / mesh
b. Dapat menyalurkan tenaga listrik dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
c. Penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus-menerus (tanpa putus), walaupun
daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas
EL – 5A POLMED
43
d. Memiliki keterandalan dan kualitas sistem yang tinggi
e. Apabila salah satu Pembangkit mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga
listrik dapat dialihkan ke Pusat Pembangkit lainnya.
f. Bagi Pusat Pembangkit yang memiliki kapasitas lebih kecil, dapat dipergunakan
sebagai cadangan atau pembantu bagi Pusat Pembangkit Utama (yang memiliki
kapasitas tenaga listrik yang lebih besar)
g. Ongkos pembangkitan dapat diperkecil
h. Sistem ini dapat bekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
i. Dapat memperpanjang umur Pusat Pembangkit
j. Dapat menjaga kestabilan sistem Pembangkitan
k. Keterandalannya lebih baik
l. Dapat di capai penghematan-penghematan di dalam investasi
Kelemahannya
a. Memerlukan biaya yang cukup mahal
b. Memerlukan perencanaan yang lebih matang
c. Saat terjadi gangguan hubung singkat pada penghantar jaringan, maka semua Pusat
Pembangkit akan tergabung di dalam sistem dan akan ikut menyumbang arus hubung
singkat ke tempat gangguan tersebut.
d. Jika terjadi unit-unit mesin pada Pusat Pembangkit terganggu, maka akan
mengakibatkan jatuhnya sebagian atau seluruh sistem.
e. Perlu menjaga keseimbangan antara produksi dengan pemakaian
g. Merepotkan saat terjadi gangguan petir
EL – 5A POLMED
44
Gambar 15. Sistem Jaringan Interkoneksi
EL – 5A POLMED
45
ANALISIS JARINGAN DISTRIBUSI
Jaringan distribusi bertugas untuk mendistribusikan energy listrik ke pengguna energi
listrik. Energi yang didistribusikan bisa berasal dari pasokan energi melalui tegangan
tinggi yang diubah ke tegangan menengah, atau dari pembangkit-energi di dalam
jaringan itu sendiri. Energi listrik didistribusikan menggunakan tegangan menengah yang
kemudian di ubah ke tegangan rendah untuk dikirimkan ke pengguna. Di Indonesia,
tegangan menengah nominal yang digunakan adalah 20 kV fasa-fasa, sedangkan untuk
tegangan rendah digunakan 380/220 V. Dalam bab ini kita akan melihat jaringan
distribusi secara umum tanpa melihat secara detil peralatan-peralatan yang ada di
jaringan distribusi. Kita akan melakukan analisis jaringan distribusi yaitu melakukan
perhitungan-perhitungan arus dan tegangan pada jaringan yang diketahui apabila beban
juga diketahui. Perlu kita fahami bahwa dalam analisis rangkaian linier, kita akan
mempunyai relasi-relasi linier jika peubah (variables) yang kita gunakan dalam
perhitungan adalah tegangan dan arus. Jika peubah rangkaiannya adalah daya, relasi-
relasi dalam rangkaian menjadi tidak linier. Namun yang sering kita jumpai adalah
bahwa besar beban dinyatakan sebagai daya.Dalam hal demikian ini maka kita perlu
mengubahnya sedemikian rupa sehingga dalam perhitungan-perhitungan kita
menggunakan tegangan dan arus sebagai peubah.
EL – 5A POLMED
46
TM = tegangan menengah
TR = tegangan rendah
A = pusat pencatu daya; dalam gambar ini merupakan gardu di mana tegangan tinggi
diubah ke tegangan menengah.
B, C, D dst = pusat-pusat pembebanan yaitu titik-titik dimana sekelompok beban
dihubungkan ke jaringan tegangan menengah. Di sini dilakukan pengubahan tegangan
menengah ke tegangan rendah yang mencatu daya ke beban. Kita mengenal jaringan
radial dan jaringan ring. Apa yang diperlihatkan pada Gb.1.1 adalah jaringan ring.
Jaringan radial adalah jaringan yang pusat-pusat beban terhubung langsung ke sumber;
jika pusat beban C pada Gb.1.1. dihubungkan langsung ke A, tidak ke B ataupun ke D,
maka kita mempunyai jaringan radial. Pada sisi tegangan rendah kita bisa mempunyai
system empat kawat atau tiga kawat, seperti diperlihatkan pada Gb.1.2.
Beban-beban di X, dipasok melalui saluran 3 fasa, 3 kawat, yaitu kawat fasa R, S dan T.
Beban-beban di Y dipasok melalui saluran 4 kawat, yaitu kawat fasa R, S, T, dan netral
N
Dengan system 4 kawat, beban dapat dipasok dengan menggunakan saluran 1 fasa 2
kawat melalui penghantar fasa dan netral Berikut ini akan kita pelajari perhitungan-
perhitungan pada jaringan distribusi system satu fasa dan tiga fasa.
EL – 5A POLMED
47
SISTEM DISTRIBUSI RADIAL
EL – 5A POLMED
48
EL – 5A POLMED
49
EL – 5A POLMED
50
Sistem tiga fasa 4 kawat – Radial
Berikut ini kita akan melihat system tiga fasa empat kawat dengan dua macam beban,
yaitu beban tiga fasa dan beban satu fasa di masing-masing fasa.
Suatu saluran 3 fasa 4 kawat dengan tegangan 240 V antara fasa dan netral, mencatu
daya pada motor 3 fasa 500 kW pada faktor daya 0,8. Disamping itu saluran ini mencatu
daya pada lampu-lampu yang terhubung antara fasa dan netral berturut-turut. 50 kW, 150
kW, 200 kW. Hitung arus di masing-masing penghantar fasa, dan juga di penghantar
netral.
VL-N = 220 V
c c
EL – 5A POLMED
51
400
𝑆𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = ∠ cos −1 0,8
0,8
Arus fasa dan netral
𝑆𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 500∠36,87° 𝑘𝑉𝐴
𝑆𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 200,1
̅ =
𝐼𝑅 = ∠ − 29,98°
500 𝑉 0,22
𝑆𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑎𝑠𝑎 = ∠36,87°
3
̅ = 909,54∠ − 29,98°
𝐼𝑅
𝑆𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑎𝑠𝑎 = 166,67∠36,87°
̅ = 787,84 − 𝑗454,98
𝐼𝑅
𝑆𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑎𝑠𝑎 = 133,33 + 𝑗100
𝑆𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 272,35
𝐼 𝑆̅ = = ∠ − 141,54°
Beban-beban satu fasa 𝑉 0,22
̅ = −364,16 + 𝑗1539
𝐼𝑇
𝑆𝑇 = (200 + 𝑗0) + (133,33 + 𝑗100)
𝑆𝑇 = (333,33 + 𝑗100)
̅ = 𝐼𝑅
𝐼𝑁 ̅ + 𝐼 𝑆̅ + 𝐼 𝑇
̅
̅ = (787,54 − 𝑗454,49)
𝐼𝑁
Beban total perfasa + (−969,36 − 𝑗769,96)
𝑆𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = (173,33 + 𝑗100) + (−364,16 + 𝑗1539)
̅ = −545,98 + 𝑗314,55
𝐼𝑁
𝑆𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 200,1∠29,98°
𝑰̅𝑵 = 𝟔𝟑𝟎, 𝟗𝟖∠𝟏𝟓𝟎, 𝟎𝟓°
𝑆𝑆 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 272,35∠21,54°
𝑆𝑇 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 348∠16,69
EL – 5A POLMED
52
SISTEM DISTRIBUSI RING
EL – 5A POLMED
53
EL – 5A POLMED
54
EL – 5A POLMED
55
GARDU INDUK
PENGERTIAN UMUM
Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau
merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi). Berarti gardu induk merupakan
sub-sub system dari system tenaga listrik, sebagai sub system dari system penyulang
(transmisi) gardu induk mempunyai peran penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat
dipisahkan dari system penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
EL – 5A POLMED
56
1. Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :
Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
Gardu induk tegangan tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
3. Berdasarkan fungsinya :
a. Gardu induk penaik teganggan
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan
pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan system.
Gardu induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus
disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
b. Gardu induk penurun tegangan :
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari tegangan
ekstre tinggi menjadi tegangan tinggi, dan tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah (menegah) atau tegangan distribusi.
Gardu induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah
pelanggan (beban) dilayani.
EL – 5A POLMED
57
c. Gardu induk pengatur tegangan :
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga
listrik.
Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop)
transmisi yang cukup besar.
Oleh kerena itu dibutuhkan alat penaik tegangan seperti bank capasitor,
sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.
d. Gardu induk pengatur beban :
Berfungsi untuk mengatur beban.
Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi
pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat
generator menjadi motor atau menjadi beban. Dengan generator berubah
menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
e. Gardu distribusi :
Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan system ke tegangan
distribusi.
Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
EL – 5A POLMED
58
Gardu induk system single busbar :
Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.
Pada umumnya gardu system ini adalah gardu induk yang berada pada ujung
(akhir) dari suatu sitem transmisi.
Single line diagram gardu system single busbar.
Gardu induk system double busbar :
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Gardu induk system double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan system
(maneuver system).
Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan
Single line diagram gardu induk system double busbar.
Gardu induk system satu setengah (on half) busbar :
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit
tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan system (
maneuver system).
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang
secara deret (seri). Gambar single line diagram.
EL – 5A POLMED
59
Adalah tempat peletakan kabel yang menghubungkan antara peralatan di switch
yard, maupun antara peralatan d switch yard dengan peralatan di gedung
control.
Jenis (dimensi) kabel duct : D-250, D-300, D-400, D-600, D-900, D-120 dan D-
1500, trgantung kebutuhan.
Komponen mekanikal :
Serandang, terdiri dari : Serandang peralatan, serandang post, serandang beam.
Rak kabel dan plat bordes untuk penutup got kabel.
Pager keliling GI.
Komponen sipil gedung control :
Ruang peralatan control (kendali) dan ruang cubicle.
Ruang oprator dan Ruang kantor GI.
Ruang relay.
Ruang komunikasi.
Ruang battery.
Pondasi peralatan (panel relay, penel control, cubicle, dan lain-lain).
Got kabel (cable duct).
Komponen mekanikal :
Air conditioning (AC).
Rak kabel yang dijadikan sebagai penempatan kabel, yang menghubungkan
antara peralatan yang ada di switch yard dengan komponen yang ada di gedung
control.
Switch yard adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peralatan
komponen utama gardu induk.
Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas dan di dalam gedung
maka disebut switchgear.
2. TRANSFORMATOR DAYA :
Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan merubah
besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap.
Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk
mendapatkan titiknetral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current
Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut,
Neutral Grounding Resistance (NGR).
EL – 5A POLMED
60
3. NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR) :
Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang antara titik
netral trafo dengan pentanahan.
Neutral Grounding Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan
yang terjadi.
EL – 5A POLMED
61
7. CURRENT TRANSFORMATOR (CT) :
Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari arus yang besar
ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada system tenaga listrik,
menjadi arus untuk system pengukuran dan proteksi.
EL – 5A POLMED
64
SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL.
Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling sederhana, banyak digunakan dan
murah. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang
merupakan sumberdari jaringan itu dan dicabang – cabangkan ke titik – titik beban yang
dilayani, seperti terlihat pada gambar 2.2.
EL – 5A POLMED
65
Untuk melokalisisr gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan
peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total,
yaitu daerah saluran sesudah atau dibelakang titik gangguan selama gangguan belum teratasi.
Contoh-1.1: Suatu penyalur daya 1 fasa, dibebani motor- motor listrik satu fasa
seperti pada diagram berikut:
Tegangan semua motor dianggap 220 V. Jika susut daya pada saluran adalah 5% dari
daya total motor, hitung penampang kabel yang diperlukan. ( = efisiensi, f.d =
faktor daya, 1 HP = 746 W; resistivitas kawat tembaga = 0,0173 Ω.mm2/m)
Penyelesaian:
EL – 5A POLMED
66
Karena jarak yang pendek, reaktansi saluran dapat diabaikan dan tegangan di ketiga titik
beban dapat dianggap sefasa ; besar tegangan sama 220 V. Dengan anggapan seperti ini,
diagram fasor dapat digambarkan sebagai berikut.
EL – 5A POLMED
67
Jika R1, R2, R3 adalah resistansi setiap bagian saluran, susut daya saluran adalah :
Jika saluran berpenampang sama untuk semua bagian (lebih ekonomis menggunakan satu
macam penampang disbanding jika menggunakan bermacam-macam penampang, karena jarak
pendek); resistansi saluran sebanding dengan panjangnya.
EL – 5A POLMED
68
Contoh-1.2: Berikut ini adalah diagram rangkaian pencatu beban dengan impedansi dan
pembebanannya.
Penyelesaian:
EL – 5A POLMED
69
Perhatikan bahwa dalam contoh ini kita melakukan analisis daya, namun dalam perhitungan-
perhitungan kita tetap menggunakan peubah tegangan ataupun arus dengan
impedansi sebagai parameter rangkaian. Relasi-relasi tetap linier.
Contoh-1.3:Suatu saluran 3 fasa 4 kawat dengan tegangan 240 V antara fasa dan netral,
mencatu daya pada motor 3 fasa 500 kW pada faktor daya 0,8. Disamping itu saluran ini
mencatu daya pada lampu-lampu yang terhubung antara fasa dan netral berturut-turut 50 kW,
150 kW, 200 kW. Hitung arus di masing-masing penghantar fasa, dan juga di penghantar netral.
EL – 5A POLMED
70
EL – 5A POLMED
71
Berikut ini kita lihat jaringan radial dengan beban lebih bervariasi. Salah satu beban
dihubungkan antara fasa dengan fasa.
c. Motor 1 fasa, 400 V, 3 HP, efisiensi 0,8, faktor daya 0,8 lagging, dihubungkan antara
fasa R dan fasa S.
netral:
Fasa R: 1 kW, faktor daya 0,9 lagging; Fasa S: 3 kW, faktor daya 0,9
leading;
Fasa T: 4 kW, faktor daya 1.
EL – 5A POLMED
72
Motor satu fasa 3 HP, 400V, dengan efisiensi 0,8 dan faktor daya 0,8, yang dihubungkan
antara fasa R dan S, memerlukan perhatian khusus. Kita perlu menghitung daya di fasa R
dan fasa T.
EL – 5A POLMED
73
EL – 5A POLMED
74
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG BESAR
Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai dengan selesai dibangunnya pusat tenaga listrik di
Gambir, Jakarta Mei 1887, kemudian di Medan (1899), Surakarta (1902), Bandung (1906),
Surabaya (1912), dan Banjarmasin (1922). Pusat-pusat tenaga listrik ini pada awalnya
menggunakan tenaga thermis. Kemudian disusul dengan pembuatan pusat-pusat listrik tenaga
air: PLTA Giringan di Madiun (1917), PLTA Tes di Bengkulu (1920), PLTA Plengan di
Priangan (1922), serta PLTA Bengkok dan PLTA Dago di Bandung (1923). Sebelum
kemerdekaan pengusahaan tenaga listrik di Indonesia dikelola oleh beberapa perusahaan
swasta, di antaranya yang terbesar adalah NIGEM (Nederlands Indische Gas en Electriciteits
Maatschappij) yang kemudian menjelma menjadi OGEM (Overzese Gasen Electriciteits
Maatschappij), ANIEM (Algemene Nederlands Indhische Electriciteits Maatschappij), dan
GEBEO (Gemeen Schappelijk Electriciteits Bedrijk Bandung en Omsheken). Sementara itu,
Jawatan Tenaga Air membangun dan mengusahakan sebagian besar pusat-pusat listrik tenaga
air di Jawa Barat. Sejak tahun 1958 pengelolaan ketenagalistrikan di Indonesia ditangani oleh
Perusahaan Umum Listrik Negara.
EL – 5A POLMED
75
2. Peranan Tenaga Listrik
Di pusat pembangkit tenaga listrik, generator digerakkan oleh turbin dari bentuk
energi lainnya antara lain: dari Air - PLTA; Gas - PLTG; Uap - PLTU; Diesel - PLTD; Panas
Bumi - PLTP; Nuklir - PLTN. Energi listrik dari pusat
pembangkitnya disalurkan melalui jaringan transmisi yang jaraknya relatif jauh ke pemakai
listrik/konsumen.
Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan swasta lainnya dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Konsumen Rumah Tangga : Masing-masing rumah dayanya antara 450 s.d. 4.400 VA
3. Konsumen Pabrik : Penggunaannya untuk pabrik yang kecil masih menggunakan sistem
1 fasa tegangan rendah (220V/380V), untuk pabrik-pabrik skala besar menggunakan sistem 3
fasa dan saluran masuknya dengan jaringan tegangan menengah 20 kV.
4. Konsumen Komersial : Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal,
KRL (Kereta Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3 fasa, untuk
yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang berkapasitas besar dengan
tegangan menengah 20KV.
EL – 5A POLMED
76
3. Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
Keterangan:
G = Generator/Pembangkit Tenaga Listrik
GI = Gardu Induk
GH = Gardu Hubung
GD = Gardu Distribusi
TT = Jaringan Tegangan Tinggi
TM = Jaringan Tegangan Menengah
TR = Jaringan Tegangan Rendah
APP = Alat Pembatas/Pengukur
4. Jaringan Listrik
Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai transformator terakhir,
sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari transformator terakhir sampai
konsumen disebut saluran distribusi atau saluran primer. Ada dua macam saluran
transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara (overhed lines) dan saluran kabel bawah tanah
(undergound cable). Kedua cara penyaluran tersebut mesing-masing mempunyai keuntungan
dan kerugian. Dari segi estetik, saluran bawah tanah lebih disukai dan juga tidak mudah
terganggu oleh cuaca buruk: hujan, petir angin, dan sebagainya. Namun saluran bawah tanah
jauh lebih mahal dibanding saluran udara, tidak cocok untuk daerah banjir karena bila terjadi
EL – 5A POLMED
77
gangguan/kerusakan dan perbaikannya.
Dari pertimbangan di atas, bahwa saluran udara lebih cocok digunakan pada:
• saluran transmisi tegangan tinggi,
• daerah luar kota, misalnya di pegunungan atau daerah jarang penduduknya.
Adapun untuk saluran bawah tanah akan cocok digunakan pada:
• saluran transmisi tegangan rendah, kota-kota besar yang banyak penduduknya
EL – 5A POLMED
80
GANGGUAN PADA SYSTEM TENAGA LISTRIK
Gangguan yang terjadi pada system tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya.
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana keadaan ini dapat
mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik. Secara umum klasifikasi
gangguan pada system tenaga listrik disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
1. Gangguan yang berasal dari system
2. Gangguan yang berasal dari luar system
Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain :
1. Tegangan dan arus abnormal.
2. Pemasangan yang kurang baik.
3. Kesalahan mekanis karena proses penuaan
4. Beban lebih.
5. Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat isolasinya.
Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain[13]:
1. Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan ini terjadi
untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir dapat
mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan hubung
singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).
3. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat
kecerobohan manusia.
Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan menjadi :
1. Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Gangguan
sementara jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang dengan sendirinya
maupun karena bekerjanya alat pengaman dapat berubah menjadi gangguan
permanen.
2. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan
tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.
Untuk gangguan yang bersifat sementara setelah arus gangguannya terputus misalnya karena
terbukanya circuit breaker oleh rele pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu
EL – 5A POLMED
81
tersebut siap dioperasikan kembali. Sedangkan pada gangguan permanen terjadi kerusakan
yang bersifat permanen sehingga baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak
diperbaiki atau diganti.
Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu
menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang jauh lebih
besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi kenaikan temperatur yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik yang digunakan.
Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan tidak
simetri. Gangguan tidak simetri ini terjadi sebagai akibat gangguan hubung singkat satu fasa
ke tanah, gangguan hubung singkat dua fasa, atau gangguan hubung singkat dua fasa ke
tanah.
EL – 5A POLMED
82
Gangguan-gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya arus tak seimbang dalam
sistem sehingga untuk analisa gangguan digunakan metode komponen simetri untuk
menentukan arus maupun tegangan di semua bagian sistem setelah terjadi gangguan.
Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebh pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat
mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu. Gangguan dapat
diperkecil dengan cara pemeliharaannya.
Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung singkat tersebut
antara lain:
1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang disebabkan arus-
arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-tegangan rendah.
2. Berkurangnya stabilitas daya system tersebut.
3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila gangguan hubung
singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya CB yang biasa disebut dengan
pemadaman litrik.
1. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang disebabkan oleh
switching karena gangguan atau disebabkan karena manuver.
2. Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage regulator
(AVR) pada generator atau pada on load tap chenger transformer.
EL – 5A POLMED
84
3. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan karena
kehilangan beban.
4. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang mengakibatkan
hubung singkat dan tegangan lebih.
5. Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat akibat
bekerjanya circuit breaker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang tinggi. Hal
ini sering terjadi pada sistem jaringan tegangan ekstra tinggi.
Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan merusak peralatan karena
insulation break down (hubung singkat) atau setidak-tidaknya akan mempercepat proses
penuaan peralatan dan memperpendek umur peralatan. Sebenarnya kondisi abnormal ini
kurang tepat jika disebut sebagai gangguan. Akan tetapi kondisi abnormal ini jika
berlangsung terus menerus akan menyebabkan peralatan cepat rusak, umur peralatan pendek
dan membahayakan sistem. Sebenamya timbulnya gangguan beban lebih ini, khususnya
terhadap pasok daya ke pelanggan, bisa dieliminir oleh pihak PLN dengan cara: pembebanan
pada tiap-tiap trafo harus diinventarisir dan dimonitor dengan seksama, sehingga
pembebanannya tidak melebihi kapasitas trafo.
EL – 5A POLMED
85
o sangat terpaksa PLN melayani, sehingga beban trafo dan jaringan di daerah
tersebut menjadi lebih (over load).
o c. Terjadinya loses daya pada jaringan dan trafo, yang diakibatkan
oleh berbagai hal, sehingga trafo beserta jaringannya tidak bisa bekerja pada
beban penuh.
2. Adanya manuver atau perubahan aliran beban di jaringan, setelah timbulnya
gangguan.
3. Adanya pemakaian energi listrik yang di luar kontrol dan catatan PLN atau tanpa
sepengetahuan PLN, sehingga PLN sulit mendeteksi beban trafo dan jaringan yang
ada. Hal ini akan menyebabkan timbulnya gangguan beban lebih.
C. Gangguan Instabilitas
Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan ketidakstabilan pada sistem (jaringan)
listrik. Gangguan ini diakibatkan adanya hubung singkat dan kehilangan pembangkit, yang
selanjutnya akan menimbulkan ayunan daya (power swing). Efek yang lebih besar akibat
adanya ayunan daya ini adalah, mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan
unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai pengamansalah kerja
dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih luas. Untuk mengantisipasi agar gangguan
instabilitas tidak teijadi, ada beberapa cara yaitu: konstruksi jaringan harus baik, sistem
proteksi harus andal, pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar, dan sebagainya.
EL – 5A POLMED
86
3. Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana pekerjaan yang
rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang ketat.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem proteksi
(peralatan pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material jaringan.
Hal tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada jaringan listrik.
Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pekerjaan,
pengawasan pelakpekerjaan, komisioning, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan
listrik, harus mengikuti kaidah, ketentuan dan standard teknik yang telah ditentukan
EL – 5A POLMED
87
REFRENSI
Sumber : http://electricdot.wordpress.com/2011/08/16/tipe-tipe-jaringan-distribusi-tegangan-
menengah/
http://daman48.wordpress.com/2010/11/25/14/
http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-1-konsep-distribusi.pdf
http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-2-klasifikasi-jaringan.pdf
https://www.google.com/#q=download+buku+bl+theraja+vol+III
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31916/3/Chapter%20II.pdf
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0C
EMQFjAG&url=http%3A%2F%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2012%2F12%2FMODUL-2-Sistem-
Distribusi.doc&ei=j9DXUsfdM8L9rAe4zIDQDQ&usg=AFQjCNFKbrFEXwAVhFji9IoDVz
RqyVM7Pg&bvm=bv.59568121,d.bmk
EL – 5A POLMED
88